Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan teknologi, khususnya telekomunikasi,

multimedia dan teknologi informasi (telematika) pada akhirnya merubah tatanan

organisasi dan hubungan sosial kemasyarakatan. Hal ini tidak dapat dihindari,

karena fleksibilitas dan kemampuan telematika untuk memasuki berbagai aspek

kehidupan manusia. Bagi sebagian orang telematika telah membuktikan perannya

sebagai alat bantu yang memudahkan aktivitas kehidupan, sekaligus membantu

meningkatkan produktivitas.

Di sisi lain, struktur fisik internet yang cenderung menjadi substitusi

bagi sarana telekomunikasi konvensional, menjadikannya sulit bagi pemerintah

dan anggota masyarakat lain untuk melakukan upaya pengendalian dan atau

sensor. Dapat dimengerti bila kemudian muncul kekhawatiran dari semua pihak

bahwa penggunaan internet akan lebih banyak menimbulkan mudharat dari pada

manfaat. Beberapa pemimpin pemerintahan negara di Asia bahkan telah

menyuarakan kekhawatirannya bahwa keterbukaan internet dapat merusak

moralitas dan identitas budaya masyarakat. Namun demikian di tengah retorika

dan kontroversi, beberapa negara di Asia sudah mulai menyediakan kebijakan

yang dimaksudkan untuk mendukung penyebarluasan Internet, dengan suatu

keyakinan bahwa internet akan membawa manfaat yang lebih besar dan

membantu meningkatkan daya saing ekonomi bila dikelola dengan benar.


Secara nasional untuk mendukung kegiatan tersebut di atas, telah

dikeluarkan INPRES No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan E-Government antara lain mengintruksikan kepada Gubernur dan

Bupati/Walikota di seluruh Indonesia untuk mengambil langkah-langkah yang

diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing guna

terlaksananya pengembangan e-government secara nasional.

Pada SK MENPAN No. 13 Tahun 2003 juga telah diatur perihal

perkantoran elektronik (e-office) di lingkungan instansi pemerintah termasuk

pemerintahan Provinsi, Kota dan Kabupaten. Pemerintah telah mentargetkan

bahwa tahun 2005 seluruh administrasi pemerintahan mulai dari tingkat

kecamatan sampai pusat sudah terjangkau internet dengan electronic government

(e-government). Hal ini merupakan tuntutan transparansi serta pelayanan publik

yang semakin cepat, mudah tidak berbelit menuju pemerintahan yang bersih (good

governance).

Berbagai potensi layanan dan strategi implementasi e-government

yang dapat diaplikasikan guna mendukung otonomi daerah. Contoh

implementasinya pada sektor pemerintah yakni penyelenggaraan pemerintahan itu

sendiri, ada pula e-learning, e-health, e-payment, e-procurement, community

access center, aplikasi smartcard, Balai Informasi Masyarakat (BIM) dan

Multipurpose Community Telecenter (MCT) yang berbasis suara dan internet

dengan teknologi radio broadcasting.

Hanya masalahnya perkembangan telematika di Indonesia

dibandingkan dengan negara-negara maju, masih tertinggal jauh. Berbagai


keadaan menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu mendayagunakan potensi

teknologi telematika secara baik. Terdapat kesenjangan sarana dan prasarana

telematika antara kota dan pedesaan, sehingga terjadi digital divide, di mana

sebagai kelompok sudah mempunyai akses digital dan dapat memanfaatkannya

dengan baik, sementara sebagian kelompok lainnya belum memiliki akses serta

sulit mendapatkannya. Padahal di era globalisasi ini penguasaan terhadap

teknologi informasi dan komunikasi amat penting, terutama dalam upaya

meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasar global.

Sebagai tindak lanjut dari Inpres tersebut Pemerintah Propinsi Jawa

Timur melalui Renstra telah menetapkan kebijakan di bidang telematika yang

terdiri dari (1) Membangun jaringan komunikasi antara Pusat dan Daerah serta

dengan mancanegara untuk memperjuangkan kepentingan Daerah, (2)

Menyediakan informasi seluas-luasnya bagi kepentingan masyarakat.

Guna mewujudkan amanah dalam Renstra tersebut diperlukan

kesamaan pandang dan persepsi pada Dinas/Badan/Instansi di lingkungan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur serta seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di

Jawa Timur, sehingga diperlukan sosialisasi tentang arah kebijakan sistem

informasi dan telematika Provinsi Jawa Timur. Langkah awal dari pelaksanaan

kebijaksanaan tersebut adalah disusunnya Rencana Induk Pengembangan

Teknologi Informasi (IT Plan) Provinsi Jawa Timur, diharapkan IT Plan

dimaksud akan memberi arah dan pedoman dalam pembangunan dan

pengembangan teknologi informasi di Jawa Timur.


Untuk efisiensi pekerjaan, Gubernur mengeluarkan Surat Nomor :

555/8902/210/2002 Tanggal 15 Oktober 2002 Perihal Penggunaan e-mail untuk

Keperluan Dinas, hal tersebut juga merupakan sarana untuk mempercepat proses

pemasyarakatan surat elektronik (e-mail) di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa

Timur .

Perkembangan dari kebijakan ini, masih belum berhasil karena

berbagai keterbatasan pemerintah daerah akan teknologi informasi, dan rendahnya

pengetahuan masyarakat akan teknologi informasi. Kendala ini terjadi di hampir

semua pemerintahan Kabupaten/Kota di Jawa Timur, termasuk di Kabupaten

Tulungagung. Padahal di Kabupaten Tulungagung telah ada PERDA No. 29

Tahun 2001 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kantor Informasi

Komunikasi dan Data Elektronik.

Dengan melihat kemajuan di daerah Indoneisa Khususnya di pulau

jawa. Saya berinisiatif untuk melakukan peneltian khususnya di daerah kabupaten

sidrap bagaimana perkembangan teknologi komputer terhadap admnisitrasi dan

birokrasi perkantoran di kantor Dinas Pengairan.

Munculnya fenomena konvergensi teknologi telekomunikasi dan

teknologi informasi (TI) yang kemudian disebut Information and Communication

Technology (ICT) dan salah satu wujudnya berupa internet mendorong terjadinya

perubahan mendasar pada tata laksana pemerintahan. Pemanfaatan TI dan

internet di lingkungan instansi pemerintah terutama yang dimaksudkan untuk

mendukung layanan publik sering disebut sebagai electronic government. Banyak

yang menganggap bahwa suatu instansi pemerintah sudah ber-electronic


government ketika sudah memiliki situs internet (website). Pemahaman semacam

ini menyebabkan berkurangnya manfaat TI di lingkungan pemerintahan.

Untuk mengetahui dan memahami semua itu, perlu dilakukan

penelitian mendalam tentang “Pengaruh Teknologi Komputer Tehadap

Administrasi dan Birokrasi di Kantor Dinas Pengairan Kabupaten Sidrap”.

B.Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh teknologi komputer terhadap Administrasi dan

birokeasi di kantor Dinas Pengairan kabupaten sidrap . ?

2. Faktor–faktor apa yang mempengaruhi teknologi komputer terhadap

Administrasi dan birokeasi dikantor Dinas Pengairan kab.Sidrap ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh teknologi komputer terhadap administrasi

dan birokrasi di kantor Dinas Pengairan Kabupaten Pinrang.

2. Untuk mengetahui Faktor–faktor apa yang mempengaruhi teknologi

komputer terhadap Administrasi dan birokeasi dikantor Dinas

Pengairan kab.Sidrap

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis maupun praktis

yaitu :
1. Untuk pengembangan ilmu komunikasi khususnya dalam bidang

e-government bagi kantor dinas pengairan yang dapat bermanfaat

langsung.

2. Sebagai masukan untuk meningkatkan sistem kerja pemerintahan

daerah otonom melalui sistem kerja kantor elektronik yang benar

dan sesuai dengan lingkungan basis sosial

3. sebagai bahan masukan bagi Dinas Pengairan untuk melaksanakan

kebijakan strategi komunikasi dalam sistem pemerintahan

elektronik, terutama untuk mengembangkan model kebijakan

sistem pemerintahan elektronik (e-government) yang ada di

masing-masing pemerintah daerah otonom.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi teknologi komputer, Administrasi Dan Birokrasi.

1. Defenisi Teknologi Komputer.

Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin computare yang

berarti menghitung. Komputer mempunyai arti yang sangat luas dan berbeda

untuk orang yang berbeda. Berikut ini definisi komputer yang didapat dari

beberapa buku komputer.

Menurut Robert H.Blissmer (2007 :23 ), komputer adalah suatu alat

elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas sebagai berikut :

1. Menerima input

2. Memproses input tadi sesuai dengan programmnya

3. Menyimpan perintah-perintah dan hasil dari pengolahan

4. Menyediakan output dalam bentuk informasi

Menurut Donald H.Sanders (2008 : 50) komputer adalah sistem

elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan

diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan menyimpan data input,

memprosesnya dan menghasilkan output dibawah pengawasan suatu langkah-

langkah instruksi-instruksi program yang tersimpan di memori (stored program).

