Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Revolusi Industru 4.0 dan Society 5.

0 Terhadap Dunia Manufaktur

Industri 4.0 yang merupakan revolusi Industri dimana manufaktur yang


dulunya tradisional berubah menjadi menggunakan manufaktur canggih yang
mencakup teknologi cyber, cloud computing, Iot, dan congnitive komputasi.
Manufaktur tradisional yang dulu masih menggunakan tenaga manusia
sedangkan manufaktur industri 4.0 menggunakan teknologi-teknologi yang
canggih dan cerdas.

Menurut Bartodjej & Jan (2017), industri 4.0 merupakan Kombinasi


system cyberphysical mulai dari ranah supply chain dan proses manufaktur
dengan pemanfaatan internet. Revolusi industri 4.0 dinilai sebagai suatu
revolusi yang mengarah pada digitalisasi. Lavanya, dkk (2017)
menambahkan, industri 4.0 adalah suatu bidang interdisipliner baru yang
menggabungkan antara CPS, Internet of Things, dan smart factory. Dimana
menurut teori dari Thoben, dkk (2017) menjelaskan bahwa smart
manufacturing merupakan transisi menuju teknologi informasi dan komunikasi
yang terintegrasi dan berbasis pada big data analytic juga peningkatan
otomatisasi, dengan tetap memasukkan unsur manusia ke dalamnya. Hal ini
menurut pendapatnya dapat memberikan peningkatan kualitas dan efisiensi
serta sustainabilitas.

Memang hanya semata-mata mengganti manusia ke mesin, ternyata


masih dirasa kurang dalam menciptakan efisiensi kerja yang total di dunia
manufaktur. Revolusi Industri 4.0 kemudian mulai menghadirkan teknologi
berbasis internet digital, dimana semua pekerjaan bisa diotomasi tanpa
campur tangan manusia yang terlalu banyak. Salah satu contohnya adalah
dengan ditemukannya IoT atau Internet of Things.

Perangkat IoT adalah jenis perangkat yang memanfaatkan jaringan


internet untuk beroperasi. Mesin-mesin besar di industri manufaktur yang
dulunya harus dioperasikan manual, bisa menjadi otomatis berkat konsep IoT
ini. Karena mesin tersebut nantinya bisa bekerja dengan bantuan teknologi
digital, yang tentunya memberikan efisiensi kerja yang jauh lebih tinggi.

Tentu tidak hanya mesin saja, urusan internal dan administrasi pun
sekarang bisa ditangani dengan lebih mudah dengan bantuan teknologi
digital. Sebut saja software ERP (Enterprise Resource Planning) yang bisa
mengintegrasikan semua data di dalam perusahaan dan kemudian
mempermudah pengambilan keputusan yang melibatkan banyak divisi. 
Usaha untukmenemukan aspek apa saja yang ada di dalam Industri
4.0 tidak cukup dengan hanya melalui pemahaman definisinya. Perlu
pemahaman yang lebih komprehensif tentang Industri 4.0 melalui
model kerangka konsepnya. Beberapa penelitian telah dilakukan
untuk menyusun model kerangka Industri 4.0.

Kagermann, dkk (2013) berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah


integrasi dari Cyber Physical System (CPS) dan Internet of Things and
Services (IoT dan IoS) ke dalam proses industri meliputi manufaktur dan
logistik serta proses lainnya. CPS adalah teknologi untuk menggabungkan
antara dunia nyata dengan dunia maya. Penggabungan ini dapat terwujud
melalui integrasi antara proses fisik dan komputasi (teknologi embedded
computers dan jaringan) secara close loop (Lee, 2008). di dalam laporan
final kelompok kerja Industri 4.0 yang disponsori oleh kementerian
pendidikan dan riset Jerman memberikan rekomendasi model kerangka
Industri 4.0. Model yang direkomendasikanmerupakan perwujudan dari
integrasi tiga aspek.

Aspek pertama adalah integrasi horisontal yang berarti


mengintegrasikan teknologi CPS ke dalam strategi bisnis dan
jaringan kerjasama perusahaan meliputi rekanan, penyedia,
pelanggan,dan pihak lainnya. Sedangkan integrasi vertikal
menyangkut bagaimana menerapkan teknologi CPS ke dalam sistem
manufaktur/produksi yang ada di perusahaan sehingga dapat bersifat
fleksibel dan modular. Aspek yang ketiga meliputi penerapan teknologi
CPS ke dalam rantai rekayasa nilai secara end to end. Rantai rekayasa
nilai menyangkut proses penambahan nilai dari produk mulai dari proses
desain, perencanaan produksi, manufaktur hingga layanan kepada
pengguna produk. Integrasi aspek-aspek tersebut memerlukan delapan
aksi. Aksi tersebut adalah (1) standardisasi, (2) pemodelan sistem
kompleks, (3) penyediaan infrastruktur jaringan komunikasi, (4)
penjaminan keselamatan dan keamanan, (5) desain organisasi dan kerja,
(6) pelatihan sumber daya manusia, (7) kepastian kerangka hukum dan
(8) efisiensi sumber daya.

Salah satu bentuk implementasi Industri 4.0 dalam manufaktur adalah


dalam bentuk smart factory. Apa itu Smart Factory? The National Institute of
Standards and Technology (NIST) mendefinisikan Smart Manufacturing
sebagai sistem yang “sepenuhnya terintegrasi—sistem manufaktur kolaboratif
yang merespons secara real time. Dengan sistem tersebut, terwujudlah Smart
Factory yang mampu memenuhi tuntutan dan kondisi yang berubah-ubah di
pabrik, baik terkait dengan supply chain atau kebutuhan pelanggan.”
Smart Manufacturing dan Smart Factory memungkinkan semua
informasi tentang proses manufaktur tersedia kapanpun dan dimanapun
ketika dibutuhkan, di seluruh rantai pasokan manufaktur dan siklus hidup
produk.

Istilah Smart Factory menggambarkan lingkungan lantai produksi di


mana mesin dan peralatan dapat meningkatkan proses melalui otomatisasi
dan optimalisasi diri. Manfaatnya juga melampaui kualitas fisik barang, tapi
juga kualitas pada hal lainnya, yakni perencanaan, logistik rantai pasokan,
dan bahkan pengembangan produk.

Struktur pabrik yang cerdas dapat mencakup kombinasi teknologi produksi,


informasi, dan komunikasi, dengan potensi integrasi di seluruh rantai pasokan
manufaktur.

Semua bagian dari lini produksi yang berbeda ini dapat dihubungkan
melalui IoT (Internet of Things) atau jenis sirkuit terintegrasi (integrated
circuits atau IC) lainnya, yang memungkinkan penginderaan, pengukuran,
kontrol, dan komunikasi untuk segala sesuatu yang terjadi selama proses
manufaktur.

Anda mungkin juga menyukai