Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH GOVERNANSI DIGITAL

PELAKSANAAN GOVERNANSI DIGITAL PADA PARTISIPASI


MASYARAKAT DAN E-PROCUREMENT

Nama : ALAN DWI HADI SAPUTRO

NPP : 30.0772

Kelas : C-4

Absen : 04

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI JATINANGOR

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan yang cepat pada teknologi dan lingkungan global menuntut
tiap-tiap negara untuk menyesuaikan diri agar tidak menjadi pihak yang terbelakang.
Model pemerintahan birokratis Weberian (struktur vertikal-hirarkis, formalistis, dan
sebagainya) dirasa tidak akomodatif lagi dengan perubahan lingkungan global.
Birokrasi diharapkan untuk menjadi lebih efisien, efektif, responsif, dan akuntabel
melalui penyesuaian struktural dan perilaku atau adaptasi.
Salah satu gambaran efek globalisasi adalah perlunya penggunaan electronic
government (e-government). Implementasi e-government diharapkan dalam menjamin
pelaksanaan prinsip-prinsip good governance. governance adalah mekanisme
pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara
dan sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif. Governance merujuk pada
tiga pilar yakni: public governance merujuk pada lembaga pemerintah, corporate
governance merujuk pada pihak swasta/dunia usaha, dan civil society (masyarakat
sipil).
Perubahan dari government menjadi governance membawa implikasi negara
tidak lagi ditempatkan sebagai aktor sentral dalam penyelenggaraan kepentingan dan
masalah-masalah publik (public affairs). Selain itu warga negara tidak lagi hanya
berkedudukan sebagai objek, warga negara dimungkinkan untuk ikut serta dalam
penyelengaraan kepentingan dan masalahmasalah publik (public affairs). Hubungan
yang sinergis antara warga negara dan pemerintah dikembangkan melalui
keikutsertaan warga negara dalam perumusan kebijakan dan implementasinya.
Perkembangan teknologi begitu cepat yang mengharuskan pemerintah daerah
atau kota dapat memanfaatkannya secara maksimal dalam pelayanan kepada
masyakrakatnya. Terdapat Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang kebijakan
dan strategi nasional yang mengembangkan e-government membuktikan keseriusan
pemerintah, selanjutnya disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Dalam paper ini
penulis akan membahas tentang “Pelaksanaan Governansi Digital Pada Partisipasi
Masyarakat dan E-Procurement”.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui pelaksanaan
governansi digital pada partisipasi masyarakat dan e-procurement.

1.3 Sistematika
Berikut merupakan sistematika penulisan makalah:
 Cover
 Bab I Pendahuluan
- Latar belakang
- Tujuan
- Sistematika
 Bab II Gambaran Governansi Digital Pada Partisipasi Masyarakat dan e-
Procurement
2.1 Gambaran Partisipasi Masyarakat Dengan Menggunakan TIK
2.1.1 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat memanfaatkan TIK di
Provinsi Jawa Timur
2.1.2 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat Memanfaatkan TIK di
Kabupaten Kediri
2.1.3 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat Memanfaatkan TIK di
Kota Surabaya
2.2 Gambaran Pemanfaatan TIK dalam e-Procurement di Daerah
2.2.1 Gambaran LPSE Provinsi Jawa Timur
2.2.2 Gambaran LPSE Kabupaten Kediri
2.2.3 Gambaran e-Procuremen di Kota Surabaya
 Bab III Pembhasan
3.1 Wadah Partisipasi Masyarakat dengan memanfaatkan TIK di Provinsi
Jawa Timur dan Kabupaten Kediri
3.2 Aplikasi e-Procurement Pemerintah di Provinsi Jawa Timur dan
Kabupaten Kediri
 Bab IV
- Kesimpulan dan Saran
 Daftar Pustaka
BAB II

GAMBARAN GOVERNANSI DIGITAL PADA PARTISIPASI


MASYARAKAT DAN E-PROCUREMENT

2.1 Gambaran Partisipasi Masyarakat Dengan Menggunakan TIK


2.1.1 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat memanfaatkan TIK di
Provinsi Jawa Timur
Tahun 2003 UNDP bersama BAPPENAS melakukan penelitian tentang
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembangunan sosial dan
ekonomi di Indonesia dengan nama Asia Pacifik Development Informatioan
Programme (APDIP). Tahun 2004 penelitian yang sama dilanjutkan dengan
nama Prepatory Assistance for ICTs for Human Development. Penelitian ini
merekomendasikan berbagai strategi dan Proyek Partnership for e-Prosperity for
the Poor (Pe-PP). Implementasi proyek Pe-PP adalah bentuk percontohan
Multipurpose Community Development Telecenter yang selanjutnya disebut
dengan nama Telecenter di enam Provinsi di Indonesia termasuk di Provinsi
Jawa Timur.
Telecenter merupakan fasilitas komputer, jaringan internet berikut sarana
pendukungnya untuk pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan memperoleh
dan menyebarkan informasi serta komunikasi antar kelompok masyarakat,
masyarakat dengan pemerintah maupun dengan dunia usaha dalam rangka
meningkatkan kapasitas masyarakat di berbagai bidang.
Pengelola Telecenter mempunyai tugas melakukan pemberdayaan masyarakat
di berbagai bidang melalui peningkatan kemampuan memperoleh dan
menyebarkan informasi berbasis teknologi informasi komunikasi
Susunan organisasi pengelola Telecenter terdiri dari :
1. Manajer;
2. Sekretaris;
3. Bagian Pengembangan dan Pelayanan;
4. Bagian Teknologi Informasi; dan
5. Bagian Pengamanan.
Untuk tiga tahun pertama, pengangkatan dan pemberhentian personil
Pengelola Telecenter ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan usulan
dari Kabupaten/Kota.
2.1.2 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat Memanfaatkan TIK di
Kabupaten Kediri
Tingkat penggunaan TIK dalam anggota SPI Kabupaten Kediri diukur
menggunakan tiga variabel, yaitu frekuensi, durasi, serta ragam dalam
memanfaatkan TIK. Penggunaan TIK ini merupakan intensitas para petani untuk
mengakses segala informasi pertanian dengan menggunakan alat TIK yang
dimiliki. Frekuensi merupakan gambaran seberapa sering petani mengakses
informasi pertanian menggunakan alat TIK. Frekuensi sendiri dihitung
menggunakan satuan berapa kali penggunaan dalam satu minggu. Durasi
merupakan gambaran berapa lama petani mengakses informasi pertanian
menggunakan alat TIK. Satuan waktu durasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berapa jam dalam satu minggu. Sedangkan ragam adalah gambaran
seberapa banyak alat TIK yang digunakan untuk mencari informasi pertanian.
Frekuensi penggunaan TIK menggambarkan seberapa sering petani dalam
mengakses informasi pertanian menggunakan alat TIK. Frekuensi ini dihitung
berdasarkan seberapa sering penggunaan alat TIK dalam waktu satu minggu.
Terdapat tiga tingkatan kategori dalam penelitian ini, yaitu rendah, sedang, dan
tinggi. Dikatakan rendah jika penggunaan kurang dari tiga kali dalam satu
minggu, dikatakan sedang jika penggunaan antara tiga hingga lima kali dalam
seminggu, serta dapat dikatakan tinggi jika penggunaan alat TIK lebih dari lima
kali dalam satu minggu.
2.1.3 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat Memanfaatkan TIK di
Kota Surabaya
Layanan publik yang telah dikembangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya salah
satunya adalah Media Center Pemerintah Kota Surabaya. Media Cente
diselenggarakan untuk menampung berbagai masukan dari masyarakat dalam