Menurut V.C. Hamacher, Z.G. dan Vranesic. S.G. Zaky (2007 : 20)

komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dapat menerima


informasi input digital, memprosesnya sesuai dengan suatu program yang

tersimpan di memorinya (stored program) dan menghasilkan output informasi.

Menurut William M.Fouri (2009 :35 ) komputer adalah suatu

pemroses data (data processor) yang dapat melakukan perhitungan besar dan

cepat, termasuk perhitungan aritmatika yang besar atau operasi logika, tanpa

campur tangan dari manusia mengoperasikan selama pemrosesan. Dan Menurut

Gordon B. Davis (2009 : 27) komputer adalah tipe khusus alat penghitung yang

mempunyai sifat tertentu yang pasti.

Dari beberapa definisi yang didapat dari berbagai buku, dapat

disimpulkan bahwa komputer adalah :

1. Alat elektronik

2. Dapat menerima input data

3. Dapat mengolah data

4. Dapat memberikan informasi

5. Menggunakan suatu program yang tersimpan di memori komputer (stored

program)

6. Dapat menyimpan program dan hasil pengolahan

7. Bekerja secara otomatis

Sedangkan yang disebut dengan program adalah kumpulan instruksi

atau perintah terperinci yang sudah dipersiapkan supaya komputer dapat

melakukan fungsinya dengan cara yang sudah tertentu.


2. Defenisi Manajemen

Istilah manajemen Sangat lah luas sebagaimana pada istilah –istilah lain

dalam ilmu sosial, terhadap suatu istilah atau termilogi tidak selalu para ahli mem-

berikan rumusan yang sama.maka dapat dilihat melalui beberapa depenisi untuk

memahami hal ini akan dibahas berdasarkan beberapa pendapat.

Menurut Arthur ( : ) Gerager “Office management is the function of ad-

ministering the communication and record service of an organization. “ (manaje-

men perkantoran adalah fungsi tata penyelenggaraan terhadap komunikasi dan

pelayanan warkat dari suatu organisasi ).

William leffingwell dan Edwin Robinson “office management as a func-

tion. Is the branch of the art and science of management which is concerned with

the efficient performance of office work, whenever and wherever that work is to

be done.” (manajemen perkantoran sebagai sesuatu fungsi adalah cabang dari seni

dan ilmu manajemen yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan perkantoran

secara efisien, bilamana dan dimanapun pekerjaan itu harus dilakukan).

Menurut DR. Jamaluddin Ahmad, M.si (2011 : 46 ) menyatakan “Admin-

istrasi dimaknai sebagai proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk men-

capai tujuan yang telah ditentukan secara rasional. Oleh karena itu, dalam studi

analisis kebijakan muncul berbagai macam pandangan atau perspektif dari masing

– masing Ilmuan.

Menurut Weber melanjuntukan ke sisi pekerja (staf) di organisasi

yang legal-rasional. Bagi Weber, kedudukan staf di sebuah organisasi legal-

rasional adalah sebagai berikut:


a. para anggota staf bersifat bebas secara pribadi, dalam arti hanya

menjalankan tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatan mereka; 

b. terdapat hirarki jabatan yang jelas; 

c. fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas; 

d. para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak; 

e. para pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, idealnya

didasarkan pada suatu diploma (ijazah) yang diperoleh melalui ujian; 

f. para pejabat memiliki gaji dan biasanya juga dilengkapi hak-hak pensiun.

Gaji bersifat berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki. Pejabat dapat

selalu menempati posnya, dan dalam keadaan-keadaan tertentu, pejabat

juga dapat diberhentikan; 

g. pos jabatan adalah lapangan kerja yang pokok bagi para pejabat; 

h. suatu struktur karir dn promosi dimungkinkan atas dasar senioritas dan

keahlian (merit) serta menurut pertimbangan keunggulan (superior); 

i. pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun

dengan sumber-sumber yang tersedia di pos terbut, dan; 

j. pejabat tunduk pada sisstem disiplin dan kontrol yang seragam. 

3. Defenisi Birokrasi

Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan

kata “kratia” (cratein) yang berarti pemerintah. Jadi pada mulanya, istilah ini

digunakan untuk menunjuk pada suatu sistematika kegiatan kerja yang diatur

atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan - kegiatan administrasi

Ernawan , ( 1988 : 25 ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 198 ) Birokrasi adalah

sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah

berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Atau dalam definisinya yang lain

birokrasi adalah cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta

menurut tata aturan yang banyak liku-likunya.

Birokrasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem kontrol dalam

organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan sistematis,

yang bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitasaktivitas kerja

individu dalam rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar.

Birokrasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu pembagian kerja dan spesialisasi

kerja, prinsip hirarki, peraturan-peraturan, impersonality, kualifikasi teknis,

dokumen-dokumen tertulis, dan kelangsungan kerja dalam organisasi.

Menurut setiawan (1988 : 50) Birokrasi berdasarkan definisi yang

dikemukakan oleh beberapa ahli adalah suatu sistem kontrol dalam organisasi

yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan

bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja

individu dalam rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar

Birokrasi merupakan keseluruhan pejabat negara di bawah pejabat

politik. Birokrasi juga bisa diartikan sebagai setiap organisasi berskala besar. Ini

merupakan definisi birokrasi yang bebas dari value (nilai), yakni birokrasi tidak

dilihat dari penilaian baik atau buruk.


Menurut Peter M. Blau (2000:4), birokrasi adalah “tipe organisasi

yang dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif dalam skala besar

dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis”.

Hegel berpendapat birokrasi adalah medium yang dapat dipergunakan

untuk menghubungkan kepentingan partikular dengan kepentingan general

(umum). Sementara itu teman seperjuangannya Karl Marx berpendapat bahwa

birokrasi merupakan instrumen yang dipergunakan oleh kelas yang dominan

untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya,

dengan kata lain birokrasi memihak kepada kelas partikular yang mendominasi

tersebut.

Max Weber on Bureaucracy Di masa kontemporer, birokrasi adalah

"mesin" yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ada di organisasi baik

pemerintah maupun swasta. Pada pucuk kekuasaan organisasi terdapat

sekumpulan orang yang menjalankan kekuasaan secara kurang birokratis, dan

dalam konteks negara, mereka misalnya parlemen atau lembaga kepresidenan.

Hal yang perlu disampaikan tidak pernah secara definitif

menyebuntukan makna Birokrasi begitu saja konsep ini lalu menganalisis ciri-ciri

apa yang seharusnya melekat pada birokrasi. Gejala birokrasi yang dikaji

sesungguhnya birokrasi-patrimonial. Birokrasi-Patrimonial ini berlangsung di

waktu hidup Weber, yaitu birokrasi yang dikembangkan pada Dinasti

Hohenzollern di Prussia.

B. Gambaran pengaruh teknologi komputer terhadap manajemen dan

birokrasi di kantor Dinas Pengairan Kabupaten Sidrap.


Berkat kemampuan teknologi imformasi untuk menjangkau sumber – sum-

ber imformasi yang begitu luas, dunia manajemen atau pekerjaan professional da-

pat membuat keputusan atau tindakan berdasar pada gambaran situasi yang up to

date. Computer misalnya sekarang secara luas telah digunakan untuk menjawab

pertanyaan – pertanyaan semacam “hal apa yang akan terjadi apabila kita

mengambil keputusan dengan alternative A ?. ” Apa akibat dari perubahan X den-

gan tidak mengubah Y ?”.

Dalam memperkirakan pengaruh teknologi komputer terhadap perkan-

toran ada beberapa perspektif (harapan) yang perlu dipertimbangkan. Maka dari

itu. Gordon Devis ( 1985 : 159 ) Implikasi computer terhadap karyawan kantor :

Keuntungan :

1. Mendorong untuk belajar keterampilan baru.

2. Pekerjaan – pekerjaan yang menjemukan dapat dialihakan ke mesin –

mesin (computer).

3. Lebih mempermudah dan mempercepat penanganan imformasi.

4. Lebih mudah dan cepat dalam memperbaiki kesalahan – kesalahan.

5. Bertambahnya kesempatan dalam bidang pemeliharaan peralatan elek-

tronik, programmer dan rekayasa software.

6. Kesempatan untuk memperpendek hari kerja setiap minggu.

7. Lebih sedikit pekerjaan.

Kerugian :
1. Cenderung karyawan menjadi “machine – minders “.

2. Masalah kesehatan sebagai ekses dari peralatan seperti layar, printer dan

sebagainya.

3. Kehilangan kontak personal, karena penyampaian imformasi dilakukan

oleh mesin.

4. Implikasi terhadap pemberi kerja.

5. Memerlukan waktu untuk perubahan dari system manual kesistem elek-

tronik.

6. Menimbulkan keresahan pada sementara karyawan pada tahap penerapan.

7. Tidak sepenuhnya kebutuhan tersedia didalam computer.

Teknologi computer dalam Administrasi dan Birokrasi merupakan suatu

alat kantor yang dapat menyusun dan mencapai tujuan organisasi dengan

melakukan fungsi-fungsi terkait melalui pengarahan dan pengawasan dari para ad-

min dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi material uang dan

orang).

Saat ini informasi yang dapat diakses oleh publik masih amat terbatas

sifatnya, berupa informasi umum mengenai departemen/institusi dan belum

berupa informasi yang berkaitan dengan sistem prosedur atau tata cara yang

berhubungan dengan pelayanan publik. Salah satu yang menyebabkan keter-

batasan ini adalah tidak adanya acuan atau panduan di tingkat nasional, seperti

yang diharapkan oleh sebagian besar departemen/institusi tersebut dalam bentuk

suatu kebijakan yang jelas untuk menyebarkan informasi atau data secara umum

kepada publik.
Di sisi lain sebagian besar departemen/institusi melihat belum mapan-

nya dukungan infrastruktur dan kurangtnya ketersediaan sumber dana dan sumber

daya manusiayang memadai sebagai beberapa kendala yang harus diatasi sebelum

pelayanan publik dengan dukungan teknologi informasi dapat ditingkatkan.

Dari sisi dampak positif akan penerapan teknologi informasi dalam

pelayanan publik, sebagian besar departemen/institusi lebih mengharapkan adanya

peningkatan kerja organisasinya sendiri dalam bentuk meningkatnya pelayanan

dan efisiensi dari birokrasi, walaupun sebagian sudah melihat adanya peningkatan

dalam aspek transparansi birokrasi.

Birokrasi tidak rasional banyak pengangkatan pejabat yang mengacu

pada political-will pimpinan Dinasti. Akibatnya banyak pekerjaan negara yang

“salah-urus” atau tidak mencapai hasil secara maksimal. Atas dasar

“ketidakrasional” itu, Weber kemudian mengembangkan apa yang seharusnya

(ideal typhus) melekat di sebuah birokrasi.

Weber terkenal dengan konsepsinya mengenai tipe ideal (ideal typhus)

bagi sebuah otoritas legal dapat diselenggarakan, yaitu:

a. tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar aturan yang berkesinambungan; 

b. tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yang berbeda sesuai dengan

fungsi-fungsinya, yang masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas

dan sanksi-sanksi; 

c. jabatan-jabatan tersusun secara hirarkis, yang disertai dengan rincian hak-

hak kontrol dan pengaduan (complaint); 


d. aturan-aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara teknis

maupun secara legal. Dalam kedua kasus tersebut, manusia yang terlatih

menjadi diperlukan; 

e. anggota sebagai sumber daya organisasi berbeda dengan anggota sebagai

individu pribadi; 

f. pemegang jabatan tidaklah sama dengan jabatannya; 

g. administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis dan hal ini

cenderung menjadikan kantor (biro) sebagai pusat organisasi modern; dan 

h. sistem-sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat

pada bentuk aslinya, sistem tersebut tetap berada dalam suatu staf

administrasi birokratik. 

Bagi Weber, jika ke-8 sifat di atas dilekatkan ke sebuah birokrasi,

maka birokrasi tersebut dapat dikatakan bercorak legal-rasional.

Birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin (superordinat)

mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem birokrasi menekankan

pada aspek “disiplin.” Sebab itu, juga memasukkan birokrasi sebagai sistem legal-

rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat disimak

oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas

penjelasan sebab-akibatnya.

Khususnya, memperhatikan fenomena kontrol superordinat atas

subordinat. Kontrol ini, jika tidak dilakukan pembatasan, berakibat pada

akumulasi kekuatan absolut di tangan superordinat. Akibatnya, organisasi tidak

lagi berjalan secara rasional melainkan sesuai keinginan pemimpin belaka. Perlu
dilakukan pembatasan atas setiap kekuasaan yang ada di dalam birokrasi, yang

meliputi point-point berikut:

a. Kolegialitas. Kolegialitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam

pengambilan suatu keputusan. Weber mengakui bahwa dalam birokrasi,

satu atasan mengambil satu keputusan sendiri. Namun, prinsip kolegialitas

dapat saja diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan. 

b. Pemisahan Kekuasaan. Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung

jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Misalnya,

untuk menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama antara

badan DPR dan Presiden. Pemisahan kekuasaan, menurut Weber, tidaklah

stabil tetapi dapat membatasi akumulasi kekuasaan. 

c. Administrasi Amatir. Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah

tidak mampu membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi,

dapat saja direkrut warganegara yang dapat melaksanakan tugas tersebut.

Misalnya, tatkala KPU (birokrasi negara Indonesia) “kerepotan”

menghitung surat suara bagi tiap TPS, ibu-ibu rumah tangga diberi

kesempatan menghitung dan diberi honor. Tentu saja, pejabat KPU ada

yang mendampingi selama pelaksanaan tugas tersebut. 

d. Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung berguna dalam membuat orang

bertanggung jawab kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank

Indonesia, meski merupakan prerogatif Presiden guna mengangkatnya,

terlebih dahulu harus di-fit and proper-test oleh DPR. Ini berguna agar
Gubernur BI yang diangkat merasa bertanggung jawab kepada rakyat

secara keseluruhan. 

e. Representasi. Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang

diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai

politik dapat diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat dan staf

birokrasi. Ini akibat pengertian tak langsung bahwa anggota DPR dari

partai politik mewakili rakyat pemilih mereka. 

Hingga kini, pengertian orang mengenai birokrasi sangat dipengaruhi oleh

pandangan-pandangan Max Weber di atas. Dengan modifikasi dan penolakan di

sana-sini atas pandangan Weber, analisis birokrasi mereka lakukan.

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi teknologi komputer terhadap

administrasi dan birokrasi di kantor Dinas Pengairan Kabupaten

Sidrap.

Pengaruh teknologi Komputer dalam praktik dan prosedur kerja sedemikian

hebatnya. Secara bertahap system kerja dengan kertas, yang terutama mengan-

dalkan pada sistem manual (pembuatan laporan dengan mesin ketik). Diganti den-

gan mengunakan komputer. Maka dari itu menurut Drs.Soetrisno,M.Psi

(2009 :156) terdapat beberapa keuntungan dari penggunaan computer yaitu :

1. Meningkatkan produktivitas dalam pengelolahan dokumen, lapo-

ran,atau surat dan sebagainya.

2. Menambah kepuasan kerja.


3. Meningkatkan kualitas dan konsistensi hasil akhir (output)

4. Menghemat tenaga (pentik).

5. Mempermudah mengedit atau mengelolah kalimat.

6. Mempermudah memperoleh kembali data yang tersimpan.

Berkaitan dengan peran teknologi informasi dalam mendukung

penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government) sebagian besar

departemen/ institusi tampaknya akan memerlukan waktu untuk mempersiapkan

diri. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan teknologi informasi di sebagian

besar departemen/institusi maka dari itu ada beberapa Faktor – Faktor yang mem-

pengaruhi yaitu sebagai berikut :

7. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik,

teknologi informasi masih dianggap sebagai alat “pengotomasi proses”

yang diharapkan dapat mengurangi proses yang dilakukan secara

manual dibanding sebagai alat yang dapat mengurangi birokrasi.

8. Dalam konteks partisipasi semua pihak untuk penyusunan kebijakan,

teknologi informasi masih dianggap sebagai alat yang mempermudah

pengumpulan informasi dibanding sebagai alat yang dapat membuka

komunikasi dengan pihak luar seperti publik atau instansi lain.

9. Dalam konteks keterbukaan (transparansi) internal, teknologi informasi

masih dianggap sebagai sarana penyedia akses dibanding sebagai

sareana penyediaan informasi yang lebih spesifik seperti latar belakang

suatu kebijakan misalnya.


10. Dalam konteks pelaksanaan suatu kebijakan, teknologi informasi

masih dilihat sebagai sarana untuk mempercepat pelaporan dibanding

sebagai sarana untuk membantu proses monitoring.

11. Dalam konteks peningkatan kualitas suatu kebi akan teknologi

informasi masih dilihat sebagai sarana untuk memperluas sumber

informasi dan data dibanding sarana yang dapat menciptakan

keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.

12. Dari sisi evaluasi pemanfaatan teknologi informasi kondisinya

dapat dikatakan memprihatinkan dengan masih adanya beberapa

departemen/institusi yang tidak pernah melakukan audit penerapan

teknologi informasi kalau pun ada sebagian besar pelaksanaannya

masih bersifat ad-hoc. Jika ditelaah lebih lanjut, jenis audit penerapan

teknologi informasi yang sering dilakukan lebih merupakan audit non-

finansial dibanding audit finansial.

Hal ini menunjukkan aspek efektifitas penerapan teknologi informasi lebih

mendapatkan perhatian dibandingkan aspek efisiensinya. Selain itu, tanggapan

departemen/institusi atas keterkaitan audit manajemen dengan audit teknologi

informasi amat rendah, baik yang menyatakan terkait maupun yang menyatakan

tidak terkait. Hal ini perlu diakui lebih lanjut karena tanggapan ini tidak

mendukung kesimpulan sebelumnya, yaitu sebagian besar departemen/institusi

menyatakan adanya keselarasan visi dan misi institusi dengan penerapan teknologi

informasinya.
Seperti halnya pada pemahaman akan tingkat pemanfaatan teknologi

informasi, “concern” sebagian besar departemen/institusi pemerintah dengan

adanya kebijakan nasional lebih tertumpu pada adanya aturan tata cara akses

informasi oleh pihak luar/publik dibanding pada adanya panduan bagaimana

departemen/institusi harus menempatkan teknologi informasi untuk review,

monitor dan evaluasi.

Menurut Stoner (2006: 156 ) factor –faktor yang mempengaruhi man-

ajemen dan birokrasi yaitu :

a. Planning

Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan

yang sangat rumit.Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan

adalah penentuan serangkaian tindakanuntuk mencapai suatu hasil yang

diinginkan.

Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan

tindakan yang perlu untuk mencapaisasaran tadi.Organizing

b. Organizing

(organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara

yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.

c. Leading

Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :

1) Mengambil keputusan

2) Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan

bawahan.
3) Memeberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya

mereka bertindak.Memeilih orang-orang yang menjadi anggota

kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuandan sikap-sikap bawahan

agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.

d. Directing/Commanding

Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang

berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau

instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing masing, agar tugas

dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang

telahditetapkan semula.

e. Motivating

Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi

manajemen berupa pemberianinspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan,

agar bawahan melakukan kegiatan secara suka relasesuai apa yang diinginkan

oleh atasan.

f. Coordinating

Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi

manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,

percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan

dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja samayang

terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.

g. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah

salah satu fungsi manajemenyang berupa mengadakan penilaian, bila perlu

mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke

jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskansemula.

h. Reporting

Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian

perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal

yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.

i. Staffing

 Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan

personalia pada suatu organisasisejak dari merekrut tenaga kerja,

pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberidaya guna

maksimal kepada organisasi.

j. Forecasting

 Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan

taksiran terhadap berbagaikemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana

yang lebih pasti dapat dilakukan.

D. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka, kerangka pikir yaitu melalui

teknologi komputer maka ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh

dalam mengelolah manajemen perkantoran secara modern dan meningkatkan

birokrasi suatu instansi. Melalui penjelasan tersebut yan maka secara


sederhana kerngka pikir yang dapat digambarkan dalam bentuk skema

sebagai berikut :

TEKNOLOGI
KOMPUTER

Keuntungan dari Komputer :

1. Meningkatkan
E. produktivitas
MANAJEMEN
dalam
F. pengelolaan dokumen
2. Menambah
G. kepuasan kerja.

3. Meningkatkan
H. kualitas dan

konsistem
I. (output)
BIROKRASI
4. Menghemat
J. tenaga (pentik)

5. Mempermudah
K. mengelolah

data.

6. Mempermudah
E. Hipotesis memperoleh
data yang tersimpan.
Teknologi komputer sangat berpengaruh dalam Suatu instansi

terutama pada kantor Dinas Pengairan Kabuten Sidrap dalam mengelolah

manajemen dan birokrasi dalam perkantoran dengan mengunakan Komputer

akan mempermudah dalam mengelolah administrasi suatu kantor


BAB III

METODE PENELITIAN
B. Jenis Penelitian

1. Jenis Data

Jenis data yang dipakai adalah sebagai berikut :

a. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk jumlaah angka-

angka

b. Data Kualitatif yaitu data yang bersifat kualitas yang menun-

jukan intensitas maupun mutu.

2. Sumber data

Sumber data yang dipergunakan dalam rangka penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Data primer adalah data yaang diperoleh secara laangsung

melalui penelitian dilapangan dari para pegawai yang telah

ditentukan yang berhubungan dengaan objek penelitian.

b. Data sekunder adalah data yaang diperoleh dari literatur-liter-

atur dan dokumen-dokumen kantor serta referensi lain yang

berkaitan dengan penelitian yang menunjang data primer.

Ada tiga macam yang Mengenai sumber data maka ketiga macam

sumber data tersebut, Arikunto (2006:129) menyatakan sebagai berikut :

1. Person adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa

jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui

aangket. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah Aparat Kantor Dinas Pengairan Kabupaten Sidrap yang


berkaitan dengan .Teknologi Komputer Tehadap Administrasi

dan Birokrasi.

2. pleace adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa

keadaan diam dan bergerak. Dalam penelitian ini sumber data

yang digunakan adalah kantor Dinas Pengairan.

3. paper adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda

berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain yang

cocok untuk penggunaan metode dokumentasi. Sumber data

berupa paper dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen

yang ada di Kantor Dinas Pengairan Kabupaten Sidenreng

Rappang dan buku-buku atau peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakuakan pada wilayah pemerintah Kabupaten

Sidenreng Rappang khususnya pada kantor Dinas Pengairan Kab. Sidrap

termasuk salah satu SKPD dalam yang melaksanakan Tekhnologi komputer

yang mempunyai pengaruh tinggi dalam administrasi Sehingga membantu

untuk meningkatkan birokrasi pemerintah daerah sangat baik untuk peneliti.

D. Populasi dan Sampel

1) populasi
Sebelum mengetahui apa yang dimaksud dengan populasi,

terlebih dahulu harus menentukan luas daerah populasi agar kita lebih

mudah memperoleh imformasi dan data yang dibutuhkan.

Populasi ini dapat diartikan bahwa seluruh penduduk individu

yang menjadi sasaran atau objek penelitian.

Menurut sudjana (1989:56) seluruh penduduk yang dimaksud

untuk diselidiki disebut populasi atau universe, dimana populasi

dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individuu yang paling sedikit

mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang sama.

Menurut Ambo Enre Abdullah (1983:101) menyatakan

kelompok yang menjadi sasaran penelitian dalam usaha memperoleh

imformasi dan menarik kesimpulan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang

dijadikasn objek penelitian dan memiliki sifat dan ciri yang sama.

Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

semua pegawai yang berada pada kantor pekerjaan umum sebanyak

160 Orang.

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan contoh

peneliti. Oleh karenaa itu prneliti dapat menetapkan sampel sebagai

objek penelitian yang mepunyai sifat dan ciri yang relatig sama.
Dengan adanya pendapat yang mengatakan bahwa sampel aadalah

sejumlah penduduk yang kurang dari populasi, juga sampel harus

mempunyai paling sedikit satu sifat dan ciri yang sama baiknya

dengan sifat kodrat maupun sifat pengkhususan.

Objek penelitian yang berpedoman pada pendapat yang

menyatakan, sebenarnya tidaklah ada satu aturan yang pasti beberapa

persen suatu sampel yang harus diambil dari populasi. Ketiadaan

aturan yang pasti itu tidak perlu menimbulkan keraguan pada seorang

peneliti. Untuk memperoleh gambaran yang tepat dan perposisonal

maka akan ditarik sampel dalam penelitian ini sebanyak 25% dari

total sebanyak 160 Orang, maka besarnya sampel adalah 40 Orang.

Metode penarikan sampel yang dilakukan adalah metode

random sampel yaitu memilih secara acak sejumlah populasi hingga

mencukupi jumlah sampel yang dibutuhkan.

E. Defenisi Operasional

Untuk memudahkan memahami penulisan ini maka akan

disajikan defenisi operasional variabel yang digunakan serta istilah

penting yang berkaitan dengan penelitian antara lain:

1. komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi

data yang cepat dan tepat serta dirancang dan

diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan

menyimpan data input, memprosesnya dan

menghasilkan output dibawah pengawasan suatu


langkah-langkah instruksi-instruksi program yang

tersimpan di memori (stored program)

2. “Administrasi adalah proses kerjasama antara dua orang atau

lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara ra-

sional.

3. Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan

oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada

hierarki dan jenjang jabatan.

F. Tehnik pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :

1. Observasi.

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian

sehingga data yang signifikan dengan apa yang akan dicatat sebagai

imformasi.

2. Questioner

Questioner adalah teknik pengumpulan data dengan membuat

sejumlah pertanyaan yang disebarkan untuk di isi oleh responden

yang telah dipilih yang berkaitan langsung dengan masalah yang

diteliti.

3. Interview
Interview yaitu teknik pengumpulan data dengan wawancara

langsung dengan imforman kunci yang erat kaitannya dengan masalah

yang diteliti.

4. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yakni suatu kegiatan membaca dan

mengumpulkan literatur yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

G. Tehnik analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode

deskriptif. Menurut Sugiyono (2006:11) metode deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

tanpa memuat perbandingan atau mebghubungkan antara variabel satu dengan

variabel lain.

Berdasarkan metode penelitian tersebut, maka penulis dalam menampilkan

data, menafsirkan dan menggambarkan suatu objek, serta mengmukakan pendapat

berdasarkan fakta-fakta empirik yang berada dilapangan kemudian diartikan

dengan teori yang bersifat umum dan baku.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Jamaluddin Dr. M. Si.2011. Perilaku Birokeasi dan pengabilan keputu-

san. Cetakan pertama.Makassar : Badan Penerbit UNM

Blissner Robert, H. 2007 Computer Annual

Sanders H Donal. 2008 Computer Today

Hernacher V.C dan Zaky Vrageesic S.G. 2007. Computer organization

Fauri Wilian. . 2009. Introdution to the computer, the tool of business.

Davis Gordon. B . 2009. Introduction to competer.

Anda mungkin juga menyukai