net/publication/353851642
CITATIONS READS
2 1,080
1 author:
Asep Cahyana
Ombudsman of the Republic of Indonesia
8 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Asep Cahyana on 12 August 2021.
Asep Cahyana
Program Studi Magister Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
Abstract
Pendahuluan
Pemerintah daerah memiliki kewenangan besar dalam menjalankan urusan
pemerintahan di daerah berdasarkan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Konsekuensi desentralisasi tersebut meliputi fleksibilitas untuk membuat keputusan
sendiri, menyelaraskan pelayanan dengan kebutuhan masyarakat setempat, serta
meningkatkan pelayanan umum (Heo, 2018). Kewenangan luas pemerintah daerah
diiringi pula kewajiban besar dalam memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
masyarakat, baik berupa pelayanan administratif, barang publik, maupun jasa publik.2
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini menjadi peluang
sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pelayanan bagi
masyarakat. TIK berpeluang menjadi terobosan baru dalam menyediakan dan
meningkatkan pelayanan berkualitas yaitu menjadi lebih efektif, efisien, akuntabel dan
transparan melalui e-government (Astawa & Dewi, 2018). Pengembangan TIK dalam
pemerintah dapat mengubah interaksi antara pemerintah dengan masyarakat atau dunia
1Ditulis sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Teknologi Informasi Sektor Publik.
2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengkategorikan pelayanan publik menjadi
pelayanan administratif, barang publik, dan jasa publik.
1
usaha yang secara tradisional dilakukan di kantor pemerintah, berpindah ke tempat yang
lebih dekat dengan pengguna (World Bank, 2002, p.2).
Pemerintah Indonesia telah menyadari sejak masa awal reformasi akan pentingnya
e-government. Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, dengan
mempertimbangkan sejumlah manfaat penerapan teknologi informasi dan komunikasi di
sektor pemerintahan.3 Pemerintah memperkuat dasar hukum tersebut dengan
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah
Berbasis Elektronik. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi menyatakan bahwa kondisi pembangunan e-government sebelum Perpres
Nomor 95 Tahun 2018 terjadi beberapa masalah, antara lain: bersifat sektoral, terjadi
pemborosan, disintegrasi sistem informasi, resiko keamanan, serta kurangnya validitas
data, padahal di sisi lain masyarakat menuntut pelayanan yang cepat, transparan, dan
efektif.4
Pemerintah Kabupaten Sumedang bermaksud mengambil manfaat teknologi
informasi dan komunikasi guna meningkatkan kinerja pemerintahan daerah dan
pelayanan publik kepada masyarakatnya. Hal ini dilatarbelakangi berbagai persoalan
pelayanan publik di Kabupaten Sumedang antara lain: kurang responsif, kurang
informatif, jangkauan terbatas, kurang koordinatif, birokratis, kurang mendengar
keluhan/saran/aspirasi masyarakat, serta inefisien.5 Akan tetapi kesiapan Pemkab
Sumedang maupun masyarakat terkait teknologi informasi dan komunikasi masih
tergolong rendah. Pada tahun 2018, indeks SPBE Pemkab Sumedang baru mencapai 2,46
(skala maksimal 5) sedangkan akses internet masyarakat baru mencapai 52%.6
Tulisan ini bertujuan menyajikan secara singkat upaya dan capaian Pemerintah
Kabupaten Sumedang melalui kebijakan, program, dan kegiatannya dalam
mengembangkan e-government atau SPBE. Penulis menggunakan pendekatan dekriptif
3 Konsideran Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government
yaitu: a) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka
peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan
akurat; b) pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan
meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan; c) untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good governance) dan meningkatkan layanan publik yang efektif dan
efisien diperlukan adanya kebijakan dan strategi pengembangan e-government.
4 https://kita.menpan.go.id/wp-content/uploads/2019/11/Paparan-SPBE-Sistem-Pemerintahan-Berbasis-Elektronik.pdf
2
kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi dengan cara online browsing (Astawa &
Dewi, 2018) terhadap website terkait, melakukan uji coba pelayanan, serta menganalisis
dokumen meliputi peraturan perundang-undangan, kebijakan, dan dokumen lain yang
relevan.
Pembahasan
Menurut World Bank (2002), e-government adalah sistem teknologi informasi dan
komunikasi yang dimiliki atau dioperasikan pemerintah yang mengubah hubungan
dengan warga negara, sektor swasta dan/atau lembaga pemerintah lainnya untuk
mempromosikan pemberdayaan warga negara, meningkatkan penyampaian layanan,
memperkuat akuntabilitas, meningkatkan transparansi, atau meningkatkan efisiensi
pemerintah. E-government bertujuan agar interaksi pemerintah dengan warga negara
(G2C/C2G), pemerintah dengan bisnis (G2B/B2B), pemerintah dengan pegawainya
(G2E/E2G) serta hubungan antarlembaga pemerintah (G2G) lebih ramah, nyaman,
transparan, dan murah. Fase perkembangan e-government menurut World Bank meliputi
presence, interaction, transaction, dan transformation.
