Anda di halaman 1dari 19

MEMPERKUAT PELAYANAN PUBLIK KEMITRAAN LEMBAGA PEMERINTAH

MELALUI APLIKASI SIMDA

DI SUSUN OLEH:

NAMA : MUHAMMAD ILHAM

NIM : 1910104010059

MATKUL : KEBIJAKAN SEKTOR PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERITAS SYIAH KUALA


DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kemitraan dalam pelayanan publik

2.2 Prinsip dasar kemitraan

2.3 Sistem informasi manajemen daerah (SIMDA)


2.3.1 Unsur Simda
2.3.2 Output Simda

2.4 Efektivitas kemitraan pelayanan public menggunakan sistem informasi


manajemen daerah (SIMDA)

2.4.1 Faktor-faktor pendukung peningkatan di Badan Pengelolaan Keuangan


Kabupaten Aceh Jaya dalam penerapan SIMDA
2.4.2 Struktur Birokrasi
2.4.3 Kualitas informasi SIMDA
2.5 Kendala dan hambatan dalam penggunaan aplikasi SIMDA

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha


Kecil, Kemitraan adalah kerja sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau
dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah atau
Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan
saling menguntungkan.

Usaha menengah dan usaha besar melaksanakan hubungan dengan usaha kecil, baik
yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha. Kemitraan dilaksanakan
dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi
dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 11 kemitraan bertujuan untuk


mewujudkan kemitraan antar-usaha mikro, kecil dan menengah, mendorong terjadinya
hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar usaha mikro,
kecil dan menengah, mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya
persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen dan mencegah terjadinya penguasaan
pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan
usaha mikro, kecil dan menengah.

Pada zaman milenial ini semua individu memiliki kebutuhan dan keinginan termasuk
gaya hidup. Untuk memenuhi gaya hidup tentunya individu harus memiliki uang untuk
mencapainya. Uang yang dibutuhkan untuk individu bisa diperoleh dari penghasilan (gaji)
oleh individu tersebut. Namun, pada kenyataan nya saat ini penghasilan yang diperoleh oleh
individu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu individu perlu
membangun sebuah gagasan agar kebutuhan dan keinginan dapat tercapai. Salah satu caranya
yaitu memutar uang agar uang tersebut bisa dihasilkan lebih banyak salah satunya dengan
cara melakukan usaha kemitraan.
Usaha kemitraan bukan hanya terdapat pada setiap individu saja , namun juga terdapat
dalam pemerintahan. Pemerintah Daerah diberikan otonomi daerah sebagaimana yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi
daerah adalah hak,wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah pusat menyerahkan urusan pemerintahan kepada
pemerintah daerah otonom berdasarkan asas otonomi.

Negara Indonesia adalah negara yang berkembang, kesejahteraan masyarakat sangat


tergantung pada keterbukaan akses dalam pelayanan publik. Tujuan penting pemberian
otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan masayarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan nasional, pemerataan wilayah daerah.
Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka
keutuhan NKRI.

Untuk meningkatkan pelayanan publik tentunya diperlukan kerjasama dengan


pemerintah daerah lainnya terutama daerah sekitarnya yang berbatasan langsung dan diatur
dengan keputusan bersama. Kerjasama dalam pemerintahan sangat penting bertujuan untuk
meningatkan kualitas dan kesejahteraan daerah tersebut. Kemitraan daerah adalah program
yang penting dilakukan karena daerah itu sendiri tidak dapat menyelesaikan seluruh
permasalahan. Kemitraan daerah perlu dikembangkan dengan berbagai pihak baik sektor
swasta maupun berbagai pihak.

Di Indonesia melakukan kemitraan dengan negara lain diantaranya kemitraan


ekonomi komprehensif antara pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Republik
Korea (Comprehensive Economic Partnership Agreement Between the Government of The
Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Korea) tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2022, pengakuan personalitas hukum internasional atas kemitraan
dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk laut asia timur (Agreement Reognizing The
International Legal Personality of The Partnership in Environmental Management For The
Seas of East Asia) tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2021, kemitraan
ekonomi komprehensif antara Republik Indonesia dan Negara-Negara EFTA (Comprehensive
Economic Partnership Agreement Between The Republic Of Indonesia and The EFTA States)
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2021, kemitraan ekonomi Komperehensif
Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement)
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020, dan kemitraan dan Kerja sama
menyeluruh antara Republik Indonesia, di satu pihak, dan komunitas eropa beserta negara-
negara anggotanya, di pihak lainya (Framework Agreement on Comprehensive Partnership
and Cooperation between the Republic of Indonesia, of the One Part, and the European
Community and its Member States, of the Other Part) tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 21 Tahun 2012.

