Anda di halaman 1dari 24

PENERAPAN E-GOVERNMENT DI PEMERINTAHAN DESA

WONOKERTO SEBAGAI BENTUK GOOD GOVERNANCE

Tugas UAS Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu Titis Bayu Widagdo, S.Pd., M.Li

Anggota Kelompok:

Afrina Maritza Kurniawan 225120600111034


Adi Satria Gumelar 225120600111035
Sovia Shabila Islami Putri 225120600111036
Lailatul Izzah 225120600111037
Amanda Putri Prasetya 225120600111038
Karnaia Puguh Syamaya 225120600111039

Program Studi Ilmu Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Tahun 2022
KERANGKA PIKIR
PENERAPAN E-GOVERNMENT DI PEMERINTAHAN DESA
WONOKERTO SEBAGAI BENTUK GOOD GOVERNANCE

Afrina Maritza Kurniawan, Adi Satria Gumelar, Sovia Shabila Islami Putri, Lailatul
Izzah, Amanda Putri Prasetya, Karnaia Puguh Syamaya
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya
e-mail: afrinamrtza2@student.ub.ac.id, adiisaatria@student.ub.ac.id,
soviaputri126@student.ub.ac.id, lailatulizzah@student.ub.ac.id,
amandaprasetya@student.ub.ac.id, karnaiasyamaya@student.ub.ac.id

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang implementasi e-Government dan bagaimana


pengaruhnya sistem tersebut di pemerintahan Desa Wonokerto, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur. Teori utama yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
(1) Content development , (2) Competency building, (3) Connectivity, (4) Cyber
Laws, (5) Citizen Interfaces, dan (6) Capital. Sistem e-Government dikembangkan
untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintah berbasis elektronik untuk
menjadikan kualitas pelayanan publik yang efektif dan efisien. Penerapan e-
Government juga bertujuan untuk mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai
buruknya sistem penyelenggaraan pelayanan publik di indonesia. Banyak pemerintah
desa masih menerapkan cara manual dalam memberikan pelayanan publik, dimana
pelayanan tersebut dianggap kurang optimal. Salah satu cara agar pelayanan publik
dapat berjalan optimal adalah dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan. Pelayanan publik yang berkualitas mendorong
penilaian masyarakat dalam e-Government. Dalam artian, kualitas informasi dan
layanan yang diberikan serta orientasi oleh pengguna merupakan penentu efektivitas
penyediaan layanan publik oleh e-Government. Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah penerapan e-Government di Desa Wonokerto dalam bentuk Sistem Informasi
Desa (SID) dinilai sudah cukup baik berdasarkan 6 komponen penerapan e-
Government menurut Indrajit (2002). Penerapan SID ini masih perlu dikembangkan
agar penerapannya efektif dan bermanfaat bagi masyarakat Desa Wonokerto.

Kata Kunci: e-Government, informasi, sistem pemerintahan, elektronik


PENDAHULUAN

Akibat dari pandemi Covid-19 yang terus berjalan selama dua tahun ini membuat
beberapa kebijakan pemerintahan khususnya dalam hal administrasi cukup
terganggu. Maka dari itu, lahir sebuah inovasi sebagai solusi dalam permasalahan
tersebut yang dinamakan sebagai e-Government. E-Government dapat diartikan
sebagai inovasi kebijakan pelayanan publik dengan teknologi informasi dalam
menciptakan tata pemerintahan yang baik (Good Governance). e-Government
merupakan langkah bagi pemerintah untuk memajukan pelayanan administrasi di
indonesia. Dengan langkah ini, pemerintah berharap masyarakat bisa mendapatkan
pelayanan administratif yang lebih mudah.

Pelayanan administratif yang lebih mudah ini nantinya yang akan menjadi wujud dari
Reformasi Birokrasi yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan pelayanan
administratif di Indonesia. Ada beberapa hal mengenai permasalahan pelayanan
administratif di Indonesia yaitu sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang
dinilai lamban, prosedur yang merumitkan, dan adaptasi yang buruk terhadap
perkembangan zaman. Hal-hal tersebut yang membuat masyarakat memiliki Stigma
atau konotasi yang negatif terhadap birokrasi dan sistem pelayanan administratif di
Indonesia

Stigma negatif masyarakat terhadap sistem pelayanan administratif di Indonesia


semakin lama semakin memunculkan masalah baru. Pada akhirnya, tidak sedikit
masyarakat yang enggan untuk mengurus administrasi mereka dan memilih jalan
alternatif yaitu dengan menggunakan jasa calo untuk mempercepat urusan
administrasi mereka. Apabila penggunaan jasa calo ini terus menerus dilakukan,
akan menimbulkan dampak buruk yaitu semakin maraknya praktik suap untuk
mempercepat proses pelayanan publik. Berdasarkan penjelasan tersebut, untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebijakan publik, pemerintah melakukan inovasi
dengan sistem e-Government ini. Pelaksanaan e-Government ini sangat penting
untuk diterapkan pada masa kini.

Berdasarkan INPRES No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi


Nasional Pengembangan e-Government menimbang:
a. Bahwa kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta
potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan,
pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara
cepat dan akurat;
b. Bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses
pemerintahan (e-Government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas,
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan;
c. Bahwa untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good governance)
dan meningkatkan layanan publik yang efektif dan efisien diperlukan adanya
kebijakan dan strategi pengembangan e-Government;
d. Bahwa dalam pelaksanaannya diperlukan kesamaan pemahaman,
keserempakan tindak dan keterpaduan langkah dari seluruh unsur
kelembagaan pemerintah, maka dipandang perlu untuk mengeluarkan
Instruksi Presiden bagi pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan e-
Government secara nasional.

