Anda di halaman 1dari 408

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340266618

e-Government : Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia

Book · February 2020

CITATIONS READS

0 6,828

1 author:

Etin Indrayani
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)
17 PUBLICATIONS   89 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Research institution View project

Transforming Smart Governance for New Student Admission in Bandung City View project

All content following this page was uploaded by Etin Indrayani on 29 March 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


e-Government
Konsep, Implementasi dan
Perkembangannya di
Indonesia

ETIN INDRAYANI

Lembaga Pendidikan dan Pelatihan


Balai Insan Cendikia
2020
e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya
di Indonesia

Etin Indrayani
Copyright © 2020 by Etin Indrayani

Diterbitkan oleh:
LPP Balai Insan Cendekia
Jl. Lintas Sumatra Solok-Padang KM. 8 Bukit Kili Koto Baru
Kabupaten Solok – Sumatera Barat

Tel +62813 7272 5118


Tel +62822 6890 0329

Email : penerbitbic@gmail.com
Website : www.insancendekiamandiri.co.id
: www.adhanmedia.id

Penyunting : Tim Insan Cendekia


Tata letak : @Teamminang
Desain Cover : Adhan Chaniago

vii, 398 hlm, 14,8 × 21 cm


Cetakan pertama, Februari 2020

Terbit : Februari, 2020


ISBN : 978-623-7710-29-5

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang Republik Indonesia


Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Pasal 72.
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dengan bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ii | E t i n I n d r a y a n i
Prakata

P
uji dan syukur kehadiran Allah SWT, karena
atas petunjuk dan rahmat serta karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan
judul e-Government (Konsep, Implementasi dan
Perkembangannya di Indonesia). Penyusunan buku ini
dimaksudkan untuk memenuhi keterbatasan literatur yang
terkait dengan pemenuhan sumber rujukan mata kuliah e-
government.
Pemerintahan di seluruh dunia pada saat ini
menghadapi "tekanan" dari berbagai pihak
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian
informasi bagi masyarakat serta dituntut untuk lebih
efektif. Hal tersebut menyebabkan e-government atau
pemerintahan berbasis elektronik semakin berperan
penting bagi semua pengambil keputusan. Pemerintah
tradisional (Traditional government) yang identik dengan
paper-based administration mulai ditinggalkan.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | iii
Kecenderungan pemakaian teknologi digital dalam
organisasi publik saat ini tidak dapat dihindari lagi. Untuk
itu, konsep digital e-government atau yang dikenal dengan
istilah e-government harus dipersiapkan secara matang,
agar dapat menghindari terjadinya kegagalan dan
penurunan kinerja layanan. Penggunaan teknologi internet
diharapkan dapat menjadi wahana untuk mempercepat
pertukaran informasi, menyediakan sarana layanan dan
kegiatan transaksi dengan warga masyarakat (G2C),
pelaku bisnis (G2B), dan tentunya dengan pihak
pemerintah sendiri (G2G). Dalam hal ini, konsep
transformasi adalah hal utama yang harus diterapkan,
bukan sekedar pemakaian teknologinya saja, melainkan
pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung dalam
sistem pembuatan kebijakan dan pelayanan publik ke arah
yang lebih baik.
Penerapan inisiatif e-government telah menyebar
di Indonesia dengan tingkat keberhasilan yang beragam.
Usaha pencapaian tujuan hasil akhir penerapan konsep ini
harus memperhatikan dua hal, yaitu: proses transformasi
elektronik dalam organisasi, serta dampak-dampak
ikutannya. Di Indonesia, konotasi tentang e-government
merujuk pada penggunaan komputer dalam prosedur
pelayanan yang diselenggarakan oleh organisasi
pemerintah. Transformasi tradisional government menjadi

iv | E t i n I n d r a y a n i
electronic government (e-government) menjadi salah satu
isu kebijakan publik yang terus dikembangkan. Dalam
khazanah international, e-government lebih merujuk
kepada teknologi yang sudah tersedia secara luas di
negara-negara maju, yaitu teknologi internet. Dengan
diterbitkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-government yang diikuti dengan
Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan e-
government Lembaga dari Kementrian Kominfo, maka
sejak saat itu pemerintah Republik Indonesia secara resmi
mulai menerapkan e-government.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis
menyadari bahwa buku yang tersaji ini relatif masih jauh
dari tingkat kesempurnaannya. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat konstruktif selalu terbuka demi
penyempurnaan buku di masa yang akan datang. Disisi lain
terbersit harapan, mudah-mudahan buku ini dapat
bermanfaat dan memberikan sumbangsih terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.

Jatinangor, Desember 2019


Penulis

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | v
Daftar Isi
Prakata .......................................................... iii
Daftar Isi..........................................................vi
Pendahuluan:Pemerintah yang terbuka (Open
Government) dan Pelayanan Publik ke depan .............. 1
Prinsip-Prinsip e-Government ................................ 17
Model e-Government .......................................... 45
Manfaat e-Government bagi Stakeholder................... 75
Dampak e-Government Bagi Keterbukaan dan
Pemberantasan Korupsi ....................................... 99
Implementasi e-Government di Indonesia ................ 139
Pedoman Sukses Implementasi Proyek e-Government .. 171
e-Parlemen dan Legislasi Berbasis Teknologi Informasi &
Komunikasi (TIK) ............................................. 211
Kerangka & Metodologi Penilaian Dampak
e-Government ................................................ 247
Pedoman Desain & Implementasi Portal e-Government 277
Best Practice e-Government di Dunia dan di Indonesia
(Pemerintah dan Pemerintah Daerah) .................... 325

vi | E t i n I n d r a y a n i
Penutup ........................................................ 381

Daftar Pustaka ................................................ 385


Tentang Penulis ............................................... 397

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | vii
Pendahuluan
Pemerintah yang terbuka (Open
Government) dan Pelayanan Publik
ke Depan

Mengapa Open Government


Teori-teori manajemen organisasi modern secara
intensif mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-an. Salah
satu teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan
adalah mengenai manajemen perubahan (change
management). Hampir disemua kerangka teori manajemen
perubahan ditekankan pentingnya teknologi informasi
sebagai salah satu komponen utama yang harus
diperhatikan oleh organisasi yang ingin menang dalam
persaingan termasuk orgasisasi publik. Paradigma lain
yang tak kalah penting dalam mendorong implementasi e-
government adalah mengenai keterbukaan pemerintahan.
Ini akan dibahas pada bagian awal dari buku ini mengenai
pemerintah yang terbuka dan bagaimana korelasinya
terhadap pelayanan publik ke depan.
Apa pemerintahan yang terbuka? Dalam arti yang
paling dasar, itu gagasan bahwa orang-orang memiliki hak
untuk mengakses dokumen dan proses pemerintahan.
Gagasan bahwa masyarakat memiliki hak untuk meneliti
dan berpartisipasi. Prinsip-prinsip yang diakui di hampir
setiap negara demokrasi di planet ini. Tapi arti dari istilah
ini terus berkembang. Konsep pemerintahan yang terbuka
telah dipengaruhi lebih baik oleh gerakan perangkat lunak
open source, dan fokus yang lebih besar pada
memungkinkan partisipasi dalam prosedur pemerintahan.
Sama seperti perangkat lunak open source memungkinkan
pengguna untuk mengubah dan memberikan kontribusi ke
kode sumber perangkat lunak, maka pemerintahan yang
terbuka sekarang berarti pemerintah di mana warga
negara tidak hanya memiliki akses ke informasi, dokumen,
dan proses, tetapi juga dapat menjadi peserta melalui
berbagai cara yang signifikan. Pemerintahan yang terbuka
juga berarti meningkatkan komunikasi dan operasi dalam
berbagai cabang dan tingkat pemerintahan. Aktivitas
berbagi atau sharing secara internal diyakini dapat
menyebabkan efisiensi dan akuntabilitas yang lebih besar.

Inisiasi Open Government di Indonesia


Inisiatif Pemerintahan Terbuka di Indonesia (Open
eGov Indonesia/UGI) dipicu dengan hadirnya UU
Keterbukaan Informasi Publik. Disahkannya Undang-
Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) tahun 2008
telah menghadirkan perubahan di Republik Indonesia. Hal
ini merupakan penegasan, bahwa hak atas informasi

2 | Etin Indrayani
setiap warga negara dijamin oleh negara. Artinya,
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan
badan publik dapat dijalankan dengan lebih optimal. UU
KIP telah lama dinantikan. Dahulu, akses masyarakat
terhadap segala macam informasi benar-benar terbatas.
Informasi diberikan hanya jika diminta, semuanya
dianggap sebagai hak institusi dan bersifat rahasia,
kecuali yang dipublikasikan. Sesudah UU KIP disahkan,
informasi pun menjadi hak warga negara. Kini semua
informasi adalah milik publik, kecuali yang dirahasiakan,
dan institusi wajib mempublikasikannya secara proaktif,
bahkan tanpa perlu diminta terlebih dahulu.
UU KIP adalah jalan menuju tata pemerintahan
yang lebih akuntabel dan transparan. Presiden RI
menginstruksikan keterbukaan di banyak kesempatan dan
pidatonya. Mulai dari urusan tes CPNS, pengelolaan zakat,
pengadaan barang dan jasa di institusi pemerintah, hingga
penyaluran bantuan gempa, Presiden tak jarang
mengulang kata “transparan.” Presiden menyadari bahwa
kini masyarakat telah berubah. Masyarakat lebih tahu dan
kritis akan haknya, serta lebih berkemauan untuk
berpartisipasi aktif dalam proses tata kelola
pemerintahan.
Dengan kondisi seperti disebutkan di atas, institusi
publik tidak boleh tidak siap. Banyak hal yang harus

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 3
segera dikerjakan, mulai dari pembentukan pejabat
pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) di setiap
kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah, hingga
memperbaiki layanan masyarakat, khususnya dalam hal
kejelasan prosedur, waktu, dan biaya. Keterlambatan
melaksanakan UU dan instruksi presiden dapat berujung
pada ketidakpercayaan masyarakat. Bahkan bukan tidak
mungkin, ketidaksiapan badan publik menghadapi
tuntutan masyarakat yang demikian akan berujung pada
sengketa informasi.
Di sisi lain, dunia menunjukkan fenomena yang
setali tiga uang dalam menggelorakan keterbukaan di
negaranya masing-masing. Di Timur Tengah, Arab
Spring menegaskan tuntutan masyarakat agar
pemerintahnya yang selama ini tertutup berubah. Open
Government Partnership (OGP), di saat hampir
bersamaan, yang diinisiasi oleh 8 negara, salah satunya
Indonesia, juga tak kendur mempromosikan pentingnya
transparansi, akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan
inovasi demi terciptanya good public governance. Hingga
hari ini, 60 negara telah bergabung di dalamnya. Indonesia
patut bangga mengingat perannya sebagai salah satu
pendiri OGP, serta dipercaya untuk menjadi co-
chair bersama Inggris mulai akhir tahun 2012 ini.

4 | Etin Indrayani
Sejalan dengan hal di atas, Open Government
Indonesia (OGI) hadir sebagai suatu gerakan dari, oleh,
dan untuk masyarakat Indonesia. OGI ada untuk
mendorong terciptanya pemerintahan yang lebih
transparan dan masyarakat yang lebih partisipatif. Dengan
adanya gerakan bersama ini, pelayanan yang bersentuhan
langsung dengan kehidupan sehari-hari, seperti
pendidikan, kesehatan, dan transportasi, diharapkan
dapat menjadi lebih baik. Akuntabilitas anggaran, yang
notabene berasal dari uang rakyat, juga diupayakan agar
menjadi lebih jelas pertanggungjawabannya. Perubahan
itu begitu dekat, sehingga mau tidak mau semua
komponen harus mendukung dan bergabung (OpenGov)
Benih-benih keterbukaan lahir sejak reformasi
politik di tahun 1998. Seluruh elemen masyarakat
menuntut pemerintah untuk menjadi lebih transparan dan
menginginkan agar mereka diikutsertakan sejak proses
perencanaan dan mendapatkan keleluasaan untuk terlibat
dalam mengawasi kerja pemerintah. Semenjak itu, bola
salju keterbukaan terus bergulir. Pemerintah Indonesia
semakin yakin bahwa keterbukaan adalah dasar
pemerintahan yang modern dan merupakan kunci untuk
membuka potensi negara Indonesia di bidang ekonomi,
layanan publik, dan inovasi menuju negara yang progresif,
adil, dan sejahtera.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 5
Keseriusan pemerintah semakin nyata dengan
ditandai Pengesahan Undang-Undang (UU) No. 24 tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Bagi
Indonesia, terbitnya UU tersebut merupakan era baru
pemerintah yang terbuka. Pemerintahan sangat meyakini
bahwa pemerintah yang terbuka (Open Government)
menjadikan pemerintah semakin cerdas dalam
menyelesaikan masalah dan melayani masyarakat lebih
baik. Lebih-lebih setelah diterbitkannya UU No. 25 tahun
2009 tentang Pelayanan Publik semakin menambah
komitmen pemerintah yang bukan saja memperjuangkan
hak-hak masyarakatnya untuk mendapatkan informasi
namun lebih jauh lagi, pemerintah menginginkan
kemudahan akses publik kepada layanan pemerintah
secara murah, mudah dan berkualitas.
Upaya OGI dalam mendorong keterbukaan dan
partisipasi publik dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan diakui bukan merupakan hal baru. Upaya
serupa pada dasarnya sudah diinisiasi pemerintah sejak
lama, seiring dengan beragam upaya pemerintah untuk
mendorong transparansi pengelolaan keuangan negara,
program pencegahan dan pemberantasan korupsi,
implementasi Musyawarah Rencana Pembangunan
(Musrenbang) dan lain-lain. Gerakan OGI pada dasarnya
mencoba melakukan sinergi, integrasi dan optimalisasi

6 | Etin Indrayani
beragam upaya yang telah dijalankan pemerintah tersebut
sembari menambahkan beberapa terobosan untuk
percepatan upaya pencapaian tujuan pemerintah yang
menganut asas demokratis ini.
Itulah mengapa sejak awal program ini
dikumandangkan, pembangunan kolaborasi yang kuat
antara pemerintah dan masyarakat sengaja diutamakan
melalui pelibatan mereka dalam tim inti OGI. Diyakini
bahwa kolaborasi berbagai pihak dari sejak penyusunan
rencana aksi dan bersama-sama mengawal pelaksanaan
program OGI akan menghasilkan ownership dari
perjuangan mewujudkan hak-hak publik menyangkut
informasi dan layanan publik sebagai milik bersama yaitu
pemerintah dan masyarakat.
Untuk itu, pertemuan perdana antara elemen
pemerintah dengan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang
dilaksanakan tanggal 27 Juli 2011 di Kantor UKP-PPP
menjadi embrio dari terbentuknya tim inti OGI yang
bertanggung jawab merencanakan, menjaring masukan
dari masyarakat, mensosialisasikan, melaksanakan, dan
mengawasi program-program OGI. Dalam rangka
menambah keyakinan bahwa prinsip keterbukaan dan
partisipasi publik yang diperjuangkan OGI bukan
merupakan barang asing bagi pemerintah, sengaja
dilakukan road show ke beberapa daerah seperti

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 7
Kabupaten Lebak, Kota Yogyakarta, dan Kota Surakarta.
Hasilnya semakin meyakinkan bahwa telah ada upaya
sistematis yang dilakukan daerah dalam membuka akses
informasi publik, modernisasi layanan pemerintah daerah
serta menggandeng masyarakat untuk ikut terlibat
menentukan program pemerintah secara nyata.
Keyakinan bahwa spirit keterbukaan dan partisipasi
publik akan memberikan manfaat bagi masyarakat umum
pula-lah yang mendorong Pemerintah Indonesia untuk
bergabung menjadi salah satu perintis gerakan global
Open Government Partnership (OGP) pada bulan
September 2011. OGP merupakan upaya global untuk
membuat pemerintah lebih transparan, efektif dan
akuntabel dengan lembaga negara yang memberdayakan
warga negara dan responsif terhadap aspirasi mereka.
OGP adalah inisiatif multilateral baru yang bertujuan
untuk mengamankan komitmen konkrit dari pemerintah
untuk mempromosikan transparansi, memberdayakan
warga, memerangi korupsi, dan memanfaatkan teknologi
baru untuk memperkuat pemerintahan.
OGP secara resmi diluncurkan pada tanggal 20
September 2011 ketika 8 negara pendiri (Brasil, Indonesia,
Meksiko, Norwegia, Filipina, Afrika Selatan, Inggris,
Amerika Serikat) menyetujui suatu Deklarasi Pemerintah
Terbuka, dan mengumumkan rencana aksi masing-masing

8 | Etin Indrayani
negara. Kerja keras inisiator OGP memberikan hasil yang
menggembirakan karena hanya dalam kurun waktu kurang
lebih 2 tahun, gerakan OGP telah didukung oleh 63 negara
(per Januari 2014) yang mewakili lebih dari 3 milyar
penduduk dunia, dan akan terus bertambah. Negara-
negara yang bermitra dalam OGP ini berkolaborasi
melampaui batas-batas politik dan mendekatkan
hubungan masyarakat dengan pemerintah untuk bersama-
sama menciptakan negara yang lebih baik dengan menjadi
lebih terbuka. Negara yang dicita-citakan OGP adalah
negara yang membawa perbaikan kualitas hidup
masyarakatnya melalui pemerintahan yang terbuka,
bersedia mendengar aspirasi masyarakat, partisipatif, dan
memiliki semangat untuk memperbaiki diri terus-menerus.
Komitmen Pemerintah Indonesia sangat nyata
dengan ditunjukkan bagaimana Presiden RI secara
konsisten menegaskan keseriusan terhadap Open
Government seperti yang disampaikan dalam pidato
kenegaraan di bulan Agustus 2012 dimana Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono berkata: “Perluasan peran dan
partisipasi publik (diperlukan) dalam pembangunan hingga
membuka akses agar publik ikut mengawasi
pembangunan. Inilah esensi Open Government.”
Sementara itu progres gerakan OGI selama tahun
2012 berjalan cukup menggembirakan. Dari sisi

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 9
kelembagaan, Open Government di Indonesia telah
mendorong terbentuknya Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) di 100% jajaran kementerian/lembaga
dibawah Kabinet Indonesia Bersatu II dan ±30% pemerintah
daerah. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara
juga memberikan hasil saat hasil survei Open Budget Index
(OBI) Indonesia berhasil meningkatkan OBI dari 51 di tahun
2010 menjadi 62 di tahun 2012. Peningkatan capaian OBI
tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat pertama
di Asia Tenggara, peringkat ke-3 di Asia (setelah Korea
Selatan dan India), dan dalam kelompok keterbukaan
anggaran yang sama (Significant Information) dengan
negara-negara yang memiliki sistem demokrasi yang sudah
mapan seperti Amerika Serikat.
Survei transparansi anggaran ini dilakukan setiap
dua tahun sekali oleh Open Budget Partnership (OBP),
sebuah lembaga internasional independen yang secara
berkala melakukan survei keterbukaan anggaran di 100
negara. Belum lagi keterbukaan dalam penegakan hukum
antara lain menyangkut keterbukaan kegiatan pengadilan
pajak (jadwal sidang dan risalah putusan pengadilan
pajak) dan publikasi putusan Mahkamah Agung dalam 1
hari sejak putusan ada. Keterbukaan di area menyangkut
layanan dasar masyarakat seperti bidang pendidikan
melalui transparansi Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

10 | E t i n I n d r a y a n i
bidang kesehatan melalui transparansi Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Bahkan dukungan terhadap
terwujudnya transparansi dalam proses pengadaan barang
dan jasa sekalipun melalui pemanfaatan Sistem Online
LPSE juga diupayakan sebagai bagian dari upaya preventif
area yang rawan korupsi tersebut.
Di antara beragam upaya tersebut, program
terobosan juga dilakukan pada tahun 2012 seperti
kompetisi OGI yang diselenggarakan selama bulan April
hingga Juli 2012. Di dalam kompetisi ini, 62 layanan publik
berlomba untuk meningkatkan kualitas layanan publiknya.
Upaya terobosan lain dalam Open Government di
Indonesia termasuk beroperasinya portal satulayanan.net,
yang saat ini telah berisi nyaris 200 modul informasi
layanan dengan 1 juta page view, mulai dari pembuatan
paspor hingga informasi biaya pemasangan listrik.
Selama ini, OGI dikelola dengan penekanan bahwa
OGI adalah sebuah gerakan, bukan semata-mata sebuah
program pemerintah. Pendekatan ini telah membawa
perubahan paradigma. OGI yang semula hanya milik
pemerintah menjadi milik bersama, sikap pemerintah
dalam pemecahan masalah yang semula konservatif
menjadi lebih inovatif, dan sikap masyarakat berubah dari
skeptis menjadi antusias dan partisipatif. Tidak hanya itu,
sejumlah lembaga donor internasional, perusahaan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 11
swasta, dan civitas akademika bersinergi untuk
mempercepat terimplementasinya OGI. Di dalam laporan
ini pula akan nampak berbagai contoh implementasi
OGI, baik yang didorong oleh pemerintah maupun yang
didorong oleh masyarakat.
Tahun 2012 merupakan tahun penetapan fondasi,
pelaksanaan percepatan inisiatif yang ada, dan penciptaan
terobosan baru. Selama masa implementasi OGI pada
tahun 2012, banyak pembelajaran yang bisa dipetik agar
Pemerintah Indonesia bisa menyempurnakan komitmen
Open Government pada tahun-tahun berikutnya. Pada
tahun 2013, OGI harus memperkokoh sistem yang
mendukung transparansi pemerintah dan memperkuat
pemahaman masyarakat akan pentingnya partisipasi
publik. Dengan demikian, penerapan Open Government di
segala lini pemerintahan akan lebih terarah, serta
partisipasi dan aspirasi masyarakat akan lebih mudah
terakomodasi.

Open Government, Open Organization dan Open


Society
Open government pada dasarnya adalah
pemerintah yang terbuka/transparan, engundang
partisipasi rakyat dan mengajak berbagai unsur
masyarakat untuk berkolaborasi memecahkan berbagai
permasalahan untuk kesejahteraan rakyat. Open

12 | E t i n I n d r a y a n i
government mengaktualisasikan secara praktis pengertian
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Open government diasosiasikan sangat erat dengan
transparansi karena memang transparansi/keterbukaan
merupakan elemen utama dan menjadi prasyarat untuk
bergerak ke arah partisipasi dan kolaborasi dengan unsur-
unsur masyarakat.
Organisasi sebagai wadah dan sistem kerjasama
antarmanusia mempunyai hubungan timbal balik dengan
lingkungannya. Organisasi pemerintah yang terbuka (open
organization) merupakan salah satu prasyarat untuk
menjadi “High Performance Government Organizations”,
sebagaimana dikemukakan Mark. G. Popovich (1998)
(editor), dalam bukunya berjudul: “Creating High
Performance Government Organizations” (John Wiley &
Sons, Inc, USA). Karakteristik “High Performance
Organizations” yaitu sebagai berikut:
 are clear on their mission;
 define outcomes an focus on results;
 empower employees;
 motivate and inspire people to succed;
 are flexible and adjust nimbly to new conditions;
 are competitive in terms of performance;
 restructure work processes to meet customer needs.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 13
 maintain communication with stakeholders.
(Popovich, 1998 : 16).
Dalam domain masyarakat terbuka, hukum dan
kebijakan transparansi biasanya membuat persyaratan
pada beberapa kelompok kecil organisasi, produsen mobil,
rumah sakit, dan sejenisnya, untuk memberitahu
informasi publik yang sebagian besar organisasi tidak akan
secara sukarela mengungkapkan. Minimal, itu rumit untuk
mematuhi persyaratan ini.
Seringkali, pengungkapan dapat merugikan
beberapa organisasi ini dengan menyorot perilaku buruk
dan memalukan mereka. Di sisi lain, mereka yang
mendapatkan keuntungan dari yang lebih besar
transparansi sosial, kadang konsumen, investor, warga,
dan masyarakat jauh lebih banyak dan menyebar. Sebagai
persoalan politik praktis, biasanya jauh lebih mudah untuk
kelompok-kelompok yang lebih kecil dari kepentingan
terkonsentrasi untuk mengatur, menentang atau
melemahkan kebijakan transparansi daripada bagi
kelompok yang lebih besar dari konsumen dan warga
negara untuk mengatur maupun untuk mendukung dan
membela kebijakan-kebijakan yang sama. Ilmuwan politik
dan ekonom politik telah menyebut masalah dinamika
"organisasi asimetris" menjelaskan mengapa begitu banyak

14 | E t i n I n d r a y a n i
kebijakan pengungkapan berakhir menjadi ompong dan
tidak efektif.
Untuk alasan ini, gerakan canggih saat ini untuk
Pemerintah Terbuka harus memperluas agenda dan
menjadi gerakan untuk Open Society. Dalam masyarakat
Amerika, ancaman untuk warga secara individu dan
masyarakat umumnya datang sebanyak mungkin lebih dari
pelaku sektor swasta yang kuat dibanding dari
pemerintah. Oleh karena itu, adalah tepat, bahkan
mendesak, bahwa transparansi dan pengungkapan melatih
wawasan mereka pada semua ancaman ini: mereka yang
berasal dari organisasi ekonomi dan kemasyarakatan serta
mereka yang berasal dari pemerintah. Mereka harus
membangun pelajaran sejalan dengan berkembangnya
ketersedian jaringan TIK, aspek sosial untuk menciptakan
responsif, berkembang dan bersemangat dalam platform
transparansi.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 15
16 | E t i n I n d r a y a n i
Prinsip-Prinsip E-government

Bab ini merupakan bagian teoritis dari buku,


memberikan gambaran dan penjelasan prinsip-prinsip e-
government. Ini dimulai dengan tantangan yang dihadapi
pemerintahan modern. Tantangan yang diusulkan untuk
diatasi dengan teknologi yang aplikasi pada administrasi
publik adalah e-government.
Masalah pada teknologi dan pemerintah dibahas
dalam bab ini. Visi e-government adalah tinjauan
berdasarkan komponen seperti jaringan broadband,
berbagi informasi, sistem dokumen elektronik dan situs
portal pemerintah. Gambaran pada komponen e-
government diikuti dengan diskusi tentang bagaimana
kemajuan e-government langkah demi langkah. Akhirnya
berbagi informasi dan portal pemerintah terpilih sebagai
elemen penilaian e-government untuk mengartikulasikan
prinsip-prinsip e-government, dan untuk menunjukkan isu-
isu kebijakan yang muncul dalam pelaksanaannya.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 17
e-Government telah berkembang dari teknologi
informasi (TI) dan khususnya dari teknologi berbasis Web.
Sebagai pengembangan dan penerapan masyarakat
informasi, sehingga memiliki e-government, teknologi
informasi yang diterapkan di lingkungan pemerintah maju
pesat. Hal ini diperlukan untuk melihat ke dalam implikasi
dan kemajuan teknologi informasi bersama dengan
perkembangan masyarakat informasi untuk memahami isi
dan makna dari e-government.

Revolusi Teknologi Informasi dan Evolusi Masyarakat


Informasi
“Internet mengubah segalanya." Ungkapan ini
secara kasar memberikan fundamental, pergeseran
paradigma dan fenomena yang disebabkan oleh kemajuan
teknologi lebih dari 35 tahun yang lalu lembaga penelitian
dan universitas di Amerika.
Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi
telah memiliki pengaruh pada setiap aspek masyarakat.
Seperti layanan sektor publik, dalam e-marketplace,
layanan e-learning, koran internet, dan layanan
penyiaran, sulit untuk menemukan bidang yang tidak
terpengaruh oleh teknologi informasi. Fenomena ini
disebut Revolusi Informasi atau Technology Revolusy
dapat dibandingkan dengan Revolusi Industri di akhir abad
18 dan awal abad 19.

18 | E t i n I n d r a y a n i
Sejarah penemuan komputer dan komersialisasi
kembali ke awal 1950-an, tapi itu tidak mempengaruhi
kehidupan sehari-hari individu sampai awal 1980-an
dengan penyebaran komputer pribadi. Inovasi teknis yang
cepat, difusi macam komputer pribadi, dan kemajuan
teknologi komunikasi yang dipromosikan yang
menyebabkan luasnya difusi dari ledakan Internet. Hasil
perubahan tersebut yang saat ini sedang kita lihat.
Dari sudut pandang teknologi, revolusi informasi
adalah satu hal. Berikut perubahan ekonomi dan sosial
yang disebabkan oleh inovasi teknologi informasi sebagai
evolusi adalah hal lain. Isi utama dari revolusi informasi
tidak dalam pengembangan dan keberadaan diri dari
sistem komputer di setiap tubuh masyarakat, tetapi dalam
sistem ekonomi dan sosial dan atau perubahan hubungan
antara anggota di mana sistem komputer yang diterapkan.
Sebuah masyarakat yang berubah, sebagai hasil
dari difusi dengan aplikasi komputer dan teknologi
komunikasi, disebut masyarakat informasi. Konten
sebenarnya revolusi informasi yang proses transformasi,
penampilan masyarakat informasi, dan pengaruh di
berbagai bidang. Ini adalah cara yang tepat untuk
memahami revolusi informasi, mengamati proses
perubahan ke masyarakat informasi dan pengembangan
teknologi bersama dengan e-government.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 19
Penyebaran Revolusi Teknologi Informasi
Komputer pertama kali dikomersialisasikan oleh
IBM pada awal tahun 1950-an. Aplikasi yang dalam
berbagai kegunaan dalam bidang teknis dan ekonomi
sebagai teknologi maju. Komputer pribadi muncul di awal
1980-an sebagai pengembangan teknologi perwakilan
menghubungkan komputer dengan masyarakat umum.
Sebagai kinerja mikroprosesor, bagian inti dari komputer
pribadi, terus ditingkatkan, komputer pribadi
memperpanjang jangkauan penggunaan dan
perkembangan off sistem, dari MS-DOS operasi ke
Windows, membuat penggunaan komputer pribadi lebih
mudah dan populer.
Dengan diperkenalkannya Intel Pentium Chipset di
awal 1990-an, kecepatan pemrosesan komputer pribadi
menjadi komersial dalam pengolahan citra dan
multimedia file. Dikombinasikan dengan teknologi web
browser berbasis LAN (local area network) dan ada
ledakan penggunaan internet. Perluasan penggunaan
Internet memungkinkan dunia jaringan untuk menciptakan
berbagai aplikasi dan untuk membawa perubahan sosial,
dan perubahan ekonomi yang pesat. Revolusi informasi
adalah bergerak.

20 | E t i n I n d r a y a n i
Mata revolusi teknologi informasi adalah internet.
Dilihat dari sudut ini, revolusi informasi disebut revolusi
Internet. Internet mempengaruhi setiap aspek masyarakat
termasuk bisnis dan pelayanan publik. Munculnya
pelayanan pemerintah kepada masyarakat bisnis dan
global sedang dibentuk ulang oleh Internet. Internet juga
menciptakan peluang baru di wilayah politik seperti
pemilu Internet untuk mengumpulkan opini publik,
kampanye pemilu, dan partisipasi dalam proses
pembuatan kebijakan menggunakan internet. Sebagai
sarana untuk demokrasi langsung, Internet memainkan
peranan utama dalam kehidupan sehari-hari.

Menghadapi Tantangan Pemerintah di Era Internet


Revolusi informasi telah memiliki pengaruh pada
setiap aspek masyarakat dan di lingkungan pemerintah
juga. Hal ini diakui bahwa komputer dan teknologi
berbasis web secara efektif dapat memecahkan berbagai
masalah pemerintahan yang ada daripada cara lain.
Dengan latar belakang pemahaman seperti itu, ada
terletak pada fitur teknologi pengolahan data yang cepat,
memungkinkan komunikasi informasi melampaui batas
waktu, ruang, dan beberapa perubahan lingkungan yang
membutuhkan fitur tersebut.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 21
Sebagai suatu kematangan demokrasi, peluang
administrasi pejabat publik dan manajemen otoritatif
pemerintah menghadapi resistensi publik. Kedua, sebagai
tingkat mempertinggi kesadaran warga, harapan standar
pada layanan pemerintah, dan sistem pelayanan semua
ditinggikan. Ketiga, setelah era perang dingin persaingan
ekonomi global diidentifikasi dan peran pemerintah
terfokus pada fungsi pendukung. Ini adalah pergeseran
dari pengendalian dan pemantauan kegiatan bisnis untuk
mempromosikan kewirausahaan dan kreativitas. Keempat,
dengan tren globalisasi yang disebabkan oleh komputer
dan ledakan internet, e-government dipromosikan oleh
respon pemerintah untuk evolusi dari satu komunitas
informasi global. Fitur pemerintahan terakhir berubah dari
peraturan, kontrol dan prosedur formal untuk penekanan
pada hasil dan tanggung jawab
Sebagai hasil dari perubahan pada lingkungan
sosial, masyarakat umum serta perusahaan swasta yang
menunjukkan masalah birokrasi lemak. Permintaan untuk
perubahan memungkinkan solusi untuk masalah ini, untuk
meningkatkan kualitas layanan administrasi dan
meningkatkan daya saing internasional. Ini adalah waktu
e-government terbentuk dalam bentuk menerapkan
teknologi informasi untuk proses bisnis internal sistem
layanan pemerintah.

22 | E t i n I n d r a y a n i
e-Government: Konsep Baru dari Administrasi Publik
Negara-negara maju saat ini sedang melakukan
strategi aktif untuk pemerintah yang berorientasi pada
pelanggan melalui pemanfaatan era Internet untuk
mempertahankan posisi negara-negara terkemuka di abad
ke-21. Sebuah model untuk memeriksa hal tersebut adalah
di Amerika Serikat yang pada 1993 sebuah laporan
berjudul, Laporan Gore Pada Reinventing Government,
Membuat Pemerintah Itu Bekerja Lebih Baik dan Lebih
Hemat, diusulkan untuk menghilangkan birokrasi usang
dan berinovasi dimana semua proses pelayanan publik
untuk memuaskan masyarakat. Idenya telah ditandai
dengan lahirnya New Public Management (NPM),
menekankan kinerja berorientasi hasil di sektor publik.
Idenya juga telah dikembangkan berdasarkan sudut
pandang bahwa persaingan pasar dan privatisasi
meningkatkan respon pemerintah dan efisiensi,
memberikan alasan untuk model bisnis di sektor publik.
Dalam model NPM warga diperlakukan sebagai
pelanggan dan lembaga pemerintah diharapkan menjadi
lebih inovatif dan berorientasi bisnis. Sebagai sarana
untuk memenuhi usulan bahwa laporan yang
memperkenalkan konsep "Pemerintah Elektronik".
Sebagaimana bank mengembangkan konsep "Electronic
Banking" untuk memberikan pelayanan yang lebih nyaman

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 23
untuk pelanggan, sehingga pemerintah mengembangkan
"e-government" untuk memberikan pelayanan publik yang
lebih nyaman untuk masyarakat sebagai pelanggan
pemerintah.
Di Korea, istilah "e-government" pertama kali
secara resmi muncul di laporan kebijakan pemerintah
pada tahun 1996. Pada tahun 1995 Pemerintah Korea
mendirikan "ICT Promosi Act" untuk mempercepat
masyarakat informasi, dan tahun berikutnya diusulkan 10
tugas prioritas. Yang pertama dari mereka adalah proyek
e-government yang menganggap orang sebagai pelanggan.
Tujuan pemerintah adalah untuk melayani dan
bermanfaat bagi masyarakat. Konsep e-government
adalah untuk melayani warga melalui pelayanan publik
yang sangat maju yang tidak mungkin dalam pemerintahan
yang sebelumnya. Dalam keadaan ini e-government secara
efektif membuat reformasi di organisasi pemerintah dan
penyampaian layanan melalui teknologi informasi. Hal ini
penting untuk mengamankan efisiensi administrasi secara
maksimum dan mengembangkan interface dalam
memberikan informasi dan berbagai pelayanan publik
kapan saja dan di mana saja.

Pemerintah dan Teknologi


Dalam dunia global dorongan teknologi hari ini
dengan cepat menjadi pusat dari paradigma pembangunan

24 | E t i n I n d r a y a n i
pemerintah. Potensi teknologi baru dalam mengubah cara
pemerintah beroperasi semakin diakui. Penggunaan
teknologi informasi (TI) oleh pemerintah sekarang lebih
mapan, menjadi bagian integral dari bagaimana
pemerintah melakukan bisnis. Dari hari-hari awal tugas
pengolahan massa di daerah seperti mengumpulkan
statistik nasional, penggunaan TI oleh pemerintah telah
melebar untuk mencakup berbagai teknologi dan aplikasi.
Memotong TI di semua sektor pemerintahan untuk
membawa efisiensi dan kesempatan yang lebih besar dari
semua layanan kesejahteraan sosial untuk tenaga kerja
dan perdagangan, dan dari partisipasi masyarakat menuju
demokrasi. Sebuah visi yang jelas, didorong oleh
penggunaan dari Internet yang lebih berkembang
menunjukkan bahwa hal itu bisa memberikan Korea
keunggulan kompetitif utama dalam ekonomi global.
Hal ini juga menunjukkan bagaimana e-government
dapat meningkatkan produktivitas nasional. Karena itu
mengartikulasikan tiga tujuan tertentu. Pertama adalah
untuk meningkatkan efektivitas individu dengan
mengurangi kelebihan beban administrasi. Ini melibatkan
penyiapan satu jendela ke sumber daya pemerintah
didistribusikan sehingga, misalnya, anggota masyarakat
dapat memperbarui paspor dengan satu perjalanan ke
kantor pemerintah daripada harus mengunjungi beberapa

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 25
kantor untuk menyusun beberapa dokumen seperti
sertifikat kewarganegaraan dan bukti alamat untuk
dibawa ke kantor untuk diproses manual.
Kuncinya adalah bahwa kemungkinan mengejutkan
setelah semua database pemerintah telah dikaitkan
muncul yang tidak hanya berkaitan dengan pelayanan
administrasi. Informasi sistem berbagi menyediakan
platform yang berbagai database otentik diakses oleh
instansi pemerintah memungkinkan pemerintah untuk
tampil secara online sebagai satu kesatuan. Sehingga
sangat penting untuk membuat jelas dari awal bahwa
meskipun e-government terutama tentang administrasi
digital, ia memiliki kekuatan untuk memperpanjang jauh
lebih dalam ke dalam kehidupan sehari-hari dari yang
dibayangkan.
Portal live-event, salah satu contoh yang rinci di
bagian G4C dapat dirancang untuk memanusiakan proses
birokrasi. Dengan menawarkan akses langsung ke bentuk,
kriteria aplikasi, dan kontak yang relevan, portal acara
hidup dapat mengurangi kompleksitas layanan pemerintah
untuk mengubah fungsi situs web pemerintah dari
presentasi sederhana informasi untuk persembahan
layanan yang lengkap tanpa hambatan. Tujuan kedua
adalah untuk memberikan dukungan untuk bisnis. Ini
berarti mendukung start up dan R & D, membina sumber

26 | E t i n I n d r a y a n i
daya manusia, dan melaksanakan reformasi hukum. Hal ini
juga melibatkan fine-tuning standar untuk e-bisnis,
memperluas dan meningkatkan transaksi elektronik dan
menciptakan pasar online yang aman. Akhirnya, e-
government harus membantu dengan proses pemerintah
sendiri. Administrasi dengan peningkatan produktivitas,
transparansi dan demokrasi tuntutan publik. Tuntutan ini
akan puas dengan pemerintahan yang paperless,
meningkatkan produktivitas, dan efisiensi dalam
pelayanan publik yang kembali alur kerja untuk
mengambil keuntungan dari teknologi.
Inti dari e-government adalah untuk mengubah
administrasi publik untuk berinovasi hubungan internal
dan eksternal dengan bantuan teknologi elektronik. Hal ini
menyebabkan titik paling penting: tanpa melupakan fakta
bahwa penekanan dalam e-government harus pada
'pemerintah' dan bukan pada 'e' (OECD, 2003). Setelah
titik ini, masalah e-government ditempatkan dalam
konteks reformasi manajemen publik nasional dan inisiatif
pemerintahan yang baik. Ingat bahwa inisiatif e-
government pada awalnya dilakukan di bawah
kepemimpinan mantan Wakil Presiden AS Al Gore yang
mencoba untuk menemukan kembali pemerintah melalui
aplikasi teknologi informasi.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 27
Isu-isu inovasi pemerintah telah mengerucut sejak
latihan awal aplikasi TI ke dalam administrasi publik
bahkan melalui dampak yang sebenarnya pada proses
pemerintah meski masih bekerja sangat lambat ketika
diintrodusir ke dunia nyata. Hampir semua negara tempat
tujuan inovasi yang didasarkan atas proposal proyek TI.
Sebagai contoh Di Korea, misi dua kementerian telah
didefinisikan ulang untuk mencerminkan cita-cita ini pada
akhir tahun 2003, masing-masing bersaing dengan yang
lain untuk mengatur kecepatan dalam reformasi e-
government. Yang pertama adalah pelayanan administrasi
pemerintah Negeri (MOGAHA) dan lainnya kementerian
informasi dan Komunikasi (MIC). Kedua kementerian
memiliki beberapa kesamaan tapi itu memutuskan untuk
menempatkan semua inisiatif e-government di bawah
bendera MOGAHA karena pada akhir hari e-government
bukan tentang inovasi teknis, tapi ini adalah tentang
reformasi pemerintah.
Dikatakan bahwa ini adalah pendekatan yang tepat
sebagai perspektif kearah perubahan. Ada kebutuhan
untuk melampaui agenda teknis dan fokus pada
menempatkan warga di pusat proses administrasi. Ini
disadari betul pada saat yang sama bahwa itu bukan
hanya tentang bagaimana mengatur, tetapi tentang
seberapa baik untuk memerintah.

28 | E t i n I n d r a y a n i
Visi untuk e-Government
Difusi cepat dari aplikasi internet menyebabkan
perubahan besar dalam cara operasi pemerintah dan
harapan warga. Proses kerja internal dan harapan warga
dengan berbagai tingkat pemerintahan menjadi lebih
tergantung pada teknologi informasi dan komunikasi
membentuk e-government. Konsep 'e-government'
dibentuk pada awal 1990-an, menggabungkan dua kata
yang sangat heterogen. Salah satunya adalah terminologi
yang sangat teknis dan yang lainnya adalah salah satu
yang sangat populer dalam sejarah panjang sistem
pemerintahan. Sedangkan istilah baru tidak mudah
diterima, terdengar eksotis di awal diperkenalkan segera
menjadi tujuan menarik dari sebagian besar negara
mencoba untuk mengubah pemerintah ke dalam struktur
modern dan inovatif.
Pada beberapa kasus, kegiatan e-government,
masing-masing negara berfokus pada prioritas tergantung
pada tingkat perkembangan ekonomi dan sosial serta
kemampuan teknologi. OECD mendefinisikan e-
government sebagai penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (IT), khususnya, internet sebagai alat untuk
mencapai pemerintahan yang lebih baik (OECD, 2003).
PBB mengambil peristilahan itu sebagai pemanfaatan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 29
teknologi informasi oleh pemerintah yang berlaku untuk
mengubah hubungan internal dan eksternal (PBB, 2003).
Tujuan utama dari e-government adalah
menempatkan pemerintah dalam posisi yang paling efisien
dan sebagai bentuk dengan kenyamanan sebaik mungkin
dari sudut pandang masyarakat. Hal ini bisa diperoleh
dengan mengaktifkan hasil yang lebih baik pada
kebijakan, layanan berkualitas tinggi, keterlibatan publik
yang lebih besar dalam pengambilan keputusan
pemerintah, dan dengan meningkatkan output kunci
lainnya yang mungkin diidentifikasi. Visi e-government
adalah untuk membentuk kerangka TI menjadi faktor
kunci dalam keberhasilan transisi ke pemerintah yang
jelas, transparan, dan efisien. Sejak akhir 1980-an TI
telah diakui sebagai alat yang efektif untuk proses
berinovasi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas.
Itu tidak lama yang lalu bahwa pemerintah diberbagai
belahan dnia khususnya pada negara maju mengambil
pandangan yang aktif dalam memobilisasi sumber daya ke
arah yang lebih baik bagi warga untuk dapat menghargai
aplikasi TI.
Lingkungan yang menguntungkan seperti
infrastruktur internet nasional yang memungkinkan proyek
e-government untuk menghasilkan hasil yang bermanfaat
yang sudah mapan. Selain itu, pengembangan database

30 | E t i n I n d r a y a n i
untuk berbagai sektor termasuk warga, kendaraan, dan
tanah memberikan kesempatan untuk berbagi sumber
daya informasi di seluruh badan pemerintah. Perubahan
ini akan meningkatkan efisiensi operasi pemerintah dan
kualitas layanan bagi warga negara. Ada beberapa elemen
yang merupakan visi e-government di negara yang telah
maju, efisien, pemerintah dan internet akses transparan
ke layanan pemerintah. Pertama, dalam mengoperasikan
PC dilengkapi secara individual, setiap PNS di daerah serta
pemerintah pusat mendorong komunikasi satu sama lain
untuk menghasilkan kepentingan bersama.
Berbagi informasi administrasi meningkatkan
pertukaran dokumen elektronik mengurangi dokumen
untuk melengkapi bisnis. PC individu terhubung ke
jaringan administrasi kecepatan tinggi meliputi kompleks
pemerintah pusat ke kantor lokal tingkat terendah, yang
jumlahnya sekitar 3.700 di seluruh negeri. Kedua, warga
negara dan perusahaan mendapatkan akses ke pemerintah
melalui jendela tunggal (portal pemerintah), yang
mewakili berbagai fungsi pelayanan pemerintah dan
sumber informasi.
Portal pemerintah telah direstrukturisasi sedemikian
rupa bahwa orang dapat menikmati berbagai layanan
pemerintah secara elektronik tanpa mengunjungi kantor-
kantor pemerintah sesering sebelumnya. Misalnya, orang

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 31
dapat meminta dan menerima dokumen verifikasi melalui
Internet. Dalam beberapa kasus tidak perlu menyerahkan
dokumen verifikasi sebelumnya diperlukan untuk layanan
pemerintah sejak lembaga pemerintah diperbolehkan
untuk menggunakan informasi yang relevan secara online
melalui sistem berbagi informasi untuk mengkonfirmasi
apakah pemohon memenuhi syarat untuk layanan
pemerintah tertentu.
Contoh lain menunjukkan bagaimana instansi
pemerintah saling berhubungan untuk menghasilkan
efisiensi dan kenyamanan adalah perubahan alamat yang
seharusnya dilaporkan ke kabupaten. Salah satu
perubahan alamat dilaporkan tatap muka dengan kantor
kecamatan, sekarang sistem e-government daerah bekerja
untuk menginformasikan perubahan alamat online dengan
instansi terkait seperti kantor pajak dan kantor
manajemen kendaraan. Ada rencana sistem akan mungkin
untuk menginformasikan perubahan alamat secara online
ke kantor distrik setempat. Ini juga memungkinkan untuk
memberitahukan kelahiran anak, status perkawinan, dan
mendaftarkan mobil baru. Perusahaan dapat mengajukan
aplikasi pada lisensi, paten untuk pasar, kegiatan R & D,
dan mengisi formulir pajak secara online.

32 | E t i n I n d r a y a n i
Munculnya Tahapan e-Government
Istilah e-government sekarang banyak digunakan
untuk menggambarkan aplikasi TI, khususnya internet
untuk mendukung proses administrasi dalam rangka
efisiensi, transparan, dan disederhanakan. Upaya untuk
mengubah proses publik untuk meningkatkan pelayanan
publik dengan aplikasi TI yang lebih tua dari ledakan
Internet dan munculnya konsep e-government. Sementara
konsep e-government diciptakan dan dipercepat untuk
meredakan berbagai bidang pemerintahan bersama
dengan pengenalan teknologi internet pada pertengahan
1990-an, itu pada awal pertengahan tahun 1980 bahwa
isu-isu di sektor publik telah populer dibahas dalam
konteks mengubah administrasi cara dioperasikan dan
layanan yang disampaikan.
Pada akhir 1990-an pemimpin pemerintahan
banyak yang berorientasi pada ide inovasi melalui e-
government dan mendorong penggunaan internet untuk
meningkatkan akses ke informasi dan layanan pemerintah.
Dengan model evolusi e-government yang bisa membuat
perkiraan dari tingkat perkembangan e-government
masing-masing negara dan bisa mengatur garis panduan
untuk menetapkan tujuan dan arah e-government. Untuk
mencapai tujuan tersebut model evolusi e-government

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 33
harus mencakup komponen utama dari e-government
secara seimbang mengevaluasi tingkat e-government.
E-government mencakup empat elemen, proses
kerja internal, pelayanan kepada masyarakat, informasi
manajemen sumber daya, dan pembaharuan hukum. Jadi
model evolusi e-government merupakan empat cakupan
hal tersebut secara selaras. Ketika mengevaluasi e-
government dengan model keseimbangan empat daerah
menjadi faktor yang lebih penting.
Meskipun bentuk e-government telah berkembang
lebih jauh, tidak ada kesepakatan tentang cara
mendefinisikan bagaimana ia telah muncul langkah demi
langkah. Untuk mengklaim keberhasilan dalam menjadi e-
government atau untuk mengevaluasi status e-government
masing-masing negara, organisasi internasional seperti
PBB, OECD dan perusahaan multinasional seperti IBM
mengembangkan definisi tahapan dari e-government.
PBB (2000) mengembangkan sebuah model untuk
mengidentifikasi status kesiapan negara anggota e-
government. Model mendefinisikan lima tahapan e-
government evolusi didasarkan pada seberapa baik fungsi
dan informasi pemerintah disajikan di web. Tahap
pertama e-government menyajikan informasi yang
terbatas dan mendasar. Kehadiran secara online e-
government terdiri dari halaman web dan/atau situs

34 | E t i n I n d r a y a n i
resmi, menghubungkan kementerian dan departemen.
Beberapa informasi yang diarsipkan seperti pesan oleh
departemen kepala mungkin tersedia. Kebanyakan
informasi tetap statis dengan beberapa pilihan bagi
warga. Pada tahap kedua, pemerintah memberikan
sumber kebijakan publik dan pemerintahan yang lebih
besar dari informasi saat ini dan mencapai seperti
kebijakan, hukum dan peraturan. Pengguna dapat mencari
informasi dan dokumen dengan bantuan bantuan fitur
seperti peta situs. Pada tahap ketiga (interaktif) layanan
online pemerintah memasuki modus interaktif dengan
akses ke bentuk untuk aplikasi dan pembaharuan. Situs ini
diperbarui dengan keteraturan yang lebih besar untuk
menyimpan informasi saat ini dan up to date untuk publik.
Tahap keempat (Transactional) memungkinkan interaksi
antara warga dan pejabat pemerintah. Ini termasuk
pilihan untuk bermain pajak, menerapkan untuk kartu ID,
dan paspor. Warga mampu membayar layanan publik yang
relevan. Penyedia barang dan jasa dapat mengajukan
penawaran melalui link aman. Tahap kelima (Networked)
merupakan tingkat yang paling canggih dalam inisiatif e-
government.
Hal ini dapat ditandai dengan integrasi G2G,
interaksi G2C. Pemerintah mendorong partisipasi
pengambilan keputusan musyawarah dan bersedia untuk

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 35
melibatkan masyarakat dalam dialog dua arah yang
terbuka. Pemerintah secara aktif mengumpulkan sejumlah
pandangan publik tentang kebijakan publik, dan
pembuatan hukum.
Model lima tahap PBB menyediakan dasar untuk
studi benchmarking internasional bagi negara-negara
anggota. Kehadiran web pemerintah, salah satu dari tiga
komponen dalam benchmarking, terlihat lebih situs portal
pemerintah untuk mencetak masing-masing dari lima
tahap. Dalam survei layanan online untuk negara-negara
yang berpartisipasi dalam proyek e-government, OECD
(2003) diadaptasi model untuk penyampaian layanan
elektronik dari Kantor Audit Nasional Australia. Model
Australia mendefinisikan empat tahap dari pelayanan
online.
1. Tahap pertama, mengacu pada Informasi website yang
mempublikasikan informasi tentang layanan. Tahap ini
melibatkan digitalisasi informasi yang tersedia dan
membuatnya tersedia secara online tanpa banyak fokus
pada proses rekayasa ulang;
2. Tahap kedua, Informasi interaktif, pengguna yang
diizinkan untuk mengakses database untuk informasi
publik yang tersedia dan untuk berinteraksi dengan
informasi untuk melakukan pencarian elektronik. Tahap
kedua menuntut investasi yang lebih besar dalam

36 | E t i n I n d r a y a n i
berpikir tentang bagaimana warga negara dan bisnis
akan menggunakan informasi tersebut;
3. Tahap ketiga, Transaksi, termasuk kemampuan
pengguna untuk memasukkan informasi aman dan
terlibat dalam transaksi dengan organisasi. Jasa
pengiriman di tahap ini membutuhkan real time respon
oleh instansi pemerintah dengan tuntutan layanan
warga dan bisnis. Instansi harus berpikir tentang
standar layanan online, keamanan dan perlindungan
privasi, proses back-office dan hubungan antar
lembaga; dan
4. Tahap keempat, berbagi data, mengembangkan
kemampuan lembaga untuk berbagi dengan organisasi
lain berbagai informasi dalam proses melaksanakan
misi. Berbagi data yang berisi informasi pribadi akan
memerlukan persetujuan oleh hukum atau persetujuan
individu sebelumnya. Berbagi data membuat
penyederhanaan signifikan dalam administrasi publik
dan mengurangi beban yang dilakukan oleh warga
ketika mereka mendaftar untuk layanan pemerintah.
Berbagi data merupakan prasyarat untuk integrasi
kelancaran proses, sehingga memberikan peluang untuk
inovasi proses untuk efisiensi internal dan layanan
pengiriman ke warga. Masalah ini akan dibahas secara
rinci pada bagian berikutnya.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 37
IBM (Ramsey, 2004) menunjukkan kekurangan dari
definisi sebelumnya tahap evolusi berdasarkan tingkat
kehadiran pemerintah di web, atau tingkat pelayanan
elektronik. Ini berpendapat bahwa hanya menempatkan
layanan online bukanlah tujuan utama dari e-government.
Persepsi kemajuan memperlambat momentum untuk
menerapkan perubahan yang sulit dan mengurangi
kembali dari implementasi e-government itu mengusulkan
empat tahapan model untuk evolusi e-government,
mengingat apa yang dibutuhkan untuk mewujudkan janji
e-government.
1. Tahap pertama, pemerintah online, ditandai dengan
pemerintah menciptakan kehadiran di web. Hari ini
sulit untuk membayangkan sebuah pemerintahan tanpa
sebuah website yang menyediakan berbagai jenis
informasi pemerintah. Pada tahap ini, informasi yang
digunakan untuk diatur berdasarkan sudut pandang
organisasi. Sebuah portal pemerintah pada tahap ini
adalah kumpulan sederhana link ke situs terkait dengan
halaman pertama biasanya yang dibentuk oleh bagan
organisasi;
2. Pada tahap kedua, Pemerintah Interaktif, portal yang
mudah diadopsi dari sudut pandang fungsional
pandangan bukan perspektif organisasi. Tahap ini
meningkatkan kemampuan warga dan bisnis untuk

38 | E t i n I n d r a y a n i
berinteraksi dengan pemerintah. Bukan hanya
mendapatkan atau bertukar informasi, pengguna
lengkap transaksi multi-langkah dalam tahap ini;
3. Tahap ketiga, Pemerintah Terpadu, merupakan tingkat
baru pembangunan di mana kompleksitas dalam
pemerintahan ditata kembali. Integrasi internal adalah
ciri khas dari tahap ini. Integrasi umumnya terjadi
pada kelompok departemen dengan kebutuhan umum
atau set layanan yang sama; dan
4. Tahap keempat, Pemerintah On-demand tidak
seperti tiga tahap pertama secara signifikan. Berikut fokus
bergeser internal ke eksternal. Sebuah Pemerintah On-
demand adalah salah satu yang proses bisnis yang
mengintegrasikan end-to-end tidak hanya di seluruh
perusahaan, tetapi juga di luar perusahaan dengan mitra
kunci, menunjukkan pentingnya konsep-konsep baru,
manajemen sumber daya informasi (IRM), dan arsitektur
enterprise (EA ) sebagai alat untuk IRM. Hasilnya adalah
kemampuan untuk respon yang fleksibel dan cepat belum
pernah terjadi sebelumnya untuk mengubah permintaan
pelanggan, atau peluang.
Tiga cara yang berbeda untuk mendefinisikan
proses evolusi e-government telah ditinjau, masing-
masing mengambil aplikasi TI dari perspektif yang
berbeda. PBB mengikhtisarkan bagaimana pemerintah

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 39
mengambil bentuk website, dengan fokus pada tingkat
kecanggihan informasi, pelayanan, dan presentasi.
Sementara itu, OECD, mengadaptasi model
Australia, mengartikulasikan definisi dari tahap muncul
dari e-government berdasarkan bagaimana layanan online
matang dan format digital
dari informasi yang diberikan. Semakin dekat
format adalah untuk berbagi informasi, semakin layanan
berorientasi pelanggan dan e-government yang lebih
matang.
Persepsi IBM pada tahap pengembangan e-
government yang lebih praktis dalam arti bahwa ia
menargetkan pada janji yang nyata dari e-government.
Janji e-government sepenuhnya menyadari ketika proses
bisnis end-to-end yang terintegrasi tidak hanya di
organisasi pemerintah tapi seluruh mitra utama
pemerintah seperti pemasok dan pelanggan. Meskipun
perbedaan tahap akhir dari setiap definisi, jaringan
(mulus)/berbagi data/ permintaan, mengacu pada
fenomena yang sama, yang membutuhkan integrasi
organisasi melintasi batas-batas dan berbagi informasi.
Unsur ini merupakan inti dari diskusi e-government.

Berbagi Informasi dan Portal Pemerintah


Komponen e-government termasuk membangun
database administrasi, berbagi informasi, interchanging

40 | E t i n I n d r a y a n i
dokumen elektronik, membangun jaringan informasi
administrasi, aplikasi layanan online, dan pemberian
layanan. Komponen-komponen ini ditunjukkan pada visi e-
government. Komponen inti dapat dikurangi ke berbagi
informasi dan Portal pemerintah. Berbagi informasi
memungkinkan proses administrasi untuk diintegrasikan,
sehingga pemerintah muncul sebagai satu kesatuan.
Warga dapat mengurangi jumlah perjalanan ke kantor-
kantor pemerintah serta sejumlah dokumen verifikasi
untuk menyerahkan saat melamar layanan tertentu. Portal
pemerintah adalah satu jendela yang memungkinkan
layanan pemerintah yang akan disajikan secara sistematis
mengikuti jenis tertentu urutan seperti peristiwa
kehidupan manusia dan bisnis.
Berbagi informasi merupakan elemen penting
dalam implementasi e-government, memungkinkan
reengineering dan integrasi proses bisnis pemerintah.
Sejak tahap awal implementasi e-government, berbagi di
pemerintah informasi telah lama dianggap sebagai yang
paling penting unsur yang mengarah ke e-governmen. Ide
dasar dari berbagi informasi adalah untuk menyimpan
informasi. Sebagai contoh, mengakui pentingnya berbagi
dalam melaksanakan inisiatif e-government informasi,
Korea telah berpartisipasi dalam proyek e-government,
GOL (Pemerintah On Line) sejak tahun 1996, dengan fokus

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 41
bunga pada berbagi informasi. Korea telah menyatakan
minatnya untuk memimpin sub-proyek pada berbagi dalam
pertemuan G7 & GOL di Roma (Juni 1996) informasi.
Sejak pertemuan G7 & GOL di Jenewa (Oktober 1996),
sub-proyek telah dipimpin oleh Korea untuk menghasilkan
“Berbagi Informasi dan Re-digunakan untuk layanan
pemerintah ditingkatkan: Visi, Dunia.”
Sekali bukan berkali-kali sehingga warga dan bisnis
tidak harus diminta oleh departemen yang berbeda untuk
informasi yang sama. Hal ini dapat dicapai hanya ketika
ada infrastruktur interoperable di seluruh pemerintah,
sehingga informasi dengan mudah dapat diakses atau
ditukar oleh semua departemen. Isu-isu utama yang
berkaitan dengan berbagi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut informasi: berbagi infrastruktur informasi, model
informasi terpadu, manajemen sumber daya informasi,
program layanan terkait, rekayasa ulang pelayanan
pemerintah, dan perlindungan privasi yang disebabkan
oleh berbagi informasi.
Berbagi informasi ini dimaksudkan untuk
mencakup konsep untuk mengumpulkan informasi
pemerintah sekali dari warga dan bisnis sehingga semua
departemen pemerintah dalam satu negara kemudian
dapat menggunakan informasi tersebut.

42 | E t i n I n d r a y a n i
Ini berarti bahwa semua data yang digunakan oleh
pemerintah harus dikelola sebagai satu kesatuan yang
koheren, dalam hal definisi, penggunaan, keamanan,
pembuangan, dan desain sistem. Namun, ini tidak berarti
bahwa data harus disimpan secara fisik bersama-sama,
atau berada dibawah kepengurusan satu kesatuan. Jika
salah satu menemukan sebuah pemerintah yang efisien
dan cacat dari awal itu akan tidak mungkin untuk
kotakkan fungsi pemerintah, sistem, proses, dan data
dalam cara yang mereka sedang diselenggarakan. Inisiatif
e-pemerintah mencoba untuk insinyur ulang proses dan
sistem saat ini untuk memaksimalkan efisiensi.
Informasi adalah sumber daya penting untuk
manajemen yang efisien dari pemerintah. Hal ini sering
terjadi bahwa informasi tentang identifikasi warga negara
diperlukan oleh beberapa lembaga, misalnya untuk tujuan
perpajakan dan pembaruan SIM. Pemerintah bisa lebih
efisien jika informasi itu diadakan di satu tempat sehingga
lebih cenderung up-to-date dan benar. Ini akan menjadi
kurang dari beban warga dan bisnis jika, ketika
berinteraksi dengan departemen baru untuk layanan
tertentu, mereka hanya harus memberikan informasi
tambahan atau mengkonfirmasi apakah informasi yang
telah diadakan benar. Peningkatan pengelolaan data akan
menyebabkan pemerintah yang lebih efektif sebagai

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 43
kualitas (lebih dapat diandalkan, up-to-date, dan
konsisten) informasi harus mengarah pada ide-ide yang
lebih baik, keputusan lebih cepat, mengurangi penipuan
dan mengurangi biaya perawatan data.
Ada banyak masalah yang dapat diidentifikasi
dengan gagasan berbagi informasi, beberapa di antaranya
adalah unik untuk masing-masing negara karena undang-
undang, lain yang umum ke berbagai negara. Isu berbagi
informasi meliputi teknologi yang memungkinkan, hukum,
dalam pengaturan institusional, dan budaya organisasi.
Dengan bantuan kemajuan pesat di bidang
teknologi informasi, teknologi mendorong berbagi
informasi sedang duduk. Pelayanan administrasi satu atap
sedang direalisasikan dengan menghubungkan database
yang digunakan untuk menjadi tugas yang sulit. Selain itu,
karena han mungkin untuk berbagi informasi tanpa
memperhatikan format data, hambatan karena kurangnya
kompatibilitas dan standar menghilang. Realisasi apalagi
pada berbagi informasi lebih mudah dengan bantuan
teknologi berbasis web saat ini.

44 | E t i n I n d r a y a n i
Model e-Government

Berbagai literatur mendeskripsikan berbagai


pengalaman inisiatif e-government mengalami kekacauan
dan cenderung tidak terkendali, meskipun banyak inisiatif
ini di berbagai tingkat pemerintahan dan konferensi e-
government baik dengan pendekatan akademis dan
praktisi. E-government menyajikan sejumlah tantangan
bagi administrator publik. Untuk membantu administrator
publik berpikir tentang e-government dan organisasi yang
mereka kelola, bab ini berupaya menjelaskan berbagai
tahap pengembangan e-government dan model 'tahap
pertumbuhan' e-government. Berbagai situs/portal
pemerintah dan inisiatif e-government terkait untuk
membantu menjelaskan model ini. Tahap ini menguraikan
transformasi multi-perspektif dalam struktur dan fungsi
pemerintah karena membuat transisi kematangan e-
government tahap demi tahap. Tantangan teknologi dan
organisasi untuk setiap tahap menjadi landasan dalam
deskripsi model ini. Pada saat yang sama, tulisan ini

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 45
menggambarkan bagaimana e-government dikombinasikan
implementasinya secara paralel dengan struktur
administrasi publik tradisional.
Sebuah model kematangan portal e-government
adalah seperangkat tahapan (dari dasar sampai yang
canggih) yang menentukan kematangan dari portal e-
government. Manfaat utama dari model-model
kematangan adalah untuk memandu kita didalam
menentukan tingkat kematangan portal e-government.
Model kematangan ini juga dapat berfungsi sebagai
panduan untuk membantu lembaga meningkatkan kualitas
portal e-government yang telah mereka bangun dan
kembangkan. Concha dkk. (2012) membagi model
kematangan e-government dalam tiga jenis berikut:
1. Model Pemerintah: model-model yang dikembangkan
oleh pemerintah, konsultan dan akademisi untuk
membantu lembaga mengidentifikasi dan
meningkatkan tingkat kematangan e-government.
Contohnya adalah "Canadian e-Government Capacity
Check" (2009) yang terdiri dari satu set alat untuk
mendiagnosis kapasitas yang digunakan untuk menilai
kemampuan lembaga-lembaga publik untuk
memberikan layanan elektronik untuk warganya;
2. Model Pendekatan Holistik: model-model yang
dirancang untuk diterapkan dalam proyek

46 | E t i n I n d r a y a n i
pembangunan pelayanan publik untuk membantu
lembaga mengidentifikasi apakah sebuah proyek e-
government akan berhasil atau tidak. Contohnya
adalah "Capacity Assessment Toolkit" (2006) yang
merupakan model yang menentukan apakah sebuah
proyek e-government akan berhasil dengan memeriksa
kemampuan melalui 180 indikator; dan
3. Model Evolusi Kematangan E-government: model-
model ini fokus pada evolusi langkah-langkah
berurutan dalam pemanfaatan e-government,
misalnya dari belum matang menjadi lebih matang di
dalam pemanfaatan e-government dengan
peningkatan kualitas. Dari perspektif akademis, model
kematangan paling terkenal adalah - misalnya - Layne
dan Lee (2001) model dan Andersen dan Henriksen
(2006) dan lain-lain.
Berikut deskripsi akan difokuskan pada kategori
ketiga yang merupakan evolusi model kematangan e-
government. Tujuannya adalah untuk mengkaji semua
model kematangan yang ada disediakan dalam literatur
terkait dengan kategori ini dan mencari tahu kesamaan,
perbedaan, kelemahan dan kekuatannya. Output tersebut
akan berguna dalam membangun model kematangan baru
yang berhubungan dengan portal e-government.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 47
Pada bagian ini digambarkan model kematangan e-
government berdasarkan perbandingan beberapa literatur
yang tersedia antara lain meliputi model : Layne and Lee
(2001), Andersen and Henriksen (2006), United Nations
(2012), Alhomod et al. [7], Hiller and Belanger (2001),
Almazan and Gil-Garcia (2008), Cisco (2007), Gartner
group [11], West (2004), Moon (2002), World Bank (2003),
Deloitte and Touche (2000), Howard [16], Shahkooh et al.
(2008), Lee and Kwak (2012), Siau and Long (2005),
Wescott (2001), Chandler and Emanuel (2002), Kim and
Grant (2010), Chen et al. (2011), Windley (2002), Reddick
[25], Accenture (2003), the UK National Audit Office
(2002), and Netchaeva (2002).
Dalam rangka untuk lebih memahami e-
government dari perspektif yang berkembang, maka
berikut digambarkan sebuah model tahapan kematangan
secara komprehensif untuk implementasi e-government
berdasarkan tinjauan literatur dan analisis konseptual.

Konsep Dasar Model e-Government


Berikut digambarkan secara ringkas berbagai
model kematangan e-government yang digagas oleh
beberapa pakar dan lembaga.

48 | E t i n I n d r a y a n i
Model Kematangan Lima Tahap Hiller Dan ASPA (Hiller’s
And ASPA’s Five-Stage Model , 2000)
Argumentasi dari tujuan dari implementasi e-
government adalah untuk menyediakan pelayanan publik
berbasis web, Hiller (2001) telah mengusulkan suatu
model e-government yang terdiri dari lima tahap berikut :
1) Menghadirkan website instansi (Emerging Web
Presence). Ini merupakan tingkat Persiapan berupa
pembuatan situs web sebagai media informasi dan
komunikasi pada setiap lembaga serta sosialisasi situs
web untuk internal dan publik;
2) Meningkatkan fitur dari website yang dikembangkan
(Enhanced Web Presence);
3) Kehadiran website sudah pada tahap interaktif
(Interactive Web Presence). merupakan tingkat
Pematangan yang berupa pembuatan situs web
informasi publik yang bersifat interaktif dan pembuatan
antar muka keterhubungan dengan lembaga lain;
4) Kehadiran website sudah pada tahap dilengkapi dengan
fitur transaksi (Transactional Web Presence). tingkat
Pemantapan yang berisi pembuatan situs web yang
bersifat transaksi pelayanan publik dan pembuatan
interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga
lain; dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 49
5) Kehadiran website sudah terintegrasi (Fully Integrated
Web Presence) (Hiller, 2001). Pada tahap ini adalah
tingkat pemanfaatan yang berisi Pembuatan aplikasi
untuk pelayanan yang bersifat Government to
Government (G2G), Government to Business (G2B),
Government to Consumers (G2C) yang sudah saling
terintegrasi.
Kerangka model e-government juga digagas oleh
United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada tahun 2012. Model ini dikembangkan
berdasarkan rangking negara-negara anggota PBB.
Tahapan didefinisikan sebagai berikut :
1) Emerging Presence. Pada tahap pertama ini website e-
government menyediakan informasi yang statis;
2) Enhanced Presence. Pada tahap kedua ini kehadiran
website ditingkatkan menjadi dua arah walah masih
masuk kategori yang sederhana;
3) Transactional Presence; pada tahap ini telah tersedia
fitur komunikasi dua arah yang interaktif dengan
masyarakat; dan
4) Connection Service, Pada tahap ini, website lebih
proaktif didalam memenuhi permintaan dan umpan
balik dari masyarakat via perangkat web 2.0. Lembaga
pemerintah berfokus pada kebutuhan masyarakat dan
pelayanan fokus pada kebutuhan pelanggan.

50 | E t i n I n d r a y a n i
Model Enam Tahap Deloitte (Deloitte’s Six-Stage Model,
2001)
Keyakinan bahwa tujuan e-government adalah
untuk melayani masyarakat sebagai pelanggan dan untuk
membangun hubungan jangka panjang dengan masyarakat
atau warga negara. Model ini digunakan di negara berikut:
Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris dan Amerika
Serikat. Para penulis menyimpulkan bahwa mayoritas
pemerintah setidaknya dalam tahap 1. Deloitte (2001)
mengusulkan model enam tahap yang digambarkan
sebagai berikut :
1) Diseminasi/publikasi informasi (Information
Publishing/Dissemination). Situs web pada tahap ini
berfungsi sebagai cara statis untuk memberikan
informasi;
2) Transaksi dua arah yang resmi (“Official” two-way
transaction). Tahap ini memiliki transaksi dan
pertukaran informasi antara warga dan lembaga
pemerintah;
3) Portal serba guna (Multi-purpose portals). E-portal
pada tahap ini adalah satu titik masuk untuk
memberikan layanan kepada warga;
4) Personalisasi Portal (Portal personalization). Pada
tahap ini, e-portal dapat dipersonalisasi sesuai dengan
kebutuhan warga negara;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 51
5) Pengelompokan layanan umum (Clustering of common
services). Pada tahap ini, layanan dan proses ini
terkelompok untuk memberikan layanan terpadu
kepada pelanggan; dan
6) Integrasi penuh dan transaksi perusahaan (Full
integration and enterprise transaction). Pada tahap
ini, e-portal terintegrasi dan layanan yang
dipersonalisasi dengan kebutuhan pelanggan.

Model Kematangan Empat Tahap Layne & Lee (Layne &


Lee’s Four-Stage Model, 2001)
Layne dan Lee (2001) mengembangkan model
kematangan e-government empat tahap. Model ini
dikembangkan berdasarkan observasi pada inisiatif e-
government di Amerika Serikat. Berdasarkan teknis,
organisasi, dan kelayakan manajerial, Layne & Lee (2001)
dianggap e-government sebagai fenomena evolusi dan
mengusulkan sebuah model empat tahap. Empat tahap
yang disebut sebagai:
1) Tahap pertama adalah Katalog (Catalogue). Pada tahap
ini kewenangan pemerintah diwakili oleh kehadiran
situs;
2) Pada tahap kedua adalah Transaksi (Transaction). Pada
tahap ini masyarakat dapat melakukan transaksi dengan

52 | E t i n I n d r a y a n i
pemerintah melalui situs yang dikebangkan oleh
pemerintah/pemerintah daerah;
3) Pada tahap ketiga adalah Integrasi Vertikal (Vertical
integration), dimana pada tahap ini ruang lingkup
integrasi dengan sistem yang lebih tinggi yang memiliki
kesamaan atau kemiripan fungsi dan wilayah hukum;
dan
4) Pada tahap keempat merupakan Integrasi Horizontal
(Horizontal integration). Sistem pada tahap ini
diintegrasikan ke berbagai ragam kewenangan dan
wilayah hukum pemerintahan. Portal yang
dikembangkan untuk melayani masyarakat sudah satu
pintu (One stop Shops for citizen).

Model Lima Tahap Moon (Moon’s Five-Stage Model,


2002)
Moon (2002) memperluas model Layne & Lee’s
(2001) dengan menambahkan satu tahapan baru yang
dikenal sebagai partisipasi politik. Moon menguji dan
melakukan survey pada 2000 inisiatif pemerintah kota di
Amerika Serikat. Moon menyimpulkan bahwa e-
government diadopsi oleh pemerintah kota tapi umumnya
masih berada pada tahap awal. Lima tahapan model
kematangan menurut Moon (2002) yaitu :

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 53
1) Pada tahap awal merupakan diseminasi informasi
sederhana (Simple information dissemination/one-way
communication). Pada tahap ini pemerintah
melakukan publikasi data dan imformasi yang masih
sederhana di website;
2) Pada tahap kedua adalah Komunikasi dua arah (Two-
way communication/request and response). Pada tahap
ini tersedia fitur atau menu interaktif antara
pemerintah dan para pemangku kepentingan. Sistem
email dan teknologi transfer data juga tersedia pada
tahap ini ;
3) Pada tahap ketiga merupakan Pelayanan dan Transaksi
Keuangan/Pembayaran (Service and financial
transaction). Pada tahap ini pengguna dapat
mengeksekusi secara mandiri pelayanan dengan
kemungkinan pembayaran secara elektronik;
4) Pada tahap keempat adalah Integrasi Vertikal dan
Horizontal (Vertical and horizontal integration). Pada
tahap ini fitur terintegrasi baik secara vertikal maupun
secara horizontal yang akan membantu penggunaan
data bersama (sharing) diantara beragam unit kerja
(departemen); dan
5) Pada tahap kelima adalah Partisipasi Politik (Political
participation). Pada tahap ini fitur seperti survei,

54 | E t i n I n d r a y a n i
forum dan voting dilaksanakan secara online. Aktivitas
fokus pada hal yang berkaitan dengan politik.

Model Empat Tahap Gartner (Gartner’s Four-Stage


Model, 2000)
Gartner Group (Baum and Maio, 2000)
mengembangkan Model Empat Tahap yang meliputi :
1) Kehadiran Website (Web presence). Pada tahap ini,
situs web statis dan digunakan untuk memberikan
informasi dasar bagi warga negara;
2) Interaksi (Interaction). Tahap ini, website memiliki
alat/fasilitas untuk interaksi dengan para pemangku
kepentingan seperti mesin pencari, men-download
dokumen dan email;
3) Transaksi (Transaction). Pada tahap ini pengguna dapat
melakukan transaksi online lengkap. Ini termasuk
pembayaran seperti pembelian dan penjualan; dan
4) Transformasi (Transformation). Pada tahap ini, proses
yang terintegrasi dan personal.

Model Tahapan Implementasi E-Government (A Stage


Model For e-Government Implementation)
Ada lima model berbeda karena dikembangkan dari
perspektif yang berbeda. Hiller (2001) model lima tahap
dan lima tahap Model juga menjadi fokus ASPA pada

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 55
layanan publik berbasis web; Model enam tahap Deloitte
(2001) didasarkan pada perspektif layanan pelanggan;
Layne & Lee (2001) model empat tahap dan Model lima
tahap Moon (2002) dikembangkan berdasarkan pada
perspektif umum atau terpadu yang menggabungkan
teknis, organisasi, dan kelayakan manajerial.
Model empat tahap Gartner (2000) adalah
sederhana dan ringkas. Namun, seperti model yang
diusulkan oleh Layne & Lee (2001), Model empat tahap
Gartner (2000) berbeda pada komponen partisipasi politik
dan tidak membahas perubahan yang mungkin dalam cara
pengambilan keputusan yang dibuat dalam pemerintahan.
Kita dapat mensintesis berbagai model dan
mengusulkan model e-government baru yang terdiri dari
lima tahap yaitu :
1) Kehadiran Website (Web presence);
2) Interaksi (Interaction);
3) Transaksi (Transaction);
4) Transformasi (Transformation); dan
5) Demokrasi elektronik (e-Democracy).
Empat tahap pertama dari model lima tahap yang
disajikan diatas memiliki kemiripan dengan model yang
digambarkan oleh Gartner (2000). Kemudian ditambahkan
tahap kelima, e-demokrasi, dari model empat tahap
Gartner (2000). Beberapa pakar percaya bahwa e-

56 | E t i n I n d r a y a n i
demokrasi adalah tahap penting dalam mencapai visi e-
government. Pada tahap e-demokrasi, warga dan bisnis
secara bertahap akan mengubah cara mereka berinteraksi
dengan pemerintah. Menjadi lebih mudah bagi mereka
untuk mengekspresikan pendapat mereka, dan mereka
secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan politik, seperti
jajak pendapat online, survei, forum diskusi, dan
pertemuan secara elektronik (e-meeting).
Beberapa negara maju maupun yang sedang
berkembang melaksanakan pengembangan e-government
sesuai dengan karakteristik negara masing-masing. Jarang
ditemukan negara-negara tersebut melaksanakan tahapan
yang sama. Penelitian Parayno (1999) di Philipina dan
Kang (2000) menunjukkan bahwa ada negara yang
mendahulukan perdagangan (custom) dan e-procurement,
ada negara yang memprioritaskan pelayanan pendidikan,
ada yang mendahulukan sektor kesehatan, dan ada pula
yang mengutamakan kerjasama regional.
Menurut penelitian Wescot (2001), dari berbagai
langkah dan strategi yang dilaksanakan oleh negara-
negara tersebut, secara umum tahapan pelaksanaan e-
government yang pada umumnya dipilih, antara lain
sebagai berikut: (a) Membangun sistem email dan
jaringan; (b) Meningkatkan kemampuan organisasi dan
publik dalam mengakses informasi; (c) Menciptakan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 57
komunikasi dua arah antar pemerintah dan masyarakat;
(d) Memulai pertukaran value antar pemerintah dan
masyarakat; dan (e) Menyiapkan portal yang informatif.
Membangun sistem email dan jaringan biasanya
dapat dimulai dengan menginstalasi suatu aplikasi untuk
mendukung fungsi administrasi dasar seperti sistem
penggajian dan data kepegawaian. Meningkatkan
kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses
informasi bisa dimulai dengan pengaturan workflow yang
meliputi file, image, dokumen dan lain-lain dari satu
works station ke work station lainnya dengan
menggunakan manajemen bisnis untuk melaksanakan
proses pengkajian, otorisasi¸ data entry, data editing,
dan mekanisme pedelegasian dan pelaksanaan tugas.
Sementara itu implementasi komunikasi dua arah bisa
dilaksanakan dengan menginformasikan satu atau lebih
email address, nomor telepon dan facsimile pada website
untuk meningkatkan minat dan kesempatan masyarakat
dalam menggunakan pelayanan dan memberikan umpan
balik.
Pertukaran value antar pemerintah dan masyarakat
memang harus dimulai secepatnya karena telematika
sangat mendukung pelaksanaan pembangunan dan proses
interaksi bisnis secara lebih flexible dan nyaman dimana
dimungkinkan terjadinya proses pertukaran value atau

58 | E t i n I n d r a y a n i
tata nilai dan informasi dengan pihak pemerintah.
Pertukaran value yang dimaksud bukan hanya tata nilai
dan budaya, tapi juga secara nyata memulai terjadinya
transaksi elektronis, seperti transfer dana antar rekening
bank melalui ATM dan Internet sebagai bagian proses
pelayanan publik.
Menyiapkan sebuah portal sebagai ujung tombak
pelaksanaan e-government diperlukan untuk
mengintegrasikan informasi dan jenis pelayanan dari
berbagai organisasi pemerintah sehingga dapat membantu
masyarakat dan stakeholder lainnya dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari. Portal ini sebisa mungkin haruslah
dapat membimbing segenap lapisan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan mereka dalam menjelajah dunia
informasi baik ditingkat pusat, provinsi ataupun
kabupaten/kota.
Portal yang baik biasanya menambahkan links
kepada website lainnya dalam menyempurnakan
pelayanan kepada masyarakat, menyediakan box untuk
keluhan dan umpan balik, dan tentu saja juga di update
secara berkala. Beberapa konsep e-government di
berbagai negara telah memasukkan tahapan demokrasi
digital yang memungkinkan partisipasi masyarakat serta
sistem penghitungan suara dilaksanakan melalui perangkat
telematika seperti pemilihan wakil rakyat, pemilihan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 59
gubernur dan presiden. Pemanfaatan e-government untuk
demokrasi membutuhkan waktu dan proses sosialisasi yang
cukup lama untuk meyakinkan penduduk memberikan
suaranya melalui sebuah mesin. Pelaksanaannya di
beberapa negara maju sekalipun termasuk di Amerika
Serikat sendiri, banyak mengalami hambatan dan
kegagalan. Meski demokrasi digital di Indonesia
tampaknya belum terlalu mendesak untuk dilaksanakan,
langkah-langkah persiapan sudah selayaknya pula di ambil
dengan mempertimbangkan tingkat pemanfaatan
telematika yang sudah cukup tinggi pada proses proses
PEMILU dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun
2005, 2009 dan 2014 lalu.

Model e-Government (Kim, 2003)


Model e-government telah berkembang melalui
empat langkah: birokrasi, manajemen informasi,
partisipasi warga, dan pemerintahan. Keragaman dan
kedewasaan sosial adalah faktor yang signifikan untuk
meningkatkan e-government. Oleh karena itu e-
government adalah teknologi, melainkan salah satu dari
masyarakat, budaya, dan politik. Berikut adalah empat
model e-government menurut Kim (2003).
Pertama, model birokrasi memiliki tujuan
kebijakan utama yang berfokus pada fungsi administrasi

60 | E t i n I n d r a y a n i
yang efisien dalam struktur pemerintahan dan sektor
individu. Model belum matang dalam masyarakat sipil,
dengan konsekuensi yang sangat rendah keikutsertaan
warga dalam keputusan kebijakan.
Kedua, model manajemen informasi adalah
hubungan antara pemerintah dan warga dalam hal
pelayanan publik elektronik. Namun, masih terdapat input
yang tidak signifikan terhadap keputusan kebijakan,
karena partisipasi warga negara dalam masyarakat sipil
telah melemah.
Ketiga, model partisipasi warga memiliki
keterlibatan warga yang positif dan kuat dalam keputusan
kebijakan melalui interaksi dua arah. Model mencoba
untuk menekankan demokrasi dan transparansi dengan
menggunakan teknologi informasi. Namun, ada banyak
layanan yang tersedia melalui aplikasi internet atau
teknologi informasi. Dalam model ini, tingkat masyarakat
sipil telah matang.
Keempat, model tata kelola menjelaskan bahwa
berbagai kelompok sipil dan warga negara secara aktif
berpartisipasi dalam semua proses pengambilan keputusan
kebijakan dan mengekspresikan pendapat mereka melalui
Internet. Semua kegiatan politik dan administrasi memiliki
tempat di bidang e-government. Tentu saja, proses yang
demokratis dan transparan yang kuat telah ditekankan.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 61
Beberapa transaksi muncul melalui jejaring antara entitas
sosial. Tidak diragukan lagi, tingkat masyarakat sipil telah
sangat matang.

Gambar 1. Model E-government (Kim, 2003).

Singkatnya, Gambar 1 menyajikan gambaran


bagaimana model e-government telah berevolusi. Ada dua
kriteria yang jelas dari keragaman sosial dan masyarakat
sipil yang mewakili perkembangan masyarakat.
Berdasarkan empat model ini, situasi kebijakan e-
government yang diprakarsai oleh masing-masing
pemerintah dapat dianalisis. Umumnya, diasumsikan
bahwa model birokrasi e-government dan model
manajemen informasi e-government dapat ditemukan di
negara-negara maju dan berkembang. Sebaliknya, negara-
negara maju telah berkembang melalui e-government ke

62 | E t i n I n d r a y a n i
dalam model partisipasi masyarakat dan model
pemerintahan. Model ini dan asumsi perlu menjalani
pemeriksaan lebih lanjut melalui studi empiris
internasionalEmpat model disajikan pada Tabel 3.1
berikut. Dalam model, harus dipahami bahwa evolusi
model e-government sangat terkait dengan tingkat variasi
dan kematangan masyarakat sipil.
Proses masyarakat itu sendiri, sebagai lingkungan
yang sangat penting dari proses pemerintahan, tidak bisa
dihindari. Selain itu, tingkat masyarakat sipil telah
mengubah tiga hubungan antara pemerintah, bisnis, dan
warga negara. Harus diakui bahwa tingkat masyarakat sipil
telah memainkan peran penting dalam pengembangan
sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan
transparan. Tentu ini berlaku untuk evolusi e-government.
Hal ini juga terkait dengan ideologi administrasi mulai dari
efisiensi untuk demokrasi, yang secara alami memerlukan
pemeriksaan bagaimana kebijakan utama e-government
telah merespon perubahan pembangunan masyarakat.

Tabel 1. Model dari e-Governement.


Tingkat
Kriteria
Daerah Ideologi Partisipasi Masyarak
Model
at Sipil

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 63
Organisasi Efisiensi di Sangat Sangat
birokrasi dalam rendah rendah
Model
dan pemerintah
Birokrasi
pegawai
negeri
Pemerintah Hubungan Rendah Rendah
untuk warga yang efisien
Model
mengenai antara warga
Manajemen
pegawai dan
Informasi
negeri pemerintah
terbatas
Partisipasi Partisipasi Menengah Kuat
masyarakat masyarakat tetapi
untuk dan interaksi
Model
semua demokrasi dua arah
Partisipasi
layanan dan
Warga
pemerintah transparansi
pada dua yang lemah
interaksi
Semua Demokrasi Kuat Sangat
partisipasi dan kuat
Model Tata
dan transparansi
Kelola
partisipasi yang kuat
demokrasi
Sumber: Kim (2003).

Model e-government telah tercermin antara tiga


hubungan dalam hal pengembangan masyarakat:
pemerintahan-ke-pemerintahan, pemerintahan-ke-bisnis,
dan pemerintah-untuk-warga. Gambar 2 menunjukkan tiga
para stakeholder dalam proses administrasi: pemerintah,
bisnis, dan warga negara (Kim, 2003; UNDESA, 2003).

64 | E t i n I n d r a y a n i
Gambar 2. Hubungan antara Bisnis, Pemerintah dan
Warga Negara.

Pemerintah-ke-pemerintahan: Sebagai
masyarakat menjadi lebih bervariasi dan kompleks, peran
pemerintah juga telah berubah. Kerja antar pemerintah
dan koordinasi kebijakan ditekankan. Berbagi informasi
antar kementerian dan lembaga antar pemerintah
merupakan kunci yang sangat penting untuk
mengkoordinasikan kebijakan dan proyek. Hubungan
antara pemerintah menekankan koordinasi dan kolaborasi
bukan pada perebutan kekuasaan dengan kementerian
lainnya. Hal ini juga mengurangi biaya transaksi dan
meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam proses
administrasi. Oleh karena itu, jelas memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas administrasi
dan pengambilan keputusan yang lebih baik.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 65
Pemerintah-ke-bisnis: Pemerintahan tradisional
telah dialamatkan kegagalan pasar. Pemerintah telah
mengatur dan intervensi di pasar dan bisnis dunia. Fokus
pekerjaan tersebut pada "penguasa" bukan pada
"melayani" perusahaan pasar dan bisnis dan industri.
Namun, pengembangan sektor swasta telah lebih penting
ketika berhubungan dengan kesejahteraan warga.
Hubungan antara pemerintah dan bisnis yang berubah dan
lebih fokus pada isu-isu deregulasi dan efisiensi pelayanan
publik bukan pada birokrasi. Sekarang, peran pemerintah
adalah untuk memberikan pelayanan publik yang lebih
baik di mana industri dan perusahaan dapat melakukan
transisi bisnis mereka harmonis dan nyaman. Dengan
menggunakan teknologi informasi, pemerintahan dapat
mengurangi biaya transaksi.
Pemerintah-ke-masyarakat: Hubungan ini telah
terus-menerus berubah selama masyarakat telah
berkembang. Dalam hal hubungan ini, demokrasi dan
transparansi telah diprioritaskan. Pelayanan publik yang
disediakan oleh pemerintah telah bervariasi sesuai dengan
permintaan dari warga dan peran dan ruang lingkup
pemerintah karena itu telah dimodifikasi. Berdasarkan
tren ini, pemerintah mulai menyediakan layanan
berorientasi klien untuk umum dengan berbagai pilihan
dan layanan yang disesuaikan. Sementara itu, karena

66 | E t i n I n d r a y a n i
pendidikan tinggi dan media massa canggih, kapasitas
warga ditingkatkan dan dikembangkan, yang
meningkatkan tingkat partisipasi warga

Model Interaksi pada Implementasi e-Government


Banyak lembaga pemerintah telah memanfaatkan
revolusi digital dan menyediakan berbagai layanan
pemerintah dan layanan informasi publik secara online
untuk para stakeholder e-government. Stakeholder
tersebut meliputi: Masyarakat, Kalangan bisnis, Pegawai
pemerintah, Lembaga, departemen, kementerian
pemerintah, Pemimpin perserikatan, Pemimpin
masyarakat, organisasi nirlaba, Politikus, Investor Asing,
dan lain-lain.
e-Government memiliki dua tipe kemitraan: 1)
Kemitraan internal dan kemitraan antara cabang-cabang
pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif); dan 2)
Kemitraan eksternal merujuk kepada hubungan antara
pemerintah dengan masyarakat dan kalangan bisnis.
Model e-government berdasarkan jenis interaksi
antar stakeholder. Ada delapan model atau jenis e-
government:
1. Pemerintah ke masyarakat (G2C): Penyampaian
layanan publik dan informasi satu arah oleh
pemerintah ke masyarakat;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 67
2. Masyarakat ke pemerintah (C2G): Memungkinkan
pertukaran informasi dan komunikasi antara
masyarakat dan pemerintah;
3. Pemerintah ke bisnis (G2B): transaksi-transaksi
elektronik di mana pemerintah menyediakan
berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan
bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah.
Contoh: sistem e-procurement;
4. Bisnis ke pemerintah (B2G): Mengarah kepada
pemasaran produk dan jasa ke pemerintah untuk
membantu pemerintah menjadi lebih efisien;
peningkatan proses bisnis dan manajemen data
elektronik. Sistem e-procurement adalah contoh
aplikasi yang memfasilitasi baik interaksi G2B
maupun B2G;
5. Pemerintah ke pegawai (G2E): Terdiri dari inisiatif-
inisiatif yang memfasilitasi manajemen pelayanan
dan komunikasi internal dengan pegawai
pemerintahan;
6. Pemerintah ke pemerintah (G2G): Memungkinkan
komunikasi dan pertukaran informasi online antar
departemen atau lembaga pemerintahan melalui
basisdata terintegrasisehingga berdampak pada
efisiensi dan efektivitas;

68 | E t i n I n d r a y a n i
7. Pemerintah ke organisasi nirlaba (G2N): Pemerintah
menyediakan informasi bagi organisasi nirlaba,
partai politik, atau organisasi sosial; dan
8. Organisasi nirlaba ke pemerintah (N2G):
Memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi
antara pemerintah dan organisasi nirlaba, partai
politik dan organisasi sosial.
Jika Model e-government berdasarkan jenis interaksi
antar stakeholder tersebut digambarkan maka model
interaksinya sebagai berikut :

Gambar 3. Model e-Government berdasarkan jenis


interaksi antar stakeholder.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 69
Model e-Government Indonesia : G2C (Government to
Citizens)
Merupakan aplikasi e-government yang paling
umum, yaitu dimana pemerintah membangun dan
menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi
dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan
interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain,
tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-government
bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah
dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam
agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau
pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
pelayanan sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai
berikut:

 Kepolisian membangun dan menawarkan jasa pelayanan


perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau Surat
Tanda Nomor Kendaraan (STNK) melalui internet
dengan maksud untuk mendekatkan aparat administrasi
kepolisian dengan komunitas para pemilik kendaraan
bermotor dan para pengemudi, sehingga yang
bersangkutan tidak harus bersusah payah datang ke
Komdak dan antre untuk memperoleh pelayanan;
 Kementerian Agama membuka situs pendaftaran bagi
mereka yang berniat untuk melangsungkan ibadah haji
di tahun-tahun tertentu sehingga pemerintah dapat

70 | E t i n I n d r a y a n i
mempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan
perjalanan yang sesuai;
 Bagi masyarakat yang memiliki keahlian tertentu dan
berniat untuk mencari pekerjaan di luar negeri
(menjadi Tenaga Kerja Indonesia), maka yang
bersangkutan dapat dengan mudah mendaftarkan diri
dari warnet (warung internet) terdekat ke Departemen
Tenaga Kerja secara gratis); dan lain sebagainya.

G2B (Government to Business)


Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan
adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif
agar roda perekenomian sebuah negara dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-
harinya, entity bisnis semacam perusahaan swasta
membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang
dimiliki oleh pemerintah. Di samping itu, yang
bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai
lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan
kewajiban organisasinya sebagai sebuah entity
berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik antara
pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan
untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam
menjalankan roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi
banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 71
terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan
industri swasta. Contoh aplikasinya adalah:

 Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah


menjalankan aplikasi berbasi web untuk menghitung
besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah
dan melakukan pembayaran melalui internet; dan
 Proses tender proyek-proyek pemerintahan yang
melibatkan sejumlah pihak swasta dapat dilakukan
melalui website (sehingga menghemat biaya
transportasi dan komunikasi), mulai dari proses
pengambilan dan pembelian formulir tender,
pengambilan formulir informasi TOR (Term of
Reference), sampai dengan mekanisme pelaksanaan
tender itu sendiri yang berakhir dengan pengumuman
pemenang tender.

G2G (Government to Governments)


Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya
kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi
secara lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk
berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah
setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang
berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk
memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama
antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri,

72 | E t i n I n d r a y a n i
perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses
politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan lain
sebagainya. Berbagai penerapan e-government bertipe G-
to-G ini yang telah dikenal luas antara lain: Hubungan
administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat
dengan sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat
jenderal untuk membantu penyediaan data dan informasi
akurat yang dibutuhkan oleh para warga negara asing yang
sedang berada di tanah air.

G2E (Government to Employees)


Pada akhirnya, aplikasi e-government juga
diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan
kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan
pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai
pelayan masyarakat. Contoh aplikasinya adalah:
 Sistem pengembangan karir pegawai pemerintah yang
selain bertujuan untuk meyakinkan adanya perbaikan
kualitas sumber daya manusia, diperlukan juga sebagai
penunjang proses mutasi, rotasi, demosi, dan promosi
seluruh karyawan pemerintahan; dan
Sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para
pegawai pemerintahan yang telah terintegrasi dengan
lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik,

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 73
apotik, dan lain sebagainya) dan institusi-institusi
pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, kejuruan, dan
lain-lain) untuk menjamin tingkat kesejahteraan
karyawan beserta keluarganya.

74 | E t i n I n d r a y a n i
Manfaat e-Government bagi
Stakeholder

Ada tiga stakeholder yang secara luas akan


dipengaruhi oleh diterapkannya e-government yaitu
masyaratkan/warga, pelaku bisnis yang mengakses
layanan, lembaga yang memberikan layanan dan para
staf. Dampak positif ini tentu dapat dianggap sebagai
suatu keuntungan.
e-Government membantu dalam mengurangi biaya
yang dikeluarkan oleh masyarakat/warga dan pelaku bisnis
untuk memperoleh layanan dari instansi pemerintah.
Warga masyarakat hanya menghabiskan sedikit usaha
untuk mencari tahu bagaimana layanan dapat diperoleh
karena informasi tersebut tersedia di situs web (aturan
penerbitan dan prosedur). Layanan dapat diakses dari
rumah/kantor atau dikirim ke pusat lokasi layanan. Warga
masyarakat memiliki dokumentasi yang lebih baik untuk
tindak lanjutnya. Waktu proses yang cepat mengurangi
total waktu transaksi dan mengurangi waktu tunggu. Ini
juga melibatkan lebih sedikit kunjungan ke pusat-pusat
layanan pemerintah. Meningkatkan layanan ke

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 75
wargamasyarakat membantu meningkatkan produktivitas
dengan mengurangi waktu yang terbuang diperjalanan,
berdiri di antrian dan mencari informasi.
Dalam kerangka waktu jangka panjang, e-
government dapat menggeser keseimbangan kekuasaan
antara penyedia layanan dan yang dilayani. Di banyak
negara, e-government telah membuat pemerintah lebih
berorientasi pada layanan warga negara. Beberapa portal
mengatur informasi dan layanan sesuai dengan kebutuhan
klien (SINGOV online) dan tidak sesuai dengan struktur
departemen pemerintah. e-Aplikasi memungkinkan
partisipasi yang lebih besar dari warga yang mengarah ke
pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh, tersedianya
layanan pengaduan untuk memudahkan atau memperkuat
umpan balik pada layanan. Pengumpulan data statistik
memperlihatkan bahwa kinerja dalam pelayanan juga
menjadi mudah.
Secara jelas dua negara besar yang terdepan dalam
mengimplementasikan konsep e-government, yaitu
Amerika dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair, telah
secara jelas dan terperinci menggambarkan manfaat yang
diperoleh dengan diterapkannya konsep e-governmnet
bagi suatu negara, antara lain:
 Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada
para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan

76 | E t i n I n d r a y a n i
industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan
efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
 Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
penerapan konsep Good Corporate Governance.
Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi,
relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah
maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas
sehari-hari;
 Memberikan peluang bagi pemerintah untuk
mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui
interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang
dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dan trend yang ada; dan
 Pemberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain
sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan
berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis.
Departemen/lembaga pemerintah yang
menerapkan e-government mungkin dapat mengumpulkan
lebih banyak pajak, mencegah penipuan, mengurangi
biaya dan mampu mengatasinya dengan pertumbuhan
transaksi. Dengan mengotomatisasi pekerjaan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 77
administratif rutin, waktu staf dapat dialihkan untuk
tugas-tugas lain yang lebih substantif. Karyawan bisa
mendapatkan informasi yang lebih baik untuk pemantauan
dan pengambilan keputusan. (Tabel 3.1) daftar berbagai
manfaat bagi para pemangku kepentingan yang berbeda
yang ditargetkan oleh desainer aplikasi e-government. Hal
ini penting untuk memahami kondisi di mana manfaat
potensial benar-benar dapat diwujudkan. Realisasi
manfaat akan tergantung pada cara di mana aplikasi yang
dirancang, cara layanan disampaikan dan sejauh mana
proses dasar yang direformasi. Bab ini menyoroti contoh di
mana manfaat e-Government telah disampaikan konkret
untuk warga masyarakat, bisnis dan lembaga pelaksana.
Kondisi yang diperlukan yang dapat meningkatkan realisasi
manfaat yang akan dibahas. Bagian selanjutnya
menyajikan hasil studi sistematis yang mengukur dampak
dari e-government dari sudut pandang pengguna dalam
hal biaya akses dan kualitas pelayanan.
Sebagaimana disebutkan pada tabel 4.1 tersebut
bahwa beberapa manfaat dari e-government, yang dapat
dirasakan oleh masyarakat diantaranya sebagai berikut :
Memberikan layanan yang lebih baik pada masyarakat.
Informasi dari pemerintah dapat disediakan 24 jam sehari,
7 hari dalam seminggu tanpa harus menunggu dibukanya
kator pemerintah. Informasi dari pemerintah dapat dicari

78 | E t i n I n d r a y a n i
dan diperoleh dari kantor, rumah tanpa harus secara fisik
harus datang ke kantor pemerintah.

Tabel 2. Manfaat Potensial Melalui Aplikasi e-


Government
Pemangku
Manfaat Potensial
Kepentingan/Stakeholder
Masyarakat dan Pelaku Penyempurnaan
Bisnis (Citizens and Penyampaian Layanan :
Businesses)  Waktu yang digunakan
lebih pendek untuk
menyelesaikan transaksi;
 Mengurangi biayadalam
mengakses layanan;
 Meningkatkan kualitas
dan kenyamanan;
 Meningkatkan cakupan
geografis untuk
mencapai segmen yang
lebih besar dari populasi
layanan; dan
 Mengurangi korupsi.
Pegawai Negeri Sipil Memperbaiki Kinerja :
(Civil Servants)  Meningkatkan
kemampuan manajer
untuk memantau tingkat
penyelesaian tugas PNS;
dan
 Meningkatkan efisiensi
PNS dengan
mengotomatisasi
pekerjaan yang rutin.

Lembaga Pemerintah Memperbaiki Keuangan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 79
(Government Agency) Pemerintah:
 Mengurangi biaya per
unit transaksi,
meningkatkan
pendapatan; pajak dan
non-pajak;
 Mencegah penipuan dan
kebocoran pendapatan;
 Peningkatan kontrol
praktik korupsi;
 Memberikan kontrol
yang lebih baik dari
pengeluaran;
 Meningkatkan kecepatan
dan efisiensi alur kerja
intra-dan antar-lembaga
dan pertukaran data;
 Menghilangkan
redundansi staf; dan
 Kemampuan untuk
mengatasi pertumbuhan.
Sumber : Bhatnagar (2009).

Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui


informasi yang mudah diperoleh. Adanya informasi yang
mencukupi, maka masyarakat akan belajar untuk
menentukan pilihannya di dalam mendapatkan suatu
informasi yang diperlukan. Membuat mudah bagi setiap
warga negara memperoleh pelayanan dan interaksi dengan
pemerintahnya, memperbaiki efisien dan efektivitas dan
memperbaiki tanggapan/tanggungjawab sistem
pemerintahan kepada warga negaranya

80 | E t i n I n d r a y a n i
Adanya e-government diharapkan pelaksaan
pemerintah akan berjalan lebih efisien karena koordinasi
pemerintah dapat dilakukan melalui pemanfaatan
teknologi informasi. Untuk dapat mengembangkan e-
Government dengan baik diperlukan front office dan back
office yang mampu memberikan layanan pada masyarakat
di setiap kantor pemerintah. Selanjutnya akan
memberikan value, seperti: penyederhanaan pelayanan,
menghilangkan lapisan-lapisan pelayanan, memungkinkan
semua warga negara memperoleh informasi dan pelayanan
lebih mudah, meringkas transaksi melalui integrasi sistem
pemerintahan dan aliran operasional sistem pemerintahan
dapat dilakukan lebih cepat. Meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, memperbaiki proses
keterbukaan dan akuntabilitas di lingkungan
pemerintahan, mereduksi biaya transaksi, terjadi
komunikasi dan interaksi pada proses pemerintahan dan
menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi
yang lebih berkualitas. Pemerintah tidak tertutup dengan
warga negara karena tersedianya akses informasi,
pelayanan yang modern, antar lembaga pemerintah dapat
berkomunikasi dan kerja lebih efisien dan efektif serta
memungkinkan meningkatkan pendapatan dari pajak.
Berikut digambarkan beberapa manfaat e-
Government yang berasal dari studi dan kajian yang

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 81
dilakukan diberapa negara terutama India sebagai negara
berkembang yang juga berupaya mendapatkan manfaat
dari penerapan e-government di negaranya.

Manfaat Bagi Masyarakat: Hasil Studi Analisis Mengenai


Dampak
Banyak proyek dari berbagai negara yang
melaporkan waktu yang lebih pendek untuk
menyelesaikan transaksi dari aplikasi untuk pengiriman
akhir dari dokumen (lihat Tabel 3.2). Keuntungan ini
berasal dari berkurangnya sejumlah langkah yang terlibat,
membuat setiap langkah yang lebih efisien dan
mengurangi jumlah instansi yang perlu dilibatkan pada
sejumlah aktivitas yang perlu dikonsultasikan.
Studi penilaian dampak terhadap warga
masyarakat dari 36 proyek e-government di 12 negara
bagian di India, dengan fokus pada tiga layanan yang
diberikan kepada warga masyarakat, isu salinan catatan
tanah, pendaftaran properti dan isu SIM (DIT 2008),
perbaikan laporan di nomor indikator yang menentukan
biaya mengakses layanan. Studi ini melibatkan 11 lembaga
riset pasar. Setiap instansi ditugaskan tiga proyek dalam
kondisi tertentu di mana mereka yang disurvei hampir 800
warga masyarakat yang dilayani pada 16 poin pelayanan
untuk setiap proyek. Survei berupaya mengeksplor

82 | E t i n I n d r a y a n i
pengalaman menggunakan layanan yang disampaikan
secara manual dan komputerisasi untuk setiap layanan.
Hasil studi menunjukkan bahwa keadaan buruk
dari pelayanan dalam sistem manual yang ada di semua
tiga jenis proyek. Pengguna perlu membuat rata-rata 3-4
perjalanan ke kantor-kantor pemerintah (hingga delapan
perjalanan dalam beberapa kasus), menunggu selama dua
jam atau lebih (hingga enam jam dalam beberapa kasus)
di setiap perjalanan dan membayar sering suap (20- 50
persen dari seluruh transaksi) untuk mendapatkan
layanan. Bahkan dalam layanan sederhana, seperti isu
salinan catatan tanah, waktu (pengajuan aplikasi untuk
penerimaan dokumen) rata-rata lima hari. Untuk
pendaftaran properti dan lismudinsi mengen, rata-rata
waktu (lebih dari 12 negara) adalah masing-masing 33 dan
23 hari. Di beberapa negara, waktu bisa sampai mencapai
2-3 bulan.
Kebutuhan untuk mereformasi sistem penyampaian
layanan diragukan lagi. Pertanyaannya adalah apakah e-
government dapat membantu membuat sistem layanan
yang lebih ramah kepada masyarakat. Tabel 4.2 berikut
menyajikan perbandingan rata-rata jumlah perjalanan
yang dibuat oleh pengguna di negara-negara yang berbeda
untuk memperoleh layanan yang berbeda dalam sistem
manual dan sistem komputerisasi. Warga dikenakan biaya

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 83
perjalanan dan waktu berharga yang terbuang karena
sering pergi ke kantor-kantor pemerintah untuk
menyelesaikan transaksi layanan.
Dalam sistem manual, di sebagian besar negara, 2-
3 perjalanan yang diperlukan untuk mendapatkan Salinan
Hak Milik (Record of Right/RoR) yang diterbitkan oleh
lembaga Agraria. Di tiga negara, lebih dari tiga perjalanan
yang diperlukan dan bahkan dalam satu diaedang
mengurus hal tersebut bisa memerlukan enam perjalanan
untuk mendapatkan Salinan Hak Milik tersebut (RoR).
Hanya dua negara bagian saja yang melakukannya
melakukannya dalam waktu kurang dari dua kali
pengurusan (perjalanan). Komputerisasi tampaknya telah
membantu banyak, mengurangi 1,15 perjalanan dari rata-
rata 3,16 perjalanan yang dilakukan dalam sistem manual.
Bahkan, di lima dari 10 negara bagian di India, jumlah
perjalanan setelah komputerisasi rata-rata 1,2. Mengingat
bahwa setidaknya satu perjalanan ke pusat layanan
diperlukan, di lima negara tersebut, kondisi ideal telah
tercapai.
Tabel 3. Contoh Pengurangan Waktu Pelayanan sebagai
Dampak Penerapan e-Government.

84 | E t i n I n d r a y a n i
Jumlah Hari yang Jumlah Hari
dibutuhkan untuk yang dibutuhkan
Jenis Aplika- proses pelayanan untuk proses
Negara si e- (Sebelum Meng- pelayanan
Government gunkan aplikasi (Sesudah Meng-
e-Government) gunakan aplikasi
e-Government)
Brazil 29 dokumen Beberapa hari 20–30 menit per
pendaftaran dokumen, 1 hari
pada perizinan
Bisnis
Chile Pajak online 25 hari 12 Jam
China Aplikasi 2–3 bulan pada 10–15 hari bagi
online bagi pe-rizinan bisnis, perizinan bisnis,
32 layanan Be-berapa kali beberapa detik
bisnis kun-jungan ke bagi pengarsipan
beberapa kantor rutin pada
untuk pen- perusahaan
dokumentasian/ar
sip
India—11 Pendaftaran 33 hari 13 hari
Negara properti
Bagian
India—5 Mutasi 73 hari 40 hari
Negara pencatatan
Bagian tanah
India—12 Issue lisensi 23 hari 15 hari
Negara mengemudi
Bagian
India Pendaftaran 15 hari 1–5 hari
perusahaan
baru
Gujarat, Interstate 30 menit 2 menit
India check-posts
for trucks
Jamaica Pabean/bea 2–3 hari melalui 3–4 Jam
cukai online calo untuk proses

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 85
peng-inputan data
Philippin Bea cukai 8 hari untuk rilis 4 jam –2 hari
es online chargo untuk merilis
kargo
Singapor Isu penilaian 12–18 bulan 3–5 bulan
e pajak
Sumber : Bhatnagar (2009).

Di sisi lain, di Orissa dan Madhya Pradesh (MP),


pengguna perlu 3-4 perjalanan untuk mengumpulkan
sebuah RoR bahkan setelah komputerisasi. Di MP rata-rata
jumlah perjalanan malah naik setelah komputerisasi.
Negara-negara ini harus menjadi fokus studi lebih lanjut
terkait alasan tersebut dan berusaha untuk mengurangi
jumlah perjalanan sekitar satu. Biaya setiap perjalanan
rata-rata sekitar Rs 20. Biaya ini dapat dihemat jika
informasi kelengkapan dan kekeliruan dapat diterbitkan
atau diperoleh di kios internet yang terletak dekat
dengan desa-desa di mana pengguna berada. Pada
pendaftaran properti scara manual, pengguna di tujuh
negara memerlukan 4-6 perjalanan untuk menyelesaikan
transaksi. Hanya di tiga negara transaksi bisa dilakukan
dalam 2-3 perjalanan. Setelah komputerisasi, rata-rata
jumlah perjalanan di seluruh negara telah turun sebesar
1,16 dari 4,02 pada sistem manual.
Dalam delapan (dari 11) menyatakan, transaksi
dapat dilakukan dalam hampir dua hari. Orissa, Gujarat

86 | E t i n I n d r a y a n i
dan Haryana membutuhkan 3-4 perjalanan bahkan setelah
komputerisasi. Dalam edisi manual SIM di sembilan (dari
12) menyatakan, hampir tiga perjalanan yang diperlukan
untuk mendapatkan layanan. Di Haryana, tujuh perjalanan
yang diperlukan untuk mendapatkan layanan. Dengan
komputerisasi, satu kurang perjalanan perlu dibuat. Di
delapan negara, pekerjaan dapat diselesaikan dalam dua
perjalanan sementara di tiga negara, perlu hampir tiga
perjalanan.
Studi ini menunjukkan bahwa hampir dalam kondisi
apapun, bergerak dari manual ke komputerisasi
pengiriman di kantor departemen, dapat ditebang satu
perjalanan bagi pengguna. Biaya perjalanan kira-kira Rs
20-30. Itu harus mungkin untuk menyelesaikan transaksi
dalam satu perjalanan dalam transportasi dan properti
pendaftaran bahkan ketika dokumen kertas perlu
disampaikan. Jika lengkap layanan pengiriman dokumen,
pembayaran dan pengiriman dokumen (dengan kurir
dalam kasus dokumen kertas/plastik) tidak dibuat tersedia
secara online, lebih, jika diakses dari rumah pengguna,
maka tidak ada perjalanan akan diperlukan.
Secara keseluruhan, di ketiga jenis layanan, telah
ada beberapa perbaikan di berbagai tingkat layanan
indikator yang diukur (lihat Tabel 3.3). Waktu tunggu
telah dikurangi 20-40 persen. Pengurangan waktu berlalu

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 87
antara aplikasi untuk layanan dan pengiriman akhir
(misalnya, dokumen yang disampaikan) penting dari sudut
pandang klien. Pengiriman RoR adalah segera di sebagian
besar negara. Dalam kasus pendaftaran properti,
komputerisasi telah secara signifikan mengurangi waktu
yang telah berlalu dari rata-rata (di semua negara) dari 33
hari menjadi 13 hari, yang merupakan penurunan 60
persen. Dalam transportasi, dampaknya jauh lebih kecil
dan di empat negara, waktu berlalu adalah satu bulan
atau lebih bahkan setelah komputerisasi.
Sebagian besar prinsip-prinsip rekayasa ulang
sederhana seperti penyederhanaan dan rasionalisasi dari
bentuk, menempatkan di tempat janji dan manajemen
antrian sistem, pasca-pemeriksaan bukan preinspection,
alur kerja otomatis menegakkan pertama datang-pertama-
melayani disiplin, mendokumentasikan pengajuan aplikasi
dan alasan dalam hal permohonan ditolak, jangan
memiliki dampak yang signifikan pada jumlah perjalanan,
waktu dan suap menunggu. Namun, dalam banyak proyek,
reformasi proses yang sederhana tersebut tidak dilakukan.

Manfaat untuk Bisnis: Hasil dari sebuah studi Analisis


Mengenai Dampak.
Ada beberapa daerah di mana e-government dapat
memiliki dampak ekonomi yang potensial. E-government

88 | E t i n I n d r a y a n i
dapat meningkatkan daya saing bangsa dengan
mengurangi biaya pengaturan dan operasi perusahaan.
Biaya mendirikan suatu perusahaan dapat dikurangi
dengan membuat proses pendaftaran usaha, isu berbagai
lisensi dan penyediaan layanan cepat, efisien dan bebas
korupsi. Korupsi menambahkan secara signifikan terhadap
biaya melakukan bisnis dan setiap penurunan korupsi
dapat membuat industri lebih kompetitif. Melalui
penyederhanaan aturan dan prosedur pemerintah dan
dengan meningkatkan transparansi dalam pelaksanaannya,
pemerintah dapat mengurangi beberapa jumlah
ketidakpastian bagi investor.

Manfaat untuk Aplikasi Lembaga Pelaksana e-


Government
e-Government dapat membuat dampak yang
signifikan pada keuangan pemerintah. Kebocoran
pendapatan pemerintah dapat dipasang dengan membuat
layanan pengumpulan pajak yang efisien (insentif bagi
wajib pajak untuk memenuhi), menyediakan alat untuk
meningkatkan audit kemungkinan mangkir dan penghindar
dan mengurangi kolusi antara wajib pajak dan agen
penagihan dengan meminimalkan peluang untuk korupsi.
Investasi dalam teknologi dan biaya operasi untuk
pengiriman layanan dapat diteruskan kepada mitra swasta

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 89
yang dapat memulihkan biaya melalui biaya layanan. E-
government juga dapat membantu pemerintah dalam
pengendalian pengeluaran dalam berbagai cara.
Pengiriman transparan dan efisien layanan yang
berhubungan dengan kegiatan ekonomi dapat merangsang
pertumbuhan produksi dengan memperbaiki struktur
insentif. Misalnya, sistem pembayaran yang adil untuk
pengadaan susu dan peternakan menghasilkan di daerah
pedesaan, penghapusan perantara dari proses pengadaan
dapat memberikan insentif untuk meningkatkan investasi
dalam sumber daya produktif dan meningkatkan hasil
(Chakravarty, 2000).

Pengurangan Biaya Dalam Penyampaian Layanan


Motivasi untuk memperkenalkan e-government di
negara-negara industri adalah untuk menghemat biaya
karyawan yang tinggi. Upaya memasukkan data dalam
catatan digeser dari karyawan untuk pengguna dalam
aplikasi e-government dan bekerja untuk keuntungan
kedua belah pihak. Tabungan tersebut dapat bertambah
dalam jangka panjang ketika layanan yang disampaikan
melalui portal dapat menggenjot produksinya untuk
menutupi sebagian besar penduduk. Misalnya, sistem
pajak penghasilan Singapura telah mampu untuk
memotong biaya tenaga kerja bahkan di tahun ke-20

90 | E t i n I n d r a y a n i
operasi (lihat Kasus 10.1). Bahkan di negara-negara maju,
di mana penetrasi internet yang tinggi, proporsi warga
menggunakan portal untuk layanan rendah ketika aplikasi
yang diluncurkan. Dalam kebanyakan kasus, e-government
menjadi saluran tambahan untuk menawarkan layanan.
Sampai proporsi ini mencapai tingkat ketika ada beberapa
potong kembali jumlah karyawan yang dipekerjakan dalam
memberikan layanan melalui saluran departemen
tradisional atau telepon, akan ada sedikit pengurangan
biaya. Bahkan, awalnya, biaya akan naik karena investasi
dalam mengatur pengiriman elektronik. Di negara-negara
maju, privasi dan masalah keamanan tampaknya akan
memegang warga kembali. Di negara-negara berkembang,
penetrasi internet sangat rendah. Bahkan di daerah
perkotaan, di mana ini adalah tinggi, ada preferensi untuk
menggunakan besar pusat layanan.

Tabel 4. Persentase Pertumbuhan pada Transaksi dan


Pendapatan Pajak di India.
Bhoomi
Indikator KAVERI CARD Seva AMC
TC Mutasi
Pendapatan NA NA 28,7 24,0 NA 44,7
Pajak
Jumlah 22,2 87,8 10,6 16,8 87,7 38,0
Transaksi
Sumber : Bhatnagar (2009).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 91
Mungkin, manfaat paling konkret komputerisasi
apapun adalah kemampuan agen untuk mengatasi
pertumbuhan volume transaksi. Tabel 3.5 menunjukkan
bahwa persen pertumbuhan tahunan transaksi telah 10-87
persen dalam lima lembaga yang diteliti. Dalam semua
lembaga ini, tenaga kerja tetap statis. Tentu saja biaya
pegawai di pemerintahan dipengaruhi oleh kebijakan yang
lebih luas pada perekrutan dan gaji.

Pengendalian Pengeluaran Pemerintah


Banyak negara telah menerapkan Integrated
Sistem Manajemen Keuangan (SPKT) (Dorotinsky nd) untuk
melacak dan pembayaran kontrol terbuat dari kas
pemerintah. Sebagai contoh, Karnataka telah terhubung
semua nya 215 kas melalui jaringan berbasis satelite (lihat
Kasus 11.2). Setiap pembayaran sekarang terpusat
dikonfirmasi untuk memastikan bahwa ketentuan
anggaran ada untuk pembayaran dan bahwa itu tidak
terlampaui. Dengan mengurangi tingkat kesalahan dari
12,8 persen menjadi 3,5 persen dalam pembayaran
pengolahan untuk hampir 20.000 menggambar dan
menyalurkan petugas dari seluruh negara, sistem telah
meningkatkan produktivitas, seperti kesalahan dalam 9,3
persen dari transaksi tidak perlu dikoreksi lagi. Demikian
pula, untuk pensiunan, transaksi 13,8 persen tidak perlu

92 | E t i n I n d r a y a n i
koreksi. Tentu saja manfaat ini ke agen merupakan
tambahan manfaat bagi pengguna. Pengalaman
menunjukkan bahwa sulit untuk menerapkan SPKT karena
mereka kompleks dan perlu lengkap dalam lingkup mereka
untuk memberikan manfaat nyata. Inland Revenue
Authority of Singapore (IRAS) telah mampu menghemat
biaya kertas dengan terus mendorong wajib pajak lebih
untuk mengajukan secara online (lihat Kasus 10.1).
Strategi lain untuk mengontrol pengeluaran adalah
untuk memperkenalkan kantor paperless di departemen
pemerintah yang besar. Penghematan lebih kuat melalui
perampingan pemerintah belum terjadi, namun karena
perlawanan yang kuat dari serikat terorganisir dari
pegawai pemerintah. Beberapa proyek di Amerika Latin
telah melaporkan penghematan yang luar biasa pada sewa
ruang kantor karena aplikasi e-Government. Di India,
banyak proyek terus memegang catatan kertas (bahkan
mereka yang telah diarsipkan secara digital) karena
hukum yang mengatur arsip yang tidak jelas dan belum
tidak e-ramah. Sistem e-procurement sering dirancang
untuk menghemat biaya total pengadaan. Misalnya,
tabungan telah dilaporkan melalui pengurangan
persyaratan iklan, harga yang lebih rendah dari pengadaan
melalui lebih persaingan dan mengurangi biaya kertas
kerja dalam lembaga pengadaan dan pada akhir pemasok

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 93
(lihat studi kasus 10.2 pelaksanaan e-procurement di
Meksiko, Chili dan Korea Selatan ). Pemerintah Andhra
Pradesh mengklaim bahwa penggunaan e-procurement
telah menurunkan jumlah yang dibelanjakan untuk 1212
proyek, sebesar sekitar Rs 28.010 juta, sebesar 22 persen
(Agarwal 2006). Tabungan pada rekening mengurangi
biaya iklan yang Rs 2,5 juta pada akhir tahun (lihat Kasus
10.2).

Mengumpulkan Pendapatan dari Biaya Layanan Aplikasi


e-Government
Dengan dorongan besar untuk kemitraan publik-
swasta (Public-Private-artnership/PPP) dalam
melaksanakan e-government, hal itu dirasakan bahwa
pendapatan tambahan dapat diangkat untuk
menonaktifkan investasi dan biaya operasional melalui
biaya transaksi yang dikenakan untuk e-pengiriman jasa.
Dalam beberapa aplikasi, ini telah dimungkinkan, tetapi
dalam kasus lain, biaya mungkin tidak dapat diterima.
Biaya yang akan diterima oleh pengguna bisa dikenakan
biaya jika aplikasi memberikan nilai ekonomi langsung
kepada pengguna yang secara signifikan lebih dari biaya.
Kerangka dibahas dalam Bab 8 harus digunakan untuk
memastikan nilai menghasilkan uang dikirim ke pengguna.
Ketika biaya pengguna hanya sebagian kecil dari total nilai

94 | E t i n I n d r a y a n i
transaksi, orang mungkin akan lebih mudah untuk
menerima. Pengalaman menunjukkan bahwa bahkan
warga miskin di pedesaan bersedia untuk membayar biaya
yang wajar untuk layanan yang berguna. Ada beberapa
contoh, seperti proyek Bhoomi di Karnataka (lihat Kasus
9.1) di mana petani membayar biaya transaksi Rs 15 untuk
menerima salinan ditandatangani hak atas tanah dari kios
online. Pada tahun pertama, 5,5 juta petani telah
dikumpulkan judul, forking keluar hampir Rs 80 juta yang
merupakan setengah biaya keseluruhan proyek.

Pertumbuhan Pendapatan Pajak


Koleksi efisien pajak di banyak negara berkembang
telah menyebabkan meningkatnya penggunaan TIK di agen
penagihan pajak. Selain itu, korupsi dalam proses
pengumpulan menyebabkan lebih sedikit uang pergi ke
pemerintah dan kurangnya kepercayaan publik dalam
sistem. Modernisasi sistem pajak melalui aplikasi e-
Government telah menjadi prioritas bagi banyak negara.
Melalui pengajuan pajak online dan sistem pengolahan,
pemerintah bertujuan untuk mengurangi korupsi dan
meningkatkan transparansi untuk menciptakan lebih
banyak kepercayaan publik. Pada tahun 2005,
pengumpulan pajak Chile meningkat 19 persen menjadi
USD 19.981 juta, yang mencerminkan pertumbuhan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 95
ekonomi yang lebih tinggi dan e-filing sistem yang efektif.
Strategi Chile fokus audit pajak pada area tertentu dari
risiko penggelapan tinggi menunjukkan efektivitasnya.
Pada semester pertama 2007, angka rekor USD
612.200.000 dituntut sebagai pajak tambahan berdasarkan
pemeriksaan rinci. Komputerisasi pos pemeriksaan antar-
negara di Gujarat, India, telah mengakibatkan
pertumbuhan 21 persen pada hukuman dikumpulkan pada
rekening peningkatan 26 persen dalam jumlah
pelanggaran yang terdeteksi antara 2000-01 dan 2004-05.
Dalam 2004-05, hukuman dikumpulkan pada rekening
pelanggaran norma transportasi oleh kendaraan komersial
adalah Rs 2.872 juta sementara membayar kembali biaya
proyek total Rs 625 juta hanya dalam satu tahun operasi.

Persepsi Karyawan : Dampak Dari e-Government


Meskipun secara luas diyakini bahwa e-government
akan meningkatkan kinerja karyawan karena
memungkinkan manajemen yang lebih baik dan analisis
data, pengukuran aktual berdampak pada karyawan tidak
mudah tersedia. Sebuah studi mengumpulkan data
persepsi berdampak pada biaya, tata kelola dan bekerja
pada skala lima poin, dari 85 pengawas di lima proyek di
India (Bhatnagar, 2007). Kebanyakan pengawas
menganggap bahwa kecuali untuk biaya karyawan dan alat

96 | E t i n I n d r a y a n i
tulis, biaya lain seperti pembentukan dan biaya
komunikasi meningkat setelah komputerisasi. Tak satu pun
dari biaya yang dianggap telah mengurangi.
Ada persepsi kuat perbaikan di semua dimensi tata
kelola antara. Sekitar dua-pertiga dari semua responden
menunjukkan dampak positif yang signifikan pada
transparansi, korupsi dan tingkat keleluasaan untuk
menyangkal layanan. Hampir setengah dari responden
menunjukkan dampak yang signifikan positif terhadap
akuntabilitas, kehadiran perantara dan efektivitas
mekanisme penanganan keluhan. Ada dampak positif pada
kualitas penanganan informasi. Lebih dari dua-pertiga dari
responden yang dirasakan peningkatan akurasi data,
penelusuran transaksi dan efektivitas dari tindakan-
pemulihan bencana. Pengawas percaya bahwa efektivitas
mereka dalam bawahan pemantauan, pengambilan
keputusan dan perumusan kebijakan telah ditingkatkan.
Kebanyakan pengawas melaporkan bahwa tingkat
reengineering dan integrasi layanan hanya moderat
selama proses komputerisasi, namun dampak pada
pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan dianggap
sebagai signifikan positif. Hasil yang sama dilaporkan dari
kantor pajak di Chili. Keduanya baik karyawan dan
supervisor menilai lingkungan kerja baru secara signifikan
positif, dengan penilaian dari sebagian besar item di atas

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 97
empat pada skala lima poin. Untuk karyawan, ada
sejumlah manfaat yang dirasakan.
Namun, untuk mewujudkan manfaat ini sehingga
kinerja organisasi secara keseluruhan berdampak positif
akan membutuhkan budaya manajerial yang kuat.
Peningkatan sistem informasi tidak secara otomatis
diterjemahkan ke dalam keputusan yang lebih baik atau
pengawasan yang efektif. PNS harus memiliki insentif
untuk meningkatkan kinerja dan kapasitas untuk
menganalisis dan keuntungan dari informasi baru yang
tersedia. Mereka perlu dilatih untuk menggunakan
informasi untuk tujuan perencanaan dan monitoring.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimplkan
bahwa hasil dari penilaian banyak proyek menunjukkan
bahwa sebagian besar manfaat yang diuraikan pada Tabel
3.1 telah diwujudkan dalam beberapa proyek atau yang
lain. Bahkan, bagi pengguna (warga dan bisnis), proyek e-
government sangat mungkin untuk mengurangi jumlah
kunjungan ke kantor, masa tunggu dan waktu yang
dialokasikan. Lembaga yang berbeda bisa berharap untuk
mewujudkan beberapa keuntungan atau yang lain dalam
hal menurunkan biaya, meningkatkan kualitas dan
meningkatkan tata kelola. Seringkali, kemungkinan biaya
setidaknya akan berdampak adalah biaya karyawan.

98 | E t i n I n d r a y a n i
Dampak e-Government bagi
Keterbukaan dan
Pemberantasan Korupsi

Secara umum, implementasi e-government diyakini


akan memperbaiki kinerja pengelolaan pemerintahan di
Indonesia. Maraknya korupsi di Indonesia menunjukkan
rendahnya kualitas manejemen pemerintahan Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan suatu menejemen yang sangat
menonjolkan transparansi, sebagai salah satu faktor
penting untuk menghilangkan KKN di pemerintahan.
Transparansi dapat diciptakan dengan sistem pengelolaan
pemerintahan secara elektronik atau electronic
government.
Penelitian terbaru tentang dampak proyek e-
government di India telah melaporkan penurunan suap
dalam beberapa proyek, meski tidak semua. Hasil ini
tampaknya menunjukkan bahwa e-government dapat
berpotensi mengurangi dampak korupsi administratif
secara signifikan.
Bab ini menyoroti contoh di mana e-government
telah secara konkret memberikan manfaat dengan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 99
meningkatkan transparansi sehingga mengurangi korupsi
dan secara langsung maupun tidak langsung
memberdayakan masyarakat dalam mengawasi kinerja
pemerintahan.

e-Government : Keterbukaan Pemerintah di Era Digital


Secara umum, implementasi e-government diyakini
akan memperbaiki kinerja pengelolaan pemerintahan di
Indonesia. Maraknya korupsi di Indonesia menunjukkan
rendahnya kualitas manejemen pemerintahan Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan suatu menejemen yang sangat
menonjolkan transparansi, sebagai salah satu faktor
penting untuk menghilangkan KKN di pemerintahan.
Transparansi dapat diciptakan dengan sistem pengelolaan
pemerintahan secara elektronik atau electronic
government.
Aplikasi e-Government telah menunjukkan dampak
berarti pada tujuan reformasi pemerintahan dan sektor
publik sebagaimana tabel berikut :

Tabel 5. Tujuan Reformasi Sektor Publik melalui e-


Government.

Tujuan Reformasi Ukuran Pencapaian Tujuan


Tata Kelola (Measure Of Achievement Of
(Governance Goals)
Reform Goals )

100 | E t i n I n d r a y a n i
Warga dapat mengakses dan
memahami peraturan dan prosedur
pemerintah untuk mendapatkan
layanan.
Meningkatkan
Pengungkapan aset publik,
transparansi
anggaran pemerintah dan
pengadaan informasi.
Warga dapat mengakses keputusan
PNS.
Proporsi transaksi yang
memerlukan pembayaran suap.
Mengurangi korupsi
administrasi Jumlah suap yang dibayarkan
langsung kepada PNS atau melalui
agen.
Mengurangi biaya mengakses
layanan.
Meningkatkan
Meningkatkan kualitas dan
Pelayanan
kenyamanan.
Meningkatkan cakupan geografis
untuk mencapai segmen yang lebih
besar dari populasi.
Memberikan saluran untuk umpan
balik dan konsultasi.
Pemberdayaan Membuat pemerintah lebih
akuntabel.
Mengurangi kekuatan broker
perantara (mafia).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 101
Melalui survei yang dilakukan beberapa tahun
terakhir, oleh Transparansi International (TI) telah
mencoba untuk mengukur tingkat korupsi di berbagai
negara, mengidentifikasi lembaga pemerintah di mana
korupsi begitu merajalela dan membangun beberapa
alasan mengapa korupsi demikian subur tumbuhnya (TI
2003). Konsekuensi dari administrasi korupsi yang cukup
parah pada negara yang sedang berkembang.
1. Biaya Terbesar korupsi ditanggung oleh masyarakat
miskin;
2. Korupsi meningkatkan biaya melakukan bisnis (doing
business) untuk usaha kecil dan menengah sebesar 20
persen;
3. Korupsi merupakan hal yang mengganggu bagi investor
dan menghambat Aliran investasi asing secara
langsung;
4. Ada kerugian yang signifikan dari pendapatan
pemerintah;
5. Korupsi menciptakan disinsentif bagi yang jujur dan
efisien (karyawan dan warga);
6. Pemberian suap yang sering oleh masyarakat pada
akhirnya meningkatkan toleransi terhadap korupsi; dan
masyarakat cenderung menghargai kebiasaan yang
salah tersebut;

102 | E t i n I n d r a y a n i
7. Korupsi kecil diatur untuk mengumpulkan dana bagi
politisi; dan
8. Peluang korupsi yang pada awalnya kecil justru
menyebabkan korupsi lebih besar melalui janji-janji
yang disepakati.
Dua faktor utama yang berkontribusi terhadap
pertumbuhan korupsi adalah :
1. Rendahnya peluang penemuan; dan
2. Kekebalan terhadap penuntutan.
Kerahasiaan pemerintah, pembatasan akses
informasi oleh masyarakat dan media, tidak
jelas/kompleks aturan dan prosedur yang berlebihan
semua dapat menyebabkan rendahnya peluang
menemukan atau mendeteksi kasus korupsi. Kurangnya
transparansi fungsi instansi pemerintah dapat
memudahkan pelaku untuk menutupi jejak mereka dan
menyelidiki korupsi menjadi sangat sulit. Karakter
lembaga yang lemah, yang seharusnya untuk menyelidiki
tuduhan korupsi dan menuntut yang bersalah serta
peradilan yang tidak efisien atau korup, lebih
memperburuk masalah korupsi dan memfasilitasi
kekebalan terhadap penuntutan.
Selain itu, kurangnya transparansi menginduksi
pengguna jasa untuk menawarkan suap dengan harapan
mampu memanipulasi sistem yang menguntungkan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 103
mereka. Pengguna lain merasa sulit untuk menangani
sistem pemerintah yang ambigu dan kompleks, dan lebih
memilih untuk menggunakan agen untuk mempermudah
pekerjaan mereka selesai.

Kehadiran agen dapat menciptakan pasar untuk suap.


Beberapa aplikasi menunjukkan bahwa e-
government dapat berfungsi sebagai salah satu alat utama
untuk memerangi korupsi dengan membuka proses
pemerintahan dan memungkinkan akses publik yang lebih
besar terhadap informasi (Bhatnagar, 2003). Sistem e-
government menyebabkan transparansi yang lebih besar
sehingga mengurangi korupsi administratif. Jika prosedur
benar sesuai tempatnya, e-government dapat melakukan
transaksi keuangan atau administrasi dapat dilacak dan
terbuka. Mereka yang bertanggung jawab untuk keputusan
atau kegiatan tertentu dapat dengan mudah diidentifikasi.
Dengan menyediakan sistem akuntansi, monitoring
dan audit sistem, aplikasi e-Government dapat
memastikan bahwa keuangan publik yang terbuka untuk
pengawasan manajerial dan eksternal. Kemungkinan
terungkapnya perbuatan yang salah akan meningkat,
dengan demikian konsekuensi takut malu bisa menjadi
penghalang untuk praktek korupsi. Ada hirarki implisit dan

104 | E t i n I n d r a y a n i
serangkaian tujuan dimana aplikasi e-Government harus
fokus untuk mengurangi korupsi.
Peningkatan akses ke informasi, menyajikan
informasi dengan transparansi baik aturan dan
penerapannya dan meningkatkan akuntabilitas dengan
membangun kemampuan untuk melacak keputusan /
tindakan individu sipil. Semua tujuan ini bersama-sama
dapat mengurangi korupsi secara signifikan. Sebagai
contoh, banyak situs yang dibuat oleh departemen
pemerintah tidak efektif karena mereka cenderung
berfokus pada tujuan tunggal menyediakan akses
informasi secara elektronik. Tidak cukup upaya dilakukan
untuk memastikan bahwa transparansi dan akuntabilitas
meningkat.

Tabel 6. Transparansi Informasi Melalui Aplikasi e-


Government.

Jenis informasi yang Manfaat yang Ilustrasi


dibuat transparan. dihasilkan aplikasi
e-government.
 Peraturan dan  Menghasilkan • Website
prosedur prosedur standar departemen
pelayanan; untuk pemerintah
 pejabat pemerin- penyampaian di banyak
tah yang layanan; negara.
bertanggungjawa  Warga bisa
b untuk tugas menolak upaya

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 105
yang berbeda; untuk menunda
 piagam warga pemrosesan; dan
negara; dan  Mengurangi kese-
 meningkatkan wenang-wenang-
pengaturan warga an, misalnya,
negara. per-mintaan
dokumen
tambahan.
 Informasi tentang  Pengungkapan  E-
keputusan dan tin- korupsi dan procurement
dakan pejabat peningkatan di Chile,
peme-rintah: hasil akuntabilitas. Filipina
dan proses, (lihat Kasus
misalnya, ).
pemberian kontrak
dan lisensi, alokasi
sumber daya.
• Data tentang • Pengungkapan • BHOOMI,
entitas individu manipulasi suap catatan
dalam ca-tatan dan korupsi. tanah secara
pemerintah seperti online di
catatan ta-nah, Karnataka;
komentar pada dan
permohonan izin, • OPEN di
bill masuk bagi Seoul dan
barang, status Korea.
pem-bayaran
pajak.
• Informasi tentang • Keterlibatan • CRISTAL-
kinerja ekonomi: masya-rakat Pengung-
statistik pekerja, dalam pemerin- kapan
pendapatan, tahan. Anggaran di
perda-gangan, dll Akuntabilitas Argentina.
indikator kinerja yang lebih besar.
untuk depar-temen

106 | E t i n I n d r a y a n i
pemerintah.
• Nama warga • Semacam • Website
dengan besar hukuman bagi Komisioner
pinjaman, pa-jak; para koruptor Kewaspa-
• PNS diselidiki atau melalui pengung- daan Pusat
dihukum; kapan ke publik; di India;
• Indeks korupsi; dan
• Kinerja lembaga
investigasi; dan
• Pengungkapan • Menciptakan dis- • Pusat
aset, pendapatan, insentif untuk Tangaapan
profil calon ko-rupsi dengan Politik, USA;
kandidat pe-milu, men-ciptakan dan
wakil terpilih, rasa takut • Dewan
menteri dan terhadap Urusan
pegawai negeri pengung-kapan Umuml,
sipil. di publik. India.

Sumber: Online Procedures Enhancement for Civil


Applications (OPEN) system.
Tabel 6 menyajikan jenis informasi mana yang
ttransparansi lebih besar dapat diaktifkan melalui aplikasi
e-government, yang pada gilirannya dapat menciptakan
disinsentif bagi pejabat dan bisinis yang korup dengan
meningkatkan kesempatan pengungkapan ke publik.
Seperti ditunjukkan pada Tabel diatas, publikasi alokasi
anggaran dan pengeluaran di web, sistem untuk melacak
status aplikasi untuk berbagai lisensi, piagam dan berbagi
data kinerja warga di web semua dikenal untuk
meningkatkan akuntabilitas. CRISTAL adalah salah satu

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 107
contoh awal membangun transparan Pemerintah di salah
satu negara Amerika Selatan.
Tidak semua upaya publikasi data berhasil.
Meningkatkan ketersediaan informasi di internet tidak
berarti bahwa warga negara secara otomatis akan
menggunakan informasi tersebut untuk menuntut
akuntabilitas yang lebih besar. Proporsi warga yang
bersedia terus-menerus terlibat dalam proses
pemerintahan sangat kecil.
Upaya peningkatan kesadaran diperlukan untuk
mendorong warga lebih perhatian dan fokus mencermati
setiap perkembangan informasi melalui kampanye iklan
dan pendidikan. Diperlukan media/agen yang dapat
menganalisis informasi tersebut dan menyoroti kondisi
luar biasa yang pantas mendapat perhatian warga yang
diperlukan. Bahkan di negara seperti amerika serikat,
yang merupakan negara demokrasi berkembang dengan
baik, lembaga tersebut diperlukan dan memang hadir.
Media tradisional juga dapat memainkan peran ini.
Sebagai penjaga dan pemberi peringatan, media perlu
menyoroti informasi tersebut dan menghasilkan
perdebatan luas di sekitar isu-isu signifikan yang menjadi
perhatian publik. Web adalah media baru untuk wartawan
media tradisional. Melalui workshop dan seminar, mereka

108 | E t i n I n d r a y a n i
perlu dibuat sadar akan informasi rinci yang tersedia di
web.
e-Government dapat menyebabkan transparansi
asalkan kerangka hukum mendukung akses kebebasan
terhadap informasi.
Sampai dengan beberapa tahun yang lalu, sebagian
besar negara masih memiliki undang-undang kerahasiaan
nasional yang ketat. Namun Ini telah dicabut guna
mendukung Kebebasan Hukum Informasi di AS dan
sebagian besar Eropa, tetapi hanya setelah beberapa
dekade tuntutan hukum. Undang-undang kerahasiaan yang
masih berlaku di banyak negara berkembang. Sementara
meningkatkan akses warga terhadap informasi,
pemerintah juga harus mengatasi risiko terhadap privasi
dan keamanan.
India menawarkan contoh yang sangat baik seperti
aturan/undang-undang yang telah memberikan beberapa
dampak. Hak atas Informasi (The Right To
Information/RTI) undang-undang ini di India mulai berlaku
pada tanggal 13 Oktober 2005 dan berlaku untuk semua
otoritas publik di India. Banyak LSM membantu warga
untuk menggunakan RTI untuk mengekspos korupsi pada
pembiayaan/pengeluaran publik.
Selain membuat aturan sederhana dan lebih
transparan, e-government harus secara eksplisit

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 109
memberdayakan warga untuk mempertanyakan aturan.
Warga masyarakat dan pelaku bisnis harus berani untuk
mempertanyakan aturan yang tidak masuk akal serta
prosedur dan aplikasi yang sewenang-wenang (Rose 2002).
Pengalaman beberapa proyek menunjukkan bahwa tujuan
transparansi dapat ditingkatkan melalui cara-cara berikut:
1. Publikasi di web: piagam warga yang menyatakan
dengan jelas tingkat layanan yang warga negara bisa
peroleh dalam bertransaksi dengan pemerintah, kinerja
aktual di masa lalu mengenai parameter yang mengukur
tingkat layanan dan rincian tentang bagaimana
pemerintah membelanjakan uang; dan

2. Mekanisme untuk menerima umpan balik dari warga


pada kualitas layanan yang ditawarkan.

Transparansi tidak hanya tujuan yang sah dalam


pelayanan G2C dan G2B. Bahkan saat berurusan dengan
instansi pemerintah lain (G2G) dan dengan pegawai
pemerintah (G2E), transparansi dapat menyebabkan
dampak yang signifikan terhadap korupsi. Di negara-
negara seperti India, perpindahan dari pegawai
pemerintah di departemen yang mempekerjakan puluhan
ribu karyawan adalah industri korupsi. Pengalaman
Karnataka dalam membuat aturan perpindahan sederhana
dan transparan dan membangun aplikasi e-government

110 | E t i n I n d r a y a n i
yang sederhana untuk memproses permintaan
perpindahan ternyata menghasilkan dampak yang sangat
signifikan.

Pemberantasan Korupsi Melalui e-Government


e-Government dapat digunakan untuk memerangi
korupsi dalam dua cara :
Pertama, e-government dapat menjadi salah satu
komponen kunci dari strategi anti-korupsi yang lebih luas
seperti yang ditunjukkan oleh sistem OPEN di Kota Seoul
di Korea. Sistem OPEN dari Kota Seoul mencontohkan
dampak korupsi membuat transparan proses pengambilan
keputusan dan tindakan individu PNS. Peraturan kota yang
luas, didorong oleh perluasan birokrasi kota, telah
menciptakan peluang baru untuk korupsi. Pada tahun
1998, walikota kota menyatakan perang habis-habisan
pada korupsi melalui langkah-langkah pencegahan dan
hukuman, peningkatan transparansi dalam administrasi
dan meningkatkan kemitraan publik-swasta. Beberapa
langkah-langkah lain yang diperkenalkan sebelum
komputerisasi termasuk menyederhanakan peraturan dan
aktif melibatkan warga dalam berbagai kegiatan anti-
korupsi. Warga bisa melacak pengolahan aplikasi untuk
layanan sehingga meningkatkan transparansi. Pengawas
juga dapat melacak perilaku yang tidak biasa.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 111
Kedua, inisiatif peningkatan pelayanan dapat
diimplementasikan pada departemen yang korup, khusus
menargetkan transparansi dan mengurangi korupsi sebagai
tujuan. Proses membangun sistem pelayanan secara
online mengharuskan aturan dan prosedur yang standar di
seluruh wilayah dan membuatnya eksplisit. Hal ini akan
mengurangi keleluasaan dan kesempatan bagi tindakan
sewenang-wenang yang dilakukan PNS dalam menghadapi
setiap pemohon berdasarkan kasus per kasus. e-
Government dapat digunakan sebagai pintu masuk untuk
penyederhanaan aturan dan proses rekayasa ulang.
e-Government memungkinkan sentralisasi data
yang dapat digunakan untuk meningkatkan audit dan
analisis. Prosedur sampel yang tidak bias dapat
diterapkan untuk tujuan audit. Integrasi data antar
aplikasi dapat memberikan peningkatan kecerdasan
organisasi. Tidak semua aplikasi e-government dapat
memberikan keuntungan dari integrasi tersebut, terdapat
beberapa kendala sebagai tantangan teknis dalam
mengintegrasikan data yang cukup besar.
Dengan memberikan alternatif saluran
penyampaian layanan, e-government memperkenalkan
kompetisi yang meningkatkan tingkat layanan dan
menurunkan korupsi. Mempublikasikan informasi
pemerintah di web membangun akuntabilitas dengan

112 | E t i n I n d r a y a n i
menyediakan dokumentasi kepada warga untuk
mendukung keluhan mereka terhadap praktek-praktek
korupsi. Korupsi sering mencerminkan kekuatan jarak
antara PNS dan warga, khususnya warga miskin, buta
huruf dan bodoh (warga di daerah terpencil). Permintaan
suap (seperti dalam kasus sopir truk tanpa kelebihan
beban ketika melewati pos pemeriksaan perbatasan). Hal
ini penting untuk mengawasi dan memantau kinerja pada
sistem e-government yang baru dimulai hingga bisa
tertanam dalam diri PNS.
Banyak pemerintah telah memilih untuk
mengimplentasikan pelayanan online di berbagai
departemen seperti bea cukai, pajak penghasilan, pajak
penjualan dan pajak properti yang memiliki antarmuka
yang intens dengan warga negara atau bisnis dan dianggap
lebih korup. Di Filipina dan adat istiadat India, interaksi
kontak dari inspektur dan agen kargo telah dihapus
dengan memperkenalkan pengajuan elektronik.
Pengadaan pemerintah juga menjadi area korupsi tumbuh
subur dan beberapa negara/negara telah mampu
menurunkan korupsi melalui e-procurement. Meskipun
beberapa contoh telah menunjukkan potensi e-
government dalam mempengaruhi korupsi, namun untuk
menyimpulkan bahwa potensi ini telah dimanfaatkan
masih sangat terbatas. Banyak aplikasi telah mampu

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 113
membangun efisien sistem pelayanan tetapi hanya sedikit
yang berhasil dalam menerapkannya untuk menanggulangi
korupsi.
e-Government perlu dilihat sebagai salah satu dari
banyak alat untuk memerangi korupsi dan harus
dilaksanakan sebagai bagian dari program yang lebih luas
untuk mengatasi korupsi. Manfaat dari e-government
seperti pengurangan kesempatan korupsi sering insidental
dan bukan bagian dari tujuan desain.
Untuk mengekstrak manfaat maksimal dari aplikasi
tersebut, beberapa fitur yang dapat menyebabkan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar
dibutuhkan upaya membangun kesadaran yang kemudian
diintegrasikan dalam tujuan desain (Gopakumar, 2001).
Dengan mengurangi korupsi administratif dalam
pemberian layanan, e-government dapat mengurangi
toleransi terhadap korupsi antara warga dengan
membayar suap untuk pejabat publik. Selain itu, upaya
pendidikan masyarakat secara masif diperlukan untuk
memperkuat dasar nilai-nilai kejujuran.

Dampak e-Government terhadap Korupsi di Indonesia


Indonesia sebagai negara berkembangpun tak luput
dari permasalahan tersebut. Hal ini mengakibatkan daya
saing Indonesia menurun. Daya saing Indonesia,

114 | E t i n I n d r a y a n i
berdasarkan The Global Competitiveness Report 2013-
2014 (World Economic Forum, 2013), menempatkan
rangking kemudahan berusaha (ease of doing business)
Indonesia berada pada rangking 38, meningkat
dibandingkan tahun 2008-2009 yang berada pada rangking
55, dengan faktor utama sebagai penghambat investasi di
Indonesia adalah birokrasi yang tidak efisien dan tingkat
korupsi. Rendahnya kinerja birokrasi di Indonesia
ditunjukkan pula dalam Worldwide Governance Indicators
oleh Bank Dunia, dimana indikator efektivitas
pemerintahan (government effectiveness) mengalami
penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2012 (dari nilai
indeks 46 menjadi 44), sementara negara ASEAN lainnya
(Filipina, Thailand, Brunei, Malaysia dan Singapura)
memiliki nilai indeks lebih tinggi, bahkan Singapura
memiliki nilai indeks sempurna 100. Sementara itu, dalam
hal perwujudan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN,
masih banyak hal yang harus diselesaikan dalam kaitan
pemberantasan korupsi. Hal ini antara lain ditunjukkan
dari data Transparency International pada tahun 2013,
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih rendah (32
dari 100) jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia
Tenggara lainnya dan berada pada rangking 114 dari 175
negara. Memperhatikan hasil kajian seperti yang
ditunjukkan dalam laporan World Economic Forum dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 115
Bank Dunia, hal ini juga merupakan gambaran dari kondisi
birokrasi saat ini di Indonesia.
Birokrasi di Indonesia memiliki posisi dan peran
yang sangat strategis. Birokrasi meliputi banyak aspek dari
mulai pelayanan dasar masyarakat, seperti pendidikan,
kesehatan, administrasi dasar dan lain sebagainya sampai
dengan pelayanan tumbuh dan berkembangnya dunia
usaha baik usaha kecil maupun besar. Namun demikian,
banyak permasalahan yang berkaitan dengan birokrasi di
Indonesia yang ditunjukan dengan masih tingginya korupsi,
masih rendahnya pelayanan publik, serta masih rendanya
kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi. Penyebab
utama rendahnya kualitas birokrasi dapat dikelompokkan
berdasarkan: 1. Peraturan Perundangan; 2. Organisasi; 3.
Sumber Daya Manusia (SDM); dan 4. Manajemen
Pemerintahan.
Manajemen pemerintahan masih berorientasi
kepada input belum berorientasi kepada output/outcome.
Hal ini tampak dari akuntabilitas kinerja pemerintah
kabupaten/kota yang masih rendah. Pada tahun 2013,
hanya 4 dari 484 kabupaten/kota dan 9 dari 33 provinsi
yang mendapatkan predikat B (predikat B artinya hasil
yang dipertanggung jawabkan sudah selaras dengan yang
direncanakan). Sedangkan untuk pemerintah pusat
terdapat 31 dari 76 K/L yang mendapatkan akuntabilitas

116 | E t i n I n d r a y a n i
kinerja dengan predikat B, hal ini tentunya relatif lebih
baik dari pencapaian pemerintah daerah. Manajemen
pemerintahan yang tidak efektif dan efisien, lamban,
berbelit-belit, tidak akuntabel dan tidak transparan
mengakibatkan pelayanan publik masih jauh dari harapan.
Masih belum tercipta budaya pelayanan publik yang
berorientasi kepada kebutuhan pelanggan. Akibatnya,
kekecewaan masyarakat terhadap birokrasi yang terus
menerus terjadi dalam kurun waktu yang lama dan
menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah.
Dengan kondisi di atas maka seyogyanya birokrasi
perlu diperbaiki secara menyeluruh sehingga menjadi
birokrat yang bersih dari KKN, memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat dan dunia usaha, serta
berkinerja untuk menunjang target pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Tantangan Indonesia dalam reformasi birokrasi
yang dimulai sejak era reformasi Tahun 1998 yang
ditujukan untuk meningkatkan daya saing bangsa, melalui
penciptaan tata kelola pemerintahan yang bersih,
kompeten dan melayani untuk mengakselerasi berbagai
potensi komparatif maupun keunggulan kompetitif yang
kita miliki, yang didasari oleh nilai dan budaya yang kuat
tidak melakukan korupsi, berorientasi pada pertumbuhan,

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 117
serta memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme untuk
bangsa dan negara. Dalam tahapan reformasi birokrasi
Indonesia, dalam lima tahun ke depan Indonesia (tahun
2018) harus pindah dari birokrasi yang sangat
mengedepankan peraturan (rule based bureaucracy)
kepada birokrasi yang berbasis kinerja (performance
based bureaucracy). Pada tahapan kedua (tahun 2025)
Indonesia harus bisa mencapai birokrasi yang dinamis
(dynamic governance). Untuk sampai pada kedua tahapan
tersebut, berbagai rencana dan kebijakan telah
ditetapkan untuk membangun able people, agile process,
positive culture dan adaptive policies.
Ukuran keberhasilan tahun 2025, yang diharapkan
telah menghasilkan governance yang berkualitas di setiap
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, ditandai
dengan:
 Tidak ada korupsi;
 Tidak ada pelanggaran;
 APBN dan APBD baik;
 Semua program selesai dengan baik;
 Semua perizinan selesai dengan cepat dan tepat;
 Komunikasi dengan publik baik;
 Penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif;
 Penerapan reward dan punishment secara konsisten
dan berkelanjutan; dan

118 | E t i n I n d r a y a n i
 Hasil pembangunan nyata (propertumbuhan,
prolapangan kerja, dan pro pengurangan kemiskinan;
artinya, menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi
kemiskinan, dan memperbaiki kesejahteraan rakyat
(Grand Design Reformasi Birokrasi, 2010-2025).
Reformasi birokrasi merupakan transformasi
segenap aspek dalam manajemen pemerintahan menuju
pemerintahan berkelas dunia. Dalam pelaksanaannya
reformasi birokrasi dilaksanakan pada aparatur
pemerintah melalui pelaksanaan berbagai program dan
kegiatan sebagaimana dituangkan dalam Grand Design
Reformasi Birokrasi dan Roadmap Reformasi Birokrasi.
Program-program reformasi birokrasi tersebut ada yang
berhubungan secara langsung dan ada yang tidak secara
langsung dengan pencapaian keberhasilan reformasi
birokrasi. Peningkatan jumlah opini audit BPK
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang
berpredikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara
langsung dapat meningkatkan pencapaian target jumlah
opini audit BPK berpredikat WTP. Selain itu, peningkatan
kualitas SAKIP dan LAKIP akan berpengaruh langsung pada
pencapaian target jumlah instansi pemerintah yang
akuntabel. Sedangkan untuk meningkatkan pencapaian
indikator Indeks Persepsi Korupsi, Indeks Integritas
Pelayanan Publik, Peringkat Kemudahan Berusaha dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 119
Indeks Efektifitas Pemerintahan memerlukan kontribusi
tidak hanya dari aparatur pemerintah, tapi juga
masyarakat dan dunia usaha. Artinya, banyak faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian
indikator tersebut.
Terkait dengan Peringkat Kemudahan Berusaha,
Indonesia perlu terus mengupayakan penyempurnaan
layanan melalui layanan terpadu satu pintu untuk
mempercepat proses pendirian usaha. Di antara 20 kota di
Indonesia yang diteliti, memulai bisnis membutuhkan,
rata-rata, 9 prosedur, 33 hari dan biaya 22% dari
pendapatan nasional per kapita. Ini 13 hari lebih cepat
dan 8% lebih murah daripada apa yang diukur 2 tahun yang
lalu. Tapi secara keseluruhan, negara ini masih tertinggal
Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) rata-rata.
Indonesia menunggu hampir 1 bulan lebih dari Malaysia
dan menghabiskan 4 kali sebanyak pengusaha Thailand
untuk memulai bisnis. Dalam pemain terbaik di kawasan
ini-New Zealand, Australia dan Singapura memulai bisnis
tidak lebih dari 3 hari dan 1% dari pendapatan per kapita.
Selain mengarahkan biaya start-up, pengusaha Indonesia
juga diminta untuk menyetor Rp 12.500.000 ($ 1.201)
yang setara dengan 46,6% dari pendapatan per kapita-
sebagai modal disetor minimum.

120 | E t i n I n d r a y a n i
Semua kota yang dikaji mendapatkan manfaat dari
peluncuran reformasi nasional, seperti pengenalan sistem
pendaftaran perusahaan baru komputerisasi pada tahun
2010. Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) dan
pengenalan bentuk penggabungan standar dan
disederhanakan untuk perseroan terbatas. Sebagai
tambahan, meningkatkan efisiensi di cabang lokal dari
lembaga nasional telah menghasilkan penghematan waktu
untuk pajak, tenaga kerja dan pendaftaran jaminan sosial.
Untuk mendorong pengembangan sektor formal dan
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di
seluruh negeri, pemerintah pusat mengeluarkan peraturan
untuk mengkonsolidasikan dan merampingkan persyaratan
izin bisnis lokal. Di dalam negeri, memulai bisnis paling
mudah di Yogyakarta dan paling sulit di Manado (Gambar
4).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 121
Gambar 4. Grafik Penyempurnaan Layanan Terpadu
Mempercepat Proses Pendirian Usaha.

Seiring dengan penghapusan sertifikat domisili dan


peningkatan efisiensi di kantor pajak daerah, perubahan
ini mengakibatkan pengurangan secara keseluruhan dalam
waktu untuk memulai bisnis di Semarang dari 47 hari
menjadi hanya 28 hari. Demikian pula, sistem izin tunggal
paket dilaksanakan di Denpasar pada tahun 2010
mengakibatkan penghapusan 1 prosedur dan 1 minggu dari
proses pendaftaran bisnis.
Memulai bisnis adalah tercepat di Gorontalo dan
Palangka Raya: hanya 27 hari, mirip dengan Thailand
(Gambar 5). Di Jakarta, dibutuhkan 45 hari. Di antara
negara-negara APEC, hanya pengusaha di Papua Nugini
dan Brunei Darussalam menunggu lebih lama. Di hampir
semua kota, setengah dari total waktu untuk memulai
bisnis dihabiskan untuk pre incorporation -seperti
reservasi nama, notaris (akta pendirian perusahaan) dan
tindakan pendaftaran usaha. Legalisasi pendirian
perusahaan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia biasanya diterbitkan dalam 7 hari-1 minggu lebih
cepat dari pada tahun 2010. Namun, pengusaha di seluruh
Indonesia harus menunggu 7 hari tambahan untuk jasa

122 | E t i n I n d r a y a n i
kurir yang digunakan oleh Kementerian untuk memberikan
persetujuan ke kota-kota di luar Jakarta.

Gambar 5. Pengurangan Waktu dan Prosedur untuk


Mendirikan Usaha di Berbagai Negaara
sejak Tahun 2010.

Namun perlu dicatat bahwa negara-negara lain di


kawasan itu dibuat mirip atau bahkan lebih dramatis
upaya untuk mereformasi memulai bisnis (Gambar 5.2).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 123
Untuk menjadi lebih kompetitif dan bersaing dengan
negara tetangga, Indonesia perlu melanjutkan inisiatif
reformasi baik di tingkat nasional dan lokal. Untuk
memulai, kota di Indonesia bisa belajar dari satu sama
lain dan mengadopsi praktek-praktek yang baik yang
sudah dipraktekkan di tempat lain di negara ini.

Dampak Penerapan e-Government terhadap Korupsi Di


India
Penelitian terbaru tentang dampak proyek e-
government di India telah melaporkan penurunan suap
dalam beberapa proyek, meski tidak semua. Hasil ini
tampaknya menunjukkan bahwa e-government dapat
berpotensi mengurangi dampak korupsi administratif
secara signifikan. Bab ini menyoroti contoh di mana e-
government telah secara konkrit memberikan manfaat
dengan meningkatkan transparansi, mengurangi korupsi
dan memberdayakan masyarakat.
Bagian ini merupakan hasil dari studi penilaian
yang sistematis mengenai dampak dari 36 proyek e-
government di 12 negara bagian, dengan fokus pada tiga
layanan yang diberikan kepada warga :
1. Isu yang terkait dengan salinan catatan tanah (issue
of copies of land record);

124 | E t i n I n d r a y a n i
2. Pendaftaran properti (registration of property);
dan
3. Isu terkait SIM (issue of driver’s licence).
Studi ini mengukur proporsi pengguna yang harus
membayar suap untuk mendapatkan pelayanan, jumlah
suap yang dibayar dan proporsi pengguna yang terlibat
agen untuk mendapatkan layanan. Penelitian ini terlibat
11 lembaga riset pasar. Setiap lembaga ditugaskan semua
tiga proyek dalam keadaan tertentu di mana mereka yang
disurvei hampir 800 warga yang dilayani oleh
penyampaian 16 layanan untuk setiap proyek. Survei
mendeteksi menggunakan cara pengiriman manual dan
komputerisasi untuk setiap layanan.
Berikut merupakan grafik proporsi pengguna
membayar suap untuk mendapatkan salinan catatan tanah
yang dikeluarkan melalui pengiriman dengan mode
manual dan komputerisasi. Grafik menunjukkan keadaan
buruk dari pelayanan dalam sistem manual yang ada.
Insiden suap sangat tinggi. Dalam isu Record of Rights
(Rors) suap harus dibayar di sembilan dari 10 negara
dalam sistem manual. bahkan dalam layanan sederhana
seperti isu salinan catatan sebagian besar lahan yang
dibutuhkan oleh petani miskin, rata-rata, Rs 50 harus
dibayar sebagai suap oleh sebanyak 80 persen petani di
beberapa negara. Setelah melahirkan komputerisasi ,

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 125
persentase pengguna membayar suap menurun dari rata-
rata 38 persen menjadi 25 persen pada 10 negara. Perlu
dicatat bahwa di lima negara ada penurunan yang
signifikan dalam suap.

Gambar 6. Persentase Pengguna Membayar Suap di


beberapa Negara yang Berbeda.

Dalam transportasi dan pendaftaran properti juga


pengguna harus membayar suap (20 sampai 50 persen
dari semua transaksi) untuk mendapatkan layanan.
Namun, komputerisasi tidak mengurangi penyuapan
(margin) yang signifikan. Sebuah fitur khusus dari kedua
layanan adalah kehadiran agen. Hampir 50-55 persen dari
seluruh transaksi dalam kasus transportasi dan
pendaftaran properti di semua negara yang dilakukan
melalui agen. Meskipun hasil dalam mengurangi korupsi
dikombinasi, e-government tampaknya memiliki potensi

126 | E t i n I n d r a y a n i
pengurangan korupsi yang signifikan, seperti yang
ditunjukkan oleh fakta bahwa kebutuhan suap dalam
masalah Rors baik telah dihilangkan atau dikurangi secara
signifikan di lima negara melalui komputerisasi.
Studi lain yang dilakukan pada tahun 2006 yang
mencakup delapan lembaga (G2C dan G2B) di tiga negara
bagian India, menguatkan hasil dari studi yang dikutip.
Dampak terhadap proporsi membayar suap itu tidak
seragam di seluruh proyek, tetapi dalam beberapa proyek,
pengurangannya signifikan (lihat Tabel 7). Setidaknya
dalam tiga proyek yang berbeda komputerisasi salinan
lahan di Karnataka (Karnataka tidak tercakup dalam studi
Gambar 6), e-procurement di Andhra Pradesh (AP) dan
pembayaran kepada pensiunan dengan kas di Karnataka-
suap telah hampir dihilangkan.

Tabel 7. Proporsi Pembayaran Suap: Perbandingan


pada Layanan Berbasis Manual dan
Elektronik di India.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 127
Karena suap telah berdampak pada sejumlah
proyek, maka berharga untuk mengeksplorasi cara-cara di
mana aplikasi e-government dapat dirancang untuk
mengurangi/menghilangkan dampak korupsi administratif.
Korupsi administratif mengacu pada distorsi yang sengaja
dikondisikan pada pelaksanaan hukum, prosedur dan
peraturan yang ada dengan cara yang tidak adil kepada
individu atau perusahaan dengan imbalan berupa
keuntungan pribadi (terlarang) kepada pejabat publik
(Bank Dunia, 2000).

Dampak Penerapan e-Government terhadap Korupsi Di


Korea Selatan
Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan, dibuat
sistem OPEN (Online Procedures Enhancement for Civil
Applications) yaitu PENINGKATAN prosedur online untuk
Aplikasi Sipil untuk menargetkan korupsi. Sistem ini
menerbitkan berbagai informasi yang berhubungan dengan
layanan, izin dan lisensi yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah. Status aplikasi dapat dilacak oleh pemohon di
situs web. Sistem ini diakui sebagai "Praktek yang Baik" di
Konferensi Anti-Korupsi Internasional 9 di Durban, Afrika
Selatan pada tahun 1999.
Seoul, ibukota Republik Korea, memiliki populasi
lebih dari 10 juta. Pertumbuhan ekonomi yang cepat telah

128 | E t i n I n d r a y a n i
disertai dengan perluasan birokrasi kota. Namun,
peraturan kota yang luas juga menciptakan peluang baru
untuk korupsi. Beberapa suap itu dimaksudkan untuk
menjadi biaya asuransi untuk menghindari pengobatan
yang tidak menguntungkan, yang lain adalah honor untuk
perlakuan istimewa, dan yang lain adalah biaya untuk
memfasilitasi proses cepat.
Dengan pelantikan Walikota Goh pada tahun 1998,
Kota Seoul menyatakan perang habis-habisan pada
korupsi. Deregulasi telah menjadi elemen inti dari
rencana aksi. Pada bulan Mei tahun 2000, 392 peraturan
kota telah dieliminasi, 203 mereda, dan peraturan lain
3897 ditingkatkan. Untuk memperkecil potensi kolusi,
praktek lama untuk menempatkan satu yurisdiksi individu
atas izin, persetujuan, atau inspeksi dalam wilayah
geografis tertentu dihapuskan. Pejabat kini ditetapkan
setiap hari untuk menangani aplikasi yang diajukan dari
berbagai daerah.
Untuk antarmuka langsung dan nyaman dengan
warga, Pemerintah Kota Seoul menciptakan sebuah portal
internet. Hal ini disebut OPEN (Prosedur online
PENINGKATAN untuk Aplikasi Sipil), melambangkan bahwa
membuka prosedur administratif kepada publik. Portal ini
menjelaskan berbagai elemen pendorong antikorupsi,
menampilkan indeks antikorupsi dan hasil survei,

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 129
mendidik warga pada aturan dan prosedur, dan
memungkinkan pemantauan real-time dari kemajuan
permohonan izin atau lisensi.
Sebuah tinjauan tim yang terdiri dari staf yang
berpengalaman dalam audit dan pemeriksaan didirikan
pada 1 Februray, 1999 untuk menentukan kegiatan
pemerintah kota harus dibuat terbuka untuk umum. Tim
ini menganalisa seluruh jalur/jenis izin sipil dan
persetujuan dengan judul, prosedur pengolahan, faktor
korupsi rawan, dan jenis penyimpangan. 26 kategori
aplikasi sipil yang diterbitkan di web adalah mereka yang
paling sering menyebabkan penyimpangan, menyebabkan
ketidaknyamanan kepada warga karena kompleksitas dari
prosedur pengolahan, dan mereka yang publikasi
diharapkan untuk mengekang permintaan untuk konsesi.
Informasi tentang dokumen dan bagaimana aplikasi
yang diperlukan diproses disediakan di web untuk setiap
prosedur. Sistem ini juga mencakup informasi tentang
departemen kota yang bertanggung jawab, staf yang
bertugas dan bertanggung jawab, dan nomor telepon.
Semua dokumen aplikasi memberikan alamat e-mail di
bagian bawah sehingga orang dapat dengan mudah
mengajukan pertanyaan atau membuat komentar langsung
ke staf yang bertugas dan bertanggung jawab

130 | E t i n I n d r a y a n i
Sistem OPEN mengharuskan review di setiap tahap
input resmi terkait tanggal dan waktu ketika setiap
aplikasi diproses. Akses gratis ke status aplikasi membuat
pelamar merasa tidak perlu untuk menghubungi pejabat
atau memberikan suap untuk menyelesaikan proses. Kartu
pos kembali dikirim kepada mereka yang telah
mengajukan permohonan izin atau persetujuan dari
pemerintah kota, memastikan beberapa umpan balik.
Hasil survei ini merupakan bagian dari baru Anti-Korupsi
Indeks "(ACI). Saluran tambahan dialog langsung telah
dibuka antara warga dan walikota. Contohnya termasuk
garis panas, email, dan Program "Walikota Sabtu Tanggal
dengan Citizens."
Sebanyak 5.000 karyawan di 485 departemen dari
pemerintah kota berurusan dengan aplikasi dilatih di
ruang komputer untuk mengoperasikan sistem dan
menambah dan mengubah data. Setelah pelatihan, ID dan
password yang ditugaskan untuk memungkinkan setiap
peserta individu untuk membuat entri di departemen nya.
Dari Juli 2000, banyak fungsi pemerintah akan
diumumkan, termasuk 20 urusan fungsi lebih sipil di
berbagai bidang seperti sanitasi, kesejahteraan,
konstruksi, perumahan, perencanaan kota, dan pemadam
kebakaran

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 131
Dalam 13 bulan sejak peluncuran sistem OPEN
pada tanggal 15 April 1999, aplikasi sipil yang diterbitkan
oleh masing-masing departemen kota mencapai 28.000,
dan jumlah kunjungan ke situs OPEN mencapai 648.000.
Kepentingan masyarakat umum di situs telah meningkat
dengan rata-rata 1.600 kunjungan per hari. Hasil dari
survei terhadap 1.245 warga menunjukkan bahwa 84,3%
(984 dari 1.167 orang) percaya bahwa OPEN menyebabkan
transparansi yang lebih besar.
Sebanyak 83 praktik korupsi oleh pegawai negeri
sipil dilaporkan oleh organisasi investigasi pada tahun
1998. Namun, tidak satu kasus telah diajukan sejak
Februari 2000, setelah program antikorupsi penuh
diterapkan. Sebuah survei oleh Divisi Audit & Inspeksi dari
mereka yang mencari pelayanan dari pemerintah kota
menunjukkan bahwa pendapat baik tentang kebaikan PNS
meningkat secara signifikan dari 54,8% pada bulan
Desember 1998-71,2% pada bulan Juni 1999.
Fokus dari program antikorupsi bukan pada di IT
tapi implikasi dari peraturan dan prosedur, reengineering
praktek kerja, transparansi dalam prosedur, dan
komunikasi yang efektif dengan warga. Teknologi hanya
telah menjadi enabler (bagian yang tidak terpisahkan),
terutama dalam membangun sistem pelacakan transparan
izin dan lisensi aplikasi. Komitmen dari pimpinan (dalam

132 | E t i n I n d r a y a n i
hal ini, walikota) adalah alasan penting untuk
keberhasilan inisiatif OPEN, sebagai sumber daya yang
memadai disediakan untuk proyek IT dan ada partisipasi
yang signifikan dari manajemen lini dalam melaksanakan
analisis sistem.

Pembelajaran Inti dari Penerapan e-Government


terhadap Pemberantasan Korupsi
e-Government menawarkan solusi parsial untuk
beragam masalah korupsi. Ini mengurangi diskresi,
sehingga membatasi beberapa peluang untuk tindakan
sewenang-wenang. Hal ini meningkatkan peluang
pengungkapan dengan menjaga data rinci tentang
transaksi, sehingga memungkinkan untuk melacak link
korup dengan menunjukkan tindakan yang salah. Dengan
membuat aturan sederhana dan lebih transparan, e-
government mendorong warga dan bisnis untuk
mempertanyakan prosedur yang tidak masuk akal dan
aplikasi sewenang-wenang.
1. Pemberantasan korupsi dapat ditargetkan sebagai
tujuan khusus e-government. Sistem OPEN dan CVC di
Korea Selatan dan India yang dimaksudkan untuk
mengubah e-government menjadi komponen kunci
dalam strategi anti-korupsi yang lebih luas

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 133
memungkinkan komunikasi yang lebih efektif dan
meningkatkan transparansi;
2. Inisiatif perbaikan penyampaian layanan dilaksanakan
di departemen terkenal korup. Pemberantasan korupsi
dapat ditargetkan sebagai tujuan khusus e-government.
Sistem OPEN dan CVC di Korea Selatan dan India yang
dimaksudkan untuk mengubah e-government menjadi
komponen kunci dalam strategi anti-korupsi yang lebih
luas memungkinkan komunikasi yang lebih efektif dan
meningkatkan transparansi;
3. Eksekutif dan pegawai negeri senior memerlukan
pelatihan khusus jika mereka harus dibuat sadar
bagaimana cara terbaik untuk memulai proyek-proyek
yang sukses. Langkah pertama adalah mengidentifikasi
skema percontohan di departemen yang memiliki
beberapa fasilitas komputerisasi, pelayanan langsung
dengan masyarakat dan kecenderungan adanya peluang
korupsi;
4. Manfaat dari proyek percontohan perlu diartikulasikan
secara spesifik, dengan transparansi, korupsi dan
kemiskinan yang menjadi fokus perhatian. Dalam
merancang aplikasi e-Government yang menangani
masalah ini, sistem desainer perlu mengidentifikasi
proses yang memungkinkan perilaku korup;

134 | E t i n I n d r a y a n i
5. Metode analisis tradisional dengan menyerahkan pada
konsultan sering tidak cukup karena tingkat partisipasi
warga dan PNS diperlukan untuk membuat penilaian
yang tepat: dalam proyek-proyek yang sukses, analisis
tersebut cenderung bukan melalui outsourcing. Selain
itu, imbalan yang spesifik perlu diberikan kepada
karyawan yang akan 'kehilangan' /pengurangan suap;
6. Kepemimpinan yang kuat pada tingkat politik dan
administrasi sangat penting untuk memperkenalkan
reformasi. Di negara-negara di mana skema
percontohan telah dilaksanakan dan survei sistematis
telah mengungkapkan dampak nyata pada korupsi,
proyek harus diluncurkan pada skala yang lebih luas
untuk mencakup banyak departemen dan lokasi
lainnya. Masalah infrastruktur teknologi yang lemah,
tidak adanya kerangka kebijakan yang memungkinkan
dan kekurangan dana, semua harus ditangani untuk
dampak yang lebih luas yang dapat dirasakan; dan
7. Tidak ada negara berkembang sepenuhnya siap untuk
mengakomodasi program yang komprehensif dari e-
government. Di banyak daerah, bagaimanapun, aplikasi
e-Government dapat dikembangkan yang
memungkinkan sebagian besar dari pelayanan
pemerintah yang diberikan secara elektronik
memberikan manfaat yang signifikan dalam mengurangi

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 135
korupsi. Daripada menunggu kesiapan keseluruhan,
pemerintah disarankan untuk belajar dengan
melakukannya step by step dan konsisten.

136 | E t i n I n d r a y a n i
Implementasi e-
Government di Indonesia

Implementasi e-Government di Indonesia: Sistem


Aplikasi e-Government
Pada saat ini telah banyak instansi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah otonom berinisiatif
mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan
komunikasi dan informasi. Kesimpulan yang diperoleh dari
hasil pengamatan yang dilakukan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informasi, mayoritas situs pemerintah dan
pemerintah daerah otonom berada pada tingkat pertama
(persiapan), dan hanya sebagian kecil yang telah
mencapai tingkat dua (pematangan). Sedangkan tingkat
tiga (pemantapan) dan tingkat empat (pemanfaatan)
belum tercapai.
Observasi secara lebih mendalam menunjukkan
bahwa inisiatif tersebut di atas belum menunjukan arah
pembentukan e-government yang baik. Beberapa
kelemahan yang menonjol adalah :

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 137
a. Pelayanan yang diberikan melalui situs pemerintah
tersebut, belum ditunjang oleh sistem manajeman dan
proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan,
prosedur dan keterbatasan sumber daya manusia sangat
membatasi penetrasi komputerisasi kedalam sistem
manajemen dan proses kerja pemerintah;
b. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya
anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan e-
government pada masing-masing instansi;
c. Inisiatif-inisiatif tersebut merupakan upaya instansi
secara sendiri-sendiri; dengan demikian sejumlah
faktor seperti standardisasi, keamanan informasi,
otentikasi, dan berbagai aplikasi dasar yang
memungkinkan interoperabilitas antar situs secara
andal, aman, dan terpercaya untuk mengintegrasikan
sistem manajemen dan proses kerja pada instansi
pemerintah ke dalam pelayanan publik yang terpadu,
kurang mendapatkan perhatian; dan
d. Pendekatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri
tersebut tidak cukup kuat untuk mengatasi kesenjangan
kemam-puan masyarakat untuk mengakses jaringan
internet, sehingga jangkauan dari layanan publik yang
dikembangkan menjadi terbatas pula.
Inefisiensi dalam administrasi pemerintah dapat
ditemukan dengan keber-adaan basisdata nasional yang

138 | E t i n I n d r a y a n i
terpisah-pisah, seperti basisdata kependudukan,
pertanahan, kendaraan bermotor, dan pajak. Memiliki
basisdata terpisah berarti bahwa masyarakat harus
melakukan registrasi rangkap, melalui proses kertas kerja
yang panjang untuk berbagai perizinan dan membutuhkan
beberapa kali kunjungan ke lembaga-lembaga
pemerintah. Dalam sistem ini, pemerintah menyediakan
berbagai layanan, meliputi penerbitan berbagai
surat/izin, konsultasi, pemrosesan petisi masyarakat,
pembayaran elektronik, dan penyebaran informasi
pemerintah. Pendekatan multi kanal diperlukan untuk
menjamin partisipasi maksimal dari masyarakat dan
pebisnis dalam e-government mengingat masing-masing
kelompok akan memiliki tingkatan akses yang berbeda
terhadap masing-masing kanal. Sebagai contoh,
masyarakat pedalaman cenderung tidak memiliki akses
terhadap kanal elektronik (seperti Internet, email,
handphone, TV digital) dibandingkan masyarakat
perkotaan.
Saat ini banyak lembaga pemerintah yang
menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan e-government
padahal pada kenyataannya lembaga-lembaga
pemerintahan tersebut baru dalam tahap web presence,
masih belum terlihat adanya penerapan e-government
yang benar-benar dijalankan secara mendalam. Oleh

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 139
karena itu banyak yang menyatakan bahwa pelaksanaan e-
government belum optimal karena secara riil beberapa
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah masih
menggunakan cara-cara yang manual. Seorang warga
harus secara face to face mendatangi petugas yang
bersangkutan di kantor pemerintahan. Hal ini sangatlah
tidak efektif dan efisien karena mengeluarkan biaya yang
lebih banyak dari biaya sebenarnya dan juga dirasakan
menjadi sangat merepotkan karena harus mendatangi
kantor pemerintahan tersebut.
Menurut hasil penelitian (Sosiawan, 2005), secara
ketentuan teknis masing-masing websites pemprov yang
menjadi telah mengikuti beberapa standar yang
diperlukan dalam pembangunan web sebagai media
komunikasi dan informasi berdasar ketentuan yang
dikeluarkan oleh KOMINFO. Kekurangan yang paling
menonjol dari pembangunan websites pemprov tersebut
adalah masih dalam tahapan pematangan atau masih
sampai pada fase penyediaan ruang komunikasi interaktif
saja, sementara fase ke tahapan lanjut yaitu fase
pemantapan berupa ketersedian pelayanan publik serta
pemanfaatan berupa layanan lintas instansi masih belum
menunjukkan ke arah sana. Pada pengamatan terakhir
(2007) ternyata masih menunjukkan hal yang sama dari
fenomena di atas, meskipun beberapa situs milik pemprov

140 | E t i n I n d r a y a n i
bergerak ke arah fase ke tiga. Hanya saja pergerakkannya
nampaknya masih terbata-bata dan belum optimal.
Rata-rata ketersediaan links informasi dari situs
pemprov yang diteliti cukup banyak dan lengkap namun
justru ini yang menjebak pihak pemprov untuk tidak
mengembangkan beberapa aplikasi layanan e-government
yang sesungguhnya yaitu berupa layanan layanan seperti
pembuatan KTP, e-employment, layanan hukum, perijinan
dan sebagainya.
Secara kuantitatif situs web pemkab dan pemkot
sudah cukup banyak, meskipun secara kualitas baik dalam
arti sudah sesuai dengan beberapa standar yang
diperlukan dalam pembangunan web berdasar panduan
yang dikeluarkan oleh KOMINFO. Namun kekurangannya
juga sama dengan hampir semua situs web pemprov yaitu
masih berada pada tahapan web presence atau tahapan
pematangan, meskipun beberapa diantaranya sedang
bergerak ke arah fase ke tiga. Pada jajaran lembaga tinggi
dan lembaga non depar-temen, secara faktual kuantitatif
dan kualitas maka nampak sekali perbedaannya dengan
situs web pemda. Umumnya hampir setipa lembaga non
pemerintahan telah memiliki situs web dan rata-rata
optimalisasi fasilitas di dalamnya sudah mampu
mendahului jenjang tingkatan situs pemda. Infikator
tersebut dapat dilihat dari berbagai fasilitas link dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 141
layanan yang ada pada situs lembaga yang mendekati
kesempuranaan fase ke tiga yang terdiri dari aplikasi
formulir dan sebagainya. Salah satu contoh situs lembaga
yang telah mengoptimalkan situs web nya adalah
www.ristek.go.id. Dari web ristek tersebut saat ini sudah
mampu membuat aplikasi pendaftaraan online dalam
rangka hibah maupun tawaran bantuan pembiayaan dalam
riset dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat
diketahui bahwa implementasi e-government di Indonesia
lebih banyak didominasi oleh situs milik pemprov, pemkab
dan pemkot. Namun, situs-situs yang melayani masyarakat
dalam urusan umum tersebut masih belum optimal dalam
pelaksanaannya baik kuantitas mapun kualitasnya. Artinya
ada kendala dan hambatan yang dialami oleh pihak pemda
dalam hal mewujudkan implementasi e-government yang
ideal.

Infrastruktur
Secara faktual sebagian besar kantor pemerintah
daerah sudah memiliki koneksi LAN dan sebagian kecil
yang telah memiliki koneksi WAN. Meskipun sudah
memiliki koneksi LAN di kantor pemerintah daerah, tetapi
pertukaran data melalui komunikasi data belumlah banyak
dilakukan, mengingat ketiadaan data dan informasi yang
diharapkan karena masih rendahnya konsepsi basis

142 | E t i n I n d r a y a n i
datanya. Hal ini disebabkan karena kultur
mendokumentasikan belum lazim. Bahkan arsip atau
dokumen pribadi belum terkelola dengan baik, sehingga
ini juga menjadi hambatan dalam integrasi dan pertukaran
data.
Pada sisi lain dalam hal koneksi ke internet Instansi
pemerintah di daerah secara sekilas kadang tidak
mempunyai pilihan yang terlalu banyak untuk dapat
melakukan koneksi ke Internet, mengingat di beberapa
daerah hanya tersedia sedikit provider internet sehingga
sering ditemui pemda yang hanya bergantung pada satu
provider saja tanpa ada pilihan lain. Poin di atas tentunya
memiliki keterkaitan terbatasnya tempat akses informasi.
Tempat akses informasi (khususnya internet) jumlahnya
masih terbatas bila tersedia umumnya mengelompok
hanya di sekitar lembaga perguruan tinggi berupa warnet
dan penyediaan layanan wfi (area hot spot). Selain
perguruan tinggi beberapa sekolah menengah atas telah
mulai mengembangkan fasilitas tempat akses informasi,
namun di instansi pemerintah belum atau masih sangat
terbatas. Saat ini mulai muncul embrio cyber government
seperti di provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sragen.
Sebagai gambaran, pada tahun 2004 penetrasi
internet baru mencapai 11,2 juta penduduk atau sekitar
5,17% dari total populasi Indonesia. Pada tahun 2006

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 143
dengan 1.500.000 jumlah pelanggan internet dan
18.000.000 pengguna internet dengan laju penetrasi 8,1%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa persentase penggunaan
internet di Indonesia masih rendah. Tingkat penetrasi
yang rendah ini juga merupakan suatu kendala besar
dalam implementasi e-government (Sumber:Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia/APJII,(www.apjii.or.id).
Bila diuraikan lebih dalam lagi tentunya jumlah
pengguna internet tersebut tidak semuanya adalah
pengguna langsung situs web pemda atau prosentasenya
dapat dipastikan tidak begitu besar mengingat e-
government belum memiliki brand awarness di kalangan
masyarakat. Sumber data yang berasalal dari International
Communication Union (2006) menunjukkan Indonesia
tertinggal dalam penetrasi teknologi komunikasi dan
informasi di lingkungan global, Indonesia menempati
urutan ke-50 dari 125 negara pada tahun 2006.

Hambatan implementasi e-Government di Indonesia


Hambatan penerapan e-government dapat dilihat
misalnya dari hasil pengamatan yang dilakukan
Kementrian Komunikasi yang menyimpulkan bahwa
mayoritas situs pemerintah pusat dan pemerintah daerah

144 | E t i n I n d r a y a n i
masih berada pada tingkat persiapan, apabila ditinjau dari
sejumlah aspek, diantaranya :
1. e-Leadership. Prioritas dan inisiatif negara di dalam
mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi;
2. Infrastruktur Jaringan Informasi. Kondisi infrastruktur
telekomunikasi serta akses, kualitas, lingkup dan biaya
jasa akses;
3. Pengelolaan Informasi. Kualitas dan keamanan
pengelolaan informasi;
4. Lingkungan Bisnis. Kondisi pasar, sistem perdagangan,
dan regulasi yang membentuk konteks perkembangan
bisnis teknologi informasi; dan
5. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia.
Difusi teknologi informasi di dalam kegiatan
masyarakat baik perorangan maupun organisasi, serta
sejauh mana teknologi informasi disosialisasikan kepada
masyarakat melalui proses pendidikan. Terdapat sejumlah
kelemahan pembentukan e-government di Indonesia:
1. Pelayanan yang diberikan situs. pemerintah belum
ditunjang oleh sistem manajemen dan proses kerja
yang efektif karena kesiapan peraturan, prosedur
dan keterbatasan SDM sangat membatasi penetrasi
komputerisasi ke dalam sistem pemerintah;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 145
2. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya
anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan e-
government;
3. Inisiatif merupakan upaya instansi secara sendiri-
sendiri, dengan demikian sejumlah faktor seperti
standarisasi, keamanan informasi, otentifikasi dan
berbagai aplikasi dasar yang memungkinkan
interoperabilitas antar situs secara andal, aman,
dan terpercaya kurang mendapat perhatian; dan
4. Kesenjangan kemampuan masyarakat untuk
mengakses jaringan internet.

Perkembangan e-Government di Indonesia


Perkembangan e-government yang sudah
diterapkan di Indonesia saat ini diperoleh dari hasil
pengukuran terhadap data sekunder (hasil pemeringkatan
PeGI) berupa skala kematangan implementasi e-
government. Berdasarkan hasil pemeringkatan, dipilih
data yang mempunyai kriteria baik sebagai tolak ukur
tingkat perkembangan e-government. Sebelum melakukan
mapping terhadap skala kematangan, sebelumnya
dilakukan roadmap terhadap pengukuran, pentahapan dan
tingkat kematangan e-government dengan menggunakan
nilai indikator dari penelitian sebelumnya, yaitu indikator
penilaian Waseda, UN, Brown dan PeGI.

146 | E t i n I n d r a y a n i
Pengukuran e-Government
Pengukuran e-government diukur menggunakan
parameter variabel indikator dari indikator penilaian
Waseda, UN, Brown dan PeGI. Berdasarkan parameter
yang ada, dapat dilihat pola pengukuran e-government
untuk e-government 0.0, 1.0, 2.0 dan 3.0. Hasil akhir
berupa roadmap dan gambaran perkembangan e-
government di Indonesia sudah sampai tingkat berapa.
Data sekunder (hasil pemeringkatan e-government
PeGI) akan didefinisikan ke dalam pola pengukuran e-
government, pentahapan e-government dan tingkat
kematangan e-government. Untuk data yang akan diuji
dipilih enam lembaga terbaik untuk tingkat pemerintah
pusat dan empat lembaga terbaik untuk tingkat
pemerintah daerah. Tingkat kematangan akan diukur
menggunakan skala kematangan COBIT. Hasil interpretasi
yang diperoleh merupakan hasil analisa terhadap
perkembangan e-government Indonesia saat ini. Tabel
indikator pengukuran dapat dilihat pada Tabel 8, 9, 10
dan 11.

Pentahapan e-Government
Pentahapan e-government dapat diukur
menggunakan parameter variabel indikator dari beberapa
indikator berikut yaitu indikator penilaian Waseda, UN,

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 147
Brown dan PeGI. Berdasarkan parameter yang ada, dapat
dilihat pola pentahapan e-government yang mengadopsi
pola pentahapan UN: (1) Emerging; (2) Enhanced; (3)
Interaction; (4) Transaction; dan (5) Seamless. Hasil akhir
berupa roadmap dan gambaran perkembangan e-
government di Indonesia sudah sampai tingkat berapa.
Tabel indikator pengukuran pentahapan e-government
dapat dilihat pada Tabel 12, 13, dan 14.

Tingkat Kematangan e-Government


Pengukuran tingkat kematangan e-government
dapat diukur menggunakan parameter variabel indikator
dari penilaian Waseda, UN, Brown dan PeGI. Berdasarkan
parameter yang ada, dapat dilihat pola tingkat
kematangan yang menggunakan skala kematangan COBIT
(level 0,1,2,3 atau level 4). Hasil akhir berupa roadmap
dan gambaran tingkat kematangan dari perkembangan e-
government di Indonesia. Tabel indikator pengukuran
tingkat kematangan dapat dilihat pada Tabel 15, 16, 17,
dan 18.

148 | E t i n I n d r a y a n i
Tabel 8. Hasil Pengukuran e-Government Waseda University
Indikator e-gov 0.0 e-gov 1.0 e-gov 2.0 e-gov 3.0
Kesiapan Belum ada LAN, Client WAN, peer to peer Cloud Computing
Jaringan server
Fungsi Aplikasi Belum ada Akses informasi Akses informasi Menyediakan
masih sedikit sudah interaktif akses layanan
interaktif untuk cacat
melalui
video/audio clips
Optimalisasi Belum ada Pengelolaan Folkonomi, dapat Sudah mengarah
konten melakukan proses ke konsep AI
taksonomi auto complete, (Artificial
chat, voice Inteligent)
layaknya aplikasi
desktop
Portal Nasional Belum ada Komunikasi Sudah terwujud Aplikasi online
masih bersifat komunikasi dua sudah dapat
satu arah, arah berinteraksi dan
informatif didukung oleh
layanan server
yang terintegrasi

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 149


CIO di Belum ada Peran CIO CIO sudah Full control
Pemerintah bersifat ad hoc membuat terhadap fungsi
perencanaan yang layanan, bukan
matang dalam hanya disisi IT
menyusun strategi tetapi juga sosial
ke depan dan administrasi
Promosi e- Belum ada Face to face Sistem berjejaring Memiliki
Government konvergensi yang
tinggi antara
dunia IT yang
telekomunikasi

150 | E t i n I n d r a y a n i
Tabel 9. Hasil Pengukuran e-Government United Nation
Indikator e-gov 0.0 e-gov 1.0 e-gov 2.0 e-gov 3.0
Situs web Belum ada Komunikasi satu Komunikasi dua Full layanan
arah, isi konten arah, XML online yang
HTML sudah
terintegrasi
Infrastruktur ICT Belum ada LAN, mail server, “Capacity WAN” Server, aplikasi,
web server, file pelayanan,
server Dedicated & integratif,
Secure Server, aplikasi,
pelayanan,
parsial
Human Capital Belum Budaya Budaya Budaya
terbentuk pengetahuan dan komunikai digital Pelayanan dan
kerja digital koordinasi digital

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 151


Tabel 10. Hasil Pengukuran e-Government Brown University
Indikator e-gov 0.0 e-gov 1.0 e-gov 2.0 e-gov 3.0
Information Belum ada Koneksi antar Fokus kapasitas Fokus kualitas jar.
Availability lokasi jar. Data lintas Portal lintas
Dokumentasi instansi, instansi, Layanan
digital Sekuritas dan publik online,
Kolaborasi online otoritas layanan
Situs data terkoordinasi satu
mutakhir pintu
Service Delivery Belum ada Web Portal Sms, email, CMS PDA
Public Access Belum ada Portal statis yang Layanan dua Cloud Computing
bersifat informatif arah seperti
email, web
service

152 | E t i n I n d r a y a n i
Tabel 11. Hasil Pengukuran e-Government PeGI
Indikator e-gov 0.0 e-gov 1.0 e-gov 2.0 e-gov 3.0
Kebijakan Belum Komunikasi elektronik Akuntabilitas Transparansi
ada untuk koordinasi kualitas layanan
masya-rakat, data
digital, bahan
kebijakan
Kelembagaan Belum Fungsi pengendali, Koordinator pengelola Single Digital,
ada tim adhoc manajemen WAN, tim standarisasi Front Office,
proyek, fungsi aplikasi, koordinator Service,
perencana, komite pengelola Informasi Helpdesk
Stakeholder
Infrastruktur Belum LAN WAN Cloud
ada Computing
Aplikasi Belum Internet Web Portal, Aplikasi pelayanan Aplikasi Pela-
ada Kolaborasi Elektronik publik online, sistem yanan
informasi eksekutif , Terintegrasi, e-
basis data terintegrasi referendum, e-
procurement
Perencanaan Belum Standarisasi jaringan, Arsitektur aplikasi, Arsitektur
ada kewenangan informasi standarisasi aplikasi SI Pelayanan

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 153


Tabel 12. Hasil Pentahapan e-Government Waseda University

Indikator Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5


Kesiapan Persiapan PC, Pemanfaatan Mentransformasikan Optimalisasi Infrastruktur
Jaringan koneksi in-frastruktur konsep IT dengan pemanfaatan back office
layanan web dalam kebutuhan layanan SI/TI terintegrasi
resmi yang mendukung
masih bersifat layanan
statis
Fungsi Layanan web Menyediakan Menyediakan Registrai Entitas
Aplikasi portal in-formai layanan online dua pajak, koneksi
lebih ba-nyak arah, download perizinan, yang
informasi able kartu terintegrasi
tentang identitas
kebijakan melalui
publik dan layan-an
informasi 24/7
pemerintah
Optimalisasi Kepengelolaan Kajian Grand design SITE, Tata Standarisasi

154 | E t i n I n d r a y a n i
SITEL Kondisi Standarisasi komunikasi publikasi
jaringan web yang
terintegrasi
Portal File sharing Situs web Pengarsipan digital SI dan basis Basis data
Nasional (CMS) data lokal terintegrasi
CIO di Kehadiran Peranan Pemerintah mulai Sudah ada Pemerintah
Pemerintah pemerintah pemerintah mentransformasikan full sudah
masih bersifat sudah mulai diri bukan dalam monitoring menerapkan
adhoc diperhatikan cakupan IT tetapi dan tools konsep BI
juga diluar IT pendukung untuk akses
informasi
Promosi e- Web portal Web portal Menyediakan Sudah ada Layanan
Government yang masih sudah lebih layanan transaksi proses satu pintu,
menyajikan menarik, untuk kemudahan registrasi karena
informasi yang update layanan online dan sudah
sifatnya satu informasi informasi terintegrasi
arah dan statis secara update secara
dinamis penuh

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 155


Tabel 13. Hasil Pentahapan e-Government UN

Indikator Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5


Situs web Komunikasi Enhanced SI dan basis data Sistem Aplikasi
Internet Messaging lokal, extranet informasi pelayanan
sederhana (UMS), web portal eksekutif terintegrasi
(Email) Kolaborasi
elektronik
Infrastruktur LAN Document “Capacity WAN” Arsitektur Arsitektur
ICT workflow server Dedicated & aplikasi, tata pelayanan
Secure komunikasi
Human Aturan Aturan Tata Budaya Budaya
Capital Kerjasama manajemen komunikasi, Komunikasi, pelayanan
Kemitraan proyek, tata kewenangan koordinasi digital
kelola informasi digital
operaional

156 | E t i n I n d r a y a n i
Tabel 14. Hasil Pentahapan e-Government PeGI

Indikator Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5


Kebijakan Belum Sudah Memaksimalkan Mentransforma Integritas
terencana mulai operasional sikan informasi kinerja layanan
menyusun dalam ke semua unit
visi misi pencapaian visi dan sudah ada
organisasi misi full control
Kelembagaan Belum Pemerintah Pemerintah Pemerintah Koneksi antar
terencana mulai mulai mulai pemerintah dan
merencana memantapkan mentransforma antar
kan strategi semua kinerja sikan dirinya stakeholder
pencapaian layanan dengan yang terintegrasi
layanan memperkenalk
an interaksi
dua arah
antara
masyarakat
dengan
pemerintah

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 157


Infrastruktur Belum Sudah ada pola “Capacity Koneksi
terencana interaktif WAN” infrastruktur
dengan layanan Dedicated & yang terintegrasi
yang dirancang secure
sehing-ga
layanan tran-
saksi dapat
dinik-mati oleh
masyarakat
Aplikasi Belum Ada tautan Pemerintah Menyediakan Sistem back
terencana (link) ke menyediakan layanan akses office yang
arsip layanan online, 24/7, seluruh terintegrasi, e-
informasi, sepertinya mi- transaksi participation
misal : salnya formulir dilakukan
doku-men, yang dapat secara online
formulir, diunduh untuk
laporan, pembayaran
undang- pajak dan
undang dan perpanjangan
peraturan izin
Perencanaan Belum Merencanak Memanfaatkan Optimalisasi Pemerintah

158 | E t i n I n d r a y a n i
terencana an strategi unit dan perencanaan men-
untuk infrastruktur sistem transformasikan
pemanfaata untuk dirinya menjadi
n aset mengambil entitas
kebijakan terkoneksi
dengan
perencanaan
sistem yang
terintegrasi

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 159


Tabel 15. Hasil Kematangan e-Government Waseda University
Indikator Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Kesiapan Persiapan LAN WAN “Capacity Server,
Jaringan WAN” aplikasi,
Dedicated & pelayanan,
Secure integratif
Fungsi Aplikasi Belum ada Kolaborasi Extranet web Basis data Aplikasi
elektronik portal terin-tegrasi, pelayanan
Sistem terintegrasi
Informasi
Eksekutif
Optimalisasi Belum ada Membuat Kewenangan Sistem Tingkat
perencanaan informasi administrasi efisiensi
anggaran sudah terarah anggaran,
dan sistem
monitoring administrasi
yang terintegrasi
terkontrol
Portal Nasional Belum ada Web portal Web portal Aplikasi Transparansi
masih bersifat bersifat pelayanan
statis dinamis publik

160 | E t i n I n d r a y a n i
CIO di Belum Persiapan Sudah ada Sudah ada Sudah ada
Pemerintah diterapkan menuju arah perhatian dari monitoring benchmarking
perkembangan CIO terhadap terhadap dengan negara-
organisasi arah dan semua negara lain
tujuan rencana dan
organisasi strategi
Promosi e- Belum Masih Promosi sudah Penerapan Adanya
Government dilakukan dilakukan dila-kukan metode transparansi
melalui portal secara transaki sistem yang
secara dinamis, pelayanan sudah
informatif sudah ada publik terintegrasi
komunikasi
dua arah

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 161


Tabel 16. Hasil Kematangan e-Government UN

Indikator Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4


Situs Web Persiapan Komunikasi Kolaborasi Aplikasi Aplikasi
sederhana Elektronik Pelayanan Pelayanan
(email) Publik Terintegrasi
Infrastruktur Kajian kondisi Arsitektur LAN Arsitektur Arsitektur Arsitektur
ICT Informasi Aplikasi Pelayanan
Human Capital Budaya Budaya Kerja Budaya Budaya Budaya
Pengetahuan Digital Komunikasi Koordinasi Pelayanan
Digital Digital Digital Digital

162 | E t i n I n d r a y a n i
Tabel 17. Hasil Kematangan e-Government Brown University
Indikator Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Information Koordinasi, Koneksi lokal Koneksi antar Fokus kapasitas Fokus
Availability informasi, (LAN) lokasi jaringan kualitas
pelayanan Penggunaan Dokumentasi Data lintas jaringan
email digital instansi Portal lintas
Akses Internet Kolaborasi online Sekuritas dan instansi
Situs web Situs data otoritas Layanan
(statis) mutakhir publik
online
Service tranformasi “Edukasi “Informai Digital” “Transaksi “Pelayanan
Delivery birokrasi Digital” Digital” digital”
Public Komunikasi Arsip digital Data digital Akuntabilitas Transparansi
Access elektronik sumber bahan kebijakan Kualitas
untuk informasi layanan
koordinasi masyarakat

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 163


Tabel 18. Hasil Kematangan e-Government PeGI
Indikator Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Kebijakan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
pengenalan pemanfaata kesesuaian align-ment efisiensi dalam
pegawai n TIK antara antara visi penggunaan
terhadap visi terhadap visi implementasi dan misi, sumber-sumber
misi, misi dan dengan strategi pendanaan
pemanfaatan strategi perencanaan perencanaan
IK, skala
peraturan, prioritas
dan serta
ketetapan anggaran
instansi
Kelembagaan Belum ada Tupoksi Tingkat Tingkat Tingkat
legalita sudah kesesuaian alignment integrasi dan
secara terdefinisi antara tupoksi antara efisiensi
tertulis, dengan jelas sudah tupoksi, terhadap
tupoksi masih dan sudah terwujud, legalitas struktur
bersifat dijalani kelengkapan serta organisasi,
adhoc, sesuai unit dan kelengkapan tupoksi dan
struktur dengan job aparatur sudah unit dan kelengkapan
organisasi desk, ada mulai terwujud aparatur unit dan

164 | E t i n I n d r a y a n i
belum perubahan aparatur
sepenuhnya terhadap
mendukung struktur
operasional organisasi
yang ada secara
fungsional
Infrastruktur PC LAN, file WAN Message Server Server integrasi
server, mail server, aplikasi
server dokumen lokal, server
workflow basis data
server lokal
Aplikasi Tidak ada Akses Kolaborasi Ekstranet Sistem infor-
persiapan internet, file elektronik, web portal, masi eksekutif,
sharing situs internet web SI dan aplikasi
web (CMS) portal, basidata pelayanan
pengarsipan lokal, terin-tegrasi
digital aplikasi seperti e-
pelayanan referendum, e-
publik procurement
Perencanaan Belum ada Baru Sudah ada Strategi Sudah ada
perenca-naan memulai pematangan sudah sinergi
yang matang, penyusunan terhadap diterapkan terhadap semua

e-Government: Konsep, Implementasi dan Perkembangannya di Indonesia | 165


semua masih strategi perencanaan secara strategi yang
bersifat terhadap melalui strategi optimal dan direncanakan
adhoc semua yang yang sudah ada proses
sudah ditentukan monitoring
direncanaka
n

166 | E t i n I n d r a y a n i
Pengukuran data sekunder dilakukan berdasarkan
interpretasi terhadap hasil pengukuran yang sudah
dilakukan oleh PeGI. Data yang dipilih adalah data yang
memiliki kriteria baik untuk indikator penilaian PeGI.
Penentuan lembaga berada ditingkat berapa/pada
tahapan berapa/level kematangan berapa dilakukan
berdasarkan hasil mapping yang sudah tergambar pada
hasil matrik (roadmap) disetiap pengukuran yang sudah
dipetakan sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisa dapat ditarik beberapa
kesimpulan sekaligus merupakan jawaban dari research
question tentang kajian e-government Indonesia sebagai
berikut :
1. Implementasi e-government Indonesia saat ini, Dilihat
dari sisi aplikasi layanan baik itu G2C, G2B, maupun
G2G, indonesia saat ini masih tertinggal jauh. Layanan
back office (G2B) masih belum memberikan dukungan
sepenuhnya terhadap layanan front office (G2C dan
G2B), hal itu juga disebabkan oleh kurangnya komitmen
dari para stakeholder. Penerapan TIK yang belum
merata, tingkat kemampuan sumber daya manusia yang
masih kurang handal juga tercermin pada budaya kerja,
budaya organisasi dan kepemimpinan. Kebijakan yang
sudah dikeluarkan oleh pemerintah baik itu tentang
tujuan penerapan, manfaat bahkan strategi
e-Government: Konsep, Implementasi dan
Perkembangannya di Indonesia | 167
pengembangan e-government belum sepenuhnya
dilaksanakan. Sampai saat ini layanan portal hampir
dimiliki oleh hampir semua lembaga pemerintah,
lembaga pemerintah non departemen, dan pemerintah
daerah, tetapi pemanfaatan IT dalam hal ini masih
sangat minim, administrator web hanya melakukan
update berdasarkan informasi sekunder seperti dari
surat kabar, internet dan hasil perbandingan opini
publik.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti
malaysia dan singapura, indonesia sudah jelas tertinggal.
Di dua negara tersebut, layanan yang sifatnya back office
bahkan sudah terintegrasi dengan layanan yang sifatnya
front office, seperti adanya layanan MyCad di Malaysia,
paspor online di Singapura atau bahkan layanan bea cukai
online yang sudah diterapkan di Inggris. Sedangkan
implementasi layanan e-government yang ada di indonesia
saat ini untuk lembaga pemerintah seperti layanan pajak,
download berkas, registrasi tetapi untuk pengaktifan
anggota sudah online. Atau sistem layanan e-procurement
yang tersedia pada portal pemerintah daerah Surabaya,
tetapi sistem layanan tersebut sudah hampir sepenuhnya
memenuhi kebutuhan pihak swasta.
2. Perkembangan e-government Indonesia saat ini,
Berdasakan hasil mapping pengukuran tingkat

168 | E t i n I n d r a y a n i
perkembangan e-government, baik menggunakan
indikator waseda, UN, Brown dan PeGI, posisi e-
government indonesia masih berada pada tahap
pematangan dengan tingkat kematangan berada pada
level 2 menuju level 3. Nilai ini diperoleh dari
beberapa sudut pandang hasil pemetaan roadmap.
Hampir disemua lembaga pemerintah sudah memiliki
portal bahkan sampai ke tingkat transaction, tetapi
optimalisasi masih dirasa kurang, hal ini disebabkan
karena kurangnya anggaran terhadap persiapan
lapangan baik itu infrastruktur, penerapan TIK maupun
sumber daya manusia. Letak geografis dan perbedaan
tingkat ekomoni juga memicu terjadinya kesenjangan
digital di lingkungan masyarakatnya.
Pengukuran tingkat kematangan berdasarkan
indikator penilaian PeGI bila dibandingkan dengan
indikator penilaian dari waseda, UN, dan Brown hampir
memiliki persamaan seperti penilaian kebijakan dan
kelembagaan hampir memiliki peran sama dengan
penilaian CIO di Pemerintah pada indikator Waseda atau
human capital pada indikator UN. Penilaian aplikasi,
infrastruktur juga memiliki kesamaan dengan indikator
kesiapan jaringan, promosi e-government dan portal
nasional pada waseda, atau situs web dan infrastruktur

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 169
TIK pada indikator UN, information availability dan public
access pada indikator Brown.

170 | E t i n I n d r a y a n i
Pedoman Sukses
Implementasi Proyek
e-Government
Pemerintahan di seluruh dunia pada saat ini
menghadapi "tekanan" dari berbagai pihak
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian
informasi bagi masyarakat serta dituntut untuk lebih
efektif. Hal tersebut menyebabkan e-government atau
pemerintahan berbasis elektronik semakin berperan
penting bagi semua pengambil keputusan. Pemerintah
tradisional (traditional government) yang identik dengan
paper based administration mulai ditinggalkan.
Kunci sukses implementasi e-government tidak
terlepas dari bagaimana mengatasi sejumlah hambatan
yang dihadapi. Hambatan penerapan e-government dapat
dilihat misalnya dari hasil pengamatan yang dilakukan
Kementrian Komunikasi yang menyimpulkan bahwa
mayoritas situs pemerintah pusat dan pemerintah daerah
masih berada pada tingkat persiapan, apabila ditinjau dari
sejumlah aspek, diantaranya:

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 171
1. e-Leadership. Prioritas dan inisiatif negara di dalam
mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi;
2. Infrastruktur Jaringan Informasi. Kondisi infrastruktur
telekomunikasi serta akses, kualitas, lingkup dan biaya
jasa akses;
3. Pengelolaan Informasi. Kualitas dan keamanan
pengelolaan informasi;
4. Lingkungan Bisnis. Kondisi pasar, sistem perdagangan,
dan regulasi yang membentuk konteks perkembangan
bisnis teknologi informasi ; dan
5. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia. Difusi teknologi
informasi di dalam kegiatan masyarakat baik
perorangan maupun organisasi, serta sejauh mana
teknologi informasi disosialisasikan kepada masyarakat
melalui proses pendidikan.
Terdapat sejumlah kelemahan pembentukan e-
government di Indonesia :
1. Pelayanan yang diberikan situs pemerintah belum
ditunjang oleh sistem manajemen dan proses kerja yang
efektif karena kesiapan peraturan, prosedur dan
keterbatasan SDM sangat membatasi penetrasi
komputerisasi ke dalam sistem pemerintah;

172 | E t i n I n d r a y a n i
2. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya
anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan e-
government;
3. Inisiatif merupakan upaya instansi secara sendiri-sendiri,
dengan demikian sejumlah faktor seperti standarisasi,
keamanan informasi, otentifikasi dan berbagai aplikasi
dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar situs
secara andal, aman, dan terpercaya kurang mendapat
perhatian; dan
4. Kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses
jaringan internet.

Elemen Sukses Implementasi Proyek e-Government


Mempelajari hal-hal teknis lainnya terutama yang
berhubungan dengan teknologi informasi dan internet
yang menjadi tulang punggung aplikasi pada proyek e-
Government; dan lain sebagainya. Berikut merupakan
pedoman keberhasilan pelaksanaan proyek e-government
(Subhash Bhatnagar, 2009) yaitu :
1. Siklus Hidup dari Proyek E-Government
Proyek e-government, seperti aplikasi Teknologi
Informasi lainnya memiliki siklus hidup dari
konseptualisasi terhadap titik di mana ia digantikan oleh
sistem baru. Menurut Subhash Bhatnagar, (2009) Siklus
hidup proyek e-government dapat digambarkan sebagai

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 173
terdiri dari enam fase sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 7.1 yaitu :

Gambar 8. Siklus Hidup Proyek e-Government


Sumber : Subhash Bhatnagar, (2009).

Tiga tahap yang pertama merupakan tahap


'pembangunan' dari aplikasi dan tiga tahap terakhir
mendefinisikan 'implementasi'nya. Ada sejumlah besar
pemangku kepentingan yang aktif berkontribusi pada
pelaksanaan tugas yang berbeda selama siklus hidup
proyek atau pada gilirannya dipengaruhi oleh aplikasi:
 Konseptualisasi Proyek merupakan fase proyek
konseptualisasi mendefinisikan visi keseluruhan, misi
dan tujuan proyek, hasil yang akan dicapai dan ruang
lingkup dan skala proyek. Tujuannya didefinisikan
dalam konteks agenda politik dan pemerintahan secara
keseluruhan pemerintah. Hasil didefinisikan sebagai

174 | E t i n I n d r a y a n i
manfaat terukur untuk disampaikan kepada pemangku
kepentingan yang berbeda;
 Analisis dan Desain: Fase konseptualisasi menentukan
hasil yang akan dicapai oleh aplikasi yang diusulkan,
mengakui kebutuhan untuk mereformasi proses saat ini
tetapi tidak rinci proses baru ke tingkat yang solusi TIK
yang dapat dikembangkan. Jadi, salah satu tugas dalam
analisis adalah untuk mendokumentasikan proses yang
ada, menganalisis mereka untuk memahami reformasi
proses yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang
diusulkan. Dalam mekanisme pemberian layanan yang
ada, tidak berlebihan jika menambahkan proses
mungkin dilakukan. Proses bisnis harus ditinjau dan
dirasionalisasi atau dihilangkan. Beberapa proses baru
mungkin harus ditambahkan untuk memastikan bahwa
hasil yang diinginkan tercapai. Latihan menambah dan
menghapus proses disebut sebagai rekayasa ulang dan
merupakan bagian yang sangat penting dari tahap
analisis dan desain. Cara baru memberikan layanan
juga perlu didokumentasikan dalam bentuk solusi TIK
yang dapat dirancang dan dikembangkan. Diagram
aliran data adalah salah satu cara untuk
mendokumentasikan menjadi proses bisnis;
 Konstruksi adalah fase pembangunan yang sebenarnya
dari aplikasi perangkat lunak, aplikasi yang baik dapat

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 175
dibangun sendiri atau outsourcing. Ada masalah,
apakah akan menggunakan perangkat lunak berlisensi
atau Open Source/Free Software. Juga, standar yang
harus diikuti dalam proses pembangunan juga perlu
ditentukan. Open Source Software adalah perangkat
lunak di mana kode sumber tersedia; perangkat lunak
dapat bebas didistribusikan (ke lokasi yang berbeda),
dapat digunakan tanpa pembatasan tetapi integritas
software penulis harus dilindungi. Software gratis, di
sisi lain, dapat dimodifikasi, diperbaiki, digunakan
dengan cara apapun dan didistribusikan. Standar
spesifikasi teknologi yang dikembangkan bersama-
sama, diikuti universal dan mengatasi kebutuhan umum
dan tujuan. Dengan desain, produk dan jasa yang
mengikuti standar terbuka yang tersedia dari banyak
vendor. Untuk pengguna, ini berarti harga yang lebih
rendah karena persaingan, kemerdekaan dari vendor,
fleksibilitas dalam mengubah vendor, pencampuran
produk dari vendor yang berbeda dan pengoperasian.
Kebanyakan administrator tidak akan dilengkapi dengan
pengetahuan teknis yang memadai untuk membuat
keputusan seperti itu. Saran ahli harus dicari dari mana
pun yang tersedia;
 Piloting dan Rollout: Implementasi percontohan di
lokasi yang dipilih beberapa dapat memberikan umpan

176 | E t i n I n d r a y a n i
balik yang sangat berguna untuk peluncuran skala yang
lebih luas. Ini memberikan kesempatan untuk menguji
coba secara menyeluruh dari aplikasi. Potensi masalah
yang berada di luar kendali dari tim proyek dapat
muncul sehingga memungkinkan manajer proyek untuk
menjadi lebih siap untuk menangani masalah dalam
peluncuran skala yang lebih luas. Masalah karena ruang
lingkup, model pengiriman dan desain dapat diperbaiki.
Sebuah perkiraan yang realistis dari upaya yang
diperlukan untuk menerapkan dan mendukung
peluncuran skala penuh dapat dibuat. Lokasi
percontohan perlu menutupi geografi yang berbeda
untuk menangkap variabilitas dalam kondisi yang
kemudian dapat menimbulkan berbagai masalah. Salah
satu keputusan dalam pelaksanaan skala penuh adalah
pentahapan dari peluncuran tersebut. Ini adalah
keputusan taktis berdasarkan sumber daya yang
tersedia di perintah dari pemimpin proyek. Salah satu
isu keputusan dalam pelaksanaan adalah bagaimana
proses perubahan dari yang lama ke sistem baru harus
dikelola. Banyak jalan yang berbeda dapat diikuti
dalam perubahan atas; dan
 Evaluasi dan Penyempurnaan: Latihan evaluasi dapat
berguna pada berbagai tahap dalam siklus hidup
proyek. Analisis ekonomi biasanya dilakukan awalnya

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 177
sementara mempersiapkan hal lain berdasarkan
perkiraan pada tahap proyek konseptualisasi. Analisis
ini berguna dalam memutuskan apakah proyek tersebut
harus diambil untuk desain rinci lebih lanjut dan
implementasi. Setelah proyek sepenuhnya dirancang,
perkiraan biaya dan perbaikan harus dihitung ulang.
Keputusan desain ulang dari proyek untuk
meningkatkan nilai atau lebih rendah investasi dan
biaya operasi dapat diambil jika biaya dihitung ulang
dan manfaat secara signifikan berbeda dari perkiraan
awal. Proyek ini juga bisa turun pada tahap ini jika
desain ulang seperti itu tidak mungkin. Dampak dari
proyek perlu dinilai setelah implementasi dan gunakan
untuk menentukan apakah manfaat diperkirakan.
Banyak aplikasi yang sukses menunjukkan bahwa
penting untuk mengidentifikasi manfaat terukur. Audit
pelaksanaan pasca manfaat diukur, terutama umpan
balik dari klien, memungkinkan untuk perbaikan yang
menambah nilai dan memperluas pengguna. Untuk
memastikan bahwa proyek telah dievaluasi dengan
audit yang memadai, independen dan evaluasi telah
dilakukan sebagai praktek terbaik. Seringkali metode
yang sistematis tidak digunakan untuk secara akurat
mengukur keberhasilan atau kegagalan proyek e-
government. Sukses sering dinilai atas dasar laporan

178 | E t i n I n d r a y a n i
media, pengakuan oleh badan-badan internasional dan
penilaian yang diberikan oleh pelaksana proyek. Dalam
semua kasus ini, klien yang seharusnya mendapatkan
keuntungan dari proyek-proyek ini menyediakan umpan
balik. Jika umpan balik dicatat, biasanya anekdot dan
tidak berdasarkan survei yang sistematis. Adalah
penting bahwa proyek-proyek e-government memiliki
komponen built-in penilaian berkala oleh lembaga
independen.

Konseptualisasi Definisi dan Ruang Lingkup Proyek


e-Government
Salah satu faktor utama yang perlu dilakukan
adalah membuat definisi yang tepat dari ruang lingkup
proyek. Lingkup, akan menentukan manfaat dan nilai yang
pengguna peroleh dari pelaksanaan, investasi dan biaya
operasional yang mungkin terjadi dan tingkat risiko untuk
melaksanakan proyek tersebut. Mengingat sifat serbaguna
teknologi informasi, seringkali ada kecenderungan untuk
menjadi sangat komprehensif dan ambisius dalam
menentukan ruang lingkup. Membuat ruang lingkup proyek
yang sangat ambisius dari awal meningkatkan risiko
kegagalan dalam implementasi. Seringkali, sebuah proyek
dengan lingkup besar melibatkan jumlah yang sangat

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 179
besar pemangku kepentingan. Mengelola perubahan
berskala besar tersebut terbukti sulit.

Proses Reengineering
Banyak aplikasi e-government dilaksanakan dalam
kerangka waktu yang cepat yang tidak memungkinkan
rekayasa ulang proses. Ketika sistem online diterapkan,
sulit untuk membuat perubahan selanjutnya. Oleh karena
itu, adalah praktik yang baik untuk membatasi ruang
lingkup aplikasi (layanan tertutup) mengandung upaya
untuk tingkat yang direncanakan sementara penekanan
utama pada kedalaman rekayasa ulang yang perlu
dilakukan.
Rekayasa ulang proses administrasi dan
reorganisasi kepemilikan informasi adalah langkah yang
paling penting untuk menerapkan aplikasi e-government.
Banyak tugas manajer proyek e-government dialokasikan
dengan persentase waktu yang besar yang dihabiskan
dalam manajemen perubahan dan proses reengineering.
Rekayasa ulang proses mensyaratkan bahwa
lembaga menerapkan reformasi substantif dalam struktur
organisasi, melakukan perubahan budaya dan pola pikir,
pelatihan dan meningkatkan keterampilan orang dan
menempatkan infrastruktur TIK pendukung yang tepat
untuk memungkinkan proses online yang tepat waktu dan

180 | E t i n I n d r a y a n i
efisien untuk pengguna dan lembaga pemerintah.
Sementara tugas-tugas ini tidak perlu terjadi secara
bersamaan, mereka harus di tempatkan sebelum aplikasi
e-government yang ditawarkan kepada masyarakat
sehingga dampak langsung dan nilai dapat diperoleh.
Tugas rekayasa ulang dimulai dengan pemetaan
metode dan prosedur yang ada. Seringkali, berbagai
cabang departemen yang sama tidak menggunakan
prosedur yang sama seperti konteks dan kondisi lokal
menghasilkan variasi yang diperkenalkan dari waktu ke
waktu. Prosedur yang ada perlu disederhanakan dengan
cara yang secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam
beberapa langkah tanpa mengorbankan pada tujuan dasar.
Seringkali, tugas tersebut dilakukan secara mekanik
karena, dengan waktu, tujuan melaksanakan tugas-tugas
ini telah hilang atau dilupakan. Instansi pemerintah harus
mengevaluasi setiap langkah dalam siklus pengolahan
untuk memastikan apakah itu menambah nilai apapun.
Jika suatu proses tidak melayani tujuan yang sah, itu
harus dihilangkan. Seluruh proses ini penyederhanaan
dokumen dan alur kerja, poin persetujuan dan audit
disebut sebagai rekayasa ulang. Rekayasa ulang seperti ini
harus didahului dengan latihan yang terotomatisasi.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 181
Merancang Pelayanan dan Aplikasi yang Berfokus pada
Masyarakat dan Bagaimana Pelayanannya
Ada sejumlah tugas seperti memperoleh informasi
tentang mengatur peraturan dan prosedur pemerintah,
mengajukan izin dan lisensi dan memperoleh dokumen
hukum yang berasal dari masyarakat melalui interaksi
dengan pemerintah. Pada cara tradisional untuk sebagian
besar tugas-tugas ini, masyarakat harus berulangkali
melakukan perjalanan ke pusat pelayanan. Jika ada
informasi yang bisa diakses melalui telpon, itupun
ketersediaannya terbatas.
Pusat pelayanan terpadu berbasis elektronik yang
digagas untuk ditawarkan kepada masyarakat dan
keberadaan website sebagai saluran baru untuk
memberikan informasi dan layanan tersebut. Ketika
saluran alternatif yang tersedia, penyerapan yang baru,
seperti web portal, lambat. Upaya yang signifikan dan
sumber daya perlu dihabiskan untuk membuat warga sadar
akan keuntungan saluran internet yang dapat menawarkan
alternatif yang lebih baik daripada cara yang tradisional.
Hal ini terutama berlaku dalam proyek-proyek yang
melayani penduduk pedesaan. Jumlah titik akses harus
cukup untuk menjadi mudah dijangkau dan warga juga
perlu dilatih untuk menavigasi melalui portal pelayanan.
Antarmuka dengan bahasa daerah juga perlu dibangun.

182 | E t i n I n d r a y a n i
Negara-negara dengan populasi buta huruf yang signifikan
harus membuat jalur akses di mana bantuan untuk
mempermudah akses diberikan. Perantara seperti
relawan, pemilik kios dan karyawan dibayar sering
memainkan peran positif dalam pemanfaatan aplikasi di
mana informasi disebarkan ke pedesaan/dengan tingkat
populasi buta huruf cukup tinggi
Desain website yang menarik sangat penting. Ini
harus sederhana untuk mencari informasi dan informasi
tersebut harus lengkap. Warga atau masyarakat tidak
harus menindaklanjuti akses website dengan kunjungan
atau panggilan. Jika beberapa badan/kantor memiliki
website, harus ada 'tampilan dan nuansa' umum, yang
meminimalkan belajar pada bagian dari warga negara.
Informasi yang disampaikan kepada warga melalui mediae
(website, telepon, mengunjungi kantor atau sebagai
dokumen kertas) harus konsisten. Seringkali, prosedur
yang dimodifikasi, tetapi perubahan tersebut tidak
tercermin dalam setiap saluran yang warga negara dapat
mengakses.
Untuk membuat sebuah situs web yang berguna,
sangat penting bahwa waktu yang diinvestasikan dalam
membangun konten yang sesuai. Merancang situs web
adalah tugas yang menuntut perhatian dan konsentrasi
tinggi dan harus dilakukan oleh para profesional. Banyak

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 183
portal yang sukses terlihat berfokus kepada masyarakat
karena mereka mengikuti struktur navigasi yang erat
meniru siklus hidup warga negara (lihat SINGOV). Ini perlu
mempertimbangkan kualitas Internet dan infrastructure
tersedia di dalam negeri sehingga waktu download cepat
dan dapat disimpan dalam batas yang dapat diterima.
Standar harus ditetapkan untuk 'tampilan dan nuansa',
definisi data, struktur database, ketentuan keamanan dan
struktur organisasi untuk menjaga integritas data.
Ketika transaksi dilakukan melalui Internet,
keamanan menjadi masalah besar. Keamanan data dalam
hal privasi dan kerahasiaan, pencegahan penipuan
transaksi, kemampuan untuk mencegah hacker dari
memperlambat atau mematikan aplikasi dan mengotori
situs dan melindungi terhadap bencana alam yang penting
dalam desain solusi e-government. Kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip arsitektur membuatnya mudah untuk
menempatkan solusi keamanan yang berbeda; bahkan saat
menerapkan aplikasi terintegrasi yang mencakup seluruh
instansi, berbagai jenis platform hardware/software dan
diakses melalui internet. Ancaman keamanan mungkin
timbul dari karyawan internal maupun eksternal yang
pengguna menggunakan aplikasi untuk tujuan yang tidak
sah. Keamanan dari suatu sistem adalah sebagai baik
sebagai link terlemah dalam seluruh sistem. Sistem ini

184 | E t i n I n d r a y a n i
terdiri dari komponen-komponen teknologi, orang,
peraturan dan prosedur akses ke bangunan fisik dan
peraturan dan prosedur yang mengatur akses elektronik.
Kemampuan untuk melacak tindakan pengguna internal
merupakan elemen penting dari sebuah sistem yang aman.

Berkomunikasi dengan Pengguna


Komunikasi dengan pengguna adalah penting pada
beberapa tahap siklus hidup proyek tetapi, lebih khusus,
dalam konteks merancang mekanisme pengiriman warga
negara sentris dibahas pada bagian sebelumnya.
Kebutuhan pengguna harus dinilai dalam mengidentifikasi
layanan yang akan diambil untuk e-pengiriman dan
parameter di mana pengguna mencari perbaikan dalam
penyampaian layanan. Atribut sistem pelayanan yang
dianggap penting oleh pengguna dapat bervariasi dengan
jenis layanan, lokasi pengguna dan profil pengguna.
Sebuah studi dari empat puluh proyek melaporkan
bahwa ketika pengguna diminta untuk memilih tiga atribut
yang paling penting dari daftar dua puluh atribut dari
sistem pelayanan, ada banyak perbedaan di layanan dan
di lokasi. Atribut yang paling penting dalam semua
layanan dan lokasi adalah daya tahan dan keterbacaan
sertifikat/dokumen yang dikeluarkan oleh badan pada
akhir layanan (Pusat Pemerintahan Elektronik, 2008).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 185
Biaya dianggap penting hanya dalam salah satu dari tiga
layanan. Korupsi dipandang penting dalam dua layanan
tapi tidak di ketiga meskipun kejadian korupsi adalah yang
tertinggi dalam layanan ini. Pelajarannya adalah untuk
merancang sistem baru melalui pengguna partisipasi.
Umpan balik tersebut dapat diperoleh melalui
survei terstruktur atau melalui diskusi kelompok terfokus.
Bahkan, sebuah survei untuk patokan sistem pengiriman
yang ada adalah praktik yang baik karena akan membantu
untuk tajam menentukan perbaikan yang dapat
ditargetkan. Dalam penilaian dampak pasca-pelaksanaan,
studi benchmark akan membuatnya lebih mudah untuk
mengukur dampak. Penggunaan build-up dari e-service
akan lebih bertahap dari yang diharapkan ketika mode
alternatif pelayanan yang tersedia.
Saluran e-government dengan cepat disediakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk membuat
massa pengguna kritis, sejumlah projek e-government
menggabungkan kegiatan yang meningkatkan kesadaran di
antara pengguna yang ditargetkan. Ini termasuk pelatihan
penyedia layanan dan pengguna potensial, publikasi dan
kampanye media sebelum, selama dan setelah fase
pelaksanaan proyek.

186 | E t i n I n d r a y a n i
Mencari Kemitraan
Ada banyak tugas dalam pengembangan aplikasi
yang dapat dan perlu outsourcing. Seringkali, kapasitas
teknis dalam sistem pemerintahan tidak memadai untuk
menangani proyek desain/pengembangan besar. Penilaian
yang jujur perlu dibuat dari kapasitas untuk membangun
in-house proyek. Penggunaan in-house konstruksi tidak
melawan tren saat outsourcing. Kadang-kadang, masalah
ini tidak material untuk tahap konstruksi sebagai semua
tahapan proses pembangunan yang baik outsourcing atau
dilakukan oleh mitra swasta. Banyak pemerintah memiliki
organisasi captive yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan solusi TIK dalam instansi pemerintah.
Seringkali, personel yang dipekerjakan oleh organisasi
tersebut belum mampu menjaga diri mereka up-to-date
dengan metode modern pengembangan aplikasi. Gaji
pemerintah struktur yang jauh lebih rendah dari sektor
swasta mendorong migrasi bakat ke sektor swasta. Pilihan
tidak harus didasarkan pada biaya membangun solusi.
Biaya langsung outsourcing tinggi karena banyak biaya ini
secara eksplisit. Bagi banyak organisasi captive biaya
tersembunyi. Biaya tidak dapat menjadi pertimbangan
utama jika ada risiko yang disempurnakan miskin desain
atau kegagalan implementasi.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 187
Pentahapan Implementasi
Proyek percontohan telah memungkinkan
pemerintah untuk bereksperimen dan menyesuaikan
produk mereka agar sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pendekatan paling aman untuk mengadopsi teknologi baru
dengan kurva belajar yang curam adalah untuk mengambil
langkah-langkah kecil dengan kegiatan yang dikelola
dalam kerangka waktu yang relatif singkat. Hal ini
memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar untuk
menyesuaikan sistem dan merumuskan strategi jangka
panjang berdasarkan pengalaman sebenarnya dari
organisasi dan umpan balik dari klien.
Jika mampu menunjukkan keberhasilan cepat,
proyek percontohan memungkinkan untuk buy-in dari
kelompok-kelompok yang awalnya tahan. Bhoomi (lihat
Kasus 9.1) menggambarkan keuntungan menggunakan
pendekatan bertahap dalam mendefinisikan lingkup
proyek.

Kapasitas untuk Mengelola Perubahan


Banyak proyek e-government menghadapi
perlawanan yang cukup besar dari staf internal. Pegawai
negeri melihat e-government proyek sebagai ancaman
terhadap pekerjaan mereka. E-pemerintah mengubah
beban kerja, profil pekerjaan dan konten pekerjaan. Ini

188 | E t i n I n d r a y a n i
memaksa kebutuhan untuk retooling dan pelatihan. Ini
sering menimbulkan redundansi karyawan. Pegawai
negeri. Menghindari menciptakan kembali pengolahan
online roda impor/ekspor di departemen bea cukai adalah
contoh yang sangat baik dari manfaat dari penggunaan
perangkat lunak standar. ASYCUDA, dirancang oleh
Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan
(UNCTAD), telah digunakan di hampir 60 negara untuk
komputerisasi pengolahan ekspor/impor di bandara dan
pelabuhan laut. Waktu pelaksanaan telah dipersingkat dan
telah mudah untuk mengimplementasikan sistem di
negara-negara seperti Yaman yang tidak memiliki
kapasitas lokal dalam mengembangkan perangkat lunak.
Agaknya, ASYCUDA telah dirancang setelah mempelajari
praktek-praktek terbaik di berbagai negara. Menawarkan
template ready made untuk proses reengineering untuk
meningkatkan efisiensi, mengurangi waktu pemrosesan
dan membuat penilaian diri dan audit yang selektif.
Kontak fisik antara inspektur pabean dan agen
penanganan kargo telah eliminated. Alat-alat ini memiliki
signifikan dampak dalam mengurangi korupsi dalam
transaksi kepabeanan. Otomatisasi proses sebagai
hilangnya kekuasaan dan tanggung jawab. Ketika
informasi ini diterbitkan dan mudah diakses, mereka
melihat ini sebagai hilangnya kontrol.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 189
Peran mereka sebagai perantara antara warga
negara dan pemerintah diminimalkan. e-pemerintah
mempengaruhi pegawai negeri dalam beberapa cara. Ini
mengubah akuntabilitas, mengurangi kebijaksanaan dan
fleksibilitas dan membuat kinerja monitorable dan
terlihat. Seringkali, pasukan e-government berbagi
informasi dan menyediakan akses yang lebih mudah dan
sama dengan pengetahuan organisasi kepada seluruh
karyawan. Bahkan warga menjadi jamban untuk beberapa
bagian dari informasi. Hal ini cenderung untuk meratakan
hirarki (mengubah kekuatan dan wewenang yang diberikan
pada tingkat yang berbeda). Kelompok yang berbeda
dalam pelayanan sipil mungkin akan terpengaruh secara
berbeda. Beberapa efek dapat meningkatkan ketahanan
terhadap perubahan, sedangkan yang lain dapat
mempercepat penerimaan perubahan. Pengenalan
paperless sebuah lingkungan di SmartGov (lihat Kasus 1)
mengilustrasikan banyak dari efek ini.

Kepemimpinan internal yang kuat dan Manajemen


Proyek
Kepemimpinan yang kuat telah dikutip sebagai
faktor yang menentukan untuk sukses dalam semua kasus.
Kepemimpinan tingkat tinggi dan dukungan dari tingkat
atas memerintah dengan pemerintah telah memfasilitasi

190 | E t i n I n d r a y a n i
buy-in dari departemen pemerintah lainnya.
Kepemimpinan yang kuat juga menciptakan motivasi dari
instansi lain untuk bergabung dalam proses.
Kepemimpinan juga penting karena membantu 'menjual'
proyek ke khalayak internal yang lebih besar dan
masyarakat. Selain kepemimpinan, banyak pemerintah
menghadapi kekurangan sumber daya manusia yang
memadai untuk melaksanakan dan mengelola proyek yang
terkait dengan e-government.
Keterampilan manajemen proyek yang kuat
diperlukan dalam departemen. Manajer proyek harus
mengidentifikasi secara jelas tujuan dan manfaat secara
konkret. Tugas ini sering luas dan tidak dikelola dalam
sumber daya yang tersedia secara internal untuk sebuah
departemen pemerintah. Banyak tugas-tugas seperti
desain, pengembangan perangkat lunak, persiapan data
dan pelatihan dapat dengan mudah outsourcing. Analisis
sistem, yang menyediakan isyarat yang diperlukan untuk
reengineering, harus dilakukan secara internal. Biaya
pelatihan tidak harus diminimalkan. Proyek sukses
biasanya menghabiskan sekitar 10 persen dari anggaran
pada pelatihan. Kesadaran tentang manfaat dari e-
pemerintah telah akan dibuat di PNS senior dan eksekutif
politik. Latihan diperlukan untuk pemimpin proyek yang
perlu mendefinisikan deliverable proyek, menangani

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 191
(bernegosiasi) dengan konsultan dan vendor dan
mengelola proses pengembangan outsourcing. Staf
administrasi perlu dilatih pada aplikasi tertentu.
Supervisor dan manajer perlu dilatih menggunakan
informasi. Warga harus dibuat sadar layanan online dan
cara bertransaksi bisnis pada portal web. Komputerisasi
sukses dari catatan tanah di Karnataka (lihat Kasus 9.1)
dan pendaftaran properti di Andhra Pradesh (lihat Kasus
9.2) menggambarkan peran kepemimpinan dan pentingnya
pelatihan.

Faktor Risiko dalam Melaksanakan Proyek e-


Government
Insiden pelaksanaan gagal tinggi dalam proyek-
proyek e-government (Heeks 2003a). Sebuah proyek yang
gagal adalah satu di mana pengiriman e-layanan tidak
melepas atau ditinggalkan di tengah jalan karena desain
rusak. Proyek juga mungkin mulai goyah setelah
keberhasilan awal. Evaluasi dua proyek e-government
yang dianggap successful kemudian menunjukkan bahwa
proyek dapat disebut sebagai proyek gagal (IIMA 2002a).
Analisis proyek gagal menunjukkan sejumlah faktor risiko
yang dapat mempengaruhi keberlanjutan jangka panjang
dari proyek e-government.

192 | E t i n I n d r a y a n i
Seringkali, perubahan menteri mengakibatkan
situasi di mana menteri baru tidak mendukung ide-ide dan
inovasi dilaksanakan oleh cessor prede. Sebuah risiko yang
sama timbul karena perubahan sering di administrasi yang
active kepemimpinan ketika fungsionaris kunci ditransfer.
Pemrakarsa proyek perlu memastikan bahwa fungsionaris
administratif kunci akan memiliki kepemilikan pula
dipastikan panjang add untuk melihat melalui
implementasi. Proyek yang memakan waktu yang sangat
lama untuk melaksanakan beresiko karena perubahan yang
cepat dalam teknologi, dan fakta bahwa realisasi manfaat
datang lama setelah sakit menerapkan aplikasi. Hal ini
cenderung meningkatkan resistensi. Di sisi lain,
implementasi, yang bergegas melalui karena tekanan
politik untuk menunjukkan hasil yang cepat atau karena
ketidakpastian yang diciptakan oleh tenor pendek
administrator, membawa menetapkan sendiri risiko.
Seringkali, sudut perlu dipotong dan elemen kunci dari
aplikasi

Elemen Sukses Pengembangan e-Government (Menurut


Hasil Kajian dan Riset dari University of Maryland)
University of Maryland mengadakan riset khusus di
bidang e-government untuk mencari tahu elemen-elemen

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 193
apa saja yang menjadi kunci keberhasilan dari berbagai
proyek e-government yang sukses (best practices). Tim
yang dipimpin oleh Profesor David Darcy ini bertujuan
untuk mengkompilasi atau menghasilkan sebuah
“implementation manual” yang akan menjadi panduan
mereka yang diberikan tugas memimpin dan
menyelenggarakan proyek e-government agar dijamin
keberhasilannya.
Untuk keperluan tersebut, beberapa inisiatif e-
government dari yang berhasil dengan sukses sampai yang
gagal dipelajari secara sungguh-sungguh untuk mencari
elemen keberhasilan yang dimaksud. Berdasarkan studi
ini, dirumuskan ada 8 (delapan) elemen sukses didalam
melakukan manajemen proyek e-government.

Gambar 9. Elemen yang Memepengaruhi Keberhasilan


Proyek e-Government (Sumber: University
of Maryland).

194 | E t i n I n d r a y a n i
Lingkungan Politik (Political Environment)
Elemen yang dimaksud adalah keadaan atau
suasana politik di mana proyek yang bersangkutan berada
atau dilaksanakan. Berdasarkan hasil kajian, ada dua tipe
proyek sehubungan dengan hal ini. Pertama adalah “Top
Down Projects” (TDP) dimana eksistensi sebuah proyek
ditentukan oleh adanya inisiatif dari lingkungan eksekutif
(misalnya presiden atau perdana menteri) sebagai otoritas
tertinggi pemerintahan, atau disponsori oleh kalangan
legislatif (lembaga perwakilan rakyat) sebagai pemberi
mandat. Kedua adalah “Bottom Up Projects” (BUP) yang
dilaksanakan karena adanya ide atau inisiatif dari kepala
unit atau karyawan (birokrat) yang berada di salah satu
lembaga pemerintahan atau departemen.
Terhadap TDP, hasil kajian memperlihatkan bahwa
ada dua aspek penting yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah agar proyek e-government dapat berhasil
dengan baik. Pertama adalah melakukan kampanye
(marketing) terhadap keinginan membangun e-
government kepada seluruh anggota masyarakat dengan
pertimbangan untuk menciptakan sebuah pemerintahan
yang efisien. Dan aspek kedua adalah meletakkan proyek
ini sebagai salah satu prioritas tertinggi dalam
penyelenggaraan pembangunan negara. Jika dua hal ini
dilakukan dengan baik, maka dijamin bahwa pemerintah

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 195
pusat maupun pemerintah daerah akan secara serempak
dan bahu membahu berusaha melaksanakan sejumlah
proyek e-government dengan baik dan efektif.
Terhadap BUP, ada tiga aspek penting yang harus
diperhatikan demi keberhasilan sebuah proyek. Pertama
adalah bahwa ukuran atau skala proyek yang ada lebih
baik kecil, sehingga mudah mendapatkan sponsor dari
kalangan internal dimana kepala unit atau karyawan
tersebut berada (karena dinilai tidak membutuhkan
berbagai sumber daya yang besar yang dapat menyerap
energi dari lembaga atau insititusi pemerintahan terkait).
Kedua adalah bahwa produk atau jasa yang diinginkan
haruslah jelas, sehingga mereka yang terlibat tahu persis
hasil apa yang diinginkan sebagai keluaran proyek e-
government yang bersangkutan. Ketiga adalah adanya
manfaat yang segera didapatkan secara signifikan oleh
para pengguna (end users) dari proyek e-government yang
dilaksanakan.
Apakah proyek e-government terkait bertipe TDP
atau BUP, suasana politik yang terjadi akibat karakteristik
dari jenis proyek tersebut sangatlah mempengaruhi
lingkungan pelaksanaan proyek yang ada. Pada
kenyataannya suasana politik yang terbentuk pada TDP
jauh lebih mendukung dan kondusif untuk melaksanakan
proyek dibandingkan dengan BUP, terutama yang

196 | E t i n I n d r a y a n i
berkaitan dengan: dukungan, alokasi anggaran, dan
rintangan yang dihadapi.
Namun hal ini bukan berarti tertutupnya
kemungkingan berhasil bagi proyek berjenis BUP karena
dalam prakteknya banyak sekali proyek BUP yang berhasil
karena adanya faktor pemberi inisiatif dan manajer
proyek yang pandai dalam melakukan lobi dan negosiasi
dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Kepemimpinan (Leadership)
Faktor kepemimpinan biasanya menempel pada
mereka yang bertugas sebagai pemimpin dari
penyelenggaraan proyek, yaitu para manajer proyek
(project manager). Adalah merupakan tanggung jawab
dari manajer proyek untuk melaksanakan sebuah proyek
dari awal hingga akhir sesuai dengan siklus proyek
(project life cycle) yang dijalankan. Ruang lingkup dari
kepemimpinan dalam sebuah proyek e-Government
bermuara pada kemampuan untuk mengelola tiga hal,
yaitu:
 Beragam tekanan politik yang terjadi terhadap proyek
e-government yang berlangsung baik dari kalangan yang
optimis maupun yang pesimis;
 Bermacam-macam sumber daya yang dibutuhkan dan
dialokasikan oleh proyek e-government yang

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 197
bersangkutan, seperti misalnya sumber daya manusia,
finansial, informasi, peralatan, fasilitas, dan lain
sebagainya; dan
 Sejumlah kepentingan dari berbagai kalangan
(stakeholders) terhadap keberadaan proyek e-
government yang dijalankan.
Walaupun sekilas tugas seorang manajer proyek e-
government terlihat mudah, namun dalam kenyataannya,
yang bersangkutan harus memiliki sejumlah kemampuan
untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Mengartikulasikan visi dan misi dari e-government ke
dalam aktivitas pelaksanaan proyek yang dimengerti
secara jelas dan dengan baik oleh mereka yang terlibat
secara langsung maupun stakeholder lain yang berada
di luar struktur proyek;
 Menyusun sebuah perencanaan proyek yang matang dan
komprehensif (menyeluruh) sehingga mudah dimengerti
oleh mereka yang berkepentingan;
 Melakukan lobi-lobi dan negosiasi dengan beragam
kalangan yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung terhadap proyek terkait agar berbagai
kepentingan yang masing-masing pihak miliki tidak
berbenturan di dalam pelaksanaan proyek;
 Memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan
mencermati halangan-halangan yang terjadi di tengah-

198 | E t i n I n d r a y a n i
tengah berlangsungnya proyek serta mencari jalan
pemecahannya; dan
 Mengetahui secara persis dan detail mengenai proses
bisnis yang terkait dengan proyek e-government yang
diimplementasikan.
Secara prinsip, kepemimpinan yang dimaksud di
sini tidak hanya terbatas pada kemampuan seorang
individu menjadi seorang manajer proyek yang baik,
namun lebih lagi dibutuhkan seorang pemimpin ulung yang
mampu untuk menjadi seorang profesional yang dapat
menjalankan fungsi-fungsi strategis seperti layaknya
seorang eksekutif perusahaan. Karakter kepemimpinan
yang kuat tidak hanya akan meningkatkan kredibilitas
orang-orang yang terlibat langsung dalam proyek, namun
lebih jauh lagi akan membentuk sebuah lingkungan kerja
yang profesional.

Perencanaan (Planning)
Sesuai dengan siklus manajemen proyek yang ada,
perencanaan merupakan sebuah tahap yang sangat
penting, karena pada tahap awal inilah gambaran
menyeluruh dan detail dari rencana keberadaan sebuah
inisiatif e-government diproyeksikan.
Pada dasarnya, sebuah perencanaan yang baik
akan memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 199
penyelenggaraan proyek secara keseluruhan karena apa
yang dilaksanakan pada siklus berikutnya sebenarnya
adalah pengejawantahan dari rencana dasar yang telah
disepakati (baseline planning). Karena kebanyakan dari
proyek e-government harus melibatkan lebih dari satu
departemen (lintas sektoral), maka seluruh stakeholder
yang terlibat harus menyetujui rencana yang disusun oleh
manajer proyek bersama dengan pihak lain yang
berkepentingan.

Pihak yang Berkepentingan (Stakeholder)


Seperti telah didefinisikan sebelumnya, yang
dimaksud dengan stakeholder di sini adalah berbagai pihak
yang merasa memiliki kepentingan (langsung maupun
tidak langsung) terhadap penyelenggaraan proyek e-
government terkait adalah merupakan tugas pemimpin
proyek atau manajer proyek untuk dapat memahami
kepentingan dari masing-masing stakeholder yang ada dan
mencoba menyatukannya agar seluruh perbedaan
kepentingan yang dimaksud dapat menuju kepada satu
arah pencapaian visi dan misi e-government
(konvergensi).
Pihak-pihak yang dianggap sebagai stakeholder
utama dalam proyek e-government antara lain:
pemerintah (lembaga terkait dengan seluruh perangkat

200 | E t i n I n d r a y a n i
manajemen dan karyawannya), sektor swasta,
masyarakat, lembaga-lembaga swadaya masyarakat,
perusahaan, dan lain sebagainya.
Terlepas dari bermacam ragamnya stakehoder yang
ada, harus tetap diingat bahwa pada akhirnya yang akan
merasakan manfaat atau berhasil tidaknya proyek e-
government yang dilaksanakan adalah pelanggan.

Transparansi (Transparency/Visibility)
Transparansi sebuah proyek e-government sangat
erat kaitannya dengan keberadaan stakeholder, dalam
arti kata adalah bahwa harus selalu tersedia seluruh data
dan informasi mengenai seluk beluk dan status proyek
yang sedang berlangsung untuk dapat secara bebas diakses
oleh stakeholder yang beragam tersebut. Tersedianya
akses terhadap informasi semacam status proyek, alokasi
sumber daya, evaluasi per tahap proyek, dan lain
sebagainya bertujuan untuk menciptakan kredibilitas dan
legitimasi yang baik bagi para penyelenggara proyek
maupun stakeholder sebagai pihak yang melakukan
monitoring.
Dimungkinkannya pihak-pihak yang berkepentingan
mengakses data dan informasi terkait dengan proyek yang
sedang berlangsung secara tidak langsung merupakan
sarana pemasaran (marketing) yang cukup efektif, karena

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 201
di sana terlihat keseriusan pemerintah untuk selalu
memberikan yang terbaik untuk rakyatnya melalui
implementasi beragam proyek e-government.

Anggaran (Budget)
Bukanlah merupakan sebuah rahasia lagi bahwa
kekuatan sumber daya finansial yang dianggarkan pada
sebuah proyek e-government merupakan salah satu
elemen strategis dan sangat menentukan berhasil tidaknya
pelaksanaan sebuah proyek. Berdasarkan kenyataan yang
ada, besarnya anggaran yang disediakan pemerintah (dan
kalangan lain semacam swasta atau bantuan dari luar
negeri) sangat bergantung pada tingkat prioritas yang
diberikan oleh pemerintah terhadap status proyek terkait.
Jika pemerintah merasa bahwa sebuah inisiatif
proyek e-government ditujukan untuk memecahkan
sejumlah masalah yang kritikal (sehingga dinyatakan
memiliki prioritas tinggi), maka biasanya akan mudah bagi
kalangan legislatif maupun sponsor-sponsor lainnya
menyetujui pengalokasian anggaran yang cukup besar.
Namun jika sebuah inisiatif proyek e-government hanya
dianggap sebagai sesuatu yang bersifat “nice to have”,
maka jelas akan sangat sulit didapatkan pihak-pihak yang
mau membantu menutup anggaran yang dibutuhkan. Dari
kajian terbukti bahwa hanya 19% dari proyek yang berhasil

202 | E t i n I n d r a y a n i
mengatasi masalah anggaran ini dengan baik sehingga
membawa mereka pada tingkat kesuksesan tertentu.

Tehnologi (Technology)
Spektrum teknologi informasi yang dipergunakan di
dalam e-government sangatlah lebar, dari yang paling
sederhana dan murah sampai dengan yang paling canggih
(state-of-the-art) merupakan suatu kenyataan bahwa
pilihan teknologi yang akan diimplementasikan di dalam
sebuah proyek e-government sangat tergantung dengan
anggaran yang tersedia.
Semakin besar anggaran yang ada, semakin canggih
teknologi yang dapat dipilih dan dipergunakan, yang
cenderung akan meningkatkan probabilitas berhasilnya
suatu proyek (dalam arti kata tercapainya manfaat yang
ditargetkan).

Inovasi (Innovation)
Akhirnya, elemen terakhir yang turut memberikan
kontribusi terhadap berhasil tidaknya sebuah proyek e-
government adalah kemampuan anggota proyek untuk
melakukan inovasi-inovasi tertentu. Inovasi yang dimaksud
di sini tidaklah terbatas pada kemampuan menciptakan
produk-produk baru tertentu, tetapi mereka yang terlibat
di dalam proyek harus memiliki sejumlah tingkat

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 203
kreativitas yang cukup, terutama dalam melakukan
pengelolaan terhadap proyek e-government yang ada,
sehingga berbagai hambatan yang kerap ditemui dalam
sebuah proyek dapat dengan mudah dihilangkan.
Kemampuan untuk menciptakan ide-ide dan
menerapkan ide-ide di dalam seluruh rangkaian siklus
sebuah proyek sangat dibutuhkan di dalam
mengimplementasikan e-government terutama karena
banyaknya stakeholder yang terlibat dan tingginya
kompleksitas proyek terkait. Belum lagi masalah-masalah
seperti tidak cukupnya dana pelaksanaan proyek,
bergantinya orang-orang kunci di dalam pemerintahan,
berkembangnya teknologi secara cepat, tingginya
tuntutan masyarakat, dan lain sebagainya yang hanya
dapat diselesaikan melalui inovasi-inovasi ide yang
terbentuk dari kalangan penyelenggara proyek.
Jika dilihat secara sungguh-sungguh, kedelapan
elemen penting tersebut tidaklah berdiri sendiri,
melainkan di antaranya memiliki hubungan keterkaitan
satu dengan lainnya. Dengan memahami secara sungguh-
sungguh hasil kajian dari para periset ini, diharapkan
mereka yang ingin atau sedang di dalam proses mengelola
proyek e-government dapat meningkatkan probabilitas
keberhasilan proyek sehingga dapat memberikan manfaat

204 | E t i n I n d r a y a n i
yang besar bagi para pengguna (end users) dari proyek
terkait.

Elemen Sukses Pengembangan e-Government (Menurut


Hasil Kajian dan Riset dari Harvard JFK School of
Government)
Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK
School of Government, untuk menerapkan konsep-konsep
digitalisasi pada sektor publik, ada tiga elemen sukses
yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-sungguh.
Masing-masing elemen sukses tersebut adalah:
1. Support
Elemen pertama dan paling krusial yang harus
dimiliki oleh pemerintah adalah keinginan (intent) dari
berbagai kalangan pejabat publik dan politik untuk benar-
benar menerapkan konsep e-government, bukan hanya
sekedar mengikuti tren atau justru menentang inisiatif
yang berkaitan dengan prinsip-prinsip e-government.
Tanpa adanya unsur “political will” ini, mustahil
berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan e-
government dapat berjalan dengan mulus.
Karena budaya birokrasi cenderung bekerja
berdasarkan model manajemen “top down”, maka jelas
dukungan implementasi program e-government yang
efektif harus dimulai dari para pimpinan pemerintahan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 205
yang berada pada level tertinggi (presiden dan para
pembatunya – menteri) sebelum merambat ke level-level
di bawahnya (Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, dan
seterusnya). Yang dimaksud dengan dukungan di sini juga
bukanlah hanya pada omongan semata, namun lebih jauh
lagi dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk hal-
hal sebagai berikut:
 Disepakatinya kerangka e-government sebagai salah
satu kunci sukses negara dalam mencapai visi dan misi
bangsanya, sehingga harus diberikan prioritas tinggi
sebagaimana kunci-kunci sukses lain diperlakukan;

 Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia,


finansial, tenaga, waktu, informasi, dan lain-lain) di
setiap tataran pemerintahan untuk membangun konsep
ini dengan semangat lintas sektoral;

 Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur


pendukung agar tercipta lingkungan kondusif untuk
mengembangkan e-government (seperti adanya
undang-undang dan peraturan pemerintah yang jelas,
ditugaskannya lembaga-lembaga khusus sebagai
penanggung jawab utama, disusunnya aturan main
kerja sama dengan swasta, dan lain sebagainya); dan

206 | E t i n I n d r a y a n i
 Disosialisasikannya konsep e-government secara
merata, kontinyu, konsisten, dan menyeluruh kepada
seluruh kalangan birokrat secara khusus dan
masyarakat secara umum melalui berbagai cara
kampanye yang simpatik.
McConnel International meletakkan faktor
leadership sebagai salah satu variabel dalam menentukan
negara mana saja yang telah siap menerapkan konsep e-
government; Berdasarkan hasil kajian di bulan Agustus
2000, negara-negara tetangga semacam Malaysia, Taiwan,
India, dan China dianggap memiliki unsur leadership yang
jauh lebih baik dibandingkan dengan Indonesia.
2. Capacity
Elemen kedua ini adalah adanya unsur kemampuan
atau keberdayaan dari pemerintah setempat dalam
mewujudkan “impian” e-government terkait menjadi
kenyataan. Ada tiga hal minimum yang paling tidak harus
dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan elemen ini,
yaitu:
1. Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk
melaksanakan berbagi inisiatif e-government, terutama
yang berkaitan dengan sumber daya finansial;
2. Ketersedaan infrastruktur teknologi informasi yang
memadai karena fasilitas ini merupakan 50% dari kunci
keberhasilan penerapan konsep e-government; dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 207
3. Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan agar
penerapan e-government dapat sesuai dengan asas
manfaat yang diharapkan.
Perlu diperhatikan bahwa ketiadaan satu atau
lebih elemen prasyarat tersebut janganlah dijadikan
alasan tertundanya untuk menerapkan e-government,
karena banyaknya fasilitas dan sumber daya krusial yang
berada di luar jangkauan (wilayah kontrol) pemerintah.
Pemerintah harus mencari cara yang efektif agar
dalam waktu cepat dapat memiliki ketiga praSyarat
tersebut, misalnya melalui usaha-usaha kerja sama
dengan swasta, bermitra dengan pemerintah
daerah/negara tetangga, merekrut SDM terbaik dari
sektor non publik, mengalih dayakan (outsourcing)
berbagai teknologi yang tidak dimiliki, dan lain
sebagainya.
3. Value
Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah
aspek yang dilihat dari sisi pemerintah selaku pihak
pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif e-
government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak
yang merasa diuntungkan dengan adanya implementasi
konsep tersebut; dan dalam hal ini, yang menentukan
besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya e-

208 | E t i n I n d r a y a n i
government bukanlah kalangan pemerintah sendiri,
melainkan masyarakat dan mereka yang berkepentingan
(demand side).
Untuk itulah maka pemerintah harus benar-benar
teliti dalam memilih prioritas jenis aplikasi e-government
apa saja yang harus didahulukan pembangunannya agar
benar-benar memberikan value (manfaat) yang secara
signifikan dirasakan oleh masyarakatnya. Salah dalam
mengerti apa yang dibutuhkan masyarakat justru akan
mendatangkan bumerang bagi pemerintah yang akan
semakin mempersulit meneruskan usaha mengembangkan
konsep e-government.
Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas
akan membentuk sebuah nexus atau pusat syaraf jaringan
e-government yang akan merupakan kunci sukses utama
penjamin keberhasilan. Atau dengan kata lain,
pengalaman memperlihatkan bahwa jika elemen yang
menjadi fokus sebuah pemerintah yang berusaha
menerapkan konsep e-government berada di luar area
tersebut, maka probabilitas kegagalan proyek tersebut
akan tinggi.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 209
210 | E t i n I n d r a y a n i
e-Parlemen dan Legislasi
Berbasis Teknologi
Informasi & Komunikasi
(TIK)
Pada pokok bahasan ini akan dikaji lebih dalam
mengenai pemanfaatan TIK pada parlemen/DPR/DPRD
terutama dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya. Tuntutan masyarakat terhadap efektivitas
lembaga perwakilan tidak hanya terkait dengan kapasitas
anggota DPR dalam menjalankan fungsi anggaran, legislasi
dan pengawasan, tetapi juga menyangkut kualitas
representasi dimana aspirasi dan kebutuhan rakyat harus
dapat direfleksikan dalam kebijakan, keputusan serta
program-program pembangunan.
Terbukanya berbagai informasi di DPR/DPRD
menjadi tugas dan tanggungjawab DPR/DPRD baik
keterbukaan sidang, risalah, draft rancangan, proses
pembahasan, lobi anggota parlemen sampai dengan
keputusan dan kesimpulan dalam rapat. Untuk menjamin
agar informasi dapat sampai pada masyarakat maka perlu
disediakan akses dan prosedur bagi publik untuk

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 211
mendapatkan informasi tersebut, dan jaminan hukum bagi
terlaksananya hak-hak masyarakat untuk mendapatkan
informasi tersebut. Masyarakat setiap saat berhak
memperoleh informasi yang terkait dengan fakta-fakta
yang dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan
DPR/DPRD.
Demikian pula, manajemen sistem informasi harus
menjamin penyediaan informasi yang dapat diperoleh
masyarakat secara cepat dan sederhana yaitu meliputi
seluruh informasi yang berada penguasaan DPR/DPRD yang
terbuka untuk umum meliputi :
(1) Hasil keputusan DPR/DPRD;
(2) Seluruh kebijakan DPR/DPRD beserta dokumen
pendukungnya;
(3) Rencana kerja termasuk anggaran tahunan
DPR/DPRD;
(4) Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh DPR/DPRD;
(5) Prosedur bekerjanya anggota DPR/DPR; dan
(6) laporan mengenai pelayanan akses informasi.
Keterbatasan masyarakat dalam mendapatkan
fakta-fakta persidangan tidak hanya disebabkan oleh
kelemahan peraturan yang mendasari tetapi juga terkait
dengan pemanfaatan teknologi. Laporan Chaudari (2009)
terkait dengan program dukungan terhadap parlemen bagi
pencatatan dan pembuatan laporan, terutama pada

212 | E t i n I n d r a y a n i
tataran komisi mengalami berbagai tantangan. Misalnya
laporan persidangan baru tersedia lama setelah
persidangan berakhir dan juga tidak selalu dimasukkan
dalam website, sehingga sulit bagi masyarakat untuk
mengakses.

Representasi: Memperkuat Komunikasi dan


Meningkatkan Proses legislatif
Parlemen terdiri dari anggota parlemen dipilih oleh
masyarakat. Para anggota parlemen memenuhi kewajiban
sebagai wakil dari masyarakat. Parlemen, karena mereka
terdiri dari wakil-wakil terpilih secara demokrasi,
dianggap di antara lembaga yang paling berharga dari
sebuah sistem demokrasi. Anggota parlemen ini tetap di
tangan kemampuan representasi rakyat, kekuatan yang
sangat penting dalam masyarakat demokratis.
Pada akhirnya, demokrasi perwakilan didasarkan
pada warga pemberian hak pengambilan keputusan
mereka untuk anggota parlemen. Para legitimasi
parlemen, yang menggunakan kekuatan kedaulatan atas
nama masyarakat, dan anggota parlemen sebagian besar
didasarkan pada kemampuan mereka untuk mewakili
masyarakat. Oleh karena itu, parlemen harus menjaga
kontak yang lebih dekat dengan warga dan memungkinkan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 213
kebijakan dan undang-undang yang akan dibentuk oleh
rakyat.
Hal ini mungkin untuk meningkatkan kemampuan
representasi parlemen dan menyebabkan parlemen lebih
sah dan hukum. Tujuan dari representasi yang lebih besar
mengharuskan saluran komunikasi baru yang
dikembangkan antara parlemen dan warga negara dan
bahwa masyarakat terlibat dalam proses legislatif. TIK,
khususnya internet dan website, adalah alat penting bagi
parlemen berjuang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Bahkan, Dai dan Norton (2007b, hlm. 479-480)
menyatakan bahwa internet, sebagai jembatan digital
antara parlemen dan dunia luar, telah mengubah
hubungan parlemen-warga dan website parlemen adalah
alat penting bagi parlemen untuk memasarkan diri kepada
warga negara.
Sebuah website parlemen dapat mencakup
berbagai komponen, seperti sejarah umum parlemen;
fungsi parlemen, tugas dan tanggung jawab; daftar
anggota parlemen dan komisi; informasi tentang
administrasi parlemen; informasi administrasi parlemen
dan anggota parlemen hubungi; informasi tentang
kelompok partai; video dan sejarah dan pendidikan
tentang parlemen. Dengan cara ini, parlemen memiliki
kesempatan untuk mempromosikan diri mereka sendiri

214 | E t i n I n d r a y a n i
kepada warga untuk memastikan bahwa mereka dianggap
benar dan meningkatkan gambar mereka. Di hari ini dan
usia ketika bunga warga di lembaga-lembaga politik dan
proses menurun, peluang tersebut yang muncul dalam
konteks e-parlemen menjadi lebih penting. Selanjutnya,
parlemen, melalui website, mendapatkan kesempatan
untuk menyajikan dan penerbitan segala sesuatu dari
dokumen dasar dan catatan untuk siaran dan footages
untuk akses oleh anggota parlemen, partai politik, warga
negara, LSM, dunia usaha dan media.
Anggota parlemen harus tahu masalah penting bagi
konstituen mereka dalam konteks fungsi representasi.
Oleh karena itu, anggota parlemen membutuhkan jalur
yang tepat di mana mereka dapat menjadi pengetahuan
tentang pendapat masyarakat mengenai isu-isu dan
masalah-masalah tertentu. Dengan peluang komunikasi
diwujudkan melalui TIK, anggota parlemen yang lebih baik
dapat merasakan kekhawatiran warga dan warga negara
mereka dapat memperoleh lebih dalam formasi tentang
peran mereka anggota parlemen. Proses berbagi informasi
timbal balik sangat penting dalam hal hubungan antara
anggota parlemen dan konstituen mereka. Jika konstituen
memandang MP sebagai orang yang jujur dan dapat
dipercaya, mereka akan cenderung untuk menghubungi
dan berkomunikasi dengan mereka lebih (UNDP, 2006, hal.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 215
8). Alat seperti dokumentasi dan catatan sistem,
software, email, situs parlemen, situs pribadi anggota
parlemen, konferensi video, pengecoran web dan
blackberry memfasilitasi interaksi antara parlemen dan
lembaga-lembaga publik, LSM dan warga negara dan
membuat anggota parlemen lebih mudah diakses.
Selain itu, anggota parlemen telah mulai
menggunakan situs jaringan sosial berbasis web, seperti
twitter dan facebook. Anggota parlemen
mengkoordinasikan penelitian dan kelompok fokus melalui
jaringan mereka terdiri, mengatur kelompok yang lebih
besar dari orang-orang dan menggunakan jaringan sebagai
sarana komunikasi (UNDP, 2006). Oleh karena itu, TIK dan
terutama internet, melayani tidak hanya sebagai sumber
pengumpulan informasi untuk anggota parlemen, tetapi
pada saat yang sama membantu untuk menghilangkan
jarak antara terpilih dan para pemilih.
TIK memberikan kontribusi pada perbaikan proses
legislatif. Koleksi warga ide, pendapat dan kontribusi oleh
parlemen dan refleksi dari kontribusi tersebut dalam
kebijakan dan hukum yang relevan diberlakukan oleh
parlemen berada di pusat perbaikan proses legislatif. Saat
ini, internet memungkinkan warga untuk berkomunikasi
pendapat dan komentar mereka tentang konsep,
mengambil bagian dalam perdebatan tentang konsep dan

216 | E t i n I n d r a y a n i
dikonsultasikan pada kebijakan tertentu. TIK melakukan
jauh dengan kebutuhan untuk warga harus menunggu
pemilu untuk mengekspresikan diri mereka dan
menawarkan warga sarana untuk terlibat sebagai warga
negara yang aktif dalam proses legislatif. Dalam
perspektif ini, aplikasi seperti e-petisi, e-voting untuk
tagihan, forum diskusi elektronik, proyek konsultasi
kebijakan online, kuesioner online dan chatting dengan
anggota parlemen datang ke permukaan. Jenis aplikasi
memungkinkan warga untuk memiliki suara dalam
pengembangan kebijakan khusus, memiliki suara mereka
didengar dan akhirnya terlibat dalam proses perumusan
undang-undang yang mempengaruhi mereka secara
langsung.
Lawson (1998, hal. 54) menyatakan bahwa TIK
merupakan alat yang terintegrasi untuk strategi yang
diarahkan untuk mendorong tata pemerintahan dan
budaya demokrasi. Agar TIK untuk menjadi alat yang
berfungsi untuk demokrasi dan memberikan kontribusi
pada internalisasi nilai-nilai dan prinsip demokrasi dalam
masyarakat, ada kebutuhan untuk perubahan pola pikir.
Arah perubahan yang diperlukan sangat baik disimpulkan
oleh Rodotà. Rodotà (2008) menyatakan bahwa saat ini,
kita berada di luar oposisi historis antara demokrasi
langsung dan perwakilan dan bahwa kita harus

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 217
menyingkirkan gagasan bahwa demokrasi perwakilan
adalah satu-satunya alternatif untuk demokrasi langsung.
Seperti mudah dilihat, sedangkan internet dan
website dapat digunakan sebagai informasi mengenai
penyedia parlemen, mereka juga dapat digunakan sebagai
kendaraan yang memungkinkan warga untuk terlibat
dalam proses legislatif dan musyawarah demokratis dan
perdebatan. Pada dasarnya, e-parlemen adalah sebuah
aplikasi yang melibatkan semua kegiatan ini: menyediakan
informasi, memungkinkan komunikasi dan memungkinkan
partisipasi. Oleh karena itu, harus dipertimbangkan dari
sudut pandang yang terintegrasi pandang dalam rangka
untuk diwujudkan secara menyeluruh dan secara sehat.
Seperti titik pandang yang terintegrasi akan mencegah
aplikasi e-parlemen dari menjadi virtual informatif brosur
hanya dan mengubahnya menjadi instrumen penting bagi
demokrasi partisipatif.

Pengawasan: Pendekatan Fokus pada Masyarakat dan


Peningkatan Akuntabilitas
Salah satu fungsi dasar dari parlemen adalah untuk
administrasi publik pengawasan. Parlemen memeriksa
pemerintah pada umumnya dan para menteri secara
individual. Saat ini, telah ada kecenderungan untuk
membuat pemeriksaan eksternal administrasi publik yang

218 | E t i n I n d r a y a n i
lebih luas. Oleh karena itu, pemeriksaan birokrasi yang
dilakukan oleh kendaraan, seperti lembaga Ombudsman,
yang adalah bawahan parlemen dan inspeksi dan
investigasi komisi.
Lembaga seperti Ombudsman adalah mekanisme
yang memediasi masyarakat untuk mengekspresikan
keprihatinan dan keluhan mereka mengenai lembaga-
lembaga publik. TIK dapat membantu keluhan masyarakat
yang akan dikomunikasikan lebih cepat, tanpa perantara
dan tanpa biaya, dan menghemat biaya dokumen.
Selain itu, parlemen, dengan menggunakan TIK,
seperti database, dapat memonitor bagaimana
pemerintah menggunakan anggaran dan membuat
penilaian (UNDP, 2006). Hal ini akan memberikan
kontribusi pada perwujudan nilai-nilai penting seperti
berpusat warga, transparansi dan akuntabilitas yang
meningkat seiring dengan kecenderungan baru yang
dampaknya dirasakan dalam administrasi publik
Faktor Penentu Keberhasilan Aplikasi e-Parlemen
Jika aplikasi e-parlemen harus diberlakukan
dengan berhasil dan jika manfaat yang diharapkan dapat
dirasakan, maka beberapa persyaratan harus
diperhitungkan pada awal proses dan selama aplikasi.
Persyaratan ini dapat dicermati sebagai berikut;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 219
A. Perencanaan dan Dukungan yang Kuat
Untuk aplikasi e-parlemen yang akan diberlakukan
berhasil, misi harus diidentifikasi di mana pemerintahan
parlemen, anggota parlemen, pemerintah, kelompok
partai politik dan agen lainnya setuju. Misi ini harus
membayangkan parlemen dimodernisasi melalui TIK dan
berubah menjadi sebuah lembaga yang berfungsi secara
transparan, akuntabel, dan demokratis. Misi ini harus
dibentuk sesuai dengan pikiran dan ide-ide, seperti
berbagi informasi dan aksesibilitas bagi semua warga
negara, efisien dan transparan parlemen dan keterlibatan
warga dalam pembentukan hukum dan kebijakan. Dengan
cara ini, dimensi informatif, interaktif dan partisipatif
yang melekat dalam e-parlemen akan tercermin dalam
misi ini. Misi untuk memanfaatkan TIK di parlemen harus
dilaksanakan secara bertahap dalam kerangka strategi.
Penerapan strategi ini adalah masalah yang sangat
penting. Untuk alasan ini, dimensi manusia, administrasi
dan keuangan dari strategi harus diperhitungkan. Selain
itu, aplikasi e-parlemen harus didukung oleh kemauan
politik dan administrasi yang kuat. Dalam hal ini, dengan
menyepakati manfaat yang e-parlemen menyediakan,
administrasi parlemen, semua anggota parlemen termasuk
pemerintah dan oposisi, dan pejabat harus memenuhi

220 | E t i n I n d r a y a n i
tugas mereka untuk melaksanakan berbagai aplikasi e-
parlemen dan proyek dukungan mengenai e-parlemen.

B. Menghilangkan Masalah Infrastruktur TIK dan Biaya


Membuat karya parlemen efisien dan proses
administrasi, membuat dokumen parlemen dasar diakses
oleh publik dan elektronik diarsipkan, meningkatkan
saluran komunikasi antara anggota parlemen dan pemilih,
dan mendapatkan masyarakat yang terlibat dalam proses
legislatif semua memerlukan tingkat tertentu infrastruktur
teknologi. Untuk aplikasi e-parlemen yang akan
dilaksanakan, kebutuhan infrastruktur teknologi pertama
harus diselesaikan. Ini terutama menyajikan masalah
tingkat tinggi berdiri biaya kepada pihak berwenang. Oleh
karena itu, beberapa sumber daya keuangan yang
signifikan harus dialokasikan untuk aplikasi e-parlemen.
Selain itu, teknologi berubah secara konstan dan
menyajikan peluang dan saluran baru. Sebuah parlemen
yang menggunakan TIK harus mengikuti perkembangan
dan memperbarui atau mengubah teknologi secara
teratur, dan tugas-tugas ini pasti akan berarti membuat
investasi baru dan menimbulkan biaya lebih. Hal lain
adalah kerja personil dilengkapi dengan pengetahuan dan
keahlian teknologi untuk memungkinkan penggunaan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 221
teknologi ini. Beberapa pengorbanan harus dilakukan jika
orang-orang terampil yang dipekerjakan oleh parlemen.
Ada juga isu-isu lain mengenai teknologi:
kepemilikan PC oleh individu, biaya langganan internet,
jumlah pengguna internet dan penetrasi internet di suatu
negara. Masalah-masalah ini menyebabkan muncul
hambatan serius bagi negara-negara terbelakang dan
berkembang. Dalam hal faktor-faktor tersebut, perbedaan
yang besar di daerah yang berbeda dan segmen
masyarakat yang berbeda dalam suatu negara dapat
mengecualikan beberapa segmen masyarakat
berpartisipasi dalam proses demokrasi. Dengan cara ini,
dengan menggunakan TIK dalam proses politik dapat
merusak atau membatasi demokrasi. Isu-isu ini dapat
diimbangi jika kepemilikan PC dipopulerkan, akses
internet tersedia sebanyak mungkin, dan biaya akses
internet menurun. Untuk aplikasi e-parlemen yang sukses,
kesenjangan digital, dengan dimensi seperti yang
diungkapkan oleh Norris (2001), harus dihilangkan.

C. Menghilangkan Masalah Mengenai Sumber Daya


Manusia
Masalah yang berhubungan dengan manusia
terkemuka adalah kemungkinan resistensi terhadap
aplikasi e-parlemen. Pada akhirnya, transisi ke e-

222 | E t i n I n d r a y a n i
parlemen adalah usaha yang inovatif dan reformis, dan
seperti hampir semua upaya reformasi, ada potensi untuk
ketahanan terhadap pelaksanaannya. E-parlemen tidak
hanya penggunaan beberapa perangkat lunak dan sistem
e-mail di parlemen; itu adalah perubahan budaya yang
signifikan yang memerlukan perubahan pola pikir. Dalam
konteks ini, dalam hal meminimalkan resistensi dan
aktualisasi proses persuasi, konsensus strategis yang
diperoleh dari awal dan dukungan politik dan administrasi
yang kuat merupakan faktor yang paling penting.
Tanpa kesadaran kewarganegaraan aktif dalam
masyarakat, aplikasi e-parlemen yang mendorong
partisipasi dalam proses legislatif dan memperkuat
demokrasi akan menjadi tidak berarti. Ini adalah masalah
yang berkaitan dengan budaya politik dan administrasi. Di
negara di mana budaya politik dan administrasi
menghambat partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan politik dan administrasi atau di
mana pemerintah menganggap masyarakat hanya sebagai
massa yang akan diatur, e-parlemen tidak dapat
sepenuhnya dan komprehensif menerapkan. E-parlemen
hanya dapat dilaksanakan sepenuhnya di negara-negara di
mana demokrasi telah dilembagakan dan warga telah
memperoleh kesadaran kewarganegaraan aktif.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 223
Selain itu, masalah-masalah tertentu mungkin
muncul karena sikap dan perilaku orang-orang selama
proses pelaksanaan e-parlemen. Sebagai contoh, sebuah
kelompok kepentingan atau individu dapat membombardir
MP dengan email dan menggunakan alat komunikasi untuk
tujuan selain peruntukannya. Seorang individu, meskipun
menyadari forum diskusi, namun dapat menahan diri dari
berpartisipasi. Anggota parlemen tidak dapat memahami
tujuan inti e-parlemen dan mereka dapat menggunakan
website masing-masing sebagai album foto keluarga atau
hanya informatif brosur virtual. Seorang individu yang
telah mengambil bagian dalam sebuah aplikasi e-parlemen
namun belum diberikan umpan balik tentang hasil dari isu
yang relevan pada akhirnya mungkin akan kecewa dan
mendiskreditkan atau menghindari inisiatif e-parlemen.
Ini adalah skenario yang dapat muncul sebagai
akibat dari perilaku yang berhubungan dengan manusia
dan sopan santun dan dapat menyebabkan masalah serius.
Jadi, jika sebuah aplikasi e-parlemen memiliki
infrastruktur teknologi yang memadai termasuk sumber
daya keuangan, mungkin tetap tidak mampu menentukan
keberhasilan pelaksanaan. Untuk alasan ini, visi
ditentukan di awal dan strategi-aplikasi yang berhubungan
harus mengantisipasi dan mempertimbangkan potensi
masalah yang berkaitan dengan budaya politik dan

224 | E t i n I n d r a y a n i
administrasi dan perilaku manusia dan mempertimbangkan
tindakan pencegahan yang diperlukan.
1. Promosi e-Parlemen
Agar inisiatif e-parlemen yang akan dilaksanakan
secara efisien, pihak-pihak terkait, termasuk warga
negara, sektor swasta, media dan LSM, yang akan
mendapatkan keuntungan dari aplikasi ini, perlu
menyadari peluang dan saluran yang disediakan oleh
penggunaan TIK di parlemen. Bahkan jika konsepsi e-
parlemen dimulai, asalkan pihak yang bersangkutan tidak
memanfaatkannya, inisiasi ini akan menjadi tidak berarti.
Anggota parlemen dan warga memiliki tingkat individu
pendidikan dan kecenderungan teknologi yang unik. Oleh
karena itu, semua orang, terutama warga negara dan agen
lainnya, harus diberitahu tentang di mana kondisi, kapan
dan bagaimana mereka dapat menggunakan aplikasi e-
parlemen. Di sini, kegiatan yang berkaitan dengan promosi
e-parlemen akan memainkan peran penting. Di luar
promosi e-parlemen pada umumnya, untuk setiap aplikasi
tunggal dilaksanakan di bawah atap e-parlemen, tujuan
dari aplikasi tersebut, bagaimana aplikasi ini akan
dilaksanakan, dan apa hasilnya akan diperoleh sebagai
hasil dari ini aplikasi harus explicated kepada warga yang
sangat jelas dan dimengerti

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 225
Penggunaan TIK di parlemen bukanlah obat
mujarab. Untuk aplikasi e-parlemen yang sukses, faktor
politik, ekonomi dan budaya juga harus dipertimbangkan.
Determinisme teknologi harus dihindari sebisa mungkin.
Namun, ketika e-parlemen dilaksanakan dalam situasi
yang tepat, itu akan berkontribusi besar terhadap fungsi
dasar parlemen dan memberikan manfaat bagi agen yang
berbeda seperti parlemen itu sendiri, para anggota
parlemen, para pemilih, kelompok kepentingan, sektor
swasta dan media. e-Parlemen di negara dapat
memainkan peran penting dalam pelaksanaan demokrasi
partisipatif dan memperkuat legitimasi sistem politik dan
administrasi secara keseluruhan. Dalam hal ini, e-
parlemen tidak hanya terdiri dari penerapan inovasi
teknologi sederhana dan dasar di parlemen; terdiri dari
aplikasi jauh lebih kompleks. Hal ini terutama disebabkan
oleh rasionalisasi proses administrasi di parlemen serta
transformasi hubungan antara yang memerintah dan yang
diperintah, internalisasi nilai-nilai dan prinsip demokrasi,
dan perdebatan terkait dengan kebangkitan budaya
demokrasi.
2. Layanan e-Parlemen
Berdasarkan isi layanan website parlemen
kontemporer, taksonomi dapat diperkenalkan untuk
layanan e-parlemen sesuai dengan penyedia dan penerima

226 | E t i n I n d r a y a n i
manfaat sasaran. Yang terakhir biasanya termasuk
lembaga ketiga parlemen, anggota Parlemen, warga, serta
wartawan dan media. Menurut Papaloi dan Gouscos (2010,
p107) kategori berikut layanan e-parlemen dapat
diusulkan:
 Layanan Parliament-to-Parliament (P2P): Kategori ini
mengacu pada layanan yang tersedia untuk parlemen
untuk fasilitasi pertukaran informasi. misalnya, Brosur,
(www.ipex.eu) adalah penyimpanan database dokumen
parlemen yang berkaitan dengan pengawasan nasional
keputusan yang diambil di tingkat Uni Eropa dengan
tujuan memfasilitasi pertukaran semua Uni Eropa
informasi terkait antara parlemen, menyediakan forum
untuk pertukaran pandangan mengenai pengawasan
termasuk aspek subsidiarity, dan menjaga kalender
pertemuan interparliamentary.
 Layanan Parliament-to-anggota Parliament (P2MP):
Layanan yang mengacu pada aplikasi TIK yang dapat
digunakan untuk mempermudah pekerjaan deputi
parlemen.

Sebagai survei ECPRD telah menunjukkan, paling


sangat peringkat layanan yang digunakan oleh anggota
parlemen responden adalah mereka teknologi mobile,
webmail, akses remote ke dokumen legislatif dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 227
penggunaan komputer laptop (PBB et al., 2008). Mengenai
layanan mobile untuk anggota parlemen, contoh menarik
adalah bahwa Parlemen Finlandia yang memfasilitasi
sejumlah layanan perpustakaan pinjaman melalui ponsel,
termasuk pemberitahuan SMS untuk ketersediaan bahan
yang diminta, jangka waktu pinjaman
kadaluwarsa/pembaharuan, serta permintaan ke Layanan
Informasi (Library of Parliament, 2007). Selain itu,
penggunaan layanan mobile telah memfasilitasi kerja
anggota parlemen dan pegawai negeri sipil, sementara
layanan bergerak, melalui data GPRS pada ponsel mereka
(Telia Sonera, 2005, hal. 1) serta kalender dan acara
pemberitahuan otomatis (Fujitsu, 2010).
 Layanan Citizen-to-Parliament (C2P): Kategori ini
mengacu pada layanan yang tersedia untuk warga
negara untuk menghubungi anggota parlemen dan
memberikan umpan balik lebih lanjut untuk parlemen.
Sebuah contoh yang baik dari layanan tersebut yang
ditawarkan oleh proyek MySociety yang berbasis di
Inggris, yang bertujuan untuk "memberikan orang-
orang, manfaat nyata sederhana dalam aspek sipil dan
masyarakat hidup mereka" (UK Warga Demokrasi
Online, www.ukcod.org.uk). Dalam mendengar dari
layanan MP Anda, warga dapat memasukkan beberapa
data pribadi (nama dan alamat pos detail) untuk

228 | E t i n I n d r a y a n i
dimasukkan dalam daftar orang-orang di daerah
pemilihan yang sama. Ketika warga cukup telah
mendaftar, administrator layanan mengirim e-mail
untuk membiarkan anggota parlemen tahu bahwa
mereka harus membalas warga konstituen mereka
tentang rencana mereka. Anggota parlemen yang
mampu menjawab dan meminta warga untuk proposal
lebih lanjut, sehingga mengubah pertukaran pesan
secara online ini menjadi thread diskusi. Pada baris
yang sama pemikiran, yang Mereka Bekerja untuk Anda
dan Menulis untuk Mereka proyek merupakan jenis
hanya terstruktur dan mudah untuk melakukan e-petisi.
Nama-nama merek mereka sengaja dirumuskan dengan
maksud untuk mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi, dilengkapi dengan kemampuan untuk
menindaklanjuti pekerjaan MP (yang Mereka Sukai
Menggunakan Mereka Bekerja untuk Anda), atau
mengirim email yang meminta informasi tentang isu-isu
kepentingan mereka (menggunakan Write to them).
 Layanan Parliament-to-Citizen (P2C): Kategori ini
termasuk proyek-proyek baru yang dapat
diimplementasikan oleh parlemen dengan tujuan untuk
menarik minat dan partisipasi warga negara dalam
proses parlemen. Contohnya adalah bahwa dari Proyek

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 229
e-Petisi Parlemen Skotlandia, yang diciptakan oleh
Universitas Napier.
 Layanan Parliament to Media (P2M): Contoh
karakteristik layanan Parliament to Media adalah
bahwa Hotline-Newsdesk, layanan yang ditetapkan oleh
Parlemen Eropa, yang menyediakan kepada wartawan
informasi yang berguna pada beberapa program,
proyek, briefing atau kegiatan dari Parlemen Eropa
(Staiou et al., 2010).
Seperti ditunjukkan dari beragam jenis layanan e-
parlemen kontemporer diidentifikasi di atas, perangkat
TIK modern dapat sebenarnya memungkinkan komunikasi
dan pertukaran informasi di antara parlemen dan
memudahkan pekerjaan sehari-hari PNS dan anggota
parlemen, belum lagi wartawan. Semua, ini berbagai
layanan tidak hanya mencerminkan kemajuan untuk
mewujudkan konsep e-parlemen, tetapi juga perjuangan
untuk memperoleh keterbukaan dan transparansi atas
konstituen.
Kemampuan kontemporer membuka jalan bagi
implementasi layanan yang lebih terfokus pada partisipasi
warga dan keterlibatan menjanjikan. Keberhasilan
implementasi tersebut tentu saja tidak otomatis, karena
faktor-faktor seperti melek digital, perkembangan sosial-

230 | E t i n I n d r a y a n i
ekonomi, perencanaan strategis, kemauan politik dan
lainnya telah terbukti menjadi hambatan penting.

Implementasi e-Parlemen di Indonesia


Hadirnya situs-situs parlemen, sebagai media
penyampaian aspirasi ke parlemen yang lebih cepat dan
mudah, menarik untuk diapresiasi. Peresmian situs DPRD
Propinsi DIY (http://www.dprd-diy.go.id, selanjutnya
ditulis: e-Parlemen) sebagai bentuk e-parliament
propinsi yang pertama di Indonesia, Sabtu 30 Juli 2005,
mampu memikat daerah lain untuk berlomba-lomba
membangun situs sejenis. Dengan demikian, kehadiran
situs berdomain go.id tersebut dianggap telah memulai
era baru berpolitik dan menjadi ikon baru e-government.
Evaluasi perkembangan e-parlemen, terutama
untuk fungsi-fungsi keterwakilan dalam legislasi,
penganggaran, dan pengawasan. Paper ini mengambil
posisi bahwa rakyat dan parlemen berada sama dalam
titik awal dan niscaya akan bertemu dalam titik akhir.
Apa-apa yang diaspirasikan rakyat melalui e-parlemen
akan dibicarakan dalam parlemen. Representasi
kebanyakan suara rakyat (solus populi) akan berubah
menjadi supremasi kepentingan publik, yang selanjutnya
memperoleh justifikasi dengan basis moral secara
hukum sebagai suprema lex.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 231
Hal tersebut merupakan truisme. Dengan
menelaah nilai, aturan, alat, dan lembaga DPRD
tentunya merujuk kepada peraturan perundangan yang
berlaku. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, terutama bagian kelima Pasal 39-55, dengan jelas
mengatur Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Dalam konteks ini keterwakilan rakyat dalam bentuk
partisipasi bukan hanya sebatas keterlibatan “proses
pembangunan dengan titik tekan dimensi
ekonomi,” melainkan “aktualisasi keterlibatan rakyat
dalam proses pemerintahan.”
Menyediakan jembatan untuk aktualisasi
keterlibatan rakyat dengan perantaraan media
elektronik inilah yang menjadi fungsi e-parlemen.
Sebagaimana diketahui, tujuan penerapan e-government
adalah agar pemerintah dapat menerapkan praktik good
governance dengan alat bantu teknologi informasi dan
komunikasi. Dengan tujuan tersebut, perihal
akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi publik dapat
diselenggarakan dengan aplikasi layanan pemerintah
berbasis digital tersebut. Demikian halnya, sebagai
”tool“ maupun “venue“ e-parlemen menjadi dasar
tegaknya asas keterwakilan. Sebab tugas utama wakil
rakyat di parlemen adalah mendengarkan aspirasi
rakyat dan memformulasikannya ke dalam pelaksanaan

232 | E t i n I n d r a y a n i
fungsi-fungsi. Bab ini juga mengambil posisi bahwa
dengan atau tanpa ketersediaan e-parlemen, fungsi
untuk memelihara keterwakilan dengan konstituennya
merupakan imperatif kategoris.
Pada awalnya, program e-parlemen diinisiasi dan
difasilitasi oleh IRI (Internasional Republic Institute).
Dengan berakhirnya program, e-parlemen diserahkan ke
DPRD DIY dan dikelola oleh admin yang berstatus PNS di
Setwan (Sekretariat Dewan) DPRD DIY, subbagian Data
dan Teknologi Informasi.
Dengan memasang tagline “e-parlemen
menjalin komunikasi antara rakyat dengan wakilnya,”
situs ini mendukung kedudukan DPRD DIY
(selanjutnya ditulis: Dewan) sebagai Badan Legislatif
Daerah. Sehingga Dewan memandang perlu untuk
membuka berbagai saluran aspirasi untuk rakyat agar
dapat menyampaikan aspirasinya secara lebih cepat
dan mudah. Salah satu saluran aspirasi yang dianggap
cukup efektif adalah melalui situs di internet sehingga
rakyat, khususnya rakyat DIY di manapun berada, dapat
menyampaikan aspirasi, sumbang saran, dan pikiran demi
kemajuan Propinsi DIY tanpa dihambat oleh ruang dan
waktu. Alat komunikasi berbasis situs yang disediakan
oleh admin adalah email, SMS, telepon, fax, layanan pos,
dan tentu saja tatap muka dalam bentuk audiensi

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 233
langsung.
Berdasar asas keterwakilan, maka diasumsikan
bahwa e-parlemen melayani aspirasi 2.751.761 rakyat
Provinsi DIY yang menggunakan hak pilih dalam Pemilu
Legislatif 2009. Konsekuensinya, ke-55 anggota Dewan
akan menindaklanjutinya di tingkat fraksi, komisi, panitia
tetap, dengan layanan dari Setwan DPRD DIY,
sebagaimana diatur dalam tata tertib.
Fraksi bukanlah alat kelengkapan Dewan. Fungsi
sebagai anggota fraksi adalah wakil dan representasi
kepentingan partai politik masing-masing anggota Dewan.
Partai politik yang mempunyai wakil di Dewan secara
alfabetis adalah sebagai berikut:
1) PAN (8 anggota);
2) Partai Demokrat (10);
3) Partai Gerindra (3);
4) Partai Golkar (7);
5) Partai Hanura (1);
6) PDI Perjuangan (11);
7) PKB (5);
8) PKS (7); dan
9) PPP (3).
Sesuai dengan tata tertib Dewan, maka nama-nama
Fraksi adalah sebagai berikut:
1) Fraksi Demokrat;

234 | E t i n I n d r a y a n i
2) Fraksi Kebangkitan Bangsa;
3) Fraksi Partai Amanat Nasional;
4) Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan;
5) Fraksi Partai Golkar;
6) Fraksi Partai Keadilan Sejahtera; dan
7) Fraksi Pembangunan Nurani Peduli Indonesia Raya
(hasil penggabungan Partai Gerindra, Partai Hanura,
dan PPP).
Fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran
merupakan representasi anggota Dewan sebagai wakil
rakyat, yaitu yang berhubungan dengan tugas dan
kewajiban komisi dan panitia tetap, sebagaimana diatur
dalam alat kelengkapan Dewan. Komisi-komisi meliputi
Komisi A, B, C, dan D, dengan tugas sebagai berikut:
1) Komisi A, membawahi bidang pemerintahan, yang
meliputi: pemerintahan, kepegawaian/aparatur/diklat,
ketenteraman dan ketertiban umum, informasi dan
komunikasi, hukum/perundang-undangan, umum,
kerjasama, pertanahan, kependudukan dan catatan
sipil, sosial politik, lembaga swadaya rakyat, kearsipan,
perwakilan dan kesekretariatan DPRD;
2) Komisi B, membawahi bidang perekonomian, yang
meliputi: perindustrian, perdagangan, pertanian dan
peternakan, kehutanan dan perkebunan, perikanan dan
kelautan, usaha kecil menengah dan koperasi;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 235
3) Komisi C, membawahi bidang keuangan, yang meliputi:
keuangan daerah, perpajakan, retribusi, aset
daerah/aset milik daerah, BUMD, pengawasan dan
investasi; dan
4) Komisi D, membawahi bidang pembangunan, yang
meliputi: pekerjaan umum, pemetaan dan tata
ruang wilayah, penataan dan pengawasan
bangunan, perhubungan dan transportasi,
pertambangan dan energi, lingkungan hidup,
penerangan jalan umum dan perencanaan.
Sedangkan panitia tetap adalah Badan
Musyawarah, Badan Anggaran, Badan Legislasi Daerah,
dan Badan Kehormatan. Dengan posisi inilah, dukungan
rakyat berupa penyampaian aspirasi merupakan modal
utama untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai
wakil rakyat, yaitu untuk melaksanakan kontrol
terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Dengan demikian, keberhasilan tugas dan
fungsi kedewanan sangat ditentukan oleh kontribusi
positif seluruh komponen rakyat. Data dan informasi
dukungan tersebut merupakan bahan yang selanjutnya
diunggah dan disajikan di dalam situs parlemen.

Yang Mewakili & Diwakili Dalam Fungsi E-Parlemen


Pada evaluasi pertama yang bersumber dari rakyat

236 | E t i n I n d r a y a n i
sebagai “user,“ sejauh kita melacak e-parlemen untuk
mengetahui bagaimana aktualisasi keterlibatan rakyat
dalam proses-proses di parlemen boleh jadi akan kecewa.
Bagaimana aspirasi rakyat dikelola, seberapa efektif
tata kelola keterwakilan untuk daerah pemilihan,
bagaimana pertanggungjawabannya, dan pertanyaan
lain, tak terjawab berdasarkan informasi yang tersaji
dalam situs e-parlemen.
Titik awal yang sama antara rakyat dan wakil
rakyat dalam Pemilu Legislatif, kebersamaan saat reses
bersama konstituen, dan agenda lain—sebagai dasar
berdemokrasi—tidak bertemu dalam titik akhir,
karena tak ternyatakan dalam perkakas yang bernama
e-parlemen. Rasio antara satu wakil rakyat dan jumlah
pemilih sebagaimana ditetapkan dalam DPT (Daftar
Pemilih Tetap), yang berarti pertanggungjawaban seluruh
agenda kedewanan seorang wakil rakyat ke seluruh
pemilih, menjadi defisit dan mendustai amanah para
pemilih.
Bukan hanya dusta dari waktu politis, yaitu jumlah
waktu saat berkampanye, memilih, mengamanahkan
aspirasi, juga menyiapkan pertanggungjawaban. Dusta
yang lain justru pada kehormatan lembaga parlemen itu
sendiri, yang secara teknis semestinya dapat dikelola
oleh e-parlemen. Paparan berikut akan merinci

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 237
berdasar fungsi e-parlemen.

1. Fungsi layanan sebagai wakil rakyat


Fitur yang tersedia di dalam situs sebenarnya
sudah cukup memadai untuk menjembatani komunikasi
secara virtual antara rakyat dengan Dewan di dunia
maya. Alat komunikasi yang dipilih oleh admin juga
merupakan teknologi komunikasi yang popular di
masyarakat, terutama SMS. Bahkan banyak portal dan
provider yang sudah menyediakan layanan SMS gratis.
Dilihat dari jumlah aduan dan aspirasi yang masuk di
situs, data menunjukkan minimnya aduan dan aspirasi.
Jumlah data dan aspirasi berhubungan dengan sosialisasi
situs, ketidakpercayaan rakyat, bahkan perihal kinerja e-
parlemen ini.
Admin juga tidak menyediakan fitur yang
menginformasikan tahapan dan laporan kemajuan
terhadap tindak lanjut dari aspirasi tersebut, yang secara
teknologi dan perangkat lunak sudah tersedia. Artinya,
desain teknologi informasi dalam situs tidak mampu
menjawab kebutuhan rakyat. Konsekuensinya adalah
entropi dalam komunikasi sosial antara rakyat dengan
wakilnya di Dewan, permasalahan yang sudah
diaspirasikan tidak berjawab dengan agenda kedewanan
dan sebaliknya agenda yang terjadwal di Dewan tidak

238 | E t i n I n d r a y a n i
berpengaruh terhadap agregat kepentingan rakyat.
Data yang tersedia tentang “padat”nya agenda
dalam rapat-rapat di Dewan, terutama perihal legalitas
dan prosedur yang diaspirasikan rakyat sehingga
cenderung mengabaikan substansi permasalahan yang
diaspirasikan dan terutama difasilitasi/diadvokasi oleh
LSM. Permasalahan sosial yang mengemuka seperti
jaminan sosial menjadi kontraproduktif karena
pendekatannya lebih berbobot politik kekuasaan dan
bukannya ekonomi-politik untuk kesejahteraan rakyat.
Dari analisis pemberitaan juga terlihat perbedaan
sikap masing-masing fraksi yang berkesan kritis dan
mengakomodasi aspirasi rakyat tetapi berbalik dan pro-
eksekutif dalam rapat paripurna yang merupakan forum
pengambilan keputusan tertinggi di DPRD.
Oleh karena itu, perbincangan yang mengemuka
adalah perlukah dihadirkan pesohor yang berfungsi untuk
memikat para peselancar untuk sekedar singgah di situs
ini. Konfirmasi ke seorang desainer web di salah satu
kampus di Yogyakarta menegaskan ketidakpercayaan
terhadap jumlah angka yang tersaji dalam fitur COUNTER
Total Pengunjung. Argumentasinya, dengan teknik
direngkah (crack) dimungkinkan untuk mempercepat dan
dengan demikian memperbanyak jumlah kunjungan.
Argumentasi etis yang hendak dibela adalah adanya kode

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 239
etik di kalangan pengunjung untuk sekedar memberi
“tanda cinta” sebagai bukti sudah berkunjung ke
parlemen online ini, karena akan meningkatkan traffic
dari weblog pengunjung itu sendiri.
Penelusuran secara acak melalui
http://google.com juga masih memperlihatkan sedikitnya
para blogger yang membuat tautan (link) dengan situs
http://dprd-diy.go.id. Penelusuran melalui google juga
tidak/belum memperlihatkan bahwa situs ini pernah
diretas (di-hack/crack) untuk sekedar menguji ketahanan
sistemnya. Jamak tahu, terdapat sejumlah kondisi di
mana situs pemerintahan di crack, dengan alasan apapun.
Sebagai perbandingan, http://sicerdik.com,
portal pendidikan Yogyakarta yang mengklaim
menyuguhkan bahan dengan kurikulum berbasis
kompetensi, hanya berumur tidak sampai satu hari.
Minggu (21 Januari 2007) pagi diresmikan dan malamnya
langsung di deface dan ditamatkan oleh
“JambiHackerLink” yang sampai sekarang tidak ada
penjelasan.
Seluruh tanggapan-banding di atas diapresiasi
sebagai pengharapan terhadap e-parlemen yang pertama
di Indonesia ini untuk berkembang normatif lebih baik.
Apalagi dengan predikat Yogyakarta sebagai wilayah yang
paling melek e-literasi. Dengan rasio Computer access to

240 | E t i n I n d r a y a n i
household sebesar 16%, lebih tinggi dibanding dengan
rata-rata Indonesia yang sebesar 1% atau Malaysia 14%,
diasumsikan berdampak terhadap aktivitas rakyat dengan
wakilnya di e-parlemen.
Dengan demikian, hadirnya situs e-parlemen ini
harus didorong dan diuji terus untuk menjalankan fungsi
keterwakilan. Sebagai praktik komunikasi antara rakyat
dengan wakilnya, kemanfaatan e-parlemen adalah untuk
mengelola kebenaran, kejujuran, dan normatif. Hal itu
dalam satuan keseharian, sehingga kebenaran secara
jujur untuk norma kebaikan menjadi basis tindakan
bersama. Artinya, masih ada apresiasi terhadap situs
ini untuk meningkatkan tata kelola diri agar lebih
bermanfaat bagi rakyat.
2. Fungsi Legislasi
Data yang tersaji dalam situs menunjukkan
minimnya jumlah produk peraturan daerah yang sudah
ditetapkan. Konfirmasi dengan pegiat LSM menegaskan
bahwa penetapan agenda Raperda lebih banyak dari
usulan pemerintah eksekutif. Salah satu pegiat LSM
berolok-olok dengan “rutinitas yang mengambang,”
artinya, rutinitas penetapan Perda APBD tidak berakibat
terhadap perda lain yang pro-kesejahteraan rakyat.
Hal yang dianggap berbahaya adalah
keterlambatan menerbitkan Perda Penanggulangan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 241
Bencana, per 8 September 2010. Bahkan ketika Gunung
Merapi meletus pada 26 Oktober 2010, Dewan dianggap
lalai dengan kewajiban untuk perihal pembentukan BPBD
Provinsi DIY. Hal ini merupakan pengingkaran terhadap
fungsi legislasi karena Yogyakarta merupakan wilayah
bencana, tidak terkecuali dengan gempa besar pada
2006. Harapan yang mengemuka adalah fungsi legislasi
yang antisipatif bencana melalui optimalisasi media situs.
Menjelang dan pasca letusan Merapi, ketika sejumlah LSM
bergiat dengan info kebencanaan berbasis rakyat,
misalnya melalui http://merapi.combine.or.id, bahkan
dengan konvergensi media, situs e-parlemen ini juga
tidak membuat tautannya. Info dan aduan rakyat
tentang lambatnya penanganan bencana oleh pemerintah
tidak diapresiasi, bahkan ketika jumlah “kicauan” melalui
http://twitter.com sangat signifikan untuk kerja
legislasi. Kesan umum yang berkembang, terutama dari
LSM, adalah ketidakoptimalan fungsi legislasi
sebagaimana ternyatakan dalam situs parlemen.
3. Fungsi Pengawasan
Data yang tersaji, terutama kliping media massa,
sudah cukup, apalagi dengan pengecekan ke media lain.
Karena fungsi pengawasan lebih ke penggunaan anggaran
dari APBD, kewenangan Dewan dianggap kurang “sakti”
terhadap kompleksitas permasalahan masyarakat

242 | E t i n I n d r a y a n i
Yogyakarta.
Fungsi pengawasan juga berkesan cenderung dari
sisi administrasi dan kurang dari ukuran ekonomi-politik.
Untuk itu, dibutuhkan pembacaan yang lebih kritis
sehubungan dengan temuan Bawasda sekaligus
menindaklanjutinya secara ekonomi-politik. Dengan
demikian, fungsi pengawasan Dewan mampu menjangkau
ke klaim outcome, bukan lagi output capaian program.
Fungsi pengawasan menjadi olokan terutama
ketika berita agenda kunjungan kerja sebagai
representasi fungsi pengawasan menjadi “ngelengser”
atau jalan-jalan tak produktif dan dibiayai APBD. Salah
seorang wartawan di Yogyakarta bahkan mengingatkan
bahwa medianya pernah memberitakan tentang waktu
yang dibutuhkan anggota Dewan untuk makan siang
dalam pengawasan lebih lama dari waktu yang
dibutuhkan untuk mengawasi proyek pembangunan itu
sendiri.
Suasana ketidakpercayaan juga diperumit dan
sejauh ini belum ada tanggapan secara proporsional
ketika patologi sistem parlemen memahami fungsi
pengawasan untuk menambah dan memperluas akses
terhadap sumber-sumber ekonomi bagi partai politik.
Tingginya biaya politik yang harus ditanggung oleh
partai politik harus diselesaikan oleh wakilnya yang

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 243
duduk di Dewan. Peluang yang tersedia misalnya bersikap
“kritis” terhadap anggaran pembangunan. Sikap ini
adalah untuk menaikkan posisi tawar fungsi
“pengawasan” yang dipahami untuk berkolusi dengan
aparat eksekutif. Data dan informasi semacam ini jelas
tidak akan pernah tersaji di situs resmi parlemen di
manapun sehingga dibutuhkan media dari pengelola
lain. Hadirnya data dari sumber lain sangat
dibutuhkan untuk meminimalkan potensi korupsi
anggaran publik dan sekaligus menjadi model belajar
sosial rakyat.
4. Fungsi Penganggaran
Sejumlah risalah rapat, terutama dalam rapat
komisi dan panitia anggaran sudah memuat pembahasan
Dewan mengenai pembahasan APBD, termasuk APBD
perubahan. Setidak-tidaknya rakyat menjadi tahu
bagaimana proses pembahasan yang berlangsung di
Dewan sehubungan dengan fungsi penganggaran.
Dalam hal teknis penganggaran dijumpai beberapa
tanggapan pembaca di media lain bahwa ternyata sulit
membaca penyusunan anggaran publik. Hal ini berdasar
sering berubahnya peraturan perundang-undangan,
sehingga masalah penempatan dan penganggaran dalam
nomenklatur dan digit anggaran tak terpahami. Sebagai
media komunikasi, sudah selayaknya situs ini menyajikan

244 | E t i n I n d r a y a n i
informasi dan simulasi bagaimana tatacara penyusunan
anggaran publik. Manakala membaca APBD sudah
terselesaikan, maka dukungan rakyat untuk berpartisipasi
dalam penganggaran akan menjadi produktif bagi e-
parlemen.
Dilihat dari isi pemberitaan dalam kliping,
terutama dengan minimnya informasi rakyat yang kritis,
maka perlu dilacak sumber-sumber media lain, sehingga
lebih berimbang dan tidak berkesan sepihak dari sudut
Dewan. Apalagi masalah penganggaran dianggap sebagai
tema krusial bagi rakyat. Artinya, rakyat sebagai
pembayar pajak masih berharap bahwa anggaran publik
nyata-nyata berorientasi untuk kesejahteraan rakyat dan
bukan untuk tujuan apalagi kepentingan yang lain.
Penyajian yang berimbang dari sumber media lain,
ukuran transparansi dalam penyusunan anggaran oleh
Dewan, sekaligus garansi keberpihakan untuk
kesejahteraan rakyat menjadi tema-tema programatis
untuk perbaikan isi dan tatakelola situs e-parlemen.
Berdasar paparan di atas, permasalahan e-
parlemen adalah pada tampilan dan pengelolaan.
Tampilan lebih merujuk pada desain situs yang layak
dikunjungi, sedangkan pengelolaan lebih kepada
keputusan untuk menghadirkan informasi yang bermakna
dan berpihak bagi kesejahteraan rakyat.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 245
Dengan demikian, hadirnya e-parlemen DIY
dan situs-situs parlemen lainnya di Indonesia harus
didorong dan diuji terus untuk menjalankan fungsi
keterwakilan dan yang lain. Jika gagal mengelola fungsi
keterwakilan, rakyat sudah memperingatkan dengan
semakin maraknya parlemen online.
Situs e-parlemen DIY sudah melakukan fungsi
layanan sebagai wakil rakyat, fungsi legislasi,
pengawasan, dan fungsi penganggaran. Dengan fitur
yang tersedia dan kemudahan untuk mengakses, situs e-
parlemen berusaha mewakili agregat kepentingan dan
aspirasi rakyat DIY. Hadirnya e-Parlemen merupakan
perluasan fungsi kedewanan yang mampu
mempermudah dan memperluas layanan kelembagaan
DPRD DIY di dunia maya.
Permasalahan e-parlemen terletak pada tampilan
dan pengelolaan. Tampilan lebih merujuk pada desain
situs yang layak dikunjungi, sedangkan pengelolaan lebih
kepada keputusan untuk menghadirkan informasi yang
bermakna dan berpihak bagi kesejahteraan rakyat.
Kegagalan mengelola e-parlemen untuk fungsi
keterwakilan akan berakibat terhadap kuatnya parlemen
online.

246 | E t i n I n d r a y a n i
Kerangka & Metodologi
Penilaian Dampak e-
Government
Pada bab ini akan disajikan kerangka kerja untuk
menilai dampak proyek e-government dan menjelaskan
metodologi yang telah diuji di lapangan untuk menilai
dampak dari sejumlah besar proyek. Kerangka tersebut
menguraikan stakeholder dan dimensi yang perlu diukur
dampaknya untuk setiap jenis stakeholder dan metodologi
untuk mengidentifikasi langkah yang diperlukan untuk
membuat penilaian dampak proyek tertentu. Kerangka ini
dikembangkan setelah meninjau berbagai pokok bahasan
sejenis didalam berbagai literatur.
Penilaian dampak proyek e-government penting
karena peningkatan jumlah investasi pemerintah dalam e-
government terus meningkat. Berdasarkan beberapa kisah
sukses yang dipublikasikan oleh media dapat menjadi
acuan bagi pengembangan e-government di berbagai
lembaga namun. di sisi lain, bukti gagal proyek telah
menarik perhatian dengan tingkat risiko dalam
pelaksanaan.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 247
Tingkat kegagalan lebih dari 50 persen dalam
konteks negara-negara berkembang, bahwa banyak proyek
diluncurkan belum memberikan dampak perbaikan yang
signifikan dalam pemberian layanan pemerintah. Oleh
sebab itu sebuah penilaian yang sistematis dan jelas untuk
pemahaman yang lebih baik efek dari aplikasi e-
government perlu diperkenalkan kepada publik.
Sebuah laporan oleh PBB menyesalkan fakta bahwa
dokumentasi penelitian tentang dampak sosial atau
ekonomi pembangunan e-government ini hampir tidak ada
(PBB, 2003). Sebuah penilaian yang sistematis dan jelas
untuk pemahaman yang lebih baik tentang dampak
aplikasi e-government yang diperkenalkan oleh sektor
publik pada perubahan sosial-ekonomi, organisasi dan
perilaku dan faktor-faktor yang terlibat dalam perubahan
ini karena diperlukan untuk memandu kebijakan mengenai
investasi masa depan dalam hal ini daerah.
Saat ini, ada beberapa kerangka kerja atau
metodologi yang tersedia untuk secara akurat mengukur
keberhasilan atau kegagalan proyek e-government. Sukses
sering dinilai atas dasar laporan media, pengakuan oleh
lembaga-lembaga internasional dan penilaian yang
diberikan oleh pelaksana proyek. Dalam semua kasus ini
klien yang seharusnya mendapatkan keuntungan dari
proyek-proyek ini menyediakan tidak ada umpan balik.

248 | E t i n I n d r a y a n i
Jika umpan balik dicatat, biasanya anekdot dan tidak
berdasarkan survei yang sistematis. Evaluasi empat proyek
yang sukses di India melalui lembaga independen,
dilakukan pada tahun 2001, telah mengungkapkan hasil
yang mengejutkan. Dua dari empat proyek yang diakui
sebagai keberhasilan benar-benar muncul sebagai
kegagalan. Penting agar proyek e-government memiliki
komponen built-in penilaian berkala oleh lembaga
independen. Hal ini merupakan tambahan untuk
mekanisme umpan balik berkelanjutan dari klien.

Evaluasi Proyek e-Government yang telah Selesai di


Masa Lalu
Berdasarkan review atas dokumentasi pada 175
proyek, kesimpulan laporan Bank Dunia menarik pada
jenis evaluasi yang dilakukan dalam praktek adalah:
1. Studi evaluatif telah dilakukan untuk melayani berbagai
tujuan. Beberapa studi memandang kesuksesan
implementasi dalam hal apakah sistem yang berfungsi
sebagai mereka dirancang untuk atau sejauh mana hasil
yang ditentukan dicapai. Beberapa studi melihat
keberlanjutan jangka panjang dan peniruan proyek.
Beberapa studi mengukur manfaat yang dikirim ke
lembaga. Beberapa studi telah difokuskan pada
manfaat bagi klien. Hampir tidak ada studi

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 249
komprehensif yang menilai dampak pada semua
pemangku kepentingan dan tertutup baik jangka
pendek dan dampak langsung dan tidak langsung jangka
panjang. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan
analisis biaya dan manfaat. Seringkali studi evaluasi
yang telah dilakukan oleh lembaga yang dapat dilihat
sebagai memiliki kepentingan dalam menunjukkan hasil
yang positif;
2. Berbagai pendekatan telah digunakan untuk evaluasi.
Ini termasuk survei, pendapat ahli, studi etnografi dan
penilaian internal yang dihasilkan oleh lembaga
pinjaman;
3. Studi yang berbeda dari proyek yang sama
menunjukkan hasil yang sangat berbeda, dengan
demikian, menunjukkan kurangnya hasil kredibilitas.
Bagian dari alasan untuk hasil yang berbeda adalah
penggunaan sampel yang sangat kecil dan kurangnya
ketelitian dalam sampling dan pengumpulan data dari
klien tentang sistem. Hasil bisa karena itu tidak mudah
digeneralisasi atas seluruh penduduk klien;
4. Studi mengevaluasi fungsi sistem komputerisasi tetapi
tidak dapat menilai perbedaan yang dibuat dengan
menggunakan ICT sebagai kebutuhan kontra (evaluasi
sistem karena mereka bekerja sebelum komputerisasi)
terabaikan. Seringkali dampak penggunaan ICT itu tak

250 | E t i n I n d r a y a n i
lepas dari intervensi lain yang dibuat bersamaan
dengan upaya komputerisasi; dan
5. Akhirnya, karena penelitian yang berbeda tidak
menggunakan metodologi standar, sulit untuk
membandingkan hasilnya untuk proyek dengan proyek
lainnya. Banyak peneliti telah mencatat bahwa studi
evaluasi terakhir tidak digunakan kerangka umum atau
metodologi dan bahwa tingkat keberhasilan/kegagalan
telah dinyatakan berdasarkan sampel purposive (Peters
et al., 2004).

Tinjauan Pustaka pada Analisa Dampak


Sementara sejumlah besar studi akademis dan
kebijakan telah dilakukan tentang bagaimana cara terbaik
untuk mengevaluasi proyek ICT sektor publik, sejauh ini
terbukti tidak memadai dalam memberikan pembuat
kebijakan dengan kerangka kerja sistematis untuk
evaluasi. Kelompok pertama studi memberikan perkiraan
makro tingkat aktivitas e-government menggunakan
indeks penilaian berfokus pada sisi penawaran, tindakan
kuantitatif seperti kehadiran web pemerintah, cakupan
jaringan, dukungan kelembagaan dan peraturan dan
penyediaan modal manusia (UNPAN, 2004; Barat, 2005 ).
Seperti penilaian berdasarkan faktor e-readiness
tidak memiliki implikasi kebijakan langsung terlihat dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 251
penurut. Mereka cenderung fokus hampir secara eksklusif
pada pengukuran akses fisik ke jenis tertentu ICT tanpa
memasukkan isu-isu lain seperti keterjangkauan,
kesesuaian, kapasitas ICT dan pelatihan, dan lingkungan
peraturan dan ekonomi makro (Bridges, 2005).
Kelompok kedua studi, yang terjadi secara sedikit
demi sedikit sebagian besar anekdot, memberikan
evaluasi proyek-tingkat dengan sedikit prospek untuk
sintesis dari pendekatan masa lalu. Sejumlah kecil
penelitian telah difokuskan pada dampak tentang proyek-
proyek dalam hal bagaimana mereka mempengaruhi warga
dan lembaga pemerintah, tapi temuan jarang dikaitkan
dengan tren nasional, regional atau global yang lebih luas,
misalnya, dalam hal perubahan dalam pendekatan untuk
pembangunan dan kebijakan pemerintahan (Grant 2005;
Heeks, 2003a; Madon dan Kiran, 2002).
Kinerja Referensi Model Pemerintah AS
(PRM) adalah model secara luas dikutip yang bertujuan
untuk mengukur penciptaan nilai di sector.3 publik
kerangka membangun dari rantai nilai dan logika program
model untuk mencerminkan bagaimana nilai diciptakan
sebagai masukan (seperti teknologi) , digunakan untuk
membuat output (melalui proses dan kegiatan), yang pada
gilirannya hasil dampak (seperti misi, bisnis dan pelanggan
hasil). Membimbing seluruh kerangka PRM adalah hasil

252 | E t i n I n d r a y a n i
strategis yang mewakili prioritas kebijakan yang luas yang
terlihat untuk mendorong ke arah pemerintahan.
Faktor umum praktek terbaik untuk penciptaan
nilai dalam proyek-proyek e-government telah
terdokumentasi dengan baik dalam beberapa laporan oleh
pemerintah dan konsultan eksternal (Accenture, 2002; Uni
Eropa, 2003; Gartner, 2002). Salah satu contoh adalah
penelitian yang dilakukan bersama oleh Departemen
Denmark Keuangan dan Accenture yang mengidentifikasi
dua dimensi utama nilai: (a) Nilai kepada investor dalam
hal manfaat nyata keuangan, penghematan biaya,
menghindari biaya dan peningkatan pendapatan; dan (b)
Nilai untuk pengguna dalam hal layanan ditingkatkan,
mengurangi biaya dan/atau penghematan waktu kepada
warga dan mengurangi beban administrasi untuk bisnis.
Perhitungan waktu dan uang yang dihabiskan
dalam mencari dan menggunakan informasi publik adalah
manfaat paling langsung dan dapat diukur aplikasi e-
pemerintah untuk pengguna seperti yang ditunjukkan
dalam Organisasi Terakhir untuk Kerjasama Ekonomi dan
Pembangunan (OECD) dan studi Uni Eropa (eGEP, 2005;
Lau, 2005). Laporan-laporan ini mengidentifikasi
ditingkatkan pengumpulan pendapatan, biaya lebih
rendah karena proses yang efisien transaksi dan
pengurangan beban administrasi disebabkan oleh

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 253
penyederhanaan atau penghapusan prosedur karena
beberapa dampak langsung yang dapat diukur.
penghematan keuangan untuk pengguna dalam hal waktu
dan uang yang dihabiskan dalam mencari dan
menggunakan informasi publik adalah manfaat paling
langsung dan terukur aplikasi e-government untuk klien.
Sebuah jumlah yang signifikan tentang pekerjaan juga
telah dilakukan pada mempelajari persepsi pengguna
kualitas dalam hal atribut seperti aksesibilitas, sikap staf,
biaya layanan, penyediaan informasi, keadilan prosedural
dan kenyamanan.
Perhitungan manfaat ekonomi bersih tentang
proyek IT telah terbukti sangat menantang sebagai hasil
multi-dimensi dan terdiri dari indikator kuantitatif dan
kualitatif. Kelihatannya bahwa ada ruang untuk
memberikan perhatian lebih lanjut untuk hubungan antara
masalah kualitas pelayanan, pemerintahan, dampak yang
lebih luas pada masyarakat dan investasi ICT. Kerangka
yang lebih baru yang berkembang di sekitar gagasan
bahwa fokus eksklusif pada biaya keuangan dan manfaat
bagi pemerintah daun keluar banyak manfaat non-
ekonomi yang penting (Lau, 2005). Salah satu manfaat
tersebut berkaitan dengan peningkatan membawa dalam
berbagai aspek kegiatan pemerintahan. Manfaat non-
ekonomi lain berkaitan dengan mengatasi prioritas

254 | E t i n I n d r a y a n i
kebijakan yang lebih luas yang untuk konteks negara-
negara berkembang dapat merupakan prioritas sebagai
artikulasi dalam Tujuan UNDP Pembangunan Milenium.
Sebagian besar model penilaian yang diusulkan
dalam literatur belum digunakan dalam konteks negara
berkembang dan banyak yang benar-benar belum
diterapkan dalam praktek bahkan di negara maju. Mereka
juga tidak memperhitungkan berbagai model pengiriman
yang digunakan di negara-negara berkembang seperti
pusat layanan umum dan outlet waralaba yang dapat ritel
e-services yang ditawarkan oleh pemerintah. Isu-isu
praktis dari kurangnya data belum diperhitungkan-
terutama dalam konteks negara berkembang di mana
survei dasar tidak dilakukan dan sistem monitoring dan
evaluasi yang lemah. Sejak penilaian dampak adalah
tujuan utama, membangun kontra merupakan elemen
penting dari kerangka pengukuran yang diusulkan.
Dua pendekatan, Metode Analisis dan Nilai
Enhancement (MAREVA) yang dikembangkan oleh Agence
pour le developement Badan de l'Administration
Electronique-Elektronik Administrasi Pembangunan (ADAE)
di Perancis dengan bantuan Bearing Point dan getaran
Efisiensi Ekonomi metodologi Penilaian yang digunakan
oleh pemerintahan federal Jerman (Kementerian federal,

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 255
2004 Interior) yang berguna dalam mengembangkan
kerangka yang diusulkan dalam bab ini.
Metodologi ini dikembangkan oleh kedua
pemerintah di negara-negara Uni Eropa fokus secara luas
pada dimensi yang sama. Mereka menawarkan dua tingkat
penilaian dampak: pertama, dalam hal bagaimana proyek
memberikan pembenaran kasus bisnis dari pengeluaran
dan kedua, dalam hal bagaimana proyek memenuhi tujuan
lembaga yang bersangkutan dan, pada gilirannya,
bagaimana ini membantu dalam memenuhi lebih luas
strategi pemerintah. Membimbing kerangka penilaian
tersebut adalah hasil yang strategis ditempuh oleh
pemerintah masing-masing mewakili prioritas kebijakan
yang luas yang mendorong ke arah pemerintah.
Pertimbangan ini telah dimasukkan dalam kerangka
penilaian yang diusulkan untuk proyek-proyek e-
government dalam bab ini. Kerangka kerja ini berfokus
pada ide mengukur nilai total disampaikan oleh sebuah
proyek untuk pemangku kepentingan yang berbeda dan
mengambil pendekatan yang seimbang antara studi kasus
dan analisis kuantitatif. Ia mengakui bahwa beberapa
bagian dari nilai untuk setiap pemangku kepentingan
dapat menghasilkan uang dan bagian lainnya perlu dinilai
secara kualitatif. Bagian selanjutnya menyediakan

256 | E t i n I n d r a y a n i
penjelasan lebih rinci tentang kerangka pengukuran dan
bagaimana kerangka itu diperoleh.

Usulan Kerangka Pengukuran


Sebuah dampak proyek pengiriman e-service tiga
kelompok pemangku kepentingan:
 klien menerima layanan;
 (lembaga (termasuk beberapa mitra) yang
memberikan layanan; dan
 masyarakat yang lebih luas yang terdiri dari warga
negara, bisnis, pemerintah secara keseluruhan dan
masyarakat sipil.
Dampaknya dapat dinilai dalam hal berbagai hasil
dialami oleh setiap jenis pemangku kepentingan. Sejak
ICT diperkenalkan sebagian besar dalam konteks reformasi
pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas
dan transparansi pemerintah, tahap pertama yang penting
adalah untuk memastikan sejauh mana hasil-hasil
dimaksudkan dari aplikasi ICT di sektor publik telah
dicapai.
Tabel berikut merupakan daftar dimensi kunci dari
hasil dan indikator yang dapat dipertimbangkan untuk
setiap jenis pemangku kepentingan. Generator dari hasil
ini adalah masukan dan proses bisnis. Oleh karena itu,
penilaian perlu menggabungkan informasi proyek seperti

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 257
input (teknologi, modal manusia, dll), hasil proses (proses
reengineered, memperpendek waktu siklus, meningkatkan
akses ke data dan analisis dan fleksibilitas dalam laporan)
dan proses organisasi (kelembagaan , struktur organisasi
dan inisiatif reformasi lainnya dari pemerintah yang
mungkin mempengaruhi hasil untuk proyek IT) (Hu et al.,
2005).
Tabel 19. Dimensi Kunci Berdampak pada berbagai
Pemangku Kepentingan
Pemangku Kepentingan Dimensi Kunci yang Berdampak
Klien  Biaya Ekonomi langsung dan
tidak langsung (jumlah
kunjungan, biaya perjalanan,
waktu perjalanan, waktu
tunggu, waktu berlalu untuk
pengiriman layanan, biaya
layanan dan biaya suap);
 Pemerintahan (korupsi,
akuntabilitas, transparansi dan
partisipasi); dan
 Kualitas layanan (tingkat
kesalahan, kesopanan,
keadilan dan kenyamanan).

258 | E t i n I n d r a y a n i
Badan (Termasuk mitra • Dampak Ekonomi langsung dan
dalam pelaksanaan). tidak langsung (pengurangan
biaya operasi, pertumbuhan
pendapatan, biaya
diamortisasi investasi, koleksi
biaya layanan dan insiden
penipuan);
• Pemerintahan (korupsi,
akuntabilitas, transparansi
aturan, prosedur, keputusan
dan partisipasi dalam desain
proyek);
• Kinerja pada tujuan utama
non-ekonomi (cakupan
penduduk terlayani, keranjang
layanan, MIS untuk memantau
dan mendukung keputusan);
dan
• Proses perbaikan (integrasi
layanan di seluruh instansi,
pengurangan penanganan
data, catatan pemeliharaan:
akurasi, konsistensi, keamanan
dan pemulihan bencana dan
mampu telusur transaksi dan
audit).

Masyarakat dan Dampak terhadap tujuan


pemerintah secara pembangunan (pengurangan
keseluruhan kemiskinan, peningkatan lapangan
kerja, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan sektor sosial).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 259
Metodologi Pengukuran Dampak terhadap
Penyedia/Pengguna
Sementara kerangka dan indikator yang akan
diukur untuk setiap dimensi dapat diterapkan di semua
jenis proyek pelayanan, pemilihan metodologi survei
dapat bervariasi berdasarkan karakteristik proyek, sumber
daya yang tersedia untuk evaluasi dan tingkat yang
diinginkan dari kontrol kualitas Data dikumpulkan.
Elemen-elemen kunci dari metodologi meliputi:
1. Wawancara dan kelompok fokus dapat digunakan
bersamaan dengan survei untuk memperoleh
pemahaman yang lebih dalam proses bagaimana nilai-
nilai diciptakan. pengumpulan data harus dilakukan
oleh lembaga independen yang tidak terlihat untuk
dihubungkan ke pelaksana proyek; dan
2. Prosedur Sampling harus sedemikian rupa sehingga
berdampak kecil dapat dihitung, estimasi dapat
diproyeksikan untuk seluruh penduduk dan keakuratan
hasil tersebut dapat didefinisikan.

Pemilihan Proyek
Pemilihan proyek akan tergantung pada tujuan
penilaian. Untuk evaluasi retrospektif dari keputusan
investasi atau keputusan tentang duplikasi proyek di
geografi lainnya, proyek matang harus dipilih.

260 | E t i n I n d r a y a n i
Kematangan tercermin dalam beberapa tahun yang proyek
ini telah beroperasi, ruang lingkup dirancang (jasa yang
telah terkomputerisasi dan jumlah langkah yang telah
otomatis untuk setiap layanan) dari proyek dan sejauh
mana itu telah dicapai dan sejauh mana pengiriman
elektronik jasa meliputi populasi yang ditargetkan. Proyek
yang masih berkembang pada salah satu dimensi di atas
tidak akan dipertimbangkan matang.

Membangun Profil Proyek


Mendapatkan persetujuan dari lembaga untuk
melakukan penelitian. Menjelaskan tujuan penilaian dan
metodologi luas yang akan digunakan untuk karyawan
kunci dari badan termasuk kepala. Meskipun penelitian ini
dapat didanai dari sumber independen, data yang perlu
dikumpulkan dari agen. Jika badan tidak bekerja sama
akan sulit untuk menilai dampak tingkat instansi.
Data akan perlu dikumpulkan pada konteks proyek:
informasi dasar tentang jenis klien (pengguna), jenis
pelayanan yang diberikan, cara persalinan; skala operasi
dan tahun beroperasi di skala saat ini dan cakupan. Proyek
dapat diimplementasikan dengan skala dan ruang lingkup
yang berbeda:

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 261
1. Seluruh negara, oleh lembaga tingkat nasional seperti
Pajak Penghasilan, Bea dan Cukai dan Departemen
Perusahaan;
2. Negara Bagian, oleh badan-badan seperti departemen
transportasi, departemen pajak komersial, pendaftaran
departemen; dan
3. Di tingkat lokal oleh kabupaten/kota.
Layanan dapat ditawarkan kepada segmen nasabah
yang berbeda seperti warga negara, bisnis untuk
perantara (seperti akuntan carteran dan agen penanganan
kargo). Ruang lingkup layanan bisa dibatasi seperti dalam
mengajukan aplikasi online atau bisa meluas, dan mungkin
mencakup proses lengkap memberikan layanan seperti
dalam pengolahan tagihan masuk, e-payment tugas dan
clearance barang.
Mempelajari pelayanan dan mengumpulkan data
tentang jumlah jenis transaksi yang ditangani.
Mengidentifikasi layanan utama (berdasarkan volume atau
kontribusi terhadap pendapatan fee atau pajak)
berdasarkan masukan dari instansi. Mengidentifikasi para
pemangku kepentingan yang berbeda yang dapat
berdampak.
Desain Pengumpulan Data Instrumen
Ada tiga cara dasar pengumpulan data dari klien:
melalui tatap muka wawancara yang dilakukan oleh

262 | E t i n I n d r a y a n i
peneliti terlatih, survei yang dilakukan melalui Internet
dan kelompok fokus yang dilakukan oleh peneliti terlatih.
Wawancara langsung dari sampel yang memadai dari
pengguna adalah cara yang ampuh untuk mengekstrak
informasi rinci dari pengguna tentang dampak ekonomi
aktual dan persepsi kualitas.
Waktu dan Biaya yang berhubungan dengan
pendekatan ini, bagaimanapun, mungkin belum
membuatnya setuju untuk sering digunakan. Survei
Internet, di sisi lain, dapat menjadi alat yang efektif
untuk mengumpulkan informasi dalam waktu singkat,
tetapi sulit untuk mengontrol karakteristik responden.
Wawancara terbatas dan metode kelompok fokus dapat
digunakan untuk kelemahan ini.
Pilih mode pengumpulan data tergantung pada
akses ke dana dan bantuan penelitian. Gunakan lembaga
riset pasar profesional dengan peneliti dilatih untuk
wawancara langsung. Biaya akan tergantung pada waktu
yang diperlukan untuk survei klien, sejumlah lokasi di
mana klien harus disurvei dan jumlah responden yang
akan disurvei. Biaya bisa bervariasi antara Rs 150 dan 500
per responden tergantung pada sifat dari lokasi responden
dan ukuran dan kompleksitas instrumen.
Menggunakan kerangka kerja untuk
mengembangkan kuesioner untuk klien. Menyesuaikan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 263
instrumen survei untuk setiap proyek dan jasa yang sedang
dipelajari. Hal ini bermakna untuk mengukur biaya dalam
konteks layanan tertentu. Mengadaptasi kuesioner dalam
bahasa lokal menggunakan istilah sehari-hari. Sebuah
kuesioner sampel disajikan dalam lampiran di akhir bab
ini. Beberapa tips yang berguna untuk desain kuesioner
adalah:
• Desain laporan analitis sebelum survei. Seringkali
variabel kunci yang dapat terjawab jika sifat analisis di
dalam belum memikirkan sebelum penelitian;
• Kode banyak item di dalam kuisioner sebanyak
mungkin;
• Gunakan konsisten kode untuk mewakili skala tinggi
dibandingkan rendah atau positif terhadap persepsi
negatif;
• Gunakan nada pertanyaan berbeda untuk mengukur
beberapa item kunci/persepsi;
• Kata-kata dari pertanyaan harus sesuai dengan tingkat
keahlian dari pewawancara dan tingkat pendidikan
responden; dan
• Ada banyak cara untuk mendapatkan tanggapan dari
persepsi yang diukur berdasarkan skala.
Seleksi dan Pelatihan Penyidik
Pilih tim penyelidik. Penyidik harus memiliki
kualifikasi tinggi dan pengalaman dari biasanya diperlukan

264 | E t i n I n d r a y a n i
untuk survei sektor sosial. Penyidik akan perlu memahami
langkah-langkah dasar melalui e-delivery pelayanan
berlangsung dan juga memahami istilah yang digunakan
dalam mengukur tata kelola. Hal ini diperlukan untuk para
peneliti untuk mengamati proses pelayanan dengan
mengunjungi pusat pengiriman. Tim biasanya akan
menjalani program pelatihan. Tim studi harus
berpartisipasi dalam pelatihan penyidik. Kecuali jika
peneliti memiliki kejelasan tentang apa yang diukur
melalui setiap pertanyaan, kualitas data akan menjadi
miskin. Banyak contoh yang harus diberikan untuk
menjelaskan makna dari istilah-istilah seperti biaya
perjalanan, transparansi, akuntabilitas, dan lain-lain.
Menguji kuesioner dengan pengguna yang benar
sebelumnya. Umpan balik dari pra-pengujian kuesioner
harus didiskusikan antara tim studi dan peneliti. Umpan
balik dapat mencakup panjang kuesioner, interpretasi
setiap pertanyaan dan tingkat kesulitan dalam
mengumpulkan data sensitif. Menilai kualitas peneliti
adalah ide yang baik. Sesi Pelatihan dan umpan balik
dapat digunakan untuk menyaring peneliti.

Menentukan Ukuran Sampel


Data perlu dikumpulkan dari dua kelompok-satu
yang telah menggunakan sistem e-government yang dinilai

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 265
(pengguna) dan lainnya yang telah menggunakan sistem
alternatif (non-pengguna) yang digantikan oleh sistem e-
government. Sampel yang diambil dari dua kelompok
dapat terdiri dari set yang sama sekali berbeda dari
responden. Dua sampel harus serupa dalam hal
karakteristik seperti pendidikan, pendapatan, usia,
kedekatan geografis. Biasanya sampel pengguna dari
sistem e-government lebih mudah untuk memilih dari
pengguna dari sistem saat ini.
Bagaimanapun, pemilihan sampel non pengguna
sulit karena sistem alternatif mungkin tidak digunakan
saat ini. Salah satu strategi untuk mencocokkan dua
sampel dapat terlebih dahulu melakukan studi
percontohan untuk mengembangkan profil untuk pengguna
dari sistem e-government. Berdasarkan profil, pertanyaan
skrining kemudian dapat dikembangkan untuk menyaring
non-pengguna yang tidak sesuai dengan profil pengguna.
Survei rinci akan itu pun hanya dilakukan dari non-
pengguna yang cocok. Atau, jika sampel dapat ditemukan
terdiri dari responden yang mengalami kedua sistem (e-
pemerintah dan kontra fakta), dari dua sampel berbeda
yang tidak diperlukan. Namun, ketika meminta responden
untuk membandingkan pengalaman mereka sistem kedua
(e-pemerintah dan kontra fakta), kita harus memastikan
hasilnya tidak sensitif terhadap daya ingat.

266 | E t i n I n d r a y a n i
Pada Tabel 19 merupakan analisis mode
pengiriman yang berbeda dan menunjukkan kondisi di
mana dua sampel berbeda sangat diperlukan. Efek ukuran
yang digunakan untuk mengukur besarnya dampak
(komputerisasi dalam hal ini) dan dapat dihitung sebagai
perbedaan standar antara dua alat. efek ukuran (Cohen
1988) dapat didefinisikan sebagai kecil (antara 0 dan 0,2),
menengah (> 0,2 dan <= 0,5) dan besar (> = 0.8).
Ukuran sampel ditentukan oleh ukuran efek yang
diinginkan bahwa kita ingin dapat statistik mendeteksi
dengan presisi yang diinginkan (daya) yang dibutuhkan
untuk penelitian. Kriteria utama untuk menentukan
ukuran sampel dalam analisis dampak adalah kemampuan
untuk 'mendeteksi' dampak dari besarnya diinginkan
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi-Minimum
terdeteksi Effect (MDE) 0,5 Dengan kata lain, jika kita
percaya dampak dari besarnya tertentu memiliki relevansi
kebijakan, maka kita harus memiliki kekuatan statistik
untuk menguji apakah atau tidak itu adalah statistik
berbeda dari nol.
Semakin kecil MDE, semakin besar kemungkinan
kita akan dapat mendeteksi dampak yang lebih kecil. MDE
tergantung pada:
• Varians yang diharapkan dari perkiraan dampak;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 267
• Tingkat signifikansi diasumsikan (dipilih untuk
mengurangi type 1 error), biasanya diasumsikan 95
persen; dan
• Diasumsikan tingkat 'kekuatan' (dipilih untuk
mengurangi tipe 2 error). Tingkat khas dipilih adalah 80
persen. Pada tingkat ini ada peluang 80 persen
mendeteksi efek sebagian besar MDE.
Ketiga faktor menentukan ukuran minimum efek
terdeteksi, yaitu, efek program yang terkecil yang
memiliki kesempatan yang wajar deteksi. Sebuah
kerangka sampling perlu dikembangkan untuk
pengumpulan data melalui survei terstruktur untuk klien.
Sebuah sampel bertingkat untuk sub wilayah cakupan total
berguna dalam memelihara presisi estimasi.
Dalam hal pusat layanan (cara yang paling umum
dari pengiriman), tingkat aktivitas (jumlah pengguna),
penyebaran geografis daerah tangkapan air, tingkat
infrastruktur transportasi dan profil pengguna akan
mempengaruhi biaya akses oleh pengguna. Variabilitas
dalam permintaan dan efisiensi pusat layanan dan di
dalam lokasi pengguna, dalam hal jarak dari pusat
layanan, perlu diambil dalam proses stratifikasi. Ukuran
sampel dihitung sehingga perkiraan akurat dari dampak
dapat dihitung dan hasilnya dapat diproyeksikan ke
seluruh populasi.Ukuran sampel ditentukan dalam hal:

268 | E t i n I n d r a y a n i
• Jumlah pusat pelayanan untuk dipilih;
• Jumlah lokasi (kota/kota/desa yang pengguna/non-
pengguna yang dipilih) dalam tangkapan setiap pusat
layanan; dan
• Jumlah pengguna (dan non-pengguna) dalam setiap
lokasi.
Untuk ukuran sampel yang diberikan total,
meningkatkan jumlah pusat pengiriman menyediakan daya
paling banyak. Di sisi lain, meningkatnya jumlah
Wawancara (responden) per unit sampling tidak
meningkatkan daya. Juga, untuk sejumlah tertentu dari
sampel unit yang bisa dikunjungi, lebih baik untuk
menyertakan jumlah yang lebih besar dari pusat layanan
daripada lebih lokasi (dalam tangkapan setiap pusat
layanan) yang responden dipilih
Unit sampling dari mana responden yang
diwawancarai harus dipilih atas dasar jarak unit dari pusat
pengiriman. Lokasi dapat dikategorikan sebagai jauh dan
dekat. Jumlah responden dari lokasi 'jauh' atau 'dekat' bisa
proporsional dengan jumlah responden mengunjungi pusat
pengiriman dari lokasi tersebut. Daftar pengguna 5-10 kali
ukuran jumlah sebenarnya yang akan dipilih untuk masing-
masing unit sampel yang dipilih dikompilasi. nomor yang
dikehendaki responden dapat dipilih dari daftar secara
acak.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 269
Melakukan Survei
Tim survei harus diawasi ketat dengan tidak lebih
dari 2-3 tim per pengawas. Kualitas pengawasan oleh
lembaga riset pasar sangat penting. Umumnya
pengawasan yang jauh lebih buruk dari yang ditentukan
dalam kontrak. pengawasan fisik dengan tim studi dari
proses survei adalah ide yang baik, bahkan jika hal itu
dilakukan secara selektif. Lembaga Market Research (MR)
harus diminta untuk mendokumentasikan hasil
pengawasan bidang mereka. Salah satu item utama cek
pengawasan adalah keterbacaan perekaman data oleh
peneliti.
Sebagian pra-data penelitian ditentukan oleh
instrumen yang diisi dan harus diverifikasi oleh pengawas.
Ini mensyaratkan bahwa alamat lengkap responden dicatat
sehingga pengawas dapat memvalidasi survei responden
yang dipilih secara acak.

Memasukan Data dan Membangun Validitas Data


Memasukkan data dapat dilakukan dalam format
yang dapat langsung masukan ke dalam paket analisis
statistik. Format dapat ditentukan setelah mengambil
keputusan pada paket analisis data. Paket Statistik untuk
Ilmu Sosial (SPSS) menyediakan berbagai memadai

270 | E t i n I n d r a y a n i
prosedur analitis untuk analisis data survei. Beberapa tips
yang berguna untuk memastikan kualitas data adalah:
• Secara acak memeriksa masalah memasukkan data
dengan membandingkan data dari kuesioner dengan
hasil cetak dari file data;
• Periksa nilai-nilai ekstrim untuk setiap item dalam file
data dan mengidentifikasi nilai-nilai yang tidak dapat
diterima untuk item kode;
• Memeriksa data yang tercatat untuk nilai-nilai ekstrim
dalam kuesioner;
• Periksa nilai abnormal tinggi standar deviasi;
• Meskipun kode dapat diberikan untuk nilai-nilai yang
hilang, bisa ada kebingungan antara nilai yang hilang
dan nilai yang sah dari nol;
• Carilah koneksi logis antara variabel seperti modus
perjalanan dan waktu perjalanan, suap dan korupsi;
• Kualitas data yang buruk sering dapat ditelusuri ke
penyidik atau lokasi tertentu; dan
• Pemeriksaan keabsahan data lengkap sebelum memulai
analisis.

Analisis dan Laporan


Dengan adanya kerangka yang diusulkan dan
metodologi, dampak dapat dianalisis dalam beberapa
cara. Jenis pertama dari analisis adalah dengan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 271
stakeholder dan dimensi kunci dari dampak pada setiap
jenis pemangku kepentingan.
Bagi warga, dampak biaya, mutu, tata kelola dan
kepuasan secara keseluruhan perlu dilaporkan dengan
tingkat petugas signifikansi statistik. Hal ini berguna untuk
melaporkan dampak dimonetisasi dan kualitatif secara
terpisah. Jika sampel yang memadai, dampak dapat
dianalisa lebih lanjut oleh profil pengguna (misalnya,
pedesaan/perkotaan, berpenghasilan tinggi atau
berpenghasilan rendah dalam kasus warga) dan modus
pengiriman (service center dibandingkan portal).
Demikian pula dampak dapat dianalisis dengan lokasi
(daerah/kota/taluk/desa) dari pusat layanan.
Jika sejumlah besar proyek telah dinilai,
dimungkinkan untuk melaporkan dampak dari berbagai
jenis aplikasi berdasarkan data dari kelompok proyek.
Bagian yang lebih menarik dari analisis ini adalah untuk
menggunakan pemahaman kualitatif dari proyek dan klien
untuk menjelaskan sifat dan besarnya dampak dan variasi
dalam dampak di seluruh proyek/jasa/mode/lokasi.
Contoh jenis di atas analisis dapat ditemukan di berbagai
bagian buku ini di mana hasil dari dua studi dampak
dibahas. Jika ada model/hipotesis untuk menjelaskan sifat
atau kuantum berdampak, tersebut dapat diuji melalui
analisis yang lebih canggih.

272 | E t i n I n d r a y a n i
Metodologi untuk Mengukur Dampak terhadap Lembaga
dan Masyarakat

Mengukur Dampak terhadap Badan


Sejumlah besar data historis pada biaya
operasional dan investasi perlu dikumpulkan untuk
mengukur dampak pada lembaga. Format dapat dirancang
untuk setiap item utama dengan mendefinisikan dan
menentukan unit pengukuran. Sebuah workshop untuk
membahas format dengan karyawan/peneliti yang akan
membantu dalam proses pengumpulan data sangat
berguna.
Untuk mengukur persepsi kualitatif pada perbaikan
dalam tata kelola, sejauh mana reformasi proses yang
dilakukan dan sejauh mana keberatan non-ekonomi yang
telah dicapai, survei kecil karyawan dan diskusi kelompok
fokus dengan karyawan yang sama bisa keluar untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih.

Menilai Dampak dilakukan yang Masyarakat


Ada banyak komponen dalam menilai kemungkinan
dampak yang lebih luas pada masyarakat seperti
pembangunan sektor sosial, pertumbuhan, lapangan kerja
dan pengurangan kemiskinan. Dampak tersebut dapat

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 273
terbaik dinilai dari segi kualitatif dan diwakili pada Skala
Likert. angka mutlak dari pengguna disajikan, sifat
layanan dan frekuensi penggunaan oleh klien dan
kepentingan relatif dari layanan untuk kesejahteraan klien
perlu dipastikan untuk penilaian kualitatif dari dampak
tersebut

Manfaat dan Keterbatasan


Metodologi penilaian dampak diuraikan dalam
sebelumnya dapat digunakan:
• Dalam proyek-proyek baru sebagai elemen inti dari
proyek M & E (Monitoring dan Evaluasi) sistem;
• Untuk benchmarking dari sistem pelayanan manual
sebelum komputerisasi; dan
• Penilaian retrospektif proyek pelayanan komputerisasi.
Metodologi mendefinisikan indikator yang tepat
untuk berbagai jenis hasil dan menyediakan panduan
untuk memilih indikator yang tepat. Metodologi ini dapat
digunakan untuk memeriksa kasus bisnis untuk proyek-
proyek TIK sektor publik di dalam negara-negara
berkembang dengan memberikan pemahaman yang lebih
baik dari biaya proyek tersebut dan menyoroti bidang
potensi keuntungan. Survei patokan manual dapat
digunakan untuk menetapkan target untuk berbagai
komponen dari tingkat layanan untuk sistem yang

274 | E t i n I n d r a y a n i
diusulkan. target tersebut dapat menentukan piagam
warga untuk pengiriman online layanan. Survei klien untuk
menilai sistem manual juga akan memberikan pemahaman
tentang struktur biaya klien untuk mengakses layanan.
Peningkatan menargetkan dalam pemberian layanan dapat
digunakan untuk melakukan analisis biaya dan manfaat
dari sistem yang diusulkan.
Target perbaikan dalam berbagai indikator juga
akan menjadi masukan untuk menentukan sifat dari proses
reengineering yang akan diperlukan dan desain teknis
yang akan memungkinkan tingkat perbaikan yang
diusulkan. Spesifikasi desain pada gilirannya akan
menentukan investasi yang diusulkan dan biaya operasi
mungkin. Angka pada manfaat dan biaya dapat
dibandingkan sebelum melaksanakan proyek. Perkiraan
potensi penghematan biaya untuk klien akan membantu
menentukan tingkat biaya pengguna, terutama jika
perkiraan agak akurat dari investasi dan biaya operasi
dapat dibuat.
Keterbatasan yang perlu dipertimbangkan ketika
menafsirkan hasil adalah:
 Untuk penilaian sistem manual, responden perlu
bergantung pada memori. Dalam kasus sistem yang
telah operasional untuk sejumlah besar tahun, recall
tersebut dapat memperkenalkan kesalahan. Belum ada

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 275
benchmarking dari pelayanan dalam sistem manual
sebelum menerapkan komputerisasi sistem. Sesuatu
yang baru yang perlu dilakukan untuk proyek-proyek
baru yang diambil di masa depan;
 Fakta bahwa ada tidak ada menetapkan standar
pelaporan untuk lembaga-lembaga publik untuk
menerbitkan data operasi dasar dalam domain publik
membuat sulit untuk mengumpulkan data operasional.
Juga, lembaga-lembaga publik waspada terhadap
evaluasi dan oleh karena itu sulit untuk mengumpulkan
data;
 Tolak ukur yang berbeda dapat digunakan untuk
evaluasi-perbaikan atas sistem manual, wisatawan
mutlak sistem komputerisasi (yang dapat menjadi
target bergerak) atau dampak potensial yang bisa
disampaikan; dan
Upaya diperlukan untuk penilaian proyek cenderung
berada di bawah estimasi. Ada banyak masalah dalam
mengukur apa yang kita dimaksudkan untuk mengukur:
desain pertanyaan, pelatihan, pra pengujian, pemeriksaan
lapangan dan data triangulasi.

276 | E t i n I n d r a y a n i
Pedoman Desain &
Implementasi Portal e-
Government

Pada bab ini akan dibahas mengenai pedoman


desain dan implementasi portal e-government.
Masyarakat, sektor swasta dan pemerintah mengharapkan
pembangunan teknologi informasi dan komunikasi
(telematika) di Indonesia menjadi lebih terarah dan
terintegrasi serta tidak tumpang tindih pengembangannya
mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun
pemerintah pusat. Oleh karenanya pemerintah menyusun
pula konsep sistem informasi nasional sebagai
acuan/panduan bagi penyusunan national e-strategy di
Indonesia yang dilengkapi dengan konsep pelaksanaan
secara makro melalui program e-Indonesia, yang
didalamnya termasuk pembangunan e-government.
Agar kebijakan pengembangan e-government dapat
dilaksanakan secara sistematik dan terpadu, maka
diperlukan peraturan, standarisasi dan panduan yang
konsisten dan saling mendukung. Panduan ini perlu
disebarluaskan kepada semua kalangan baik pemerintah

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 277
pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat, serta
perlu pula disosialisasikan sebagai bagian dari kebijakan
dan strategi pemerintah dalam pengembangan e-
government guna mewujudkan kepemerintahan yang baik
(good governance).
Dalam banyak kasus, ada beberapa contoh lembaga
yang bergerak dari pelayanan pengguna untuk pengiriman
online. Warga berinteraksi dengan publik atau operator
swasta yang mengakses data dan informasi dari pusat
layanan secara online yang terletak unit-unit kerja
pemerintah.
Di beberapa negara, beberapa layanan yang
disampaikan melalui pusat laynan ini secara online dengan
atau dibantu counter di lokasi pusat-pusat layanan.
Meskipun portal adalah modus yang paling populer dari
pelayanan di negara-negara yang maju dalam e-
government, ada beberapa contoh dari negara-negara
berkembang dari portal berkembang dengan baik.
Sebuah portal adalah kata generik yang digunakan
dalam banyak konteks. Ruang lingkup untuk isi portal
dapat menjadi perusahaan atau divisi daripadanya, sebuah
organisasi, bagian dari pemerintah atau seluruh instansi
pemerintah. Terdapat juga portal sektor dari berbagai
jenis seperti toko buku, portal perdagangan, pasar lokal
maupun internasional dan banyak lainnya. Terlepas dari

278 | E t i n I n d r a y a n i
ruang lingkup, fitur penting dari sebuah portal adalah
bahwa hal itu layanan integrasi menjadi sama, jika tidak
tentu Format standar seperti yang dilihat oleh pengguna.
Dalam bab ini, kita menggunakan istilah ini untuk merujuk
ke portal nasional yang komprehensif.
Berdasarkan Gronlund et al., (2008) memberikan
panduan bagi para pejabat di pemerintah negara-negara
berkembang dalam membuat keputusan apakah iya atau
tidak untuk mengembangkan portal layanan pemerintah
sebagai bagian dari program e-government dan apa
strategi untuk memilih hal isi dan layanan yang diberikan.
Bab ini menjelaskan fitur kunci dari portal dan
membahas faktor-faktor yang menentukan kesiapan untuk
meluncurkan portal. Faktor-faktor ini diklasifikasikan ke
dalam orang-orang yang menentukan penyerapan layanan
oleh klien (faktor sisi permintaan) dan orang-orang yang
mempengaruhi penyediaan layanan (faktor sisi
penawaran). Bab ini juga menyajikan kerangka konseptual
berfokus pada pilihan portal sebagai modus pengiriman
dalam konteks berbagai tingkat kecanggihan teknologi dan
kematangan administrasi negara.

Fitur Utama dari Portal e-Government-Akses Titik


Tunggal
Sebuah portal e-government menawarkan jalur
akses tunggal di mana warga dapat mengakses

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 279
seperangkat layanan pemerintah. Fitur utama dari portal
adalah bahwa hal itu mengintegrasikan beberapa layanan
online yang dibutuhkan oleh klien (warga/bisnis) di
seluruh siklus hidup mereka dan menyajikan layanan ini
dalam format yang mencerminkan urutan di mana layanan
ini dibutuhkan oleh klien. Layanan portal e-government
sering kali berkembang selama bertahun-tahun, biasanya
mulai dari penerbitan informasi pemerintah generik
diikuti oleh layanan interaktif menggunakan email dan
perangkat lain dan layanan yang lebih canggih yang
melibatkan transaksi.
Portal dibangun dengan menggunakan tiga
komponen utama adalah :
1. Aplikasi antarmuka pelanggan: Ini adalah aplikasi inti
untuk penyediaan informasi, interaksi dan transaksi
untuk melayani kebutuhan warga atau bisnis;
2. Alat penyediaan informasi: Alat-alat ini memungkinkan
standar pengaturan dan interoperabilitas antar lembaga
pemerintah di teknis, tingkat semantik dan bisnis. Ini
tidak hanya memfasilitasi akses ke informasi, tetapi
juga membantu menciptakan momentum ke arah
standardisasi dan integrasi layanan pemerintah dan
operasi. Contoh alat tersebut termasuk template untuk
input teks, alat untuk menambahkan gambar, tes
standar untuk penolakan dan bentuk umum; dan

280 | E t i n I n d r a y a n i
3. Alat nilai tambah: Ini terutama alat untuk memfasilitasi
transaksi online. Berbagai alat yang menjadi nilai
tambah yang digunakan dalam portal; misalnya, solusi
pembayaran dan fasilitas berlangganan; 'umpan balik'
dan sistem dukungan dan pengajuan elektronik bentuk-
bentuk tertentu. Mesin pencari adalah alat nilai tambah
yang penting. Sebagai fungsi dan layanan yang
ditawarkan di portal tumbuh, permintaan pengguna
untuk menemukan informasi yang tepat dengan cepat
juga tumbuh. Dengan demikian, mesin pencari yang
baik dikombinasikan dengan alat navigasi yang mudah
digunakan menjadi penting untuk meningkatkan
pengalaman pengguna.
Desainer biasanya fokus pada aplikasi antarmuka
pelanggan. Tersisa dua komponen seringkali dipandang
sebagai penetapan biaya tambahan dan pembatasan pada
desain layanan. Namun, untuk mengembangkan sebuah
portal yang berorientasi pengguna yang menawarkan
beberapa layanan secara terpadu, dua komponen terakhir
memainkan peran penting. Portal terkadang dibandingkan
dengan pusat perbelanjaan, di mana toko-toko yang
berbeda melakukan bisnis mereka di lokasi yang sama dan
manfaat dari infrastruktur seperti lift dan AC untuk
meningkatkan kenyamanan pelanggan. Demikian pula,
portal menyediakan platform umum untuk penyedia

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 281
layanan beberapa di mana mereka bisa mendapatkan
keuntungan dari shared dihargai alat ditambahkan untuk
meningkatkan pengalaman pengguna.
Proyek portal e-government biasanya perlu
investasi substantif. Sebagai contoh, Gateway Pemerintah
Inggris dilaporkan biaya £ 36.000.000 (2000-02) dan 16
portal negara USA telah menelan biaya hingga USD 2 juta
untuk setiap portal. Biaya portal adalah fungsi dari yang
diharapkan lalu lintas, jumlah layanan yang ditawarkan,
tingkat interaktivitas dan tingkat integrasi. Bagian
berikutnya membahas permintaan dan penawaran faktor
yang relevan untuk desain portal e-government dan proses
untuk memungkinkan standardisasi.

Faktor Permintaan dan Persediaan untuk Portal e-


Government
Sementara menilai permintaan adalah langkah
dasar menuju pada aktivitas untuk merancang sebuah
proyek portal di sektor swasta, itu telah menjadi titik
lemah dalam proyek portal e-government. Ada contoh
proyek Portal yang tidak menghasilkan manfaat yang
diharapkan karena pengguna tidak memanfaatkan layanan
portal sejauh yang bisa diharapkan.
Bagian ini mengkaji elemen kunci untuk menilai
permintaan, yang terkait dengan kualitas dan

282 | E t i n I n d r a y a n i
ketersediaan infrastruktur informasi dan perilaku
masyarakat pengguna. Unsur-unsur sisi penawaran, di sisi
lain, mempengaruhi pilihan layanan dari sudut kelayakan
pandang. Status kapasitas penyedia layanan juga
mempengaruhi titik masuk untuk proyek portal e-
government.

Faktor Sisi Permintaan


Faktor sisi permintaan kunci yang relevan dengan
portal e-government adalah:
1. Infrastruktur Informasi;
2. Jenis pengguna;
3. Penerimaan Pengguna; dan
4. Kesiapan konsumen dan bisnis untuk e-layanan.
Untuk sebagian besar penduduk untuk mengakses
layanan dari portal, infrastruktur untuk layanan utama
informasi seperti internet, telepon darat dan ponsel harus
tersedia secara luas dalam kualitas tinggi dan harga yang
terjangkau. Kualitas dan ketersediaan layanan informasi
memiliki implikasi untuk jenis layanan portal yang dapat
ditawarkan. Sebagai contoh, penggunaan internet di kafe
cyber, rekening bersama dan perantara layanan yang
lazim di negara-negara berkembang. Jasa warga negara
tertentu yang membutuhkan kemampuan otentikasi

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 283
pribadi teknis aman akan kemungkinan besar tidak cocok
di lingkungan seperti itu.
Sementara itu mungkin untuk mengatasi tantangan
ini dengan menggabungkan beberapa saluran, misalnya,
menggunakan Internet untuk informasipengumpulan dan
ponsel untuk otentikasi, itu akan menambah komplikasi
teknis dan hukum dalam desain proyek. Ketersediaan dan
keterjangkauan bandwidth adalah faktor utama lain yang
mempengaruhi keputusan jenis layanan. Layanan yang
membutuhkan teknologi yang lebih canggih, seperti
layanan transaksi berbasis, membutuhkan bandwidth yang
lebih besar untuk memastikan pengalaman layanan yang
stabil.
Untuk menghindari kendala infrastruktur, beberapa
pemerintah dapat memilih layanan yang cocok di
lingkungan bandwidth rendah merancang. Pendekatan
seperti tentu meningkatkan cakupan, tetapi sering
berkurang kegunaan, dan dapat meningkatkan biaya
desain.
Pada tingkat infrastruktur akankah pendekatan
Portal dibenarkan? Sebuah garis pemisah mungkin ditarik
berdasarkan jumlah orang portal e-government dapat
diperkirakan mungkin mencapai berdasarkan tingkat
infrastruktur yang tersedia. Di sejumlah negara maju,
ketika proporsi penduduk dengan beberapa bentuk akses

284 | E t i n I n d r a y a n i
internet hit sekitar 50 persen, kelompok besar politisi
(tidak hanya juara) menjadi benar-benar tertarik. Di
negara-negara berkembang, ini adalah isu strategis yang
harus dipikirkan. Bahkan jika akses publik terlalu rendah,
mengembangkan sebuah portal intranet untuk Pemerintah
Punya Pemerintah jasa (G2G) masih mungkin bermanfaat
untuk mengejar karena ini akan memberikan dasar yang
baik untuk pembangunan masa depan menuju portal
layanan warga.
Berbagai jenis pengguna memainkan peranan yang
berbeda selama proses penyebaran layanan online.
Memahami pola perilaku mereka berguna untuk
memperkirakan laju penyerapan permintaan. Pengguna
biasanya telah diklasifikasikan ke dalam lima kategori
(Rogers, 1995): inovator, pengadopsi awal, mayoritas
awal, akhir mayoritas dan lamban. Tiga pertama adalah
yang paling penting dalam hal memperluas basis
pengguna, karena mereka membentuk 'massa kritis' yang
perilakunya akibatnya diikuti oleh sisanya. Dalam konteks
e-government di negara maju, para inovator diharapkan
untuk mulai menggunakan layanan baru yang relatif
cepat, mungkin dalam tahun pertama, pengadopsi awal
dalam waktu tiga tahun dan mayoritas awal dalam waktu
lima sampai sepuluh tahun. Jika perkiraan ukuran dan
profil dari segmen ini populasi dapat diperkirakan,

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 285
proyeksi untuk penyerapan permintaan menjadi cukup
kuat.
Estimasi jumlah tahun adalah murni indikatif.
Sementara mencerminkan negara maju pengalaman itu
tergantung pada banyak faktor seperti konten layanan,
kualitas, keterjangkauan, dan lain-lain.
Sebuah portal e-government menawarkan
beberapa layanan dengan jangka waktu sosialisasi yang
berbeda. Beberapa akan lebih populer daripada yang lain.
Dalam rangka mempertahankan momentum untuk proyek
portal e-government, penting untuk memastikan bahwa
desain portal meliputi berbagai memadai layanan yang
dapat menjadi populer dalam kerangka waktu yang relatif
singkat. Jika layanan matang ditawarkan kepada pasar
yang matang, mayoritas awal dapat dicapai dalam waktu
satu sampai dua tahun. Selain itu, proyek portal e-
government harus mencakup layanan dukungan kepada
pengguna, misalnya, pusat layanan, Pertanyaan yang
Sering Diajukan (FAQ), dll, untuk memfasilitasi proses
penerimaan oleh berbagai segmen pengguna.
Selanjutnya, saat sosialisasi dapat bergantung pada
struktur sosial dan bahasa yang digunakan. Biasanya ada
organisasi masyarakat yang berpengaruh, misalnya, guru
dan orang tua di masyarakat pedesaan, yang dapat
membantu menyebarkan pengetahuan tentang layanan

286 | E t i n I n d r a y a n i
yang tersedia. Mereka juga dapat didekati untuk
memberikan umpan balik tentang desain dan kegunaan
dari layanan. Pembentukan dan proliferasi layanan portal
e-government lebih mudah jika e-layanan yang sebanding
ada di sektor komersial dan sukarela. Faktor faktor sisi
penawaran Key relevan dengan portal e-government:
1. Tingkat back-end, integrasi front-end;
2. Pemerintah kehadiran online dan kematangan
administrasi;
3. Keterampilan dan pelatihan staf; dan
4. Jasa pendukung yang tersedia.
Awal upaya portal sering menempatkan dorong
dalam aplikasi front-end sementara meninggalkan
integrasi back-end untuk tahap-tahap selanjutnya. Dalam
beberapa kasus, penekanan pada aplikasi front-office
tanpa integrasi dengan back-office mungkin berguna. Hal
ini mungkin terjadi jika kontak dengan warga adalah
masalah pembakaran dan tenaga kerja manual terjangkau
tersedia untuk memproses rutinitas back-office sampai
langkah berikutnya dilaksanakan. Dalam kasus lain,
strategi tersebut dapat membuktikan bencana karena
pengalaman pengguna tidak akan sampai ke standar yang
dapat mencegah pengguna untuk tingkat membahayakan
kredibilitas seluruh proyek.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 287
Umumnya, praktik yang baik adalah untuk
melakukan pemeriksaan menyeluruh dari status
komputerisasi di instansi pemerintah terkait pada awal
desain proyek. Review meliputi bidang-bidang seperti
tingkat saat komputerisasi front-office, komputerisasi
back-office, sistem online dan tingkat integrasi antara
sistem secara online dan sistem back-office. Proses ini
penting untuk menilai bagaimana proyek baru akan cocok
dalam sistem saat ini.
Negara yang ada Keberadaan Online Pemerintah
(OP) menentukan mana proyek harus mulai dan sampai
sejauh mana dapat menarik pada standar yang tersedia.
Ini memberikan indikasi tingkat kematangan administratif
ditetapkan oleh sejauh mana proses administrasi diatur,
didokumentasikan dan berfungsi. Jatuh tempo
administrasi memerlukan adanya sumber data dan derajat
mereka standardisasi dan kapasitas organisasi.
Ada sejumlah contoh 'pulau-pulau keunggulan' di
negara-negara berkembang di mana sekelompok terbatas
departemen pemerintah mencapai kehadiran online yang
sangat baik sementara mayoritas sisanya pemerintah
tetap pada tingkat primitif.
Dalam perspektif jangka menengah, sistem di
lembaga ini terpencil beresiko menjadi tidak sesuai
dengan bagian lain dari organisasi. Akibatnya, integrasi

288 | E t i n I n d r a y a n i
akhirnya dengan layanan lainnya dapat terhambat.
Sementara ada kebutuhan untuk kemajuan pesat di
beberapa tempat untuk menciptakan momentum dan
meningkatkan kesadaran, 'pulau-pulau keunggulan' perlu
diimbangi dengan pendekatan holistik.
Upaya yang diperlukan untuk mencapai semua ini
pada saat yang sama cukup besar sebagai tantangan pada
tahapan yang berbeda memerlukan berbagai pengguna e-
jatuh tempo. Pemerintah harus mendekati proses evolusi
ini dengan cara yang strategis. Tindakan yang diambil
dalam setiap fase harus mempersiapkan transisi ke fase
berikutnya.
Penyediaan informasi dan dukungan pengguna
untuk e-jasa membutuhkan keahlian yang berbeda.
Menempatkan informasi secara online dapat menjadi
pekerjaan yang relatif rendah-terampil, asalkan template,
alat dan informasi yang hadir. Secara historis, telah sering
dilakukan sebagai bagian dari 'menempatkan-orang-ke-
bekerja' skema, yaitu, dalam hubungannya dengan pasar
tenaga kerja dan/atau kebijakan pendidikan. Hal ini
sering menarik karena tidak hanya memberikan
pekerjaan, tetapi juga meningkatkan melek komputer
dan, pada gilirannya, meningkatkan peluang masyarakat
dalam pasar tenaga kerja.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 289
Banyak dari karya ini dapat otomatis, jika
informasi berbasis kertas ada, tetapi dapat membuktikan
menjadi lebih mahal dan tidak perlu untuk tujuan proyek.
Sebuah aspek yang sama pentingnya dari sebuah
proyek portal e-government adalah layanan dukungan
pengguna. Bahkan, banyak layanan portal gagal karena
dukungan pengguna diabaikan. Dengan demikian, staf
pemerintah yang terlibat dalam memberikan pelayanan
harus dilatih dalam memproduksi informasi yang benar
dan dimengerti, penyajian informasi yang tepat untuk
digunakan secara online dan berinteraksi dengan
pengguna di tempat-tempat seperti pusat layanan dan call
center dengan cara berorientasi layanan.
Akhirnya, kapasitas untuk melaksanakan prosedur
baru rekayasa ulang merupakan faktor penting. Harus ada
rencana untuk memelihara sekelompok manajer proyek
yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dan mempertahankan layanan elektronik
baru yang terintegrasi dengan reformasi proses
pemerintah.
Sebuah portal e-government membutuhkan
berbagai jenis layanan pendukung, baik di tingkat pusat
dan daerah, dan keberhasilan bergantung pada
ketersediaan layanan ini. Mereka termasuk kapasitas
sektor swasta yang kuat untuk konsultasi e-bisnis dan

290 | E t i n I n d r a y a n i
layanan dukungan teknis, standar industri-lebar untuk
platform dan bahasa pemrograman dan ketersediaan
program pelatihan untuk staf untuk menjalankan layanan
baru dan menggunakan teknologi baru.

Standardisasi untuk Pelayanan Terpadu


Portal e-government menawarkan beberapa
layanan pemerintah di jendela secara online tunggal.
Secara tradisional, layanan ini telah disediakan, dikelola
dan dimiliki oleh departemen pemerintah yang berbeda.
Mereka biasanya telah mengembangkan proses bisnis yang
berbeda dan standar untuk menawarkan layanan selama
bertahun-tahun. Mengintegrasikan layanan ke titik akses
tunggal memerlukan upaya lintas departemen untuk
standardisasi baik dari segi proses bisnis serta untuk
memenuhi persyaratan teknis yang terkait dengan
penerbitan web, berbagi data dan teknologi lainnya yang
digunakan dalam portal.
Untuk mengembangkan solusi bisnis yang
berorientasi pengguna jasa beberapa pemerintah dan
mempertahankan fleksibilitas yang cukup untuk merespon
perubahan di masa depan permintaan dan pengembangan
teknis, tingkat tertentu standardisasi diperlukan. Alat
penyediaan informasi dan alat-nilai tambah yang
disebutkan sebelumnya adalah alat teknis utama dalam

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 291
upaya ini. Secara umum, rencana standardisasi harus
mencakup bidang-bidang seperti:

1. Standar pelayanan:
a) Format presentasi umum;
b) Pencarian umum, navigasi dan informasi
manajemen sumber daya alat;
c) Pusat layanan yang melayani semua departemen
dan layanan terlibat;
d) Struktur untuk mengembangkan spesifikasi dan
standar semantik data elektronik layanan
pertukaran/pesan untuk memastikan informasi yang
diberikan kepada pengguna tanpa kehilangan atau
perubahan makna. Untuk batas tertentu, instansi
pemerintah mungkin dapat memanfaatkan struktur
yang ada digunakan oleh sektor swasta. Namun, ada
kebutuhan untuk mengembangkan spesifikasi dan
standar disesuaikan untuk daerah yang unik untuk
layanan pemerintah; dan
e) Standar Teknis. Saat ini ada konvergensi terhadap
penggunaan Web Services Description Language
(WSDL), Universal Description, Discovery dan
Integration (UDDI) dan Simple Object Access
Protocol (SOAP).

292 | E t i n I n d r a y a n i
2. Bagian Akhir Integrasi Teknologi
a) Terpadu pencari/navigasi/inquiry (termasuk
komponen teknis dan manual); dan
b) Integrasi teknologi (misalnya, ponsel dan web, web
dan call center).

3. Standarisasi Teknologi Dasar:


a) Internet dan World Wide Web spesifikasi;
b) Standar teknis interoperabilitas, misalnya,
Extensible Markup Language (XML);
c) Standar presentasi, misalnya, Extensible Style
Sheet Language (XSL) keluarga mendefinisikan XML
transformasi dokumen dan presentasi; dan
d) Metadata standar (membuat pencarian mungkin,
panduan generasi informasi). Perencanaan rinci dan
penilaian standardisasi di kawasan tersebut
membutuhkan masukan substantif dari para ahli
sistem informasi serta upaya untuk menyelaraskan
organisasi untuk mengatasi tantangan-tantangan
baru.

Untuk memulai proses, perencana portal e-


government harus membuat penilaian dari status saat ini
di daerah-daerah di mana standardisasi diperlukan.
Tergantung pada status, kebutuhan sumber daya untuk

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 293
transisi dari penyediaan informasi transaksi layanan dan
dari teknologi rendah ke teknologi tinggi akan sangat
bervariasi.

Penyelarasan Organisasi
Pemilik proses bisnis tidak selalu didedikasikan
untuk standar karena proses untuk menyepakati standar di
lembaga cenderung memperlambat proyek dan
membuatnya menjadi lebih mahal. Hal yang sama berlaku
untuk aplikasi nilai tambah yang tidak dalam area bisnis
mereka. Kepentingan dalam e-government juga sangat
tergantung pada sifat dari operasi departemen dan
sumber daya yang ada. Untuk mempersiapkan tanah untuk
standardisasi, perencana portal e-pemerintah harus fokus
pada transformasi organisasi bukan pada teknologi di
awal. Dalam rangka untuk mengatasi tantangan antar,
menugaskan agen terkemuka baik di tingkat kebijakan dan
operasional bisa efektif. Ada contoh lembaga seperti di
Inggris dan Korea (EGU nd, Masyarakat Informasi Badan
Nasional Korea nd). Namun, ini set up sering tidak cukup.
Selain kerangka kelembagaan formal, harus ada
mekanisme insentif untuk mendorong lembaga untuk
mematuhi kebijakan. Untuk membuat sistem yang dapat
diterima untuk instansi yang terlibat, sistem harus
dibentuk dengan cara yang kompatibel dengan budaya dan

294 | E t i n I n d r a y a n i
sejarah masing-masing negara dan organisasi masing-
masing, sementara masih melayani untuk mempromosikan
perubahan yang diinginkan.
Tantangan selama pelaksanaan e-government awal
adalah untuk menjaga dengan perubahan dan
pembangunan yang berkelanjutan dan cepat dalam
teknologi. Untungnya, karena meningkatnya standarisasi
terjadi di pasar teknologi saat ini, ada pilihan yang lebih
luas bagi pendatang baru untuk memanfaatkan didirikan
teknologi standar sehingga mereka dapat lebih fokus pada
isu-isu yang berkaitan dengan keselarasan organisasi.
Namun demikian, tantangan di depan teknologi
masih jauh dari signifikan. Portal e-government biasanya
berkembang dari informasi penerbitan ke platform yang
lebih interaktif dengan memperluas nilai tambah fungsi
yang memungkinkan transaksi dan integrasi. Sepanjang
jalan evolusi ini, ada beberapa solusi yang tersedia saat
ini dengan berbagai tingkat kecanggihan teknologi.
Ilustrasi berteknologi rendah, menengah dan teknologi
tinggi solusi untuk setiap tahap evolusional ditunjukkan
pada Tabel 20. Upaya standardisasi harus dirancang untuk
mengakomodasi transisi dinamis dari berteknologi rendah
untuk solusi teknologi tinggi selama siklus hidup dari
portal. Sebagai contoh, itu membuat lebih mudah untuk
berkembang dari postingan pengguna informasi di web

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 295
untuk lebih layanan penerbitan teknologi tinggi jika
pedoman untuk definisi dan format yang dikembangkan
untuk mengakomodasi pembangunan tersebut. Penandaan
informasi dari tahap awal akan memfasilitasi pengenalan
alat publikasi otomatis di tahap-tahap selanjutnya.
Sebuah FAQ standar akan menjadi dasar untuk layanan
interaktif lebih otomatis.
Meskipun akan ada tekanan untuk memenuhi
persyaratan dengan segera untuk memberikan layanan,
sebuah perencana portal e-government harus mengambil
pendekatan strategis untuk menghindari situasi buntu di
mana standar substantif yang ditetapkan setelah investasi
tidak disetujui untuk transisi ke tahap berikutnya.

Table 20. Solusi yang Tersedia sebagai Tahapan yang


Berbeda dalam Evolusi Pelayanan
Solusi Teknologi Solusi Teknologi Tingkat
Tahapan Tingkat Rendah Teknologi Tinggi Dan Integrasi
Menengah Back-Office
Kehadiran Menempatkan Menempatkan berdasarkan permin-
informasi online informasi taan 'personalisasi'
secara manual online secara permintaan otomatis
otomatis
Interaksi Interaksi via Interaksi online pusat layanan terin-
telepon atau tegrasi, semua
tatap muka media yang
mengikuti terstruktur, model
informasi web interaksi (sederhana-
menengah-masalah
rumit).

296 | E t i n I n d r a y a n i
Transaksi Informasi secara Transaksi Transaksi dan
online, transaksi secara online, konfirmasi secara
secara offline konfirmasi online
secara offline
Integrasi Sistem menu yang Sistem mencari Pelayanan yang
global yang global terintegrasi
Source: Grönlund et al. (2008).

Interaksi Pengguna
Tantangan lain adalah terkait dengan interaksi
dengan pengguna, yang sering dilakukan sebagai bagian
dari fungsi dukungan klien. Layanan portal e-government
yang terintegrasi harus didukung oleh standar dukungan
sistem pengguna di seluruh layanan dan departemen,
sehingga pengguna menerima kurang lebih sama tingkat
kualitas dan konten layanan. Sebuah praktek yang baik
dari pusat-pusat pelayanan sektor publik adalah untuk
merancang standar layanan sesuai dengan 'model e-
service'. Model ini terdiri dari tiga lapisan interaksi dengan
klien:
a) Layanan Mandiri;
b) Respon standar untuk pertanyaan sering; dan
c) Tanggapan ahli untuk pertanyaan rumit (situasi non-
standar).
Pada Tabel 21 berikut merangkum setiap lapisan
tersebut menggunakan media yang berbeda untuk
interaksi. Meskipun pengguna akan bermigrasi dari manual
ke layanan teknis dari waktu ke waktu sebagai

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 297
peningkatan kualitas layanan, kesadaran dan melek
komputer meningkat, akan selalu ada pengguna lebih
memilih layanan orang per orang. Pengguna akan selalu
memilih solusi yang paling mudah bagi mereka. Bukan
melalui daftar panjang pertanyaan yang sering diajukan
(FAQ), mereka akan menggunakan email atau telepon,
jika tersedia. Sesekali kerusakan layanan elektronik juga
akan mengharuskan pengguna untuk menelepon atau
mengunjungi kantor secara pribadi.
Sebuah pusat layanan berkelanjutan karena itu
harus memanfaatkan semua saluran layanan yang tersedia
dan mengintegrasikan hal tersebut dengan cara yang baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pilihan bagi
pengguna untuk memilih saluran yang mereka sukai di
dalam melakukan interaksi, memberikan jawaban yang
konsisten di seluruh jenis teknologi dan layanan dan
memungkinkan pengguna untuk beralih antara saluran
yang berbeda secara lancar setiap saat selama proses
tersebut.
Tabel 21. Saluran Komunikasi pada Berbagai Tahapan
Model Pelayanan.

Web Email Telep Layanan Layanan


on Mobilitas Manual
lainnya
Layanan Alat Notifikasi Menu- Notifikasi NA
Mandiri Navigasi, menu SMS

298 | E t i n I n d r a y a n i
Fungsi suara
pencarian
Respon FAQ, Tanggapa Call Tanggapan Kantor
Standar Bantuan n Cente dan Pelayanan
Menuju web, terhadap r notifikasi Terpadu
Pertanyaan Model pertanya denga melalui SMS satu pintu
Stantdar perhitung an n staf dengan staf
an diinisiasi umum umum
interaktif pada
setiap
media
Tanggapan Dokumen Konsultas Staf Tidak Layak
Ahli online i Ahli selalu tetapi
Pertanyaan disedi tersedia mahal.
yang rumit akan mengakibat Penggunaa
melal kan n sebagai
ui call keterbatas pilihan
center an di dalam akhir
interaksi
Sumber : Gronlund et al. (2008).

Kapan Waktu yang Tepat untuk Pindah ke Portal yang


Terintegrasi?
Dua faktor yang menentukan sejauh mana e-
government dan portal tertentu dapat diadopsi. Ini adalah
kematangan administrasi dan kecanggihan teknologi dari
pemerintah. Kematangan administrasi pada dasarnya
memerlukan adanya sumber data dan tingkat tertentu
standardisasi dan kapasitas organisasi. Hal ini menentukan
apakah kecepatan 'menempatkan informasi online' fase
dapat dieksekusi. Kecanggihan teknis adalah tingkat
'informatisasi' dan interoperabilitas teknis dalam

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 299
pemerintahan. Mode pengiriman e-government yang
paling sesuai dalam suatu negara berkembang sebagai
administrasi publik menjadi lebih terstruktur, lebih efektif
dan transparan dalam melayani warga selama bertahun-
tahun.
Hal ini dimungkinkan untuk melihat negara-negara di
empat profil yang mewakili tingkat tinggi atau rendahnya
kematangan administrasi dan tingkat tinggi atau
rendahnya kecanggihan teknis. Baik pindah ke portal
sesuai untuk masing-masing kategori dibahas.

Kematangan Administrasi dan Kecanggihan Teknologi


Rendah
Ini adalah di mana banyak negara berkembang saat
ini berada. Prosedur administrasi di instansi pemerintah
terutama manual, standarisasi di instansi rendah dan
sering mendokumentasikan praktek yang ada tidak akurat.
Prosedur telah dimodifikasi sedikit demi sedikit selama
bertahun-tahun, yang sering menimbulkan variasi yang
signifikan dalam prosedur di unit yang berbeda (kantor)
lembaga yang sama. Ada komputerisasi yang terbatas di
back-end atau dalam front-end untuk berinteraksi dengan
klien.
Negara-negara seperti tidak siap untuk proyek
portal. Mereka harus segera fokus pada pencapaian

300 | E t i n I n d r a y a n i
kematangan administrasi. Ini pada umumnya berarti
merancang register dasar dan komputerisasi mereka yang
akan membentuk blok bangunan dasar untuk e-delivery
jasa. Jika jalan pintas diambil, misalnya, dengan
komputerisasi front-end, ada kemungkinan bahwa sistem
yang dikembangkan tidak dapat diintegrasikan ke dalam
portal pada tahap berikutnya.
Beberapa negara berkembang mungkin sedikit
lebih dewasa, setidaknya di beberapa sektor pemerintah.
Bagaimanapun, proses administrasi masih didasarkan
terutama pada prosedur manual.

Beberapa catatan dapat terkomputerisasi tetapi


standarisasi definisi data umumnya rendah dan dengan
demikian prakondisi bagi interoperabilitas adalah
perhatian. Negara-negara seperti perlu untuk memulai
dengan komputerisasi database back-end dan jasa
pengiriman melalui counter komputerisasi front-end yang
antarmuka dengan warga.
Upaya ini adalah dalam mengkonversi database
pengguna ke dalam bentuk elektronik dan untuk
memastikan keakuratan selama proses konversi. Meskipun
proses konversi dilakukan di tingkat kantor lokal, seluruh
upaya harus didahului dengan latihan untuk menentukan
struktur untuk database. definisi data harus menggunakan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 301
standar/pedoman yang telah berkembang oleh lembaga
pusat untuk memungkinkan berbagi data di seluruh kantor
dan instansi di lain waktu. Sebagian besar usaha akan
berada di pelatihan karyawan untuk menangani data
terkomputerisasi dan keuntungan dari laporan analisis
yang akan bisa dihasilkan. Dalam menentukan sejauh
mana berbagai tugas dalam menyediakan layanan yang
otomatis, proses akan diperiksa dan kembali dirancang.

Kematangan Administrasi Tinggi dan Teknologi


Kecanggihan Rendah/Menengah
Ini adalah di mana sebagian besar proyek e-
government di negara maju dimulai. Negara-negara ini
mempunyai sistem administrasi yang berfungsi baik di
tempat, dan mereka sebagian besar terkomputerisasi,
tetapi mereka tidak terhubung dan tidak web-enabled.
Selama dekade terakhir, negara-negara ini telah
menghabiskan upaya besar menghubungkan sistem ini ke
web. Web pemberdayaan adalah bagian yang lebih mudah
dan kurang lebih sudah selesai, tapi membuat mereka
kompatibel terbukti menjadi bagian yang sulit.
Hanya negara-negara berkembang dengan baik
telah mampu mencapai tujuan interoperabilitas di
beberapa daerah seperti pengadaan, polisi, bea cukai dan
sistem fasilitasi perdagangan. Tujuan akhir dari negara-

302 | E t i n I n d r a y a n i
negara tersebut untuk ditujukan pada layanan yang benar-
benar dalam jaringan (Tahap 4 pada Gambar 1.1). Hal ini
dapat dicapai dengan berfokus pada mekanisme koordinasi
memastikan definisi data global, teknologi standar dan
desain layanan standar.

Kematangan Administrasi Rendah dan Kecanggihan


Teknologi Tinggi
Hal ini dapat terjadi ketika negara secara langsung
mencoba mengimpor sistem di tempat lain. Rute menuju
kematangan administrasi terkadang tampak terlalu lama.
Oleh karena itu, beberapa negara memilih untuk jalan
pintas. Hal ini dapat menjadi baik dan buruk. Ada baiknya
jika sistem dibawa masuk nantinya bisa dimasukkan
sebagai komponen dalam infrastruktur administratif dan
teknis yang matang. Tapi itu bisa menjadi kesalahan
mahal sebaliknya.

Kematangan Administrasi Tinggi dan Kecanggihan


Teknologi Tinggi
Ini merupakan posisi banyak negara maju sekarang
mendekati dengan 'menggabungkan' infrastruktur
informasi mereka. Ini telah dibutuhkan banyak bekerja
pada standar dan proses konvergensi. Contoh yang
menonjol termasuk Inggris dan Amerika Serikat, tetapi

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 303
semua negara-negara maju yang menempatkan banyak
usaha ke dalam ini. Langkah pertama adalah integrasi
teknis, menggunakan teknologi yang kompatibel. Hal ini
dibantu oleh industri IT yang memiliki minat dalam produk
mereka yang kompatibel dengan teknologi web.
Bagian yang lebih penting adalah integrasi data
dan definisi metadata. Alat banyak bermunculan dan
menjadi standar, seperti XML dan Dublin Core, namun alat
ini tidak benar-benar membantu mendefinisikan data;
mereka hanya menempatkan definisi dalam format yang
sama. Agar kompatibel tanpa kehilangan kualitas data,
data yang definisi sendiri harus distandarisasi atau
dikonversikan.

Monitoring dan Evaluasi Kerangka Portal Proyek


Selama fase implementasi, monitoring dan evaluasi
menjadi proses yang paling penting. Pada bab yang ini
difokuskan pada penilaian dampak, tidak ada diskusi
tentang bagaimana sebuah portal e-government dapat
dinilai. Sebuah portal e-government khas akan memiliki
tiga tingkat yang berbeda di mana hasil dan kemajuan
dapat diikuti. Tingkat ini meliputi:
1. Tujuan tingkat, status dan berdampak pada pencapaian
tujuan sosial, ekonomi dan politik yang telah
ditentukan dari proyek portal;

304 | E t i n I n d r a y a n i
2. Tingkat layanan, kualitas layanan individual; dan
3. Tingkat sistem, kualitas seluruh sistem untuk layanan
portal e-government.
Definisi e-government yang khas mencakup
beberapa tujuan, misalnya, transformasi hubungan
pemerintah dengan warga dan bisnis, pengiriman yang
lebih baik dari pelayanan publik, pemberdayaan
masyarakat, peningkatan transparansi dan koneksi
pedesaan.
Pencapaian target di level ini sulit diukur, tapi bagi
banyak dari mereka, setidaknya perkiraan dapat dibuat.
Hal ini penting untuk menggunakan kedua ukuran
kuantitatif dan kualitatif, tidak hanya sebagai patokan
untuk pencapaian, tetapi juga sebagai pedoman untuk
tindakan masa depan.
Setiap layanan perlu dievaluasi untuk kebaikan
teknis, misalnya, apakah fungsinya beroperasi seperti
yang diharapkan atau mereka sesuai dengan standar dan
praktik terbaik. Ada beberapa metode terbukti untuk
banyak aspek, termasuk kegunaan, nilai guna, fungsi
teknis, jumlah penggunaan dan evaluasi Customer
Relationship Management (CRM). Ada alat hands on dan
teknik, nilai yang dapat cukup mudah dan murah dinilai.
Memenuhi semua persyaratan tidak berarti layanan baru

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 305
akan benar-benar digunakan, tetapi setidaknya bisa
mengatakan apakah itu dapat digunakan.
Kegunaan dan manfaat sering dianggap persyaratan
dasar. Ada beberapa metode untuk mengevaluasi mereka.
Hasil gabungan dari dua jenis tes kegunaan harus
membantu memastikan bahwa layanan yang berkualitas
tinggi.
Pertama, panduan ahli dapat memberitahu sejauh
mana layanan memenuhi tuntutan standar, seperti
standar dan peraturan Web. Biasanya evaluasi meliputi
penilaian berdasarkan persyaratan legislatif seperti AS 802
tentang cacat dan W3C World Wide Web Consortium
(W3C) rekomendasi.
Kedua, tes dengan kelompok-kelompok kecil
pengguna dari populasi target kunci akan mengungkapkan
banyak tentang bagaimana orang melihat dan
menggunakan layanan. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan pada tingkat layanan meliputi:
1. Layanan harus sesuai dengan kebutuhan pengguna yang
sebenarnya. Layanan harus berarti perbaikan nyata
layanan yang ada;
2. Sebuah catatan hati-hati adalah bahwa bahkan jika
mereka semua berlaku, perubahan kebiasaan pengguna
dapat terjadi karena penggunaan layanan e-
government. Pengembangan umum meliputi perubahan

306 | E t i n I n d r a y a n i
bertahap yang tidak dapat dengan mudah diprediksi
karena mereka mengikuti untuk sebagian besar
langkah-langkah yang sama dengan cara mode
berkembang, orang melakukan apa yang orang lain
lakukan. Mereka bisa, bagaimanapun, harus didukung
oleh desain yang baik dan promosi;
3. Layanan harus akrab bagi pengguna umum-mereka
harus dipromosikan di media lain, biasanya di surat
kabar, radio, TV, atau selebaran;
4. Pelayanan haruslah dipahami. Kasus sederhana adalah
ketika layanan elektronik cocok dengan service manual
yang sudah ada sebelumnya. Kasus yang lebih rumit
adalah ketika dua atau lebih yang sebelumnya terpisah
layanan yang terintegrasi. Paling rumit adalah ketika
layanan yang sama sekali baru ditetapkan;
5. Pelayanan harus dapat digunakan (secara teknis,
semantik dan dirancang dengan baik, konten-
bijaksana);
6. Layanan harus kompatibel budaya dengan pengguna.
Isu-isu kritis di sini termasuk privasi dan identifikasi,
tetapi juga gaya komunikasi pada umumnya. Misalnya,
kemampuan untuk menggunakan peta berbeda jauh
antara negara dan budaya; dan
7. Kepuasan subjektif dari pengguna adalah ukuran dalam
dirinya sendiri.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 307
Oleh karena itu, pengukuran kepuasan pengguna
yang semakin umum. Untuk tugas spesifik portal, struktur
portal harus mendukung rantai pemecahan masalah
(orientasi-penyelidikan-pemilihan-implementasi), yaitu,
informasi harus diatur sedemikian pengguna konsep tugas
yang ada daripada meniru struktur entitas yang
memberikan informasi tersebut. berbagai teknologi yang
digunakan (telepon, layanan mobile, SMS, dll) harus
terintegrasi dengan web. Pendekatan khas adalah untuk
menawarkan layanan berdasarkan 'peristiwa hidup',
seperti perkawinan, membeli rumah, membayar pajak,
dan lai-lain. Ini berarti pengelompokan beberapa layanan,
sering berasal dari penyedia yang berbeda, sekitar tema
tersebut.
Konsep ini sangat baik dari sudut pandang
pengguna, namun sering gagal terwujud karena penyedia
platform portal dan penyedia layanan (departemen yang
berbeda dalam banyak kasus) tidak secara teknologi,
semantik dan prosedural terintegrasi dengan baik .

Kriteria Tingkat Sistem


Kriteria tingkat sistem memastikan pemerintah
yang secara keseluruhan lebih efisien dan efektif. Hanya
langkah efisiensi yang biasanya digunakan, tapi itu sangat

308 | E t i n I n d r a y a n i
masuk akal untuk memasukkan langkah-langkah
efektivitas juga.
Portal dan pengembangan e-service tidak harus
prematur terkait dengan tujuan kinerja nasional seperti
pertumbuhan PDB atau tabungan di sektor publik, karena
ada banyak faktor lain yang mempengaruhi tindakan
mereka. Sebaliknya, fokus harus diberikan pada
pengukuran kemampuan tambahan dan proses perbaikan.
Indikator produksi kunci diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk membuat pemerintahan yang lebih
efisien dan efektif secara keseluruhan adalah:
1. Pengembangan Standar;
2. Ketersediaan, penjangkauan, manfaat, peningkatan
kapasitas dari perspektif pengguna;
3. Tingkat Infrastruktur dalam hal pengembangan sumber
daya manusia, infrastruktur teknis, reorganisasi
pemerintah;
4. Peningkatan/diutamakan sistem regulasi 'hukum maya';
dan
5. Peningkatan sistem insentif dalam organisasi
pemerintah.
Fitur utama dari portal e-government adalah
penyediaan seperangkat layanan publik menggunakan
platform online yang umum. Hal ini sederhana untuk
melihat portal sebagai perpanjangan dari sebuah website

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 309
dengan fitur yang disempurnakan pengolahan interaktif
dan transaksi.
Pengiriman yang efisien dan terintegrasi melalui
portal membutuhkan baik kematangan administrasi dan
kecanggihan teknologi. Mungkin akan tergoda untuk
negara-negara berkembang untuk melompat ke
kecanggihan teknologi dengan membangun portal tanpa
reformasi yang di back-end yang memungkinkan lembaga
untuk bertukar data, dokumen dan informasi.
Desain dan implementasi sebuah portal e-
government harus dimulai dengan penilaian dari faktor
permintaan dan persediaan, standarisasi dan
infrastruktur. Banyak faktor yang penting untuk proyek-
proyek e-government secara umum juga berlaku untuk e-
government portal. Sulit untuk terlalu menekankan
pentingnya landasan yang mendasari dibentuk oleh
kebijakan yang tepat, kerangka hukum dan peraturan
untuk implementasi e-government yang sukses.
Tantangannya adalah bahwa kerangka tersebut cenderung
berubah perlahan-lahan. Di banyak negara, adaptasi
lambat dari undang-undang tentang tanda tangan
elektronik telah memperlambat peluncuran layanan e-
government untuk beberapa tahun. Hukum dan kebijakan
juga bisa menjadi terlalu samar, memungkinkan untuk
beberapa interpretasi. Beberapa jenis kebijakan

310 | E t i n I n d r a y a n i
pemerintah, misalnya, kerja layanan sipil, hukum
membatasi perilaku rasional instansi pemerintah dan
pembatasan pada kegiatan sektor swasta, juga telah
mempengaruhi laju pembangunan e-government.
Adapun aspek teknis pada portal, poin penting
untuk diingat adalah untuk mengembangkan dan
menegakkan alat teknis yang memfasilitasi konvergensi,
seperti standar metadata. Kepentingan dalam portal e-
government juga sangat tergantung pada sifat dari operasi
departemen dan sumber daya yang tersedia.
Sekali lagi, perencana portal e-government
diharapkan memainkan peranan katalisator untuk
mendorong batas-batas organisasi untuk memungkinkan
sinergi dan kolaborasi dalam rangka untuk memastikan
keberhasilan.

Sistem Keamanan Jaringan


Keterhubungan suatu jaringan lokal dengan
berbagai pihak secara global memerlukan berbagai
perangkat pengaman untuk menghindari ancaman dari
pihak yang tidak berhak mengaksesnya. Pada suatu
jaringan terbuka terdapat beberapa potensi yang
membahayakan keamanan sistem, yaitu pada tingkat:
a. Sistem operasi (Operating System-OS), seperti virus;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 311
b. Sistem jaringan, seperti penyadapan data pada jalur
komunikasi dari, dan atau ke Internet; dan
c. Sistem aplikasi seperti pengrusakan web, database.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam mengelola
suatu jaringan lokal atau intranet adalah:
 Adanya jaringan (Network Availability), sistem
cadangan (Redundancy System) dan sistem
penanggulangan bencana (Disaster Recovery System);
 Adanya perangkat pengaman jaringan
(networksecurity); dan
 Adanya jaminan kehandalan jaringan (newokreliability)
terhadap beroperasinya suatu jaringan.
Ketiga aspek ini perlu dicantumkan dalam kontrak
pengadaan jasa (Sevice Level Agreement–SLA).
Dalam pelaksanaan e-government, lalulintas
informasi harus diatur, yang secara umum memenuhi
persyaratan berikut:
 Privasi (Privacy/Confidentiality)
Aspek ini berkaitan dengan kerahasiaan data, misalnya
data pegawai negeri hanya boleh diakses oleh orang
yang berhak.
 Integritas (Integrity)
Data atau informasi tidak boleh berubah tanpa ijin
dari pemilik dan tidak boleh diubah oleh orang yang
tidak berhak.

312 | E t i n I n d r a y a n i
 Otentikasi (Authentication)
Aspek ini digunakan untuk menjamin keaslian data,
sumber data, orang yang mengakses data dan server
yang digunakan.
 Ketersediaan (Availability)
Aspek ini menjamin bahwa data dan informasi harus
tersedia saat diperlukan.
 Riwayat kejadian (Non-Repudiaion)
Aspek yang menjamin bahwa seseorang tidak dapat
menyangkal apabila dia telah melakukan suatu
pertukaran informasi.
 Pengendalian akses (Access Control).
Aspek ini membatasi atau mengatur hak akses pengguna
(siapa boleh melakukan apa). Berbagai langkah perlu
diambil untuk menjamin keamanan terhadap hal-hal
tersebut di atas:
 Prosedur pengamanan, menetapkan kebijakan dan
prosedur untuk menjamin keamanan sistem dalam
berinteraksi dengan pengguna;
 Pengamanan fisik jaringan. Menggunakan Firewall,
Intrusion Detection System, Anti Virus dan Virtual
Private Network (VPN);
 Pengamanan akses, menggunakan password;
 Otentikasi data/informasi yang dikirim, menggunakan
enkripsi;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 313
 Otentikasi penerima data/informasi, menggunakan
Certification of Authority (CA)/Public Key
Infrastructure (PKI);
 Pengamanan data/record, menetapkan prosedur
Manajemen Sistem Dokumen Elektronik (lihat Panduan
Manajemen Sistem Dokumen Elektronik); dan
 Pengamanan ruangan. Membatasi akses ke ruangan
peralatan jaringan ditempatkan.
Metode yang umum digunakan oleh orang dalam
melakukan penetrasi terhadap sistem berbasis komputer
ada enam macam (Bodnar dan Hopwood, 1993), yaitu
– Pemanipulasian masukan;
– Penggantian program;
– Penggantian berkas secara langsung;
– Pencurian data;
– Sabotase; dan
– Penyalahgunaan dan pencurian sumber daya
komputasi.
Dalam banyak kecurangan terhadap komputer,
pemanipulasian masukan merupakan metode yang paling
banyak digunakan, mengingat hal ini bisa dilakukan tanpa
memerlukan ketrampilan teknis yang tinggi.
Pemanipulasian melalui program biasa dilakukan oleh para
spesialis teknologi informasi. Pengubahan berkas secara

314 | E t i n I n d r a y a n i
langsung umum dilakukan oleh orang yang punya akses
secara langsung terhadap basis data.
Pencurian data kerap kali dilakukan oleh “orang
dalam” untuk dijual. Salah satu kasus terjadi pada
Encyclopedia Britanica Company (bodnar dan Hopwood,
1993). Perusahaan ini menuduh seorang pegawainya
menjual daftar nasabah ke sebuah pengiklan direct mail
seharga $3 juta.
Berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan
hacking:
 Denial of Service. Teknik ini dilaksanakan dengan cara
membuat permintaan yang sangat banyak terhadap suatu
situs sehingga sistem menjadi macet dan kemudian
dengan mencari kelemahan pada sistem si pelaku
melakukan serangan terhadap sistem.
 Sniffer. Teknik ini diimplementasikan dengan membuat
program yang dapat melacak paket data seseorang ketika
paket tersebut melintasi Internet, menangkap password
atau menangkap isinya.
 Spoofing. Melakukan pemalsuan alamat email atau Web
dengan tujuan untuk menjebak pemakai agar memasukkan
informasi yang penting seperti password atau nomor kartu
kredit.
Penggunaan Kode yang Jahat :
a. Virus

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 315
Virus komputer adalah sebuah program kecil yang
bisa menggandakan dirinya sendiri dalam media
penyimpanan suatu komputer. Virus juga mampu, baik
secara langsung ataupun tak langsung, menginfeksi,
mengkopi maupun menyebarkan program file yang bisa
dieksekusi maupun program yang ada di sektor dalam
sebuah media penyimpanan (Hardisk, Disket, CD-R). Virus
juga bisa menginfeksi file yang tidak bisa dieksekusi (file
data) dengan menggunakan macros (program sederhana
yang biasanya digunakan untuk melakukan suatu
perintah). Intinya adalah kemampuan untuk menempel
dan menulari suatu program.
Virus bukanlah sesuatu yang terjadi karena
kecelakaan ataupun kelemahan perangkat komputer
karena pada hakikatnya, semua virus merupakan hasil
rancangan intelegensi manusia setelah melalui beberapa
percobaan terlebih dahulu layaknya eksperimen-
eksperimen ilmiah di dalam bidang-bidang lainnya.
b. Cacing (Worm)
Sumber malapetaka lain yang mirip dengan virus,
namun tidak bisa dikategorikan sebagai virus, adalah
worm. Worm adalah program yang dapat menduplikasi diri
tanpa menginfeksi program-program lainnya. Worm tidak
memerlukan carrier, dalam hal ini program atau suatu
dokumen. Worm biasa menyebar melalui pertukaran data

316 | E t i n I n d r a y a n i
antar hardisk, disket, maupun email. Penyebaran melalui
email biasanya berupa sebuah attachment yang kecil.
Pengguna yang tertarik akan menjalankan program
tersebut. Selanjutnya, tanpa basa-basi, si program akan
langsung melakukan aksinya. Worm akan menggandakan
diri dengan mengirimkan file-nya secara otomatis melalui
attachment ke setiap alamat yang ada dalam address
book pada mail manager korban
Umumnya worm tidak bersifat merusak, namun
demikian selain mengakibatkan kejengkelan di pihak
korban, serangan worm dapat sangat berbahaya bagi
mailserver. Berjangkitnya worm menyebabkan beban
kerja mailserver melonjak drastis hingga dapat
mempengaruhi performanya. Dan tidak hanya untuk
mailserver, bahkan komputer pribadi kita pun bisa
dijadikan sasarannya. Hal ini terjadi karena worm mampu
menduplikasikan dirinya sendiri di dalam memori
komputer dalam jumlah yang sangat banyak. Sekarang
bayangkan jika worm menduplikasi dirinya secara
serentak, ‘bakal lemot deh komputer’.
Worm umumnya berbentuk file executable
(berekstensi .EXE datau .SCR), yang terlampir (attach)
pada email. Namun demikian, ada beberapa jenis worm
yang berbentuk script yang ditulis dalam bahasa Visual
Basic (VBScript). Sasaran serangan worm jenis ini

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 317
terutama adalah perangkat lunak email Microsoft Outlook
Express, tapi bukan berarti aplikasi yang lain sudah pasti
kebal dengan semua jenis worm.

c. Bom waktu
Bom logika atau bom waktu adalah program yang
beraksi karena dipicu oleh sesuatu kejadian atau setelah
selang waktu berlalu. Sebagai contoh, program dapat
diatur agar menghapus hard disk atau menyebabkan lalu
lintas macet. Contoh kasus bom waktu terjadi di USPA,
perusahaan asuransi di Fort Worth (Bodnar dan Hopwood,
1993).
Donal Burkson, pemrogram pada perusahaan
tersebut dipecat karena suatu hal. Dua hari kemudian,
sebuah bom waktu mengaktifkan dirinya sendiri dan
menghapus kira-kira 160.000 rekaman-rekaman penting
pada komputer perusahaan tersebut. Para penyidik
menyimpulkan bahwa Burkson memasang bom waktu dua
tahun sebelum di-PHK.
d. Kuda Trojan
Trojan horse adalah program yang kelihatan
seperti program yang valid atau normal, tetapi
sebenarnya program tersebut membawa suatu kode
dengan fungsi-fungsi yang sangat berbahaya bagi
komputer Anda. Sebagai contoh, virus DLoader-L datang

318 | E t i n I n d r a y a n i
dari attachment email dan dianggap sebagai sebagai suatu
update program dari Microsoft untuk sistem operasi
Windows XP. Jika Anda menjalankannya maka dia akan
men-download program dan akan memanfaatkan
komputer Anda untuk menghubungkan komputer Anda ke
suatu website tertentu.
Targetnya tentu saja untuk membuat website tadi
menjadi overload dan akhirnya tidak bisa diakses dengan
benar oleh pihak lain. Ini sering dinamakan dengan
serangan denial of service atau DoS. Penyalahgunaan dan
pencurian sumber daya komputasi merupakan bentuk
pemanfaatan secara illegal terhadap sumber daya
komputasi oleh pegawai dalam rangka menjalankan
bisnisnya sendiri.
Satu hal lagi tentang kemungkinan ancaman
terhadap sistem informasi adala trapdoor. Trapdoor
adalah kemungkinan tindakan yang tak terantisipasi yang
tertinggal dalam program karena ketidak sengajaan.
Disebabkan sebuah program tak terjamin bebas dari
kesalahan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
membuat pemakai yang tak berwewenang dapat
mengakses sistem dan melakukan hal-hal yang sebenarnya
tidak bolehdan tidak bisa dilakukan.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 319
Untuk menjaga keamanan sistem informasi
diperlukan pengendalian terhadap sistem informasi.
Kontrol mencakup:
1. Kontrol administratif
Mempublikasikan kebijakan kontrol yang membuat
semua pengendalian sistem informasi dapat dilaksanakan
dengan jelas dan serius oleh semua pihak dalam
organisasi. Prosedur yang bersifat formal dan standar
pengoperasian disosialisasikan dan dilaksanakan dengan
tegas. Termasuk dalam hal ini adalah proses
pengembangan sistem, prosedur untuk backup, pemulihan
data, dan manajemen pengarsipan data. Perekrutan
pegawai secara berhati-hati, yang diikuti dengan
orientasi, pembinaan, dan pelatihan yang diperlukan.
Supervisi terhadap para pegawai. Termasuk pula
cara melakukan kontrol kalau pegawai melakukan
penyimpangan terhadap yang diharapkan. Pemisahan
tugas-tugas dalam pekerjaan, dengan tujuan agar tak
seorangpun yang dapat menguasai suatu proses yang
lengkap. Sebagai contoh, seorang pemrogram harus
diusahakan tidak mempunyai akses terhadap data produksi
(operasional) agar tidak memberikan kesempatan untuk
melakukan kecurangan.
2. Kontrol pengembangan dan pemeliharaan system

320 | E t i n I n d r a y a n i
Melibatkan auditor sistem, dari masa
pengembangan hingga pemeliharaan sistem, untuk
memastikan bahwa sistem benar-benar terkendali,
termasuk dalam hal otorisasi pemakai system. Aplikasi
dilengkapi dengan audit trail sehingga kronologi transaksi
mudah untuk ditelusuri
3. Kontrol operasi
Melibatkan auditor sistem, dari masa
pengembangan hingga pemeliharaan sistem, untuk
memastikan bahwa sistem benar-benar terkendali,
termasuk dalam hal otorisasi pemakai system. Aplikasi
dilengkapi dengan audit trail sehingga kronologi transaksi
mudah untuk ditelusuri. Tujuan agar sistem beroperasi
sesuai dengan yang diharapkan termasuk dalam hal ini:
a) Pembatasan akses terhadap pusat data;
b) Kontrol terhadap personel pengoperasi;
c) Kontrol terhadap peralatan (terhadap kegagalan);
d) Kontrol terhadap penyimpan arsip; dan
e) Pengendalian terhadap virus.
4. Proteksi terhadap pusat data secara fisik
Faktor lingkungan yang menyangkut suhu,
kebersihan, kelembaban udara, bahaya banjir, dan
keamanan fisik ruangan perlu diperhatikan dengan benar.
Untuk mengantisipasi kegagalan sumber daya listrik, biasa
digunakan UPS dan mungkin juga penyediaan generator

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 321
5. Kontrol perangkat keras
Untuk mengantisipasi kegagalan sistem komputer,
terkadang organisasi menerapkan sistem komputer yang
berbasis fault-tolerant (toleran terhadap kegagalan).
Toleransi terhadap kegagalan pada penyimpan eksternal
antara lain dilakukan melalui disk mirroring atau disk
shadowing, yang menggunakan teknik dengan menulis
seluruh data ke dua disk secara paralel.
6. Kontrol terhadap akses komputer
Setiap pemakai sistem diberi otorisasi yang
berbeda-beda. Setiap pemakai dilengkapi dengan nama
pemakai dan password. Penggunaan teknologi yang lebih
canggih menggunakan sifat-sifat biologis manusia yang
bersifat unik, seperti sidik jari dan retina mata, sebagai
kunci untuk mengakses sistem.
7. Kontrol terhadap akses informasi: Penggunaan
enkripsi.
8. Kontrol terhadap perlindungan terakhir
Rencana darurat (emergency plan) menentukan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh para pegawai
manakala bencana terjadi. Rencana cadangan (backup
plan) menentukan bagaimana pemrosesan informasi akan
dilaksanakan selama masa darurat.
Rencana pemulihan (recovery plan) menentukan
bagaimana pemrosesan akan dikembalikan ke keadaan

322 | E t i n I n d r a y a n i
seperti aslinya secara lengkap, termasuk mencakup
tanggung jawab masing-masing personil. Rencana
pengujian (test plan) menentukan bagaimana komponen-
komponen dalam rencana pemulihan akan diuji atau
disimulasikan.
9. Kontrol aplikasi, rencana pemulihan dari bencana dan
Asuransi.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 323
324 | E t i n I n d r a y a n i
Best Practice e-Government di
Dunia dan di Indonesia
(Pemerintah dan Pemerintah
Daerah)

Pada bab ini akan diberikan contoh dan gambaran


konkrit dari keberhasilan pelaksanaan e-government di
beberapa negara mapun di Indonesia (studi kasus di
kementrian dan lembaga non kementrian serta
pemerintah daerah).
Untuk menghadapi tantangan era globalisasi
tersebut pemerintah Republik Indonesia telah berinisiatif
membuat kebijakan untuk memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (Information and
Communication Technology/ICT) untuk membangun
electronic government for a good governance yang
terintegrasi mulai dari tingkat pemerintahan daerah
hingga ke pusat. Tujuannya adalah agar infrastruktur ICT
yang akan dibangun dapat dimanfaatkan secara bersama
untuk berkoordinasi oleh seluruh instansi, baik pusat
maupun daerah. Kebijakan pemerintah tersebut antara
lain dituangkan dalam bentuk Inpres No.3 tahun 2003 dan
keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang
perkembangan e-government yang merupakan wujud

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 325
keinginan pemerintah dalam upaya mendorong bangsa
Indonesia menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan
(Knowledge-based Society). Instruksi Presiden No.3 tahun
2003 tentang “kebijakan dan startegi nasional
pengembangan e-government Indonesia” antara lain
berisikan panduan yang sudah disosialisasikan, seperti :
1. Panduan pembangunan infrastruktur portal
pemerintah;
2. Panduan manajemen sistem dokumen elektronik;
3. Panduan penyusunan rencana induk pengembangan
e-government lembag;a
4. Panduan penyelenggaraan situs web pemerintah
daerah; dan
5. Panduan tentang pendidikan dan pelatihan SDM e-
government.
Untuk kasus di Indonesia, pemanfaatan e-
government dikarenakan adanya perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegara secara fundamental, dari sistem
kepemerintahan yang otoriter dan sentralistik menuju ke
sistem kepemerintahan yang demokratis, dan menerapkan
perimbangan kewenangan pusat dan daerah otonom.
Perubahan yang tengah terjadi tersebut menuntut
terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan,
dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.
Sistem manajemen pemerintah yang selama ini

326 | E t i n I n d r a y a n i
merupakan sistem hirarki kewenangan dan komando
sektoral dikembangkan menjadi sistem manajemen
organisasi jaringan yang dapat memperpendek lini
pengambilan keputusan serta memperluas rentang
kendali.
Yang kedua, e-government dilaksanakan di
Indonesia karena adanya tuntutan masyarakat yang
berbeda namun berkaitan erat, yaitu :
a. Tuntutan pelayanan publik yang memenuhi kepentingan
masyarakat luas di seluruh wilayah Indonesia, dapat
diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau
secara interaktif; dan
b. Keinginan masyarakat agar aspirasi mereka didengar,
sehingga pemerintah harus memfasilitasi partisipasi dan
dialog publik di dalam perumusan kebijakan negara.
Membicarakan e-government (e-gov) di Indonesia
maka banyak pendekatan keilmuan yang bisa dilakukan
apakah melalui pendekatan teknologi komunikasi dan
informasi, manajemen, politik dan pemerintahan ataukah
sosial.

Namun yang paling banyak mewacanakan adalah


dari pihak kaca mata teknologi dan manajemen
pemerintahan. Aspek yang lain masih kurang terlihat dan
sedikit sekali terlibat dalam isu e-government. Padahal,

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 327
e-government merupakan suatu penerapan konsep dan
teknologi yang membutuhkan banyak pendekatan
keilmuan sehingga aplikasi yang dilakukan oleh pihak
penyelenggara (pemerintah ) dapat terwujud secara ideal
dan komprehensif. Oleh karena itu, maka tidak heran bila
penerjemahan e-government masih sangat dangkal
sehingga implementasinyapun masih kurang optimal.
Secara faktual pelaksanaan e-government
beberapa masih dinilai sebagai proyek “gagah-gagahan”
atau bahkan hanya proyek yang harus diikuti mirip model
pakaian yang lagi nge-trend. Artinya, kebanyakan dari
para penyelanggara e-government baik lembaga
pemerintahaan maupun lembaga non pemerintahan masih
merasa “aman’ dan “nyaman” dengan kepemilikan
website tanpa peduli lagi pada optimalisasi pemanfaatan
e-government. Pada sisi lain, ada tuduhan miring yang
berkesan seolah-olah e-government hanyalah proyek
“jualan” para “pedagang” teknologi komunikasi dan
informasi baik hardware maupun software-nya.
Dari pengertian dan tujuannya dapat disimpulkan
bahwa penerapan e-government di Indonesia bisa
dikembangkan secara bertahap dan proporsional sesuai
dengan kemampuan. Hal terpenting adalah kerangka
pengembangannya tidak lepas dari pengertian dan tujuan
tersebut.

328 | E t i n I n d r a y a n i
Best Practice Penerapan e-Government di Indonesia
Meskipun tidak secanggih Belanda, sesungguhnya e-
government bukanlah barang baru di Indonesia. Ia
diperkenalkan pertama kali di Nusantara ini pada tahun
2000 ditandai dengan dibentuknya Tim Koordinasi
Telematika Indonesia (TKTI) melalui Keputusan Presiden
No.50 tahun 2000 tentang Tim Koordinasi Telematika
Indonesia. Tim ini mempunyai tugas pokok sebagaimana
dijabarkan dalam Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2001
tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di
Indonesia sebagai berikut:
 Mengkoordinasikan perencanaan dan memelopori
program aksi dan inisiatif untuk meningkatkan
perkembangan dan pendayagunaan teknologi
telematika di indonesia, serta memfasilitasi dan
memantau pelaksanaannya;
 Memperkuat kemampuan menggalang sumber daya
yang ada di indonesia guna mendukung keberhasilan
pelaksanaan semua arah pengembangan dan
pendayagunaan teknologi telematika, serta
melaksanakan forum untuk membangun konsensus
antar pihak-pihak terkait di sektor pemerintah dan
swasta baik di tingkat internasional maupun regional,
serta mengakses pengalaman internasional dalam
mengembangkan sistem infrastruktur informasi

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 329
nasional untuk menstimulasi perkembangan
telematika, mendapatkan dukungan teknis,
pembiayaan dan dukungan lainnya secara terpadu.
Sesuai Inpres nomor 6 tahun 2001 tersebut, guna
menunjang pelayanan masyarakat dengan berbasis
pada teknologi informasi, pemerintah meluncurkan
program G-Online, singkatan dari Government
Online. G-Online adalah program pemerintah untuk
mensukseskan pelayanan kepada masyarakat melalui
media internet. Beberapa kelebihan dari pelayanan
yang berbasis internet adalah sebagai berikut:
 Transparansi, karena informasi pelayanan dapat
diakses oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja.
Informasi yang disajikan berupa jenis layanan yang
diberikan, prosedur baku yang harus dipenuhi, serta
yang paling penting adalah adanya informasi tentang
biaya yang harus dibayarkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut; dan
 Mengurangi kolusi, karena dengan adanya media
layanan secara online, masyarakat pengguna jasa
tidak perlu lagi bertatap muka dengan petugas
pelayanan sehingga mencegah terjadinya
kesepakatan-kesepakatan di luar ketentuan yang
berlaku.

330 | E t i n I n d r a y a n i
Selain itu, oleh karena informasi biaya sudah
secara transparan dapat diketahui oleh masyarakat,
pembayaran pun harus dilakukan melalui rekening resmi
yang telah tersedia sehingga masyarakat tidak perlu
membayar biaya lebih dari ketentuan yg ada. Layanan
nonstop 24 jam. Layanan secara online dapat dilakukan
selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu
tergantung pada kondisi dan situasi masing-masing
individu pengguna jasa.
Efisiensi, karena pelayanan yang dilakukan secara
online akan menghemat penggunaan kertas dan alat tulis
kantor lainnya.
Saat ini, berdasarkan pemaparan Direktur e-
government dari Kementerian Komunikasi dan Informatika
RI, Firmansyah Lubis, pemerintah tengah mengembangkan
Government Service Bus (GSB) untuk menghubungkan
server-server K/L/Pemda guna proses integrasi data pada
berbasis Nomor Induk Pegawai (NIP) dari Badan
Kepegawaian Negara (BKN), Nomor Induk Kependudukan
(NIK) dari server Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri),
dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari server
Kementerian Keuangan. Proses integrasi data ini
menggunakan aplikasi siMANTRA (Aplikasi Manajemen
Pertukaran Data Pemerintahan) dan PNSbox (Private
Network Security) yang di-instal di data center K/L/D

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 331
untuk keamanan dan privasinya. Meskipun infrastruktur
interkoneksi telah disediakan oleh KemKominfo, akan
tetapi belum ada MoU antara K/L/D terkait sehingga
belum dapat dilakukan penggalian data dan informasi
antar sistem guna proses integrasinya.
Disamping tingkat kementrian, pemerintah daerah
juga telah banyak mengimplementasikan e-government
diantaranya :

Kabupaten Sragen Mengembangkan “One Stop Service


(OSS)”
Keberhasilan e-government di Kabupaten Sragen
dipengaruhi oleh beberpa pilar berikut :

A. Kebijakan
Dimensi kebijakan e-government dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

332 | E t i n I n d r a y a n i
Gambar 10. Dimensi Kebijakan yang Mempengaruhi
Keberhasilan Pelaksanaan e-Government di
Pemkab Sragen (Sumber : KPDE Pemkab
Sragen).

B. Kelembagaan
Pada aspek ini meliputi :
 Adanya lembaga khusus yang menangani TIK
(Kantor Pengelola Data Elektronik);
 Tersedianya prosedur kerja yang lengkap dari
SKPD pengelola TIK;
 Tersedianya SDM berkompeten yang mengelola
TIK (sebagai admin pengelola maupun sebagai
administrator di setiap SKPD); dan
 Adanya pengembangan SDM yang mengelola TIK
yaitu :
o Admin TIK (Maintainance & Develop) di
PDE;
o Operator IT di masing SKPD; dan
o Penempatan PNS di Desa sebagai
operator IT/Memberdayakan Sekretaris
Desa yang berasal dari PNS.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 333
Berikut gambaran PNS yang memiliki pendidikan
komputer di Kabupaten Sragen sd. Tahun 2011 (Lihat
Gambar 11).

Gambar 11 Perkembangan Rekrutmen Pns yang Memiliki


Latarbelakang IT di Pemkab Sragen (Sumber
: KPDE Pemkab Sragen).

C. Perencanaan
Pada dimensi ini meliputi :
 Adanya sistem perencanaan TIK (RPJMD, RENSTRA);
 Adanya master plan implementasi TIK; dan
 Dukungan Anggaran.

D. Infrastruktur

334 | E t i n I n d r a y a n i
 Awal tahun 2002 yaitu dimulainya koneksi jaringan
komputer dan integrasi sistem pd kompleks
perkantoran SETDA, yang terpusat di PDE. (Bupati,
Sekda, Asisten, BPKD, Bappeda, Kesbang dan KPT);
 Tahun 2003/2004 dimulai koneksi antar
Dinas/Satker di luar SETDA dan 8 titik Kecamatan;
 Tahun 2005/2006 semua dinas/satker dan 20
kecamatan terkoneksi jaringan online;
 Tahun 2007 dibangun jaringan desa yang meliputi
208 Desa/Kel se-Kabupaten Sragen; dan
 “Desain Jaringan, Development System/Aplikasi,
Pengolahan Data dan Maintenance seluruhnya
dilaksanakan oleh Tim Teknis PDE Sragen.”

E. Aplikasi
 Terwujudnya website yang dinamis dan lengkap dan
update;
 Tersedianya aplikasi back office (aplikasi yang
digunakan untuk kepentingan intern pemerintah
contoh : aplikasi persuratan, aplikasi keuangan,
aplikasi kepegawaian dll); dan
 Tersedianya aplikasi front office (aplikasi yang
digunakan untuk kepentingan pemberian pelayanan
kepada masyarakat, contoh aplikasi pelayanan
perijinan, aplikasi kependudukan dan lai-lain).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 335
Aplikasi Sistem Informasi yang telah
dikembangkan antara lain :
 Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (Kantor
Maya/Kantaya);
 Sistem Surat Menyurat (Surat Maya/Surya);
 Sistem Informasi Pem Desa (Sipemdes);
 Sistem Informasi Pelayanan Satu Atap (Simtap);
 Sistem Informasi Akutansi & Keuangan;
 Sistem Informasi Kependudukan (Simduk);
 Sistem Informasi Pendapatan (Simpatda);
 Sistem Informasi Manajemen RSUD;
 Sistem Informasi Perdagangan Antar Wilayah
(Simpaw);
 Sistem Informasi Geografis (GIS);
 Sistem Informasi Kepegawaian (Simpeg);
 Sistem Informasi Aset Daerah (Simaset);
 Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan
(Simrenbang);
 Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi
Pembangunan (Simonep);
 SIM Profil Daerah dan Peluang Investasi (PDPI);
 SIM Pusat Data dan Perencanaan Pengendalian
Pembangunan Daerah (PDP3D); dan

336 | E t i n I n d r a y a n i
 Aplikasi E-Office Pemerintahan.

Hasil yang telah dicapat dari implementasi e-


government di Kabupaten Sragen adalah :
 Peningkatan komunikasi data dan informasi;
 Peningkatan kecepatan dan kualitas pelayanan
kepada masyarakat;
 Peningkatan kecepatan dan kelancaran reporting
data/informasi dan kegiatan;
 Peningkatan sistem pengawasan dan pengendalian
(control system);
 Peningkatan budaya kerja (efisiensi dan efektivitas
waktu dan biaya, serta perubahan dari manual
menjadi computerized); dan
 Mengurangi pengeluaran biaya operasional (alat
tulis, transportasi, komunikasi).
Salah satu yang menonjol dari penerapan e-
government di Kabupaten Sragen antara lain penerapan
OSS melalui Badan Layanan Terpadu. OSS Center adalah
sebuah institusi yang memberikan dukungan
pengembangan satuan kerja layanan perijinan terpadu
atau lebih dikenal dengan istilah One Stop Services
disingkat OSS (lihat OSS).
OSS Center mendukung terwujudnya inovasi
layanan perijinan terpadu di daerah yang pada

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 337
kenyataannya masih memiliki keterbatasan untuk
mengembangkan pelayanan perijinan terpadu secara
prima. Berangkat dari tingginya kompetisi bisnis di tingkat
lokal dan nasional, keberadaan OSS Center akan memiliki
korelasi positif terhadap perbaikan pelayanan publik
pemerintah terhadap investor (baik PMA maupun PMDN)
dan pebisnis lokal. Dengan terbentuknya OSS Center di
tingkat nasional dan regional (provinsi), diharapkan akan
memiliki andil dalam perbaikan iklim investasi dan
kualitas pelayanan perijinan di Indonesia. OSS Center akan
memberikan pendampingan pada OSS bagi daerah yang
membutuhkan melalui penguatan sistem dan informasi,
menganalisa kebutuhan dan melakukan asistensi di tiap
level kebijakan pemerintah, mengidentifikasi kelebihan
dan kekurangan dari satuan kerja pelayanan perijinan
usaha dan investasi, serta bentuk-bentuk asistensi lainnya.
Selain itu, dengan keberadaan OSS Center ini diharapkan
akan membentuk jaringan data dan informasi yang luas
antar stakeholder dalam ranah investasi nasional dan
lokal.
Terbentuknya OSS Center ini ternyata sejalan
dengan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2006 tentang
Paket Kebijakan Investasi dimana dalam kebijakan
tersebut dituangkan berbagai hal yang harus diatur
kembali agar iklim investasi di Indonesia dapat tumbuh

338 | E t i n I n d r a y a n i
dan bersaing di skala internasional. Dengan dukungan
dukungan luas dari jaringan Forum Daerah (Forda UKM),
lembaga-lembaga yang concern pada pengembangan
usaha dan investasi baik pemerintah maupun non
pemerintah, sektor swasta serta keterlibatan media cetak
dan elektronik, OSS Center diharapkan mampu menjadi
motivator terciptanya perbaikan kualitas layanan
perijinan usaha dan investasi di Indonesia.
Sedangkan manfaat nyata dari OSS ini adalah: OSS
diharapkan mampu melayani seluruh perizinan yang
dibutuhkan oleh investor dan dunia usaha di daerah
masing-masing, mulai dari izin mendirikan bangunan
(IMB), izin gangguan (HO), izin usaha (SIUP, TDP, TDI, IUT,
IUI, TDG, dll) atau izin per sektor seperti izin usaha
restora, izin pendirian salon dan OSS Center akan
memberikan berbagai informasi dan pelatihan tentang
sistem, metode, dan cara untuk mengembangkan layanan
perijinan dan investasi di Indonesia yang dapat diakses
secara langsung di kantor OSS Center atau melalui
telepon, email, dan website (www.oss-center.net). OSS
Center juga akan menghubungkan pemerintah
kota/kabupaten dan OSS di seluruh Indonesia dengan
lembaga pendamping atau lembaga-lembaga lain yang
dapat memberikan bantuan teknis untuk pengembangan
OSS.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 339
Faktor utama keberhasilan implementasi e-
government di Kabupaten Sragen adalah :
• Tugas birokrat adalah memberikan pelayanan terbaik
kepada masyarakat;
• Komitmen (kepala daerah, DPRD, semua satker dan
seluruh stakeholder);
• Kerjasama dengan semua stakeholder; dan
• Niat dan keberanian untuk melakukan perubahan
budaya dan etos kerja.
Namun demikian di dalam implementasinya,
pemkab Sragen menghadapi kendala Berikut merupakan
kendala dan upaya pemecahan yang dilakukan oleh
Pemkab Sragen.

Kendala utama adalah kesiapan Sumberdaya Manusia

Solusi :
 Rekruitmen tenaga profesional;

 Diklat/Kursus/Peningkatan kapasitas SDM;


dan
 Kerjasama dengan perguruan
tinggi/perusahaan swasta.
Kendala Keberlanjutan
Program diatasi dengan penyiapan sistem yang
mendorong pemanfaatan teknologi informasi sebagai

340 | E t i n I n d r a y a n i
suatu kebutuhan dari seluruh stakeholder, baik bagi
pemerintah, swasta maupun masyarakat.

Pemerintah Surabaya Menerapkan e-Procurement dan e-


Budgeting
Terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Surabaya dalam manajemen pelayanan publik adalah
aplikasi e-procurement, suatu sistem pengadaan barang
dan jasa publik yang dikelola secara elektronik berbasis
web. Pertimbangan yang mendasari kebijakan ini adalah
kurang efisiennya sistem pengadaan barang dan jasa
secara manual seperti yang selama ini terjadi di banyak
daerah. Selain tidak efisien, praktik pengadaan barang
dan jasa secara manual ternyata penuh dengan ekses
korupsi, kolusi antara rekanan dan pejabat pemerintah,
sehingga kualitas barang dan jasa yang diperoleh tidak
sepadan dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Dengan adanya e-procurement yang dikembangkan
pemerintah Surabaya
https://lpse.surabaya.go.id/eproc/app maka masyarakat
Surabaya bisa lebih mudah untuk mengetahui projek yang
sedang ada dan mereka bisa lebih mudah untuk
mengetahui projek yang sedang ada dan mereka bisa lebih
mudah untuk ikut didalam lelang tender projek tersebut.
Dengan adanya e-procurement yang dikembangkan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 341
pemerintah Surabaya www.surabaya-eproc.or.id maka
masyarakat Surabaya bisa lebih mudah untuk mengetahui
projek yang sedang ada dan mereka bisa lebih mudah
untuk ikut didalam lelang tender projek tersebut.

Gambar 12. Tampilan Website LPSE Pemkot Surabaya


(https://lpse.surabaya.go.id/eproc/app).

Sebagaimana diketahui bahwa penerapan dan


pengembangan e-government yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surabaya dinilai sudah berhasil baik. Hal
ini dibuktikan dengan penghargaan yang sudah diraih.
Pengembangan sistem itu e-government tersebut oleh
Kementrian PAN dijadikan sebagai pembanding sistem
pemerintahan elektronik nasional. Selain Itu, Surabaya
bersama tiga daerah lain diusulkan untuk menerima

342 | E t i n I n d r a y a n i
penghargaan dari PBB. Menurut Ibu Walikota, keberhasilan
penerapan e-government bukan semata-mata didorong
pemanfaatan teknologinya, tapi sejauh mana keinginan
melakukan perubahan. Sebaik apapun sistemnya, akan
tergantung political will , termasuk dalam pemangkasan
struktur organisasi, SDM serta business prosesnya.
Pemkot Surabaya telah merintis penerapan e-
government sejak tahun 2002, sebelum adanya peraturan
mengenai sistem pengadaan barang dan jasa secara
elektronik. Akhirnya, tahun 2003 lahir Keppres No. 80
tentang Pedoman pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, yang mencantumkan sistem lelang elektronik.
Dijelaskan pula, e-government Pemkot Surabaya
dikelompokan menjadi dua, yakni dalam hal pengelolaan
keuangan daerah, dan e-government untuk pelayanan
masyarakat. Untuk pengelola keuangan daerah meliputi e-
budgeting, e-project, e-procurement, e-delivery, e-
controlling, dan e-performance. Sedangkan yang
berhubungan dengan masyarakat, disebut dengan e-
sapawarga, yang meliputi e-perizinan, e-musrenbang, dan
pengaduan secara elektronik. “dengan penerapan e-
government Pemkot Surabaya bisa menghemat hingga 30
persen.”
Pemkot Surabaya berhasil melaksanakan e-
government, terutama dalam penerapan e-budgeting dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 343
e-procurement yang diterapkan 2004, dan efektifnya
berjalan mulai 2006. Latar belakang penerapan program
tersebut, berangkat dari persoalan klasik seperti
lambatnya penyusunan APBD dan besarnya kebocoran
anggaran pada proses pengadaan barang/jasa, ketika
masih menggunakan cara manual/ tradisional. Sejumlah
prestasi atas usaha yang dilakukan Pemerintah Kota
Surabaya bersama warga kotanya menuai hasil. Surabaya
telah menjadi sebuah kota yang penuh prestasi baik level
regional maupun nasional.

Gambar 13. Bagan Alur Proses Penyusunan, Pelaksanaan dan


Evaluasi Kegiatan (http://www.surabaya.go.id).

344 | E t i n I n d r a y a n i
Pembangunan e-Government
Pembangunan e-government Kota Surabaya di bagi
dalam 4 (empat) tahap yaitu: (1) Tahap pertama
membangun situs informasi tiap SKPD; (2) Tahap kedua
membangun/mengembangkan situs informasi publik
interaktif; (3) Tahap ketiga membangun informasi
pelayanan publik dan pembuatan aplikasi dan data dengan
lembaga lain; dan (4) Tahap keempat pembuatan aplikasi
untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B, dan G2C yang
terintegrasi.

Tabel 19. Jalur Koneksi SKPD di Pemkot Surabaya pada


Tahun 2012

Sumber (http://surabaya.go.id)

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 345
a. Infrastruktur Jaringan
Infrastruktur jaringan di Kota Surabaya pada Tahun
2012 semua SKPD se-Surabaya telah terkoneksi jaringan
dengan menggunakan fiber optik, wireless, dan VPN.
Berikut gambaran sebaran fasilitas infrastruktur TIK pada
SKPD dan Kecamatan di Pemkot Surabaya.

Gambar 14. Diagram Infrastruktur Server Pemerintah


Kota Surabaya
(http://www.surabaya.go.id).

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)


BPPT termasuk salah satu bagian pemerintahan
yang telah mengembangkan sebuah sistem TEWS yang
sering disebut dengan Tsunami Early Warning System.
Sistem ini digunakan sebagai pemberi sinyal ke pusat yang
menandakan kemungkinan ada tsunami. Sistem dipusat
menerima sinyal dari satelit bahwa disuatu tempat akan
terjadi tsunami, maka sistem control room akan

346 | E t i n I n d r a y a n i
menentukan sirene mana yang akan dibunyikan, dan akan
mengirim SMS secara langsung kepada orang-orang yang
berwewenang di daerah di mana kemungkinan tsunami itu
akan terjadi, supaya bisa diinformasikan kemasyarakat.
Sistem TEWS ini, menggunakan sistem jaringan yang
sangat kompleks, dan setiap peralatan yang digunakan
telah menggunakan Internet Protocol (IP) yang spesifik.
Misalnya, sirene, sensor dan beberapa tools lainnya.
Selain contoh-contoh yang di atas, masih banyak
daerah-daerah atau departemen atau lembaga
pemerintahan yang lain yang telah mengembangkan e-
government misalnya dibagian e-learning, e-registration,
samsat dan lain sebagainya

Jembrana Card
Salah satu kabupaten di Indonesia yang berhasil
mengimplementasikan e-government di daerahnya.
Terbukti kabupaten tersebut mendapatkan penghargaan
“Best of The Best” e-Government Award 2009 versi Warta
Ekonomi, yaitu Kabupaten Jembrana (Provinsi Bali),
keunggulan Jembrana adalah penerapan kartu J-Card
(Jembrana Card). Setiap warga jembrana yang memiliki J-
Card dapat datang ke rumah sakit dan menunjukkan
kartunya. Kartu akan ditempelkan ke mesin pembaca
(card reader). Untuk otorisasi, si pasien cukup

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 347
menempelkan tangannya. Di layar komputer akan
terpampang riwayat medis si pasien dan pengobatan yang
pernah diterimanya. Setelah diobati, si pasien boleh
pulang dan cukup mengucapkan terima kasih.
Jembrana Card (J-Card) juga ternyata berfungsi
ganda. Selain kartu berobat, kartu ini juga sekaligus
menjadi KTP dan ATM. Dengan penggunaan J-Card sebagai
KTP, pemerintah daerah bisa mengetahi jumlah,
penyebaran dan tingkat ekonomi penduduknya. Menurut
data, sudah 60% dari 263.000 warga Jembrana yang
memiliki kartu J-Card. Manfaat penting lain implementasi
J-Card adalah untuk pelaksanaan e-voting atau pemilu
dengan sitem elektronik. Dalam pelaksanaan pemilihan
kepala desa dengan sistem e-voting, rata-rata waktu yang
dibutuhkan pemilih untuk memberikan suaranya hanya
25.83 detik. Tingkat keakuratan data hasil pemilihan bisa
dipastikan akan lebih tinggi karena bebas dari kesalahan
perhitungan manual dan kemungkinan manipulasi data
seperti yang sering kita dengar pada pemilu tingkat
nasional.
Prestasi Kabupaten Jembrana dalam
mengimplementasikan teknologi informasi untuk
meningkatkan pelayanan bagi masyarakat sepatutnya
menjadi contoh bagi kabupaten lain di Indonesia.
Pemerintah pusat atau provinsi bisa menginstruksikan ke

348 | E t i n I n d r a y a n i
seluruh jajaran pemerintah daerah di bawahnya untuk
mencontoh dan menyempurnakan program J-Card yang
sudah berjalan di Kabupaten Jembrana. Dengan demikian
diharapkan seluruh kabupaten/kota di Indonesia akan
mampu memberikan pelayanan publik yang memuaskan
bagi warganya.
Untuk mengatasi beberapa kendala dalam
mengimplementasikan e-government, maka perlu adanya
komitmen, baik dari kepala daerah maupun segenap
jajarannya untuk mengimplementasikan e-government,
karena pada dasarnya dengan penerapan teknologi
informasi dibidang pemerintahan akan membantu
pemerintah dalam memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.
Kemudian, untuk melaksanakan e-government
sebaiknya tidak menggunakan sistem proyek tetapi cukup
dengan menggunakan satu atau beberapa tenaga ahli yang
kompeten dibidang teknologi informasi, sehingga update
data selalu dapat dilakukan, biaya yang dikeluarkan pun
lebih kecil. Selain itu, pemerintah pusat juga perlu
memberikan penghargaan kepada kabupaten/kota yang
terbukti berprestasi dalam mengimplementsikan iptek
untuk peningkatan kesejahteraan warganya, sehingga
nantinya dapat memicu daerah tersebut dan juga daerah

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 349
lain untuk menerapkan iptek dalam bidang pelayanan
kepada masyarakat.

UPIK di Pemerintah Kota Yogjakarta


Pengembangan SI UPIK (Sistem Informasi dalam
Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan) merupakan salah
satu terobosan dalam sistem manajemen pelayanan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogjakarta. Gagasan
untuk mengembangkan sistem ini bermula dari perhatian
Walikota Yogjakarta, Herry Zudianto, yang melihat
pentingnya masukan, keluhan atau kritikan terhadap
kinerja pemerintah. UPIK dibentuk dengan dilandasi tiga
persoalan, yaitu:
1) Tidak semua warga masyarakat mengetahui saluran
pengaduan yang dapat dipergunakan secara mudah;
2) Adanya hambatan waktu bertemu antara rakyat dengan
pejabat atau penguasa; dan
3) Adanya rasa takut dan sungkan untuk mengadukan
keluhan diantara masyarakat.
Maka UPIK diharapkan akan bisa menampung
sejumlah aspirasi, keluhan, saran, kritik atau sekadar
informasi yangbisa segera ditanggapi sesuai masukan dari
warga masyarakat sebagai pengguna layanan publik. Kota
Yogjakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa

350 | E t i n I n d r a y a n i
Yogjakarta yang meliputi wilayah terbatas karena hanya
terdiri dari empat kabupaten.
Luas Kota Yogjakarta adalah 32,5 km persegi yang
terbagi menjadi 14 kecamatan dan 45 kelurahan.
Penduduknya pada tahun 2007 tercatat 527.095 jiwa.
Sekalipun wilayahnya relatif kecil, Kota Yogjakarta
menyimpan banyak predikat sebagai kota pelajar, kota
perjuangan, kota budaya dan kota pariwisata. Oleh sebab
itu tuntutan masyarakat di Yogjakarta sangat beragam
karena latar-belakang sosialnya yang kritis. Maka sarana
yang menjembatani komunikasi antara warga masyarakat
dengan pihak pemda menjadi sangat penting bagi kota ini.
Terbentuknya UPIK yang berada di bawah kantor
BID (Badan Informasi Daerah) merupakan terobosan yang
memang didorong oleh tuntutan masyarakat daerah di
Kota Yogjakarta. Kebijakan untuk membentuk UPIK
digariskan melalui Keputusan Walikota Yogjakarta No.86
tahun 2003 yang ditetapkan pada tanggal 14 November
2003. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi satuan ini
adalah sebagai penerima keluhan masyarakat atas
pelayanan administratif maupun kebijakan yang diambil
oleh pemerintah kota.
Proses pembentukan unit ini dimulai dari
ditetapkannya PT Exindo sebagai pemenang tender untuk
pengadaan sistem dan pelatihan SDM untuk

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 351
mengoperasikan sistem komunikasi antara warga
masyarakat dan pemerintah daerah berbasis elektronik.
Mula-mula, PT Exindo menawarkan pengembangan sarana
aduan dengan teknologi yang sudah banyak dipakai oleh
masyarakat, yaitu dengan pengiriman SMS (Short Message
Services) melalui sarana telepon seluler, dengan telepon
secara langsung, dan dengan pengiriman email (electronic
mail) melalui jaringan internet.
Untuk pelaksanaan pengadaan software,
monitoring dan evaluasi program, pemerintah kota
Yogjakarta juga dibantu oleh Swiss contact, sebuah
rekanan swasta di bidang pengadaan software. Untuk
sistem manajemen, terutama monitoring dalam organisasi
dan etika pelayanan, juga terdapat bantuan konsultan
PKPEK, sebuah LSM yang selama ini bergerak dibidang
advokasi industri kecil dan pelayanan publik. Peluncuran
dan sosialisasi pemanfaatan UPIK dimulai sejak tanggal 29
Februari2004. Payung kelembagaan dari sarana pengaduan
ini mula-mula dipercayakan kepada Kantor Humas. Berikut
ini adalah alamat situs web dan nomor-nomor yang dapat
diakses dengan sistem UPIK:
Datang langsung : Kantor BID atau operator UPIK
Telepon kabel (fixed line) : 0274-555242
Telepon seluler (SMS) : 08122780001 atau 2740
Situs web : www.upik.jogja.go.id

352 | E t i n I n d r a y a n i
Email:upik@jogja.go.id.
Ternyata animo masyarakat untuk menyampaikan
keluhan dan aduan melalui SMS demikian besar.
Masyarakat yang sudah biasa menggunakan hotline service
ke Pemda Kota Yogjakarta akhirnya tidak asing lagi
dengan nomor telepon kabel, ponsel, maupun alamat situs
di atas.

Pemerintahan Kota Bandung (www.bandung.go.id)


Situs resmi pemerintah Kota Bandung
(www.bandung.go.id) memberikan banyak informasi
kepada publik. Di deret paling atas situs ini ditampilkan
informasi tentang: pemerintah, sekilas Kota Bandung,
pariwisata, pendidikan dan investasi. Sementara di bagian
bawahnya terdapat banyak berita utama tentang Kabar
Bandung pada hari kita mengakses situs ini.
Pemerintah Kota Bandung telah sampai kepada
tahap pelayanan interaksi, yaitu dengan memberikan
alamat email bagi mereka yang membutuhkan informasi
tentang investasi misalnya, disediakan juga kolom tentang
Opini Pengunjung yang berisikan opini tentang Kota
Bandung yang ditujukan kepada Walikota Bandung dan
kolom polling serta disediakannya kolom pengaduan
publik/pengaduan masyarakat yang dapat dilakukan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 353
melalui nomor telepon terterntu dan aplikasi LAPOR
(Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat).

Gambar 15. Tampilan website Lapor Kota Bandung.


(https://commandcenter.bandung.go.id/layanan/layanan-
aspirasi-pengaduan-online-rakyat/)

Best Practice dari e-Government pada Korea Selatan


Pada bagian ini akan di bahas mengenai contoh
nyata dari e-Government Korea Selatan yang merupakan
praktek terbaik dari e-government dalam cakupan seluruh
dunia. Sangat banyak sekali praktek terbaik yang dimiliki
oleh Korea Selatan, namun yang akan di bahas hanya
beberapa jenis saja.
e-Government yang dikembangkan oleh
pemerintah Korea telah dinilai sebagai yang terbaik di

354 | E t i n I n d r a y a n i
dunia oleh PBB dan efektifitas e-Government Korea juga
diakui secara luas oleh komunitas internasional.

Pada awalnya, e-Government Korea Selatan


memiliki tujuan untuk tahap awal yaitu mendigitalisasi
semua prosedur penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan infrastruktur IT. Untuk mewujudkannya
pemerintah Korea Selatan memulai dengan membangun
dasar komputerisasi sistem administrasinya pada 1970,
mengkomputerisasi semua database utama nasional pada
1980, dan membangun jaringan informasi dan komunikasi
berkecepatan tinggi pada tahun 1990-an.
Pada tahun 2000, Korea Selatan mulai
mengidentifikasi e-government sebagai kunci dari strategi
untuk berinovasi dan mengadopsinya sebagai agenda
kepresidenan. Pada tahun 2001, "Electronic Government
Act" diaktifkan sebagai undang-undang di Korea Selatan
dan di implementasikan untuk meningkatkan efisiensi
semua urusan administrasi pemerintahan dan secara
dramatis meningkatkan kualitas semua layanan publik.
Pada periode kedua (2003-2007), pemerintah
Korea Selatan memperluas dan memperbaiki semua
pelayanan kepada masyarakat dan dunia bisnis dengan
mendigitalisasi seluruh proses bisnis pemerintah.
Digitalisasi juga memperbaiki efisiensi administrasi dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 355
transparansi melalui reformasi metode-metode kerja
pemerintah.
Pada perode selanjutnya (2008-2012), pemerintah
Korea Selatan mulai membangun target berikutnya, yaitu
mengintegrasikan semua sistem e-government agar
pelayanan publik terwujud. Dimulai pada tahun 2008,
pemerintah menjalankan implementasi berbagai proyek
yang berfokus pada koneksi dan integrasi yang mendukung
penciptaan sistem informasi yang baik untuk
mengintegrasikan layanan publik berorientasi masyarakat
dan bisnis.
Berikut adalah best practice dari e-Government
Korea Selatan :
1. Government Integrated Data Center-GIDC
(http://www.ncia.go.kr): Merupakan data center
yang di operasikan secara individual oleh setiap
kementerian Korea Selatan dan telah terintegrasi dan
di atur oleh grup profesional sejak 2005;
2. Electronic Customs Clearance System-UNI-PASS
(http://portal.customs.go.kr): Mengatur mengenai
pajak dari kegiatan ekspor dan impor yang berkaitan
dengan bisnis;
3. Online Patent System-KIPOnet
(http://www.patent.go.kr): Semua prosedur
mengenai hak paten seperti pengajuan paten secara

356 | E t i n I n d r a y a n i
online dan mengecek progres dari pengajuan di atur
secara digital;
1. Digital Budget & Accounting System-dBrain
(http://www.digitalbrain.go.kr):
Semua aktivitas finansial dari pemerintahan Korea
Selatan di atur secara real time dari pendapatan,
budget, dan realisasi, aset, dana, dan lain-lain;
2. National Disaster Management System-NDMS
NDMS mendukung mengenai manejemen dari bencana
alam dari berbagai jenis bencana yang memiliki 119
prosedur penyelamatan;
3. Immigration Control System
Seluruh informasi mengenai penumpang imigrasi akan
di analisa dan prosedur imigrasi di tangani secara
digital;
4. Korea Online e-Procurement System-KONEPS
(http://www.g2b.go.kr):
Semua prosedur procurement pemerintahan Korea
Selatan ditangani secara online melalui satu jendela;
5. Comprehensive Tax System-Hometax
(http://www.hometax.go.kr):
Pembayaran pajak dapat dilakukan secara online di
rumah maupun kantor tanpa perlu datang ke kantor
pajak;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 357
6. Postal Logistics Information System-PostNet
(http://www.epost.go.kr):
Semua proses penerimaan, distribusi, dan pengiriman
surat terintegrasi dan di tangani secara digital;
7. SOS Public Relief Service
Seluruh lapisan masyarakat dapat melaporkan atau
meminta pertolongan darurat kepada polisi tanpa
perlu berkata-kata, cukup menggunakan mobile
phone atau perangkat sejenis. Dengan demikian,
polisi dapat mengetahui posisi dari pelapor;
8. e-Government Standard Framework-eGovFrame
(Portal: http://www.egovframe.go.kr):
Sistem informasi dari e-government dan modul-
modulnya yang digunakan di berbagai jenis sistem di
simpan dan dikembangkan secara bersama oleh
seluruh lapisan pemerintahan
9. Civil Service Portal-Minwon24
(http://www.minwon.go.kr):
Masyarakat bisa mengajukan untuk dokumen ataupun
sertifikat sipil dimana saja dan dimana saja melalui
internet;
10. Information Network Villages-Invil
(http://www.invil.org):
Merupakan projek untuk kawasan pedesaan yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan

358 | E t i n I n d r a y a n i
kualitas kehidupan di pedesaan dengan
memperkenalkan e-commerce;
11. e-Participation Portal-ePeople
(http://www.epeople.go.kr):
Memfasilitasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan dengan memberikan
ruang untuk mengajukan protes, kritik, ataupun saran
melalui satu jendela;
12. Business Process System-On-nara BPS
Menyimpan dan menangani administrasi bisnis
pemerintahan secara online, serta memproses
laporan;
13. One-stop Business Support Service-G4B
(http://www.g4b.go.kr):
Memberikan informasi mengenai bisnis dan industri;
14. Employment Portal-WORKNET
(http://www.work.go.kr):
Mengintegrasikan dan mengkomunikasikan berbagai
macam informasi karyawan dari berbagai jenis
organisasi dan mendukung pencarian pekerjaan
dengan mengkomunikasikan bisnis dan pencari
pekerjaan
15. Intelligent Transportation System-ITS
Memfasilitasi dan mengoptimasi serta
mengautomatisasi kegiatan operasional lalu lintas;

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 359
16. Shared Use of Administrative Information-e-
hanarominwon (http://www.pisc.go.kr):
Pekerja sipili bisa memproses permintaan yang datang
kepada sipil dengan mengecek informasi secara
online;
17. Resident Registration Data System
Ditangani oleh pemerintahan lokal yang dapat
membantu untuk memahami hubungan di antara
masyarakat dan meningkatkan kenyamanan masyarakat.
Best practice dari e-government pemerintahan
Korea Selatan telah membuat Korea Selatan menjadi
pemimpin di dalam teknologi e-government di dunia.
Karena banyaknya jenis-jenis e-government yang ada di
Korea Selatan, maka yang akan di bahas hanya beberapa
jenis saja antara lain :
 e-Participation Portal - ePeople :
http://www.epeople.go.kr
 Postal Logistics Information System - PostNet :
http://www.epost.go.kr
 Employment Portal - WORKNET :
http://www.work.go.kr

360 | E t i n I n d r a y a n i
A. e-Participation Portal-ePeople
(http://www.epeople.go.kr):

Jenis e-government ini merupakan salah satu dari


best practice e-government Korea Selatan. Melalui portal
ini, masyarakat dapat menyampaikan opini mereka
bahkan mempengaruhi pembuatan keputusan.

Gambar 16. Tampilan e-People Portal.


(http://www.epeople.go.kr/jsp/user/UserMain.jsp)

Di bawah ini merupakan contoh formulir pengisian


pengaduan yang berkaitan dengan tindak korupsi,
kekerasan, dan lain-lain terhadap publik.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 361
Gambar 17. Formulir e-People.
https://www.epeople.go.kr/jsp/user/pc/cvreq/UPcCvreq
Form.jsp?flag=N&
Untuk dapat mengajukan laporan seperti ini,
dibutuhkan i-PIN yang hanya dimiliki oleh masyarakat
Korea Selatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari spam
atau laporan palsu oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab. Terdapat berbagai kategori formulir
yang dapat digunakan, pembagian kategori tersebut
adalah sebagai berikut :
 General Civil Application;
 Enterprise Application Complaints;
 Civil and Policy Question and Answer;
dan
 Complaints Practice

362 | E t i n I n d r a y a n i
Gambar 18. Laporan e-People
http://www.epeople.go.kr/jsp/user/pc/pccase/UPcCaseL
ist.jsp

Contoh pada gambar di atas merupakan pengajuan


protes yang dilakukan oleh masyarakat. (versi Google
Translate).
Selain sebagai portal untuk bersuara, portal e-
government ini juga memberikan berita-berita terkait
dengan pelayanan pemerintahan kepada publik.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 363
Gambar 19. Tampilan Website Berita e-People
(http://www.epeople.go.kr/jsp/user/UserMain.jsp)

B. Postal Logistics Information System-PostNet


(http://www.epost.go.kr):
Korea Selatan memiliki portal untuk pengiriman
surat dan paket yang dikelola oleh pemerintahan layaknya
Pos Indonesia. Portal ini tersedia dalam bahasa Korea dan
bahasa Inggris. Adapun jasa yang disediakan ada berbagai
jenis yaitu:
 Portal Service;
 e-Post Shipping;
 Express Mail Service;
 e-Post Shopping;
 e-Post Open Market;

364 | E t i n I n d r a y a n i
 Mail Service; dan
 Smartphone Services

Gambar 20. Tampilan website e-Post.


http://www.epost.go.kr/main/eng/Enpost_Introduction1.
html

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 365
Gambar 21. Smart Phone Service.
(www.epost.go.kr/main/eng/Enpost_Services7.html)

Gambar 22. Tampilan Website e-Post Shopping


(www.epost.go.kr/main/eng/Enpost_Services4.html)

Sebelum dapat menggunakan jasa-jasa dari portal


ini, setiap orang harus melakukan pendaftaran terlebih
dahulu. Pendaftaran ini terbagi menjadi beberapa
kategori antara lain umur di atas 14 tahun, warga negara
asing, umur di bawah 14 tahun, dan untuk bisnis.

366 | E t i n I n d r a y a n i
Gambar 23. Registrasi e-Post.
(https://www.epost.go.kr/usr/member/cafzb000k01.jsp)

Proses validasi registrasi akan dilakukan


menggunakan i-PIN maupun nomor telepon genggam yang
sedang digunakan.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 367
Gambar 24 Validasi Registrasi e-Post.
(https://www.epost.go.kr/usr/member/cafzb000k03.jsp)

Masyarakat di Korea Selatan dapat menikmati


berbagai macam jasa melalui portal ini dan dikelola oleh
pemerintahan Korea Selatan.

Gambar 25. Tampilan Website e-Post Service.


(http://www.epost.go.kr/main.retrieveMainPage.comm)

a. Employment Portal-WORKNET
(http://www.work.go.kr\):

Portal e-government ini memungkinkan masyarakat


di seluruh Korea Selatan untuk mencari pekerjaan. Selain
itu juga, data-data mengenai informasi karyawan juga

368 | E t i n I n d r a y a n i
tersimpan di portal ini sehingga perusahaan yang ingin
mencari pekerja dapat mencarinya melalui portal ini.

Gambar 26. WORKNET Portal.


(http://www.work.go.kr/index.jsp)

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 369
Gambar 27. Pencarian Pekerjaan WORKNET.
Sumber: http://www.work.go.kr/seekMain.do
Portal ini sangat bermanfaat untuk mengurangi
jumlah pengangguran di Korea Selatan. Hal ini terbukti
dengan tingkat pengangguran yang hanya sebesar 3.9%
saja.

Gambar 28. Tingkat Pengangguran Korea Selatan.


(http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_tin
gkat_pengangguran)

Bagaimana dengan e-government di Indonesia jika


dibandingkan dengan Korea Selatan? Jika kita membahas
mengenai e-people, e-post, dan worknet pada Korea

370 | E t i n I n d r a y a n i
Selatan, di Indonesia kita hanya memiliki sejenis e-post
saja, yaitu Pos Indonesia.

Gambar 29. Tampilan Website Pos Indonesia.


( http://www.posindonesia.co.id/)

Layanan logistik yang disediakan oleh Pos Indonesia


tidak sebanyak yang dimiliki oleh Korea Selatan dan
manejemennya juga kurang. Akan tetapi, jika dikelola
secara serius oleh pemerintahan Indonesia, portal Pos
Indonesia ini dapat menjadi layanan logistik pemerintahan
yang terkemuka. Untuk saat ini masyarakat Indonesia
secara umum menggunakan jasa logistik pihak swasta
seperti JNE, TIKI, WAHANA, dan lain-lain.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 371
Indonesia belum memiliki portal protes dan kritik
dan saran langsung melalui satu jendela kepada
pemerintahan secara online. Hal ini mengakibatkan
banyak sekali suara rakyat yang tidak terdengar oleh
penguasa pemerintahan. Pengelolaan kritik dan saran
kepada pemerintahan Indonesia masih dilakukan secara
primitif di setiap daerah. Misalnya jika di DKI Jakarta,
masyarakat dapat memberikan keluhan melalui email
maupun SMS.
Untuk portal pencarian pekerjaan, di Indonesia
memang banyak sekali tapi semuanya di kelola oleh pihak
swasta dan bergerak dalam bidang e-commerce. Dengan
adanya portal pencarian pekerjaan yang dikelola oleh
swasta, memiliki berbagai keterbatasan antara lain :
 Keterbatasan data kependudukan yang merupakan
karyawan;
 Keterbatasan keuangan dalam mengembangkan sistem;
dan
 Duplikasi data akibat banyaknya portal pencarian
pekerjaan.
e-Government di Indonesia juga masih tidak
terintegrasi seperti Korea Selatan dimana tiap otonomi
daerah masih mengelolanya secara individual tanpa
adanya integrasi.

372 | E t i n I n d r a y a n i
Gambar 30. Tampilan Website DKI Jakarta
(http://www.jakarta.go.id/)

Walaupun tiap daerah di Korea Selatan juga


memiliki portal e-government sendiri, namun
integrasinyalah yang menjadi perbedaannya dengan di
Indonesia.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 373
Gambar 31. Portal e-Government Korea Selatan.
(http://korea.go.kr/eng/sub/gov_website02.jsp)

Di Indonesia hampir semua daerah telah


mengimplementasikan e-government dan memiliki
website sebagai portal untuk mengakses e-government.

Gambar 32. Portal e-Government Indonesia.


(http://www.indonesia.go.id/)

Bagaimana Tren e-Government di Masa Depan?


Tujuan awal dari e-government adalah untuk
meningkatkan efisiensi pemerintah. Dikarenakan
kemajuan teknologi informasi dan peningkatan partisipasi
warga, konsep baru dari e-government telah difokuskan

374 | E t i n I n d r a y a n i
pada efisiensi serta demokrasi. Bahkan, e-government
telah menyaksikan perkembangan masyarakat sipil dan
proses demokrasi dengan tren baru partisipasi politik
menggunakan teknologi informasi. Tren ini telah
menempatkan penekanan pada demokrasi dan partisipasi
yang mengarah ke pengembangan e-democracy. (Fuchs &
Kase, 2000; Norris, 2001).
Perencanaan dan pelaksanaan e-government
karena terus tumbuh dan berkembang di seluruh dunia,
harus fokus pada mencari metode untuk mengatasi
berbagai masalah. Beberapa sumber yang paling penting
dari informasi tentang menghadapi tantangan untuk e-
government yang efektif adalah inisiatif e-government
yang sebenarnya saat ini beroperasi. Pelajaran yang dapat
dipelajari dari proyek-proyek e-government yang sedang
berlangsung, baik dari segi apa yang berhasil dan apa yang
tidak, akan memberikan bimbingan yang berarti dalam
mengembangkan dan menyempurnakan e-government.
Namun, e-government telah diubah oleh teknologi
informasi baru dan sedang mengejar pemerintah (di mana-
mana) untuk menyediakan pelayanan publik bagi
pemerintah, bisnis, dan warga oleh terminal nirkabel,
PDA, ponsel, dan sebagainya. u-Government menyediakan
layanan dengan jaringan kabel dan nirkabel. m-

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 375
Government (mobile) dan t-government (televisi) milik u-
government.
m-Government, merupakan bagian integral dari e-
government dan layanan pengiriman melalui telepon
seluler, termasuk layanan seperti bagian dari transpirasi,
pencegahan kejahatan, catatan penerbitan, dan
sebagainya, di negara-negara di Eropa dan Amerika
Serikat, Jepang, dan sebagainya. San Carlos di AS
memperkenalkan sistem pemadam kebakaran baru yang
menghubungkan secara real time dengan server peralatan
setelah memeriksa rencana pembangunan saat terjadi
kebakaran. Sebuah sistem manajemen jalan raya di
Finlandia menyediakan driver dengan informasi jalan raya
dan situasi cuaca dengan menggunakan GPS di dalam
mobil. Dalam contoh lain, m-government telah
dimasukkan dalam sistem bimbingan dan portabel sistem
lokasi bus di Jepang, sistem bimbingan perjalanan kereta
api di Inggris, dan catatan mengeluarkan layanan di
Austria.
e-Government menggabungkan kemungkinan
menawarkan layanan publik dengan TV seperti
pemeriksaan dan penerbitan dokumen aplikasi sipil,
pembayaran pajak dan biaya umum, dan sebagainya, dan
partisipasi dalam survei saat menonton TV.

376 | E t i n I n d r a y a n i
Selain itu, adalah mungkin untuk cadangan semua
jenis fasilitas dan memperoleh bantuan dan layanan.
Layanan Inggris online Interaktif telah berkembang dan
diinstal "Thin Portal" untuk pelayanan publik dari tahun
2002 (Digitv.org.uk). Lebih dari 100 milyar orang telah
menggunakan situs web dan ada sekitar 600 miliar
pengguna TV. Situs ini menawarkan layanan publik
berdasarkan proyek e-government untuk pendidikan,
pekerjaan dan pelatihan, kesejahteraan kesehatan,
pembangunan daerah, dan sebagainya. Kangnam County
di Republik Korea menawarkan layanan jaringan dua arah
sebagai t-government.
Tujuan dari e-government adalah mewujudkan
layanan seperti kapan saja, di mana saja, jaringan,
perangkat apapun, dan layanan apapun serta 5 K
(komputasi, komunikasi, konektivitas, konten, dan
kenyamanan). Artinya, teknologi komputasi di mana-mana
diterjemahkan sebagai sarana layanan menggunakan
semua peralatan dan teknologi kapan saja, di mana saja,
dan jaringan apapun. Selain itu, e-Korea Visi 2006 telah
menyarankan rencana untuk mewujudkan informasi
canggih jalan raya super (IPv6, Internet nirkabel, dll),
infrastruktur jaringan rumah, kabel dan infrastruktur
integrasi nirkabel, infrastruktur mobile e-government,
saluran aplikasi sipil, layanan umum mobile, dan

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 377
sebagainya. Pada tahun 2007, infrastruktur jaringan di
mana-mana akan membangun sebuah pengetahuan di
dunia yang menghubungkan rumah-rumah pribadi, tempat
umum, dan fasilitas sipil di seluruh negeri. Hari-hari ini
adalah mungkin untuk menyediakan teknologi praktis yang
luas untuk e-Korea (2005-2013) melalui dokumentasi
masalah dengan printer, fax, mesin tak berawak banding
sipil, dan sebagainya, jika warga ingin menerapkan
banding sipil dengan kabel dan nirkabel situs melalui
ponsel, personal digital assistant (PDA), sistem rekam
canggih (ARS), dan sebagainya. Strategi ini juga telah
memainkan peran terbaik dalam pembangunan TIK.
Strategi penggerak e-government dibagi menjadi
infrastruktur, teknologi, efisiensi publik, pelayanan
publik, dan sebagainya.

Aspek Insfrastruktur: Lingkungan komunikasi informasi


yang terintegrasi harus diselesaikan atas dasar
infrastruktur standardisasi. Penyebaran jaringan
komunikasi broadband lingkungan kabel diperlukan,
bersama dengan teknologi infrastruktur nirkabel.
Terutama, ini perlu menyebar ke penggunaan teknologi
nirkabel dan mobile dan transmisi dari IPv4 ke IPv6. Ini
melibatkan pembangunan lingkungan mobile yang
memungkinkan koneksi dari waktu universal dan biasa
melalui pelebaran lingkup kabel dan nirkabel jaringan

378 | E t i n I n d r a y a n i
komunikasi seperti DTV, telepon, KIOSK, dan peralatan
rumah elektronik lainnya.
Aspek Teknologi: layanan baru dan teknologi aplikasi
untuk (bidang ICTS, medis dan mendistribusikan
menggunakan chip minimum) pelayanan administrasi perlu
dikembangkan dalam hal konsep ruang ketiga, yang
merupakan realita tambahan yang menghubungkan dengan
dunia maya dan aktualitas. Penerimaan teknologi P2P,
atau teknologi komunikasi nirkabel dan mobile, akan
mendukung lingkungan ini.

Aspek efisiensi administrasi: kolaborasi antara


kementerian pemerintah yang berbeda, pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, dan pemerintah dan warga
negara perlu untuk mengamankan transparansi dan
meningkatkan efisiensi administrasi. Terutama diperlukan
adalah persiapan hukum dan peraturan untuk membangun
sistem pemerintahan.

Aspek pelayanan warga: layanan yang ditawarkan kepada


warga kapan saja dan di mana saja. Untuk
mempromosikan layanan untuk mengurangi kesenjangan
digital dan untuk memperluas akses ke layanan informasi,
CRM telah diperpanjang sebagai komunikasi dua arah,
aktivasi e-saran, dan eksekusi e-voting untuk e-
democracy.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 379
Selanjutnya, pemeriksaan proyek e-government dari
berbagai tingkat pemerintahan dan berbagai belahan
dunia menawarkan metode untuk berbagi pengetahuan
tentang e-government. Dalam banyak hal, arah masa
depan untuk pengembangan e-government akan
menghadapi isu-isu kebijakan penting. Studi seperti studi
saat ini menjadi berharga bagi konseptualisasi dan
penerapan proyek e-government saat ini dan masa depan,
terlepas dari mana proyek terjadi.

380 | E t i n I n d r a y a n i
Penutup

e-Government memiliki potensi untuk mengubah


lembaga dan kegiatan pemerintah dan memfasilitasi
interaksi dengan stakeholdernya. Transisi dari model
tradisional pemerintah menjadi digital melibatkan
dimensi-dimensi teknologi, kelembagaan, ekonomi, sosial,
hukum dan politik. Selain itu, sejumlah tantangan dan
risiko telah diidentifikasi dan harus diselesaikan dari dua
sisi: pemerintah (misalnya infrastruktur teknologi
informasi, sumber daya manusia, kendala keuangan,
masalah hukum yang komplek dan kurang memadai) dan
pengguna (misalnya kurangnya kepercayaan dan
kesenjangan digital).
Pada buku ini, penulis menekankan beberapa
kebijakan dan bentuk pelayanan publik masih belum
mampu memenuhi harapan masyarakat, terutama dalam
model interaksi atau transaksi antara masyarakat dengan
pemerintah secara bebas, tanpa terikat biaya, waktu dan
ruang, serta pemilihan bentuk dan sarana pelayanan. Oleh
karena itu, sudah saatnya bagi pemerintah untuk

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 381
meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui
perumusan kembali kebijakan-kebijakan yang lebih
memenuhi tuntutan masyarakat dan tantangan perubahan
zaman, serta pengembangan sarana dan prasarana yang
lebih strategis, di antaranya menerapkan e-government
sebagai upaya untuk memfasilitasi interaksi antara
pemerintah dan masyarakat, suatu hal yang sangat
signifikan dalam suatu bentuk pelayanan publik yang
ideal. Namun demikian, beberapa hal harus dipehatikan
dalam implementasi e-government secara benar. Dalam
bidang kebijakan, kelihatannya pemerintah belum berhasil
menyusun suatu langkah konkrit yang dapat menggerakkan
berbagai komponen pemerintah (lintas sektor) untuk
saling bekerja sama membangun dan menjalankan aplikasi
yang memang harus disinergikan.
Demikian juga masih mahalnya tarif Internet masih
menjadi kendala implementasi, meskipun pada beberapa
daerah masalah ini dapat diatasi dengan pola kemitraan
antara pemerintah dan masyarakat. Begitu pula alternatif
penyediaan infrastruktur telematika di beberapa daerah,
terutama daerah terpencil, perbatasan dan tertinggal
masih belum bisa memaksimalkan pemanfaatan Universal
Service Obligation (USO).
Di samping berbagai kondisi yang kurang mendukung
seperti diuraikan di atas, lambatnya pengembangan Ee-

382 | E t i n I n d r a y a n i
government di Indonesia menjadi bukti bahwa
pemahaman akan potensi telematika, khususnya e-
government, masih rendah. Oleh karena itu, sudah
saatnya bagi setiap aparatur pemerintah-terutama para
calon pimpinan birokrasi pemerintahan-untuk mulai
mengembangkan visi dan mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan implementasi e-government di
daerahnya.
Terakhir, inisiatif e-government perlu lebih
difokuskan dalam rangka mengintegrasikan semua proses
administratif secara bertahap dimana semua proses bisnis
dapat berinteraksi dengan lembaga-lembaga pemerintah.
Tanpa adanya standar e-government, akan terjadi in
efisiensi berupa duplikasi dan tumpang tindih
pembangunan e-government oleh berbagai lembaga
pemerintah, serta menciptakan pulau-pulau sistem
informasi. Kebijakan tentang standar e-government harus
dapat mengantisipasi adanya perubahan akibat kemajuan
teknologi dan dinamika manajemen kepemerintahan
seperti otonomi daerah.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 383
384 | E t i n I n d r a y a n i
Daftar Pustaka

Agrawal, Namrata. 2006. A Case Study of e-Procurement


Project of Andhra Pradesh, Government of India.
Available at
http://www.intanbk.intan.my/napsipag/frame2/ma
nila/Paper%20Creating%20Prosperrity%20-
%20A%20Case%20Study%20from%20N%20Agrawal%20In
d.pdf (downloaded on 10 November 2008).
Ahmedabad Municipal Corporation (AMC). 2005. ‘E-
governance: An Initiative for Easy Governance’,
presentation by AMC at the City Civic Centre.
Available at
http://www.egovamc.com/counter/counterhome.as
p (downloaded on 10 November 2008).
Aichholzer, G. 2004. ‘Scenarios of E-Government in 2010
and Implications for Strategy Design’, Electronic
Journal of e-Government, 2(1):1–10.
Aikens, G. Scott. ‘History of the Minnesota Electronic
Democracy Project’. Proceedings from Transforming
Our Society Now, INET96, 24–28 June 1996,
Montreal, Canada. Available at
http://www.isoc.org/inet96/proceedings/e9/e9_1.h
tm. (downloaded on 10 November 2008).
Aikins, S. K. (2012). Managing E-Government Projects:
Concepts, Issues, and Best Practices (pp. 1-400).
Hershey, PA: IGI Global.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 385
Al-Hakim, L. (2007). Global E-Government: Theory,
Applications and Benchmarking (pp. 1-383). Hershey,
PA: IGI Global
Anttiroiko, A. (2008). Electronic Government: Concepts,
Methodologies, Tools, and Applications (pp. 1-4780).
Hershey, PA: IGI Global
Armit, A. A. (2007). Public participation in Canada: The
role of parliament. Retrieved October 27, 2009,
from http:// centroparlamentario.org/
asia/Docs/China/ Public%20
Participation%20in%20Canada%20and%20the%20Role%
20%of%20Parliament.pdf
Asia Pacific Council for Trade Facilitation and Electronic
Business (AFACT). 2006. ‘India Progress Report’, e-
Trade Division, AFACT Year Book. Government of
India: Department of Commerce, Ministry of
Commerce and Industry. Available at
ttp://www.afact.org/group/application/afact/2006
AFACT/pdf/(4)%20Country%20Reports/3-p67_p75-
2006%20Report-India.pdf (downloaded on 22 October
2007).
Aurray, Michele D. 2002. ‘Government Online: Serving
Canadians in Digital Age’. Government of Canada.
Available at www.tbs-sct.gc.ca/cio-
dpi/pres/cips/cips-eng.ppt (downloaded on 12
November 2008).
Avgerou, C. and S. Madon. 2004. ‘Framing IS Studies:
Understanding the Social Context of IS Innovation’,
in C. Avgerou, C. Ciborra, and F. Land (eds), The
Social Study of Information and Communication
Technology: Innovation, Actors, and Contexts.
Oxford, UK: Oxford University Press.
Avgerou, C., C. Ciborra, A. Cordella, J. Kallinikos, and M.
Smith. 2005. ‘The Role of Information and

386 | E t i n I n d r a y a n i
Communication Technology in Building Trust in
Governance: Towards Effectiveness and Results’.
Washington DC: Inter-American Development Bank.
Backus, Michiel. 2001, ‘eGovernance and Developing
Countries: Introduction and Examples. International
Institute for Communication and Development’.
Available at
http://www.eldis.org/go/display/?id=13747&type=D
ocument (downloaded on 10 November 2008).
Beetham, D. (2006). Parliament and democracy in the
twenty-first century: A guide to good practice.
Geneva, Switzerland: Inter-Parliamentary Union.
Beetham, D. (2006). Parliament and democracy in the
twenty-first century: A guide to good practice.
Geneva, Switzerland: Inter-Parliamentary Union.
Bellamy, C. and J.A. Taylor. 1998. ‘Governing in the
Information Age’. Philadelphia, PA: Open University
Press.
Berman, B.J. and W.J. Tettey. 2001. ‘African States,
Bureaucratic Culture and Computer Fixes’, Public
Administration and Development, 21(1): 1–13.
Bhatia, Bela and J. Drèze. 1998. ‘Campaign in Rural India:
Freedom of Information is Key to Anti-Corruption
Campaign’. Berlin: Transparency International.
Available at
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/docu
ments/APCITY/UNPAN013111.pdf (downloaded on 12
November 2008).
Bhatnagar, Deepti et al. nd. ‘Drishtee Telecentre
Initiative’. Empowerment Case Studies, World Bank.
Available at
http://siteresources.worldbank.org/INTEMPOWERME
NT/Resources/14646_Drishtee-web.pdf (downloaded
on 11 November 2008).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 387
Bhatnagar, S. (2009). Unlocking e-government potential:
Concepts, cases and practical Insights. New Delhi,
India: Sage Publications.
Bhatnagar, S., A. Vijay Lakshmi and R. Padma.
Unpublished. ‘SmartGov: Andhra Pradesh Sachivalaya
E-Application’, Case prepared for the Egovernment
and Civil Service Project, Public Sector Group, PREM
Network, World Bank, 2003.
Bhatnagar, Subhash and Arvind Kumar. 2001. ‘VOICE:
Online Delivery of Municipal Services in Vijaywada’.
e-Government Case Study. World Bank. Available at
http://go.worldbank.org/4ZPVZ005I0 (downloaded
on 12 November 2008).
Bhatnagar, Subhash, Ake Gronlund, and Jiro Tominaga.
Unpublished. ‘Guidelines for Design and
Implementation of an E-Government Portal, working
paper draft at the World Bank 2006.
Bhatnagar, Subhash. 2007. ‘Impact Assessment Study of
Computerized Service Delivery Projects from India
and Chile’, IT@WB Staff Working Papers, 2, World
Bank, pp. 24.
Blackadder, J. (2009). New democracy: Putting people
back into politics. NSW, Australia: New Democracy
Foundation. Retrieved November 15, 2009, from
http://www.newdemocracy.com.au/ndf/docs/cp_pr
oject/newDemocracy_Citizens_Parlia-
ment_Handbook.pdf
Booth-Thomas, Cathy. 2003. ‘The See-It-All Chip: Radio-
Frequency Identification’, Time, 162(12): A8–A16.
Bose, J. (2008). Using information technology to increase
citizen participation. In Bose, J. (Ed.), Participatory
budgeting: Concepts and country experiences (pp.
109–117). Hyderabad, India: Icfai University Press.

388 | E t i n I n d r a y a n i
Boyoung, Im and Jung Jinwoo. 2001. ‘Strengthening
Government—Citizen Connections: Using ICTs to
Strengthen Government Transparency and Relations
with Citizens in Korea’, draft prepared for the
Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD). Seoul: Korean Ministry of
Planning and Budget and Seoul National University.
Bridges.org. 2005. ‘E-Ready for What? E-Readiness in
Developing Countries: Current Status and Prospects
toward the Millennium Development Goals’. World
Bank. Available at
http://www.infodev.org/files/2049_file_InfoDev_E_
Rdnss_Rpt_rev11May05.pdf (downloaded on 11
November 2008).
Bruno, Lanvin. 2005. ‘METER E-Strategies Monitoring and
Evaluation Toolkit’, in Robert Schware (ed), E-
Development: From Excitement to Effectiveness,
prepared for the World Summit on the Information
Society Tunis, World Bank.
Business Process Reengineering Online Learning Centre.
nd. ‘Business Process Reengineering’ Prosci.
Available at http://www. prosci.com/reengineering.
htm. (downloaded on 10 November 2008).
Byungtae, Kang. 2000. ‘Anti-Corruption Measures in the
Public Procurement Service Sector in Korea’, paper
presented at the Asia Pacific Forum on Combating
Corruption, Seoul, Korea, December 2000.
Caldow, J. ‘The Quest for Electronic Government: A
Defining Vision’, Occasional Paper, Institute for
Electronic Government, IBM Corporation. Available
at http://www-
01.ibm.com/industries/government/ieg/pdf/egovvisi
on.pdf (downloaded on 12 November 2008).

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 389
Central Board of Excise and Customs. 2005. ‘E-Governance
Programme in Customs and Central Excise’, paper
presented at Conflux 2005, 18 October 2005.
Available at
http://www.csdms.in/conflux/Proceedings05/Prese
ntations/Day%20II/NeGP%20(CMMPs)/Arun_Sahu.pdf
(downloaded on 12 November 2008).
Centre for Democracy Technology (CDT). 2002. The E-
Government Handbook for Developing Countries.
infoDev, Centre for Democracy Technology.
Available at www.cdt.org/egov/handbook/
(downloaded on 12 November 2008).
Centre for Electronic Governance. 2008. State Level E-
Governance Projects in India: Overall Assessment of
Impact on Citizens, report Commissioned by the
Department of Information Technology (DIT),
Government of India, June 2008.
Chakravarty, R. 2000. ‘IT at Milk Collection Centers at
Cooperative Dairies: The NDDB Experience,
Information Technology in Development
Communication: Key Issues’, in S.C. Bhatnagar and
Robert Schware (eds), Information & Communication
Technology in Development Communication:Cases
from India. New Delhi: Sage Publications India
Pvt.Ltd.
Cheung, A. 1996. ‘Efficiency as the Rhetoric? Public-sector
Reform in Hong Kong Explained’, International
Review of Administrative Sciences, 62(1):31–47.
Citizen Facilitation Centers (CFC), Kalyan-Dombivali
Municipal Corporation (KDMC),Maharashtra, India.
Available at:
http://www.iimahd.ernet.in/egov/ifip/aug2007/kd
mc.htm (downloaded on 12 November 2008).
Clark, S. (2009, November). New and social media. New
directions in institutional online communication:

390 | E t i n I n d r a y a n i
Experience and lessons learned. Presentation for the
World e-parliament Conference 2009, Washington,
DC. Retrieved June 11, 2010, from
http://www.ictparliament.org/wepc2009/presenta-
tions4november/wepc2009_clark.pdf
Claus-P. P. and Dieter Spath (2011). Quality Management
for IT Services: Perspectives on Business and Process
Performance. Hershey , New York. PA: IGI Global
Clift, Steven. 2003. ‘E-Democracy, E-Governance and
Public Net-Work’. Available at
http://www.publicus.net. Version 1.1, September
2003. (downloaded on 10 November 2008).
CLR Delivers Grassroots E-Governance’. Express
Computers. nd. Available at
http://www.expresscomputeronline.com/
20030324/focus3.shtml. (downloaded on 4 December
2008).
Coglianese, C. (2004). E-rulemaking: Information
technology and regulatory policy. Cambridge, MA:
Harvard University. Retrieved February 26, 2010,
from http:// www. hks. harvard.
edu/mrcbg/rpp/erulemaking/papers_reports/E_Rule
making_Report2004.pdf
Coleman, S., Taylor, J. A., & Van De Donk, W. (1999).
Parliament in the information age. Parliamentary
Affairs, 52(3), 365–370. doi:10.1093/pa/52.3.365
Corti, K. (2006). Games-based learning: A serious business
application. Retrieved June 27, 2010, from http://
www .pixelearning.com/ docs/ seriousgames
businessapplications. pdf
Dai, X., & Norton, P. (2007a). The internet and
parliamentary democracy in Europe. Journal of
Legislative Studies, 13(3), 342–353.
doi:10.1080/13572330701500763

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 391
Dai, X., & Norton, P. (2007b). Parliamentary democracy
online: Lessons from Europe. Journal of Legislative
Studies, 13(3), 477–482.
doi:10.1080/13572330701500946
Daniel, L and Laurel Ruma. (2010). Open Government :
Collaboration, Transparency, and Participation in
Practice: Published : O’Reilly Media, Inc.
Debategraph. (n.d.). Home page. Retrieved from
http://debategraph.org
Ditsa , G. (2003). Information Management: Support
Systems & Multimedia Technology (pp. 1-336).
Hershey, PA: IGI Global
Economist Intelligence Unit. (2009). E-readiness rankings
2009: The usage imperative. London, UK: IBM.
Retrieved August 23, 2010 from
http://graphics.eiu.com/pdf/E-
readiness%20rankings.pdf
EU Committee of the Regions. (2007). Summary report of
the European Citizens’ panel. A citizens’
perspective on the roles for rural areas in tomor-
row’s Europe. Brussels, Belgium: EU Committee of
the Regions. Retrieved November 18, 2009, from
http://www.citizenspanel.eu/images/final_report/e
n/annex_07-1_en.pdf.
European Communities. (2009). Citizens speak out: A
louder call for European eParticipation. Belgium: EC
Publications Office.
Fujitsu. (2010). Fujitsu implements real-time pocket
office to the Finnish parliament. Retrieved January,
2010, from
http://www.fujitsu.com/fi/news/pr/20050607-
en.html

392 | E t i n I n d r a y a n i
Gil-Garcia, J. R. (2013). E-Government Success Factors
and Measures: Theories, Concepts, and
Methodologies (pp. 1-424). Hershey, PA: IGI Global
Gottschalk, P and Hans S.S. (2009). E-Government
Interoperability and Information Resource
Integration: Frameworks for Aligned Development.
Hershey, PA: IGI Global
Griffith, J. C. (2007). ICT in parliaments: Current
practices, future possibilities. In World e-Parliament
2007 Report (pp. 4–16). New York, NY: United
Nations.
Hear From Your, M. P. (n.d.). Home page. Retrieved from
http://www.hearfromyourmp.com
Holzner, M., Schepers, J., Scherer, S., & Karamagioli, E.
(2009). Beyond Web 2.0: What serious games,
semantics and social networks can contribute to
eParticipation. Retrieved June 21, 2010, from
http://www.give-your-
voice.eu/downloads/VoiceS_Paper_eChallenges2009.
pdf
HUWY project. (n.d.). Home page. Retrieved from
http://www.huwy.eu
Inter-Parliamentary Union. (2009). Guidelines for
parliamentary websites. Geneva, Switzerland: Inter-
Parliamentary Union.

IPEX. (n.d.). Home page. Retrieved from www.ipex.eu


IPU. (2000). Guidelines for content and structure of
parliamentary web sites. Geneva, Switzerland: IPU.
Kingham, T. (2003). E-Parliaments: The use of
information and communication technologies to
improve parliamentary processes. Washington, DC:
World Bank.
e-Government: Konsep, Implementasi dan
Perkembangannya di Indonesia | 393
Lawson, G. (1998). NetState: Creating electronic
government. London, UK: Demos.
Leston-Bandeira, C. (2007). The impact of the internet on
parliaments: A legislative studies framework.
Parliamentary Affairs, 60(4), 655–674.
doi:10.1093/pa/gsm040
Library of Parliament. (2007). The Library of Parliament
service guide. Ediskunta, Finland: Library of
Parliament.
Library of the Parliament. (2006), How can information
technology transform the way parliament works?
Retrieved February 12, 2009, from
http://www.parl.gc.ca/information/library/prbpubs
/prb0028-e.pdf.
Medelina K.H, Vidhyandika D. P dan Lina A. (2012).
Mengkaji Kebijakan Tentang Akses Dan Informasi
Serta Partisipasi Publik Dalam Proses Legislasi:
Belajar Dari Singapura Dan Filipina Serta
Rekomendasi Awal Untuk DPR”. Program
Representasi (ProRep) Chemonics International –
USAID Indonesia.
Mulder, B. (1999). Parliamentary futures: Re-presenting
the issue information, technology and the dynamics
of democracy. Parliamentary Affairs, 52(3), 553–
566. doi:10.1093/pa/52.3.553
Norris, P. (2001). Digital divide: Civic engagement,
information poverty, and the internet worldwide.
Cambridge, UK: Cambridge University Press.
OCSI. (2009). Case study: Practical steps for improving
visualisation. Retrieved March 12, 2010, from
http://www.improving-visualisation.org/case-
studies/id=7

394 | E t i n I n d r a y a n i
O'Toole, Laurence J., Meier, and Kenneth J. (2011). Public
Management : Organizations, Governance, and
Performance. Cambridge University Press
Papaloi, A., & Gouscos, D. (2010). E-parliaments and
novel parliament-to-citizen services: An initial
overview and proposal. In P. Parycek & A. Prosser
(Eds.), EDem 2010, Proceedings of the 4th
International Conference on E-Democracy (pp. 103-
111). Wien, Austria: Österreichische Computer
Gesellschaft.
Peixoto, T. (2008). E-participatory budgeting: E-
democracy from theory to success? E-Democracy
Centre e-Working Papers. Zürich, Switzerland: E-
Democracy Centre.
Perillo, Vincent T (2009). E-
Government:Innovation,Collaboration, And Access..
Nova Science Publishers
Prensky, M. (2007). Digital game-based learning.
Minnesota: Paragon House.
Rodota, S. (2008). Keynote address. In World e-Parliament
2007 Report (pp. 24–29). New York, NY: United
Nations.
Roskin, M. G., Cord, R. L., Medeiros, J. A., & Jones, W. S.
(1991). Political science: An introduction. New
Jersey: Prentice-Hall International.
Schlosberg, D., Zavestoski, S., & Shulman, S. W. (2007).
Democracy and e-rulemaking: Web-based
technologies, participation, and the potential for
deliberation. Journal of Information Technology &
Politics, 4(1), 37–55. doi:10.1300/J516v04n01_04.
Sobaci, M. Z. (2012). E-Parliament and ICT-Based
Legislation: Concept, Experiences and Lessons (pp.
1-371). Hershey, PA: IGI Global.

e-Government: Konsep, Implementasi dan


Perkembangannya di Indonesia | 395
Staiou, E. R., Papaloi, A., & Gouscos, D. (2010, July). E-
parliaments 2.0: Opening the gates to citizens: The
use of social media in parliamentary websites. Paper
presented at the IAMCR Conference 2010, Braga,
Portugal.
Stapleton, A. (2004, December). Serious games: Serious
opportunities. Paper presented at the Australian
Game Developers’ Conference, Academic Summit,
Melbourne.
Subhash Bhatnagar. (2009). Unlocking E-Government
Potential : Concepts, Cases and Practical Insights.
(pp. 1-351). SAGE Publications Inc.
Swain, C. (2007). Designing games to effect social change.
In Proceedings of DiGRA 2007 Conference (pp. 805-
809). Tokyo, Japan: The University of Tokyo.
Taylor, J. A., & Burt, E. (1999). Parliaments on the web:
Learning through innovation. Parliamentary Affairs,
52(3), 503–517. doi:10.1093/pa/52.3.503
TeliaSonera. (2005). TeliaSonera Finland to provide the
Parliament of Finland with voice and mobile data
services - Press Release April 20, 2005. Retrieved
January 18, 2010, from
http://feed.ne.cision.com/wpyfs/00/00/00/00/00/0
5/C7/66/wkr0007.pdf.
They Work For You. (n.d.). Home page. Retrieved from
http://www.theyworkforyou.com
UNDP. (2006). Empowering parliaments through the use
of ICTs. New York, NY: UNDP.
United Nations. (2008). World e-parliament report 2008.
New York, NY: United Nations.
Van Slyke, C. (2008). Information Communication
Technologies: Concepts, Methodologies, Tools, and
Applications (pp. 1-4288). Hershey, PA: IGI Global.

396 | E t i n I n d r a y a n i
Tentang Penulis

P
enulis, Etin Indrayani dilahirkan di Porsea
pada tangal 1 Oktober 1966. Pendidikan
formal penulis dilalui di SDN Paya Pasir
Medan, SMPN 5 Kampung Besar Medan, dan SMAN
Labuhandeli (SMAN 9) Medan. Pada tahun 1990, penulis
menamatkan pendidikan S1 Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Pada
Tahun 1995 menyelesaikan pendidikan S2 Teknik dan
Manajemen Industri (TMI) Institut Teknologi Bandung
(ITB). Penulis selanjutnya menempuh pendidikan program
doktor (S3) pada Program Studi Administrasi Pendidikan
dengan bidang kekhususan Sistem Informasi Pendidikan,
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
sejak tahun 2006 sd. Maret 2011.
Sejak Tahun 2001, penulis tercatat sebagai staf
pengajar di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)
Jatinangor dengan jabatan akademik saat ini adalah
Lektor Kepala.
e-Government: Konsep, Implementasi dan
Perkembangannya di Indonesia | 397
Buku yang pernah ditulis dan diterbitkan antara lain
Panduan Pelatihan e-government Tahun 2006 diterbitkan
oleh PT Tijarati Bandung, dan Memahami Asas Tugas
Pembantuan: Pandangan Teoritis dan Implementasi
(bersama Prof Sadu Wasistiono dan Andi Pitono, S.Sos.,
M.Si) diterbitkan oleh Fokusmedia Tahun 2008. Sistem
Informasi Manajemen Pemerintahan : Konsep dan Aplikasi
pada Organisasi Pemerintahan Daerah diterbitkan oleh
IPDN Press pada tahun 2014.

398 | E t i n I n d r a y a n i
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai