Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Implementasi Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 melalui Progam


Pemberdayaan Ekonomi Kolaboratif, Inklusif, Berkelanjutan, Mandiri Dan
Sejahtera (PETI KOIN BERMANTRA)

NAMA : VERDIO WIRADINATA


NPP : 32.0565
KELAS : G5
PRODI : TEKNOLOGI REKAYASA
INFORMASI PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis
diberi untuk menyelesaikan makalah tentang “Implementasi Undang-Undang No 13
Tahun 2011 melalui Progam Pemberdayaan Ekonomi Kolaboratif, Inklusif,
Berkelanjutan, Mandiri Dan Sejahtera (PETI KOIN BERMANTRA)”. Makalah ini
ditulis untuk memenuh syarat nilai mata kuliah Kebijakan Publik.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya


kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulisi selama proses
penyelesaian tugas akhir ini hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan pada :

Bapak Drs. H. Asmungi, SH, M.Si. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan
tugas yang diberikan.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai proses Makalah ini berisi paparan tentang
progam permberdayaan ekonomi yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Timur
dalam menangani pengentasan kemiskinan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka dari itu
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Baso, 27 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................2
1.1 Sistematika Penulisan........................................................................2

BAB II GAMBARAN PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI TIK 3


2.1 Partispasi Masyarakat dalam menggunakan TIK 3
2.1.1 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat di Jawa
Timur…………….4
2.1.2 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat di Mojokerto..
……………..4
2.1.3 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat di Surabaya………….…...4

2.2 Pemanfaatan TIK dalam e-Procurement di Daerah .5


2.2.1 Gambaran LPSE di Provinsi Jawa Timur…………………….…………….5
2.2.2 Gambaran LPSE di Mojokerto………….……………………...
…………….6
2.2.3 Gambaran LPSE di Provinsi Jawa Timur…………………….…………….6

BAB III PEMBAHASAN................................................................................8


3.1 Wadah Partisipasi Masyarakat dengan TIK di Prov dan Kab/Kot 8
3.2 Aplikasi E-Procurement di Provinsi dan Kab/Kota di Jawa Timur 8

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................9
4.1 Kesimpulan 9
4.2 Saran 9

DAFTAR PUSTAKA10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang harus diselesaikan oleh
pemerintah. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat menimbulkan
beberapa dampak pada sektor sosial, ekonomi, dan politik bagi bangsa Indonesia.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan di jawa timur pada
tahun 2021 mencapai 4,57 juta orang atau 11,40 persen dari jumlah seluruh
penduduk di Jawa Timur, Kemiskinan dapat memunculkan berbagai permasalahan
seperti meningktanya kriminalitas, menurunnya tingkat pendidikan dan kesehatan
masyarakat karena minimnya pendapatan masyarakat miskin. Hal tersebut
merupakan indikasi berkurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan
meningkatnya angka kemiskinan.

Dalam upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, pembangunan


nasional harus dilaksanakan di segala sektor kehidupan bangsa. Sektor-sektor
pembangunan tersebut antara lain sektor politik, sektor ekonomi, sektor budaya,
sektor hukum, sektor ilmu pengetahuan dan teknologi serta sektor keamanan. Guna
mencapai semuanya itu diperlukan peran pemerintah dalam membangun dan
mengimplementasikan kebijakan publik di bidang kesejahteraan (public welfare).
Pada tahun 2011 lalu pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang penanganan
fakir miskin dengan peraturan tersebut pemerintah memiliki tanggung jawab atas
kesejahteraan rakyat miskin. Pengentasan kemiskinan di masyarakat dilakukan oleh
pemerintah dengan cara penerbitan kebijakan publik yang bisa membuat
masyarakat sejahtera. Pemerintah Provinsi Jawa Timur saat ini telah memunculkan
progam Progam Pemberdayaan Ekonomi Kolaboratif, Inklusif, Berkelanjutan,
Mandiri Dan Sejahtera (PETI KOIN BERMANTRA) sebagai bentuk upaya
pemerintah dalam menangani kemiskinan. Permasalahan ini diangkat untuk
dituliskan dalam sebuah makalah yang berjudul Implementasi Undang-Undang No.
13 Tahun 2011 melalui Progam Pemberdayaan Ekonomi Kolaboratif, Inklusif,
Berkelanjutan, Mandiri Dan Sejahtera (PETI KOIN BERMANTRA).

1.2 Identifikasi Masalah


Dalam mewujudkan suatu progam kerja, pemerintah dihadapkan berbagai
masalah yang dapat menghambat maupun memberikan gagasan baru dalam
mewujudkan tujuannya. Dari latar belakang yang telah penulis uraikan diatas,
masalah yang timbul dalam proses implementasi UU No. 13 tahun 2011 dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Proses pemberian sandang dan pangan yang tidak tepat sasaran.
2. Penyediaan akses kesempatan kerja yang minim.
3.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, agar lebih terarah permasalahannya maka
praja menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana parstisipasi masyarakat dengan proses procurement yang
berbasis teknologi informasi dan komunikasi?
2. Bagaimana peranan pemerintah dalam menjalankan proses procurement
melalui teknologi informasi dan komunikasi?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana partisipasi masyarakat


dengan proses procurement yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi
2. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan pemerintah dalam
menjalankan proses procurement melalui teknologi informasi dan
komunikasi?

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu :
Bab I merupakan pendahuluan mengetengahkan latar belakang
permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan Gambaran Partisipasi Masyarakat dengan menggunakan


Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bab III berisi tentang Hasil Pembahasan atau analisa data yang terdiri dari
dasar / pertimbangan pelaksanaan pengadaan barang berbasis teknologi informasi
dan komunikasi.

Bab IV berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan atau
analisa data dari dasar / pertimbangan pelaksanaan pengadaan barang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
BAB II
GAMBARAN PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI TIK

2.1 Partispasi Masyarakat dalam menggunakan TIK (Teknologi Informasi


dan Komunikasi)

Kondisi kualitas penduduk yang berbeda membuat terjadi hambatan proses


partisipasi masyarakat dalam mengikuti serta mengawasi segala progam kerja yang
akan dilaksanakan pemerintah baik dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
serta pengadaan barang (Procurement) terkait pembangunan sarana dan prasarana
umum baik itu perkantoran, maupun fasilitas umum yang digunakan bagi para
masyarakat.

Aspirasi penduduk terutama yang terbatas kemampuan, pengetahuan dan


pendapatannya rendah perlu diperjuangkan dengan cara mendekatkan akses
pemerintah dan memberdayakan kemampuannya. Kesadaran masyarakat untuk ikut
membangun dan berpartisipasi harus dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi
kepada para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholders) di
berbagai jenjang administrasi. Untuk itu, diperlukan terobosan yang memiliki daya
ungkit bagi meningkatkan derajat partisipasi seluruh penduduk. Sehubungan dengan
hal itu, Pemerintah memiliki peranan penting dalam mengeluarkan kebijakan agar
tingkat partisipasi masyarakat meningkat.

2.1.1 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat di Provinsi Jawa Timur


Dalam melaksanakan partisipasi masyarakat melalui e-partisipasi masyarakat
dijawa timur saat ini dibekali kurikulum dan modul literasi digital untuk menunjang
pemahaman masyarakat dalam melakukan partisipasi dengan memperhartikan
kultur dan etika digital. Ada empat (4) modul literasi digital yang disusun oleh
Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dari berbagai perguruan tinggi Indonesia
dengan menggandeng Tim Literasi Digital Kementerian Kominfo, termasuk pegiat
literasi digital GNLD Siberkreasi. Empat acuan kurikulum literasi digital itu meliputi
Digital Skills, Digital Safety, Digital Safety, dan Digital Culture. Dan, menyusun
program untuk komponen masyarakat, yaitu Digital Society, Digital Economy, dan
Digital Government. Pelaksanaan Partipasi digital masyarakat jawa timur saat ini
melalui media sosial berupa akun resmi dari kepala daerah, pemerintah provinsi
jawa timur, dan website CETTAR JATIM dan web survey terkait pelayanan atas
penyelengaraan kegiatan pemerintah.

2.1.2 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat di Kabupaten Mojokerto


Pelaksanaan partisipasi masyarat secara digital di kabupaten mojokerto masih
dilakukan melalui website resmi pemerintah kabupaten mojokerto
mojokertokab.go.id lalu selain website masyarakat masih memanfaatkan melalui
situs media sosial seperti akun twitter dan instagram baik pada aku media sosial
resmi pemerintah kabupaten maupun kepala daerah. Selain itu, disamping
penggunaan website dan media sosial, pemerintah berusaha meningkatkan
partisipasi masyarakat secara digital melalui pembentukan desa digital dan web
survey terkait pelayanan atas penyelengaraan kegiatan pemerintah. Desa digital ini
diciptakan untuk program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi
digital dan internet dalam pengembangan potensi desa, pemasaran dan percepatan
akses serta pelayanan informasi. 

2.1.3 Gambaran Wahana e-Partisipasi Masyarakat di Kota Surabaya


Dalam rangka meningkatkan partisasi masyarakat, pemerintah kota surabaya
membangun media center sebagai penerapan keterbukaan informasi publik Kota
Surabaya. Pemerintah kota surabaya memiliki banyak program dengan berbasis
teknologi khususnya dalam penyebaran informasi yang berhubungan dengan
aktivitas pemerintahan sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan
masyarakat informasi. pelayanan pengaduan Media Center Surabaya dikelola oleh
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya yang digagas untuk
menampung partisipasi masyarakat baik dalam bentuk keluhan, informasi,
maupun saran pada proses pembangunan kota yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Surabaya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meluncurkan aplikasi WargaKu
Surabaya yang berfungsi sebagai media pengaduan dan layanan untuk warga Kota
Surabaya. Melalui aplikasi yang digagas oleh Wali Kota Surabaya, warga Surabaya
dapat menyampaikan kritik, saran, permohonan informasi, keluhan atau apresiasi
kepada pemerintah kota Surabaya. Melalui Aplikasi ini, pengaduan dengan jenis
topik administratif rata-rata dapat diselesaikan dalam rentang waktu 2-5 hari.
Sedangkan pengaduan dengan jenis topik fisik rata-rata diselesaikan dalam rentang
waktu 7-15 hari.

2.2 Pemanfaatan TIK dalam e-Procurement di Daerah


Pengadaan barang atau jasa bagi pemerintah dilakukan secara
konvensional. Penyebaran informasi akan kebutuhan barang dan jasa terbatas
hanya melalui pihak-pihak tertentu seperti referensi atau penyedia barang dan
jasa yang sebelumnya sudah pernah mengikuti kegiatan tersebut. Kelemahan
pada sistem konvensional ini adalah sulitnya menemukan pihak penyedia
barang dan jasa sehingga proses pengambilan keputusan pemenang
membutuhkkan waktu yang lama.
E-procurement tersebut diperlukan agar Pengadaan Barang/Jasa yang
diselenggarakan Pemerintah dapat terlaksana dengan baik, sehingga dapat
meningkatkan dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi dan
akuntabilitas dalam pembelanjaan uang negara. Dengan demikian ketersediaan
barang/jasa dapat diperoleh dengan harga dan kualitas terbaik, proses administrasi
yang lebih mudah dan cepat, serta dengan biaya yang lebih rendah, sehingga akan
berdampak pada peningkatan pelayanan publik. adanya permasalahan pada
rekanan yang belum pernah menggunakan sistem elektronik dan tidak memahami
dalam pengadaan barang/jasa dirasa juga dapat menghambat kegiatan tersebut.

Proses pengawasan, monitoring serta evaluasi perlu dilakukan dengan tujuan


untuk mengetahui apakah kegiatan pengadaan melalui e-Procurement sudah
berjalan sesuai dengan peraturan yang ada dalam peraturan. Selanjutnya dari hasil
pengawasan, monitoring serta evaluasi akan diketahui kekurangan-kekurangan dan
kendala yang ada dalam pelaksanaan e-Procurement, sehingga setelah adanya
proses pengawasan, monitoring serta evaluasi akan dilakukan perbaikan-perbaikan
serta pengembangan sistem. Pengembangan sistem dilakukan guna
penyempurnaan aplikasi atau website yang dioperasionalkan sebagai proses e-
procurement.

2.2.1 Gambaran LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) di Provinsi


Jawa Timur
Pada pengajuan proyek pengadaan barang di Jawa Timur, seorang pengusaha
bisa mengakses informasi proyek pengadaan barang apa saja yang sedang
ditenderkan di Jatim melalui situs resmi LPSE Jatim yakni lpse.jatimprov.go.id.
dalam situs ini terdapat informasi tekait barang serta jasa yang memang diperlukan
pemerintah jawa timur untuk membangun fasilitas yang dibutuhkan masyarakat.
Melalui situs itu, para pengusaha bisa mengetahui proyek-proyek pengadaan
barang terkini yang diselenggarakan Pemprov Jatim juga oleh Pemkab/Pemkot di
Jatim. Tersedia detail informasi seputar tender pengadaan barang di setiap link
setiap proyek yang bisa dicermati. Dengan melalui, satu akses website yang sama
maka proses e-procurement dapat berjalan secara transparan serta para pemasok
barang memiliki kesempatan dan hak yang sama. Penilaian terhadap calon
pemenang proyek didasarkan pada kualitas serta tawaran yang dinilai pemerintah
paling memberikan efisien dan efektif bagi masyarakat maupun instansi pemerintah.

2.2.2 Gambaran LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) di


Kabupaten Mojokerto
Pada pengajuan proyek pengadaan barang di Mojokerto tidak terlalu beda
seperti di provinsi jawa timur, seorang pengusaha bisa mengakses informasi proyek
pengadaan barang apa saja yang sedang ditenderkan di Mojokerto melalui situs
resmi LPSE Mojokerto yakni http://lpse.mojokertokab.go.id. dalam situs ini terdapat
informasi tekait barang serta jasa yang memang diperlukan pemerintah kabupaten
mojokerto untuk membangun fasilitas yang dibutuhkan masyarakat.

Melalui situs itu, para pengusaha bisa mengetahui proyek-proyek pengadaan


barang terkini yang diselenggarakan oleh Pemkab Mojokerto. Tersedia detail
informasi seputar tender pengadaan barang di setiap link setiap proyek yang bisa
dicermati. Dengan melalui, satu akses website yang sama maka proses e-
procurement dapat berjalan secara transparan serta para pemasok barang memiliki
kesempatan dan hak yang sama. Penilaian terhadap calon pemenang proyek
didasarkan pada kualitas serta tawaran yang dinilai pemerintah paling memberikan
efisien dan efektif bagi masyarakat maupun instansi pemerintah.

2.2.3 Gambaran E-Procurement di Kota Surabaya


Proses e-procurement di pemerintah kota surabaya sudah berjalan sejak tahun
Tahun 2003. Sistem ini menjadi sistem e-Procurement yang dikenal dengan nama
SePS (Surabaya e-Procurement System), dan dapat di akses di www.surabaya-
eproc.or.id. Setiap tahun situs ini selalu mengalami penyempurnaan terhadap menu
aplikasi dan tampilan dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan regulasi yang
berlaku serta lebih memudahkan user dalam memanfaatkan aplikasi e-Procurement
ini.
Improvisasi Aplikasi SePS tahun 2006 telah mengalami banyak penyempurnaan,
diantaranya adalah:
1. Perubahan tampilan yang semakin user friendly;
2. Penggunaan Verisign Secure Site Layer (SSL) untuk keamanan jaringan;
3. Sistem IKP (Infrastruktur Kunci Publik) sebagai jaminan keamanan
kerahasiaan data;
4. Penambahan user untuk Pejabat Pelaksana Kegiatan karena wilayah
wewenang dan tanggungjawab yang berbeda antara Panitia Pengadaan dan
Pejabat Pelaksana Kegiatan maka dibuat menu dan akses yang berbeda;
5. Proses evaluasi yang lebih sistematis;
6. Penambahan fasilitas cetak dokumen penawaran yang memudahkan
Penyedia Barang/Jasa;
7. Perbaikan sistem register dengan menggunakan proses aktivasi;
8. Fitur lupa password;
9. Perbaikan menu-menu lain yang diupdate sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku.

Saat ini e-procurement di surabaya sudah berjalan dengan baik mengingat E-


procurement yang telah diterapkan di Kota Surabaya dengan capaian yang sudah
baik, sehingga meraih penghargaan pada tahun 2013 berupa E-Proc Award dan
featureGov Award Indonesia oleh Jame Smith yang berpusat di Singapura. Selain
itu, eprocurement Kota Surabaya juga telah mendapatkan Sertifikat ISO 27001:2005
dalam Information Security Management System. E-procurement saat ini telah
bekerja sama dengan pihak swasta sebaagi perluasan proses e-procurement agar
bisa dilakukan ke dalam semua bidang yang memang dalam operasionalnya perlu
dilakukan pengadaaan barang dan jasa yang transparan, terpecaya dan netral.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Wadah Partisipasi Masyarakat dengan memanfaatkan TIK di Provinsi dan
Kab/Kota
Pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam mendukung terlaksananya
program e-partisipasi ditunjukan seberapa banyak dan seringnya aduan masyarakat
tersebut. Melalui serangkaian bentuk tindak nyata yang dilakukan dari suatu
kegiatan yang telah disusun untuk mewujudkan terlaksananya rencana secara
terperinci. Sehingga mampu tercapainya sasaran dan tujuan program yang telah
ditentukan.

Sebagaimana masyarakat merupakan unsur pendukung dalam


mensukseskan terlaksananya program keberhasilan Aplikasi , selayaknya yaitu
dapat teroptimalisasi dalam menangani aspirasi yang dilakukan masyarakat
khususnya menangani segala permasalahan di Pemprov Jawa Timur dan Kab/Kota
di Jawa timur. Untuk itu agar masyarakat dapat melaksanakan pengaduan terhadap
permasalahan yang dialami atau dilihat melalui aplikasi serta website yang
diranvang oleh pemerintah daerah serta media sosial resmi milik pemerintah.

Pemerintah Daerah melalui Diskominfo Pemerintah Daerah perlu


menyebarluaskan informasi agar masyarakat bisa mengoptimalkan pelaksanaan
penggunaan Aplikasi atau Website yang telah disediakan sebagai salah satu
layanan pengaduan, kemudian diharapkan dengan adanya pengetahuan
masyarakat bahwa Aplikasi terkait dapat dijadikan sebagai sarana pengaduan yang
dapat mendukung pelaksanaan program pemerintah pemerintah daerah.
3.2 Aplikasi E-Procurement di Provinsi dan Kab/Kota di Jawa Timur
Dalam Menjalankan Proses E-Procurement pemerntah provinsi dengan
kabupatan /kota di jawa timur memiliki aplikasi/webiste yang sama yaitu berbasis
LPSE (Layanan Pengadaan Berbasis Elektronik). Provinsi Jawa Timur
menggunakan website situs resmi LPSE Jatim yakni lpse.jatimprov.go.id. dalam
situs ini terdapat informasi tekait barang serta jasa yang memang diperlukan
pemerintah jawa timur untuk membangun fasilitas yang dibutuhkan masyarakat. Lalu
Kota Surabaya menggunakan https://surabaya-eproc.or.id/ sedangkan Kabupaten
Mojokerto menggunakan http://lpse.mojokertokab.go.id.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proses Procurement baik di daerah provinsi serta kab/kota yang ada di Jawa Timur
memang sudah terlaksana proses pengadaan berbasis TIK akan tetapi dalam
pelaksanaanya masih menggunakan website saja belum ada aplikasi yang mengatur
tentang proses e-procurement ini. Lalu masih terkendala tentang budaya kerja dari
penerapa e-procurement baik bagi pihak pemerintah maupun masyarakat. Dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah baik yang dilakukan secara konvensional
ataupun elektronik juga masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah. ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan e-procurenment:
1. Faktor komunikasi, Intensitas sosialiasi kebijakan lelang elektronik
secara umum cukup baik dan berlangsung dengan lancar. Panitia
pengadaan melakukan pertemuan secara intens baik melalui
lokakarya, seminar, pada berbagai momen dan kesempatan.
2. Sumberdaya, sumber daya manusia dan sarana prasarana, dana juga
menjadi kendala dalam pelaksanaan e-procurement, sehingga saat ini,
layanan e-proc terus mengupayakan peningkatan anggaran dalam
rangka keberhasilan atau efektivitas pelaksanaan e-procurement.

4.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan selaku penulis makalah ini untuk pemerintah
ialah harapan saya pemerintah dapat mengembangkan aplikasi yang bisa dibuka
melalui gadget tanpa harus mengakses suatu website demi kepentingan
keamanan dari peretasan. Selain itu, pemerintah juga dapat mensosialisasikan
terkait cara dan tahapan penggunaan e-procurement agar tidak terjadi kendala
baik dari segi SDM di pihak pemerintah maupun masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Partisipasi untuk Meningkatkan Transparansi dan Akurasi Perhitungan


BOSDA di Kabupaten Mojokerto. JAMALI - Jurnal Abdimas Madani dan Lestari Vol.
04, Issue. 01, Maret 2022, Hal 45-56 p-ISSN: 2798-0227 | e-ISSN: 2686-097X
https://journal.uii.ac.id/JAMALI

Implementasi E-Procurement pada Pemerintah Kota Surabaya. Jejaring


Administrasi Publik. Th V. Nomor 1, Januari-Juni 2013. ISSN 2086-3101. Vol. 5 / No.
1 / Published : 2013-08. Order : 1, and page :212 – 23.
http://journal.unair.ac.id/ADMP@implementasi-e-procurement-pada-pemerintah-
kota-surabaya-article-9261-media-81-category-8.html

Anda mungkin juga menyukai