E-government di Indonesia saat ini dikenal dengan istilah Sistem Pemerintah
Berbasis Elektronik (SPBE). Berdasarkan Perpres Nomor 95 Tahun 2018, SPBE adalah
penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk memberikan layanan kepada penggunanya. SPBE bertujuan mewujudkan tata
kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan
terpercaya. Pelaksanaannya dilakukan dengan mengacu kepada prinsip efektivitas,
keterpaduan, kesinambungan, efisiensi, akuntabilitas, interoperabilitas, dan keamanan.
Perpres mengatur secara komprehensif mengenai tata kelola, manajemen, audit TIK,
penyelenggara, percepatan, serta pemantauan dan evaluasi SPBE. Cakupan layanan
SPBE meliputi G2G (e-Office, e-Planning, e-Budgeting, e-Monev), G2E (e-
Kepegawaian, e-Pensiun), G2C (e-Pengaduan, e-Pendidikan, e-Kesehatan), dan G2B (e-
Procurement, e-Perizinan). Evaluasi SPBE dilakukan dengan menghitung indeks SPBE
berdasarkan 3 (tiga) domain yaitu kebijakan internal, tata kelola, layanan, yang
diturunkan ke dalam 7 (tujuh) aspek dan 35 (tiga puluh lima) indikator.7 Indeks SPBE
7
ibid.
3
terdiri atas: <1,8 (kurang), 1,8 - <2,6 (cukup), 2,6 - <3,5 (baik), 3,2 - <4,2 (sangat baik),
4,2 - 5,0 (memuaskan).
Pemkab Sumedang sebenarnya telah mengidentifikasi kelemahan dalam
pelayanan publiknya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Sumedang 2014-2018, dimana reformasi birokrasi dan peningkatan kinerja
pelayanan publik menjadi salah satu isu strategis. Akan tetapi teknologi informasi dan
komunikasi tidak secara eksplisit terlihat dalam visi, misi, tujuan, maupun sasaran
pembangunan Kabupaten Sumedang dalam periode tersebut. Permasalahan birokrasi dan
pelayanan publik nampaknya belum teratasi secara tuntas dalam periode tersebut
sehingga reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan kembali diangkat sebagai isu
strategis dalam RPJMD Kabupaten Sumedang 2019-2023. Cakupan isu tersebut meliputi
pembenahan struktural, prosedural, kultural dan etika birokrasi, serta meliputi elemen
reformasi keuangan, SDM aparatur, dan pelayanan publik.
Peran teknologi informasi dalam meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik secara eksplisit mengemuka dalam RPJMD Kabupaten Sumedang
2019-2023. Hal tersebut tidak terlepas dari visi-misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah 2018-2023. Bupati-Wakil Bupati Sumedang mengusung visi: “Terwujudnya
masyarakat Kabupaten Sumedang yang sejahtera, agamis, maju, profesional, dan kreatif
pada tahun 2023”. Profesionalisme dikaitkan dengan good governance yang didefinisikan
sebagai penyelenggaraan pemerintahan secara partisipatif, efektif, jujur, adil, transparan
dan bertanggungjawab kepada semua level pemerintahan. Profesionalisme juga
menekankan kepada kemampuan, keterampilan dan keahlian aparatur pemerintah dalam
memberikan pelayanan publik yang responsif, transparan, efektif dan efisien.
Visi tersebut ditopang oleh lima misi, yang mana salah satunya berbunyi: “Menata
birokrasi pemerintah dan bertanggungjawab dalam pelayanan masyarakat”. Penjelasan
visi mengungkapkan bahwa era baru pemerintahan mengarah kepada transparansi dan
keterbukaan informasi, dimana keinginan masyarakat agar pemerintahan bersifat
interaktif, dialogis, responsif, terbuka dan profesional. Hal ini dipercaya dapat mendorong
partisipasi masyarakat sejak pembentukan kebijakan hingga pengawasan implementasi
kebijakan. Pemkab Sumedang menyadari bahwa information and communication
technologies (ICTs) memungkinkan rakyat berinteraksi dengan pemerintah serta
4
menyampaikan keluhan terkait pelayanan publik secara cepat dan tepat melalui kanal
komunikasi virtual tanpa terkendala jarak dan waktu.
Misi tersebut diuraikan kedalam beberapa tujuan meliputi: 1) terwujudnya birokrasi
yang bersih dan bebas dari KKN, dan 2) terwujudnya pelayanan publik berkualitas
terhadap masyarakat. Ketersediaan sistem pelayanan terpadu yang didukung oleh
teknologi informasi dan komunikasi ditetapkan sebagai salah satu sasaran pembangunan
dalam mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas. Target capaian ketersediaan TIK
tersebut direpresentasikan dengan peningkatan indeks SPBE, dengan target akhir 4,2
(memuaskan) pada tahun 2023.
Kondisi Target 2019: Target 2020: Target 2021: Target 2022: Target 2023:
awal: 2,46 3,0 3,3 3,6 3,9 4,2
Gambar 1. Target ketersediaan IT berdasarkan indeks SPBE (sumber: RPJMD Kab. Sumedang 2019-2023)
8 Evaluasi Terhadap Hasil RKPD Pemerintah Kabupaten Sumedang Periode Pelaksanaan Tahun Anggaran 2019 dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang (RKPD) 2020, hal. II-261.
9 Ibid, hal. IV-25.
10 https://sumedangkab.go.id/berita/detail/spot-wifi-gratis-bisa-jadi-tempat-diskusi diakses 12 April 2020 pukul 22.00
WIB.
5
adalah titik kumpul masyarakat, layanan publik, serta ekonomi kreatif serta daerah
terluar.11
2. Pengembangan e-office
E-office Kabupaten Sumedang merupakan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintahan (SAKIP) berbasis elektronik yang merupakan integrasi dari
sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan kinerja, yang selaras
dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Masyarakat dapat memantau
kinerja Pemkab Sumedang melalui https://e-office.sumedangkab.go.id. Namun
berdasarkan hasil observasi melalui online browsing12, informasi perencanaan,
pengukuran, evaluasi maupun pelaporan kinerja belum tersajikan secara lengkap
menandakan bahwa penggunaan e-office belum dilakukan secara optimal.
6
Pesan tersebut memperoleh respon pada tanggal 13 April 2020 pukul 10.27 WIB.
Secara keseluruhan dalam uji coba tersebut Whatsapp Quick Response memerlukan
waktu 28 jam 18 menit untuk merespon pesan warga yang masuk. Hasil uji coba
tersebut menunjukkan bahwa kontak tersebut tidak memberikan respon sebagaimana
tagline “respon cepat” yang diusungnya. Dengan demikian, kontak yang disediakan
belum dapat dikategorikan interaktif.
Kesimpulan
Tulisan ini telah menyajikan secara singkat kebijakan, program, dan kegiatan
Pemkab Sumedang dalam mengembangkan SPBE (e-government). Penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten
Sumedang digerakkan oleh visi-misi kepala daerah yang mendasari kebijakan
pembangunan daerah serta diimplementasikan dalam sejumlah program dan kegiatan.
Penyelenggaraan e-government oleh Pemkab Sumedang berada pada kematangan
(maturity) fase presence menuju interaction. Website Pemkab Sumedang umumnya baru
menyediakan informasi satu arah, meskipun telah dirintis pula beberapa akses
komunikasi dua arah melalui media sosial dan quick response (Whatsapp) serta layanan
antrean daring pelayanan publik. Situs dan aplikasi pelayanan di lingkungan Pemkab
Sumedang juga belum terintegrasi dan terkelola secara optimal. Pemerintah Kabupaten
Sumedang perlu mengembangkan lebih lanjut guna mendorong pelayanan publik dan
partisipasi masyarakat yang lebih baik.
7
Referensi:
Astawa, I. P. M., & Dewi, K. C. (2018). E-government Facilities Analysis for Public
Services in Higher Education. Journal of Physics: Conference Series, 953(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/953/1/012061
Heo, I. (2018). The Paradox of Administrative Decentralization Reform in Young Asian
Democracies: South Korea and Indonesia. World Affairs, 181(4), 372–402.
https://doi.org/10.1177/0043820018813474
World Bank. (2002). The World Bank New-Economy Sector Study Electronic
Government and Governance: Lessons for Argentina. July.
http://documents.worldbank.org/curated/en/527061468769894044/pdf/266390WP
0E1Gov1gentina1Final1Report.pdf
Peraturan perundag-undangan:
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah Berbasis
Elektronik.
Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government.
Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2014-2018.
Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2023.
Peraturan Bupati Sumedang Nomor 79 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2020.
Sumber internet:
https://kita.menpan.go.id/wp-content/uploads/2019/11/Paparan-SPBE-Sistem-
Pemerintahan-Berbasis-Elektronik.pdf diunduh 10 April 2020 pukul 16.00 WIB.
https://sumedangkab.go.id/berita/detail/spot-wifi-gratis-bisa-jadi-tempat-diskusi diakses
12 April 2020 pukul 22.00 WIB.
https://sumedangkab.go.id/berita/detail/area-wifi-gratis-bakal-diperluas-lagi-tahun-ini
diakses 12 April 2020 pukul 22.15 WIB.
8
Lampiran
9
3. Aplikasi Antrean online MPP Sumedang
10
5. Tampilan Whatsapp Quick Response Kabupaten Sumedang
11