Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

Digital Economy

Pemerintah di Era Ekonomi Digital

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

13
Ekonomi dan Bisnis Manajemen S1 02410003 Tim Teaching Digital Economy

Abstract Kompetensi

Materi ini akan menjelaskan tentang Mahasiswa memiliki kemampuan untuk


konsep dasar pemerintah, digital menjelaskan tentang konsep dasar
government, sejarah singkat digital pemerintah, bagaimana pemerintah
government, keterkaitan digital memanfaatkan perkembangan teknologi di
government, digital economy dan digital era digital, bagaimana keterkaitan antara
society, kerangka strategis untuk digital digital government, digital economy dan
government, digital government dalam digital society, kerangka strategis untuk
praktek, e-government di Indonesia digital government, dan praktek teknologi
digital di pemerintah Indonesia berupa e-
government
Pemerintah/Government

Dalam memahami arti dari kata pemerintah seringkali terdapat berbagai pandangan yang
berbeda-beda. Secara umum, dalam arti sempit istilah pemerintah digunakan untuk
menyebut perdana menteri dan kabinet, sementara dalam perspektif yang lebih luas tentang
pemerintah dijelaskan bahwa pemerintah mengacu pada semua organisasi hukum, politik,
dan administrasi, dan orang-orangnya, yang mengendalikan sebuah negara. Dalam ilmu
pemerintahan, definisi pemerintah juga dijelaskan dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti
sempit, pemerintah didefinisikan sebagai suatu badan persekumpulan yang memiliki
kebijakan tersendiri untuk mengelola, menjalankan manajemen, serta mengatur jalannya
suatu sistem pemerintahan, sedangkan dalam arti luas, pemerintah didefinisikan sebagai
suatu bentuk organisasi yang bekerja dengan tugas menjalankan suatu sistem
pemerintahan (pemerintah.net, Juni 2022). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pemerintah diartikan sebagai sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya atau dengan
kata lain pemerintah merupakan sebuah organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk
mengelola sistem pemerintah dan menetapkan kebijakan guna mecapai tujuan negara.

Dalam pemerintahan terdapat tiga cabang yaitu Legislatif, Administratif/Eksekutif dan


arbitrators atau di Indonesia dikenal dengan Yudikatif. Legislatif bertanggung jawab untuk
menulis dan mengesahkan undang-undang dan peraturan. Dalam demokrasi, kekuasaan
legislatif muncul baik secara langsung melalui referendum kebijakan maupun secara tidak
langsung melalui wakil-wakil terpilih yang berdebat dan memberikan suara di parlemen atau
dipilih melalui pemilihan umum. Administrasi publik atau yang dikenal dengan eksekutif di
Indonesia, memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk penyelenggaraan negara sehari-
hari. Kekuasaan eksekutif di Indonesia dilaksanakan oleh pemerintah dan dikepalai oleh
seorang presiden yang dipilih melalui pemilihan umum secara langsung oleh masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pemerintah, presiden dibantu beberapa menteri yang tergabung
dalam suatu kabinet. Tindakan mereka dibatasi oleh undang-undang dan peraturan yang
disahkan oleh legislatif. Sementara arbitrators atau di Indonesia dikenal dengan Yudikatif
merupakan lembaga pemerintahan yang fungsinya mengawasi penerapan Undang-Undang
dan hukum yang berlaku.

Untuk memahami penerapan teknologi digital dipemerintahan, perlu pemahaman terhadap


peran berbeda yang dijalankan oleh organisasi di pemerintahan, baik legislatif, eksekutif
maupun yudikatif. Legislatif misalnya mencari solusi politik untuk masalah politik yang
mendesak yang mengakibatkan semakin banyak undang-undang dan peraturan lainnya.

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Eksekutif misalnya menegakkan hukum dengan menawarkan atau bahkan memaksa warga
untuk menggunakan layanan publik mereka.

Karakteristik pemerintahan di setiap negara berbeda-beda sangat dipengaruhi oleh system


pemerintahan yang dianut dan budaya. Terdapat karakter pemerintahan yang bekerja
dengan transparansi penuh, misalnya mengacu pada kebebasan informasi. Terdapat juga
karakter pemerintahan formal dengan penerbitan aturan yang dijelaskan dengan baik pada
berbagai tingkatan kegiatan legal, pemerintahan atau administrasi mereka. Ada juga
karakter pemerintahan yang setiap daerahnya dikepalai oleh seorang Gubernur yang
kemudian dibantu oleh walikota/bupati sebagaimana terdapat di Indonesia.

Digital Government

Pemerintah di seluruh dunia telah bertransformasi menjadi pemerintah yang semakin digital.
Digital pemerintah menunjukkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang telah
mengubah hubungan antara pemerintah dengan pihak eksternal, termasuk pelaku bisnis
dan masyarakat secara positif. Digital government adalah pengenalan, penerapan dan
penggunaan teknologi digital dan data dalam pemerintahan dan hubungan eksternalnya
(termasuk warga negara, pelaku bisnis, masyarakat sipil dan organisasi non-
pemerintah/LSM dan organisasi internasional lainnya) dan implikasinya terhadap demokrasi,
pemerintahan dan manajerial (Lips, 2020).

Perkembangan yang bergerak cepat di bidang teknologi digital, seperti Internet, media
sosial, teknologi dan perangkat seluler, teknologi pintar dan, baru-baru ini, juga robotika dan
kecerdasan buatan (AI), menawarkan kepada pemerintah berbagai peluang inovatif untuk
secara fundamental mengubah fungsi inti, struktur, operasi, proses, aktivitas, dan hubungan
pemerintah dengan berbagai pihak, baik itu warga negara, pelaku bisnis, masyarakat sipil,
organisasi non-pemerintah (LSM), dan organisasi internasional lainnya. Perkembangan
teknologi pintar yang sangat cepat yang terjadi saat ini memungkinkan terciptanya volume
data yang besar yang dapat membantu pemerintah menemukan kembali potensi yang besar
yang tersedia di era digital saat ini. Pemerintah memanfaatkan berbagai peluang inovatif ini
di era digital dan, sebagai hasilnya terjadi perubahan. Banyak yang percaya bahwa
pemerintahan digital akan menjadi revolusioner, transformasional, dan jenis pemerintahan
yang sama sekali baru dibandingkan dengan masa lalunya yang berbasis kertas.
Pemerintah digital diyakini dapat meningakatkan kepercayaan seluruh pihak baik itu pelaku
bisnis, organisasi maupun masyarakat pada umumnya terhadap perbuatan baik,
kompetensi, kejujuran dan prediktabilitas pemerintah.

Pemerintah digital dapat digunakan untuk meningkatkan daya tanggap dan aksesibilitas
pemerintah. Situs web atau email memungkinkan cara baru yang nyaman untuk berinteraksi

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
dengan pemerintah sehingga layanan pemerintah dapat diakses sepanjang waktu dan 7 hari
dalam satu minggu. Dengan meningkatkan layanan publik, pemerintah dapat mengubah
penilaian berbagai pihak terutama masyarakat bahwa pemerintah peduli dengan mereka.
Dengan demikian, daya tanggap dan aksesibilitas mampu meningkatkan kepercayaan
berbasis proses pada pemerintah.

Pemerintah digital juga dapat digunakan untuk meningkatkan penilaian berbagai pihak
eksternal tentang akuntabilitas dan keadilan pemerintah. Akses terhadap database yang
dapat dicari dan berisi tentang kebijakan, undang-undang, berita acara, rencana, dan
informasi mengenai pihak yang dapat dihubungi memungkinkan peningkatan akuntabilitas
pemerintah kepada publik. Selain itu, dengan menerbitkan pernyataan privasi dan
keamanan serta kebijakan untuk menangani informasi pribadi, pemerintah dapat dianggap
adil dan etis. Implementasi pemerintahan digital dapat meningkatkan transparansi dan
persepsi tanggung jawab kepada berbagai pihak eksternal terutama masyarakat, sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan berbasis kelembagaan masyarakat kepada pemerintah.

Aspek lain dari pemerintahan digital dapat meningkatkan kepercayaan berbasis proses dan
institusional. Melalui pemerintahan digital, penyampaian layanan dapat lebih efisien dan
efektif. Di satu sisi, masyarakat yang menggunakan layanan publik online akan merasa
bahwa pemerintah efektif dengan menyediakan semua informasi yang relevan secara
online. Di sisi lain, masyarakat akan percaya bahwa pemerintah mengadopsi konsep e-
business yang dapat mengubah citra pemerintah secara positif. Oleh karena itu, dengan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemberian layanan publik, pemerintah dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat berbasis proses dan institusional kepada
pemerintah. Selain peningkatan efisiensi dan efektivitas, pemerintahan digital memberikan
kesempatan kepada warga untuk memberikan masukan dalam proses pengambilan
keputusan politik. Obrolan, forum, atau blog interaktif memungkinkan orang untuk terlibat.
Sementara orang-orang yang memanfaatkan peluang baru ini akan meningkatkan
kepercayaan berbasis proses mereka pada pemerintah, orang lain mungkin hanya melihat
peluang untuk berpartisipasi, sehingga mengalami peningkatan kepercayaan berbasis
institusional mereka (Tolbert dan Mossberger 2006). Secara keseluruhan, tujuan pemerintah
digital adalah untuk mengubah hubungan antara pemerintah dan berbagai pihak eksternal
(warga negara, pelaku bisnis, masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah/LSM dan
organisasi internasional lainnya) sedemikian rupa sehingga mereka memandang pemerintah
lebih responsif, mudah diakses, transparan, bertanggung jawab, partisipatif, efisien, dan
efektif dari pada sebelumnya, sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Gambar 13.1 Pemerintah digital: mengubah hubungan antara pemerintah dan
berbagai pihak eksternal/society (warga negara, pelaku bisnis, masyarakat sipil,
organisasi non-pemerintah/LSM dan organisasi internasional lainnya)

Melalui digital government, pelayanan yang diberikan oleh pemerintah diasumsikan menjadi
lebih responsif, mudah diakses, efisien, dan efektif.

Sejarah Singkat Digital Government

Sejarah Singkat Digital Government Sebelum Munculnya Internet

Digital government umumnya diamati sebagai suatu perkembangan yang dimulai dengan
adopsi pemerintah terhadap internet, namun perlu diketahui bahwa penerapan teknologi
informasi di pemerintahan bukanlah merupakan suatu fenomena baru pada saat itu.
Komputasi pemerintah telah ada selama bertahun-tahun sebelumnya dengan komputer
pertama di pemerintahan yang digunakan untuk melakukan perhitungan matematis
sederhana, misalnya pada tahun 1890, Biro Sensus Amerika Serikat menggunakan
tabulator mekanis untuk pemrosesan data sebagai bagian dari sensus. Pada awal abad ke-
20, departemen pemerintah mulai menggunakan mesin punchcard dalam kegiatan
operasional dengan volume yang besar, seperti pemrosesan formulir dalam jumlah besar
yang mendukung sentralisasi proses administrasi di pemerintahan. Selama Perang Dunia ke
II, anggaran pemerintah disediakan untuk mendukung kegiatan Research & Development di

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
bidang perhitungan waktu perang yang kompleks. Komputer digital pertama sekali dapat
deprogram yaitu antara tahun 1943 dan 1945 yang disebut dengan Electronic Numerical
Integrator and Computer (ENIAC) yang dibangun untuk digunakan oleh militer.

Dari tahun 1950-an hingga tahun 1980-an, pemerintah mulai bekerja dengan mesin
komputer mainframe terpusat yang besar untuk pelaksanaan tugas pemrosesan numerik
skala besar. Alat ini terutama digunakan oleh instansi pemerintah yang bertanggung jawab
untuk menyimpan dan mengelola data dalam jumlah besar, seperti otoritas pajak,
departemen kesejahteraan sosial, dan biro sensus nasional. Alat ini juga digunakan oleh
instansi pemerintah lainnya untuk pemrosesan data otomatis skala besar guna
meningkatkan efisiensinya. Instansi pemerintah menggunakan komputer mainframe untuk
memproses data yang memiliki fungsi terpusat guna mempertahankan dan memperkuat
karakteristik birokrasi hierarkis yang besar.

Komputer pribadi (PC) mulai diperkenalkan di departemen pemerintahan pada tahun 1980-
an. Komputer pribadi (PC) ini pada awalnya digunakan untuk mengolah kata, perhitungan,
pemrosesan data dan pemrograman, kemudian mulai digunakan oleh seluruh instansi
pemerintah. Dengan adanya pengenalan jaringan komputer berbasis server, Komputer
pribadi para pejabat publik mulai terhubung ke Internet. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
pergeseran dari komputasi mainframe terpusat menuju komputer jaringan terdesentralisasi
di pemerintahan.

Pengaruh solusi teknologi informasi awal pada pemerintah cukup besar, misalnya,
pemerintah terus menggunakan sistem komputer mainframe terpusat secara paralel dengan
solusi komputer jaringan terdesentralisasi setelah adanya adopsi terhadap teknologi
internet. Pengoperasian dan penggunaan teknologi digital dan sistem teknologi informasi
lama yang ada di pemerintahan mengacu pada sistem lama. Sistem lama sering kali
memiliki dampak besar pada perkembangan pemerintahan digital, karena pemerintah
memiliki biaya untuk mengoperasikan dan memelihara sistem operasional lama ini sambil
membuat keputusan investasi tentang adopsi teknologi baru.

Sejarah Singkat Digital Government Sebagai Suatu Konsep

Konsep digital government belum muncul sampai dengan akhir tahun 1990-an.Pada awal
tahun 1990-an mulai berkembang electronic government setelah diperkenalkannya teknologi
internet publik. Pada saat aplikasi e-commerce pertama sekali diluncurkan di World Wide
Web (WWW), pemerintah juga tertarik untuk menggunakan teknologi Internet baru ini
dengan cara yang sama untuk e-government. Pada tahun 1993 pemerintah federal AS yang
merupakan pemerintah pertama yang menyajikan visi tentang bagaimana Internet dapat
menciptakan pemerintahan masa depan, menjelaskan bagaimana e-government dapat

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
mengatasi hambatan waktu dan jarak untuk memberikan warga akses selama 24 jam dalam
7 hari terhadap informasi dan layanan publik, terlepas dari lokasi mereka berada. Seperti
yang ditunjukkan oleh visi pertama pemerintah masa depan ini dan mirip dengan aplikasi e-
commerce pertama, e-government pada awalnya dikaitkan dengan cara yang sangat
berbeda dalam memberikan layanan publik kepada pelanggan. Konsep awal pemerintahan
digital ini menjadi populer pada saat pemikiran manajemen publik baru mempengaruhi
pemerintah di seluruh dunia. Banyak pemerintah melihat keselarasan strategis untuk
menggunakan e-government guna mencapai tujuan manajemen publik baru, meningkatkan
orientasi pelanggan di pemerintahan dan memberikan pelayanan publik yang lebih efisien
dan efektif. Karena e-government dalam arti lebih sempit dikaitkan dengan penyediaan
layanan publik yang mendukung Internet pada saat itu. Para sarjana dan praktisi melihat
peluang tambahan untuk mempelajari atau bereksperimen dengan berbagai inovasi
demokrasi baru yang memungkinkan dengan internet yang dikenal dengan demokrasi
elektronik atau e-demokrasi. Kepentingan penelitian e-demokrasi pada saat itu mencakup
topik-topik seperti kelompok dan komunitas diskusi online, internet sebagai ruang publik,
balai kota elektronik, kota digital, dukungan berbasis teknologi untuk perwakilan politik,
bentuk partisipasi dan musyawarah warga yang ditingkatkan, meningkatkan partisipasi
pemilih dalam pemilu dan bentuk-bentuk baru demokrasi langsung.

Pada tahun 1999, National Science Foundation Amerika Serikat mengadopsi istilah “digital
government” sebagai konsep baru yang mencakup aspek e-government dan e-demokrasi,
termasuk penggunaan teknologi digital untuk menyediakan layanan publik, mendukung
kebijakan publik, meningkatkan operasional pemerintahan, dan melibatkan warga (Dawes,
2008). Sejak saat itu, para ahli berpendapat bahwa pemerintah digital harus dipahami
sebagai konsep yang lebih luas, mencakup semua fungsi dan kegiatan pemerintah serta
hubungan dengan semua pemangku kepentingan eksternal, termasuk warga negara, bisnis,
dan masyarakat sipil (Garson, 2006; Dawes, 2008). Beberapa ahli juga menggunakan istilah
"e-governance" untuk membuat perbedaan yang jelas antara konsep awal e-government
yang lebih sempit dan pengakuan terhadap kebutuhan akan konsepsi reformasi demokratis
yang lebih luas (Garson, 2006; Dawes, 2008).

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi digital baru, konsep pemerintah
digital semakin berkembang, termasuk teknologi seluler, teknologi pintar, AI, dan robotika,
yang menarik bagi pemerintah untuk diadopsi. Selain itu, sebagai akibat dari perkembangan
pesat seputar penggunaan data yang inovatif, pemerintah di seluruh dunia memanfaatkan
peluang reformasi sektor publik baru untuk menjadi pemerintah yang terbuka dan transparan
atau pemerintahan yang cerdas.

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Kerangka Strategis Untuk Digital Government

Kemajuan teknologi telah mengubah cara orang hidup dan bekerja dan bagaimana
berinteraksi satu sama lain dengan entitas swasta dan pemerintah. Tren sosial dan teknologi
meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memberikan layanan yang lebih baik, terlibat
dan berkolaborasi secara langsung dengan publik, dan membuka berbagai data dan
informasi pemerintah untuk mendorong inovasi di sektor publik dan swasta.

Integrasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menghadirkan peluang dan manfaat
besar bagi pemerintah di seluruh dunia yang tentunya juga tidak terlepas dari sejumlah
tantangan yang harus dihadapi. Setiap hari, pejabat pemerintah dihadapkan pada tugas-
tugas sulit mulai dari mendigitalkan dokumen sejarah dan memecahkan masalah
interoperabilitas dari repositori data yang berbeda hingga tantangan komunikasi baru yang
terkait dengan adopsi yang cepat terhadap media sosial yang terus berkembang dan
jaringan komunikasi digital lainnya yang muncul. Entitas pada semua tingkat pemerintahan,
mulai dari lembaga tinggi hingga departemen pemerintah daerah, menghadapi tantangan ini.
Disamping itu, pemerintah juga dihadapkan pada berbagai hambatan seperti sumber daya
manusia atau infrastruktur teknologi yang tidak memadai, kurangnya kerangka peraturan
yang sesuai, format data yang beragam, literasi digital yang rendah, ketidakpastian tentang
pengaruh teknologi baru pada praktik kerja, dan kurangnya kemauan untuk menggunakan
teknologi baru telah menghambat upaya modernisasi saat ini di seluruh dunia.

Selain tantangan dan hambatan sebagaimana sudah dijelaskan diatas, entitas pemerintah
juga dihadapkan pada pemotongan anggaran yang seringkali terjadi dan tantangan untuk
membiayai proyek pemerintah digital dari berbagai sumber. Kondisi ini menghasilkan
kontradiksi: satu sisi kebutuhan untuk memodernisasi pemerintah dengan memasukkan TIK
yang lebih besar dan disisi lain tanpa menghabiskan terlalu banyak anggaran untuk
infrastruktur teknologi. Banyak lembaga pemerintah mencoba untuk mengadopsi teknologi
yang inovatif seperti situs web, portal, atau katalog data, kemudian upaya mereka tersebut
dirusak, dihentikan, atau dibatalkan karena keterbatasan birokrasi, hukum, atau keuangan
dan kurangnya staf dan sumber daya lainnya. Lambatnya penerapan teknologi seringkali
menimbulkan persepsi publik bahwa entitas pemerintah tertinggal dalam hal pemanfaatan
teknologi inovatif untuk meningkatkan layanan dan menciptakan efisiensi dalam operasional
mereka. Masyarakat juga percaya bahwa aparat pemerintah hanya menyelesaikan
beberapa permasalahan saja dari pada menyelesaikan akar permasalahannya, sehingga
mengakibatkan krisis berulang yang terjadi secara terus menerus, menjadi sangat sulit untuk
dipahami dan diselesaikan dalam jangka panjang. Para profesional teknologi informasi juga
dihadapkan pada permasalahan siklus pemilu dan ketidakpastian dalam jangka panjang.

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Setiap pemerintahan mungkin memiliki prioritas yang berbeda dalam hal pemerintahan
digital, seringkali mengakibatkan proyek pemerintah digital dibatalkan seluruhnya atau tidak
lagi menerima dukungan keuangan dan dukungan eksekutif yang diperlukan untuk
penyelesaiannya. Situasi ini semakin menunjukkan perlunya kepemimpinan eksekutif atau
profesional teknologi untuk mempromosikan dan mengatasi hambatan birokrasi, sehingga
dapat mengimplementasikan rencana pemerintah digital dan memperkenalkan inovasi
teknologi ke ranah sektor publik. Untuk itu diperlukan suatu kerangka strategis pemerintah
digital yang dapat yang dapat membantu dalam meminimalkan permasalahan yang dihadapi
oleh pemerintah, meskipun tidak sepenuhnya dapat mengatasi berbagai permasalahan,
tantangan dan hambatan yang dihadapi. Kerangka strategis ini disusun oleh berdasakan
hasil penelitian akademis, berbagai kajian terhadap pengalaman kumulatif, studi kasus, dan
pengetahuan tentang implementasi dan penilaian proyek pemerintah digital di seluruh dunia.
Kerangka strategis digital government dapat dilihat pada gambar 13.2 berikut ini:

Gambar 13.2 Kerangka Strategis Untuk Digital Government

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Kerangka strategis ini dapat membantu pemerintah untuk merenungkan dan memahami
peluang dan tantangan pemerintah digital dari sisi perspektif akademisi dan praktisi.

Membangun strategi digital government dimulai dengan developing a digital government


strategy focusing on creating public value (pengembangan strategi pemerintah digital yang
berfokus pada penciptaan nilai publik). Pada phase ini dibedakan dua tingkat strategi
teknologi informasi dalam pemerintahan: strategi digital nasional sebagai cara untuk
mempromosikan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat secara keseluruhan dengan
menggunakan teknologi informasi dan strategi digital perusahaan, yang berfokus pada
pengembangan rencana untuk memfasilitasi penciptaan infrastruktur teknologi dan sistem
yang mendukung pekerjaan substantif pemerintah. Phase ini dibangun dengan asumsi
bahwa strategi adalah proses negosiasi berkelanjutan terhadap tujuan dan sarana,
menyeimbangkan antara kegiatan yang direncanakan dan peluang untuk mencapai tujuan.

Selanjutnya Conceptualizing and Preplanning for a Digital Government Project (Pembuatan


Konsep dan Perencanaan untuk Proyek Pemerintah Digital) dengan mengidentifikasi
serangkaian langkah yang diperlukan untuk memahami masalah pemerintah dan solusi
potensialnya dengan mengusulkan pendekatan kasus bisnis sebagai jalan untuk
menganalisis karakteristik dan risiko masalah. Pada phase ini pemahaman bahwa teknologi
informasi bukan satu-satunya solusi untuk masalah publik yang kompleks dan tidak mungkin
menjadi tujuan akhir sangatlah penting. Dalam konteks proyek pemerintah digital, teknologi
informasi merupakan komponen yang sangat penting, tetapi juga memerlukan serangkaian
perubahan yang saling melengkapi dalam struktur dan proses organisasi serta dalam
kebijakan dan undang-undang publik yang mempengaruhi proyek baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Langkah selanjutnya adalah Financing and Resourcing Digital Government Strategies


(Strategi Pembiayaan dan Sumber Daya Pemerintah Digital). Pada phase ini penting untuk
dilakukan kajian terhadap kebijakan penting dan mekanisme organisasi untuk sumber daya
inovasi yang memungkinkan impelementasi teknologi informasi dan komunikasi di sektor
publik. Phase ini akan menyajikan sejumlah rekomendasi dan strategi tentang bagaimana
entitas pemerintah dapat mengelola tugas yang sulit untuk mendanai dan menyediakan
sumber daya untuk proyek dan layanan pemerintah digital. Ini memberikan dasar untuk lebih
memahami siklus pengelolaan keuangan dan sumber daya dari proyek-proyek pemerintah
digital dengan mengidentifikasi risiko dan tantangan dari proses ini. Untuk keberhasilan
implementasi pemerintahan digital, beberapa strategi dan prinsip disajikan untuk
membangun strategi pengelolaan keuangan dan sumber daya yang solid berdasarkan pada
pengalaman selama bertahun-tahun.

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Phase selanjutnya adalah Networked government and interoperability (jaringan pemerintah
dan interoperabilitas). Pemerintah digital adalah upaya kolektif yang melibatkan banyak
pemangku kepentingan dan aktor pemerintah, sehingga perlu dibangun jaringan kolaboratif.
Untuk dapat membangun jaringan kolaboratif yang efektif diperlukan suatu mekanisme,
(seperti kepercayaan, kepemimpinan, berbagi pengetahuan, atau desain kelembagaan), dan
juga panduan tambahan tentang konsep dan proses kunci untuk membangun sistem yang
dapat dioperasikan.

Selanjutnya phase Manage Information Technology Development Projects (mengelola


proyek pengembangan teknologi informasi). Pada tahap ini diperlukan metodologi yang
tepat yang telah terbukti mampu mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
proyek digital government, sehingga proyek pengembangan teknologi informasi dapat
dikelola dengan baik.

Tahap selanjutnya fokus pada Open Government: Open Data and Projects (pemerintahan
terbuka: data terbuka dan proyek). Pada phase ini penting untuk dijelaskan prinsip-prinsip
yang membantu membangun ekosistem data terbuka, seperti budaya data terbuka dan
penciptaan komunitas untuk menggunakan dan mempromosikan gagasan akuntabilitas,
transparansi, dan keterbukaan di lembaga pemerintahan.

Tahap terakhir adalah Fostering Citizen Engagement (membina keterlibatan warga negara
atau masyarakat). Pada tahap ini perlu dijelaskan manfaat terlibat dengan publik melalui
platform media sosial dan menyajikan serangkaian prinsip yang terkait dengan isu-isu
berikut: strategi umum, implementasi proyek, perangkat organisasi, aturan, dan prosedur
untuk interaksi. Disini juga perlu dijelaskan bagaimana pemerintah seharusnya
menggunakan karakteristik khusus dari alat keterlibatan yang berbeda dan pentingnya
menyediakan konten yang menarik yang didorong oleh strategi komunikasi yang juga
dirancang dengan baik.

Digital Government, Digital Economy dan Digital Society

Pemerintah digital tidak beroperasi dalam ruang hampa tetapi bersinggungan, tumpang
tindih, mempengaruhi, mengintervensi, dan berinteraksi dengan bagian masyarakat lainnya,
terutama dengan ekonomi digital yang sedang berkembang dan masyarakat digital. Sebagai
contoh program dan inisiatif pemerintah digital nasional, seperti penyediaan layanan
pemerintah digital dan inisiatif data terbuka, menciptakan bisnis baru, lapangan kerja,
inovasi, dan peluang R&D sebagai bagian dari ekonomi digital dan mengarah pada
perusahaan rintisan baru dan industri teknologi yang berkembang pada berbagai negara di
seluruh dunia. Pemerintah digital juga mempengaruhi masyarakat digital secara langsung,
misalnya melalui layanan pemerintah digital di bidang-bidang seperti perpajakan, layanan

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
sosial, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan lingkungan, dan secara tidak langsung
melalui intervensi pemerintah, seperti regulasi di bidang-bidang privasi, hak cipta, hak
kekayaan intelektual dan lain sebagainya. Program pemerintah juga termasuk promosi
inklusi digital, keamanan siber dan pengetahuan & keterampilan digital dalam kurikulum
sekolah.

Meskipun pemerintah pada tingkat administrasi yang berbeda sedang, atau telah menjadi
pemerintah digital, seperti kota pintar, program dan intervensi pemerintah digital sering
dikembangkan dan dikoordinasikan pada tingkat nasional. Banyak negara telah
mendedikasikan program pemerintah nasional untuk mempromosikan pemerintahan digital,
sekaligus untuk membangun, menumbuhkan, dan mengembangkan ekonomi digital dan
masyarakat digital mereka. Misalnya, pemerintah nasional Thailand telah membentuk
Kementerian Ekonomi dan Masyarakat Digital dengan misi untuk mengembangkan dan
mempromosikan ekonomi digital dan masyarakat digital Thailand guna meningkatkan daya
saing negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Selain pengembangan strategi dan rencana aksi pemerintah digital di tingkat administrasi
nasional atau federal, negara bagian, regional, dan lokal, terlihat juga minat kebijakan dan
program pemerintah digital yang tajam dari organisasi internasional seperti Organization for
Economic Cooperation and Development ( OECD), Uni Eropa (UE), Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), dan Bank Dunia. Selain itu, badan-badan internasional seperti UE
melakukan intervensi dalam perkembangan pemerintah digital melalui kekuatan regulasi
mereka, seperti peraturan perlindungan data Uni Eropa (Peraturan Perlindungan Data
Umum atau GDPR) dan peraturan seputar arus data serta informasi lintas batas.

Contohnya, organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengembangkan alat


benchmarking yang menyediakan penilaian komparatif pengembangan e-government
negara-negara anggota PBB berdasarkan laporan e-readiness global PBB dan survei e-
government PBB. Survei e-government PBB diterbitkan setiap dua tahun dan menilai
kesiapan e-government dan tingkat partisipasi negara-negara anggota PBB menurut indeks
komposit kuantitatif e-readiness berdasarkan penyediaan layanan online (penilaian situs
web), konektivitas telekomunikasi dan kapasitas manusia. Indeks partisipasi elektronik
diturunkan sebagai indeks tambahan untuk survei e-government PBB dan memperluas
dimensi penyediaan layanan online untuk memfasilitasi penyediaan informasi oleh
pemerintah kepada warga negara (berbagi informasi elektronik), interaksi dengan pemangku
kepentingan (e-konsultasi) dan keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan
(pengambilan keputusan elektronik).

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Digital Government Dalam Praktek

Untuk mengetahui dan memprediksi bagaimana pemerintah digital akan atau harus
berkembang dalam praktek, berbagai model telah dikembangkan. Sejumlah model hanya
fokus pada pendekatan kewirausahaan, yaitu bagaimana penyampaian layanan publik dapat
didigitalkan, dan yang lainnya juga memasukkan e-demokrasi sebagai tujuan evolusi
pemerintahan digital. Tinjauan tentang model evolusi digital government paling menonjol
dijelaskan oleh Coursey and Norris (2008) sebagaimana terlihat pada tabel 13.1 berikut ini:

Tabel 13.1 Usulan Tahapan Evolusi Digital Government

Model pemerintahan digital bersifat prediktif karena memprediksi evolusi pemerintahan


digital yang linier, bertahap, dan progresif. Biasanya, pemerintah mulai dengan
menyediakan kehadiran web sederhana (langkah 1 dan 2) dan kemudian beralih ke alat
yang lebih interaktif seperti email, forum, atau situs jejaring sosial (langkah 3). Selanjutnya,
dibangun kapasitas untuk menawarkan juga layanan transaksional kepada warga dan
pelaku bisnis (langkah 4). Langkah terakhir dari pemerintahan digital digambarkan secara
beragam baik sebagai penyampaian layanan pemerintah tepat (Ronaghan 2002), e-
participation (Hiller dan Belanger 2001), e-demokrasi (Wescott 2001), atau transformasi
pemerintah (Baum dan Maio 2000). Model pemerintahan digital juga bersifat normatif karena
menunjukkan bahwa pemerintahan digital yang interaktif, transaksional, dan terintegrasi
selalu lebih baik dan partisipasi warga yang lebih banyak dalam pemerintahan selalu
diinginkan.

Baum dan Maio (2000) mencoba untuk menggambarkan Model yang lebih
matang/sempurna untuk digital government sebagaimana terlihat pada gambar 13.3 berikut
ini:

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Gambar 13.3 Model Maturity Digital Government Baum dan Maio (2000)

Dalam prakteknya misalnya di pemerintahan Amerika Serikat dilakukan pemeriksaan


empiris terhadap pemerintah daerah yang menunjukkan bahwa deskripsi dalam model
pemerintah digital adalah penjelasan yang akurat tentang evolusi pada tahap awal (yaitu,
dari kehadiran web sederhana hingga interaksi dan transaksi). Namun, fungsi tingkat tinggi
seperti pemerintahan yang mulus, transformatif, atau gabungan keduanya jarang
dilaksanakan oleh pemerintah.

Terlepas dari kekhawatiran tentang keakuratan model dalam menilai praktek digital
government, model tersebut menjadi dasar untuk menilai perkembangan pemerintah digital
nasional dan internasional. Berbagai lembaga internasional secara berkala membandingkan
sejauh mana pemerintah telah menerapkan digital government di berbagai bidang seperti
pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, e-participation, public
service delivery, atau e-procurement.

Digital Government di Indonesia

E-Government

Pemerintah di seluruh dunia dihadapkan pada tantangan transformasi dan kebutuhan untuk
menemukan kembali sistem pemerintahan untuk memberikan layanan, informasi, dan
pengetahuan yang efisien dan hemat biaya melalui teknologi informasi dan komunikasi,
termasuk di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pemerintah
digital lebih mengarah ke e-government.

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi mulai berkembang di Indonesia pada
tahun 1992 pada beberapa Pemerintah Daerah (Pemda Tingkat II, istilah saat itu)
menerapkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) melalui pemanfaatan komputer stand alone.
Pada saat dikenal istilah komputerisasi yang berfungsi sebagai pengelolaan surat-menyurat
dan belum dikenal istilah e-government.

Istilah e-government mulai muncul di Indonesia pada tahun 2000, sejak internet telah
dikenal cukup luas dan dimanfaatkan oleh pemerintah dan dunia usaha, namun belum
banyak lembaga pemerintah yang memiliki situs web, bahkan di tingkat Departemen. Pada
tahun 2001, melalui Inpres No. 6 Tahun 2001 mengenai Telematika, mulai dikembangkan e-
government. Namun secara formal dimulai sejak tahun 2003 pada saat diterbitkannya
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government melalui Inpres No. 3 Tahun
2003 yang merupakan payung hukum bagi kebijakan di bidang e-government di Indonesia.
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut perkembangan e-government di Indonesia melalui
empat tingkatan yaitu tingkat persiapan, tingkat pematangan, tingkat pemantapan dan
tingkat pemanfaatan.

Mengacu pada empat tingkatan pengembangan e-government tersebut, pada saat ini masih
terdapat instansi-instansi pemerintah terutama yang berada di kawasan Indonesia bagian
timur masih menduduki tahap pertama dan kedua, sehingga fakta bahwa terjadinya
kesenjangan dalam pengembangan pada instansi pemerintah di kawasan Indonesia tak
terelakkan lagi. Contohnya, kesenjangan yang terjadi antara situs Pemprov Jatim dengan
Pemprov Papua. Pemprov Jatim melalui kota Surabaya telah meningkatkan peranan TIK
dalam melayani kepentingan publik melalui aplikasi layanan e-Sapa yang mempermudah
warga Surabaya dalam membuat KTP. Selain itu, Pemerintah Surabaya menyebarkan
CCTV di 300 lokasi dan mengembangkan GPS pada angkutan umum Surabaya guna
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekitar.

Keadaan tersebut sangat berbeda dengan Pemprov Papua, dimana minimnya infrastruktur,
minimnya SDM ahli,kurangnya aksesbilitas antar wilayah dan kota di Papua memperlambat
implementasi e-government di seluruh wilayah Papua. Contohnya saja pada daerah
Wamena dimana daaerah ini masih cukup terisolir dari dunia luar, jarang terdapatnya aliran
listrik dan jaringan internet, sering terjadinya pertengkaran antar suku dan minimnya sumber
daya manusia yang terampil mengakibatkan terhambatnya pengembangan e-government di
daerah ini. Untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi, pemerintah telah mengambil
sejumlah langkah antara lain yaitu legalisasi software Pemerintah guna menekan angka
pembajakan software di instansi pemerintah dan mendorong penggunaan software berbasis
open source, National Single Window untuk integrasi layanan pemerintah lintas departemen

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
dalam satu pintu yang lebih efisien dan prosesnya lebih cepat (sudah mulai banyak diterapkan
terutama di kota besar), menerapkan e-procurement untuk pengadaan barang dan jasa.

E-gevernment adalah cara bagi pemerintah untuk menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi yang paling inovatif, khususnya aplikasi Internet berbasis web, untuk
memberikan akses yang lebih nyaman kepada warga dan pelaku bisnis ke informasi dan
layanan pemerintah, untuk meningkatkan kualitas layanan dan untuk memberikan
kesempatan yang lebih besar berpartisipasi dalam lembaga dan proses demokrasi (Fang,
2002). Sementara menurut World Bank Group, e-government merupakan penggunaan
teknologi informasi oleh pemerintah (seperti wide area networks, internet, dan computer
mobile) yang mempunyai kemampuan mentransformasikan hubungan dengan rakyat,
kelompok bisnis, dan aparatur pemerintah lainnya. Menurut United Nation Development
Programme (UNDP) e-government merupakan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi
oleh pemerintah. Di Indonesia, e-government diartikan sebagai penyelenggaraan
pemerintahan yang mampu mendorong dan memfasilitasi hubungan yang saling
mendukung, selaras dan adil antara masyarakat, dunia usaha dan pemerintah, dengan
memanfaatkan teknologi informasi, telekomunikasi dan web/internet.

Tujuan pengembangan e-government di Indonesia menurut Inpres No.3 Tahun 2003 adalah:

1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas
dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh
wilayah Indonesia pada setiap saat, tanpa dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya
yang terjangkau.

2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan


perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi
perubahan dan persaingan perdagangan internasional.

3. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara


serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam
perumusan kebijakan negara.

4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta
memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah
otonom.

Secara umum terdapat 4 (empat) konsep interaksi antar pelaku dalam e-government, yaitu:

a) G to C (Government to Citizens)

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Government dengan Citizen yaitu suatu hubungan antara pemerintah dengan rakyat
sehingga adanya akses informasi yang dapat dimanfaatkan/diperoleh masyarakat untuk
kepentingannya. Contoh aplikasi jenis ini: masyarakat bisa mengakses data/informasi
dari BPS, masyarakat dapat mendaftar ke PTN melalui internet, masyarakat dapat
mengetahui pengumuman hasil ujian melalui SMS dari ponsel masing-masing, dan lain-
lain.

b) G to G (Government to Governments)

Menghubungkan antara pemerintah dengan pemerintah. Yang dimaksud pemerintah


dengan pemerintah adalah antara Pemerintah pusat dalam suatu negara dengan
Pemerintah daerah. Contoh: pelaporan, komunikasi antara pemerintah pusat di Jakarta
dengan pemerintah daerah di Surabaya menggunakan fasilitas on-line (internet).

c) G to B (Government to Business)

Government to business yaitu relasi antara pemerintah dengan pelaku baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, terdiri dari transaksi-transaksi elektronik dimana
pemerintah menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan bisnis
untuk bertransaksi dengan pemerintah. Contoh relasi jenis ini adalah pebisnis dapat
mengakses informasi, prosedur perizinan dari regulasi yang ditetapkan pemerintah.
Dengan kemudahan prosedur maka akan banyak investor yang menginvestasikan
modalnya di Indonesia.

d) G to E (Government to Employees)

Hubungan antara pemerintah dengan pegawai baik pegawai negeri maupun sebagai
karyawan/pekerja pemerintah. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan
para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan. Contoh: Sistem pengembangan karir
pegawai pemerintah, untuk meyakinkan adanya perbaikan kualitas SDM, penunjang
proses mutasi, rotasi serta promosi seluruh karyawan pemerintahan.

Menurut Inpres No.3 Tahun 2003, pengembangan e-government dapat dilaksanakan melalui
4 (empat) tingkatan sebagai berikut:

a. Tingkat 1 - Persiapan yang meliputi:

a. Pembuatan situs informasi disetiap lembaga


b. Penyiapan SDM
c. Penyiapan sarana akses yang mudah misalnya menyediakan sarana Multipurpose
Community Center, Warnet, SME-Center, dll.
d. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik.

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


17 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
b. Tingkat 2 - Pematangan yang meliputi:

1. Pembuatan situs informasi publik interaktif;


2. Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain

3. Tingkat 3 - Pemantapan yang meliputi:

a. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik


b. Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain

4. Tingkat 4 - Pemanfaatan yang meliputi:

1. Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B dan G2C yang
terintegrasi.

Jenis Layanan e-government di Indonesia (Indrajit, 2005):

1. Jenis layanan yang bertujuan untuk penyediaan informasi seperti visi dan misi
pemerintah, berbagai peraturan perundang-undangan, prosedur pendirian usaha,
berbagai data kependudukan, pertanian dan perdagangan. Untuk jenis layanan yang
pertama ini, pembangunan aplikasi e-government sangat bertumpu pada penciptaan
halaman Web yang menarik dan komunikatif.

2. Jenis layanan yang bersifat komunikasi interaktif dua arah, seperti konsultasi
perpajakan, diskusi tentang rancangan undang-undang dan lain sebagainya. Untuk jenis
layanan ini, maka aplikasi e-government perlu kelengkapan fasilitas seperti video
konferensi, atau aplikasi chatting dan email.

3. Jenis layanan yang bersifat transaksi, seperti permohonan KTP, IMB, pembayaran wajib
pajak, listrik, PBB, air, telepon secara online, sistem e-procurement. Dengan jenis
layanan tersebut, maka aplikasi e-government juga harus dilengkapi dengan sistem
informasi online yang mendukung pencatatan setiap transaksi yang terjadi.

Faktor-faktor penentu keberhasilan penerapan e-government di Indonesia (Retnowati,


2008):

1. Kebutuhan seperti apa yang saat ini menjadi prioritas utama dari masyarakat di negara
atau di daerah terkait,
2. Infrastruktur telekomunikasi
3. Tingkat konektivitas dan penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah
4. Kesiapan SDM di pemerintah
5. Ketersediaan dana dan anggaran
6. Ketersediaan perangkat hukum,
7. Perubahan paradigma cara kerja dan perilaku SDM aparatur.

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


18 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

Fang, Zhiyuan. (2002). E-Government in Digital Era: Concept, Practice, and Development.
International Journal of The Computer, The Internet and Management, 10(2), 1 – 22.

Huda, M., & Yunas, N., S. (2016). The Development of e-Government System in Indonesia.
Jurnal Bina Praja, 8(1), 97 – 108.

Lips, Miriam. (2020). Digital Government: Managing Public Sector Reform in the Digital Era.
Taylor & Francis: London.

Sandoval, Rodrigo, dkk. (2017). Building Digital Government Strategies: Principles and
Practices. Springer International Publishing: Switzerland.

Sari, K. D. A., & Winarno, W. A. (2012). Implementasi E-Government System Dalam Upaya
Peningkatan Clean and Good Governance Di Indonesia. Jurnal Ekonomi, Akuntansi
dan Manajemen (JEAM), 11(1), 1 – 19.

Tapscott, D. (2015). The Digital Economy: Rethingking Promise and Peril in The Age of
Networked Intelligence. Mc. Graw Hill Education: United States.

Utama, Satia, A. A. G. (2020). The Development of e-Government System in Indonesia.


International Journal of Research In Business and Social Science, 9(7), 190 – 196.

Veit, Daniel & Huntgeburth, Jan. (2014). Foundations of Digital Government: Leading and
Managing in the Digital Era. Springer-Verlag Berlin Heidelberg: Heidelberg.

‘2020 Ekonomi Manajerial Biro Akademik dan Pembelajaran


19 Team Teaching http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai