Anda di halaman 1dari 9

Nama : Safira Tirza Yeria Makatita

NIM : 175030100111037

Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Sektor Publik (A)

Pelaksanaan Lima dari Sembilan Prinsip Good Governance dalam Information


and Communication Technology.

Adapun sembilan aspek fundamental (asas) good governance tersebut menurut


Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang harus diperhatikan adalah:

1. Partisipasi
2. Penegakan Hukum
3. Transparansi
4. Responsif
5. Orientasi Kesepakatan
6. Kesetaraan
7. Efektivitas dan Efisiensi
8. Akuntabilitas
9. Visi Strategis

Sembilan aspek tersebut untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional


dan akuntabel pada prinsip-prinsip good governance. Pada pemerintahan sistem
informasi diperlukan untuk memperoleh data dan memberikan data pada publik.
Oleh sebab itu muncul penggunaan teknologi pada sistem informasi dalam
mencapai good governance yaitu e-government. Pemicu utama e-government
adalah era globalisasi melanda dengan lebih cepat, serta tuntutan
penyelenggaraan pemerintah yang transparan, efisien, dan efektif.
Pengembangan e-government merupakan upaya mengembangan
penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik. Manfaat e-government
dapat meningkatkan layanan publik 24/7 dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik.

Berikut adalah lima penerapan e-government yang menunjang aspek


fundamental good governance:

1. Partisipasi
Asas partisipasi adalah bentuk aktifitas dan keikutsertaan
masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun
melalui lembaga perwakilan yang sah. Upaya dalam mendorong
partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya
dengan penerapan e-government yang diselenggarakan lembaga
pemerintahan daerah, upaya mendorong partisipasi ini guna
meningkatkan seluruh aspek pembangunan, termasuk aspek-aspek sosial
lainnya. Pada partisipasi ini implentasinya pada beberapa daerah adalah
e-musrenbang.
E-Musrenbang merupakan sistem informasi untuk pengelolaan
proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) secara
online. Pada beberapa kota seperti Surabaya, Boyolali, Yogyakarta dll, e-
Musrenbang terintregasi dengan sistem e-Planning sehingga hasil dari
Musrenbang akan masuk pada RKPD secara otomatis. E-Musrenbang
dapat diakses oleh publik, kecamatan, DPRD, OPD, dan Bappeda.

Manfaat e-Musrenbang dalam pelaksanaan sistem informasi:

a. Selaras yaitu menciptakan usulan musrenbang desa/daerah terhadap


prioritas daerah
b. Partisipatif yaitu menjadi sarana untuk memfasilitasi perencanaan
bottom-up dan top down
c. Mudah yaitu mempermudah kecamatan dalam mengajukan usulan
kegiatan yang tidak terbatas ruang dan waktu
d. Pokir yaitu memfasilitasi anggota Dewan menyampaikan Pokir hasil
reses RKPD
e. Antisipasi Duplikasi yaitu menghindari terjadinya duplikasi usulan
pembangunan
f. Kemudahan Tracking yaitu kemudahan dalam tracking terhadap usulan

Aplikasi e-Musrenbang dapat diakses dengan mudah melalui


berbagai perangkat dan diinput darimana saja secara online. E-
Musrenbang dapat diintregasikan dengan sistem informasi lain seperti
aplikasi perencanaan dan aplikasi monitoring dan evaluasi. E-Musrenbang
memiliki beberapa level penggunaan sesuai dengan kapasitas dan
kewenangannya. Adanya E-Musrenbang ini dapat memaksimalkan fungsi
Bappeda sebagai perencana, pengendali, evaluator dan semua pihak yang
terkait dalam pelaksanaan Musrenbang, karena sudah ditetapkan secara
sistematis. Pada sistem online ini mampu menyajikan output yang
informatif bagi berbagai pihak dan pemerintah akan terbantu dalam
penyelarasan dan kesepakatan usulan rencana kegiatan terhadap
rancangan RKPD.
Selain e-Musrenbang, terdapat situs online miliki pemerintah
Surabaya yaitu e-delivery yaitu dalam suatu sistem pendukung
administrasi yang di dalamnya termasuk program komputer berbasis web
untuk memfasilitasi kebutuhan pembuatan kontrak, pengadaan barang
dan jasa dan penyediaan dokumen-dokumen kelengkapan. Tujuan dari e-
delivery adalah menjamin proses pembuatan kontrak dan kelengkapan
dokumen pencairan keuangan berjalan dengan baik dan menjamin proses
berjalan sesuai dengan jadwal yang di tetapkan. Melalui apilkasi ini, tidak
hanya SKPD, penyedia jasa konstruksi atau masyarakat juga dapat
mengetahui proyek yang sedang dianggarkan dan akan dilakukan oleh
pemerintah. Proses dari e-delivery sendiri melalui proses lelang, dari sini
bisa diperhatikan bahwa prosedur yang ada mengedepankan keterbukaan
dan pertisipasi bagi sektor swasta dalam penyelenggaraan pelayanan
publik bagi masyarakat

2. Transparansi
Transparansi merupakan salah satu aspek penunjang dalam good
governance. Pada pelayanan publik paling tidak ada sepuluh dimensi atau
kondisi aktual yang diharapkan terjadi dalam transparansi penyelenggraan
pelayanan publik (Ratmino dan Winasih 2005: 209-216):
a. Manajemen dan pelaksanaan pelayanan publik harus diinformasikan
dan mudah diakses oleh masyarakat
b. Prosedur pelayanan harus dibuat dalam bentuk bagan Alir, yaitu
prosedur yang tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah
dilaksanakan. Prosedur pelayanan akan berguna sebagai pentunjuk
kinerja para penyelenggara dan media publikasi secara terbuka dan
harus menggambarkan proses pelayanan
c. Persyaratan Teknis dan Administratif yaitu harus dihilangkan yang
bersifat duplikasi dari instansi yang terkait dengan proses
pelayanan.
d. Kepastian rincian biaya pelayanan harus diinformasikan secara jelas
pada masyarakat
e. Kepastian dan kurun waktu penyelesaian pelayanan yang
diinformasikan secara jelas
f. Pejabat dan petugas yang berwenang dan bertanggung jawab
memberikan pelayanan sesuai SK
g. Persoalan/Sengketa yaitu harus memberikan citra positif falam
penyelenggara pelayanan publik
h. Lokasi pelayanan harus jelas, untuk memudahkan masyarakat
menjangkau dan mengakses pelayanan
i. Janji pelayanan harus tertulis dengan jelas
j. Informasi pelayanan harus dipublikasikan dan disosialisasikan pada
masyarakat

Pada penetapan posisi jabatan publik dilakukan dengan mekanisme


test and proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga
independen yang dilakukan oleh lembaga legislatif maupun komisi
independen, seperti Komisi Yudisial, Kepolisian dan Pajak.

Transparansi dalam konteks pelayanan publik yaitu terbuka, mudah,


dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta diadakan
secara memadai dan mudah dimengerti. Adapun tujuannya yaitu untuk
memberikan kejelasan bagi seluruh penyelenggaraan publik dalam
melaksanakan pelayanan publik agar berkualitas dan sesuai dengan
tuntutan dan harapan masyarakat.

Aspek transparansi berkaitan dengan e-government yang erat


kaitannya dengan pelayanan publik. Seiring dengan berkembangnya
teknologi dan akses yang tak terbatas ruang dan waktu. Masyarakat
menuntut pemerintah untuk transparansi dalam penyelenggaran
pelayanan publik, oleh sebab itu masyarakat menginginkan pelayanan
publik yang mudah, praktis, dan cepat. Terbukti dengan beberapa aplikasi
dan situs online yang diselenggarakan pemerintah daerah atau lembaga
pemerintahan yang memberikan informasi pelayanan, lokasi secara
offline, data-data yang dapat diakses sesuai dengan keperluan
masyarakat.
Pada beberapa daerah di Indonesia khususnya Surabaya telah
menerapkan aspek transparansi ini pada e-government dari aplikasi dan
laman online. Surabaya sendiri telah membagi pelayanan publiknya dalam
berbagai bidang dan didalamnya terdapat aplikasi untuk menunjang
aktivitas pelayanan publik tersebut yaitu pada sistem pengelolaan
keuangan daerah, sumber daya manusia, pendidikan, kesehatan,
monitoring, dan masih banyak lagi. Aplikasi ini berguna bagi keberlanjutan
pelayanan publik agar masyarakat mendapatkan kemudahan dan secara
langsung memenuhi aspek good governance. Aplikasi dan laman online ini
diselenggarakan selain memudahkan, juga mengurangi tingkat korupsi
dan manipulasi pada pejabat pemerintah, sehingga transparan dalam
keuangan dan kinerja.

Berikut adalah contoh transparansi keuangan dalam aplikasi yang


diselenggarakan pemerintah Surabaya:

a. E-planning
b. E-budgeting
c. E-DPA
d. E-project
e. E-procurement
f. E-delivery
g. E-payment
h. E-accounting
i. E-inventory
j. E-simbada
k. E-controlling
l. E-performance
m. E-tax
n. E-audit
o. Fasum-Fasos

Sistem informasi tersebut tidak hanya memberikan transparansi pada


publik dalam mendapatkan akses, tetapi juga membantu monitoring
pemerintah daerah itu sendiri.

3. Efektivitas dan Efisiensi


Efektivitas dan efisiensi merupakan unsur penting dalam
pelaksanaan pelayanan publik dan pengembangan e-government.
Sehingga nantinya e-government dapat melaksanakan aspek dari good
governance. Oleh sebab itu, e-government diharapkan dapat mendukung
perbaikan produktivitas dan efisiensi dalam instansi pemerintah.
Pemerintah Daerah dalam hal ini dituntut untuk membangun ketangguhan
dalam berbagai bidang. Seperti yang telah dicontohkan yaitu Kota
Surabaya yang menggunakan e-government dalam berbagai bidang untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas. Dalam hal ini pemerintah dituntut
untuk kreatif di segala bidang dalam memanfaatkan potensi dan sumber
daya yang ada dan pendayagunaan e-government sebagai sistem
informasi manajemen sektor publik.
Adapun faktor yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas adalah
motivasi, kemampuan, suasana, lingkungan, perlengkapan dan fasilitas.
Hal ini harus diperhatikan dalam sumber daya pemerintah terlebih dahulu
dan melihat kebutuhan masyarakat yang tepat sasaran. Efisiensi dan
efektivitas yang diinginkan masyarakat adalah pelayanan yang tidak
berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dijangkau. Adanya e-
government membantu pemerintah dalam pemenuhan pelayanan publik.
Sistem informasi yang mudah diakses tanpa ada batasan ruang dan
waktu, memberikan masyarkat kepastian dan informasi yang jelas dalam
pelayanan publik itu sendiri.
E-government merupakan salah satu langkah inovatif yang sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Berkaca dari
kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang menginginkan kemudahan
dalam pelayanan publik. Namun dalam implementasi mewujudkan good
governance sendiri terdapat beberapa kendala dan masalah:
a. Terbatasnya sarana dan prasarana komunikasi informasi untuk
mensosialisasikan berbagai kebijakan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah kepada masyarakat
b. Pelayanan melalui situs pemerintah belum ditunjang oleh sistem
manajemen dan proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan,
prosedur, dan keterbatasan sumber daya manusia sangat membatasi
penetrasi komputerisasi dalam sistem informasi manajemen dan
proses kerja pemerintah
c. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang
dialokasikan untuk pengembangan e-government pada masing masing
intansi atau pemerintah daerah.

Efektivitas dan efisiensi sistem informasi dibuktikan pada


penerapan B-DISO (Banyuwangi Digital Society) dalam meningkatkan
mutu pelayanan bidang pendidikan. Berawal dari program smart city
dengan harapan meningkatkan mutu pelayanan dan sumber daya
manusia di berbagai bidang yaitu pendidikan, agama, kesehatan,
pariwisata dan sebagainya dalam peningkatan pertumbuhan
Kabupaten Banyuwangi secara umum. Implementasi program
Banyuwangi Digital Society, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
bekerja sama dengan PT. Telekomunikasi Indonesia yang berkomitmen
untuk membangun Indonesia Digital Network (IDN). Berdasarkan data
yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika,
dalam hal pembangunan, Pemerintah mengupayakan membangun dan
mengembangkan konten antara lain e-government, e-education, e-
health, e-office, infratruktur, dan masih banyak lagi. Pada konten-
konten yang dibuat tersebut terdapat pada sistem pendudukan yaitu
program SIAP (Sistem Informasi Aplikasi Pendidikan) online di setiap
sekolah. Fokus utama pendidikan ini adalah memberikan layanan pada
masyarakat dengan memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Program ini merupakan program nasional PT Telkom untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia melakukan penetrasi
internet. Berdasarkan riset, peningkatan penetrasi internet sebesar 10
persen di sebuah daerah mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi
sebesar 1,38 persen. Banyuwangi menunjukkan pencapaian 7,18
persen pada tahun 2012, diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi
nasional yang sebesar 6.2 persen di tahun yang sama. Diluar faktor
ekonomi, program Banyuwangi Digital Society juga tidak terlepas dari
human investment untuk menuju masyarakat berbasis pengetahuan.
Internet berperan sebagai instrumen untuk meningkatkan kualitas
kehidupan, karena itu infrastruktur dibangun dan dikembangkan secara
efisien dan efektif guna tepat sasaran.

4. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap


masyarakat yang memberi kewenangan untuk mengurusi kepentingan
mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan
semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas pada masyarakat.
Inilah yang dituntut dalam good governance untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan


seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan
ukuran nilai atau norma eksternal yang dimiliki stakeholders yang
berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Akuntabilitas terdiri dari
beberapa tahapan:

a. Pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan


tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan
b. Pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-
nilai yang berlaku
c. Adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan
sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi atau lembaga
d. Adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah
dipenuhi
e. Konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah
ditetapkan

Demi terciptanya good governance, akuntabilitas menjadi sangat


penting karena menunjukkan seberapa besar pemerintah
bertanggungjawab dengan amanat yang telah diberikan masyarakat
dalam perwujudan pelayanan publik yang optimal. Sebagai contoh
pemerintah yang mengedepankan akuntabilitas adalah pelopor e-
government, seperti yang sudah dijelaskan pada poin transparansi adalah
Kota Surabaya. Pelaksanaan e-government telah memenuhi kesembilan
aspek good governance. Pada suatu kebijakan atau penyelenggaraan
pelayanan publik terdapat aplikasi yang bernama e-controlling.
Sistem ini adalah salah satu pentingnya dari e-government di
Surabaya. Sistem ini berfungsi untuk menjembatani antara
perencanaan pelaksanaan pekerjaan yang ada di e-project planning
dengan hasil pekerjaan yang diinputkan melalui e-delivery. Faktor
yang melatarbelakangi munculnya e-controlling yaitu adanya
komitmen pimpinan daerah untuk meningkatkan pelaksanaan
pengendalian kegiatan di lingkungan pemerintah kota Surabaya dan
sering terjadi keterlambatan dalam proses pelaksanaan kegiatan
dan proyek serta perlu dilakukan monitoring secara real time
terhadap pelaksanaan pekerjaan. E-controlling sebuah sistem
pengendali kegiatan yang didalamnya mencakup program komputer
berbasis web untuk memfasilitasi pengumpulan informasi mengenai
perkembangan pelaksanaan kegiatan dan permasalahannya.
Bentuk kerja dari e-controlling adalah dengan cara melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan program dan kegiatan yang
sudah dirancang oleh SKPD terkait. Monitoring ini dilakukan oleh
Penyelia BAPPEKO, Bagian Administrasi dan BPKPD (Badan Pengelola
Keuangan dan Pajak Daerah). Hal ini dilakukan dengan cara
mendampingi perangkat daerah dalam penyusunan anggaran
sampai pelaksanaan kegiatan. Hasil monitoring adalah kesesuaian
antara anggaran yang diajukaj dengan realisasi yang terjadi di
lapangan. Realisasi adalah pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
telah dilakukan penyerapan (keuangan). Tanggungjawab dalam
realisasi kegiatan di pegang oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
yang akan dibantu oleh bidang-bidag yang terkait anggaran itu
sendiri. Hasil dari monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan,
didukung identifikasi keuangan daerah yang dilakukan oleh Kepala
Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak Daerah, digunakan sebagai
bahan kajian untuk penyempurnaan perencanaan pembangunan
daerah dan penyusunan rancangan APBD di tahun selanjutnya
maupun perubahan rencana APBD pada tahun berjalan. Selain
monitoring pada aplikasi e-controlling juga terdapat menu laporan
yang berisi laporan yang membantu jalannya monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pekerjaan. Beberapa laporan yang terdapat di
aplikasi e-controlling adalah laporan perangkat daerah, laporan
kegiatan, laporan monitoring, resume permasalahan, laporan
rekening. Dari sistem e-controlling pemerintah mengharapkan
sistem dapat menjadi penunjang pelaksanaan e-budgeting dengan
efisien. E-controlling sangat membantu pelaksanaan kontrol yang
maksimal sehingga dapat meminimalisir kecurangan dan
ketidakmasimalan realisasi dengan anggaran yang sudah di
gelontorkan pemerintah. Semakin banyak komponen dari e-
budgeting yang berhasil maka keberhasilan sistem dapat tercapai.
Jika salah satu komponen gagal dan tidak memenuhi syarat maka e-
budgeting tidak akan berhasil.
Selain mengedepankan pada partisipasi, transparansi, efisiensi dan
efektivitas, Surabaya juga memberikan pertanggungjawaban melalui situs
online pemerintahan mereka yaitu e-budgeting. E-bugdeting merupakan
suatu situ online yang berisikan penyusunan anggaran belanja pada
pemerintah, dalam sistem ini terdapat beberapa item yang menunjang
keberhasilan e-budgeting yaitu e-project, e-delivery, dan e-controlling.
Adanya sistem ini, diharapkan e-budgeting dapat mempermudah SKPD
atau Unit Kerja serta tim Anggaran Pemerintah Daerah dalam proses
penyusunan anggaran serta meningkatkan kualitas APBD dari sisi
kesesuaian dengan RPJMD, keakuratan nilai rekening dan akuntabilitas
alokasi belanja.

5. Kesetaraan

Kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan


publik. Mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk bersikap dan
berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan
keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas sosial pada masyarakat. Semua
warga mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan
timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang
akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting
masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola daerah. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan
formasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakan pada
masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur
komunikasi seperti melalui aplikasi atau situs online.
Kesetaraan diimplementasikan pada pemerintah daerah Kota
Bangung yang merilis Media Social Mapping (MSM) pada 2015. Aplikasi ini
mampu menangkap segala macam percakapan warga di media sosial di
wilayah tertentu. Nantinya apabila ada masalah yang terjadi aplikasi akan
langsung menghubungkannya pada bagian pelayanan publik terkait.
Aplikasi ini juga terhubung pada sistem milik aparat yang berwenang.
Apabila ada pengguna yang merasa membutuhkan bantuan maupun
merasa terancam pengguna bisa menekan tombol Help di Panic Button.
Dalam waktu singkat petugas keamanan akan datang ke lokasi
berdasarkan sinyal GPS.
Pemerintah Kota Tangerang juga mewujudkan kesetaraan melalui
aplikasi smart city yaitu Tangerang Live. Tangerang Live merupakan
aplikasi yang dapat mengumpulkan berbagai fitur andalan ke dalam satu
sistem hal ini akan memudahkan pengguna sehingga tidak perlu
mengunduh layanan satu persatu. Tangerang Live memiliki fitur antara
lain berita, layanan aspirasi Kotak Saran Anda (LAKSA), E-Paper, Siap
Kerja, Segar dan Perizinan.
Dari implementasi tersebut maka pemerintah daerah dituntut untuk
inovatif dan memberikan pelayanan yang setara pada masyarakat sesuai
dengan prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Website:

http://www.djpk.depkeu.go.id/wp-content/uploads/2017/03/egov-2017-OKE.pdf

https://humas.surabaya.go.id/2018/04/05/pelopori-e-government-pemkot-surabaya-sudah-
ciptakan-ratusan-aplikasi/

https://ebudgeting.surabaya.go.id/new_portal/

https://sulselprov.go.id/welcome/post/aplikasi-e-government-menuju-good-governance

https://setneg.go.id/baca/index/e_government_inovasi_dalam_strategi_komunikasi

Jurnal:

PENERAPAN E-BUDGETING PEMERINTAH KOTA SURABAYA DALAM MENCAPAI


GOOD GOVERNANCE Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan
Bisnis (SNAPER-EBIS 2017) – Jember, 27-28 Oktober 2017 (hal 249-256)

EFEKTIVITAS PENERAPAN B-DISO (BANYUWANGI DIGITAL SOCIETY) DALAM


MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN (Studi pada Dinas
Pendidikan Kabupaten Banyuwangi) Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal.
360-366

Good Governance dan Kebijakan Otonomi Daerah. Jurnal Otonomi Daerah, Vol. I (2),
Oktober 2001, hal. 52-54.

Buku:

Dra.Loina Lalolo Krina P., Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi &
Partisipasi, Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Jakarta: 2003

Anda mungkin juga menyukai