Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI DAN PERKEMBANGAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA

Tema: E-Goverment

Mata Kuliah : Sistem Administrasi Indonesia

Dosen Pengampu : Drs. Suranto, M.Si.

Disusun oleh :

Febryana Natalia (203515516036)

Nyoman Lentari (203515516043)

Prodi S1 Administrasi Publik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NASIONAL

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena masih diberi kesehatan dan
kesempatan untuk penyelesaian makalah ini tentang “Implementasi dan Perkembangan E-
Government di Indonesia“ untuk mengetahui bagaimana kemampuan dalam menjelaskan dan
mendeskripsikan dari adanya E-Government di Indonesia tersebut.

Sebelumnya kami ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Suranto, M.Si. yang
merupakan salah satu dosen mata kuliah Sistem Administrasi Indonesia yang sudah memberikan
berbagai ilmu yang sudah bapak jelaskan dan membantu dalam membuat makalah ini secara materi
maupun secara moral. Kami juga ingin berterimakasih kepada teman maupun keluarga yang sudah
memberikan dukungan untuk pembuatan makalah ini sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusun, penjelasan, maupun
bahasa dan penulisannya. Oleh karena itu kami berharap mendapat kritikan dan saran yang
membangun dari semua pembaca sehingga bisa menjadi acuan untuk penulis bisa menjadi yang
lebih baik lagi untuk tugas makalah berikutnya. Semoga makalah yang kami buat ini bisa
memberikan ataupun menambah wawasan untuk para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Sabtu, 9 Oktober 2021

Febryana Natalia

Nyoman Lentari

i
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

Latar Belakang Masalah ........................................................................................................ 1

Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2

Manfaat dan Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2

Metode Penelitian .................................................................................................................. 2

Sistematika Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................. 3

BAB III

PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 5

Implementasi E-Government di Indonesia ............................................................................ 5

Perkembangan E-Government di Indonesia .......................................................................... 8

Tantangan dan Hambatan Penerapan E-Government ............................................................ 10

BAB IV

PENUTUP .................................................................................................................................... 12

Kesimpulan ............................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

E-government merupakan salah satu teknologi untuk mengembangkan penyalenggaraan


kepemerintahan yang berbasis elektronik. Suatu penataan system manajemen dan proses kerja di
lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. E-Goverment adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk
memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau
administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau
proses kepemerintahan yang demokratis.

Pemerintah Indonesia pun telah menetapkan e-Government pada sistem pemerintahan


Indonesia agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana sistem pekerjaan yang dilakukan oleh
pemerintah berjalan. Perkembangan dari adanya e-Government sendiri pun melalui 4 tingkatan
seperti tahap persiapan, tahap pematangan, tahap pemantapan, dan tahap pemanfaatan yang
dimana sistem tersebut mampu memberi suatu layanan yang baik ke antar lembaga maupun ke
masyarakatnya sendiri.

Kemajuan teknologi pada masa ini dapat mengubah pola interaksi antar masyarakat
maupun pemerintahnya. E-government sendiripun memiliki peran dengan menentukan
penggunaannya pada lembaga pemerintah maupun lembaga publik dengan tujuan hubungan yang
dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat bisa tercipta sedemikian rupa dengan cara efektif
dan juga efisien. Pemerintah dituntut dapat memberikan suatu pelayananyang baik, karena pada
sistem pemerintahan Indonesia masyarakat dinilai masih kurang dalam akses mendapatkan suatu
informasi juga tata cara dalam mendapatkan serta mengakses pelayanan publik.

Penerapan e-Eovernment di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat,


dibandingkan ketika implementasi awal pertama kali e-Goverment diterapkan. Menyadari negara
Indonesia masih tergolong negara berkembang, maka pada implemetasi nyata pelaksanaan e-
Government masih memiliki berbagai macam kendala. Pada saat pengembangan e-Government
masyarakat mengira bahwa teknologi tersebut hanyalah situs web pemerintah yang pada hasilnya

1
tidak sesempit itu. Banyak pihak yang beranggapan bahwa e-Government memiliki keterbatasan
pada tersedianya infrastruktur, padahal e-Government sendiri bisa diidentikkan dengan
infrastruktur. Memiliki sifat yang lunak e-Government justru lebih maju kearah pertumbuhan
pemberdayaan sedangkan pada infrastrukturnya memiliki manfaat untuk suatu kepentingan yang
lebih besar.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi e-government di Indonesia?


2. Bagaimana perkembangan e-government di Indonesia?
3. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam penerapan e-government di Indonesia?

Manfaat dan Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui bagaimana
implementasi dan perkembangan e-Government di Indonesia. Serta memahami apa saja yang
menjadi faktor penghambat penerapan dan perkembangan e-Goverment di Indonesia.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus terhadap
objek, teori ataupun fenomena yang diambil dalam penelitian ini yaitu implementasi dan
perkembangan e-Government di Indonesia. Penelitian ini akan memberi suatu gambaran deskriptif
terhadap penerapan dan perkembangan e-Governmetn di Indonesia yang menjadi salah satu titik
fokus dalam penelitian.

Sistematika Penulisan

Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Tinjauan Pustaka berisi tentang teori-
teori yang mendukung penulisan makalah. Pembahasan berisi tentang isi yang akan di bahas dari
rumusan masalah yang dibuat, dan terakhir penutup berisi tentang kesimpulan serta saran.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep e-Goverment diartikan secara berbeda-beda oleh tiap individu atau kelompok
komunitas. Seperti berbagai definisi di bawah ini mengenai e-goverment di berbagai negara yang
disesuai dengan sudut pandang sistem pemerintahan masing-masing:

a. Pemerintah Federal Amerika Serikat mendefinisikan e-Government sebagai berikut:

E-Government diartikan lebih kepada penyampaian informasi dan pelayanan online pemerintahan
melalui internet atau media digital lainnya. Sementara Nevada, salah satu negara bagian di
Amerika Serikat, mendefinisikan e -Government sebagai:

• Pelayanan online menghilangkan hambatan tradisional untuk memberikan kemudahan


akses kepada masyarakat dan bisnis dalam memakai layanan pemerintahan.
• Operasional pemerintahan untuk konstitusi internal dapat disederhanakan permintaan
operasinya untuk semua agen pemerintah dan pegawainya.

b. Pemerintah New Salendia melihat e-Government sebagai sebuah cara bagi pemerintahaan untuk
menggunakan sebuah teknologi baru untuk melayani masyarakat dengan memberikan
kemudahaan akses untuk pemerintah dalam hal pelayanan dan informasi dan juga untuk
menambah kualitas pelayanan serta memberikan peluang untuk berpartisipasi dalam proses dan
institusi demokrasi.

c. Negara Italia melihhat e-Government, sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(Information and Communica-ion Technology -ICT) yang modern pada sistem
pengadministrasian negara, melalui aplikasi :

1. Desain komputerisasi untuk tambahan efisiensi operasional dengan inividu tiap


departemen dan divisi.
2. Pelayanan komputerisasi untuk masyarakat dan perusahaan, sering kali mengimplementasi
integrasi pelayanan pada departemen dan divisi yang berbeda.
3. Ketetapan akses ICT untuk pengguna akhir dari layanan informasi pemerintahan.

Di sisi lain Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank), menjelaskan
konsep e-Goverment sebagai: penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
3
mempromosikan pemerintahan yang lebih effisien dan penekanan biaya yang efektif, kemudahan
fasilitas layanan pemerintah serta memberikan akses informasi terhadap masyarakat umum, dan
membuat pemerintahan lebih bertanggung jawab kepada masyarakat.

Definisi e-Goverment secara umum adalah, pemerintahan elektronik yang memanfaatkan


penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi
warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berhubungam dengan pemerintahan. e-
Government dapat diterapkan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk
meningkatkan efisiensi internal dalam usaha pelayanan masyarakat, menyampaikan informasi
pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama
adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C), Government-to-Business
(G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-
government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari
pelayanan publik.

E-Goverment dianggap sebagai pemerintahan online yang berbasis internet ("Internet-


based government"). Namun, terdapat juga teknologi pemerintahan elektronik non-internet yang
dapat digunakan dalam konteks ini, seperti ; telepon, faksimil, PDA, SMS, MMS, jaringan dan
layanan nirkabel (wireless networks and services), Bluetooth, CCTV, sistem penjejak (tracking
systems), RFID, indentifikasi biometrik, manajemen dan penegakan peraturan lalu lintas jalan,
kartu identitas (KTP), kartu pintar (smart card) serta aplikasi NFC lainnya; ; teknologi polling
station, penyampaian penyampaian layanan pemerintahan berbasis TV dan radio, surat-e, fasilitas
komunitas online, newsgroup dan electronic mailing list, chat online, serta teknologi pesan instan
(instant messenger). Ada pula sejumlah sub-kategori dari e-gov spesifik seperti m-government
(mobile government), u-government (ubiquitous government), dan g-government (aplikasi
GIS/GPS untuk e-government)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep dari e-Goverment bukan saja
memiliki artian hanya sebagai pemanfaatan jaringan teknologi komunikasi dengan menggunakan
internet, tetapi juga berbicara pada bentuk usaha pemerintah dalam rangka menyediakan dan
menyelenggarakan pelayanan publik yang efektiv dan efisien.

4
BAB III

PEMBAHASAN

Implementasi E-Government di Indonesia

Pelayanan publik menjadi langkah awal dalam perwujudan good governance di Indonesia.
Namun pada kenyataanya, penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah masih dihadapkan pada pelayanan yang belum efektif dan
efisien serta kualitas sumber daya manusia yang belum memadai. Hal ini terlihat dari masih
banyaknya pengaduan dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti
melalui media massa yang menuntut peningkatan kualitas pelayanan publik. Permasalahan
utama saat ini adalah kurang tanggapnya pemerintah dalam merespon keinginan masyarakat

Implementasi e-governmnet untuk meningkatkan komunikasi antara pemerintah dan


masyarakat merupakan kebutuhan yang sangat mendesak sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Indonesia saat ini sedang
meningkatkan suatu kualitas sebagai sebuah bangsa. Pembangunan infrastruktur, peningkatan
ekonomi, dan juga sektor pada pemerintahan juga memiliki suatu inovasi yang dibuatnya.
Pemerintah kini sedang mengimplementasikan sistem e-government di Indonesia. E-
government adalah sistem pemerintahan yang berbasis teknologi komunikasi. Pada
prinsipnya inovasi e-government ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses pelayanan
dari lembaga pemerintah kepada masyarakat melalui pelayanan online.

Penerapan e-government di Indonesia terutama pada kantor publik yang di dalamnya


didukung oleh karyawan yang mengerti dari adanya suatu teknologi. Fenomena Electronic
Government (e-Government) terus-menerus menuntut instansi pemerintahan untuk memastikan
bahwa harus ada transformasi operasional di bidang pelayanan publik. Transformasi ini
bukanlah pekerjaan mudah. Butuh perencanaan yang matang, konsultasi intensif dengan IT
konsultan, jajak pendapat di masyarakat, penyuluhan publik, hingga kontrol pelaksanaan.

Di Indonesia dengan adanya e-government perlu dilakukan untuk perubahan dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara secara fundamental dimulai dari pemerintahan otoriter
sampai ke pemerintahan sentralistik ke sistem yang demokratis. Dengan menerapkan

5
kewenangan pusat dan juga daerah otonom, perubahan terjadi untuk terbentuknya suatu
pemerintah yang bersih, transparan, dan juga menjawab suatu perubahan yang efektif.

E-government diterapkan di Indonesia dengan adanya tuntutan di masyarakat berbeda


seperti :

a. Tuntutan pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh


wilayah Indonesia, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara
interaktif.
b. Keinginan masyarakat agar aspirasi mereka didengar, sehingga pemerintah harus
memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam perumusan kebijakan negara.

Situs web pemerintah daerah merupakan salah satu strategi di dalam melaksanakan
pengembangan egovernment secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur.
Pembuatan situs web pemerintah daerah merupakan tingkat pertama dalam pengembangan e-
government di Indonesia dengan sasaran agar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah
memperoleh akses kepada informasi dan layanan pemerintah daerah, serta ikut berpartisipasi di
dalam pengembangan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media internet.

Sistem Aplikasi e-Government Pada saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah otonom berinisiatif mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan
komunikasi dan informasi. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan
oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi, mayoritas situs pemerintah dan pemerintah
daerah otonom berada pada tingkat pertama (persiapan), dan hanya sebagian kecil yang telah
mencapai tingkat dua (pematangan). Sedangkan tingkat tiga (pemantapan) dan tingkat empat
(pemanfaatan) belum tercapai.

Saat ini banyak lembaga pemerintah yang menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan e-
government padahal pada kenyataannya lembaga-lembaga pemerintahan tersebut baru dalam
tahap web presence, masih belum terlihat adanya penerapan e-government yang benar-benar
dijalankan secara mendalam. Oleh karena itu banyak yang menyatakan bahwa pelaksanaan e-
government belum optimal karena secara riil beberapa pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah masih menggunakan cara-cara yang manual seperti proses pembuatan KTP, akta
kelahiran, kartu keluarga, dan lain-lain.

6
Menurut hasil penelitian (sosiawan,2005), secara ketentuan teknis masing-masing websites
Pemprov yang menjadi telah mengikuti beberapa standar yang diperlukan dalam pembangunan
web sebagai media komunikasi dan informasi berdasar ketentuan yang dikeluarkan oleh
KOMINFO. Kekurangan yang paling menonjol dari pembangunan websites Pemprov tersebut
adalah masih dalam tahapan pematangan atau masih sampai pada fase penyediaan ruang
komunikasi interaktif saja, fase ke tahapan lanjut yaitu fase pemantapan berupa ketersedian
pelayanan publik serta pemanfaatan berupa layanan lintas instansi masih belum menunjukkan
ke arah sana.

Dalam infrastrukturnya sendiri secara faktual sebagian besar kantor pemerintah daerah sudah
memiliki koneksi LAN dan sebagian kecil yang telah memiliki koneksi WAN. Meskipun sudah
memiliki koneksi LAN di kantor pemerintah daerah, tetapi pertukaran data melalui komunikasi
data belumlah banyak dilakukan, mengingat ketiadaan data dan informasi yang diharapkan
karena masih rendahnya konsepsi basis datanya.

Pada sisi lain dalam hal koneksi ke internet Instansi pemerintah di daerah secara sekilas
kadang tidak mempunyai pilihan yang terlalu banyak untuk dapat melakukan koneksi ke
Internet, mengingat dibeberapa daerah hanya tersedia sedikit provider internet sehingga sering
ditemui pemda yang hanya bergantung pada satu provider saja tanpa ada pilihan lain.

Tempat akses informasi (khususnya internet) jumlahnya masih terbatas bila tersedia
umumnya mengelompok hanya di sekitar lembaga perguruan tinggi berupa warnet dan
penyediaan layanan wifi (area hot spot). Selain perguruan tinggi beberapa sekolah menengah
atas telah mulai mengembangkan fasilitas tempat akses informasi, namun di instansi pemerintah
belum atau masih sangat terbatas. Penerapan dan realisasi egovernment di Indonesia
mengalami tantangan sejak adanya pertumbuhan era industri 4.0, salah satu kendala
dalam penerapan e-government adalah karena terbatasnya regulasi sebagai payung hukum.
Saat ini, belum ada regulasi yang benar menjelaskan secara rinci mengenai mekanisme
penerapan e-government berikut dengan tidak seimbangnya perkembangan teknologi yang
begitu pesat dan tidak dapat terbendung lagi

7
Perkembangan E-Goverment di Indonesia

Istilah e-goverment di Indonesia sudah terdengar sejak awal tahun 2000-an dimulai. Hal
ini ditandai dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2001 yang
mendorong penggunaan teknologi telematika sebagai usaha mensukseskan target good governance
serta mengakselerasi terwujudnya demokrasi yang dicita-citakan. Sejak dirilisnya Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 yang membahas tentang kebijakan dan strategi nasional
pengembangan e-goverment di Indonesia, ada peningkatan signifikan terhadap keberadaan domain
pemerintah. Domain go.id yang pertama kali didaftarkan pada tahun 2001, pada bulan Juli 2003
tercatat sudah 247 domain go.id (Fathul, 2004) dan jumlahnya terus mengalami peningkatan.

Berbagai penelitian banyak dilakukan, baik yang dilakukan oleh institusi ataupun
perorangan untuk dapat mengetahui kondisi perkembangan e-goverment sehingga dapat diperoleh
gambaran mengenai penerapan perkembangan e-goverment. Seperti hasil penelitian di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Penelitian Terkait Penerapan E-Goverment

No Hasil Penelitian Sumber

1 Proyek e-goverment di negara berkembang mengalami Heeks (2003)


tingkat kegagalan hingga 85% sedangkan tingkat
keberhasilan hanyai mencapai 15%.

2 Lebih dari 60% inisiatif e-goverment mengalami kegagalan Gartner (2002)


atau di bawah ekspetasi.

3 Laju kegagalan penerapan e-goverment mencapai 60-80% UNDESA


di negara berkembang. (2003)

4 Penurunan laju keberhasilan dimana hanya 32% proyek Standish (2009)


TIK dikatakan berhasil, 44% proyek mengalami
keterlambatan dan 24% proyek tidak pernah digunakan
sama sekali.

5 Sebesar 31% proyek TIK gagal tepat waktu dan 31% PPIC (2005)
lainnya tidak tepat biaya (budget).

8
Dari data di atas dapat dilihat bahwa ternyata penerapan e-goverment tidak berjalan mulus,
bahkan dapat dikatakan mengalami hambatan dimana tingkat kegagalan penerapan e-goverment
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat keberhasilannya. Selain penelitian seperti di atas,
ada juga beberapa lembaga nasional ataupun internasional yang juga melakukan survei dan
pemeringkatan (sistem rangking) dari negara-negara yang menerapkan e-goverment. Seperti salah
satu survei yang dilakukan oleh organisasi internasional yakni UDESA (United Nations
Dapartement of Economic and Social Affairs) secara berkala sejak tahun 2003 hingga saat ini,
ternyata menunjukan Indonesia masih tertinggal dengan negara lain. Bahkan pada wilayah Asia
Tenggara, Indonesia berada di bawah negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia
(Tabel 2). Tabel 2 di bawah menunjukan ketertinggalan Indonesia dengan negara ASEAN dalam
hal implementasi e-goverment dari tahun 2008 hingga 2012 (UN, 2008).

Tabel 2. UNDESA Ranking E-Goverment

No Negara 2008 2010 2012

1 Singapore 23 11 10

2 Malaysia 34 32 40

3 Thailand 64 76 92

4 Philipines 66 78 88

5 Brunei 87 68 54

6 Vietnam 91 90 83

7 Indonesia 106 109 97

8 Cambodia 139 140 155

9 Myanmar 144 141 160

10 East Timor 155 162 170

11 Laos 156 151 153

9
Selain survei tingkat Internasional, ada juga beberapa survei atau pemeringkatan e-
goverment yang dilakukan pada skala nasional. Kementrian Komunikasi dan Informatika
(KemKonInfo) melalui PeGI (Pemeringkatakan e-Goverment di Indonesia) telah melakukan
penelitian terkait penerapan e-goverment di Indonesia. Namun dari hasil pemeringkatan oleh PeGI
yang dapat baru dinilai adalah pemerintahan tingkatan provinsi (tidak semua) dan hanya sedikit
menyentuh tingkat kota/kabupaten karena faktor ketidak optimalan penerapan TIK pada beberapa
lingkungan kabupaten/kota, dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi penerpan e-goverment
belumlah merata antar kota/kebupaten di Indonesia. Pada tingkat provinsipun kondisinya tidak
jauh berbeda, hasil survei yang dilakukan oleh PeGI pada 2012 dan tahun 2013 menunjukan lebih
dari 50% provinsi menunjukan nilai kurang (PeGI, 2012).

Tantangan dan Hambatan Penerapan E-Goverment

Melihat pada hasil penelitian atau survei yang dilakukan pada skala Internasional dan
Nasional yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha yang telah
dilakukan oleh pemerintah dalam mengembangkan e-goverment di Indonesia belum dapat
dikatakan optimal dan masih jauh dari apa yang dicita-citakan. Beberapa daerah menunjukan
perkembangan e-goverment yang baik, namun ada beberapa daerah lainnya yang baru memahami
konsep e-goverment adalah sebatas membuat website. Akibat cara pandangan yang salah terhadap
e-goverment, penerpan e-govermentpun tidak jarang berhenti atau mengalami kegagalan. Banyak
faktor yang menjadi penghambat dalam perkembangan e-goverment di Indonesia seperti: (Kumar,
2007; Surendo, 2009; Schwester, 2009; EL-Haddadeh, 2010)

a) Belum ada standarisasi yang jelas tentang implementasi e-goverment dan sosialisasi tentang
bagaimana penyelenggaran e-goverment yang rill dan ideal.

b) Belum tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat mengelolah e-goverment secara
benar.

c) Infrastruktur jaringan informasi yang tidak merata pada setiap daerah.

d) Pemahaman masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan e-goverment masih rendah karena


lebih besarnya jumlah penduduk yang berada pada golongan masyarakat bawah.

10
e) Kepemimpinan dalam hal komitmen dalam usaha mendukung perkembangan e-goverment
masih rendah.

f) Budaya lampau organisasi yang kurang mendukung adanya perubahan dan rendahnya budaya
berbagi informasi khusunya pada lembaga pemerintahan.

Kelemahan pembentukan e-Government di Indonesia:

1. Belum adanya tunjangan sistem manajemen dan proses kerja yang efektif pada pelayanan
yang diberikan oleh sistus pemerintah karena ketidaksiapan peraturan, prosedur
pelaksanaan dan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat membatasi penetrasi
komputerisasi ke dalam sistem pemerintah.
2. Belum sempurnanya strategi yang digunakan dalam penerapan e-Government dan belum
memadainya anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan e-Government.
3. Sejumlah faktor seperti standarisasi, keamanan informasi, otentifikasi dan aplikasi dasar
yang memungkinkan interoperabilitas antar situs secara andal, aman, dan terpercaya
kurang mendapat perhatian akibat dari upaya instasi secara sendiri-sendiri.

11
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Agar penerapan e-Government terhindar dari kegagalan perlu adanya pengolahan aspek
social dan teknologi yang baik dalam pelaksanaannya.
2. Melihat data di atas disimpulkan bahwa kondisi penerapan e-Government belum berjalan
secara optimal dan masih jauh dari cita-cita yang diharapkan, dimana beberapa hasil
penelitian dan survei yang dilakukan menunjukan tingkat kegagalan implementasinya yang
cukup tinggi dan hasil pemeringkatan yang rendah.
3. Tangtangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam pengembangan e-Government terletak
pada belum adanya standarisasi penerapan e-Government yang ideal, Sumber Daya
Manusia (SDM) yang dapat mengelolah e-Government dengan benar, infrastruktur
jaringan informasi, literacy masyarakat, kepemimpinan dan budaya organisasi lampau
yang kurang menyukai adanya perubahan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Depkominfo, 2004. Kondisi Situs Web Pemerintah Daerah. Sumber:


http://www.depkominfo.go.id

Hendriawan, 2008. Content Analysis Situs Web Pemerintah Daerah, Tesis Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia.

PeGI (Pemerinkatan e-Government di Indonesia), 2012.

UN, 2005, “UN Global E-Government Readiness Report 2005 From e-Government to E-
Inclusion”, USA: UN Publications

UNDESA 2003 “E-Government as a Free Lunch?” Development administration, 2003b 106: 6-8

Sumber Internet :

https://journal.umy.ac.id/index.php/jphk/article/view/7171/5119

http://jim.stimednp.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/IMPLEMENTASI-DAN-
PERKEMBANGAN-E-GOVERNMENT.pdf

http://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-caraka-prabu/article/view/457/229

https://media.neliti.com/media/publications/288674-implementasi-electronic-government-dalam-
836c061a.pdf

https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jch/article/view/1914

13

Anda mungkin juga menyukai