Berdasarkan INPRES No. 3 Tahun 2003 merupakan hal yang memberikan “angin
segar” atau pembaruan kepada sistem pemerintahan, yaitu dengan penerapan
teknologi informatika dan komunikasi di bidang pemerintahan. Penerapan teknologi
informatika dan komunikasi di bidang pemerintahan bertujuan untuk membentuk
pemerintahan yang bersih dan transparan, jaringan informasi dalam pelayanan publik
dapat terbentuk dengan baik dan berkualitas. Hal ini juga bermanfaat dalam dunia
perekonomian karena penerapan teknologi informatika dan komunikasi di bidang
pemerintahan dapat membentuk hubungan interaktif antara pemerintahan dengan
dunia usaha, guna menghadapi kompetisi dalam perdagangan internasional.
Implementasi e-Government ini tidak hanya digunakan pada sistem pemerintahan
pusat saja, akan tetapi juga dapat berlaku pada sistem pemerintahan desa. Hal ini
akan sangat membantu bagi pemerintahan pusat untuk pengelolaan administrasi
daerah otonom. Daerah otonom yang diterapkan di indonesia dapat memudahkan
pemerintah untuk menerapkan sistem e-Government dalam berbagai wilayah di
indonesia. Namun, Dalam pengimplementasian sistem e-Government ini, tidak hanya
didukung oleh petinggi negara saja, akan tetapi masyarakat juga berperan penting
dalam keberlangsungan sistem ini. Masyarakat menjadi subjek penting dalam
penerapan e-Government karena masyarakat menjadi syarat terselenggaranya suatu
e-Government yang baik untuk masyarakat itu sendiri.

Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat itu sendiri terhadap penyelenggaraan e-
Government, menurut Habibie (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Citizen-
Centric e-Government Pelayanan Publik” masyarakat akan menilai bagaimana
keefektivitasan pelayanan publik dimana kepuasan pengguna atau user sebagai
parameter penilaiannya. Penilaian dari masyarakat yang berupa pendapat dan kesan
akan menjadi cerminan pemerintah untuk memahami kekurangan dan kelemahan
dari birokrasi dan sistem pelayanan publik. Pendekatan Citizen-Centric juga menjadi
pertimbangan bagaimana penerapan e-Government yang ideal untuk masyarakat.

Penerapan e-Government yang ideal menurut Nugroho yang dikutip dari (Aprianty,
2016) yaitu pertama, kehadiran web presence yang merupakan tahap diluncurkannya
website pemerintah daerah di media internet. Kedua, interaksi (interaction) yang
merupakan tahap pemerintah menyediakan fasilitas dalam website yang berfungsi
untuk penghubung antara pemerintah daerah dan masyarakat. Pemerintah juga bisa
memberikan variasi pada website seperti fasilitas komunikasi via e-Mail dan
download. Ketiga, transaksi (transaction) yang merupakan tahap pemerintah yang
menawarkan fasilitas pemerintah tambahan berupa fasilitas transaksi layanan
pemerintah untuk menyelesaikan transaksi pertama. Keempat, transformasi
(transformation) yang merupakan tahap dimana pemerintah meningkatkan integrasi
pelayanan publik.
Dalam menentukan sistem yang dapat digunakan, pemerintah menerapkan beberapa
konsep yang dapat digunakan untuk merealisasikan perencanaan mengenai e-
Government di Indonesia. Sistem ini dapat diimplementasikan dalam desa-desa yang
membutuhkan penerapan e-Government itu sendiri untuk memudahkan pelayanan
kebijakan publik. Dalam melakukan penelitian terhadap penerapan e-Government,
terdapat 6 (enam) komponen penting yang harus diperhatikan, yaitu
1) Content Development
Merujuk kepada pengembangan website atau perangkat lunak yang digunakan
dalam penerapan e-Government, seperti penggunaan bahasa pemrograman,
pemilihan standar teknis, kesepakatan user interface, spesifikasi sistem basis data,
dan lain sebagainya;
2) Competency Building
Merujuk kepada pengadaan SDM (Sumber Daya Manusia), menyangkut pada
pelatihan dan pengembangan keahlian serta kompetensi seluruh sumber daya
manusia di pemerintahan;
3) Connectivity
Merujuk kepada keberadaan fasilitas atau infrastruktur di lokasi dimana e-
Government diterapkan;
4) Cyber Laws
Merujuk kepada adanya dasar hukum yang telah dilaksanakan terkait dengan
sangkut paut aktivitas e-Government.
5) Citizen Interfaces
Merujuk kepada adanya SDM (Sumber Daya Manusia) dan fokus kepada
berkembangnya media akses (multi access channels) yang dapat digunakan oleh
seluruh elemen masyarakat dimana saja dan kapanpun mereka inginkan;
6) Capital
Merujuk kepada modal yang dibutuhkan dalam proyek e-Government,
terutama biaya yang berhubungan dengan biaya pasca proyek atau ketika proyek
selesai, seperti untuk kebutuhan pengembangan dan pemeliharaan e-Government.
Disini, elemen pemerintahan harus memikirkan jenis-jenis model pendapatan
(revenue model) yang dapat diimplementasikan di pemerintahan.
Salah satu implementasi e-Government pada pemerintahan desa yaitu di Desa
Wonokerto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Penerapan e-Government di Desa
Wonokerto yaitu berupa sebuah website Sistem Informasi Desa (SID) yang bertujuan
untuk memberikan keterbukaan dan transparansi terkait informasi yang meliputi
kependudukan, laporan, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), perencanaan dan
penganggaran, laporan, dan potensi desa. Penyelenggaraan Sistem Informasi Desa ini
sebagai wujud dari Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi
Desa, yang mendorong proses penggunaan data dan informasi dalam mendukung
sistem pelayanan publik yang baik.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Arief Setyawan, Achluddin, dan Bambang


