REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAHAN SEBAGAI INSTRUMEN
PENGENDAKIAN KORUPSI DI INDONESIA
Muhammad Rifki Alfian Amanullah (175030101111070)
ABSTRAK
Pengendalian korupsi di Indonesia menuntut kebijakan yang menyeluruh meliputi
penegakan hukum, pengembangan budaya dan tradisi anti-korupsi, peningkatan kapasitas masyarakat sipil dan perbaikan praktik governance. proses penegakan hukum dinilai belum mampu menciptakan deterrent effects, karena rendahnya hukuman yang diberikan kepada para koruptor oleh pengadilan. Salah satu alternatif yang perlu dipikirkan adalah melakukan reformasi terhadap birokrasi pemerintah. Birokrasi di Indonesia memiliki peran ganda, di satu sisi mereka dituntut dapat memerankan dirinya sebagai agen pelayanan, dan dapat menjadi pemberdaya dan fasilitator warga agar dapat memainkan peran sosial, ekonomi dan politiknya secara mandiri, produktif dan kompetitif. Struktur birokrasi pemerintah di Indonesia cenderung pada birokrasi weberian dan gagal dalam merespon dinamika sosial dan ekonomi yang terjadi di masyarakat yang memiliki perbedaan nilai dengan niai yang ada di negara-negara barat. Perlu perubahan dari hirarkis ke Organisasi matriks yang mana dapat memperkuat interkoneksi dari unit-unit sehingga walaupun terjadi spesialisasi dan departementalisasi orientasi pada misi dan tujuan yang lebih besar tetap dapat dipertahankan. Selain itu juga ada akuntabilitas tanggung-renteng dimana ketika seseorang kelompok gagal memenuhi kewajiban maka kelompok akan ikut bertanggungjawab terhadap apa yang menjadi tanggungjawab anggotanya sehingga pertanggungjawaban seseorang tidak hanya kepada pemimpin tapi juga kepada kelompoknya. Perjalanan birokrasi juga berkaitan dengan birokrat dimana perlu adanya Redefinisi Peran Birokrasi untuk merubah peran birokrat yang awalnya cenderung menempatkan diri sebagai alat kekuasaan menjadi sebagai agen pemberdayaan birokrasi. Perannya sebagai Fasilitator (medorong warga untuk mandiri dan kompetitif), Regulator (membuat aturan-aturan bagi warga memiliki akses untuk mengembangkan dirinya dan berkompetisi), dan Promotor (memberi jalan kepada warga agar dapat mengoptimalkan peran sosial, politik dan ekonominya secara tepat). Peningkatan kandungan TIK dalam birokrasi yaitu : (1) meningkatkan transparasi antar birokrat, (2) membuat interaksi warga dengan para birokrat menjadi semakin sederhana dan mudah, (3) menurunkan tingkat pungli dan suap dalam privilleges, serta (4) menurunkan peluang melakukan korupsi. Adanya Reformasi birokrasi pemerintah harus dapat merekonstruksi sosok birokrasi Indonesia di masa depan yang ingin dikembangkan.
Kata Kunci : Pengendalian Korupsi, Birokrasi, Reformasi Birokrasi di Indonesia