Anda di halaman 1dari 1

PELUANG PENERAPAN SERVANT LEADERSHIP DALAM

BIROKRASI PUBLIK
Muhammad Rifki Alfian Amanullah (175030101111070)
ABSTRAK

Kepemimpinan yang melayani kemudian mengeluarkan pandangan alternatif yang


berusaha menempatkan kembali bawahan pada posisi yang sebenarnya. birokrasi yang masih
secara umum berbentuk birokratik-mekanistik, yang faktor pemimpin atau kepemimpinan
menjadi determinan yang sangat strategis karena posisinya sebagai strategic apex. Keberhasilan
seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimilikinya, ada beberapa faktor
yang menentukan keberhasilan leadership dalam membangun birokrasi di Indonesia. Pertama,
teori yang menjelaskan asal muasal pembentukan pemimpin. Kedua, beberapa tipe-tipe
pemimpin. Ketiga, ciri kepemimpinan dalam mencapai tujuan. Keempat, teori yang menjelaskan
sebab-sebab timbulnya pemimpin dan terakhir. Kelima, motivasi dan kedisiplinan. Ketika
organisi dimaknai sebagai wilayah kekuasan dan bawahannya dikonstruksikan sebagai pihak-
pihak yang melayani kuasanya, maka akan sulit organisasi tersebut akan menjadi efektif. Ada
berbagai tipe kepemimpinan yang sering disebutkan dalam berbagai literatur, seperti konstruksi
kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional dll.
Namun ada satu konsep yang belum banyak terdengar dan menjadi perhatian khusus, yaitu
konsepsi servant leadership (kepemimpinan yang melayani). Servant leadership atau
kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang
timbul dari dalam hati untuk melayani, menempatkan kebutuhan pengikut sebagai prioritas,
menyelesaikan sesuatu bersama orang lain dan membantu. sepuluh karakteristik servant
leadership yaitu sebagai berikut ; Mendengarkan, Empati, Penyembuhan, Kesadaran, Persuasi,
Konseptualisasi, Kejelian, Keterbukaan, Komitmen untuk Pertumbuhan, Membangun
Komunitas. Tingkat formalisasi yang tinggi menyebabkan timbulnya kerentanan penyimpangan
tujuan (goal displacement), yang menyebabkan birokrat menjadi lebih berorientasi pada
peraturan (rule driven) daripada misi (mission driven). Kepemimpinan yang melayani dianggap
merupakan antithesis dari kepemimpinan yang tradisional (weberian), yang dimana secara
konseptualnya kepemimpinan yang melayani menempatkan pemimpin dalam posisi yang tidak
sentral dan ditandai dengan tidak adanya motivasi untuk memimpin dalam suatu organisasi dan
hanya berorientasi sebagai pemenuhan keinginan pencapaian dari pemimpin. Kepemimpinan
yang melayani harus mempertimbangkan partisipasi, pemberdayaan, dan bahkan dengan konsep
organizational citizen. Karakter kepemimpinan yang sebenarnya cocok bila diterapkan di
kepemimpinan birokrasi publik, walaupun memang dibutukjan penelusuran lebih lanjut untuk
mendunkung argumen ini.

Kata Kunci : Kepemimpinan, Kepemimpinan Pelayanan, Birokrasi Publik

Anda mungkin juga menyukai