(2022) menyimpulkan bahwa penerapan Sistem Informasi Desa yang ada di Desa
Wonokerto Kecamatan Tekung Kabupaten Lumajang masih memerlukan banyak
evaluasi. Beberapa kekurangan yang ditemukan dalam Sistem Informasi Desa adalah
pengetahuan warga desa mengenai penerapan e-Government masih minim karena
pelatihan yang diberikan oleh pemerintah masih kurang. Selain itu, pemerintah juga
perlu menambah karyawan untuk mengoperasikan SID (Sumber Informasi Desa)
Desa Wonokerto. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperbaiki beberapa sistem
yang ada sehingga masyarakat dapat dengan mudah menggunakan fasilitas yang
tersedia. Namun, penerapan SID di Desa Wonokerto memiliki faktor pendukung
sehingga penerapannya dapat berjalan dengan baik. Salah satunya adalah LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berpartisipasi secara aktif dalam
penerapannya serta anggaran yang mencukupi untuk menerapkan hal ini sebagai
kebijakan dengan landasan hukum yang jelas. Pemerintah diharapkan dapat segera
memperbaiki kekurangan yang ada sehingga Desa Wonokerto Kecamatan Tekung
Kabupaten Lumajang bisa menjadi salah satu desa dengan penerapan e-Government
yang berhasil.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah
dalam penulisan kali ini adalah bagaimana penerapan sistem e-Government yang ada
di Desa Wonokerto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur serta pengaruhnya sebagai
bentuk good governance melalui 6 komponen penting penerapan e-Government
menurut Richardus Eko Indrajit (2002: 18). Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk membantu pemerintah dalam hal pemenuhan
kualitas e-Government yang baik serta memadai untuk publik, menyampaikan
keadaan sebenarnya mengenai pelayanan masyarakat yang ada di desa, dan
membantu masyarakat dalam menampung segala potensi yang bisa dilakukan
pemerintah untuk pelayanan masyarakat yang ada.

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu memberikan informasi mengenai


penerapan e-government dalam sistem pemerintahan desa, mempermudah dan
membantu pemerintah desa dalam menyampaikan informasi dan pelayanan kepada
masyarakat desa sebagai bentuk good governance, meningkatkan hubungan dan
membangun kepercayaan masyarakat dan/ pelaku bisnis dengan pemerintah desa.

METODE

Pada penelitian ini, metode penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi literatur dengan jenis penelitian
deskriptif dengan menganalisis website Sistem Informasi Desa (SID) Desa
Wonokerto, Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Peneliti telah
mengumpulkan data dengan menganalisis beberapa jurnal yang berkaitan dengan
penelitian mengenai penerapan e-Government di Indonesia, khususnya di Desa
Wonokerto, Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Peneliti
menggunakan 6 (enam) komponen e-Government menurut Richardus Eko Indrajit
(2002:18) sebagai landasan teori dalam melakukan penelitian. Enam komponen
tersebut terdiri dari: content development, competency building, connectivity, cyber
laws, citizen interfaces, dan capital.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Wonokerto merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Tekung,


Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Desa ini menggunakan Sistem Informasi Desa
(SID) dalam pelayanan publik sebagaimana yang telah diterapkan oleh pemerintah
pada tahun 2019. Pemerintah menerapkan e-Government dalam desa dalam bentuk
website. Website sistem informasi pada desa ini diharapkan dapat memberi solusi
dan inovasi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat desa. Masyarakat desa
diharapkan dapat mengakses website ini sehingga masyarakat dapat merasakan
kemudahan dari teknologi yang ditawarkan oleh pemerintah. Pemerintah menerapkan
website yang dapat dijangkau oleh warga di Desa Wonokerto sehingga mereka dapat
menemukan berbagai informasi mengenai desa mereka dengan mudah. Informasi
yang ditawarkan dapat berupa Rencana Pembangunan Desa, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), Data Penduduk, dan lain-lainnya.

Penerapan Sistem Informasi Desa Wonokerto terjadi apabila terdapat pembaharuan


sistem yang menghasilkan dampak positif antara sektor pembangunan dengan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang menjadi syarat penting dalam
peningkatan daya saing desa dalam bidang teknologi berupa e-Government. Dalam
penerapannya, terdapat beberapa kondimen untuk mengimplementasikan website,
diantaranya :
1. Perangkat keras, dapat berupa laptop atau komputer
2. Perangkat lunak, dapat berfungsi untuk menjalankan suatu sistem seperti
Google Chrome, Safari, Opera, dan lain-lain.
3. Sumber Daya Manusia, dapat berupa individu berperan sebagai admin yang
menjalankan serta mengoperasikan perangkat keras untuk menjalankan
Sistem Informasi Desa (SID) sebagaimana telah dirancang sehingga dapat
terlaksana dengan baik dan dapat memberikan manfaat bagi seluruh warga
desa.