Pemerintahan mengandung pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga


negara termasuk urusan keuangan. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil dan proporsional, demokratis, transparan,
dan bertanggungjawab. Pemerintahan yang baik atau good governance adalah pemerintahan
yang melibatkan stakeholder dan masyarakat dalam menjalankan pemerintahan , dengan
adanya good governance maka akan meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan dan
meningkatkan transparansi pemerintahan.

Pemerintahan Organisasi pemerintahan khususnya yang memiliki kewajiban


menyampaikan laporan keuangan kepada publik dalam menyampaikan laporan keuangan
diperlukan kecepatan arus informasi dan data antar instansi agar terjadi keterpaduan sistem
antara pemerintah dengan pihak pengguna.

Organiasasi sektor publik dalam memenuhi fungsi pemerintahan efektif dan efisien
harus menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah secara profesional, terbuka dan
bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah sebagai internal auditor yang
mengendalikan internal pemerintahan. BPKP mengembangkan sebuah program aplikasi
komputer yang diberi nama SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah). Aplikasi
SIMDA adalah aplikasi yang digunakan untuk pengelolaan keuangan daerah yang akan
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam berbagai hal dipemerintahan.

Aplikasi SIMDA diterapkan diberbagai daerah termasuk Badan Pengelolaan


Keuangan Kabupaten Aceh Jaya yang merupakan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah).
SIMDA di Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya yang terdiri dari SIMDA
Keuangan dan SIMDA BMD (barang milik daerah). SIMDA berfungsi menghasilkan laporan
yang tersusun dengan baik dari penganggaran , penatausahaan, pembukuan dan pelaporan
keuangan.
SIMDA adalah suatu langkah bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. Kabupaten Aceh Jaya pertama kali
menggunakan SIMDA ditahun 2011. Berdasarkan gambaran secara umum pada Kabupaten
Aceh Jaya, masih terdapat beberapa kendala dan hambatan yang perlu dibenahi agar aplikasi
SIMDA berjalan optimal.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana efektivitas pelayanan publik pemerintah daerah melalui penggunaan


aplikasi SIMDA dari BPKP ?
2. Kendala dan hambatan apa yang terjadi dalam penggunaan aplikasi SIMDA di Badan
Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya?

Dari uraian rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui efektivitas pelayanan publik pemerintah daerah melalui penggunaan


aplikasi simda dari BPKP.
2. Mengetahui kendala dan hambatan dalam penggunaan aplikasi SIMDA di Badan
Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kemitraan dalam Pelayanan Publik

Pengertian kemitraan sebagai kerja bersama (working together) yang dikemukakan


oleh Hodget & Johson (2001:323) bahwa kemitrran diarahkan untuk mencapai tujuan
bersama sebagaimana yang diinginkan individu, kelompok, lembaga atau organisasi untuk
menghasilkan suatu keluaran yang bermakna dan berkelanjutan. Dalam kemitraan terjadi
relasi antar organisasi dan dengan relasi tersebut akan tercipta kerja sama.

Tujuan dan manfaat dibentuknya kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih
baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak yang bermitra, Hafsah (2000:54-62).
Adapun manfaat yang diperoleh dalam kemitraan yaitu :

1. Meningkatkan produktivitas organisasi


2. Membantu organisasi mencapai tujuan dengan lebih efisien dan efektif
3. Mengurangi beban risiko yang ditanggung oleh organisasi

Kemitraan otoritas lokal tediri dari (Chapman dalam Sumartono, 2008) :

1. Lembaga-lembaga pemerintah
2. Otoritas lokal
3. Bisnis swasta dan organisasi komersial
4. Kelompok-kelompok masyarakat
5. Organisasi organisasi lingkungan
6. Kelompok-kelompok sukarela
7. Individu-individu pribadi

Kemitraan di Indonesia masih belum banyak dipahami oleh semua kalangan baik itu
dikalangan masyarakat, pemerintahan atau para perumus kebijakan daerah. Tetapi sistem
kemitraan dapat menjadi solusi untuk menciptakan mekanisme pelayanan yang lebih
berkualitas serta reformasi birokrasi publik di Indonesia. Kemitraan dalam pelayanan publik
sesuai dengan gagasan tata pemerintahan yang baik yang merupakan dasar dari governance
yaitu dari proses pelayanan publik dengan keterlibatan antara pemerintah daerah, unsur-unsur
swasta, lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah dalam menghasilkan pemerintahan daerah good governance harus
memiliki prinsip menganut pola kemitraan yang mengandung 3 prinsip/dimensi pada tata
pelaksanaannya yaitu :

1. Kesetaraan
2. Transparansi
3. Keuntungan/manfaat bersama

2.2 Prinsip Dasar Kemitraan

1. Kesetaraan : setiap mitra harus menempatkan diri setara dengan pihak lain, kesetaraan
kedudukan akan memperkuat rasa kebersamaan sehingga sama-sama bertanggung
jawab dan sama-sama menanggung resiko menghadapi tantangan kedepan yang
mungkin akan terjadi.
2. Keterbukaan : kemitraan membahas kemajuan permasalahan dan setiap kesepakatan
dibuat dan diimplementasikan secara transparan dan jujur.
3. Saling menguntungkan : setiap mitra mempunya tujuan dan kepentingan yang sama
dalam melaksanakan upaya terkhusus pengelolaan keuangan untuk meghasilkan
laporan keuangan yang baik dan benar

2.3 Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)

SIMDA adalah sebuah aplikasi komputer yang terintegrasi dan dapat membantu
proses administrasi pemerintah daerah dari tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai tingkat
kecamatan dan kelurahan. SIMDA memiliki 4 jenis yaitu SIMDA Keuangan SIMDA BMD
(Barang Milik Daerah), SIMDA Gaji, dan SIMDA Pendapatan. Sistem pada SIMDA relevan
sehingga output dari aplikasi tersebut bisa digunakan oleh pimpinan daerah untuk proses
pengambilan keputusan.

Bukan saja pimpinan daerah dapat menggunakan output dari SIMDA , namun juga
pihak legislatif dapat menggunakan sebagai langkah monitoring terhadap kinerja pemerintah
daerah. SIMDA merupakan aplikasi yang dapat memberikan kebutuhan informasi secara
cepat, lengkap dan akurat.
Tujuan dari aplikasi SIMDA (BPKP, 2008) :

1. Sebagai alat tukar informasi bagi setiap unit kerja pemerintahan yang menerima
jaringan SIMDA.
2. Sebagai alat kontrol realisasi bagi kegiatan setiap unit kerja.
3. Sebagai langkah awal untuk penerapan E-Government.
4. Sebagai langkah awal pelaksanaa Good Government.

Manfaat aplikasi SIMDA :

1. Database relevan
2. Data tercetak secara otomatis
3. Fleksibel, dapat diakses kapanpun dan dimanapun jika terkoneksi kejaringan simda

2.3.1 Unsur Simda

SIMDA terdiri dari empat lapis struktur :

1. Akses, jaringan, media komunikasi yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk
mengakses situs pelayanan publik
2. Portal pelayanan publik yang dapat di proses pengolahan di sejumlah instansi yang
terkait.
3. Organisasi penglahan dan pengelola informasi mengelola dan mengolah secara
elektronik.
4. Infrastruktur dan aplikasi dasar perangkat keras dan lunak untuk mendukung
pengelolaan,transaksi dan penyaluran informasi.

2.3.2 Output Simda

Output yang dihasilkan dari SIMDA Keuangan :

1. Penganggaran (Rencana Kerja Anggaran /RKA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran


/DPA, RAPBD dan rancangan penjabarannya, APBD dan Penjabaran APBD serta
perubahannya dan Surat Penyediaan Dana (SPD)
2. Penatausahaan (Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar
(SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat Tanda Setoran (STS), Register
dan surat pengendalian lainnya.
3. Akuntansi dan Pelaporan (Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas , dan Perda pertanggungjawaban dan penjabarannya).

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini menggunakan data kualitatif berupa hasil
wawancara dengan salah satu staff Bidang Akuntansi Badan Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Aceh Jaya. Hasil wawancara mengenai efektivitas kemitraan pelayanan publik
menggunakan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yaitu :

2.4 Efektivitas Kemitraan Pelayanan Publik Menggunakan Sistem Informasi


Manajemen Daerah (SIMDA)

Program aplikasi SIMDA ditujukan untuk membantu pemerintah daerah dalam


pengelolaan keuangan secara terintegrasi. Pelayanan akan efektif jika tujuan-tujuan kebijakan
dipahami oleh individu- individu yang terbentuk menjadi sebuah kemitraan. Pengelolaan
keuangan dapat membantu memberikan pengawasan terhadap semua hal yang melibatkan
urusan keuangan, dengan adanya aplikasi SIMDA yang diluncurkan oleh BPKP kesetiap
daerah maka dapat mewujudkan tujuan BPKP dan pemerintah Daerah yaitu terwujudnya
akuntabilitas keuangan dan pembangunan nasional dan terwujudnya tata kelola pengawasan
yang unggul, akuntabel dan sehat.

Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) memerlukan keefektifan


dalam menjalankannya sebagai aplikasi pelayanan publik, keefektifan tersebut tentunya
memerlukan pengawasan dari pihak tertentu, BPKP selaku lembaga pemerintah menjadi
pengawas atas penggunaan aplikasi SIMDA. Proses pengawasan yang dilakukan oleh BPKP
dilakukan diawal ditengah, dan diakhir periode.

Selain melakukan pengawasan, BPKP juga berperan untuk mendampingi lembaga


pemerintah termasuk pemerintah daerah. BPKP melakukan pendampingan di Pemerintah
Daerah terutama unit kerja Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya melalui
perwakilan BPKP yang tersebar di setiap ibu kota provinsi di Indonesia , perwakilan BPKP
dengan lembaga pemerintah bertindak sebagai mitra kerja.

BPKP Perwakilan Aceh sebagai internal pengendalian SIMDA Keuangan di masing


masing instansi pemerintah daerah Kabupaten Aceh Jaya, pengendalian tersebut dilakukan
dengan memberikan pengaturan melalui akun masing-masing operator SIMDA Keuangan
dimasing-masing OPD. Akun tersebut diberikan beserta password agar hanya operator
SIMDA saja yang dapat mengakses informasi dan melakukan penginputan data keuangan
masing-masing SKPK.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan penerapan SIMDA pada Badan


Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya sangat efektif, salah satu staff bidang akuntansi
Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya mengatakan dengan adanya SIMDA
maka pengelolaan keuangan daerah lebih cepat dan lebih efektif, karena kita hanya perlu
menginput ke SIMDA lalu SIMDA akan bekerja secara otomatis untuk menghasilkan
Laporan Keuangan

Pada Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya terutama bidang Akuntansi,
para staff bidang Akuntansi dapat melakukan pengawasan terhadap inputan serta laporan
keuangan setiap SKPK Pemerintah Aceh Jaya guna sebagai kontrol proses pelaporan
keuangan daerah mulai dari penganggaran, penatausahaan, pembukuan dan pelaporan
keuangan.

Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya memiliki operator khusus


diruangan server untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditemui saat
menggunakan aplikasi SIMDA. Setiap pengguna SKPK dapat mengkonsultasikan
permasalahan aplikasi SIMDA kepada operator khusus di Badan Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Aceh Jaya.

Penggunaan Aplikasi SIMDA berdasarkan wawancara menunjukkan peran BPKP


kurang efektif dalam hal pendampingan sehingga mempengaruhi kualitas audit dari sisi opini
audit. Oleh karena itu tentunya peran BPKP perlu ditingkatkan lagi dalam melaksanakan
pendampingan agar kualitas audit semakin baik sehingga menghasilkan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP).

2.4.1 Faktor-Faktor Pendukung peningkatan di Badan Pengelolaan Keuangan


Kabupaten Aceh Jaya dalam penerapan SIMDA

Untuk meningkatkan pelayanan yang efektif penggunaan aplikasi SIMDA pada


pemerintah Kabupaten Aceh Jaya maka diperlukan faktor pendukung sebagai berikut :

1. Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu cara untuk mengetahui apa yang harus dilakukan,
tujuan apa yang akan dicapai dan koordinasi dengan pihak lain. Komunikasi
antara staff pada Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya masih
dibutuhkan adanya sosialisasi penerapan SIMDA Keuangan. Bukan hanya
sosialisasi tapi juga diperlukan koordinasi kerjasama dengan instansi lain agar
tujuan tercapai. Komunikasi antara staff Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten
Aceh Jaya dengan BPKP Perwakilan Aceh cukup baik. Jika staff Badan
Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya tidak mengerti terkait SIMDA maka
dapat diberikan fasilitasi di BPKP Perwakilan Aceh yang terletak di Kota Banda
aceh.
2. Sumber Daya Manusia
Meskipun telah dikomunikasikan dengan jelas , jika daerah kekurangan sumber
daya manusia untuk pelaksanaannya maka pelayanan efektivitas kemitraan
aplikasi SIMDA tidak akan berjalan efektif. Badan Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Aceh Jaya terus meningkatkan kualitas SDM khususnya dalam
mengoperasikan aplikasi SIMDA Keuangan dengan memberikan surat perintah
tugas untuk pelatihan khusus/diklat SIMDA Keuangan di BPKP Perwakilan Aceh.
3. Sikap
Sikap yang diperlukan oleh pihak-pihak pengguna SIMDA adalah sikap jujur dan
berkomitmen. Jika sikap itu diterapkan maka implementasi penggunaan SIMDA
akan sesuai. Penerapan SIMDA di Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh
Jaya cukup baik karena respon pegawainya menggunakan SIMDA dengan baik
dan senang hati.

2.4.2 Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi adalah struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan


yang memiliki pengaruh signifikan terhadap implementasi kebijakan. Struktur birokrasi juga
merupakan karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi secara berulang
dalam badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa
yang dimiliki dalam mencapai kebijakan. Pengawasan pada Badan Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Aceh Jaya tidak terlalu signifikan namun pegawai harus mengontrol sistem jika
sedang bermasalah maka berkomunikasi dengan pihak penyedia SIMDA yaitu BPKP.

Selama ini pegawai di SKPK Pemerintah Aceh Jaya pernah mengalami gangguan
jaringan SIMDA. Namun, segera diatasi oleh pihak server di Badan Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Aceh Jaya sehingga penanganannya relatif cepat. Hasil wawancara menyatakan
bahwa struktur birokrasi baik bagi pemerintah aceh jaya terutama pengawasan SIMDA
sehingga dapat mencegah terjadinya kegagalan SIMDA dikarenakan adanya pihak server di
Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya yang bertugas mengatasi jaringan
SIMDA yang bermasalah.

2.4.3 Kualitas informasi SIMDA

Pelayanan yang baik tentunya akan menghasilkan output yang baik pula. Pada Badan
Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya ditemukan beberapa kualitas informasi yang
dihasilkan dari penerapan SIMDA Keuangan.

1. Akurat, laporan keuangan yang disajikan akurat dan nyata


2. Ketetapan waktu, waktu penyajian laporan keuangan efektif dan efisien
3. Relevan, data di SIMDA sudah terprogram otomatis dari hasil inputan user SIMDA

Pelayanan publik di Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya sudah cukup
baik. Dengan adanya penerapan SIMDA di Kabupaten Aceh Jaya maka sangat membantu
pegawai maupun pemangku kepentingan dalam proses penyajian laporan keuangan sehingga
laporan yang dihasilkan akuntabel, efektif dan efisien.

2.5 Kendala Dan Hambatan Dalam Penggunaan aplikasi SIMDA

Aplikasi SIMDA sangat berguna dalam hal pelayanan publik terutama para pengguna
aplikasi tersebut seperti Pengguna Anggaran (Kepala SKPK), Pejabat Penatausahaan
Keuangan (PPK), Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, Pengurus Barang Milik
Daerah, dan Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK). Pengelolaan keuangan dapat
berjalan efektif di Pemerintah Aceh Jaya karena fungsi-fungsi pengelolaan keuangan
terintegrasi, valid dan akurat.

Penerapan aplikasi SIMDA sendiri sudah efektif digunakan di Badan Pengelolaan


Keuangan Kabupaten Aceh Jaya, Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya dapat
mengontrol mulai dari penganggaran, penatausahaan, pembukuan dan pelaporan setiap unit
kerja yang terkait. Selain itu para pemangku kepentingan dapat mengakses informasi
keuangan daerah dengan cepat, tepat dan akurat.

Namun, dibalik keefektifan penggunaan aplikasi SIMDA dalam hal pelayanan publik
di pemerintah Kabupaten Aceh jaya , masih ditemukan beberapa permasalahan yaitu
perbedaan kas di neraca dan BKU pada beberapa SKPK dikarenakan saat pengeluaran kas
oleh bendahara pengeluaran melalui bukti pengeluaran tidak terbentuk jurnal uang muka
operasional pada Kas di Bendahara pengeluaran sehingga uang sudah keluar di BKU namun
belum di mutasi pada BKU uang di tunai. Lalu kesalahan pemilihan jenis tagihan belanja saat
pembuatan SPP-LS sehingga mengakibatkan jenis beban tidak sesuai dengan jenis belanjanya
yang mengakibatkan laporan operasional (LO) tidak menyajikan angka yang akurat,
kemudian kemampuan pengoperasian oleh sumber daya manusia disetiap SKPK belum
merata, tingkat pemahaman penggunaan simda masih kurang karena ditemukan beberapa
pegawai masih menggunakan kertas kerja manual atau dengan microsoft office excel untuk
mengunci dan mengontrol angka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan terkait
penggunaan aplikasi SIMDA dan menghindari memakai kertas kerja manual dalam proses
pelaporan keuangan.
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Pemerintah melalui Lembaga Pemerintah Nonkementerian yaitu Badan Pengawasan


Keuangan dan Pembangunan sesuai dengan pasal 2 dan 3 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan
keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional.

BPKP sesuai dengan tugasnya melakukan kemitraan dengan pemerintah daerah


kabupaten/kota khususnya di Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Jaya dengan
mengembangkan program Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah dengan tujuan
membantu pemerintah daerah untuk membangun dan menggunakan sistem informasi
keuangan dan kinerja untuk tata kelola yang baik terutama transaksi dan informasi yang
memadai. SIMDA dapat dipakai dan digunakan oleh seluruh pemerintah daerah sehingga
tidak perlu dikembangkan aplikasi lain yang serupa, menyediakan database mengenai kondisi
di daerah tersebut dari aspek keuangan, aset daerah, kinerja daerah, kepegawaian/aparatur
daerah maupun pelayanan publik yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja instansi
pemerintah daerah, menghasilkan informasi yang tepat dan akurat kepada manajemen
pemerintah daerah untuk pengambilan keputusan pemangku kepentingan, mempersiapkan
aparat pemerintah daerah untuk mencapai tingkat penguasaan dan pendayagunaan teknologi
informasi yang lebih baik, dan memperkuat basis pemerintahan daerah dalam melaksanakan
otonomi daerah.

Tujuan pengembangan SIMDA tentunya sesuai dengan pengelolaan keuangan daerah


yang tertuang dalam Permendagri Nomor 77 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu pengelola keuangan daerah adalah pejabat pengelola
keuangan daerah yang melakukan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan
keuangan daerah.

Pelaksanaan tugas dan wewenang pengelolaan keuangan daerah dapat melibatkan


informasi, aliran data, penggunaan dan penyajian dokumen yang dilakukan secara elektronik.
Dokumen yang disajikan untuk kebutuhan informasi yang bersifat dinamis dalam setiap
tahapan pengelolaan keuangan daerah. Dengan memahami faktor-faktor pendukung
penggunaan SIMDA di BPKK Aceh Jaya maka memperkuat pelayanan publik kemitraan
lembaga pemerintah melalui aplikasi simda berjalan optimal.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk mengatasi kendala dan hambatan dalam
penggunaan aplikasi SIMDA yaitu perlunya pengembangan atau pengetahuan
pegawai/pengguna akun simda di Pemerintahan Aceh Jaya melalui pelatihan/diklat sehingga
pengoperasian aplikasi SIMDA berjalan optimal. Begitu juga dengan efektivitas pelayanan
publik pemerintah daerah melalui penggunaan aplikasi SIMDA dari BPKP , agar terus
meningkat efektivitas pelayanan publik pemerintah daerah Kabupaten Aceh Jaya maka perlu
memahami faktor-faktor pendukung apa saja yang diperlukan seperti komunikasi dan sikap
serta komitmen pemimpin dan pengawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Program Aplikasi Komputer SIMDA : http://www.bpkp.go.id/index.php?
Diakses pada 23 November 2022
Djadja, S., 2009. Pemahaman Laporan Keuangan dengan SIMDA Keuangan.,
Jakarta: Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah
Carl S. Warren., 2014. Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia, Jakarta:
Salemba Empat.
Supriyanto, S., 2015. Analisis Implementasi Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) Barang Milik Daerah. Jurnal Akuntansi Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Dinoroy, M.A., 2014. Implementasi Pengawasan Melekat dan Fungsional Terhadap
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jurnal Dosen STIA LAN,
Bandung.
Fatmawati., 2011. Kemitraan Dalam Pelayanan Publik: Sebuah Penjelajahan Teoritik.
Jurnal FISIP UNMUHA Makassar, Makassar.
Edi, Y., 2019. Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah
(SIMDA Keuangan). Indonesian Journal Of Strategic Management,
STIE Mujahidin Tolitoli.
Arif, F.W., 2017. Efektivitas Peran BPKP Dalam Pembinaan Dan Pengawasan
Implementasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA).
Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, UII, Yogyakarta.
Umar, S.R., 2021. Hubungan Kemitraan Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Dalam Penyusunan APBD Di Kabupaten Indramayu. Jurnal
Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam, Bekasi.
Persetujuan Pengakuan Personalitas Hukum Internasional atas Kemitraan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk Laut Asia Timur. Naskah
terjemahan PEMSEA, 2009
Irmayani, N., 2017. Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Keuangan Pada Pemerintah Daerah Kabupaten GOWA. Universitas
Muhammadiyah Makassar, Makassar. Diakses dari:
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/3947-Full_Text.pdf
Mustofa, K., 2006. Strategi Kemitraan dalam Pembangunan PNF melalui Pemberdayaan
Masyarakat (Model, Keunggulan, dan kelemahan). Jurnal Departemen
Pendidikan Nasional Badan Peneliti dan Pengembangan, Bandung.
Mahmudi., 2007. Kemitraan Pemerintah Daerah dan Efektivitas Pelayanan Publik.
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Juddy, J.P., 2016. Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) Keuangan Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah
Kota Manado.
Devita, W.D., 2021. Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Keuangan Pada DPPKA Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Akuntansi,
Universitas Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara.
Nurcahyani, D.R., 2008. Peranan E-GOVERNMENT Dalam Rangka Mewujudkan
GOOD GOVERNANCE Bagi Masyarakat. Jurnal Sekolah Tinggi
Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta.
Jeane, N.S., 2001. Usaha Kecil, Penanaman Modal Asing Dalam Peresfektif Pandangan
Internasional. Jurnal Badan Pembina Hukum Nasional, Jakarta.
Ermawati., 2018. Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Untuk Pengelolaan Keuangan Pada Pemerintah Kota Makassar.
Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar.
Diakses dari: https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/2784-Full_Text.pdf
Kementerian Kesehatan RI, 2019. Panduan Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan.
Jakarta : Kementerian Kesehatan.
Darwin., 2017. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Dalam Menciptakan
Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kabupaten Sinjai.
Universitas Hasanuddin, Makassar. Diakses dari:
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
NDY2YTg2ZGViZTQ4ZWZkNmMwYWE3N2FhNDU5NWNlNWJmZGUxNmUz
Mw==.pdf
Produk Hukum Kemitraan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Diakses dari:
https://jdih.bpkp.go.id/
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kemitraan Ekonomi
Komperehensif Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement). Lembaran Negara RI Tahun 2020 Nomor 67, Tambahan
Lembaran RI Nomor 6476. Sekretariat Negara. Jakarta.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Lembaran Negara
RI Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran RI Nomor 3611. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan
Lembaran RI Nomor 486. Sekretariat Negara. Jakarta.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Kerja Sama Daerah.
Lembaran Negara RI Tahun 2018 Nomor 97, Tambahan Lembaran RI Nomor
6219. Sekretariat Negara. Jakarta.
Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah.. Sekretariat Negara. Jakarta.
Indonesia. Lembaran Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Kemitraan
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai