Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Teknologi
Administrasi
Disusun oleh :
Elsya Feradina
Ahmad Samanhudi
Aris saepurrohman
Dimas herlambang
Administrasi Negara/A/VI
2013
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang sederhana ini dengan predikat terbilang lancar.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini, terutama Bapak Iman selaku dosen pengajar Teknologi
Administrasi yang telah membimbing penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang
budiman. Dalam penyusunan tugas ini penulis sadar jauh dari kesempurnaan oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
tugas-tugas selanjutnya.
Bandung, 25 Mei
2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………….....…......…….......……
….....1
Daftar Isi
……………………………………………….........…...….…………........……….….2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar
belakang.........………………….....………………….…….…………….....................3
1.2 Rumusan
masalah………………....……………………….…….…...............………….......4
BAB II Pembahasan
3.1Kesimpulan………………………....……………………………………………….
...........15
3.2
Saran................................................................................................................................
.....17
Daftar
Pustaka............................................................................................................................
18
BAB I
PENDAHULUAN
”Bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kuasailah teknologi maka kau akan menguasai dunia”, demikianlah
ungkapan yang berkembang di masyarakat teknologi. Dan ungkapan itu tidak sekedar
ungkapan. Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia adalah
merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab untuk
mewujudkan hal tersebut melalui salah satu programnya yakni e-government .apa sih
e-government itu? Dan apa manfaatnya? Bagaimana implementansi e-government di
Indonesia? Bagaimana perbandingan E-Goverment di Indonesia dan Jerman?
Makalah ini mencoba membahas hal tersebut secara mendalam.
PEMBAHASAN
Secara garis besar dari definisi-definisi yang beredar mengenai E-Gov dapat
disimpulkan bahwa E-Gov mempunyai beberapa penekanan penting yaitu pada:
1. Internal Drivers
Risk management, Partnerships, Skills Shortage, Take care of People,
Intellectual Asset Management, Shorten Cycle Time, Constituency
Requirement, Innovative Product & Services, Streamline Business Processes.
2. External Drivers
IT Commoditization, Works & Lifestyles Diversity, Internet Landscape,
Informational transparency, Skills shortage, Competition to Provide Services,
New Business Model Emerging, Legislation.
1. Cataloguing
Fokus pada memulai sebuah bentuk kehadiran secara online dari pemerintah. Hal ini
dapat diwakili dengan adanya web static.
2. Transaction
3. Vertical Integration
Terbangunnya sebuah koneksi dengan fungsi dan jasa dari tingkat diatasnya.
Misalnya Portal web pemda tingkat II, mempunyai fungsi pelayanan dari portal web
pemda tingkat I dan tingkat pusat.
Di Vetical Integration, fokus pada transformasi jasa pelayanan pemerintahan dan
bukan pada otomatisasi. Targetnya adalah mengintegrasi sistem pemerintahan tingkat
II dengan tingkat I dan tingkat pusat, hal ini dilakukan untuk tujuan cross referencing
and checking. Selain itu, target lainnya adalah untuk mempertimbangkan peningkatan
pada efisiensi, privasi dan masalah kerahasiaan.
4. Horizontal Integration
Yaitu suatu integrasi antar fungsi dan pelayanan yang beda. Pada Horizontal
Integration, ditandai dengan adanya database yang melintas area fungsional yang
berbeda, yang saling berkomunikasi satu sama lain dan idealnya saling membagi
informasi. Dengan demikian, informasi yang diperoleh satu agen pemerintah maka
dapat digunakan oleh seluruh fungsi lain dalam sistem.
Secara keseluruhan 4 tahap E-Gov dari Layne & Lee menawarkan harapan terbaik
untuk meningkatkan efisiensi melalui reformasi administrasi melalui vertical maupun
horizontal integration.
Sementara itu, Kota Bonn yang terletak di negara bagian North Rhine-
Westphalia, menawarkan bermacam layanan online seperti aplikasi bisnis, aplikasi
untuk ijin kerja, pendaftaran kendaraan dan sebagainya. Layanan yang cukup bagus
dari bekas ibukota Jerman ini adalah portal informasi mengenai seluruh Taman
Kanak-Kanak dikota itu. Para orang tua dapat mendaftarkan anak-anak mereka ke TK
yang dipilih secara online. Asalh tahu saja, walaupun gratis, untuk memasukkan anak
ke sekolah, pendaftaran dilakukan jauh beberapa bulan sebelumnya.
Kota Cologne lain lagi. Dengan koneksi keamanan SSL, warga kota itu dapat
memesan dokumen seperti akte kelahiran, akte perkawinan dan dokumen penting
lainnya. Melalui situs kota tersebut, pengunjung diinformasikan juga bagaimana
tahap-tahap untuk memesan dokumen yang dimaksud. Sistem juga menawarkan
pengantaran dokumen serta pembayaran yang berbeda-beda.
Bagi para pencari kerja, persoalan yang mencuat sejak reunifikasi Jerman di
tahun 1990, pemerintah melalui situs Departemen Kerja disana, juga membuka
informasi seputar lowongan kerja di www.arbeitsamt.de. Di situs tersebut,
dipertemukan antara pencari dan perusahaan-perusahaan yang mencari pekerja. Tentu
saja, pencari kerja diharuskan mengisi keahlian spesifik yang dimiliki sehingga
pemberi kerja mendapatkan orang yang tepat untuk posisi yang ditawarkan.
Selain dimanfaatkan orang Jerman sendiri, situs ini juga sering dikunjungi
orang luar Jerman yang berkeinginan bekerja disana termasuk dari Indonesia. Apalagi
ketika Jerman begitu membutuhkan orang asing yang ahli di bidang teknologi
informasi dengan iming-iming kartu hijau (greencard). Banyak orang Indonesia
beruntung mendapatkannya dan berhak atas segala fasilitas layaknya orang Jerman,
kecuali ikut pemilu. Di samping situs pemerintah, situs lain
seperti www.jobpilot.de sebenarnya menawarkan juga lowongan bagi para pencari
kerja, namun dikelola oleh swasta.
Karena menjadi negara tujuan untuk belajar terutama untuk pendidikan tinggi,
hampir semua universitas maupun fachochshcule membuka informasi seluas-luasnya
terhadap calon mahasiswa untuk mengetahui tentang lembaga pendidikan tinggi di
sana. Termasuk informasi mengenai akomodasi, beasiswa, serta keadaan kampus.
Yang menarik, beberapa kampus juga menyajikan kunjungan virtual ke kampus
mereka, sampai hingga ke dalam perpustakaannya. Tak ketinggalan, dapat pula
dilihat keadaan kampus secara realtime lewat kamera-kamera yang dipasang di sudut-
sudut kampus.
Bukan hanya kampus saja yang bisa disaksikan secara realtime, acara-acara
unik di Jerman pun seperti pesta minum bir Oktoberfest di Muenchen pun dapat
disaksikan lewat kamera yang dipasang di pojok-pojok keramaian. Begitu juga
dengan dengan acara Christkindlmarkt yang diadakan di Nuremberg. Ramainya pasar
dengan penjual pernak-pernik, anggur, makanan, serta perabotan dapur menjelang
Natal itu dapat disaksikan dari belahan dunia manapun melalui kamera yang
terhubung ke internet melalui situs www.nürnberg.de.
Dari beberapa fase, yang menarik untuk disimak adalah fase strategi karena di
sinilah didefinisikan tujuan e-government bagi publik. Setelah didefinisikan, pada
fase ini kemudian ditentukan layanan apa saja yang mungkin diimplementasikan
secara online. Setelah diidentifikasi, kemudian ditentukan prioritas. Baru kemudian
ditentukan strategi implementasinya. Strategi implementasi di sini termasuk
merencanakan sumberdaya manusia, finansial dan membuat guidelines.
Dalam fase realisasi dan tes beberapa aktivitas yang dilakukan meliputi
persiapan pembuatan software dan adaptasi. Kemudian dilakukan procurement dan
instalasi software dan hardware. Setelah itu dilakukan manajemen perubahan,
dokumentasi hingga persiapan untuk pengetesan. Sebelum benar-benar layanan e-
government digunakan, dilakukan pengujian lebih dulu dengan memperhatikan faktor
keamanan situs-situs tersebut.
Mengenai masalah keamanan, hal itu akan terkait dengan proteksi pertukaran
data yang menyangkut kerahasiaan, integritas dan keaslian. Aspek-aspek itu sangat
penting dalam aplikasi e-government dan merupakan kondisi realistis yang patut
menjadi perhatian karena layanan e-government tidak berjalan dalam ruang hampa.
Setelah semua itu, baru kemudian didapat kesimpulan apakah layanan e-government
yang akan dipublikasikan ke masyarakat dapat dipakai atau tidak.
Dalam hal pengertian e-government sendiri, yang menarik dari Jerman adalah
pemahaman bahwa e-government bukanlah sekadar proyek implementasi teknologi
informasi. Tapi merupakan bagian dari modernisasi layanan publik pada tiap
tingkatan administratif pemerintahan. Sehingga, inisiatif semisal Deutschland Online
maupun inisiatif yang terkait dengan perubahan birokrasi, hal itu terkait dengan e-
government. Ha itu dapat dimengerti, karena tantangan terberat dalam implementasi
e-government adalah mengubah kultur birokrasi industri ke birokrasi era informasi,
serta melayani publik dan bukan dilayani.
Selayaknya, dengan uang dari hasil pajak rakyat yang demikian besar, dan
dengan banyaknya proyek terkait implementasi TI tersebut, negara ini sudah memiliki
satu sistem e-government yang akan memberikan peningkatan efisiensi dalam
operasional pemerintah, dan dalam waktu yang sama juga meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Tapi kenyataannya saat ini mungkin bisa dikatakan nyaris tidak
ada instansi pemerintah/BUMN yang sebagian besar operasionalnya dilakukan secara
elektronik. Mungkin ada satu-dua yang menjadi pengecualian, tapi tentu saja jumlah
itu menjadi tidak signifikan dibanding seluruh instansi pemerintah yang tiap tahunnya
merilis proyek-proyek berbau TI.
Menilik kenyataan seperti itu, bisa dipastikan ada yang salah dalam inisiatif-
inisiatif e-Government yang selama ini dilakukan oleh instansi pemerintahan. Dengan
kembali bergaungnya e-Gov, nampaknya bisa dijadikan sarana percobaan
implementasi komputasi awan. Dan tentunya kita harus menelaah terlebih dahulu
penyebab macetnya implementasi e-Gov selama ini agar ke depannya inisiatif-
inisiatif terkait e-Gov dapat membuahkan hasil yang memuaskan.
Permasalahan
Jadi meskipun sebuah instansi sudah memiliki Master Plan TI, tapi karena
biasanya isi dari Master Plan itu sifatnya masih sangat banyak yang global dan
normatif. Tanpa diikuti detail perencanaan yang memadai, akhirnya Master Plan
tersebut menjadi tidak berdaya saat berhadapan dengan keharusan terserapnya
anggaran.
Ada juga instansi yang karena takut gagal dalam implementasi sebuah sistem
TI, memulainya dalam skala yang sangat kecil--atau istilahnya 'pilot project'. Dengan
harapan, kalau sudah ada contoh nyata implementasi dalam skala kecil, akan lebih
mudah untuk memperluas lingkup implementasi. Tidak ada yang salah dalam logika
ini. Hanya saja, pengembangan satu sistem TI yang 'kecil', biasanya berarti juga
anggaran yang disediakan 'kecil'. Sehingga hanya perusahaan TI skala kecil pula yang
bisa atau bersedia terlibat dalam proses pengadaan yang kecil tersebut. Sementara,
tanpa mengurangi rasa hormat kepada para wirausahawan TI 'kecil' tersebut, biasanya
mereka ini memiliki kemampuan programming yang mumpuni, tapi karena tidak
memiliki pengalaman berinteraksi dengan sebuah sistem besar, mereka tidak
memperhitungkan aspek skalabilitas dari sistim yang mereka bangun.
Memang pada akhirnya secara fungsional, pilot project sistem tersebut terwujud
secara sempurna. Namun, karena aspek skalabilitas tadi tidak direncanakan dengan
baik, maka masalah akan timbul saat sistem ini akan diperluas
cakupannya. Penambahan jumlah user dan juga jumlah perangkat keras yang
dilibatkan, serta makin kompleksnya organisasi yang akan menjadi target
implementasi, biasanya tidak mampu diadopsi oleh sistem yang dibangun dengan
mindset 'kecil' tersebut. Pada akhirnya, untuk bisa mencapai skalabilitas yang
diinginkan, proses pengembangan dari nol, tidak bisa dihindarkan.