Anda di halaman 1dari 12

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaa E-Musrenbang Kota Surabaya

Oleh
Rike Giant,Agna Amaris,Cindy Diefta,Elvira Anggreyni,Ade Octavia
Universitas Bhayangkara Surabaya
Jl.Ahmad Yani No. 14,Ketintang. Kec. Gayungan Kota Surabaya, Jawa Timur
lviraanggreyni@gmail.com
Abstrak
E-musrenbang merupakan sistem perencanaan pembangunan nasional yang mewajibkan
Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berfungsi
sebagai dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Dimana usulan
pembangunan dari masyarakat tidak dilakukan secara manual tetapi difasilitasi oleh system
aplikasi (online) yang bisa diakses di website musrenbang.surabaya.go.id. Munculnya
e-musrenbang ditandai dengan banyaknya permasalahan tentang banyaknya usulan yang
masuk dalam bentuk cetak (hard copy), proses rekapitulasi yang lama dan anggaran yang
diberikan tidak tepat sasaran. Oleh karena itu mulai Tahun 2009 Badan Perencanaan
Pembangunan Pemerintah Kota Surabaya menciptakan inovasi berbentuk electronic
government yang disebut dengan e- musrenbang untuk membantu merencanakan
pembangunan di Kota Surabaya yang mengacu pada Undang- undang No.25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Permendagri 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tantang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Salah
satu instansi pemerintahan yang menerapkan sistem e-musrenbang adalah Kecamatan
Tambaksari Kota Surabaya.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sistem
e-musrenbang di Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya yang mengacu pada variabel
pengukuran efektivitas Jenis metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif.. Sedangkan Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuisioner, observasi dan wawancara.
Kata Kunci : partisipasi, Pelaksanaan E-Musrenbang, Electronic Musrenbang
A.PENDAHULUAN
Teknologi mengalami pekembangan yang pesat, dimana teknologi tidak terlepas dari berbagai
lingkup, termasuk instansi pemerintahan yang menggunakan teknologi untuk memberikan
pelayanan secara cepat dan mudah kepada masyarakat atau yang disebut e-Government.
E-Government sebagai salah satu perangkat yang dapat mengurangi penggunaan diskresi oleh
pejabat publik mengingat teknologi akan membuat proses pengurusan menjadi lebih
transparan, mudah, dan tidak dapat diintervensi oleh pejabat publik. (Vazquez, Granado, &
Boex, 2012) dan bertujuan agar hubungan dalam tata pemerintah, pelaku bisnis dan
masyarakat dapat tercipta lebih efiien, efektif, produktif, dan responsive (Klun, 2011) Indonesia,
telah menjalankan e-Governmentsejak dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001
tentang Telematika (Teknologi, Media dan Informasi) yang menyatakan bahwa aparat
pemerintah harus menggunakan teknologi untuk mendukung good governance pppodan
mempercepat proses demokrasi dalam upaya menunjang kinerja pemerintahan. Penerapan
e-Government juga diperkuat lagi dengan adanya Kebijakan dan Strategi Pengembangan
e-Government melalui Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 yang

reated in
C
Master PDF

Editor
menjadi dasar dalam seluruh kebijakan detail teknis di bidang e-Governmen. Agar kebijakan
pengembangan e-Governmentdapat dilaksanakan secara sistematik dan terpadu, maka masih
diperlukan peraturan, standarisasi dan panduan yang konsisten dan saling mendukung (Menteri
Komunikasi dan Informasi, 2003).Penerapan e-Government di Indonesia, salah satunya telah
dilakukan di Surabaya.
Bentuk dari e-Government yang diterapkan adalah e-Musrenbang yang dikelola oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. E-Musrenbang terebut muncul karena dilatar
belakangi oleh beberapa permasalahan, yaitu banyaknya usulan yang masuk dalam bentuk
cetak (hard copy), proses rekapitulasi yang lama dan anggaran yang diberikan tidak tepat
sasaran. Surabaya menerapkan sistem e- Musrenbang di tahun 2009, yang merupakan sistem
yang mewajibkan Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan daerah untuk periode satu tahun yang
mengacu pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan.Proses e-Musrenbang tersebut dilaksanakan mulai dari tingkat RW. Setiap RW
memiliki akses untuk login ke sistem tersebut dengan memberikan dua usulan utama dan satu
usulan cadangan dalam proses perencanaan pembangunan. Kemudian usulan dari RW
tersebut diteruskan ke Kelurahan. Kemudian dari tingkat Kelurahan, pihak Kelurahan memiliki
kewenangan untuk memetakan usulan dan merencanakan usulan dari RW sesuai dengan
gambaran maupun peta yang kemudian mengajukannya ke pihak Kecamatan. Setelah
memperoleh pengajuan usulan dari pihak Kelurahan, pihak Kecamatan memiliki kewenangan
untuk menolak atau menyetujui usulan. Jika telah disetujui oleh Kecamatan, maka usulan dapat
dilanjutkan ke tingkat Kota dengan Forum Organisasi Perangkat Daerah (OPD) (dulu bernama
SKPD) yang kemudian akan melakukan survei terhadap usulan-usulan yang disetujui. Setelah
itu, akan dilanjutkan menjadi KUA- PPAS (Kebijakan Umum Anggaran-Penetapan Plafon
Anggaran Sementara), penetapan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) yang dirapatkan dengan legislatif,
Sampai pada penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Adanya
penerapan e- Musrenbang ini menjadi salah satu wadah dalam pencapaian prinsip Good
Governance yang dikemukakan oleh United Nation Development Program (UNDP),diantaranya
adalah prinsip partisipasi, efektif dan eifisien, transparansi dan akuntabilitas. E-Musrenbang
mampu membuka ruang partisipasi yang luas kepada masyarakat dari segala tingkatan untuk
memberikan aspirasi terkait pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta
memberikan kemudahan kepada kelompok sosial atau warga Kota Surabaya yang memiliki
kepedulian untuk turut berpartisipasi memberikan usulan pada perbaikan Kota Surabaya. Disisi
efektivitas dan efisiensi, sistem e-Musrenbang dapat memberikan informasi-informasi tentang
usulan yang masuk, sehingga usulan lebih cepat dan efisien diverifikasi oleh tim musrenbang,
dan masyarakat yang ingin mengetahui dan memberi usulan kegiatan di wilayahnya dapat
dengan mudah mengakses informasinya melalui situs e- Musrenbang yang ada, yaitu pada
website:musrenbang.surabaya.go.id atau bappeko.surabaya.go.id.
Sistem ini juga diyakini dapat menyajikan data lebih akurat dan lebih efektif menyaring usulan
warga, serta penerapan e-Musrenbang juga mendorong transparansi dan akutabilitas data
usulan yang masuk dari masyarakat (Leba, 2015). Wujud lain transparansi yang pada sistem
e-Musrenbang adalah, adanya ketersediaan data terkait usulan yang diberikan, yang terdiri dari
jenis usulan, sumber usulan, tipe usulan (fisik atau non-fisik), dana yang dibutuhkan, dijadikan
prioritas atau tidak, dan terlihat pula apakah usulan tersebut lolos tahap awal atau tidak. Data
tersebut tersedia mulai dari tahun 2009 sampai pada tahun
reated in
C
Master PDF

Editor
2017 Selain itu, pengimplementasian sistem e-Musrenbang ini, menyumbang dalam hal penghematan anggaran.
Ditahun 2016, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menyatakan bahwa bentuk dari e- Government dapat menghemat
anggaran puluhan hingga ratusan juta, pada awalnya itu dapat menghemat hingga 300 juta Namun, penerapan dari
sistem e-Musrenbang ini tidak lepas dari beberapa masalah. Jika dilihat secara mendalam, bahwa proses pembuatan
kebijakan masih tergantung pada faktor ekonomi politik hubungan antar kelompok instansi-instansi pemerintah, hal ini
dapat dilihat melalui teori yang dikemukakan oleh Brinkerhoff dan Crosby (2002), yag menyaakan bahwa partisipasi
dapat dilihat melalui dua dimensi praktis, yaitu sisi suplai dan permintaan. Jika partisipasi ingin berjalan efektif, mereka
memandang perlunya sisi suplai yaitu instansi penyelenggara untuk bersikap menerima masukan dari pihak luar,
transparan, terbuka serta mempunyai kewenangan yang memadai. Dari sisi permintaan, terjaringnya aspirasi
masyarakat tergantung antara lain pada lingkungan yang kondusif untuk berlangsungnya partisipasi, adanya tradisi
partisipasi dan kemampuan masyarakat dalam berkelompok dan menyampaikan tuntutan mereka (Komarudin &
Siagian, 2007). Sedangkan dalam hal keterwakilan dan kemampuan menangkap aspirasi, keterwakilan dalam akses
e-Musrenbang belum cukup menjamin aspirasi dari bawah tersampaikan atau menjadi bagian dari pengambilan
keputusan di tahap selanjutnya. Karena, dalam proses penjaringan aspirasi, peluang untuk menyampaikan aspirasi
belum sepenuhnya diberikan secara luas kepada masyarakat. Aspirasi atau usulan hanya diberikan kepada beberapa

reated
pihak saja dalam hal ini elite di tingkat RW atau Kelurahan. C
in Master PDF

Editor
Tambahkan paragraf epilog yang menjelaskan tujuan penelitian

artikel ilmiah ini. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam penerapan e-musrenbang di kota Surabaya
Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksana E-Musrenbang Kota
Surabaya

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah E-Goverment Yang Diampu Oleh


:

DOSEN : Fierda Nurany, S.AP., M.KP.

NAMA KELOMPOK :

CINDY DIEFTA DEVIA (1813111044)

ADE OCTAVIA (1813111050)

ELVIRA ANGGRAENI (1813111047)

RIKE GIAN P (1813111040)

AGNA AMARIS (1813111042)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BHAYANGKARA

SURABAYA

2020
Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan untuk semakin
ruang

partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembanguna

rangkaian forum musrenbang kini tak hanya diwujudkan melalui instrument y


dan
Hasil dan Pembahasan formal seperti yang dilakukan selama ini. Kehadiran E-Musrenbang merupak
Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah pemerintahinovasi dalam sistem perencanaan pembangunan daerah dengan menga- do
ditentukan perkembangan
oleh bagaimana kualitas perencanaan pembangunannya. Sepeteknologi, informasi dan komunikasi. E-Musrenbang dinilai mampu membuka

perencanaan akan menunjukan arah yang jelas tentang apa ya partisipasi masyarakat dari segala tingkatan untuk memberikan aspirasi terka
warga pembangunan
dalam periode tertentu. Dengan perencanaan, semua kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sudah banyak daerah yang din
berbagai
menerapkan sistem E- Musrenbang sebagai salah satu instrumen perencana
sektor memiliki target yang jelas dan terukur. Oleh karena itu pepembangunan

memudahkan para pelaku pembangunan dalam mencapai targ seperti Kota Surabaya, Tangerang Selatan, DKI Jakarta, Sumatera Selatan d
ditentukan. dalam
Namun demikian, untuk memastikan bahwa pencapaian hasil a perencanaan pembangunan Nasional pun Bappenas kini mulai menerapkan
rencana berbasis
maka diperlukan adanya pengendalaian atau pengawasan. Pro teknologi dan informasi tersebut. Penerapan Elektronik Musyawarah Rencan

pembangunan di negara kita secara normatif mengikuti sistem Pembangunan


Commented [rh1]: JADIKAN 2 PARAGRAF
sistem politik demokratis di- mana sistem politik ini akan menjad

pemerintahan, termasuk kegiatan perencanaan pembangunan


melibatkan

semua pemangku kepentingan dalam pemerintahan negara. Di

pemangku kepentingan yang utama adalah pemerintah, masya

dengan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Patau E-Musrenbang ini merupakan inovasi sistem komunikasi antara pemerin
bahwa masyarakat yang diyakini dapat menyajikan data lebih akurat dan lebih efekt
mekanisme penyusunan rencana pembangunan, baik di tingkatusulan warga.

dilakukan melalui mekanisme forum yang disebut dengan musy Pemakaian E-Musrenbang mendorong transparansi dan akutabilitas d
pembangunan Musrenbang. Jadi Musrenbang merupakan forum yang
rangka masuk dari masyarakat (Leba, 2015). Pola sistem komunikasi E-musrenbang
menyusun rencana pembangunan nasional maupun rencana pemenjadi
forum inovasi sistem perencanaan pembangunan bagi Indonesia dan seluruh kepa
Musrenbang tersebut akan menghasilkan dokumen perencanaalainnya
berupa karena penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Penganggaran dan
rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka (Simral)
yang E-Musrenbang menyajikan data akurat, kegiatan yang tepat sasaran, pengel
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara Negara dan jenis
masyarakat. usulan pekerjaan lebih mudah hingga memperpendek waktu rekapitulasi dat
Dalam maka
Commented [rh2]: APA DPA itu?
menginput data usulan program pembangunan yang masuk dig

Informasi Manajemen Penganggaran dan Pelaporan (Simral). S


Simral

meliputi perencanaan yang perwujudannya adalah proses musr


Kelurahan,

tingkat Kecamatan, Tingkat Kota (Forum SKPD dan Musrenban


progress pengeluaran dan pendapatan daerah akan dengan mudah diketahu
terus menjadi KUA-PPAS (Kebijakan Umum Anggaran- Peneta tentunya

Sementara), penetapan RAPBD yang dirapatkan dengan legislaakan menjadi acuan dalam mengontrol keuangan daerah serta memantau tin
penetapan penyerapan

APBD. Masyarakat yang ingin mengetahui usulan kegiatan di wanggaran SKPD. Simral juga meliputi Pelaporan yang wujudnya adalah pela
akuntansi
mudah mengakses informasinya melalui situs E-Musrenbang ya
berbasis akrual, yang merupakan pola pelaporan relatif baru dari pola pelapo
perencanaan dan pengganggaran, dinamika perubahan sangat
akuntansi
Selesai
sebelumnya yang berbasis kas. Setiap alur kerja yang ada pada Simral men
ditetapkan sebagai KUA- PPAS, alokasi anggaran dibahas dala
pendapat Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, seperti Peraturan Menteri Da

(hearing) antara legislatif dengan SKPD terkait, yang berpotens(Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuan
dalam
Permendagri Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pena- tausahaan dan
berbagai sisi. Dengan Simral setiap kejadian perubahan tersimpPenyusunan
Simral.
Laporan Per- tanggung Jawaban Bendahara Serta Penyampaiannya, dan Pe
Dalam proses perencanaan anggaran, Simral menyusun dan mNomor
tiga
64 Tentang Penetapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah
jenis RAPBD – RAPBD saat diajukan ke legislatif oleh Tim AnggSistem

persetujuan bersama antara Eksekutif dan legeslatif, dan APBDaplikasi E-Musrenbang yang berbasis internet ini, sehingga penerapannya tid
sesuai
Provinsi. Semua tercatat dalam Sistem.
dengan UU No. 25 ta- hun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan
Pada saat peyusunan DPA, setiap kegiatan yang dilakuk
Inpres
terpantau
No. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan Strategi Na- sional
secara real time. Pimpinan dapat memantau secara real time S
E-Government.
menyelesaikan DPA dan SKPD mana yang belum, berikut deng
Tentu hal ini menjadi daya tarik masyarakat dalam mewujudkan peren
besaran
pembangunan yang bersifat partisipatif dan berkualitas. Perencanaan pemba
anggaran yang dibuat dalam DPA tersebut. Selesai tahapan pe
secara
meliputi
transparan dan tersusun dengan baik. Sehingga masyarakat bisa melihat da
aspek penatausahaan keuangan. Pada wilayah ini diinput sega
transaksi pelaksanaannya. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sis
Perencanaan
keuangan baik dari sisi pendapatan maupun pengeluaran. Pros
Pembangunan Nasional telah dinyatakan bahwa perencanaan pembanguna
dilakukan setiap SKPD seperti pembuatan SPD, SPP, SPM, SP
untuk
sebagainya semua masuk dalam proses manajemen Simral. De
mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dimaksudka
proses
kebijakan
pendapatan. Dengan diinputnya segala aktifitas keuangan dala
yang dibuat oleh pemerintah menjadi lebih memiliki legitimasi. Pmasyarakat yang manusiawi.
untuk
Menurut Magnis Suseno paradigma pembangunan humanis memiliki
setiap kebijakan publik adalah proses mengekspresikan gagasa
yaitu, pembangunan harus menghormati hak-hak asasi manusia, adanya pe
proses
yang
yang bersifat sistematis, terkoordinir dan berkesinambungan, sa
demokratis, dan prioritasnya harus menciptakan taraf minimum keadilan sos
kegiatan
1979). Adapun tujuan pembangunan dari Pendekatan Humanis antara lain, H
pengalokasian sumberdaya, usaha pencapaian tujuan dan tinda
Capital,
depan.
Growth With Equity, Social Capital & Social Development, dan Human Devel
UU No. 25 tahun 2004 menjelaskan bahwa pendekatan politik d
(Tjokroamidjojo, 2001). Berbicara mengenai inovasi sistem perencanaan pem
pembangunan terwujud dalam bentuk penjabaran agenda pem
ditawarkan berparadigma masyarakat, salah satu kota di Jawa Timur yang telah berhasi
menggunakan
presiden atau kepala daerah ke dalam rencana pembangunan j
Pendekatan sistem E-Musrenbang dalam proses perencanaan pembangunan sejak tahun
adalah Kota
teknokratik merujuk pada perencanaan yang didasarkan pada m
berpikir Surabaya. Selama kurang lebih 5 tahun, kota Surabaya telah berhasil mener
sistem
ilmiah suatu lembaga atau satuan kerja sesuai dengan
fungsinya. berbasis teknologi, informasi dan komunikasi tersebut dan dinilai mampu me
akses
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanak
semua masyarakat dalam memberikan usulan pada proses perencanaan pembangu
sistem
pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Dua pende
E-Musrenbang yang dikelola oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota S
pendekatan atas bawah dan bawah atas dilaksanakan menurut
usulan
yang
masyarakat terhadap proses perencanaan pembangunan dapat dimulai dari
dalam prosesnya terwujud dalam bentuk musrenbang di berbag
Setiap
Sedangkan pembangunan yang bermuara pada pendekatan hu
RW memiliki akses untuk login ke sistem tersebut dengan memberikan 2 usu
proses
dan 1
pembangunan yang memberikan perhatian terhadap persoalan
Commented [rh3]: Tambahkan jenis partisipa
usulan cadangan dalam proses perencanaan pembangunan. Kemudian usul

tersebut diteruskan ke Kelurahan. Kemudian dari tingkat kelurahan, pihak ke

memiliki kewenangan untuk memetakan usulan dan merencanakan usulan d


sesuai

dengan gambaran maupun peta yang kemudian mengajukannya ke pihak


Kecamatan.

kemanusiaan. Implikasinya, pada persoalan etika, dan moralita Setelah memperoleh pengajuan usulan dari pihak kelurahan, pihak Ke
tujuan pun

pembangunan. Artinya, sebagai landasan pembangunan, dalammemiliki kewenangan untuk menolak atau menyetujui usulan. Jika telah dise
etika
kecamatan, maka usulan dapat dilanjutkan ke Satuan Kerja Perangkat Daera
yang harus diperhatikan. Sedangkan sebagai tujuan pembangukemudian

tersebut harus menjadi arah dan sasaran pembangunan. Deng akan melakukan survei terhadap usulan-usulan yang
disetujui.
tercapainya perpaduan antara tatanan negara yang demokratis
perilaku Berbicara mengenai hakekat otonomi daerah dan penyempurnaan sis
perencanaan
mempunyai rasa memiliki atas kegiatan pembangunan di wilayahnya. Rasa m
pembangunan antara lain semakin dekatnya proses pengambil akan

masyarakat dan semakin besar peluang partisipasi masyarakat terbangun ketika aspirasi yang mereka sampaikan terakomodir di dalam APB
Mencermati
pembangunan. Yang lebih penting lagi sebenarnya adalah seja Commented [rh4]: Bisakah dibuat gambar alur e-
peduli dan musrenbang

secara singkat terhadap sistem E- Musrenbang Kota Surabaya sebagai salah satu
sistem

perencanaan pembangunan daerah, bahwa pentingnya keterlibatan masyarakat di dalam

penyusunan perencanaan pembangunan sangat ditekankan dalam UU 25/2004.


Pendekatan

partisipatif yang dianut undang-undang ini setidaknya dapat dilihat dari empat pasal yang
me-

nyebutkan partisipasi masyarakat di dalamnya (Pasal 2, Pasal 5, Pasal 6 dan


Pasal 7).

Jika dianalisa dalam proses E- Musrenbang, ide dasarnya adalah membuka

kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk memberikan usulan terhadap proses

pembangunan. Namun jika dilihat secara mendalam bahwa proses pembuatan kebijakan

masih tergantung pada faktor ekonomi politik hubungan antar kelompok instansi-instansi

pemerintah. Sehingga lebih jauh jika dikaitkan dengan upaya pengentasan kemiskinan
dan

pencapaian sasaran-sasaran dalam Millennium Development Goals (MDGs), tampaknya

partisipasi yang telah berlangsung dalam proses E-Musrebang masih jauh dari harapan.
Blair

(2000) menyatakan bahwa setelah partisipasi berjalan, masih ada isu-isu selanjutnya
yang

perlu ditangani sebelum kemiskinan bisa teratasi, yaitu representasi, pemberdayaan, dan

adanya distribusi manfaat untuk semua pihak. Brinkerhoff dan Crosby (2002) melihat

partisipasi dari dua dimensi praktis, yakni sisi suplai dan permintaan. Jika partisipasi
ingin

berjalan efektif, mereka memandang perlunya sisi suplai yakni instansi penyelenggara
untuk

bersikap menerima masukan dari pihak luar, transparan, terbuka serta mempunyai

kewenangan yang memadai. Dari sisi permintaan, terjaringnya aspirasi masyarakat


tergantung antara lain pada lingkungan yang kondusif untuk berlangsungnya partisipasi,

adanya tradisi partisipasi dan kemampuan masyarakat dalam berkelompok dan

menyampaikan tuntutan mereka (Komarudin & Siagian,


2007).

Sedangkan dalam hal keterwakilan dan kemampuan menangkap aspirasi,

keterwakilan dalam akses E-Musrenbang belum cukup menjamin aspirasi dari bawah

tersampaikan atau menjadi bagian dari pengambilan keputusan di tahap selanjutnya.


Perlu

dilihat sejauh mana wakil masyarakat merepresentasikan kelompoknya dan mempunyai

kekuatan serta kemampuan menyampaikan aspirasi dengan dukungan suasana yang


kondusif.

Dalam proses penjaringan aspirasi, peluang untuk menyampaikan aspirasi belum


sepenuhnya

diberikan secara luas kepada masyarakat. Aspirasi atau usulan hanya diberikan kepada

beberapa pihak saja dalam hal ini elite di tingkat RW atau Kelurahan. Selain itu,
perubahan

sistem pemerintahan dan penyempurnaan mekanisme serta proses penjaringan usulan


melalui

sistem teknologi dan informasi seperti E- Musrenbang ini tampaknya belum mengurangi

peluang terjadinya penyimpangan dalam perencanaan pembangunan. Elite capture


sebagai

suatu fenomena masih terjadi dalam setiap proses musrenbang. Dalam hal ini elite
capture

paling berhak (umumnya yang miskin) tidak lagi utuh diterima. Sekalipun dia
sulit

untuk membuktikan secara jelas adanya penyimpangan dalam proses E-Mus

Misalnya, sekalipun usulan bersumber dari RW dan kelurahan, tetapi yang m

validasi usulan kepada pemerintah kota adalah kecamatan. Ada indikasi bah
dipahami sebagai suatu sikap atau tindakan yang dilakukan orausulan
orang
dari tingkat RW dan kelurahan yang tidak divalidasi oleh pihak kecamatan m
untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan atau keputusan agausulan

keuntungan bagi mereka sendiri. Secara lebih luas, fenomena i tersebut sangat dibutuhkan masyarakat. Meski terlepas dari berbagai kekura
pada ada,
sistem tetapi juga manfaat pembangunan, yang bentuknya dap sistem E-Musrenbang setidaknya menjadi inovasi dalam sistem perencanaa
non pembangunan di
materi, seperti informasi dan bantuan pembangunan lainnnya (Knegara ini dimana selama ini masyarakat menginginkan sebuah forum atau k
2007).
antara warga dengan pemerintah dalam perencanaan pembangunan daerah
Bagian yang seharusnya sampai kepada masyarakat ya yang
yang
berpijak pada transparansi dan partisipasi masyarakat yang luas telah mamp
serta

mempermudah proses penjaringan usulan masyarakat dalam p

pembangunan selama ini. Dalam hal transparansi, ada sisi pos


yang

disetujui oleh pemerintah pun dibuka kepada publik agar masya


proses

pembangunan di daerahnya. Sisi positif lain dari E-Musrenbang

menjamin keakuratan data rencana program dan kegiatan pem


mampu

memastikan ketepatan sasaran kegiatan, mampu mempermuda


usulan

pekerjaan, lebih mudah memperkirakan kebutuhan anggaran ya


usulan

kegiatan yang diajukan masyarakat dengan cepat dan


tepat.

aa
Commented [rh5]: Jadikan 2 paragraf

Commented [rh6]: Jadi bagaimana partisipas


e-musrenbang?

Anda mungkin juga menyukai