Dalam penerapannya, penggunaan website dapat mempermudah masyarakat dalam


memperoleh informasi dan pelayanan dari rumah. Penelitian ini menganalisis apakah
e-Government sudah terimplementasi dengan baik di Desa Wonokerto dan
masyarakat ikut merasakan manfaat dari e-Government. Kriteria yang harus dipenuhi
apabila e-Government sudah terlaksana dengan baik adalah:
1. Layanan yang diberikan mampu untuk diimplementasikan.
Kriteria pertama dalam pelaksanaan e-Government adalah sejauh
mana keberhasilan pengimplementasian layanan e-Government.
2. Layanan tersebut dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Kriteria kedua dalam pelaksanaan e-Government adalah kemudahan
akses layanan e-Government dalam masyarakat. Kemudahan ini akan
didapatkan apabila elemen pemerintahan mampu memberikan layanan e-
Government yang baik dan efektif terhadap masyarakat.
3. Masyarakat dapat mengerti dengan mudah dalam mengakses website
tersebut.
Masyarakat akan mengerti cara mengakses dengan baik apabila
pemerintah bersedia memberikan sosialisasi atau penyuluhan kepada
masyarakat mengenai cara mengakses layanan e-Government.

Namun, penggunaan Sistem Informasi Desa (SID) dalam pelayanan publik


Pemerintahan Desa Wonokerto masih belum bisa dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan karena masih terdapat kendala dalam SID yang
mengakibatkan aparat pemerintah desa tidak bisa menginput data ke dalam website
tersebut. Perbaikan pada website Sistem Informasi Desa merupakan solusi agar
website tersebut bisa bekerja lebih optimal dan bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini
juga dapat berfungsi bagi wakil rakyat agar bisa mengakses untuk keperluan
pemerintahan secara tepat dan cepat.

Di dalam website Sistem Informasi Desa ini terdapat beberapa fitur pencarian yang
disediakan, seperti data penduduk, laporan perencanaan dan penganggaran dana
desa, potensi desa, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan lain-lain. Namun,
diantara pemanfaatan beberapa fitur yang tersedia masih ada yang belum berjalan
sesuai fungsinya dengan baik di website pemerintah Desa Wonokerto. Kurangnya
koordinasi baik dari pemerintah desa Wonokerto maupun dengan Dinas Komunikasi
dan Informatika (DISKOMINFO) mengakibatkan penanganan kendala di website
SID ini tidak segera teratasi. Sumber Daya Manusia yang terbatas juga menjadi
faktor penggunaan SID dalam pelayanan tersebut belum bisa dikatakan efektif dan
efisien. Pemerintah Desa Wonokerto diharapkan bisa memenuhi dan menyiapkan
sumber daya manusia dengan melaksanakan kembali pelatihan dan pendampingan
untuk aparat pemerintah desa yang masih belum paham akan sistem penggunaan
SID. Tidak hanya keterlibatan pemerintah desa yang dibutuhkan disini, tapi
masyarakat dan seluruh pihak yang terkait dalam permasalahan teknis juga ikut
terlibat.

Beberapa manfaat adanya Sistem Informasi Desa yang tersebar luas juga belum
terjangkau secara merata oleh masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat dari masyarakat
yang sedikit kesulitan mengakses fitur Sistem Informasi Desa melalui website.
Dalam hal ini, selain memperbaiki sistem website, pemerintah desa juga harus
membantu masyarakat yang kesulitan atau tergolong awam dengan sistem teknologi
dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk penggunaan Sistem
Informasi Desa yang efektif dan efisien. Dengan sosialisasi yang baik dan konsisten,
diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam menggunakan Sistem Informasi
Desa sebagai wujud pelayanan publik dalam bentuk e-Government. Jika penggunaan
Sistem Informasi Desa dapat lebih dioptimalkan serta dimanfaatkan dengan baik oleh
seluruh civitas desa, maka Desa Wonokerto bisa menjadi contoh bagi desa-desa
terpencil lainnya agar menerapkan pelayanan publik yang serupa.

Penelitian ini juga menggunakan 6 komponen penting sebagai acuan dalam


penelitian yang harus diperhatikan dalam penerapan e-Government menurut
Richardus Eko Indrajit (2002:18). Analisis penerapan e-Government pada
Pemerintahan Desa Wonokerto berkaitan erat dengan perkembangan teknologi dan
informasi sebagai upaya perwujudan pelayanan efektif kepada masyarakat. Penulis
akan membahas tentang 6 (enam) poin e-Government menurut Indrajit (2002).

1. Content Development
Dalam hal ini, hal pertama yang kita nilai dari penerapan e-Government di
Pemerintahan Desa Wonokerto yaitu Content Development. Content Development
adalah proses pengembangan isi atau pengembangan konten. Dalam konteks e-
Government, pengembangan isi atau pengembangan konten yang dimaksud adalah
tentang kondisi perangkat lunak atau website yang digunakan yaitu tentang kondisi
SID (Sistem Informasi Desa) Desa Wonokerto. Menurut penelitian penulis, SID
(Sistem Informasi Desa) Desa Wonokerto memiliki kekurangan dan kelebihan dalam
aspek pengembangan isi. Kelebihan dari SID (Sistem Informasi Desa) Desa
Wonokerto yaitu terdapat artikel-artikel yang membahas tentang informasi desa,
seperti informasi penerimaan bantuan langsung tunai, penyampaian visi misi calon
Kepala Desa Wonokerto, penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) PILKADES
Wonokerto, dll. Kelebihan lain yaitu terdapat peta lokasi Desa Wonokerto yang akan
memudahkan masyarakat untuk mengetahui wilayah Desa Wonokerto, di dalam SID
(Sistem Informasi Desa) Desa Wonokerto juga terdapat statistik kunjungan yang
valid. Kekurangan dari SID (Sistem Informasi Desa) yaitu belum terdapat informasi
yang valid mengenai data kependudukan desa, juga belum terdapat transparansi
kebijakan APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa). Seharusnya isi atau
konten dari SID (Sistem Informasi Desa) lebih lengkap agar memudahkan
masyarakat dalam mencari informasi. Karena diantara cara memberikan pelayanan
publik yang baik yaitu dengan menyediakan informasi dan berita yang lengkap,
valid, terbaru, dan informasi yang sesuai fakta.