bentuk keluhan, informasi, maupun saran untuk membantu proses pembangunan
kota yang dapat dilakukan melalui beragam media. Dengan merujuk pada hal
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi layanan
pemanfaatan, dan mengiidentifikasi keberadaan Media Center dala mewujudka
Surabaya Smart City.
2.2 Gambaran Pemanfaatan TIK dalam e-Procurement di Daerah
2.2.1 Gambaran LPSE Provinsi Jawa Timur
LPSE atauu Layanan Pengadaan Secara Elektronik dibawah naungan Biro
Pengadaan Barang/Jasa Seketariat Daerah Provinsi Jawa Timur yang merupakan
proyek pemerintah provinsi Jawa Timur terkait baik itu pembangunan, renovasi,
hingga pengadaan dilingkungan kerjanya dilakukan. Tugas utama dari kantor
LPSE ini adalah memfasilitasi penyelenggaraan layanan pengadaan barang dan
jasa pemerintah secara elektronik. Sehingga fungsi LPSE ini sendiri yaitu
pengelolaan LPSE dan infrastrukturnya, pelaksanaan registrasi dan verifikasi
pengadaan dan lelang melalui LPSE, penyusunan program kegiatan,
ketatausahaan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan pengadaan Barang/ Jasa
secara Elektronik dan lainnya. Kantor LPSE ini juga memastikan semua
prosesnya berjalan secara terbuka, transparan dan akuntabel.
Dalam website LPSE Provinsi Jawa Timur terdapat beberapa pilhan yang dapat
di aksesa antara lain:
1. Beranda
2. Cari paket
3. Regulasi
4. Konten khusus
5. Daftar hitam
6. Amel
7. Kontak Kami
2.2.2 Gambaran LPSE Kabupaten Kediri
LPSE atauu Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang merupakan proyek
pemerintah daerah Kabupaten Kediri terkait baik itu pembangunan, renovasi,
hingga pengadaan dilingkungan kerjanya dilakukan. Tugas utama dari kantor
LPSE ini adalah memfasilitasi penyelenggaraan layanan pengadaan barang dan
jasa pemerintah secara elektronik. Sehingga fungsi LPSE ini sendiri yaitu
pengelolaan LPSE dan infrastrukturnya, pelaksanaan registrasi dan verifikasi
pengadaan dan lelang melalui LPSE, penyusunan program kegiatan,
ketatausahaan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan pengadaan Barang/ Jasa
secara Elektronik dan lainnya. Kantor LPSE ini juga memastikan semua
prosesnya berjalan secara terbuka, transparan dan akuntabel.
2.2.3 Gambaran e-Procuremen di Kota Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya selama lebih Dari delapan tahun menerapkan e-
Procurement. Dalam masa tersebut, beberapa kendala dan permasalahan teknis
dihadapi diantaranya:
1. Penyedia barang/jasa (vendor) banyak yang belum memahami aplikasi e-
Procurement.
2. Panitia Pengadaan sebagian besar masih mengalami kesulitan untuk
menggunakan dan memahami aplikasi e-Procurement.
3. Tingkat kelalaian yang sangat tinggi dalam penggunaan password dan
kunci kerahasiaan lainnya oleh user, baik Penyedia Barang/Jasa, Pejabat
Pelaksanaan Kegiatan maupun Panitia Pengadaan.
4. Range jadwal state lelang masih belum sepenuhnya bisa diikuti oleh
Panitia Pengadaan tepat sesuai yang telah ditetapkan.
5. Ketersediaan fasilitas koneksi internet dan fasilitas pendukung lainnya
(seperti scanner, installer adobe, dan lain-lain) masih sangat terbatas
untuk Panitia Pengadaan di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
6. Terbatasnya bandwidth menyebabkan masih seringnya terjadi kegagalan
proses pada aplikasi e-Procurement.
7. Kekuatiran beberapa kalangan di internal Pemerintah Kota Surabaya
bahwa penghasilan tambahan mereka saat menjalankan aktifitas
pengelolaan pengadaan (mulai dari pengadaan, pelaksanaan dan
pengawasan) akan terpotong habis.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Wadah Partisipasi Masyarakat dengan memanfaatkan TIK di Provinsi Jawa


Timur dan Kabupaten Kediri
Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) untuk Informasi
Pertanian di Masa Pandemi (Kasus: Anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) Cabang
Tuban, Kediri, dan Ponorogo, Jawa Timur).
Hadirnya perkembangan dan kemajuan teknologi yang pesat perlu dipahami
oleh masyarakat, agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi tersebut dengan
efektif. TIK telah memberikan perubahan besar bagi perkembangan dunia. Era digital
4.0 hampir seluruh bidang kegiatan dapat dikolaborasikan dengan teknologi, baik
dalam hal perkantoran, pendidikan, hiburan dan lainnya. Peran TIK sangatlah banyak,
salah satunya TIK dapat dimanfaatkan dalam dunia pertanian. TIK dalam sektor
pertanian yang tepat waktu dan relevan memberikan informasi yang tepat guna
kepada rumah tangga usaha pertanian untuk pengambilan keputusan dalam berusaha
tani, sehingga efektif dalam meningkatkan produktivitas, produksi, dan keuntungan.
Beberapa tantangan dalam pemanfaatan TIK untuk pengembangan ekonomi
pertanian adalah : a.) mengubah pembangunan pertanian dari proses transfer teknologi
ke proses memfasilitasi berbagai komunikasi, informasi dan layanan advokasi, dengan
tujuan akhir meningkatkan standar hidup seluruh masyarakat pedesaan, b.) layanan
TIK dapat meningkatkan kondisi ekonomi penduduk yang berkontribusi pada
ekonomi pedesaan, c.) meningkatkan produktivitas mereka dalam mengakses pasar
online, meningkatkan kekuatan negosiasi mereka melalui kontak langsung dengan
pembeli yang akan bermanifestasikan ke peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Serikat Petani Indonesia Wilayah Jawa Timur didirikan pada tahun 2008,
dimana sebelum diresmikan Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Jawa Timur
diadakannya musyawarah wilayah di Bojonegoro hingga terbentuklah DPW Jawa
Timur. Saat ini DPW Jawa Timur memiliki enam Dewan Perwakilan Cabang (DPC),
yaitu Tuban, Kediri, Ponorogo, Lamongan, Bojonegoro, dan Surabaya. Saat ini ketua
DPW Jawa Timur diduduki oleh Bapak Nur Hadi Zaini dari Kediri dengan 17
pengurus lainnya serta memiliki kurang lebih 450 anggota se-Jawa Timur. DPC
Tuban didirikan lebih dahulu sebelum adanya DPW, yaitu pada tahun 1999 yang saat
ini diketuai oleh Bapak Nurhadi dan dengan dua pengurus harian, yaitu sekretaris dan
bendahara. Jumlah anggota DPC Tuban kurang lebih terdapat 70 anggota petani yang
tersebar dari lima kecamatan di Tuban, yaitu Kecamatan Merakurak, Kerek, Montang,
Tambakboyo, dan Grabagan. Sementara itu DPC Ponorogo dibentuk sejak tahun 2002
yang saat ini diketuai oleh Bapak Aris bersama dua pengurus harian. Saat ini jumlah
anggota DPC Ponorogo kurang lebih terdapat 60 petani yang tersebar hampir di
seluruh Kabupaten Ponorogo. Setelah itu pada tahun 2007 terbentuklah DPC Kediri
yang diketuai oleh Bapak Umar Abdul Ghani dan dua pengurus harian lainnya. Saat
ini jumlah anggota DPC Kediri kurang lebih terdapat 90 petani. Hasil pertanian dari
ketiga daerah tersebut antara lain, padi, jagung, kacang tanah, tanaman holtikultura,
bahkan dalam bidang peternakan yaitu ayam, bebek pedaging, sapi, kambing, serta
lele.
3.2 Aplikasi e-Procurement Pemerintah di Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten
Kediri
Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan teknologi
informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
UKPBJ/Pejabat Pengadaan pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang tidak
memiliki Layanan Pengadaan Secara Elektronik dapat menggunakan fasilitas Layanan
Pengadaan Secara Elektronik yang terdekat dengan tempat kedudukannya untuk
melaksanakan pengadaan secara elektronik. Selain memfasilitasi UKPBJ/Pejabat
Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik Layanan
Pengadaan Secara Elektronik juga melayani registrasi penyedia barang dan jasa yang
berdomisili di wilayah kerja Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang
bersangkutan.
Pengadaan barang/jasa secara elektronik akan meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat,
memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, mendukung proses monitoring dan
audit dan memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time guna mewujudkan
clean and good government dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
Dasar hukum pembentukan Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah
Pasal 73 Nomor 16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang
ketentuan teknis operasionalnya diatur oleh Peraturan Lembaga LKPP Nomor 14
Tahun 2018 tentang Layanan pengadaan Secara Elektronik. Layanan Pengadaan
Secara Elektronik dalam menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa
secara elektronik juga wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan
dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Layanan yang tersedia dalam Sistem Pengadaan Secara Elektronik saat ini
adalah tender yang ketentuan teknis operasionalnya diatur dengan Peraturan Lembaga
LKPP Nomor 9 Tahun 2018 tentang Tata Cara E-Tendering. Selain itu LKPP juga
menyediakan fasilitas Katalog Elektronik (e-Catalogue) yang merupakan sistem
informasi elektronik yang memuat daftar,jenis, spesifikasi teknis dan harga barang
tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah, proses audit secara online (e-
Audit), dan tata cara pembelian barang/jasa melalui katalog elektronik (e-Purchasing).
SPSE merupakan aplikasi e-Procurement yang dikembangkan oleh Direktorat
Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik - LKPP untuk digunakan oleh
Layanan Pengadaan Secara Elektronik di seluruh K/L/PD. Aplikasi ini dikembangkan
dengan semangat efisiensi nasional sehingga tidak memerlukan biaya lisensi, baik
lisensi SPSE itu sendiri maupun perangkat lunak pendukungnya.
Aplikasi e-Procurement Pemerintah di Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten
Kediri pada dasarnya sama karena aplikasi ini sudah ada di seluruh pemerintah daerah
apalagi daerah seperti Jawa yang wajib memakai ini karena pulau Jawa sendiri
merupakan pusat contoh pembangunan yang ada di Indonesia.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Seiring perkembangan zaman pelaksanaan Governansi Digital tidak bisa dihindari dan
harus dilaksanakan sehingga tidak akan ketinggalan zaman. Pelaksanaan Governansi
Digital ini dapat membantu pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien dan transparan,
sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan meningkat. Namun
dalam pelaksanaannya harus membutuhkan partisispasi masyarakat juga karena dalam
pelaksanaanya pemerintah harus senantiasa menerima saran dan kritik dari masyarakat.

Saran

Sebaiknya pemerintah harus sering memeberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang


governansi digital ini agar masyarakat juga mengetahui fungsi dan manfaat atas
pelaksanaan governansi digital ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amanah, S. K. (2017). PARTISIPASI PETANI DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI


INFORMASI PADA PROGRAM AGROPOLITAN BELIMBING DI
BOJONEGORO. Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, 43-54.
Siti Aisyah Rizki Nurrahmah, A. S. (2022). Ragam Penggunaan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi (TIK) untuk Informasi Pertanian di Masa Pandemi. Jurnal Komunikasi
Pembangunan, 74-84.
Trafika Anggini, R. R. (2022). PEMANFAATAN MEDIA CENTER DALAM
PELAYANAN PUBLIK SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN SURABAYA
SMART CITY. Otonomi, 1-10.
Yuwinanto, H. P. (2013). Implementasi E-Procurement pada Pemerintah Kota Surabaya.
Jejaring Administrasi Publik, 212-231.

Anda mungkin juga menyukai