Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH E-GOVERNMENT

“IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT
DI DESA TANJUNGSARI”

Disusun Oleh :
NURUL AENI
20.01.1.0026

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah dengan judul “Implementasi E-Government di Desa
Tanjungsari” ini dapat tersususn sampai dengan selesai. Tidak lupa untuk
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah “Implemetasi E-Government di Desa Tanjungsari” sebagai suatu
usaha penulis untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai
pelaksanaan e-government di Desa Tanjungsari khususnya. Pada dasarnya
penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah Desa kepada
publik. Pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan pemerintah Desa yang berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efesien.
Dengan adanya makalah “Implemetasi E-Government di Desa Tanjungsari”
ini penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan,
wawasan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Majalengka, 05 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Legalitas E-Eovernment............................................................................3
2.2 Implementasi E-Government....................................................................4
2.3 Pengaruh E-Government...........................................................................5
2.4 Jenis E-Government..................................................................................6
2.5 Hambatan Implementasi E-Government...................................................7
2.6 Kontinuitas Implementasi E-Government...............................................10
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................15

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


E-government merupakan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi yang didukung dengan teknologi internet untuk mewujudkan
pemerintahan yang lebih baik serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Di Indonesia e-government digunakan untuk mendorong
pemerintahan yang responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat,
mendorong sisi pemanfaatan dan keterbukaan informasi, serta mendorong
partisipasi publik didalam sistem penyelenggaraan pemerintahan (Elysia et
al., 2017).
E-government, yang dapat didefinisikan sebagai seluruh tindakan
dalam sektor publik (baik pusat maupun daerah) yang melibatkan teknologi
informasi dan komunikasi dengan tujuan mengoptimalkan proses pelayanan
publik yang efisien, transparan, dan efektif telah menjadi bagian penting
dalam usaha untuk struktur birokrasi dan proses klasik dari pelayanan yang
berbelit-belit dan E-government dapat menawarkan juga informasi di
tingkat lokal.
Dijelaskan dalam Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 bahwa
pengembangan e-government dilakukan melalui 4 tingkatan, yaitu tahap
persiapan, tahap pematangan, tahap pemantapan, dan yang terakhir adalah
tahap pemanfaatan dimana e-governmentsudah menjadi sistem yang mampu
memberikan layanan terintegrasi antar lembaga dengan masyarakat.
Implementasi e-goverenment di Desa belum sepenuhnya
terlaksanakan, di akibatkan karena beberapa faktor intern maupun ekstern
salah satunya dalam penggunaan teknologi komunikasi dan informasi masih
sangat minim pemahaman bagi masyarakat Desa. Di Desa Tanjungsari ini
masyarakat masih mengandalkan kinerja perangkat Desa dalam pelaksanaan

1
kepentingan pelayanan karena masyarakat masih mengira adanya e-
government itu semakin mempersulit pelayanan.
Sistem Informasi dan pelayanan berbasis Web pada zaman ini
memang sudah seharusnya di laksanakan di Desa Tanjungsari, karena
banyak hal dalam pengembangan sistem informasi dan pelayanan akan
sangat dibutuhkan untuk masa yang akan datang guna menjadi penunjang
kemajuan Desa Tnjungasari di berbagai aspek, hai ini merujuk sistem
manajemen perangkat Desa dalam pengembangan sumber daya manusia dan
juga pengelola dan penyebar informasi/data yang akurat serta sebagai pihak
pembuat kebijakan untuk kelangsungan pembangunan potenti Desa dalam
mewujudkan Desa yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan melihat latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana merancang E-Government Pada Desa Tanjungsari?
2. Bagaimana mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi yang telah
dibangun sebagai penunjang dan fasilitas pelaksanaan kegiatan
oprasional pemerintahan Desa Tanjungsari?

1.3 Tujuan
1. Untuk pelayanan dan permintaan informasi publik tentang Desa
Tanjungsari.
2. Membantu pemerintah untuk melayani masyarakat dalam hal permintaan
informasi akan masyarakat.
3. Membantu masyarakat dalam hal penyampaian permohonan permintaan
dan memperoleh yang berhubungan dengan potensi Desa Tanjungsari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Legalitas E-Eovernment


Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government,
yang menyebutkan terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan,
dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif; yaitu:
1. Masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi kepentingan
masyarakat luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan
terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif.
2. Masyarakat menginginkan agar asiprasi mereka didengar dengan
demikian pemerintah harus memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di
dalam perumusan kebijakan negara.
Contoh dari penerapan e-govt adalah adanya situs-situs resmi lembaga
pemerintah dan tersedianya pelayanan terpadu dengan sistem
daring (online). Demi terjaganya manfaat dan tercapainya tujuan dari e-
govt, maka pengelolaannya perlu dilakukan secara cerdas dan profesional.
Profesional dengan selalu mengutamakan terjadinya dialog yang baik dan
cerdas dalam menjaga keamanan dari situs yang dikelola dari “kejahilan”
para peretas (hackers)  yang tidak bertanggung jawab dan tentu saja akan
sangat menganggu; baik bagi pemilik situs (website) dan masyarakat
pengguna tentunya.
Bahkan berdasarkan data Indonesia Cyber Security Report dari tahun
belakangan ini terdapat belasan ribu situs telah diserang oleh kelompok
peretas yang mengakibatkan terjadinya kebocoran data yang luar biasa oleh
karena itu, tidak hanya pengelola; sebagai pengguna cerdas, masyarakatpun
perlu berhati-hati dan teliti saat mengakses situs apapun termasuk situs
resmi pemerintah. Tentunya dengan memperhatikan jika ada keganjilan

3
dalam tampilan maupun informasi yang disampaikan serta jangan ragu
untuk melaporkan kepada yang berwenang.
2.2 Implementasi E-Government
Electronic Government atau  e- government  atau e-govt  merupakan
penggunaan jaringan internet dalam penyebaran informasi dan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat - "The employment of the Internet and the
world-wide-web for delivering government information and services to the
citizens" (United Nations, 2006).
Penerapan e-government  (atau dalam bahasa Indonesia disebut
pemerintahan elektronik)  yang kemudian dikenal dengan sebutan digital
government, online government atau dalam konteks
tertentu  transformational government terbukti mempermudah terjadinya
interaksi timbal balik – secara digital tentunya – antara pemerintah dengan
masyarakat.
Terjadinya model penyampaian informasi dua arah yang semakin
mudah tidak  hanya antara pemerintah dan masyarakat (Government-to-
Citizen/G2C); tapi juga antara pemerintah dan pihak swasta (Government-
to-Business/G2B) atau pemerintah dan pemerintah (Government-to-
Government/G2G). Hal ini  merupakan bentuk inovasi dalam strategi
komunikasi, yang tentunya akan bermanfaat dalam menunjang peran dan
fungsi pemerintah, masyarakat dan pihak swasta dalam kebersamaan 
membangun kehidupan bangsa. Tentunya manfaat yang paling diharapkan
dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan dari pemerintah.
Dalam penerapan e-government telah menjadi peraturan pemerintah
oleh sebab itu maka baik di pemerintahan pusat maupun pemerintahan
daerah sudah seharusnya menerapkan e-government, di Desa Tanjungsari
sendiri e-government sudah terlaksana dengan adanya sistem informasi dan
komunikasi berbasis web, yaitu dengan memiliki akun media sosial Desa
seperti Facebook, Instagram, Oficial Website yang dijadikan sebagai media

4
penyebaran informasi juga sebagai transparansi kegitan operasional
pemerintahan Desa.
Selain media sosial yang dimiliki oleh pemerintahan Desa Tanjungsari
ini juga sudah memiliki akun pelayanan yang dibuat dan diterbitkan oleh
pemerintah Kecamatan Leuwimunding yang bernama Silancar. Silancar ini
berfungsi sebagai aplikasi pelayanan masyarakat yang berfokus pada
pencatatan sipil, contohnya dalam pembuatan E-KTP, pengurusan sertifikat
tanah, pengurusan sertifikat kematian, akta kelahiran, akta tanah dan lain
sebagainya.
Aplikasi silancar ini merupakan wujudan dari e-government dalam
bidang pelayanan yang bertujuan jelas untuk dapat memudahkan
pengguna/masyarakat khususnya masyarakat Desa Tanjungsari dalam
mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien.

2.3 Pengaruh E-Government


Kondisi pemerintahan saat ini mengakibatkan masyarakat menuntut
pemerintah untuk menyelenggarakan tatanan pemerintahannya dengan baik
mulai dari proses kerja aparat pemerintah sampai dengan peningkatan
kualitas layanan publik yang diberikan. Konsepsi kepemerintahan yang baik
(good governance) secara konseptual kata baik dalam istilah
kepemerintahan yang baik mengandung dua pemahaman yaitu pertama,
nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai
yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan
nasional yaitu kemandirian, pembangunan berkelajutan dan keadilan sosial.
Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut (Sedarmayanti,
2004:42).
Terselenggarannya good governance merupakan prasyarat bagi setiap
pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan
serta cita-cita bangsa dan bernegara. Dalam rangka itu diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban pemerintah yang

5
tepat. Oleh sebab itu, sistem merupakan salah satu faktor pendukung
tercapainya pelaksanaan tata kelola pemerintah yang baik. Dalam
menunjang good government governance, maka yang dilakukan oleh
pemerintah yaitu menerapkan sistem informasi dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi yaitu e-government.
Adapun untuk mendukung pemanfaatan teknologi informasi tersebut,
terdapat beberapa komponen yang harus dipenuhi guna mengaplikasikan
teknologi informasi tersebut. hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Azhar Susanto (2008:207), bahwa komponen sistem informasi akuntansi
terdiri dari: (1) perangkat keras (hardware); (2) Perangkat lunak (Software);
(3) Pengguna sistem informasi/ Sumber Daya Manusia (Brainware); (4)
Prosedur; (5) Database; (6) Teknologi jaringan komunikasi. Komponen
tersebut kemudian dijadikan sebuah tolak ukur untuk mengetahui
pencapaian penerapan e-government pada lingkungan pemerintahan.
Maka dengan adanya penerapan e-government ini pemeritah dapat
menata sistem manajemen, pelayanan dan proses kerja pada pemerintahan
dengan memanfaatkan teknologi informasi. Selain itu, dengan menerapkan
sistem egovernment ini, maka tercipta transparansi, akuntabilitas, efisiensi
dan efektivitas, dan partisipasi masyarakat dalam pelaksaaan tatanan
pemerintahan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip pada tata kelola
pemerintah, dengan demikian adanya penerapan e-government pada sebuah
pemerintah baik pusat maupun daerah dapat mewujudkan paradigma tata
kelola pemerintah atau dengan istilah Good Government Governance.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu bahwa penerapan e-government berpengaruh positif
terhadap pelaksanaan tata kelola pemerintah di Pemerintah Desa
Tanjungsari.

2.4 Jenis E-Government


Konsep electronic government menurut Indrajid (2016: 30-33) saat ini
memiliki empat jenis yaitu,

6
1. Government to Citizen (G2C), merupakan bentuk e-government yang
seluruh aktivitasnya berhubungan dengan interaksi secara elektronik
antara pemerintah dan masyarakat, seperti pembayaran pajak dan lain-
lain.
2. Government to Business (G2B), merujuk pada e-commerce yang
berhubungan dengan interaksi yang terjadi antara pemerintah dengan
bisnis di mana pemerintah melakukan bisnis serta menyediakan jasa
kepada pihak lain, dan juga sebaliknya pihak lain yang menjual produk
dan jasa kepada pemerintah. Contoh aplikasi G2B yaitu e-procurement
dan e-auction.
3. Government to Government (G2G), mencakup seluruh aktivitas antar
pemerintah, baik antar unit pada satu badan pemerintah maupun antar
pemerintah. Salah satu contoh penerapan G2G yaitu Intelink, sebuah
intranet yang menyimpan berbagai informasi rahasia untuk lembaga-
lembaga intelijen di Amerika Serikat.
4. Government to Employee (G2E), merupakan salah satu bentuk e-
government yang mencakup seluruh aktivitas penyediaan layanan
maupun informasi antara unit pemerintah dengan pegawainya.
Dapat di artikan bahwa di pemerintahan Desa dapat kita sebut E-
kelurahan merupakan aplikasi yang memiliki jenis Government to Citizen
(G2C), karena pada dasarnya aplikasi ini diperuntukan untuk melakukan
pelayanan publik yang berbasis pada masyarakat. Aplikasi silancar maupun
akun-akun media sosial yang pemerintah Desa Tanjungsari miliki semuanya
diperuntukan untuk memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan informasi
dan menerima pelayanan berbasis online, juga bentuk transparansi,
pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan kegiatan oprasional Desa
sehingga terciptanya keefektifan dan efisiensi.

7
2.5 Hambatan Implementasi E-Government
Dalam mengimplementasikan e-government tentunya akan ada
hambatan-hambatan yang muncul, faktor-faktor penghambat tersebut antara
lain:
1. Kultur berbagi belum ada, kultur berbagi (sharring) informasi dan
mempermudah urusan belum merasuk di Indonesia. Bahkan ada pameo
yang mengatakan: “Apabila bisa dipersulit mengapa dipermudah?”.
Banyak oknum yang menggunakan kesempatan dengan mempersulit
mendapatkan informasi ini.
2. Kultur mendokumentasi belum lazim, salah satu kesulitan besar yang kita
hadapi adalah kurangnya kebiasaan mendokumentasikan (apa saja),
padahal kemampuan mendokumentasi ini menjadi bagian dari standar
software engineering.
3. Langkanya SDM yang handal, teknologi informasi merupakan sebuah
bidang yang baru. Pemerintah umumnya jarang yang memiliki SDM
yang handal di bidang teknologi informasi. SDM yang handal ini
biasanya ada di lingkungan bisnis/industri.
4. Infrastruktur yang belum memadai dan belum handal, infrastrukur
telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar secara merata.
Di berbagai pelosok daerah di Indonesia masih ada yang belum tersedia
saluran telepon, atau bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada,
harganya masih relatif mahal. Pemerintah juga belum menyiapkan
pendanaan (budget) untuk keperluan ini.
5. Tempat akses yang terbatas, sejalan dengan hambatan di atas, tempat
akses informasi jumlahnya juga masih terbatas. Di beberapa tempat di
luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong-royong untuk
menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan
umum (public library). Di Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor
pos, kantor pemerintahan, dan tempat-tempat umum lainnya.

8
Sedangkan hambatan pengembangan e-government jika ditinjau dari
perspektif birokrasi sebagai penyelenggara layanan publik melalui
elektronik adalah sebagai berikut :
1. Peopleware, Sumberdaya manusia yakni kemampuan para pejabat
birokrasi maupun staff dalam menggunakan internet yang masih sangat
terbatas. Hal ini terbukti dari masih sangat tergantungnya birokrasi dalam
pengembangan e-government terhadap pihak luar. Operasionalisasi e-
government juga tidak berjalan lancar ditandai dengan sarana interaksi
yang disediakan tidak ada aktivitas yang berarti. Hal ini juga menjadi
kendala di Desa Tanjungsari yang diakibatkan SDM yang kurang
tanggap dalam mengkuti perkembangan teknologi, menurut Pak Agung
Kurniawan “salah satu kendala utama dari macetnya implementasi e-
government yaitu karena kebanyakan pejabat Desa sudah berumur dan
juga rata-rata tamatan sekolah menengah atas oleh karena itu kesulitan
dalam mengikuti perkembangan zaman hingga terkesan lambat”.
2. Hardware, yakni berkaitan dengan teknologi dan infrastuktur.
Terbatasnya hardware dan software serta masih sedikitnya instansi
pemerintah yang terhubung pada jaringan baik lokal (LAN) maupun
global (Internet) menyebabkan perkembangan e-government tidak dapat
berjalan lancar. Didalam masalah hardware juga menjadi kendala dalam
implementasi e-government di Desa Tanjungsari yaitu kepemilikan alat
komunikasi berupa handphone android ataupun komputer, jaringan yang
mendukung masyarakat untuk menggunakan aplikasi silancar maupun
mengunjungi website dan juga akun sosial media Desa. Hal ini menjadi
pokok utama bagi penggunaan aplikasi karena merupakan medianya,
selain itu juga dengan kurangnya penggunaan handphone android
ataupun smartphone itu dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai
medianya itu sendiri.
3. Organoware, hambatan birokrasi, seringkali instansi pemerintah dalam
mengoperasionalkan egovernment menemui kendala dalam aspek
organisasi. Kendala ini ditandai dengan tidak fleksibelnya Struktur

9
Organisasi dan Tatakerja (SOT) birokrasi yang dapat mewadahi
perkembangan baru model pelayanan publik melalui e-government. Para
admin e-government di beberapa daerah yang selalu memonitor
pengaduan masyarakat tidak mempunyai wewenang dan kemampuan
untuk langsung berinteraksi dengan masyarakat misalnya dalam
memberikan jawaban. Sedangkan untuk meminta pejabat atau pegawai
yang terkait untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan masyarakat,
para admin tersebut tidak mempunyai wewenang.
Hambatan birokrasi lainnya adalah belum adanya regulasi yang
mengijinkan transaksi melalui media elektronik dapat dianggap sah.
Walaupun sudah ada Undang-Undang ITE namun belum ada Juklak dan
Juknis. Disamping SOT dan regulasi, hambatan organoware berikutnya
adalah terbatasnya dana yang tersedia untuk pengembangan dan
operasionalisasi e-government di daerah. Pemerintah pusat hanya
menyediakan kerangka kebijakan dan panduan tidak disertai dengan alokasi
dana sehingga harus ditanggung oleh daerah yang bersangkutan.

2.6 Kontinuitas Implementasi E-Government


Indonesia sendiri tidak luput dari pengaruh globalisasi. Pengguna
internet di Indonesia pada tahun 2017 sudah mencapai 143 juta jiwa, dengan
kata lain 54,68 % dari jumlah penduduk di Indonesia adalah pengguna
internet. Pengguna Internet di Indonesia di dominasi oleh usia produktif dan
memiliki pendidikan minimal SMA/ Sederajat, dengan persentase 74%.
Pengguna internet berdasarkan wilayah di dominasi dari wilayah
Kalimantan dengan komposisi sebesar 74,19 % (APJI, 2017).
Pelaksanaan e-government di Indonesia didasari oleh Inpres No 3
tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government Menjadi dasar pelaksanaan e-goverment di Indonesia, dimana
didalamnya mewajibkan Kementerian/ Lembaga Negara, Provinsi,
Kabupaten dan Kota di Indonesia menerapkan e-government.

10
Undang-undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 386 -
390 serta Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2017 tentang Inovasi
Daerah memberikan dorongan bagi Pemerintah Daerah di Indonesia untuk
berinovasi dalam memberikan pelayanan publik bagi masyarakat. Mengenai
inovasi pemerintah telah mengatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam Bab XXI bertajuk Inovasi Daerah. Dari Pasal
386 hingga Pasal 390. Bab XXI bertajuk inovasi daerah pada undang-
undang 23 tahun 2014 tentang pemerintah ini bertujuan mendorong dan
mempercepat daerah untuk melakukan inovasi, berupa kegiatan pembinaan,
fasilitasi pelaksanaan inovasi daerah, replikasi inovasi daerah, penilaian dan
pemberian penghargaan, dan/atau pemberian insentif daerah.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kontinuitas
implementasi e-government memang ditekankan harus dilaksanakan guna
mengikuti arus globalisasi untuk menjadikan kemajuan suatu negara.
Berdasarkan hasil penelitian harapan dari kontinuitas implementasi e-
government berada pada generasi masa kini yang terlahir dengan teknologi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
E-government Desa Tanjungsari sudah terlaksana dengan adanya
sistem informasi dan komunikasi berbasis web, yaitu dengan memiliki akun
media sosial Desa seperti Facebook, Instagram, Oficial Website yang
dijadikan sebagai media penyebaran informasi juga sebagai transparansi
kegitan operasional pemerintahan Desa. Selain media sosial yang dimiliki
oleh pemerintahan Desa Tanjungsari ini juga sudah memiliki akun
pelayanan yang dibuat dan diterbitkan oleh pemerintah Kecamatan
Leuwimunding yang bernama Silancar. Silancar ini berfungsi sebagai
aplikasi pelayanan masyarakat yang berfokus pada pencatatan sipil,
contohnya dalam pembuatan E-KTP, pengurusan sertifikat tanah,
pengurusan sertifikat kematian, akta kelahiran, akta tanah dan lain
sebagainya.
Sesuai dengan prinsip-prinsip pada tata kelola pemerintah, dengan
demikian adanya penerapan e-government pada sebuah pemerintah baik
pusat maupun daerah dapat mewujudkan paradigma tata kelola pemerintah
atau dengan istilah Good Government Governance. Berdasarkan kerangka
pemikiran tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu bahwa
penerapan e-government berpengaruh positif terhadap pelaksanaan tata
kelola pemerintah di Pemerintah Desa Tanjungsari.

12
Pemerintahan Desa dapat kita sebut E-kelurahan merupakan aplikasi
yang memiliki jenis Government to Citizen (G2C), karena pada dasarnya
aplikasi ini diperuntukan untuk melakukan pelayanan publik yang berbasis
pada masyarakat. Aplikasi silancar maupun akun-akun media sosial yang
pemerintah Desa Tanjungsari miliki semuanya diperuntukan untuk
memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan menerima
pelayanan berbasis online, juga bentuk transparansi, pertanggungjawaban
mengenai pelaksanaan kegiatan oprasional Desa sehingga terciptanya
keefektifan dan efisiensi.
Peopleware menjadi kendala di Desa Tanjungsari yang diakibatkan
SDM yang kurang tanggap dalam mengkuti perkembangan teknologi,
menurut narasumber penulis Pak Agung Kurniawan “salah satu kendala
utama dari macetnya implementasi e-government yaitu karena kebanyakan
pejabat Desa sudah berumur dan juga rata-rata tamatan sekolah menengah
atas oleh karena itu kesulitan dalam mengikuti perkembangan zaman hingga
terkesan lambat”. Hardware juga menjadi kendala dalam implementasi e-
government di Desa Tanjungsari yaitu kepemilikan alat komunikasi berupa
handphone android ataupun komputer, jaringan yang mendukung
masyarakat untuk menggunakan aplikasi silancar maupun mengunjungi
website dan juga akun sosial media Desa. Hal ini menjadi pokok utama bagi
penggunaan aplikasi karena merupakan medianya, selain itu juga dengan
kurangnya penggunaan handphone android ataupun smartphone itu
dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai medianya itu sendiri.
Kontinuitas implementasi e-government memang ditekankan harus
dilaksanakan guna mengikuti arus globalisasi untuk menjadikan kemajuan
suatu negara. Berdasarkan hasil penelitian harapan dari kontinuitas
implementasi e-government berada pada generasi masa kini yang terlahir
dengan teknologi.

13
3.2 Saran
Untuk kontinuitas e-government dimasa yang akan datang dapat
dikonsep dan adanya pengkajian ulang mengenai bagaimana
pengaplikasiannya sehingga masyarakat dapat menggunakannya bukan
hanya dikalangan tertentu saja di buat semerata mungkin jangkaunnya. Pada
pejabat pemerintahan Desa juga butuh adanya evaluasi kinerja di bagian
tupoksi guna pencapaian kesesuaian kemampuan individu dalam
pelaksanaan kegiatan oprasional Desa sehingga pada pemutusan kebijakan
dan perwujudan visi misi sesuai dengan fokusnya, juga tidak ada lagi kata
keterlambatan dalam proses memahami perkembangan globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Susanto. 2008. Sistem Informasi Akuntansi, Konsep dan Pengembangan


Berbasis Komputer. Bandung: Lingga Jaya

Sedarmayanti.2004.Good Governance (Kepemerintahan yang baik) bagian kedua


membangun sistem manajemen kinerja guna meningkatkan produktivitas
menuju good governance (Kepemerintahan yang baik).Bandung: CV
Mandar Maju

Indrajt, Ricardus Eko. 2016. Electronic Government. Edisi Kedua. Yogyakarta:


Preinexus.

Sosiawan. Edwi Arief, 2008, Tantangan dan Hambatan dalam Implementasi E-


Government di Indonesia, FISIP UPNV, Yogyakarta.

Rokhman. Ali, 2008, Potret Dan Hambatan E-Government Indonesia,


Vol.11/XX/Juli 2008.

Indrajit, Ricardus Eko, Akbar Zainudin dan Dudy Rudianto. 2005. e-Government
In Action (Ragam Kasus Implementasi Sukses di Berbgai Belahan
Dunia). Yogyakarta: Andi.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai