Anda di halaman 1dari 24

Modul ke

Digital Ekonomi

03
Konsep Revolusi Industri Ke 4
Fakultas

Ekonomi & Bisnis


Team Teaching Manajemen Keuangan Jasa
Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis
Program Studi
UniversitasWidyatama
Manajemen S1
Pengertian Industri 4.0
Pengertian Industri 4.0

Revolusi industri diawali dari industri 1.0, 2.0, 3.0, sampai dengan industri 4.0. Fase industri
merupakan real change dari perubahan yang ada. Industri 1.0 ditandai dengan mekanisasi
produksi untuk menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas manusia, industri 2.0 dicirikan oleh
produksi massal dan standarisasi mutu, industri 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan
fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir
menggantikan industri 3.0 yang ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur
(Hermann et al, 2016; Irianto, 2017). Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang
diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur.

Lee et al (2013) berpendapat bahwa industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi
manufaktur yang didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi,
dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3) terjadinya
bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) perbaikan instruksi transfer digital
ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing. Lifter dan Tschiener (2013) menambahkan,
prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan
menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu
sama lain secara mandiri.
Pengertian Industri 4.0

Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip industri 4.0. Pertama,
interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk
terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of
People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan standar. Kedua, transparansi
informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia
fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan
penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a) kemampuan sistem bantuan
untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara sadar
untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu
singkat; (b) kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas
yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan visual dan
fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya
untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin.
Pengertian Industri 4.0

Secara sederhana, prinsip industri 4.0 menurut Hermann et al (2016) dapat digambarkan
sebagai berikut.
Tantangan dan Peluang Industri 4.0

Kemajuan teknologi memungkinkan terjanya penerapan otomatisasi diseluruh bidang.


Teknologi dan peralatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara
fundamental akan mengubah tatanan, pola hidup dan interaksi manusia (Tjandrawinata,
2016).Industri 4.0 sebagai fase perubahan revolusi teknologi yang mengubah cara beraktifitas
manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup
sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, oleh
karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah
sangat cepat. Tiap negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan
komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik
global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi, militer, hingga masyarakat sipil sehingga
tantangan industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.

Beberapa pakar dan industriawan mengidentifikasikan tantangan industri 4.0 sebagai berikut: 1)
masalah keamanan teknologi informasi; 2) keandalan dan stabilitas peralatan, utilitas, dan
mesin produksi; 3) kurangnya keterampilan yang memadai; 4) keengganan untuk berubah oleh
para pemangku kepentingan; dan 5) hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi
otomatisasi (Sung, 2017).
Tantangan Industri 4.0
Tantangan Industri 4.0
Tantangan Industri 4.0
Pembelajaran Abad 21

Trillling dan Fadel (2009), berpendapat pembelajaran abad 21 berorientasi pada gaya hidup digital,
alat berpikir, penelitian pembelajaran dan cara kerja pengetahuan (lihat Gambar 3.3). Tiga dari
empat orientasi pembelajaran abad 21 sangat dekat dengan pendidikan vokasi yaitu cara kerja
pengetahuan, penguatan alat berpikir, dan gaya hidup digital. Cara kerja pengetahuan merupakan
kemampuan berkolaborasi dalam tim dengan lokasi yang berbeda dan dengan alat yang berbeda,
penguatan alat berpikir merupakan kemampuan menggunakan teknologi, alat digital, dan layanan,
dan gaya hidup digital merupakan kemampuan untuk menggunakan dan menyesuaikan dengan era
digital (Trilling dan Fadel, 2009)
Struktur Keterampilan

Pada tahun 2015 Pada tahun 2020


1) pemecahan masalah yang kompleks; 1) pemecahan masalah yang kompleks;
2) kerjasama dengan orang lain; 2) berpikir kritis;
3) manajemen orang; 3) kreativitas;
4) berpikir kritis; 4) manajemen orang;
5) negosiasi; 5) kerjasama dengan orang lain
6) kontrol kualitas; 6) kecerdasan emosional;
7) orientasi layanan; 7) penilaian dan pengambilan keputusan;
8) penilaian dan pengambilan keputusan; 8) orientasi layanan;
9) mendengarkan secara aktif; dan 9) negosiasi; dan
10); kreativitas. 10) fleksibilitas kognitif (Irianto, 2017).
Konsep Utama dan Komponen Industri 4.0

Baru beberapa tahun terakhir Industri 4.0 menarik perhatian besar dari beberapa
perusahaan manufakturing dan sistem pelayanan serta beberapa perusahaan lainnya ini
tidak terlalu penting, yang paling penting yaitu pengertian dari Industri 4.0. Industri 4.0
terdiri atas integrasi dari fasilitas produksi, rantai pasok, dan sistem pelayanan untuk
meningkat jaringan penambahan nilai. Ini memunculkan beberapa teknologi seperti big data
analytics, autonomous (adaptive) robots, cyber physical infrastructure, simulation, horizontal
and vertical Integration, Industrial Internet, cloud systems, additive manufacturing, dan
augmented reality sangat diperlukan untuk perubahan. Titik terpenting adalah tersebarnya
penggunaan dari Industrial Internet dan hubungan alternatif dalam jaringan kerja yang
tersebar. Konsekuensi dari pengembangan dalam Industrial Internet, dalam kata lainnya
yaitu Industrial Internet of Things (IIoT), sistem pendistribusian, seperti wireless sensor
networks, cloud systems, embedded systems, autonomous robots dan additive
manufacturing harus saling terhubung satu sama lainnya. Selain itu, additive robots dan
cyber physical systems untuk melengkapi integrasi, lingkungan berbasis komputer akan
didukung oleh simulasi dan 3D visualisasi dan pencetakan. Semuanya, sistem keseluruhan
melibatkan analisis data dan beberapa macam peralatan yang terkoordinasi pada pembuat
keputusan real time dan otonomi pada manufakturing dan proses pelayanan(Ustundag,
2017).
Konsep Utama dan Komponen Industri 4.0
Sementara itu membangun kerangka kerja, sensor jaringan, peralatan pemprosesan real
time, dasar aturan, dan kelengkapan autonomous adalah antar penetrasi serta yang lainya
untuk pengumpulan real time dari manufakturing dan data sistem pelayanan. Dalam
pemesan pada usulan kerangka kerja yang mana alamat di dalam studi ini, bagian ini
memberikan informasi yang lengkap tentang teknologi pendukung dan prinsip perancangan
perlu digaris bawahi untukimplementasi industri 4.0 dengan kasus real time dan contohnya.
Setelah itu kerangka kerja yang diusulkan diperkenalkan pada prinsip perancangan dan
teknologi pendukung pada kontek sistem operasional termasuk smart product (produk
pintar) dan smart processes (prose pintar) (Ustundag, 2017).
Teknologi Pendukung Industri 4.0
Untuk keberhasilan suatu sistem beradaptasi pada Industri 4.0, tiga fitur akan dimasukan
didalamnya yaitu: (1) integrasi horizontal via rantai nilai, (2) integrasi vertikal dan
nettworking dari manufakturing atau sistem pelayanan, dan (3) antar rekayasa dari rantai
nilai secara keseluruhan (Wang et al, 2016). Integrasi vertikal membutuhkan kecerdasan
silang yang terkait dan digitalisasi unit bisnis dalam tingkatan hirarki organisasi yang
berbeda. Oleh karena itu, integrasi vertikal membolehkan transformasi pada pabrik pintar
memproduksi produknya secara fleksibel (berubah-rubah) untuk melayani banyak pelanggan
dengan ukuran lot kecil dengan tingkat keuntungan yang tinggi.
 
Industri 4.0 merupakan perpaduan atau integrasi dari beberapa teknologi yang sedang
berkembang saat ini. Terdapat 9 (sembilan) teknologi utama yang menjadi pilar penopang
dari kerangka konsep Industri 4.0 ( Rubmann et al, 2015 ) yaitu: 1) Internet of Things; 2)
Cyber Security (Keamanan Dunia Maya); 3) Cloud; 4) Additive Manufacturing; 5) Augmented
realty; 6) Big Data and Analytics; 7) Autonomous Robots; 8) Simulation; dan 9) Integrasi
Sistem, baik secara horizotal maupun vertikal;
1. Internet of Things (IoT)
Saat ini, belum banyak sektor produsen yang memproduksi mesin dan sensor untuk industri
yang menghasilkan sensor serta mesin yang mampu terkoneksi dengan jaringan dan
menggunakan komponen embedded computing. Namun dengan IoT, akan semakin banyak
sensor dan mesin yang dilengkapi kemampuan untuk terhubung ke jaringan internet. Selain
produk sensor dan mesin, bahan setengah jadi yang sedang dalam proses produksi dapat
ditempel atau ditanam dengan kemampuan komputasi. Menanamkan teknologi Radio-
Frequency Idebtification (RFID) pada sebuah mesin, sensor maupun produk dapat membuat
komponen-konponen tersebut “saling berkomunikasi”, dan juga dengan kendali proses
produksi didekatnya.

Contoh aplikasi teknologi ini dapat dilihat pada fasilitas produksi perusahaan Bosch Rexroth,
Jerman yang melengkapi proses produksinya dengan teknologi RadioFrequency
Identification (RFID). Dengan teknologi ini, apabila sebuah komponen datang ke sebuah
mesin, maka mesin tersebut akan mengetahui proses apa saja yang harus dilakukan
terhadap komponen tersebut. Penerapan Industrial Internet of Things (IIoT) dalam proses
manufaktur merupakan langkah awal dalam mewujudkan sebuah pabrik pintar (smart
factory), seperti yang disyaratkan dalam kerangka industri 4.0.
2. Cyber Security
Dengan digunakannya internet sebagai sarana komunikasi antara produk dengan proses, dan
juga komunikasi antara satu sistem dengan sistem lainnya, maka faktor-faktor keamanan
terhadap data juga harus diperkuat. Dengan meningkatnya konektivitas dan penggunaan
protokol komunikasi standar yang akan berlaku pada kerangka kerja Industri 4.0, maka
kebutuhan untuk perlindungan atas sistem industri dan proses manufaktur yang kritis juga
akan semakin meningkat. Untuk masa depan, kebutuhan akan sebuah sistem komunikasi
antar proses dan produk yang aman dan handal akan menjadi sebuah kebutuhan yang
sangat mendasar bagi sebuah industri.
 
Untuk antisipasi dalam ranah teknologi cyber security ini, beberapa perusahaan IT dan
manufaktur telah mengadakan kerjasama pengembangan. Cisco Systems sebagai salah
produsen hardware dan software jaringan IT, mengadakan kerjasama dengan Rockwell
Automation dan beberapa pihak lain untuk mengembangkan beberapa standar komunikasi
data untuk industri serta beberapa hardware pendukungnya ( Cisco System, 2018).
3. Cloud
Teknologi Cloud (Awan) merupakan salah satu teknologi informasi berbasis internet yang menyediakan
sumber daya pemrosesan komputer dan data bersama untuk kepentingan informasi atau komputer serta
perangkat lain sesuai permintaan. Ini adalah model untuk memungkinkan sebuah proses komputasi
dapat dilakukan dimana saja dan sesuai permintaan (sebagai contoh: jaringan komputer, server,
penyimpanan data, aplikasi dan layanan). Dengan menggunakan teknologi cloud perusahaan yang tidak
memiliki kemampuan mengelola data dengan baik, tetap dapat memaksimalkan penggunaan data atau
informasi yang dimilikinya untuk mengoptimalkan tujuan bisnisnya, namun dengan upaya menajemen
data yang minimal. Teknologi cloud memberikan layanan bagi perusahaan dan atau pribadi untuk
menyimpan serta mengolah data mereka, baik milik pribadi, perusahaan ataupun data pihak ketiga, yang
secara fisik terpisah sangat jauh lokasinya.

Dengan kemampuan penyimpanan yang tak terbatas, para pengguna cloud akan dapat mengolah
semakin banyak informasi. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan bagi perusahaan untuk membuat
informasi tersebut dapat diakses dan ditindaklanjuti. Industri 4.0 memerlukan lalulintas data dan
informasi besar, aman dan handal. Karena itu, perusahaan yang akan mengaplikasikan konsep Industri
4.0 tidak mungkin dapat menangani kebutuhan pengolahan datanya sendiri. Untuk perusahaan yang
tidak mempunyai basis teknologi informasi yang kuat, teknologi cloud merupakan salah satu solusi yang
masuk akal. Kolaborasi merupakan langkah terbaik anatar entitas usaha yang akan muncul dimasa
mendatang, dalam penyediaan data dan sumber daya komputasi bersama.

Untuk penyedia layanan teknologi cloud , ada beberapa perusahaan yang aktif dalam bisnis tersebut
diantaranya Oracle Corporation, dan General Electric (GE).
4. Additive Manufacturing
Teknologi additive manufacturing merupakan proses yang digunakan untuk memebangun
sebuah obyek berdimensi tiga secara berlapis, dimana proses pembentukannya dimulai dari
lapisan terbawah dan berturut-turut lapisan demi lapisan diatasnya. Bentuk benda yang
dapat dibuat menggunakan teknologi ini mencakup hampir semua model geometri, sejauh
model datanya dapat dibentuk menggunakan perangkat lunak desain 3D. Untuk segi bentuk,
teknologi ini mampu memproduksi sebuah benda yang sangat rumit bentuknya, bahkan
mustahil dikerjakan dengan teknologi konvensional saat ini. Teknologi ini memungkinkan
sebuah benda diproduksi dari tempat yang jauh. Seorang pengguna dapat mengunduh file
desain 3 dimensi dari cloud dan kemudian mencetaknya menggunakan printer 3D. Teknologi
ini ditambah dengan internet, memungkinkan proses produksi dapat dilakukan dimana saja,
sejauh tersedia koneksi internet dan printer 3D. Dimasa depan, bengkel-bengkel tidak perlu
memiliki mesin-mesin produksi berbagai macam. Cukup mempunyai sebuah printer 3D dan
persediaan material yang sesuai serta koneksi internet. Sebuah pertanya muncul yaitu
apakah keahlian atau keterampilan tangan manusia dalam memproduksi sebuah produk
akan hilang?. Kemungkinan besar tidak akan langsung menghilang, namun sedikit demi
sedikit berkurang hingga disatu titik muncul keahlian baru yang menggabungkan keahlian
tangan dengan kemampuan mesin dalam mencetak produk. Sekali lagi, dalam teknologi
digital ini, ukuran dimensi produk bukan lagi menjadi masalah. Kemudahan yang diberikan
teknologi additive manufacturing dalam proses produksi inilah yang akan mendorong proses
implementasi Industri 4.0 semakin terlaksana.
5. Augemented Reality
Saat ini teknologi augmented reality masih dalam tahap permulaan, namun dimasa depan,
perusahaan dapat memanfaatkan teknologi ini sebagai pengganti buku manual yang mungkin
sangat rumit dipahami oleh seorang pekerja. Dengan menggunakan teknologi AR ini, pekerja akan
dapat diberikan informasi secara real time tentang langkah-langkah yang harus dikerjakan,
sehingga akan meningkatkan proses pengambilan keputusan dan prosedur kerja. Dengan
teknologi ini, proses belajar akan semakin menarik dan cepat dipahami.
Selain untuk membantu pekerjaan di tempat proses produksi, teknologi AR ini juga banyak
dikembangkan untuk dunia pendidikan. Pemahaman tentang terjadinya proses erupsi gunung
berapi misalnya, dapat mudah dipahami oleh siswa tingkat SD dengan hanya menggunakan AR
google dan model 3D gunung berapi didepannya. Ilustrasi tentang naiknya lava ke puncak gunung
dan keluarnya lava tersaji di layar google dengan latar belakang model gunung apa saja yang ada.
Aplikasi lainnya adalah game. Tentu kita masih ingat akan dengan permainan “Pokemon Go” yang
sempat booming lima tahun lalu. Aplikasi game tersebut merupakan salah satu aplikasi yang
menggabungkan teknologi telekomunikasi bergerak, internet, augmented reality serta big data.
Semua teknologi tersebut secara apik tersaji dalam sebuah aplikasi untuk sebuah gadget.
Teknologi AR diprediksi akan merevolusi cara manusia belajar dan berlatih. Dengan tersediannya
koneksi internet dan cloud, maka data dapat diakses darimana saja dan disajikan di google AR
atau sistem AR lain yang dimiliki. Beberapa nama besar di dunia digital seperti Google, Microsoft
dan Apple sudah mengeluarkan beberapa produknya saat ini, namun aplikasinya masih terbatas.
Beberapa perusahaan otomotif juga mengembangkan teknologi ini untuk proses reparasi produk-
produknya.
6. Big Data dan Analitik
Teknologi big data and Analytic ini mrupakan teknologi yang berkaitan dengan proses analisis
terhadap sejumlah data yang sangat besar. Sebenarnya teknologi ini muncul sudah lama di dunia
komputasi data, namun baru muncul belakangan ini di dunia manufaktur. Kebutuhan analisis data
yang sangat banyak mulai muncul ketika proses produksi membutuhkan informasi yang sangat
banyak dari proses mesin dan produk yang sedang dibuat. Singkat kata, konsep smart factory
tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya kemampuan mengolah data dalam jumlah sangat
banyak. Kemampuan mengolah big data akan mengoptimalkan kualitas produksi, menghemat
energi dan meningkatkan layanan peralatan. Dalam konteks Industri 4.0, proses pengumpulan dan
evaluasi komprehensif terhadap data dari berbagai peralatan, material dan sistem produksi,
bahkan sistem hubungan perusahaan-konsumen akan menjadi standar dalam mendukung proses
pengambilan keputusan yang real-time.

Sebagai contoh, perusahaan manufaktur infineon, berhasil menurunkan rasio kegagalan produk
dengan cara menghubungkan data yang diperoleh pada saat tahap uji produk ditahap akhir
produksi dengan data yang dikumpulkan selama proses produksi sebelumnya. Dengan cara ini,
infineon dapat mengidentifikasi pola-pola yang membatu melepaskan chip rusak pada awal
proses produksi dan meningkatkan kualitas produksi. Dimasa depan, para matematikawan,
fisikawan, dan insinyur IT akan makin bekerja sama untuk mengatasi masalah-masalah yang
sekarang belum terlihat. Karena semakin banyak data, maka waktu pengolahan juga semakin
meningkat, kemungkinan terjadi kesalahan pun juga meningkat. Masih banyak celah yang terbuka
untuk mengembangkan berbagai teori dan aplikasi dibidang big data ini.
7. Autonomous Robot
Robot telah digunakan di banyak industri terutama untuk mengatasi tugas kompleks. Namun
teknologi robotik terus berkembang untuk makin meningkatkan utilitasnya. Sistem robot
menjadi lebih otonom, fleksibel, dan mampu bekerjasama. Robot mampu berinteraksi
dengan sesamanya dan bekerja-sama dengan manusia dengan aman dan memiliki
kemampuan belajar dari manusia. Seiring dengan waktu, biaya implementasi sistem robotik
akan makin murah dengan kemampuan yang makin meningkat dibandingkan dengan
kemampuannya sekarang. Beberapa perusahaan pembuat robot sudah mengeluarkan robot
yang mampu bekerja-sama. Contohnya KUKA produsen robot dari Eropa, menawarkan robot
otonom yang mampu berinteraksi satu sama lainnya. Robot ini saling berhubungan sehingga
mereka dapat bekerja-sama dan secara otomatis menyesuaikan tindakan mereka agar sesuai
dengan produk yang belum selesai di lini produksi. Sistem sensor mutahir dan unit kendali
memungkinkan kerjasama yang aman dengan manusia. Tidak mau kalah dengan KUKA
rekannya di Jerman, pemasok robot-industri ABB meluncurkan robot YuMI. Robot ini
merupakan robot dengan dua lengan yang dirancang khusus untuk merakit produk (seperti
elektronik) bersama manusia. Material kedua lengan robot yang lunak serta adanya sistem
komputer visi memungkinkan robot ini aman berinteraksi dengan manusia.
8. Simulation
Simulasi dalam bidang teknik produksi dapat diartikan sebagai sebuah teknologi yang
mampu menampilkan dan meniru berbagai sifat dari sebuah produk atau proses kedalam
layar komputer. Pada tahapan perancangan sebuah produk, simulasi 3D dari produk, material
dan proses yang akan dilakukan sudah disimulasikan terlebih dahulu agar hasil yang
diperoleh pada saat implementasi lebih optimal. Namun dimasa depan, simulasi juga akan
diimplementasikan secara global di tahapan proses produksi. Simulasi pada tahap ini akan
menggunakan data real-time dari lantai produksi dan kemudian ditampilkan secara virtual
kepada pengguna. Data yang mapu ditampilakan tidak hanya bentuk dan posisi material saja,
namun juga status dan posisi mesin dan manusia. Simulasi ini akan membantu seorang
operator untuk menguji dan mengoptimalkan pengaturan mesin dilingkungan virtual
sebelum diimplementasikan kedalam sistem nyatanya. Hal ini tentu akan mengurangi waktu
setup mesin dan meningkatkan kualitas produk.

LBR iiwa 14r820 dengan 6D Virtuose (KUKA) Di Jerman, KUKA, Siemens dan beberapa
perusahaan permesinan lainya, mengembangkan sebuah mesin vitual yang mampu
mensimulasikan proses permesinan dari sebuah produk dengan menggunakan data real-
time dari mesin fisiknya. Proses simulasi ini ternyata berhasil menurunkan waktu setup
untuk proses permesinan yang sebenarnya sebesar 80%.
9. Integrasi Sistem
Saat ini, sebagian besar sistem IT tidak terintegrasi sepenuhnya. Perusahaan, pemasok, dan pelanggan
jarang terhubung erat. Bahkan banyak ditemui di sebuah perusahaan, sistem IT antara departemen
seperti departemen pemasaran dan pejualan, engineering, produksi dan perencanaan produksi (PPIC)
tidak terhubung satu sama lain sistem IT-nya. Masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri dan tidak
mampu mengoptimalkan kemampuan sistem IT yang ada. Jika fungsi-fungsi horizontal antar departemen
saja tidak dapat tercapai, maka fungsi dari perusahaan ketingkat lantai produksi dapat dipastikan juga
tidak akan terintegrasi sepenuhnya. Selain itu jangankan fungsi antar departemen, bahkan di
departemen produksipun sering tidak mampu mengintegrasikan proses-proses di dalamnya, dari produk
ke proses produksi ke proses otomasi. Namun dengan adanya konsep Industri 4.0. Integrasi sistem IT di
dalam perusahaan, termasuk tiap-tiap departemen, fungsi dan kemampuannya akan jauh lebih menyatu.
Jika Integrasi data antar-perusahaan, akan berkembang sebuah jaringan data universal yang
memungkinkan terciptanya rantai nilai yang benar-benar otomatis.

Contoh terciptanya integrasi sistem IT yaitu diluncurkanya platform kolaborasi desain untuk industri
dirgantara/penerbangan dan pertahanan Eropa yang disebut AirDesign. AirDesign merupakan hasil
kolaborasi dari Dassault Systemes dan BoostAeroSpace, yang berfungsi sebagai ruang kerja bersama
untuk melakukan desain dan kolaborasi manufaktur dan tersedia layanan pada sistem cloud pribadi.
Platform AirDesign ini mampu bertugas mengatur pertukaran data produk dan produksi yang sangat
kompleks di antara para mitra yang memanfaatkan AirDesign ini.
Di masa depan, cikal bakal integrasi sistem IT seperti AirDesign ini akan semakin banyak dilakukan. Hal
ini akan mengarah pada pembentukan sebuah standar yang akan berlaku secara universal dan global.
Terima Kasih Atas Perhatiannya

Tim Dosen Manajemen Keuangan Jasa

Anda mungkin juga menyukai