“IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT
DI DESA TANJUNGSARI”
Disusun Oleh :
NURUL AENI
20.01.1.0026
ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Legalitas E-Eovernment............................................................................3
2.2 Implementasi E-Government....................................................................4
2.3 Pengaruh E-Government...........................................................................5
2.4 Jenis E-Government..................................................................................6
2.5 Hambatan Implementasi E-Government...................................................7
2.6 Kontinuitas Implementasi E-Government...............................................10
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................15
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
kepentingan pelayanan karena masyarakat masih mengira adanya e-
government itu semakin mempersulit pelayanan.
Sistem Informasi dan pelayanan berbasis Web pada zaman ini
memang sudah seharusnya di laksanakan di Desa Tanjungsari, karena
banyak hal dalam pengembangan sistem informasi dan pelayanan akan
sangat dibutuhkan untuk masa yang akan datang guna menjadi penunjang
kemajuan Desa Tnjungasari di berbagai aspek, hai ini merujuk sistem
manajemen perangkat Desa dalam pengembangan sumber daya manusia dan
juga pengelola dan penyebar informasi/data yang akurat serta sebagai pihak
pembuat kebijakan untuk kelangsungan pembangunan potenti Desa dalam
mewujudkan Desa yang lebih baik.
1.3 Tujuan
1. Untuk pelayanan dan permintaan informasi publik tentang Desa
Tanjungsari.
2. Membantu pemerintah untuk melayani masyarakat dalam hal permintaan
informasi akan masyarakat.
3. Membantu masyarakat dalam hal penyampaian permohonan permintaan
dan memperoleh yang berhubungan dengan potensi Desa Tanjungsari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dalam tampilan maupun informasi yang disampaikan serta jangan ragu
untuk melaporkan kepada yang berwenang.
2.2 Implementasi E-Government
Electronic Government atau e- government atau e-govt merupakan
penggunaan jaringan internet dalam penyebaran informasi dan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat - "The employment of the Internet and the
world-wide-web for delivering government information and services to the
citizens" (United Nations, 2006).
Penerapan e-government (atau dalam bahasa Indonesia disebut
pemerintahan elektronik) yang kemudian dikenal dengan sebutan digital
government, online government atau dalam konteks
tertentu transformational government terbukti mempermudah terjadinya
interaksi timbal balik – secara digital tentunya – antara pemerintah dengan
masyarakat.
Terjadinya model penyampaian informasi dua arah yang semakin
mudah tidak hanya antara pemerintah dan masyarakat (Government-to-
Citizen/G2C); tapi juga antara pemerintah dan pihak swasta (Government-
to-Business/G2B) atau pemerintah dan pemerintah (Government-to-
Government/G2G). Hal ini merupakan bentuk inovasi dalam strategi
komunikasi, yang tentunya akan bermanfaat dalam menunjang peran dan
fungsi pemerintah, masyarakat dan pihak swasta dalam kebersamaan
membangun kehidupan bangsa. Tentunya manfaat yang paling diharapkan
dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan dari pemerintah.
Dalam penerapan e-government telah menjadi peraturan pemerintah
oleh sebab itu maka baik di pemerintahan pusat maupun pemerintahan
daerah sudah seharusnya menerapkan e-government, di Desa Tanjungsari
sendiri e-government sudah terlaksana dengan adanya sistem informasi dan
komunikasi berbasis web, yaitu dengan memiliki akun media sosial Desa
seperti Facebook, Instagram, Oficial Website yang dijadikan sebagai media
4
penyebaran informasi juga sebagai transparansi kegitan operasional
pemerintahan Desa.
Selain media sosial yang dimiliki oleh pemerintahan Desa Tanjungsari
ini juga sudah memiliki akun pelayanan yang dibuat dan diterbitkan oleh
pemerintah Kecamatan Leuwimunding yang bernama Silancar. Silancar ini
berfungsi sebagai aplikasi pelayanan masyarakat yang berfokus pada
pencatatan sipil, contohnya dalam pembuatan E-KTP, pengurusan sertifikat
tanah, pengurusan sertifikat kematian, akta kelahiran, akta tanah dan lain
sebagainya.
Aplikasi silancar ini merupakan wujudan dari e-government dalam
bidang pelayanan yang bertujuan jelas untuk dapat memudahkan
pengguna/masyarakat khususnya masyarakat Desa Tanjungsari dalam
mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien.
5
tepat. Oleh sebab itu, sistem merupakan salah satu faktor pendukung
tercapainya pelaksanaan tata kelola pemerintah yang baik. Dalam
menunjang good government governance, maka yang dilakukan oleh
pemerintah yaitu menerapkan sistem informasi dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi yaitu e-government.
