Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

KEWARGANEGARAAN DIGITAL DALAM MEMBANGUN GOOD AND


CLEAN GOVERNMENT

Disusun Oleh:

NAMA: IMAM MAULANA


NIM:050663874

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH SURAKARTA
PROGRAM STUDI / S1 SISTEM INFORMASI
TAHUN 2023
A. Pendahuluan
Era digital yang semakin mengalami perkembangan sangat pesat seperti
sekarang ini, konsep kewarganegaraan digital menjadi semakin relevan dalam
upaya membangun pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean
government). Kewarganegaraan digital mengacu terhadap partisipasi aktif warga
negara dalam dunia digital, termasuk berpartisipasi dalam kebijakan publik,
memantau pemerintah, dan berkontribusi pada tatanan sosial yang lebih transparan
dan akuntabel. Kewarganegaraan digital mempunyai peranan penting untuk
memperkuat sistem pemerintahan yang baik dan bersih.
Kewarganegaraan digital dalam konteks pembangunan good and clean
government mempunyai peranan kunci yang bisa meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi atau keterlibatan publik dalam pemerintahan.
Transparansi akses informasi dalam masyarakat yang berbasis digital maka
informasi menjadi mudah untuk diakses (Yunus, 2016). Pemerintah yang baik dan
bersih harus menyediakan akses yang lebih baik ke publik. Kewarganegaraan
digital bisa memberikan bantuan kepada maysrakat untuk mengakses informasi
penerintah secara lebih mudah, sehingga mereka bisa memantau tindakan
pemerintah hingga melakukan deteksi tindakan korupsi maupun penyalahgunaan
kekuasaan.
Kewarganegaraan digital juga bisa memungkinkan warga negaranya untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan maupun kebijakan yang
dilakukan pemerintah melalui media online, petisi digital, serta konsultasi publik
yang terbuka. Hal tersebut memungkankan aspirasi masyarakat bisa didengar serta
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan publik. Dengan adanya
kewarganegaraan digital masyarakat dapat mengawasi pemerintah lebih efektif
dengan menggunakan media sosial, laporan daring, dan berbagai alat lainnya
sebagai laporan tindakan yang tidak etis hingga korupsi. Hal ini membuat
pemerintah lebih bertanggung jawab atas tindakannya (Benaziria, 2018).
Kewarganegaraan digital juga melibatkan pendidikan dan kesadaran publik
mengenai berbagai hak dan tanggung jawab mereka dalam dunia digital. Hal
tersebut termasuk mengenai pemahaman privasi data, kemanan siber, dan cara
menghindar dari disinformasi. Masyarakat yang teredukasi secara digital
memungkingkan bisa terlibat dengan bijaksana dalam politik dan berkontribusi
positiff. Namun, penting untuk diingat walaupun kewarganegaraan digital
menawarkan banyak peluang, namun ada pula tantangannya seperti dalam hal
privasi dan keamanan data itu sendiri. Maka, dalam pembangunan good and clean
government dengan menggunakan kewarganegaraan digital, dibutuhkan kerangka
kerja yang kuat sebagai perlindungan bagi keamanan warga negara di dunia digital.
Dengan demikian, artikel ini membahas mengenai peran dan tantangan
kewarganegaraan digital dapat berperan menjadi alat yang kuat dalam memperkuat
good and clean government dengan mengembangkan transparansi, partisipasi
publik, dan pengawasan, serta memberikan peningkatan pada kesadaran masyarakat
mengenai peran mereka dalam pembentukan pemerintahan yang baik dan bersih.

B. Kajian Pustaka
1. Kewarganegaraan Digital
Choi (2016) menggambarkan kewarganegaraan digital sebagai etika
penggunaan internet yang sesuai, aman, etis, dan bertanggung jawab. Hal ini
menekankan terhadap kemampuan individu dalam mengakses, menggunakan,
membuat, serta menilai informasi dari komunikasi online yang dilaksanakan
dengan bijaksana, terutama evaluasi informasi, keterampilan kritis dalam media
online, dan ekspresi diri yang dilakukan secara online. Kewarganegaraan digital
menyoroti perlunya pendidikan mengenai perilaku online yang bertanggung
jawab dan aman, serta sesuai kriteria dalam menggunakan teknologi dan
internet yang etis, kesadaran digital, hak serta tanggung jawab digital (Lasiyo et
al., 2021).
Kewarganegaraan digital mempunyai beberapa aspek menurut Ribble
(Alberta, 2012) aspek kewarganegaraan digital diantaranya yaitu: akses digital
yang komprehensif, komunikasi digital, literasi digital, etika digital, hukum
digital. Keamanan digital, kesehatan dan kesejahteraan digital, serra hak dan
tanggung jawab digital. Kewarganegaraan digital bergantung pada sifat dasar
kewarganegaraan untuk berkembang, memerlukan prinsip moral yang tinggi
guna beroperasi efektif dalam masyarakat global yang terhubung.
Kewarganegaraan digital memerlukan prinsip moral untuk bisa bekerja
dengan efektif dalam masyarakat global yang berjejaring, sesuai waktu serta
kondisi geografisnya dari beragam budaya. Supaya mewujudkan
kewarganegaraan digital maka lembaga pendidikan mempunyai peranan penting
dalam mencapai hal ini, lembaga pendidikan khususnya guru, berperan dalam
menumbuhkan serta mengembangkan literasi digital siswanya sebagai generasi
muda supaya bijaksana serta kritis pada saat menggunakan media digital dan
internet (Alberta, 2012).
Dengan demikian, kewarganegaraan digital dalam lingkup negara Indonesia
sebagai negara multikultural harus diwujudkan. Kewarganegaraan digital
mempunyai ciri-ciri masyarakat yang melek digital ataupun mempunyai
kemampuan yang cakap dalam literasi digital yang bisa mencegah berbagai
tindakan menyimpang seperti cyber crime, menjaring berita hoax, meminimalisir
ujaran kebencian di media sosial, dan sebagainya. Sehingga masyarakat bukan
sekadar melek digital namun pula mempunyai etika digital dengan memiliki
pemikiran yang kritis, tanggung jawab serta mentaati norma atau peraturan
dalam suatu negara yang berlaku.
2. Good and Clean Government
Istilah good and clean government ialah terminology yang baru ada dalam
ilmu politik pada awal tahun 1990. Konsep tersebut menekankan terhadap
seluruh perilaku yang berhubungan dengan tindakan mengarahkan,
mengendalikan, maupun mempengaruhi urusan publik yang mempunyai sifat
yang baik dan bersih. Good governance bukan sekadar terbatas dalam
manajemen lembaga pemerintahan, namun pula seluruh lembaga baik
pemerintah maupun yang non pemerintah (Hidayat, 2007).
Secara linguistik, good and clean berarti baik dan bersih, yang mana
dalam konteks good konteks pemerintahan mempunyai dua pemahaman.
Pertama, nilai-nilai yang menghargai kehendak dan aspirasi rakyat serta nilai-
nilai yang meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan nasional,
kemandirian, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial. Kedua, aspek
yang fungsional dan efektivitas pemeritahan untuk melaksanakan tugasnya
supaya tujuan yang diharapkan bisa tercapai (Ubaedillah, 2015). Sementara itu
dalam konteks clean pemerintahan yang bersih maka penyelenggaraan
pemerintahan dilakukan dengan amanan, tata pemerintahan yang baik,
pengelokaan pemerintahan dilakukan dnegan baik serta bertanggung jawab.
Sedangkan government merujuk pada proses mengambil keputusan dan
penerapan keputusan tersebut (Sunarya, 2007).
Orientasi dalam mengembangkan sektor publik pada dasarnya mempunyai
tujuan menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih. Hal tersebut
membutuhkan reformasi di banyak tingkatan, terutama aparatur negara dan
administrasi negara yang bisa mendukung kelancaran dan keterpaduan dalam
menyelenggarakan tugas serta fungsi pemerintahan dan pembangunan
berdasarkan prisip good and clean government. United Nations Development
Programme (UNDP) mengidentifikai beberapa kriteria dari good and clean
government, yakni (Ubaedillah, 2015):
a. Partisipasi, setiap warga negara mempunyai sura dalam menentukan
keputusan, baik secara langsung atau dengan diwakilkan oleh lembaga
sesuai kepentingan mereka. Partisipasi tersebut berdasarkan pada
prinsip demokrasi, terutama kebebasan berkumpul dan mengungkapkan
pendapat guna mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh aspek
pembangunan, regulasi birokrasi harus dikurangi.
b. Berbasis hukum, kerangka hukum harus dilaksanakan dengan adil dan
tanpa pandang bulu khususnya mengenai hak asasi manusia. Supaya
good and clean government bisa tercapai maka dibutuhkan komitmen
pemerintah dalam menegakkan hukum dengan terpenuhinya beberapa
unsur berupa supremasi hukum atau penegakan hukum pada seluruh
tindakan kekuasaan negara, kepastian hukum atau aturan hukum yang
jelas serta pasti, hukum yang responsive atau mengakomodasi
kebutuhan publik, penegakan hukum yang konsisten dan tidak
diskriminatif, serta peradilan yang independen.
c. Transparansi, transparansi berdasarkan dari kebabasan aliran informasi.
Hal ini penting dilaksanakan guna memusnahkan budaya korupsi dalam
penerintahan pusat maupun daerah di bawahnya. Unsur dalam
mengelola negara perlu dilaksanakan dengan transparan dalam hal
penetapan posisi, jabaran, kekayaan pejabat publik, pemberian
penghargaan, penetapan kebijakan yang berhubungan dengan
pencerahan kehidupan, kesehatan, moralitas pejabat dan aparatur
pelayanan publik, keamanan serta ketertiban, dan kebijakan strategis
guna kesejahteraan mamsyarakat.
d. Responsif, setiap lembaga dan proses dalam pemerintahan dan
pembangunan harus berupaya memberikan pelayanan seluruh
pemangku kepentingan. Responsive berarti pemerintah hasus
memenuhi dua etika yakni etika individual atau berkaitan dengan
kapabilitas dan loyalitas profesional dan etika sosial atau sensitivitas
terhadap banyak kebutuhan publik.
e. Orientasi konsesnsus, good governance memediasi kepentingan yang
berbeda guna mewujudkan pilihan paling baik untuk kepentingan yang
lebih luas. Walaupun pejabat tingkat tertentu bisa mengambil keputusan
secara pribadi berdasarkan kewenangan meeka, kebijakan penting serta
memiliki sifat publik harus diputuskan bersama dengan seluruh pihak
terkait.
f. Kesetaraan, seluruh warga negara berkesempatan guna meningkatkan
maupun memelihara kesejahteraan mereka. Asas kesetaraan
mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintahan harus bertindak adil,
khususnya dalam pelayanan publik, tanpa memandang perbedaan
keyakinan, suku, jenis kelamin, hingga kelas sosial.
g. Efektivitas dan efisiensi, proses serta lembaga pemerintahan dan
pembangunan perlu menghasilkan produk berdasarkan standar yang
sudah ditentukan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan
baik. Biasanya efisiensi diukur melalui rasionalitas biaya pembangunan
guna memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.
h. Akuntabilitas, para pihak yang membuat keputusan dalam
pemerintahan, sektor swasta, dan masyarakat haruslah bertanggung
jawab kepada publik serta berbagai lembaga pemangku kepentingan.
Dengan demikian, Standar Prosedur Operasional (SOP) dibutuhkan
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan maupun pelaksanaan
kebijakan guna memberikan dukungan akuntabilitas pemerintahan.

C. Pembahasan
1. Peran Kewarganegaraan Digital dalam Membangun Good and Clean
Government
Kewarganegaraan digital memegang peranan penting dalam membangun
good and clean government. Peranan tersebut dilakukan dengan meningkatkan
literasi digital masyarakat, sehingga pemerintah bisa lebih mudah melaksanakan
tugasnya dengan efektif serta transparan (Hidayat, 2007). Kewarganegaraan
digital menciptakan warga negara yang lebih memiliki kesadaran mengenai hak
dan tanggung jawabnya dalam memastikan bahwa pemerintahan dilaksanakan
dengan baik dan bersih dari berbagai praktik yang tidak etis. Berikut adalah
beberapa peranan literasi digital dalam membangun good and clean government,
yaitu:
a. Pengembangan transparansi, kewarganegaraan digital memberikan
kesempatan dalam meningkatkan transparansi. Dengan akses yang lebih
besar mengenai informasi dan data pemerintahan yang berjalan,
masyarakat bisa memonitor kegiatan pemerintah dengan lebih baik.
Transparansi sebagai kunci utama dalam pembentukan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintahan, dan kewarganegaraan digital
memberikan bantuan untuk menghadirkan tingkat transparansi yang
lebih tinggi.
b. Partisipasi publik yang aktif, dengan kewarganegaraan digital,
partisipasi publik dapat ditingkatkan. Warga negara bisa lebih mudah
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan
dengan platform online, memberikan rekomendasi kepada
pemerintahan, dan menyuarakan suara atau pendapat masyarakat
mengenai kebijakan pemerintah. Hal tersebut membuka kesempatan
bagi pemerintah untuk mendengar aspirasi rakyat dengan langsung.
c. Peningkatan pengawasan, kewarganegaraan digital juga memberikan
kemampuan untuk meningkatkan pengawasan terhadap tindakan
pemerintah. Dengan adanya informasi yang lebih mudah diakses dan
tersebar, masyarakat bisa dengan efektif mengawasi tindakan
pemerintah dan memberikan umpan balik yang membangun sehingga
bisa menciptakan mekanisme pengawasan yang lebih kuat.
d. Peningkatan kesadaran masyarakat, kewarganegaraan digital berperan
dalam meningkatkan kesadaran masyarat tentang hak dan kewajiban
mereka dalam proses pembentukan pemerintahan yang baik dan bersih.
Edukasi tentang literasi digital bisa membantu masyarakt memahami
peran mereka dalam memelihara integritas pemerintahan dan
mendukung kebijakan untuk kepentingan negara.
2. Tantangan Kewarganegaraan Digital dalam Membangun Good and Clean
Government
Sementara itu, ada beberapa tantangan kewarganegaraan digital dalam
membangun kewarganegaraan digital dalam membangun good and clean
government, yakni (Martini, 2007):
a. Ketidaksetaraan akses digital, tantangan utama ialah ketidaksetaraan
akses digital di kalangan masyarakat. Beberapa kelompok memiliki
kemungkinan tidak dapat mengakses teknologi yang sama dengan
kelompok lainnya, yang bisa menciptakan kesenjangan dalam
partisipasi dan akses informasi.
b. Keamanan digital, dengan meningkatnya keterlibatan dalam dunia
digital, tantang yang berhubungan dengan keamanan menjadi perlu
diwaspadai. Ancaman seperti keamanan data dan serangan siber bisa
menimbulkan kerugian bagi individu maupun pemerintah.
c. Misinformasi dan hoaks, persebaran informasi yang salah dan hoaks di
dunia digital bisa menjadi ancaman integritas informasi. Masyarakat
harus dilatih untuk memiliki pemikiran dan sikap yang kritis dalam
memfilter informasi yang ada di dunia digital dan mengindar dari
penyebaran berita palsu.
d. Kurangnya literasi digital, tantangan lainnya ialah literasi digital yang
kurang di beberapa sektor kehidupan masyarakat. Pendidikan dan
pelatihan tentang literasi digital harus ditingkatkan duna menjamin
seluruh warga negara bisa memahami dan menggunakan teknologi
dengan penuh tanggung jawab.
e. Perlindungan privasi, dalam menggalakkan kewarganegaraan digital,
perlindungan privasi menjadi isu yang penting. Masyarakat harus ikut
dilibatkan dalam pembahasan kebijakan terkait privasi data supaya bisa
menggunakan platform digital dengan keamanan terjamin.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Kewarganegaraan digital membuka potensi besar dalam membangun
good and clean government, tetapi tantangan seperti ketidaksetaraan akses dan
keamanan digital harus segara diatasi. Dengan mengatasi tantangan ini,
kewarganegaraan digital bisa menjadi instrument yang efektif dalam
menciptakan pemerintahan yang lebih transparan, partisipatif, dan akuntabel.
2. Saran
Berdasarkan pembahasan artikel ini, penulis memberikan saran yaitu
pemerintah harus memastikan keamanan data digital dan perlindungan privasi
adalah prioritas. Pemerintah harus menerapkan kebijakan dan regulasi yang
ketas mengenai perlindungan data pribadi dan mencegah serangan siber yang
bisa membahayakan keberlanjutan good and clean government.

Daftar Pustaka
Alberta, E. (2012). Digital Citizenship Policy Development Guide. Alberta Education
School Technology Branch.
Benaziria, B. (2018). Pengembangkan Literasi Digital pada Warga Negara Muda dalam
Pembelajaran PPKn melalui Model VCT. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial,
10(1), 11–20.
Choi, M. (2016). A Concept Analysis Of Digital Citizenship For Democratic
Citizenship Education In The Internet Age. Theory & Research In Social
Education, 0(0), 1–43.
Hidayat, K. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak
Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (2nd ed.). ICCE.
Lasiyo, Wikandaru, R., & Hastangka. (2021). Modul MKWU4109 Pendidikan
Kewarganegaraan (3rd ed.). Universitas Terbuka.
Martini, D. (2007). Strategi dan Implementasi Good Governance Dalam
Pemerintahan,. Irjen Depag RI.
Sunarya, S. (2007). Implementasi Good Government dan Clean Governance dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan. Irjen Depag.
Ubaedillah, A. (2015). Pancasila Demokrasi dan Pencegahan Korupsi. In Al-Qanun.
Kencana.
Yunus, N. R. (2016). Menciptakan Good And Clean Government Berbasis Syariah
Islamiyah Dalam Tatakelola Pemerintahan Republik Indonesia. Nur El-Islam, 3(1),
143–175.

Anda mungkin juga menyukai