2. Competency Building
Menurut Indrajit (2002) Competency Building atau Berbasis Kompetensi
merupakan komponen penting untuk dijadikan tolak ukur dalam penilaian penerapan
e-Government. Dalam konteks ini, kompetensi bermaksud kondisi SDM (Sumber
Daya Manusia) yang ahli di bidang e-Government. Contohnya seperti, dibutuhkan
ahli komputer untuk mengelola web SID (Sumber Informasi Desa) Desa Wonokerto.
Dalam pengelolaan e-Government juga dibutuhkan teknisi yang memadai untuk
mengelola internet, melakukan pemasangan internet, membuat desain web, dan
penulisan artikel pada web. Sumber daya manusia di Desa Wonokerto masih perlu
dibenahi dikarenakan terbatasnya Sumber Daya Manusia di Kantor Desa Wonokerto.
Keterbatasan pengendalian SID (Sumber Informasi Desa) juga ditemukan dalam
penerapan SID ini. Terdapat perangkat desa yang tidak menguasai pengoperasian
SID (Sumber Informasi Desa) Desa Wonokerto. Guna meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di Kantor Desa Wonokerto maka perlu dilakukan pelatihan dan
bimbingan terhadap perangkat desa agar kualitas Sumber Daya Manusia di Desa
Wonokerto dapat memiliki daya saing. Sumber daya manusia menjadi sebuah kunci
dalam keberhasilan pemberian pelayanan publik dalam bentuk e-Government yang
baik kepada masyarakat.

3. Connectivity
Connectivity atau konektivitas yang dimaksud dalam penilaian penerapan e-
Government adalah ketersediaan infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur dari segi
pemeliharaan, pengadaan fasilitas, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
penggunaan Sistem Informasi Desa (SID) telah mencukupi. Infrastruktur dan
fasilitas yang telah tercukupi sangat berpengaruh terhadap baik atau tidaknya
penerapan e-Government yang berlangsung. Dengan infrastruktur yang memadai,
akan mendukung segala usaha untuk mencapai good governance atau pemerintahan
yang baik.

4. Cyber Laws
Dalam penerapan e-Government, Cyber Laws merupakan suatu sistem hukum
yang ditetapkan berkaitan dengan seluk beluk pelaksanaan e-Government. Dalam
pelaksanaannya, Desa Wonokerto mempunyai dasar hukum yang jelas sebagai
patokan pedoman mengenai pelaksanaan berbagai jenis penerapan, pemeliharaan,
serta pengembangan Sistem Informasi Desa (SID) berbasis web tersebut. Upaya
pengembangan sistem penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik guna
meningkatkan kualitas pelayanan publik ini mengacu pada Instruksi Presiden Nomor
3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-
Government. Selain itu, adanya kerangka dan seperangkat hukum dalam pengelolaan
e-Government mengacu pada Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 tentang tata cara
perencanaan, pengendalian, serta evaluasi pembangunan daerah pada instansi
pemerintah. Sehingga, dalam pengembangan sistem e-Government Desa Wonokerto
memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat dijadikan pedoman dalam seluk beluk
kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan, perencanaan, dan pemeliharaan
sistem e-Government tersebut.

5. Citizen Interfaces
Citizen Interfaces membahas tentang pengadaan Sumber Daya Manusia dan
pengembangan berbagai kanal akses (multi access channels) yang digunakan oleh
seluruh masyarakat beserta Stakeholder e-Government dimana saja dan kapan saja
mereka inginkan. Pada dasarnya, Sistem Informasi Desa Wonokerto (SID) ini dapat
dengan mudah diakses oleh masyarakat desa karena platform ini merupakan platform
berbasis web. Sehingga informasi desa dapat ditemukan dengan mudah dan cepat.
Selain itu, dalam pengembangan sistem informasi desa tersebut, terdapat layanan
mandiri untuk para pengaksesnya agar bisa langsung menghubungi perangkat desa.
Pengembangan sistem informasi desa yang dapat dengan mudah diakses oleh
masyarakat akan menjadikan pemerintahan yang transparan dan terbuka, karena
semua informasi dapat didapatkan melalui website dengan mudah.

6. Capital
Capital meliput struktur modal proyek e-Government yang terealisasi
terutama terkait dengan biaya pascaproyek, misalnya untuk keperluan pemeliharaan,
pengembangan, dan lain sebagainya. Anggaran biaya mengenai pembiayaan,
perencanaan dan pengembangan implementasi e-Government pemerintah daerah
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lumajang. Hal
tersebut tertuang dalam Peraturan Bupati Lumajang Nomor 59 Tahun 2019 Tentang
Masterplan Pengembangan Smart City Kabupaten Lumajang Tahun 2019-2023.

Setelah melakukan penilaian dan penelitian penerapan e-Government di Desa


Wonokerto, Kecamatan Tekung, Lumajang, Jawa Timur yang mengacu kepada 6
(enam) poin menurut Richardus Eko Indrajit (2002:18). Dapat dikatakan, bahwa
penerapan e-Government di Desa Wonokerto sudah cukup baik di beberapa aspek.
Desa Wonokerto sudah cukup berhasil dalam menjalani tugas mereka. Meskipun
masih diperlukan beberapa perbaikan, seperti pelatihan SDM (Sumber Daya
Manusia). Perbaikan tersebut tentunya bertujuan untuk mengoptimalkan
implementasi e-Government di Desa Wonokerto.

Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
penerapan e-Government di Desa Wonokerto yang sesuai dengan Instruksi Presiden
No. 3 Tahun 2003. Hal pertama yang harus diperhatikan yaitu ketersediaan web,
penyediaan SDM (Sumber Daya Manusia), serta sarana dan prasarana dalam
menjalankan penerapan e-Government. Ketiga hal tersebut memiliki kaitan dengan
Tahap Pertama dari Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003. Namun, Desa Wonokerto
belum dapat memenuhi tahap tersebut dengan sempurna dikarenakan masih terdapat
SDM (Sumber Daya Manusia) yang kurang.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi serta kemajuan peradaban zaman,


pemerintah membutuhkan cara untuk mengatur sistem pemerintahan dengan
memanfaatkan teknologi yang semakin canggih untuk membantu proses jalannya
pemerintahan itu sendiri, khususnya pemerintahan di Desa Wonokerto, Kecamatan
Tekung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Salah satu diantara berbagai cara yang
dapat digunakan adalah dengan pembuatan website untuk mempermudah pemerintah
dan juga masyarakatnya. Website Sistem Informasi Desa (SID) merupakan contoh
wujud solusi atau inovasi dari pemerintah untuk memberikan informasi atau
pelayanan kepada masyarakat Desa Wonokerto tanpa harus mendatangi langsung ke
Kantor Desa Wonokerto. Website Sistem Informasi Desa Wonokerto (SID) ini juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kinerja perangkat desa dalam lingkup
pelayanan publik sehingga bermanfaat bagi seluruh masyarakat untuk menerima
informasi yang tersedia dan memberikan pelayanan pengaksesan informasi
(kependudukan, potensi desa, UMKM, laporan perencanaan dan penganggaran) yang
ada di Desa Wonokerto akan menjadi lebih mudah dan cepat. Pertanyaan nya apakah
website Sistem Informasi Desa (SID) ini sudah berjalan secara efektif dan dengan
berdasarkan tujuannya?
Merujuk pada United Nations e-Government Survey 2008, terdapat lima tahapan
website sebagai indeks pengukuran yang komparatif mengenai kemampuan untuk
memberikan pelayanan secara online kepada masyarakat.

1. Tahap I - Emerging (kemunculan): Pada tahap ini website Sistem Informasi


Desa (SID) Wonokerto muncul dengan menyajikan banyak informasi, baik
informasi terkait pemerintah dan informasi umum. Selain itu juga, mulai
terdapat interaksi walaupun hanya interaksi satu arah melalui link buku tamu.
2. Tahap II – Enhance (Peningkatan): Pada tahapan ini di dalam website Sistem
Informasi Desa (SID) Wonokerto belum memberikan informasi lebih lanjut
tentang kebijakan publik dan pemerintahan. Pemerintah Desa Wonokerto
juga tidak menyediakan tautan atau link informasi yang mudah diakses
masyarakat seperti misalnya, dokumen, laporan, buletin, formulir, hukum
dan peraturan perundang-undangan.
3. Tahap III – Interactive (Interaktif): Pada tahapan ini website Sistem
Informasi Desa (SID) Wonokerto belum menawarkan layanan online seperti
formulir pembayaran pajak yang dapat diunduh dan aplikasi untuk
perpanjangan lisensi. Selain itu, belum ada penawaran interaktif yang dapat
digunakan di situs web terkait layanan untuk meningkatkan kenyamanan
masyarakat.
4. Tahap IV - Transactional (Transaksi): Pada tahap ini dalam website Sistem
Informasi Desa (SID) Wonokerto masih belum ada interaksi timbal-balik atau
dua arah antara warga desa dan pemerintah.
5. Tahap V – Connected (Koneksi): Pada tahap ini Website Sistem Informasi
Desa (SID) Wonokerto belum merubah diri menjadi sebuah badan yang
terhubung untuk memenuhi kebutuhan warganya dengan pengembangan
lembaga infrastruktur terpadu.

Berdasarkan hal tersebut, website Sistem Informasi Desa (SID) Wonokerto dapat
dikatakan masih terbatas pada tahap awal, yaitu Tahap I Emerging (kemunculan).
Dimana website tersebut masih dalam tahap permulaan dan tentunya dibutuhkan
banyak pengembangan. Oleh karena itu website pemerintah masih belum bisa
dikatakan efektif sebagai bentuk e-Government. Faktor pendukung website Sistem
Informasi Desa (SID) Wonokerto sebagai sarana e-Government dalam penyampaian
e-services adalah semakin berkembangnya teknologi informasi yang mempermudah
akses-akses internet, semakin banyak masyarakat yang lebih berpengetahuan, aktif,
dan pendidikan yang lebih baik, dan evaluasi atau penilaian oleh pemerintah Desa
Wonokerto terkait informasi untuk perubahan rutin dan perbaikan bentuk website.
Faktor yang menghambat Website sebagai e-Government yaitu pertama-tama datang
dari masyarakat itu sendiri, dimana orang lanjut usia (lansia) yang berpendidikan
rendah belum bisa menggunakan perangkat elektronik dan menghalangi mereka
untuk mengakses website. Faktor kedua yaitu belum adanya pengelolaan dari
pemerintah yang secara langsung dapat memberikan umpan balik atau interaksi dua
arah antara pemerintah dengan masyarakat. Faktor yang terakhir yaitu sosialisasi
untuk masyarakat terkait penggunaan website e-Government yang masih belum
maksimal.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh kelompok kami berdasarkan
beberapa jurnal yang sudah kami baca, serta berdasarkan oleh 6 komponen menurut
teori Indrajit (2002) terdapat beberapa hal yang sudah cukup baik dalam penerapan
e-Government di Desa Wonokerto, Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang, Jawa
Timur. Masyarakat berperan penting dalam terlaksananya Sistem Informasi Desa di
Desa Lumajang, karena masyarakat merupakan subjek yang dapat menentukan
apakah sistem ini berjalan dengan baik untuk masyarakat sendiri.

Ada beberapa hal yang sudah terlaksana dengan baik pada penerapan e-Government
di Desa Wonokerto, seperti connectivity dan citizen interfaces. Content development
atau pengembangan isi masih terdapat beberapa kekurangan dalam pengisian website
SID (Sistem Informasi Desa) Desa Wonokerto yang masih sulit diakses oleh
sebagian besar warga. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan gerakan
perubahan untuk SID di Desa Wonokerto. Pemanfaatan teknologi yang dimiliki oleh
Indonesia harus diberlakukan secara mutakhir sehingga masyarakat pedesaan ikut
merasakan manfaat teknologi yang dapat membuka jendela baru bagi dunia.

Dapat dikatakan bahwa ide website Sistem Informasi Desa (SID) Wonokerto cukup
efektif sebagai bentuk media penyampaian informasi. Namun sebagai media
pelayanan elektronik (e-service), website tersebut belum dijalankan secara efisien,
dengan faktor pendukung: semakin berkembangnya teknologi informasi yang
memudahkan pengaksesan internet dan banyaknya masyarakat yang semakin aktif
dengan tingkat pendidikan yang lebih baik. Sedangkan faktor penghambatnya:
masyarakat yang sudah berumur (lansia) dengan pendidikan rendah yang tergolong
masih awam atau bahkan tidak bisa menggunakan peralatan elektronik, belum ada
interaksi dua arah antara pemerintah dengan masyarakat, dan kurangnya sosialisasi
kepada masyarakat mengenai penggunaan website sebagai media e-Government.
Padahal, masyarakat merupakan komponen penting dalam menentukan terselenggara
atau tidaknya suatu sistem dengan baik.

Oleh karena itu, pemerintah perlu memperbaiki sistem yang ada dalam penerapan e-
Government yang ada. Ada beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah
sebelum memutuskan apakah e-Government tersebut dapat terlaksana seperti,
melakukan riset lapangan dengan mencari tahu apakah jika e-Government diterapkan
di desa ini akan memberikan dampak positif yang lebih banyak dari dampak
negatifnya. Selain itu pemerintah harus meninjau kembali data penduduk, jika di
desa tersebut lebih banyak lansia, maka pemerintah harus lebih cepat dalam
menyusun langkah sosialisasi karena lansia dinilai lebih sulit untuk menerima
sosialisasi teknologi dibandingkan dengan remaja ataupun orang dewasa.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran dan masukan


sebagai berikut:
a. Pemerintah Desa Wonokerto harus memberikan edukasi dan sosialisasi
mengenai bagaimana cara mengakses internet dengan baik dan tepat kepada
seluruh masyarakatnya. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya teknologi
informasi yang berdampak pada kemudahan dalam mengakses internet,
namun penggunanya sendiri tidak memiliki pengetahuan tentang pengaksesan
internet yang baik dan tepat.
b. Pemerintah Desa Wonokerto harus memenuhi kebutuhan akan Sumber Daya
Manusia (SDM) untuk mendukung jalannya penerapan Sistem Informasi
Desa ini, karena Sumber Daya Manusia merupakan komponen yang akan
menjalankan sistem yang diberikan oleh pemerintah. Dengan memenuhi
Sumber Daya Manusia yang baik, maka Sistem Informasi Desa akan
terlaksana dengan baik juga.
c. Pegawai Pemerintah Desa Wonokerto seharusnya mendapatkan pelatihan dan
bimbingan dari Dinas Komunikasi dan Informatika dalam bagaimana
mengelola sebuah sistem e-Government agar pelaksanaannya efektif dan
sesuai dengan tujuan.
d. Masyarakat Desa Wonokerto harus terus mengawasi dan mendorong
pemerintah desa dalam penerapan e-Government di desa. Harapannya,
masyarakat dapat mengetahui progress dari pelaksanaan ini dan ikut serta
membangun sebuah sistem e-Government yang baik dan ideal.
e. Dalam pengembangan sistem e-Government Desa Wonokerto dapat
ditingkatkan dengan memperbaharui tampilan web. Dengan ini, harapannya
masyarakat bisa lebih tertarik untuk melakukan kegiatan administrasi secara
mandiri. Selain itu, juga dapat sebagai pusat penyebaran informasi yang dapat
diakses kapanpun dan dimanapun. Hal ini sebagai bentuk tolak ukur seberapa
baik dalam mewujudkan good governance.
f. Pemerintah Desa Wonokerto perlu berkoordinasi bersama Dinas Komunikasi
dan Informatika Kabupaten Lumajang dalam mengembangkan website
Sistem Informasi Desa agar informasi yang termuat dalam Sistem Informasi
Desa (SID) lengkap dan akurat.
g. Pemerintah Desa Wonokerto perlu melakukan riset lapangan untuk
mengetahui penilaian dari masyarakat terhadap Sistem Informasi Desa.
Setelah dilakukan riset lapangan, pemerintah juga perlu melakukan evaluasi
rutin agar penerapan e-Government di Desa Wonokerto dapat terus
berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Z.A. & Yahya, F. 2020. e-Government Sebagai Strategi dalam


Meminimalisir Penyebaran Covid-19 dan Efektivitas PSBB. [Online].
https://iaingorontalo.ac.id/e-goverment-sebagai-strategi-dalam-
meminimalisir-penyebaran-covid-19-dan-efektivitas-psbb/. Diakses pada 18
Oktober 2022.
Amanuha, G., dkk. 2021. Digitalisasi Pemerintahan Melalui Implementasi SIMRAL
dalam Mendukung Keberlanjutan Pembangunan Daerah. Jurnal Terapan
Pemerintahan Minangkabau. Volume 1 Nomor 2. DOI:
https://doi.org/10.33701/jtpm.v1i2.2086
Aprianty, R. D. 2016. Penerapan Kebijakan e-Government dalam Peningkatan Mutu
Pelayanan Publik di Kantor Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. e-journal
Ilmu Pemerintahan. Vol. 4 No. 4
Aprilia, S.N., dkk. 2014. . “Efektivitas Website Sebagai Media E-
Government dalam Meningkatkan Pelayanan Elektronik Pemerintah Daerah
(Studi Pada Website Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang).” WACANA,
Jurnal Sosial dan Humaniora., vol. 17, no. 2,
https://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/view/313 Accessed 18
Oktober 2022.
Ariyanto, M. 2014. “Analisis Pelaksanaan e-Government di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Serang (Studi Pada Pelayanan e-Registration, e-
SPT, dan e-Filing).” Repository. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan.
2022. Aplikasi e-Government Menuju Good Governance. [Online].
https://sulselprov.go.id/welcome/post/aplikasi-e-government-menuju-good-
governance. Diakses pada 18 Oktober 2022.
Diskominfo. 2017. Pengertian, Keuntungan, & Kerugian e-Government. [Online].
https://diskominfo.badungkab.go.id/artikel/17777-pengertian-keuntungan-
kerugian-e-government. Diakses pada 18 Oktober 2022.
Giyanto, A. 2016. SIDEWO, Sistem Informasi Desa Wonokerto untuk Pelayanan
Efektif dan Efisien. [Online]. https://jogjadaily.com/2016/03/sidewo-sistem-
informasi-desa-wonokerto-untuk-pelayanan-efektif-dan-efisien/. Diakses
pada 18 Oktober 2022.
Habibie, Dedi Kusuma. 2019. “Citizen-Centric e-Government Pelayanan Publik”.
Jurnal Kebijakan Publik. Vol. 10, No. 1: 1-58
Lavenda, T.R. 2022. Implementasi e-Government yang Adaptif untuk Tingkatkan
Kualitas Layanan. [Online].
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/15002/Implementasi-E-
Government-yang-Adaptif-untuk-Tingkatkan-Kualitas-Layanan.html.
Diakses pada 18 Oktober 2022.
Mahayoni, G.A.D.I. & Wirantari, I.D.A.P. 2021. Pengembangan Website Desa
Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik di Desa Bona, Gianyar.
Journal of Contemporary Public Administration (JCPA). Volume 1 nomor 1.
DOI: https://doi.org/10.22225/jcpa.1.1.3311.13-19.
Masyhur, F. 2017. “Penelitian E-Government di Indonesia: Studi Literatur Sistematis
dari Perspektif Dimensi Pemeringkatan E-Government Indonesia (PeGI).”
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi, Vol. 19 (1): 51-62.
Muallidin, I. 2016. Konsep, Kerangka Pikir, Kerangka Nilai E-Government dan E-
Service. Repository. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Mustapa, Z. 2011. Reformasi Birokrasi Melalui E-Government: Peluang atau
Tantangan Dalam Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Pemerintahan Otoritas.
Volume 1 Nomor 2. DOI: https://doi.org/10.26618/ojip.v1i2.29
Nugroho, T.W.A. 2016. “Analisis e-Government Terhadap Pelayanan Publik di
Kementerian Hukum dan HAM”. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum. Vol.10,
No. 3; 279-296
Rachman, E.S. & Noviyanto, B. 2017. Pemanfaatan e-Government pada Desa
Wonokarto untuk Meningkatkan Akurasi dan Informasi Potensi Desa. Jurnal
TAM (Technology Acceptance Model). Volume 8 nomor 1.
Risnandar. 2014. Analisis e-Government dalam Peningkatan Pelayanan Publik pada
Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Tengah. e-Jurnal
Katalogis. Volume 2 nomor 7.
Setyawan, A. dkk., 2022. “Penggunaan Sistem Informasi Desa dalam Pelayanan
Publik di Pemerintah Desa Wonokerto Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa
Timur.” PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik. Vol. 2 (5):
42-51.

Anda mungkin juga menyukai