Adapun untuk mendukung pemanfaatan teknologi informasi tersebut,
terdapat beberapa komponen yang harus dipenuhi guna mengaplikasikan
teknologi informasi tersebut. hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Azhar Susanto (2008:207), bahwa komponen sistem informasi akuntansi
terdiri dari: (1) perangkat keras (hardware); (2) Perangkat lunak (Software);
(3) Pengguna sistem informasi/ Sumber Daya Manusia (Brainware); (4)
Prosedur; (5) Database; (6) Teknologi jaringan komunikasi. Komponen
tersebut kemudian dijadikan sebuah tolak ukur untuk mengetahui
pencapaian penerapan e-government pada lingkungan pemerintahan.
Maka dengan adanya penerapan e-government ini pemeritah dapat
menata sistem manajemen, pelayanan dan proses kerja pada pemerintahan
dengan memanfaatkan teknologi informasi. Selain itu, dengan menerapkan
sistem egovernment ini, maka tercipta transparansi, akuntabilitas, efisiensi
dan efektivitas, dan partisipasi masyarakat dalam pelaksaaan tatanan
pemerintahan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip pada tata kelola
pemerintah, dengan demikian adanya penerapan e-government pada sebuah
pemerintah baik pusat maupun daerah dapat mewujudkan paradigma tata
kelola pemerintah atau dengan istilah Good Government Governance.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu bahwa penerapan e-government berpengaruh positif
terhadap pelaksanaan tata kelola pemerintah di Pemerintah Desa
Tanjungsari.
6
1. Government to Citizen (G2C), merupakan bentuk e-government yang
seluruh aktivitasnya berhubungan dengan interaksi secara elektronik
antara pemerintah dan masyarakat, seperti pembayaran pajak dan lain-
lain.
2. Government to Business (G2B), merujuk pada e-commerce yang
berhubungan dengan interaksi yang terjadi antara pemerintah dengan
bisnis di mana pemerintah melakukan bisnis serta menyediakan jasa
kepada pihak lain, dan juga sebaliknya pihak lain yang menjual produk
dan jasa kepada pemerintah. Contoh aplikasi G2B yaitu e-procurement
dan e-auction.
3. Government to Government (G2G), mencakup seluruh aktivitas antar
pemerintah, baik antar unit pada satu badan pemerintah maupun antar
pemerintah. Salah satu contoh penerapan G2G yaitu Intelink, sebuah
intranet yang menyimpan berbagai informasi rahasia untuk lembaga-
lembaga intelijen di Amerika Serikat.
4. Government to Employee (G2E), merupakan salah satu bentuk e-
government yang mencakup seluruh aktivitas penyediaan layanan
maupun informasi antara unit pemerintah dengan pegawainya.
Dapat di artikan bahwa di pemerintahan Desa dapat kita sebut E-
kelurahan merupakan aplikasi yang memiliki jenis Government to Citizen
(G2C), karena pada dasarnya aplikasi ini diperuntukan untuk melakukan
pelayanan publik yang berbasis pada masyarakat. Aplikasi silancar maupun
akun-akun media sosial yang pemerintah Desa Tanjungsari miliki semuanya
diperuntukan untuk memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan informasi
dan menerima pelayanan berbasis online, juga bentuk transparansi,
pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan kegiatan oprasional Desa
sehingga terciptanya keefektifan dan efisiensi.
7
2.5 Hambatan Implementasi E-Government
Dalam mengimplementasikan e-government tentunya akan ada
hambatan-hambatan yang muncul, faktor-faktor penghambat tersebut antara
lain:
1. Kultur berbagi belum ada, kultur berbagi (sharring) informasi dan
mempermudah urusan belum merasuk di Indonesia. Bahkan ada pameo
yang mengatakan: “Apabila bisa dipersulit mengapa dipermudah?”.
Banyak oknum yang menggunakan kesempatan dengan mempersulit
mendapatkan informasi ini.
2. Kultur mendokumentasi belum lazim, salah satu kesulitan besar yang kita
hadapi adalah kurangnya kebiasaan mendokumentasikan (apa saja),
padahal kemampuan mendokumentasi ini menjadi bagian dari standar
software engineering.
3. Langkanya SDM yang handal, teknologi informasi merupakan sebuah
bidang yang baru. Pemerintah umumnya jarang yang memiliki SDM
yang handal di bidang teknologi informasi. SDM yang handal ini
biasanya ada di lingkungan bisnis/industri.
4. Infrastruktur yang belum memadai dan belum handal, infrastrukur
telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar secara merata.
Di berbagai pelosok daerah di Indonesia masih ada yang belum tersedia
saluran telepon, atau bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada,
harganya masih relatif mahal. Pemerintah juga belum menyiapkan
pendanaan (budget) untuk keperluan ini.
5. Tempat akses yang terbatas, sejalan dengan hambatan di atas, tempat
akses informasi jumlahnya juga masih terbatas. Di beberapa tempat di
luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong-royong untuk
menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan
umum (public library). Di Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor
pos, kantor pemerintahan, dan tempat-tempat umum lainnya.
8
Sedangkan hambatan pengembangan e-government jika ditinjau dari
perspektif birokrasi sebagai penyelenggara layanan publik melalui
elektronik adalah sebagai berikut :
1. Peopleware, Sumberdaya manusia yakni kemampuan para pejabat
birokrasi maupun staff dalam menggunakan internet yang masih sangat
terbatas. Hal ini terbukti dari masih sangat tergantungnya birokrasi dalam
pengembangan e-government terhadap pihak luar. Operasionalisasi e-
government juga tidak berjalan lancar ditandai dengan sarana interaksi
yang disediakan tidak ada aktivitas yang berarti. Hal ini juga menjadi
kendala di Desa Tanjungsari yang diakibatkan SDM yang kurang
tanggap dalam mengkuti perkembangan teknologi, menurut Pak Agung
Kurniawan “salah satu kendala utama dari macetnya implementasi e-
government yaitu karena kebanyakan pejabat Desa sudah berumur dan
juga rata-rata tamatan sekolah menengah atas oleh karena itu kesulitan
dalam mengikuti perkembangan zaman hingga terkesan lambat”.
2. Hardware, yakni berkaitan dengan teknologi dan infrastuktur.
Terbatasnya hardware dan software serta masih sedikitnya instansi
pemerintah yang terhubung pada jaringan baik lokal (LAN) maupun
global (Internet) menyebabkan perkembangan e-government tidak dapat
berjalan lancar. Didalam masalah hardware juga menjadi kendala dalam
implementasi e-government di Desa Tanjungsari yaitu kepemilikan alat
komunikasi berupa handphone android ataupun komputer, jaringan yang
mendukung masyarakat untuk menggunakan aplikasi silancar maupun
mengunjungi website dan juga akun sosial media Desa. Hal ini menjadi
pokok utama bagi penggunaan aplikasi karena merupakan medianya,
selain itu juga dengan kurangnya penggunaan handphone android
ataupun smartphone itu dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai
medianya itu sendiri.
3. Organoware, hambatan birokrasi, seringkali instansi pemerintah dalam
mengoperasionalkan egovernment menemui kendala dalam aspek
organisasi. Kendala ini ditandai dengan tidak fleksibelnya Struktur
9
Organisasi dan Tatakerja (SOT) birokrasi yang dapat mewadahi
perkembangan baru model pelayanan publik melalui e-government. Para
admin e-government di beberapa daerah yang selalu memonitor
pengaduan masyarakat tidak mempunyai wewenang dan kemampuan
untuk langsung berinteraksi dengan masyarakat misalnya dalam
memberikan jawaban. Sedangkan untuk meminta pejabat atau pegawai
yang terkait untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan masyarakat,
para admin tersebut tidak mempunyai wewenang.
Hambatan birokrasi lainnya adalah belum adanya regulasi yang
mengijinkan transaksi melalui media elektronik dapat dianggap sah.
Walaupun sudah ada Undang-Undang ITE namun belum ada Juklak dan
Juknis. Disamping SOT dan regulasi, hambatan organoware berikutnya
adalah terbatasnya dana yang tersedia untuk pengembangan dan
operasionalisasi e-government di daerah. Pemerintah pusat hanya
menyediakan kerangka kebijakan dan panduan tidak disertai dengan alokasi
dana sehingga harus ditanggung oleh daerah yang bersangkutan.
10
Undang-undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 386 -
390 serta Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2017 tentang Inovasi
Daerah memberikan dorongan bagi Pemerintah Daerah di Indonesia untuk
berinovasi dalam memberikan pelayanan publik bagi masyarakat. Mengenai
inovasi pemerintah telah mengatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam Bab XXI bertajuk Inovasi Daerah. Dari Pasal
386 hingga Pasal 390. Bab XXI bertajuk inovasi daerah pada undang-
undang 23 tahun 2014 tentang pemerintah ini bertujuan mendorong dan
mempercepat daerah untuk melakukan inovasi, berupa kegiatan pembinaan,
fasilitasi pelaksanaan inovasi daerah, replikasi inovasi daerah, penilaian dan
pemberian penghargaan, dan/atau pemberian insentif daerah.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kontinuitas
implementasi e-government memang ditekankan harus dilaksanakan guna
mengikuti arus globalisasi untuk menjadikan kemajuan suatu negara.
Berdasarkan hasil penelitian harapan dari kontinuitas implementasi e-
government berada pada generasi masa kini yang terlahir dengan teknologi.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
E-government Desa Tanjungsari sudah terlaksana dengan adanya
sistem informasi dan komunikasi berbasis web, yaitu dengan memiliki akun
media sosial Desa seperti Facebook, Instagram, Oficial Website yang
dijadikan sebagai media penyebaran informasi juga sebagai transparansi
kegitan operasional pemerintahan Desa. Selain media sosial yang dimiliki
oleh pemerintahan Desa Tanjungsari ini juga sudah memiliki akun
pelayanan yang dibuat dan diterbitkan oleh pemerintah Kecamatan
Leuwimunding yang bernama Silancar. Silancar ini berfungsi sebagai
aplikasi pelayanan masyarakat yang berfokus pada pencatatan sipil,
contohnya dalam pembuatan E-KTP, pengurusan sertifikat tanah,
pengurusan sertifikat kematian, akta kelahiran, akta tanah dan lain
sebagainya.
Sesuai dengan prinsip-prinsip pada tata kelola pemerintah, dengan
demikian adanya penerapan e-government pada sebuah pemerintah baik
pusat maupun daerah dapat mewujudkan paradigma tata kelola pemerintah
atau dengan istilah Good Government Governance. Berdasarkan kerangka
pemikiran tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu bahwa
penerapan e-government berpengaruh positif terhadap pelaksanaan tata
kelola pemerintah di Pemerintah Desa Tanjungsari.
12
Pemerintahan Desa dapat kita sebut E-kelurahan merupakan aplikasi
yang memiliki jenis Government to Citizen (G2C), karena pada dasarnya
aplikasi ini diperuntukan untuk melakukan pelayanan publik yang berbasis
pada masyarakat. Aplikasi silancar maupun akun-akun media sosial yang
pemerintah Desa Tanjungsari miliki semuanya diperuntukan untuk
memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan menerima
pelayanan berbasis online, juga bentuk transparansi, pertanggungjawaban
mengenai pelaksanaan kegiatan oprasional Desa sehingga terciptanya
keefektifan dan efisiensi.
Peopleware menjadi kendala di Desa Tanjungsari yang diakibatkan
SDM yang kurang tanggap dalam mengkuti perkembangan teknologi,
menurut narasumber penulis Pak Agung Kurniawan “salah satu kendala
utama dari macetnya implementasi e-government yaitu karena kebanyakan
pejabat Desa sudah berumur dan juga rata-rata tamatan sekolah menengah
atas oleh karena itu kesulitan dalam mengikuti perkembangan zaman hingga
terkesan lambat”. Hardware juga menjadi kendala dalam implementasi e-
government di Desa Tanjungsari yaitu kepemilikan alat komunikasi berupa
handphone android ataupun komputer, jaringan yang mendukung
masyarakat untuk menggunakan aplikasi silancar maupun mengunjungi
website dan juga akun sosial media Desa. Hal ini menjadi pokok utama bagi
penggunaan aplikasi karena merupakan medianya, selain itu juga dengan
kurangnya penggunaan handphone android ataupun smartphone itu
dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai medianya itu sendiri.
Kontinuitas implementasi e-government memang ditekankan harus
dilaksanakan guna mengikuti arus globalisasi untuk menjadikan kemajuan
suatu negara. Berdasarkan hasil penelitian harapan dari kontinuitas
implementasi e-government berada pada generasi masa kini yang terlahir
dengan teknologi.
13
3.2 Saran
Untuk kontinuitas e-government dimasa yang akan datang dapat
dikonsep dan adanya pengkajian ulang mengenai bagaimana
pengaplikasiannya sehingga masyarakat dapat menggunakannya bukan
hanya dikalangan tertentu saja di buat semerata mungkin jangkaunnya. Pada
pejabat pemerintahan Desa juga butuh adanya evaluasi kinerja di bagian
tupoksi guna pencapaian kesesuaian kemampuan individu dalam
pelaksanaan kegiatan oprasional Desa sehingga pada pemutusan kebijakan
dan perwujudan visi misi sesuai dengan fokusnya, juga tidak ada lagi kata
keterlambatan dalam proses memahami perkembangan globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Indrajit, Ricardus Eko, Akbar Zainudin dan Dudy Rudianto. 2005. e-Government
In Action (Ragam Kasus Implementasi Sukses di Berbgai Belahan
Dunia). Yogyakarta: Andi.
14
LAMPIRAN
15