2018
Bagian I
a. Latar Belakang
Good governance merupakan suatu proses penyelenggaraan
kekuasaan Negara dalam melaksanakan tolak ukur penyediaan
pelayanan terhadap public berkaitan dengan kinerja. Indeks Good
Governance menurut UNDP merupakan hubungan yang strategis dan
konstruktif diantara negara, sektor swasta, dan masyarakat
(Sedarmayanti, 2009: 275). Ada lima karakteristik good governance
menurut UNDP antara lain: 1. Interaksi, melibatkan tiga mitra besar:
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat madani untuk melaksanakan
pengelolaan sumber daya ekonomi, sosial dan politik. 2. Komunikasi,
terdiri dari system jejaring dalam proses pengelolaan dan kontribusi
terhadap kualitas hasil. 3. Proses penguatan sendiri. Sistem pengelolaan
mandiri adalah kunci keberadaan dan keberlangsungan keteraturan dari
berbagai situasi kekacauan yang disebabkan dinamika dan perubahan
lingkungan, memberi kontribusi terhadap patisipasi dan menggalakkan
kemandirian masyarakat, memberikan kesempatan untuk kreatifitas dan
stabilitas berbagai aspek keperintahan yang baik. 4. Dinamis,
keseimbangan berbagai unsur kekuatan komplek yang menghasilkan
persatuan, harmoni, dan kerjasama untuk pertumbuhan dan
pembangunan berkelanjutan, kedaiman dan keadilan, dan kesempatan
merata untuk semua sektor dalam masyarakat madani. 5. Saling
ketergantungan yang dinamis antara pemerintahan, kekuatan pasar dan
masyarakat madani. (Sedarmayanti, 2009: 282). Di era sekarang segala
hal dikaitkan dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), kondisi
demikian juga terjadi dalam system pemerintahan. TIK merubah
paradigma pengelolaan pemerintahan yang semula interaksi antara
pemerintah dan stakeholder-nya berlangsung dalam kantor-kantor
pemerintahan meluas menjadi bisa di akses oleh masyarakat umum.
Namun seiring dengan dengan pemanfaatan TIK, pusat-pusat layanan
pemerintah bisa lebih dekat dengan masyarakat penggunanya. Hal ini
jauh sangat berbeda dengan kondisi masa lalu dalam komunikasi
terbatas apabila jarak jauh, hanya menggunakan teknologi seadanya.
Berbanding dengan kondisi sekarang yang semua serba bisa dengan
kecanggihan teknologi komunikasi. Pemerintah sangat tanggap akan
kondisi sekarang karena tidak mau ketinggalan sehingga terus berbenah
melakukan perubahan. Pemerintah mempunyai sebuah kebijakan untuk
meningkatkan atau mempermudah akses masyarakat dalam
berkomunikasi, menyampaikan aspirasi terkait dengan pelayanan
masyarakat, menyampaikan kritik dan saran untuk perbaikan kedepan.
Ide dan gagasan dari manapun bisa diterima dan dikaji apabila
disampaikan secara logis dan mempunyai sumber jelas.
Berdasarkan PP No. 101 tahun 2000 pengertian good governance
adalah pemerintahan yang mengembangkan dan menetapkan prinsip-
prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima,
demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima
oleh seluruh masyarakat. Good Governance pada dasarnya adalah suatu
konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan
pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama.
Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara,
dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu
negara. Oleh karena itu, untuk terwujudnya kepemerintahan yang baik,
diperlukan dialog antara pelaku-pelaku penting dalam negara. Agar
semua pihak merasa memiliki tata pengaturan tersebut. Tanpa
kesepakatan yang dilahirkan dari dialog ini, kesejahteraan tidak akan
tercapai karena aspirasi politik maupun ekonomi rakyat tersumbat.
Pemerintah harus memberikan kapasitas kepada masyarakat untuk
menyampaikan saran maupun kritikan terhadap segala bentuk pelayanan
pemerintah saat ini yang bersifat membangun, agar tercipta suatu
hubungan baik antar pemerintah dan masyarakat. Segala sesuatunya
membutuhkan komunikasi yang baik dan dengan cara yang baik pula
sesuai asas demokrasi.
Cara yang telah diterapkan pemerintah Sidoarjo untuk menerima
aspirasi masyarakat dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dengan
aplikasi yang bernama Mata Delta masyarakat dapat menyampaikan
segala keluh kesah tentang Kabupaten Sidoarjo. Aplikasi ini sangat
membantu masyarakat dalam berkomunikasi dengan pemerintah, begitu
juga dengan pemerintah Kabupaten Sidoarjo aplikasi ini dapat
memberikan sedikit banyak solusi dari permasalahan demo oleh
masyarakat yang sering dilakukan akibat kurang tersampainya aspirasi
masyarakat terhadap pemerintah. Dengan aplikasi ini masyarakat dapat
memberikan kritik dan saran terhadap pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah Sidoarjo dimanapun mereka berada selama ada jaringan
internet di Smartphonenya. Namun aplikasi ini bukan sebuah solusi untuk
segala permasalahan tentang komunikasi antara pemerintah dengan
masyarakat, karena kita tahu tidak semua masyarakat dikabupaten
sidoarjo memiliki Smartphone yang canggih, belum lagi masyarakat yang
Gaptek dengan teknologi saat ini, mereka akan merasa tidak ada
tanggapan dan solusi dari pemerintah untuk menerima aspirasi
masyarakat yang telah mereka sampaikan.
Dengan demikian pemerintah dapat melakukan upaya pengembangan
ketertiban dalam masyarakat agar mereka tidak melakukan hal-hal yang
bersifat anarkis dalam menyampaikan aspirasinya. Karena ketertiban
masyarakat merupakan salah satu upaya yang harus dioptimalkan
perwujudnya. Selain itu juga perlu dilakukan pendidikan dan pemahaman
karakter bangsa, pengembangan nilai budaya daerah yang baik,
peningkatan peran para tokoh masyarakat, serta mengembangkan dialog
dengan pengelola media adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk mendukung terciptanya ketenteraman dan ketertiban serta
stabilitas dalam penyampaian sebuah aspirasi oleh masyarakat. Selain itu
pemerintah juga tidak boleh lepas dari tanggungjawab tentang
pelayanan terhadap masyarakat karena sebuah kritikan maupun saran
(asoirasi) tumbuh atau lahir dari kurangnya pelayanan publik yang
kurang baik dalam melayani masyarakat. Apabila kerjasama antara
pemerintah dan aparatur lainnya yang berhubungan dengan masyarakat
bekerjasama dengan baik maka akan terwujud sebuah Good Governance
dalam suatu negara.
Bagian II
Bagian III
meliputi:
1. Dinas Perpustakaan dan Arsip
2. Dinas Sosial
3. PPID/ KPU
4. Dinas Koperasi dan UMKM
5. Dinas Lingkungn Hidup dan Kebersihan
6. Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata
7. Bappeda
8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
9. Dinas Perhubungan
10. Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
11. Dinas Perumahan dan Pemukiman
12. Dinas Tenaga Kerja
13. Dinas Penanaman Modal
14. BPKAD
15. Dinas Kominfo
16. Dinas Pendidikan
17. Dinas Kesehatan
18. LPSE
19. Kecamatan Taman
20. Kecamatan Waru
21. Kecamatan Wonoayu
22. Kecamatan Tulangan
23. Kecamatan Buduran
24. Kecamatan Sidoarjo
25. Masyarakat ekonomi
Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer yang
dihimpun melalui kuesioner dan dokumentasi secara langsung. Sumber
data didapat dari 18 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) 6 Kecamatan
dan 100 masyarakat ekonomi yang tersebar di Kabupaten Sidoarjo.
b. Variabel Kajian
c. Analisis Data
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh
karena itu , sampel harus dilihat sebagai pendugaan terhadap
populasi dan bukan populasi itu sendiri. Sebuah sampel haruslah
dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer
mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan
besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0. Disamping
itu pengambilan sampel yang secara acak (random) haruslah
menggunakan metode yang tepat sesuai dengan cirri-ciri populasi
dan tujuan penelitian. Meskipun sebuah sampel terdiri dari sebagian
populasi, tetapi sebagian dari populasi itu tidak selalu dapat disebut
sebuah sampel apabila cara-cara pengambilannya tidak benar.
3. Penentuan Sampel
a. Cluster Sampling digunakan untuk menentukan sampel bila
objek yang diteliti atau sumber data sangat luas. Dalam
menentukan jumlah responden dari masyarakat umum
kabupaten Sidoarjo. Dari 18 kecamatan diambil sampling untuk
mewakili terbagi menjadi 4 zona dan setiap zona terdiri dari 4
sampai 5 kecamatan dan terpilih 2 kecamatan di masing-masing
zona.
b. Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi dengan ciri tertentu sampai memenuhi kuota yang telah
di tentukan. Penentuan jumlah 100 responden, penentuan 18
OPD, dan 6 kecamatan terpilih berdasarkan teknik sampling
kuota.
c. Random Sampling adalah teknik pengambilan sampling yang
diambil secara acak. Penentuan 100 responden, penentuan 18
OPD, dan 6 kecamatan terpilih di acak sesuai dengan wilayah
yang sudah ditentukan.
4. Metode Analisis
Rekomendasi