Anda di halaman 1dari 89

Tugas Penelitian

IMPLEMENTASI APLIKASI E- COURT PADA PELAYANAN PUBLIK


DI PENGADILAN AGAMA KENDARI KELAS IA

OLEH:

MILDAWATI
C1G122053

JURUSAN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN


PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

E-government di Indonesia mulai menarik perhatian pada tahun 2001 yaitu

Inpres No. 6 Tahun 2001 Terkait Telematika (Telekomunikasi, Media dan

Informatika), dimana direktif tersebut menghimbau kepada pemerintah untuk

menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good governance dan

mempromosikan demokrasi. Namun dalam perjalanannya, pemanfaatan teknologi

informasi belum maksimal karena tidak didukung dan direspons oleh seluruh

aparatur pemerintah.

Dilihat dari perkembangannya, sebagian besar tahapan pengembangan

aplikasi e-government yang ada saat ini masih hanya terfokus pada penyediaan

website dan layanan informasi. Jadi kalau pemkot sudah punya website,

sepertinya sudah menerapkan aplikasi e-government. Meskipun konsep e-

government tidak hanya menampilkan informasi resmi melalui website, namun

perubahan hubungan antara pemerintah dengan semua aktor yang semula

menggunakan media tradisional berubah menjadi menggunakan teknologi

informasi

Pemerintah elektronik atau pemerintahan elektronik atau e-government

adalah penggunaan jaringan Internet untuk penyebaran informasi dan layanan

pemerintah kepada publik - "Penggunaan Internet dan jaringan global untuk

menyediakan informasi dan layanan pemerintah kepada warga negara" (PBB,

2006). Penerapan e-government (atau e-governance dalam bahasa Indonesia),

1
yang dikenal dengan digital government, online government atau, dalam konteks

tertentu, transformative government, telah terbukti dapat memfasilitasi interaksi

dua arah – tentunya digital antara pemerintah dan pemerintah. masyarakat.

Memang, berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengembangan e-

government di Indonesia menyisakan banyak ruang untuk perbaikan

implementasi. Salah satu publikasi e-government terbaru yang patut mendapat

pengakuan adalah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Bentuk Birokrasi (PAN-RB). Melalui Peraturan Menteri (Permen) 5

Tahun 2018, Pemerintah menjelaskan Mekanisme Evaluasi Sistem Pemerintahan

Elektronik (SPBE).

Berbeda dengan situasi Indonesia saat ini, meski dalam arti politis Ada

ketentuan untuk mendorong adopsi e-gov di bawah Perpres No. 95 Tahun 2018 ke

sistem otoritas elektronik (SPBE). Namun dalam perkembangannya belum

optimal di semua otoritas di tingkat pusat dan daerah dan di semua departemen

administrasi dan layanan publik. Secara sistematis, banyak aturan dan pedoman

yang harus disiapkan, di antaranya Infrastruktur dan sistem/aplikasi informasi

yang mendukung penyelenggaraan SPBE. Lambatnya penerapan SPBE di tengah

kebijakan PSBB berdampak signifikan penyediaan layanan publik, prosedur sipil

sederhana dan aplikasi sipil).

Tingkat pelayanan publik yang belum optimal di daerah antara lain karena

faktor regulasi yang tidak jelas dalam pembagian kerja antara pemerintah provinsi

dan negara. UU Pemerintahan Daerah No. 32 Tahun 2004 sebagai dasar hukum

otonomi daerah Indonesia saat ini tidak mengatur pemisahan yang jelas antara

2
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten atau kota dalam menangani masalah

tersebut, sehingga ada kecenderungan saling klaim antara badan pemerintahan di

atas dan di bawah. Efek negatif dari pembagian kerja yang tidak jelas adalah

terjadi penduplikasian atau pengabaian terhadap hal-hal tertentu sehingga

menyebabkan pelayanan publik tidak berfungsi secara optimal.

Penggunaan atau pengembangan electronic government merupakan upaya

untuk mendukung kinerja pemerintahan berbasis elektronik dalam rangka

peningkatan kualitas pemerintahan dan pelayanan publik yang efektif dan efisien.

Pengembangan dan penerapan e-government menyelenggarakan sistem

manajemen dan proses kerja di otoritas, terutama di otoritas yang melakukan

tugas publik.Penerapan konsep e-government merupakan tugas bersama, yaitu.

H. tidak hanya pemerintah, tetapi juga partisipasi masyarakat (berbagi tujuan).

(Mulyono 2011)

E-Court adalah alat di pengadilan yang melayani masyarakat dalam bentuk

pendaftaran perkara online, pembayaran online, gugatan online, dan proses online.

(Hatta, 2018) mengatakan bahwa aplikasi e-court merupakan suatu perkara yang

diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan proses dalam menerima laporan

perkara secara online, menghemat waktu dan biaya masyarakat dalam pendaftaran

perkara dalam hal ini menghemat perkara. Aplikasi e-court sendiri merupakan

implementasi teknologi informasi yang menuntut negara untuk jeli melihat

kemungkinan-kemungkinan dari teknologi tersebut sehingga lahirlah sebuah

aplikasi online bernama e-court. Perkara yang dapat didaftarkan melalui aplikasi

3
e-court adalah perkara perdata (tuntutan, banding, sengketa sederhana dan

permohonan perdata).

Gambar 1.1 Tampilan Awal Aplikasi E-Court

Sumber : mahkamahagung.go.id (2022)


Aplikasi e- court mulai di sahkan melaui Perma No. 3 tahun 2018 Tentang

Administrasi perkara secara eletronik di pengadilan. Dan dilanjutkan dengan

Keputusan Sekretaris mahkama Agung RI No.305/sek/SK/VII/2018 tentang

pengadilan percontohan pelaksanan uji coba administrasi perkara di pengadilan

secara eletronik. Sementara Penggunaan aplikasi e- court berlandaskan aturan dan

regulasi yang ada pula di gunakan di seluruh pengadilan di kota Kendari.

Di Kota Kendari penggunaan Aplikasi Ecourt di terapakan kepada semua

istansi peradilan yakni pengadilan negri, pengadilan agama, pengadilan tata usaha

negara, dan tipikor. Dalam pelaksanannya aplikasi Ecourt banyak terjadi

permasalahan dalam penerapannya baik dari segi teknisi amupun dari segi

kevalidan data. Pengadilan agama kota kendari pun sudah menggunakan aplikasi

ini.

Dari hasil observasi awal peneliti menemukan bahwa penggunan aplikasi

masih memiliki kendala yakni Kurangnya pengelolan informasi yang baik

4
sehingga mengakibatkan pengimplementasian aplikasi terkadang harus tersendat

dan terhenti, yang dimana pengelolaan jadwal sidang dalam aplikasi e- court

jarang terjadi pembaharuan informasi sehingga terjadinya perbedaan informasi

jadwal sidang antara yang di Pengadilan Agama Kendari dan Aplikasi E-court

sehingga memungkinkan pengguna aplikasi merasa aplikasi ini tidak berguna dan

membantu mereka. Hal ini pula di dukung oleh wawancara awal dengan pengguna

aplikasi E- court mengungkapkan bahwa Aplikasi e-court jarang sekali melakukan

pembaharuan informasi jadwal sidang sehingga sidang yang terdapat di aplikasi

tidak sesuai dengan jadwal sidang yang sebenarnya.

Dari hasil wawancara diatas bahwa aplikasi e-court di pengadilan agama di

kota kendari belum mengimplementasikan secara baik yang dimana dapat di

temukan jadwal sidang di aplikasi tidak diperbaharui.

Berdasarkan latar belakang di atas membuat peneliti tertarik untuk

meneliti terkait dengan aplikasi E-court yang ada di pengadilan agama kota

kendari dengan judul penelitian “Implementasi Aplikasi E-Court dalam Pelayanan

Publik di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi Aplikasi E-Court dalam Pelayanan Publik di

Pengadilan Agama Kendari Kelas IA?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Implementasi Aplikasi E-Court dalam

Pelayanan Publik di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

5
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Implementasi Aplikasi E-Court

dalam Pelayanan Publik di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi

Implementasi Aplikasi E-Court dalam Pelayanan Publik di Pengadilan

Agama Kendari Kelas IA

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan

tujuan yang ingin dicapai, maka diharapakan penelitian ini dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara Akademis diharapkan memberikan

a) sumbangsi keilmuan dalam mata kuliah E- government serta

pengembangannya

b) Sumbangsi keilmuan dalam mata kuliah pelayanan publik dan

pengembangannya

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

a. bagi pengadilan agama Kota kendari yaitu untuk menjadikan bahan

perbaikan dan pengemabngan informasi

b. bagi pengguna aplikasi E- court dan masyarakat kota kendari untuk

menjadikan bahan pembelajaran dan perbaikan tatanan pelayanan

publik yang di inginkan masyarakat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Implementasi

2.1.1 Pengertian Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.

Browne dan Wildavsky (Usman, 2004:7) mengemukakan bahwa “implementasi

adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan” Menurut Syaukani dkk

(2004 : 295) implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam rangka

menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat

membawa hasil sebagaimana diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut mencakup,

Pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi

dari kebijakan tersebut. Kedua, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan

kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya

keuangan dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan

kebijaksanaan tersebut. Ketiga, bagaimana mengahantarkan kebijaksanaan secara

kongkrit ke masyarakat.

Berdasarkan pandangan tersebut diketahui bahwa proses implementasi

kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut prilaku badan administratif

yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan

pada diri kelompok sasaran, melainkan menyangkut jaringan kekuatan politik,

ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi

prilaku dari semua pihak yang te3rlibat untuk menetapkan arah agar tujuan

kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil kegiatan pemerintah.

7
Sedangkan menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam

Wahab (2005 : 65) menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan

bahwa memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implemetasi kebijaksanaan,

yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya

pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian.

Syukur dalam Surmayadi (2005: 79) mengemukakan ada tiga unsur

penting dalam proses implementasi yaitu: (1) adanya program atau kebijakan yang

dilaksanakan (2) target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran

dan ditetapkan akan menerima manfaat dari program, perubahan atau peningkatan

(3) unsur pelaksana (Implementor) baik organisasi atau perorangan untuk

bertanggung jawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dari proses

implementasi tersebut. Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk

memengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk

memberikan pelayanan atau mengatur prilaku kelompok sasaran (target group).

Untuk kebijakan yang sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang

berfungsi sebagai implementor, misalnya, kebijakan pembangunan infrastruktur

publik untuk membantu masyarakat agar memiliki kehidupan yang lebih baik,

Sebaliknya untuk kebijakan makro, misalnya, kebijakan pengurangan kemiskinan

di pedesaan, maka usaha-usaha implementasi akan melibatkan berbagai institusi,

seperti birokrasi kabupaten, kecamatan, pemerintah desa. Keberhasilan

8
implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan

masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. untuk

memperkaya pemahaman kita tentang berbagai variabel yang terlibat didalam

implementasi, maka dari itu ada beberapa teori implementasi.

2.2 Implementasi E- Government

Menurut Heeks dalam Achmad Djunaedi (2002), e-Government diartikan

sebagai pemanfaatan ICT untuk mendukung pemerintahan yang baik (good

governance). Lebih lanjut dijelaskan bahwa e-Government mencakup:

1. e-Administration Untuk memperbaiki proses pemerintahan dengan

menghemat biaya, dengan mengelolah kinerja, dengan membangun

koneksi strategis dalam pemerintah sendiri, dan dengan menciptakan

pemberdayaan.

2. e-Citizen & e-Services Menghubungkan warga masyarakat dengan

pemerintah dengan cara berbicara dengan dengan warga dan mendukung

akuntabilitas, dengan mendengarkan masyarakat dan mendukung

demokrasi, dan dengan meningkatkan layanan publik.

3. e-Society Membangun interaksi di luar pemerintah dengan bekerja secara

lebih baik dengan pihak bisnis, dengan mengembangkan masyarakat,

dengan membangun kerjasama dengen pemerintah, dan dengan

membangun masyarakat madani.

Menurut Richardus Eko Indrajit (2005:18) paling tidak ada 6 (enam)

komponen penting harus diperhatikan dalam penerapan e- Government, yaitu:

9
1. Content Development Menyangkut pengembangan aplikasi (perangkat

lunak), pemilihan standar teknis, penggunaan bahasa pemrograman,

spesifikasi sistem basis data, kesepakatan user interface, dan lain

sebagainya;

2. Competency Building Menyangkut pengadaan SDM, pelatihan dan

pengembangan kompetensi maupun keahlian seluruh jajaran sumber daya

manusia di berbagai lini pemerintahan;

3. Connectivity Menyangkut ketersediaan infrastruktur komunikasi dan

teknologi informasi di lokasi dimana e-Government diterapkan;

4. Cyber Laws Menyangkut keberadaan kerangka dan perangkat hukum yang

telah diberlakukan terkait dengan seluk beluk aktivitas e- Government;

5. Citizen Interfaces Menyangkut pengadaan Sumber Daya Manusia dan

pengembangan berbagai kanal akses (multi access channels) yang dapat

dipergunakan oleh seluruh masyarakat dan Stakeholder e-Government

dimana saja dan kapan mereka inginkan;

6. Capital Menyangkut pola permodalan proyek e- Government yang

dilakukan terutama berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai

dilakukan seperti untuk keperluan pemeliharaan dan perkembangan.

2.3 Faktor-Faktor Sukses Penerapan E-government

Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government,

untuk menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik, ada tiga elemen

sukses yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-sungguh. Masing-masing

elemen sukses tersebut adalah: Support, Capacity, dan Value (Indrajit, 2016)

10
1. Elemen Support (pendukung)

Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah

adalah keinginan (intent) atau dukungan dari berbagai kalangan pejabat publik

dan politik untuk benar-benar menerapkan konsep E-government, bukan hanya

sekedar mengikuti trend. Tanpa adanya unsur “political will” dari pemerintah,

berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan E-government akan sulit

berjalan. Kata support adalah dukungan, Hal terpenting dalam hal dukungan

adalah dukungan unsur pimpinan. Pimpinan harus memiliki political will

(keinginan politis) untuk mengembangkan E-government, karena hal ini akan

menyangkut seluruh proses dari E-government. Artinya, pemimpin tidak saja

harus pintar dalam hal penyusunan konsep, tetapi harus juga menjadi motivator

ulung pada fase pelaksanaannya (action). Tanpa adanya unsur political will,

mustahil berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan E-government dapat

berjalan dengan mulus. Sudah umum bahwa budaya birokrasi cenderung bekerja

berdasarkan model manajemen top-down (paradigma klasik). Karena itu,

dukungan implementasi program E-government yang efektif harus dimulai dari

para pimpinan pemerintahan yang berada level tertinggi (Presiden, Gubernur,

Walikota/Bupati). Dukungan yang dimaksud disini bukan hanya dari dukungan

verbal semata, tetapi dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk:

1. Disepakatinya kerangka E-government sebagai salah satu kunci sukses

negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga harus diberikan

prioritas tinggi sebagaimana kunci-kunci sukses lain diperlakukan;

11
2. Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu,

informasi, dan lain-lain) di setiap tataran pemerintahan untuk membangun

konsep ini dengan semangat lintas sektoral;

3. Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar

tercipta lingkungan kondusif untuk mengembangkan E-government (seperti

adanya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang jelas,

ditugaskannya lembaga-lembaga khusus, misalnya kantor E-envoy sebagai

penanggung jawab utama, disusunnya aturan main kerja sama dengan

swasta, dan lain sebagainya); dan

4. Disosialisasikannya konsep E-government serara merata, kontinyu,

konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus

dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye yang

simpatik.

2. Elemen Capacity (kapasitas)

Element Capacity adalah adanya unsur kemampuan atau keberdayaan dari

pemerintah setempat dalam mewujudkan impian e-government terkait menjadi

kenyataan. Ada tiga hal yang harus dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan

elemen ini, yaitu :

a) Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagi

inisiatif E- government terutama yang berkaitan dengan sumber daya

finansial;

12
b) Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena

fasilitas ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsep E-

government;

c) Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan

keahlian yang dibutuhkan agar penerapan E-government dapat sesuai

dengan asas manfaat yang diharapkan.

3. Elemen Value (Manfaat)

Elemen pertama dan kedua merupakan supply side (pemberi jasa dari

pihak pemerintah, sedangkan elemen ketiga (Value) merupakan aspek yang

ditinjau dari sisi tuntutan masyarakat (demand side), berbagai inisiatif E-

government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang merasa diuntungkan

dengan adanya implementasi konsep tersebut. Yang menentukan besar tidaknya

manfaat yang diperoleh dengan adanya E-government bukanlah kalangan

pemerintah sendiri, melainkan masyarakat dan mereka yang berkepentingan

(demand side). Untuk pemerintah harus benar-benar teliti dalam memilih prioritas

jenis aplikasi E-government apa saja yang harus didahulukan pembangunannya

agar benar-benar memberikan Value (manfaat) yang secara signifikan dirasakan

oleh masyarakatnya.

Dalam Inpres 2003 menyebutkan bahwa ada 5 faktor kesuksesan atau

kesiapan dalam mengimplementasi E-government pada pemerintahan yaitu;

(Musfikar, 2018)

1. Faktor E-Leardership, merupakan faktor yang menjelaskan aspek-aspek

yang berhubungan dengan kesiapan dan insiatif dari Negara.

13
2. Faktor Infrastruktur jaringan informasi, termasuk kecepatan akses internet,

biaya penggunaan jasa internet dan termasuk juga dengan tempat

penggunaan internet untuk umum serta kualitas dan jangkauan koneksi.

3. Faktor Pengelolaan informasi berupa sumber informasi, kualitas informasi

serta keamanan informasi, cara pengolah dan tempat penyimpanan

informasi, dan sampai dengan cara menyalurkan dan mendistribusikan

informasi.

4. Faktor Lingkungan bisnis merupakan hubungan informasi tentang bisnis

dan ekonomi antara pelaku bisnis, masyarakat dan pemerintah dan.

5. Faktor Masyarakat dan sumber daya manusia yang merupakan faktor

berhubungan dengan penggunaan layanan teknologi informasi oleh

masyarakat dan kesiapan masyarakat untuk menggunakan layanan

teknologi informasi.

2.4. Konsep Pelayanan Publik

2.4.1 Pengertian Pelayanan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam

interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

menyediakan kepuasan pelanggan (Sinambela,2008:5). Pelayanan adalah suatu

kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan

daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses

mengkonsumsi jasa tersebut (Kotler, 1994:464). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) pelayanan merupakan suatu usaha untuk membantu

menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orag lain.

14
Menurut Undang – Undang Nomer 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang – undangan bagi setiap

warga Negara dan penduduk atas barang, jasa atau pelayanan administrative yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Menurut Kementrian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN RB)

Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan adalah segala kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan, penerima pelayanan, maupun pelaksanaan ketentuan

peratutan perundang – undangan.

Dari beberapa definisi yang telah di kemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa pelayanan publik adalah suatu kegiatan melayani publik baik berinteraksi

langsung atau tidak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

2.4.2 Ciri – Ciri Pelayanan Publik

Menurut Kasmir (2006:34) pelayanan publik yang baik memiliki ciri –

ciri sebagai berikut:

a) Tersedianya karyawan yang baik

b) Tersedianya sarana dan prasarana yang baik

c) Bertanggung jawab kepada setiap nasabah (pelanggan) sejak awal hingga

akhir

d) Mampu melayani secara cepat dan tepat

e) Mampu berkomunikasi

f) Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.

15
g) Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik

h) Berusaha memahami kebutuhan nasabah (pelanggan)

i) Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah (pelanggan)

2.4.3 Unsur – Unsur Pelayanan Publik

Menurut Barata (2004:11) terdapat 4 unsur penting dalam proses

pelayanan publik yaitu;

a) Penyedia Layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan

tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan

dan penyerahan barang (goods) atau jasa – jasa (services).

b) Penerima Layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (customer)

yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan. c) Jenis Layanan,

yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak

yang membutuhkan layanan.

c) Kepuasan Pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus

mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini

sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para

pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan kualitas barang atau

jasa yang mereka nikmati.

2.4.4 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Prinsip Pelayanan umum diatur dalam Keputusan KEMENPAN

(Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara) Nomer 63/KEP/M.PAN/7/2003

Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, sepuluh prinsip

pelayanan umum yaitu;

16
a) Kesederhanaan; Prosedur pelayanan public tidak berbelit – belit, mudah

dipahami, dan mudah dilaksanakan.

b) Kejelasan; 1) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan public; 2) Unit

kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan

pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan

pelayanan publik; 3) Rincian biaya pelayanan public dan tata cara

pembayaran.

c) Kepastian waktu; Pelaksanaan pelayanan public dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan.

d) Akurasi; Produk pelayanan public diterima dengan benar, tepat, dan sah.

e) Keamanan; Proses dan produk pelayanan public memberikan rasa aman dan

kepastian hokum.

f) Tanggung jawab; Pimpinan penyelenggara pelayanan public atau pejabat

yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g) Kelengkapan sarana dan prasarana kerja; Peralatan kerja dan pendukung

lainya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi,

telekomunikasi dan informatika (telematika).

h) Kemudahan Akses; Tempat dan lokasi sarana prasarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan

teknologi telekomunikasi dan informasi.

17
i) Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan; Pemberi pelayanan harus

bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan

dengan ikhlas.

j) Kenyamanan; Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang

tunggu yang nyaman, bersih, rapih, lingkungan yang indah dan sehat, serta

dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parker, toilet,

tempat ibadah dan lainya.

2.5. Aplikasi E- Court

E-Court adalah layanan bagi Pengguna Terdaftar untuk Pendaftaran

Perkara Secara Mendapatkan Taksiran Panjar Biaya Perkara, Pembayaran dan

Pemanggilan yang dilakukan dengan saluran elektronik dan secara daring.

Adapun layanan-layanan yang pada pada aplikasi e-Court ialah e-Filing

(Pendaftaran Perkara Online di Pengadilan), e-Payment (Pembayaran Panjar

Biaya Perkara Online) dan e-Summons (Pemanggilan Pihak secara daring).

E-court sendiri telah memiliki payung hukum yang tertuang pada

Peraturan Mahkamah Agung Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 tentang

Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik (yang selanjutnya disebut

dengan Perma 3 Tahun 2018). Pada peraturan tersebut diketahui bahwa Aplikasi

tersebut dibentuk dengan beberapa pertimbangan, diantaranya dilatar belakangi

oleh Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman (yang selanjutnya disebut dengan UU Kekuasaan Kehakiman) yang

menyebutkan bahwa “Pengadilan membantu mencari keadilan dan berusaha

18
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang

sederhana, cepat dan biaya ringan.”

Dalam mewujudkan tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya

ringan perlu dilakukan pembaruan guna mengatasi kendala dan hambatan dalam

proses penyelenggaraan peradilan. Selain itu, tuntutan perkembangan zaman yang

mengharuskan adanya pelayanan administrasi perkara di pengadilan secara lebih

efektif dan efisien menjadi latar belakang dibentuknya e-court. Seperti yang kita

ketahui, kemajuan perkembangan teknologi informasi menjadikan kemudahan

sebagai sebuah tuntutan. Efisiensi dan efektifitas hal-hal yang dapat diakses secara

daring sudah tidak diragukan lagi.

2.5.1 Layanan-layanan e-Court

1. e-Filing (Pendaftaran Perkara Online di Pengadilan)

E-Filing atau pendaftaran perkara secara online dilakukan setelah terdaftar

sebagai pengguna atau memiliki akun pada Aplikasi e-Court dengan memilih

Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, atau Pengadilan TUN yang sudah aktif

melakukan pelayanan e-Court. Semua berkas pendaftaran dikirim secara

elektronik melalui aplikasi e-Court Makamah Agung Republik Indonesia (MARI).

E-Filing dapat digunakan untuk melakukan pendaftaran perkara secara

elektronik dalam perkara gugatan dan/atau permohonan perdata, agama, tata usaha

militer, atau tata usaha negara. Aplikasi ini dapat digunakan untuk melakukan

pendaftaran gugatan dan/atau permohonan sekaligus memasukkan dokumen

elektronik. Hasil entry data yang terverifikasi dan diterima secara prosedural, akan

memulai suatu perkara perdata. Aplikasi inipun dapat untuk memasukkan

19
dokumen elektronik atas perkara yang sudah ada. E-Filing juga dapat digunakan

untuk melakukan pengunggahan maupun pengunduhan dokumen dalam rangka

replik, duplik dan kesimpulan, pengelolaan, penyampaian dan penyimpanan

dokumen perkara perdata/agama/tata usaha militer/tata usaha negara. Pengguna

Terdaftar wajib memperhatikan standar-standar teknis yang meliputi format

dokumen, ukuran, jenis huruf, ukuran dan/atau batasan lain telah ditetapkan dalam

mengunggah dokumen melalui aplikasi E-Court.

2. e-Skum (Taksiran Panjar Biaya)

Dengan melakukan pendaftaran perkara online melalui e-Court, Pendaftar

akan secara otomatis mendapatkan Taksiran Panjar Biaya (e-SKUM) dan Nomor

Pembayaran (Virtual Account) yang dapat dibayarkan melalui saluran elektronik

(Multi Channel) yang tersedia

3. e-Payment (Pembayaran Panjar Biaya Perkara Online)

Aplikasi E-Payment dapat digunakan untuk melakukan pembayaran

terhadap panjar biaya perkara yang ditetapkan melalui aplikasi e-SKUM sebagai

tindak lanjut pendaftaran secara. elektronik. Pengguna Terdaftar wajib

memperhatikan secara seksama, jumlah panjar biaya perkara yang harus dibayar,

nomor rekening pembayaran (virtual account), jangka waktu pelunasan

pembayaran panjar biaya perkara yang telah ditentukan oleh sistem, dan

memahami serta menyetujui bahwa setiap kesalahan, keterlambatan, dan biaya

tambahan yang timbul dari perbedaan bank yang digunakan oleh Pengguna

Terdaftar dengan rekening resmi pengadilan dimana gugatan diajukan menjadi

tanggung jawab Pengguna Terdaftar. Untuk kelancaran dalam mendukung

20
program e-Court MA-RI bekerja sama dengan Bank Pemerintah dalam hal

manajemen Pembayaran Biaya Panjar Perkara Dalam hal ini bank yang telah

ditunjuk menyediakan Virtual Account (Nomor Pembayaran) sebagai sarana

pembayaran kepada Pengadilan tempat mendaftar perkara.

4. e-Summons (Pemanggilan Pihak secara online)

Sesuai dengan Pasal 11 dan 12 Peraturan MA-RI Nomor 3 tahun 2018,

disebutkan bahwa panggilan menghadiri persidangan terhadap para pihak

berperkara dapat disampaikan secara elektronik. Untuk Panggilan Elektronik

dilakukan kepada Pihak Penggugat yang melakukan pendaftaran secara elektronik

dan memiliki bukti bertulis, sedangkan Tergugat Panggilan Pertama dilakukan

melalui Jurusita Pengadilan dan dapat dilakukan panggilan secara elektronik

dengan menyatakan persetujuan secara tertulis untuk dipanggil secara elektronik,

serta kuasa hukum wajib memiliki persetujuan secara tertulis dari prinsipal untuk

beracara secara elektronik Berperkara menggunakan e-Court Bagi pegawai

DJKN, khususnya seksi HI, berperkara menggunakan e-Court ini pasti lebih

memudahkan kinerja, dikarenakan e-Court dapat langsung diakses menggunakan

internet sehingga kita tidak perlu datang ke pengadilan untuk mendaftarkan

perkara. Namun, pada sementara waktu ini, pihak yang dapat menggunakan e-

Court terbatas hanya pada kalangan advokat, Hal ini dimaksudkan sebagai salah

satu upaya mengelola potensi risiko, berupa risiko keamanan, integritas aplikasi

serta beban yang timbul bagi infrastruktur yang ada.

Selain itu juga dimaksudkan untuk mengelola kebutuhan edukasi dan

sosialisasi dalam rangka migrasi dari sistem manual ke elektronik, Advokat

21
dianggap dan diharapkan lebih siap untuk merespon dan membiasakan diri dengan

penggunaan aplikasi ini sebagai bagian dari manajemen perubahan yang bertahap

pada bidang manajemen perkara dari manual ke elektronik. Tapi tidak perlu

khawatir, untuk kedepannya, semua orang yang berperkara dapat terdaftar dan

memiliki akun e-Court walaupun bukan merupakan Advokat.

5. E-Litigation

Aplikasi e-court juga dapat mendukung dalam hal persidangan secara

elektronik (online) sehingga dapat dilakukan pengiriman dokumen persidangan

seperti Replik, Duplik, Jawaban dan Kesimpulan secara elektronik. dalam hal ini

sidang masih menerapkan konsep pembuktian langsung di persidangan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Berikut ini penelitian terdahulu berkaitan dengan judul saya yaitu:

1. Siti Fatwah, 2020 “Penerapan Sistem E-Court Di Pengadilan Tata Usaha

Negara Makassar Perspektif Siyasah Syar’iyyah” Mahkamah Agung telah

berupaya melakukan inovasi melalui digitalisasi pelayanan administrasi

perkara dengan sistem electronic court (e-court), yang secara regulatif diatur

melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem e-court khususnya

di Pengadilan Tata Usaha (PTUN) Makassar dan implikasinya terhadap

penerapan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan perspektif

Siyasah Syar’iyyah. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan

dengan pendekatan yuridis normatif, data berupa data primer dan data

sekunder yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan pustaka, data

22
yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan: 1) PTUN Makassar secara efektif telah menerapkan sistem e-

court sesuai Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019, tetapi

penerapannya masih terbatas pada tahap jawab-menjawab (gugatan,

jawaban, replik, dan duplik), kesimpulan dan putusan; 2) sistem e-court

berdampak pada proses berperkara yang lebih efisien dan efektif serta lebih

murah dari segi biaya, karena para pihak tidak perlu datang dan mengantre

diloket pelayanan, melainkan cukup mengakses aplikasi e-court; 3) pada

prinsipnya, Islam tidak alergi ataupun menolak modernisasi, sehingga

sepanjang tujuan dari penerapan e-court adalah untuk memudahkan pencari

keadilan, maka keberadaan dan pelaksanaannya harus diapresiasi

2. Kenza Radhya Ersa, 2020 “Latar Belakang: Pandemi COVID-19

menyebabkan perubahan perilaku dan keadaan hampir di seluruh Dunia.

Banyak kebiasaaan masyarakat yang berubah dan akan menuju era new

normal. Salah satu sektor yang terdampak dari aspek keadilan, persidangan

yang ditunda karena tidak bisa tatap muka saat persidangan sehingga

kualitas persidangan sangat menurun. Pada saat ini belum ada solusi yang

tepat untuk menyelesaikan keadaan ini. Melihat hal ini perlu dilakukan

inovasi terkait kejadain ini dengan membuat e-court dengan memanfaatkan

teknologi sistem informasi penggabungan Italian Trial Online (TOL) dan

Milan Bar Association (MBA) yang dirumuskan oleh Uni-Eropa dengan

adanya hal ini maka persidangan dapat terselenggara dengan baik, benar dan

efisien. Metode: Studi kasus-kasus yang menggunakan sistem persidangan

23
penggabungan TOL dan MBA. Hasil: TOL mempunyai kelebihan dalam

menyelesaikan masalah persidangan dan terbukti efektif dalam keamanan,

waktu dan harga. Sedangkan cara MBA ini lebih mempunyai standar

keaaman yang bagus diabandingkan dengan TOL. Penggabungan cara ini

dapat dilakukan sehingga terciptalah suatu metode e-court baru yang dapat

terwujud dan diterapkan di Indonesia. Kesimpulan: Pengabungan metode

TOL dan MBA mempunyai hasil yang bagus dalam sistem persidangan e-

cout sehingga Indonesia perlu merumusakan metode ini untuk

menyelesaikan persidangan di Indonesia.

3. Piousty Hasna Arifany,2021 “Analisis Implementasi Pelaksanaan E-Court

di Pengadilan Agama” Penelitian ini bertujuan menganalisis kesesuaian

implementasi pelaksanaan peradilan melalui e-court di Pengadilan agama

Bandung dengan Perma No 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi perkara

secara online dan Surat Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, No

5374/DJA/HM.01/X/2019. Penelitian ini bersifat normatif empiris.

Dianalisis secara deskriptif. Data diperoleh melalui studi Pustaka, observasi,

wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

implementasi pelaksanaan Perma No 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi

perkara secara online dan Surat Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama,

No 5374/DJA/HM.01/X/2019 telah dilaksanakan sejak tahun 2019. Namun

dalam pelaksanaannya belum efektif akibat literasi masyarakat terkait e-

court masih rendah.

24
4. Muhammad Taufiq Farhan, (2022) “Tinjauan Yuridis Persidangan

Elektronik Atau E-Litigasi Pada Peradilan Agama Pekanbaru Kelas I-A

Yang Diatur Oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019.

Skripsi Thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau”

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terjadinya perkembangan teknologi

mengakibatkan adanya tuntutan bagi Pengadilan untuk melaksanakan

administrasi dan persidangan berbasis elektronik atau saat ini dikenal

dengan e-Court, yang ditetapkan oleh Mahkamah Agung RI melalui

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi

Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik yang merupakan

salah satu upaya lembaga peradilan untuk mewujudkan asas peradilan

sederhana, cepat dan biaya ringan, yang memungkinkan pihak berperkara

untuk dapat lebih mudah menjalani proses peradilan dengan menggunakan

suatu aplikasi e-Court yang terdiri dari pendaftaran (e-Filling), pembayaran

(e-Payment), pemanggilan (e-Summons), persidangan (e-Litigasi), dengan

adanya sistem e-Court ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dan

menimbulkan akibat positif lainya. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu : Bagaimana pelaksanaan sistem e-Litigasi di Pengadilan

Agama Pekanbaru? Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan

sistem e-Court di Pengadilan Agama Pekanbaru? Penelitian ini bersifat

penelitian lapangan (field research) yaitu peninjauan langsung ke lokasi

yang diteliti untuk memperoleh data-data. Penelitian ini dilakukan di

Pengadilan Agama Pekanbaru Klas 1A, Adapun yang menjadi populasi

25
dalam penelitian ini adalah Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama

Pekanbaru, Hakim dan Panitera Pengganti Pengadilan Agama Pekanbaru

Kelas IA dan Advokat yang ada di kota Pekanbaru. Jumlah sampel yang

diambil yaitu 16 orang yang terdiri dari 3 orang Hakim Tinggi, 3 Hakim, 6

orang Panitera Pengganti dan 3 orang Advokat dengan menggunakan teknik

wawancara. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Sumber data

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang kemudian di

analisis dengan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

penulis lakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa 100%

pelaksanaan sistem e-Litigasi di Pengadilan Agama Pekanbaru Kelas I-A

sudah memenuhi Asas Sidang Terbuka untuk Umum, Asas Mendengarkan

Keduabelah Pihak, Asas Upaya Perdamaian dan Asas Fleksibilitas, serta

memudahkan pencari keadilan untuk menyelesaikan masalahnya di muka

pengadilan. Tetapi 10% para pencari keadilan belum bisa menerapkan

aplikasi e-Litigasi dikarenakan gaptek oleh karena itu maka perlunya

sosialisasi kepada masyarakat. Dalam hal ini apabila di tinjau berdasarkan

yuridis pelaksanaan sistem eLitigasi sudah menimbulkan kemaslahatan

dalam berperkara di pengadilan,. Kata Kunci: e-Litigasi telah memenuhi

asas hukum acara perdata.

26
2.7 Kerangka Pikir

Penelitian ini membahas mengenai Implementasi Aplikasi e-Court dengan

menggunakan Konsep Richardus Eko Indrajit (2005:18) paling tidak ada enam

komponen penting yang harus diperhatikan dalam penerapan e- Government,

yaitu: a.)Content Development Menyangkut pengembangan aplikasi (perangkat

lunak), pemilihan standar teknis, penggunaan bahasa pemrograman, spesifikasi

sistem basis data, kesepakatan user interface, dan lain sebagainya, b.) Competency

Building Menyangkut pengadaan SDM, pelatihan dan pengembangan kompetensi

maupun keahlian seluruh jajaran sumber daya manusia di berbagai lini

pemerintahan, c.) Connectivity Menyangkut ketersediaan infrastruktur

komunikasi dan teknologi informasi di lokasi dimana e-Government diterapkan,

d.) Cyber Laws Menyangkut keberadaan kerangka dan perangkat hukum yang

telah diberlakukan terkait dengan seluk beluk aktivitas e- Government, e.) Citizen

Interfaces Menyangkut pengadaan Sumber Daya Manusia dan pengembangan

berbagai kanal akses (multi access channels) yang dapat dipergunakan oleh

seluruh masyarakat dan Stakeholder e-Government dimana saja dan kapan mereka

inginkan, f.) Capital Menyangkut pola permodalan proyek e- Government yang

dilakukan terutama berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai dilakukan

seperti untuk keperluan pemeliharaan dan perkembangan, akan tetapi peneliti

hanya akan menggunakan 5 poin dari implementasi e-Government yakni: 1.)

Content Development, 2.) Competency Building, 3.) Connectivity, 5.) Cyber Law.

Dan menggunakan teori faktor yang mempengaruhi implementasi E-

Government menyebutkan bahwa ada 5 faktor kesuksesan atau kesiapan dalam

27
mengimplementasi E-government pada pemerintahan yaitu; (Musfikar, 2018) 1)

Faktor E-Leardership, merupakan faktor yang menjelaskan aspek-aspek yang

berhubungan dengan kesiapan dan insiatif dari Negara. 2) Faktor Infrastruktur

jaringan informasi, termasuk kecepatan akses internet, biaya penggunaan jasa

internet dan termasuk juga dengan tempat penggunaan internet untuk umum serta

kualitas dan jangkauan koneksi. 3) Faktor Pengelolaan informasi berupa sumber

informasi, kualitas informasi serta keamanan informasi, cara pengolah dan tempat

penyimpanan informasi, dan sampai dengan cara menyalurkan dan

mendistribusikan informasi. 4) Faktor Lingkungan bisnis merupakan hubungan

informasi tentang bisnis dan ekonomi antara pelaku bisnis, masyarakat dan

pemerintah dan. 5)Faktor Masyarakat dan sumber daya manusia yang merupakan

faktor berhubungan dengan penggunaan layanan teknologi informasi oleh

masyarakat dan kesiapan masyarakat untuk menggunakan layanan teknologi

informasi. Namun preneliti hanya menggunakan 4 faktor implementasi yaitu: 1)

faktor Pengelola Informasi, 2) faktor infrastruktur, 3) faktor e- leadership, dan 4)

faktor masyarakat dan sumber daya manusia.

28
Gambar 2.1Kerangka Berpikir

IMPLEMENTASI APLIKASI E- COURT

29
BAB III

METODE PENELITIAN

2.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif, yakni

mendeskripsikan atau menjelaskan suatu fakta yang berkenaan dengan

bagaimana kondisi, proses, karakteristik, atau hasil dari suatu variable atau

obyek yang diteliti (Sudjana, 2011: 52). Dalam penelitian ini, obyek yang

dimaksud adalah Implementasi Aplikasi E- Court dalam Pelayanan Publik di

Pengadilan Agama Kelas IA Kota Kendari

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pengadilan Agama Kendari Kelas IA, Kota

Kendari. Lokasi tersebut dipilih karena untuk mengetahui

Pengimplementasian aplikasi E- Court di Pengadilan Agama Kelas IA

Kendari.

2.3 Subjek dan Informan Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:32) subjek penelitian merupakan suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulan. Adapun subjek dalam penelitian ini ialah pengadilan Agama

Kelas IA Kota Kendari.

30
3.3.2 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian tersebut merupakan orang-orang yang benar-

benar menguasai dan mengetahui masalah, serta terlibat langsung dengan masalah

pada penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari:

1. Ketua Pengadilan Agama Kelas IA kota Kendari

2. Admin Aplikasi E- Court Pengadilan Agama Kelas IA Kota Kendari ( 2

Orang)

3. Masyarakat yang menggunakan Aplikasi E- Court di Kota Kendari ( 4

Orang)

2.4 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive.

Teknik purposive ini adalah teknik mengambil informan atau narasumber dengan

tujuan tertentu sesuai dengan tema penelitian karena orang tersebut dianggap

memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Dalam hal ini peneliti

memilih informan yang dianggap mengetahui permasalahan yang akan dikaji serta

mampu memberikan informasi yang dapat dikembangkan untuk memperoleh data.

2.5 Jenis dan Sumber Data

2.5.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini ialah jenis data kualitatif yaitu yaitu

data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka

(Sugiyono,2013:). Adapun data yang ingin di dapatkan dalam penelitian ini

adalah data terkait dengan pengimplementasian aplikasi E- Court pada

31
Pengadilan Agama Kelas IA Kota Kendari serta faktor- faktor yang

mempengaruhi dalam pengimplementasiannya.

2.5.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data Primer

merupakan data yang di peroleh langsung dari responden atau objek yang di

teliti melalui wawancara. serta data sekunder yaitu berupa dokumen-dokumen

atau literatur-literatur dari internet, surat kabar, jurnal dan lain sebagainya,

pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil atau menggunakan

sebagai atau seluruhnya dari kumpulan data yang telah dicatat atau diperoleh.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan usaha untuk mengumpulkan

bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian. Adapun teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

1) Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

tanya jawab yang dilakukan secara langsung oleh pihak-pihak yang terkait

dan berhadapan langsung dengan informan kunci yang dianggap mengerti

tentang permasalahan yang akan diteliti.

2) Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung

dilapangan untuk mengetahui secara tepat mengenai gambaran yang terjadi

di lokasi penelitian.

32
3) Dokumentasi

Dokumentasi yaitu dengan memanfaatkan dokumen tertulis, gambar,

maupun foto-foto yang dilakukan penulis untuk mendukung data penelitian

ini.

3.7 Definisi Konseptual

Implementasi Aplikasi E-Court yang dimaksud adalah penerapan serta

pengimplementasian Layanan- layanan pada Aplikasi E-Court di Pengadilan

Agama Kelas IA kota Kendari.

1. Content Development yang di maksud adalah sejauh mana Pengadilan

Agama Kendari menyediakan sumber daya manusia bagi masyarakat

dalam pendukung penggunaan aplikasi e- Court.

2. Competency Building yang dimaksud adalah sejauh mana pengadilan

agama Kota Kendari mengadakan SDM melalui pelatihan dan

pengembangan dalam Aplikasi e-Court.

3. Connectivity yang dimaksud adalah sejauh mana Pengadilan Agama

menyediakan Infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi dalam

pengimplementasian aplikasi e- Court.

4. Cyber Law yang dimaksud adalah ketersediaan perangkat hukum dalam

mendukung penyelenggaraan aplikasi e- Court di Pengadilan Agama

Kendari Kelas IA.

a) Faktor Pengelolan Informasi yang di maksud adalah sejauh mana

pengelolaan informasi Penga6dilan agama Kota Kendari dalam

aplikasi E- Court

33
b) Faktor Leadership yang dimaksud adalah sejauh mana kesiapan

inisiatif penggunan aplikasi E- Court.

c) Faktor Infrastruktur yang di maksud adalah Sejauh mana Kesiapan

infrastruktur penunjang penggunaan aplikasi E- Court

d) Faktor Sumber Daya manusia dalah sejauh mana Penyiapan Sumber

daya manusia dalam penggunan aplikasi E- Court

3.8 Teknik Analisa Data

Secara umum, penelitian ini menggunakan teknik analisis data interaktif

yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, (1994: 12)

Kompenen pertama analisis data interaktif yang dikembangkan oleh

Miles dan Huberman yaitu reduksi data menjelaskan bahwa langkah reduksi

data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah

editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti

menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk

yang berkenaan dengan aktivitas serta prosesproses sehingga peneliti dapat

menemukan tema-tema, kelompokkelompok, dan pola-pola data. Catatan

yang dimaksud disini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau ungkapan yang

mengarah pada terorisasi berkenaan dengan data yang ditemui.

Pengumpulan data Penyajian Data Reduksi Data Penarikan kesimpulan

Komponen kedua analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yakni

penyajian data yang melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data,

yaitu menjalin kelompok data yang satu dengan kelompok data yang lain

sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu

34
kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam

perspektif dan terasa bertumpuk oleh karena sebab penyajian data pada

umumnya diyakini sangat membantu proses analisis.

Dalam hubungan ini, data yang disajikan berupa kelompok-kelompok

yang saling dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.

Gambar-gambar dan diagram yang menunjukkan keterkaitan antara gejala

satu dengan gejalan lain sangat diperlukan untuk kepentingan analisis data.

Pada komponen yang terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan,

penelitian pada dasarnya mempertimbangkan pola-pola data yang ada atau

kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Ada kalahya kesimpulan

telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak pernah dapat

dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh

data yang ada. hal memiliki sejumlah makna pesan yang disampaikan

melalui sejumlah tanda dalam bentuk audio mapun visual.

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang Undang Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dikatakan

bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah

Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam

lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan

Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh

Mahkamah Konstitusi”.

Pengadilan Agama Kendari dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri

Agama RI Nomor 87 Tahun 1966, tentang Pembentukan Pengadilan

Agama/Mahkamah Syariah yang merupakan tindak lanjut dari PP Nomor 45

Tahun 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama di Luar Jawa dan Madura

dan sebagian Kalimantan Selatan.

Pengadilan Agama Kendari adalah Pengadilan Agama Kelas IA

merupakan Yurisdiksi dari Pengadilan Tinggi Agama Sulawesi

Tenggara. Pengadilan Agama Kendari terletak di Jalan Piere Tendean

No.45 Kendari Kecamatan Baruga Kota Kendari meliputi 11

kecamatan yang terdiri dari 64 Kelurahan. Kantor Pengadilan Agama Kendari

Kelas 1A berdiri diatas sertifikat hak pakai seluas 1.820 M2 atas nama

Pemerinmtah Republik Indonesia Cq Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A.

36
Gambar 3.1 Kantor Pengadilan Agama Kendari Kelas IA (Sumber:
Dokumentasi Peneliti 2023)

Dengan kondisi bangunan kantor Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A

yang besar sangat memberikan kenyamanan bagi para pegawai dan masyarakat

dalam berjalannya Pelayanan Publik, apalagi pelayanan publik di Pengadilan

Agama Kendari Kelas 1A di pusatkan pada satu tempat/ruang yang disebut ruang

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan seperti itu memudahkan

masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan juga masyarakat pencari keadilan.

37
4.1.1 Visi dan Misi

Visi Pengadilan Agama Kendari : Mewujudkan Pengadilan Agama

Kendari Yang Agung”

Misi Pengadilan Agama Kendari :

1. Menjaga Kemandirian Pengadilan Agama Kendari

2. Memberikan Pelayanan Hukum Yang Berkeadilan Kepada Pencari

Keadilan

3. Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Pengadilan Agama Kendari

4. Meningkatkan Kredibilitas Dan Transparansi Pengadilan Agama Kendari

Visi tersebut akan menjadi guidance, motivasi dan target kinerja yang

ingin dicapai dalam lima tahun yang akan datang dengan mewujudkan Peradilan

yang agung guna mendukung Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dalam

melayani masyarakat menuju “Terwujudnya Indonesia Maju yang B erdaulat,

Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

4.1.2 Wewenang dan Fungsi Pengadilan Agama

Pengadilan Agama merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat

pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan,

kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta

wakaf dan shadaqah, sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Undang-undang Nomor

50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama. Untuk melaksanakan tugas pokok

tersebut, Pengadilan Agama Kendari mempunyai fungsi sebagai berikut :

38
1. Memberikan pelayanan teknis yustisial dan Administrasi kepaniteraan bagi

perkara tingkat pertama serta penyelesaian perkara dan eksekusi.

2. Memberikan pelayanan dibidang Administrasi perkara banding, kasasi dan

peninjauan kembali serta Administrasi peradilan lainnya.

3. Memberikan pelayanan Administrasi umum kepada semua unsur dilingkungan

Pengadilan Agama (umum, kepegawaian dankeuangan).

4. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam pada

instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur

dalam pasal 52 ayat (1) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 dan Nomor 50

Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

5. Melaksanakan tugas penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah sesuai dengan

pasal 49 ayat (1) Undang Undang Nomor 3 tahun 2006 yang telah

diperbaharuai yang kedua dengan Undang Undang Nomor 50 Tahun 2009.

Sebagai lembaga pemerintah, Pengadilan Agama Kendari memiliki

tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan kepada

masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Tanggung jawab

tersebut dijabarkan dengan menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan

kinerja secara tertulis, periodik dan melembaga. Pelaporan kinerja dimaksudkan

untuk mengkonsumsikan capaian kinerja Pengadilan Agama Kendari dalam satu

tahun anggaran sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian kinerja yang dikaitkan

dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran serta menjelaskan keberhasilan dan

kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. Susunan Organisasi Kantor Pengadilan

Agama Kendari Kelas 1A terdiri Atas:

39
1. Ketua Pengadilan, antara lain:

1. Menyelenggarakan administrasi keuangan perkara dan mengawasi

keuangan rutin/pembangunan;

2. Melakukan pengawasan secara rutin terhadap pelaksanaan tugas dan

memberi petunjuk serta bimbingan yang diperlukan baik bagi para Hakim

maupun seluruh karyawan;

3. Sebagai kawal depan Mahkamah Agung, yaitu dalam melakukan

pengawasan atas :

 Penyelenggaraan peradilan dan pelaksanaan tugas, para Hakim dan pejabat

Kepaniteraan, Sekretaris, dan Jurusita di daerah hukumnya;

 Masalah-masalah yang timbul;

 Masalah tingkah laku/ perbuatan hakim, pejabat Kepaniteraan , Sekretaris,

dan Jurusita di daerah hukumnya;

 Masalah eksekusi yang berada di wilayah hukumnya untuk diselesaikan

dan dilaporkan kepada Mahkamah Agung.;

4. Memberikan izin berdasarkan ketentuan undang-undang untuk membawa

keluar dari ruang Kepaniteraan meliputi daftar, catatan, risalah, berita

acara serta berkas perkara;

5. Menetapkan panjar biaya perkara (dalam hal penggugat atau tergugat tidak

mampu, Ketua dapat mengizinkan untuk beracara secara prodeo atau tanpa

membayar biaya perkara).

2. Wakil Ketua Pengadilan

40
1. Membantu Ketua dalam membuat program kerja jangka pendek dan

jangka panjang, pelaksanaannya serta pengorganisasiannya;

2. Mewakil ketua bila berhalangan;

3. Melaksanakan delegasi wewenang dari Ketua;

4. Melakukan pengawasan intern untuk mengamati apakah pelaksanaan tugas

telah dikerjakan sesuai dengan rencana kerja dan ketentuan yang berlaku

serta melaporkan hasil pengawasan tersebut kepada Ketua.

3. Hakim

1. Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melaksanakan tugas Kekuasaan

Kehakiman. Tugas utama hakim adalah menerima, memeriksa dan

mengadili serta menyelesaikan semua perkara yang diajukan kepadanya;

2. Dalam perkara perdata, hakim harus membantu para pencari keadilan dan

berusaha keras untuk mengatasi hambatan-hambatan dan rintangan agar

terciptanya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan;

4. Panitera

1. Kedudukan Panitera merupakan unsur pembantu pimpinan;

2. Panitera dengan dibantu oleh Panitera Muda harus menyelenggarakan

administrasi secara cermat mengenai jalannya perkara perdata dan pidana;

3. Bertanggungjawab atas pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen,

akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, surat-surat

bukti dan surat-surat lainnya yang disimpan di Kepaniteraan;

4. Membuat salinan putusan;

5. Menerima dan mengirimkan berkas perkara;

41
6. Melaksanakan eksekusi putusan perkara perdata yang diperintahkan oleh

Ketua Pengadilan dalam jangka waktu yang ditentukan;

7. Membina dan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas administrasi perkara,

dan membuat laporan periodik.

5. Sekretaris

6. Sekretaris bertugas menyelenggarakan administarsi umum, mengatur tugas

para Kepala Sub Bagian, Pejabat Administrasi Umum, serta seluruh

pelaksana di bagian Kesekretariatan Pengadilan Negeri Bantul.

1. Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas

penggunaan anggaran.

2. Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas

keberadaan dan pemanfaatan barang milik negara ( BMN ).

3. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan Sub

Bagian Umum dan Keuangan, Sub Bagian Kepegawaian dan Ortala serta

Sub Bagian Perencanaan, Teknologi Informasi dan pelaporan dalam

rangka memberikan pelayanan administratif dalam lingkungan Pengadilan

Negeri Bantul berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran

Kementerian dan lembaga (RKAKL) sebagai bahan penyediaan dana

kegiatan dan dana pembangunan.

5. Mengkoordinir pelaksanaan Laporan Sistem Akuntansi Instansi Berbasis

Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang

Milik Negara (SIMAKBMN).

42
6. Panitera Pengganti

Membantu Hakim dalam persidangan perkara perdata serta melaporkan kegiatan

persidangan tersebut kepada Panitera Muda yang bersangkutan

7. Jurusita

 Jurusita bertugas untuk melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh

Hakim Ketua Majelis

 Jurusita bertugas menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-

teguran, protes-protes dan pemberitahuan putusan pengadilan

 Jurusita melakukan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan Agama

 Jurusita membuat berita acara penyitaan, yang salinannya kemudian

diberikan kepada pihak-pihak yang terkait

Pada Pengadilan Agama terdapat dua bidang pokok yaitu kepaniteraan dan

sekretariatan yang dipimpin oleh Panitera dan Sekretaris dengan tugas pokok dan

fungsi sebagai berikut:

a. Kepaniteraan

Sesuai ketentuan pasal 2 Keputusan KMA-RI No. KMA/004/SK/II/1999

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama, tugas pokok

Kepaniteraan adalah memberikan pelayanan teknis di bidang administrasi perkara

dan administrasi peradilan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Dalam hal ini fungsi Kepaniteraan mencakup 5 (lima) lima hal,

yaitu:

43
1. Menyusun kegiatan administrasi perkara serta melaksanakan koordinasi

dan sinkronisasi yang berkaitan dengan persidangan.

2. Mengurus daftar perkara, administrasi perkara, admninistrasi keuangan

perkara dan administrasi pelaksanaan putusan perkara perdata.

3. Mengurus daftar perkara, administrasi perkara dan administrasi keuangan

perkara pidana

4. Penyusunan statistik perkara, dokumentasi perkara, laporan perkara dan

memberikan jasa pelayanan hukum bagi masyarakat.

5. Lain-lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Bidang Kepaniteraan dibagi dalam 2 sub bidang kepaniteraan yaitu:

1. Kepaniteraan Perdata, yang bertugas melakukan administrasi perkara,

mempersiapkan persidangan perkara, menyimpan berkas perkara yang

masih berjalan dan lain-lain yang berhubungan dengan perkara perdata

2. Kepaniteraan Hukum, bertugas mengumpulkan, mengolah dan mengkaji

data, menyajikan statistik perkara, menyusun laporan perkara, menyimpan

arsip berkas perkara, administrasi kewarganegaraan, pengesahan badan

hukum dan administrasi yang berkaitan dengan catatan sipil dan tugas lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

44
4.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi


1. Pimpinan Pengadilan Agama dipimpin oleh seorang Ketua.

2. Hakim adalah Pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman.

3. Bidang Kepaniteraan di setiap Pengadilan Agama dipimpin oleh seorang

Panitera.

4. Dalam melaksanakan tugasnya Panitera Pengadilan Agama dibantu oleh 3

(orang) Panitera Muda yaitu Panitera Muda Hukum, Panitera Muda Gugatan

dan Panitera Muda Permohonan. Disamping itu Panitera juga dibantu oleh

beberapa orang Panitera Pengganti dan beberapa orang Jurusita/Jurusita

Pengganti.

5. Bidang Kesekretariatan di setiap Pengadiilan Agama dipimpin oleh seorang

Sekretaris.

6. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris dibantu oleh 3(orang) Kasubag.

Yaitu Kasubag Perencanaan, Informasi Teknologi dan Pelaporan, Kasubag

Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana, dan Kasubag Umum dan

45
Keuangan, pejabat Analisisi Kepegawaian dan staf, Pejabat Pranata

Komputer, Pejabat Arsiparis dan Staf.

4.1.4 Sumber Daya

Salah satu instrumen penunjang terlaksananya tugas pokok dan fungsi

Kantor Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A adalah Dengan pegawai dengan

kuantitas dan kualitas yang memadai, sesuai dengan analisa jabatan dan

berkompetensi. Kekuatan sumber daya manusia (SDM) Pengadilan Agama

Kendari sampai dengan tahun 2022, sebagai berikut:

1. Ketua 1 Orang;
2. Wakil Ketua 1 orang);
3. Hakim 9 orang;
4. Panitera 1 orang;
5. Sekretaris 1 orang;
6. Panitera Muda 3 orang;
7. Panitera Pengganti 4 orang;
8. Jurusita 5 orang dan Jurusita Pengganti 1 orang;
9. Kepala Sub Bagian 3 orang;
10. Analis Kepegawaian 1 Orang
11. Pranata Komputer 1 orang
12. Arsiparis 1 orang.

Kondisi sumber daya manusia (SDM) Pengadilan Agama Kendari saat ini

masih jauh dari ideal. Sebagaimana diatur dalam buku I Mahkamah Agung RI

tentang Administrasi Perencanaan, Pola Kelembagaan Peradilan, Administrasi

Kepegawaian Peradilan, Administrasi Tata Persuratan, Tata Kearsipan dan

Administrasi Keptrokolan, Kehumasan dan Keamanan, Pola Klasifikasi Surat

Mahkamah Agung RI, Prototype Gedung Pengadilan dan Rumah Dinas, Pedoman

Pembangunan Gedung Kantor dan Rumah Jabatan Badan Peradilan dibawah

46
Mahkamah Agung RI dan Administrasi Perbendaharaan, idealnya Pengadilan

Agama Kendari Kelas I A terdiri dari :

Maksimum 8 Majelis Hakim atau maksimum 24 orang Hakim termasuk

Wakil Ketua. Seorang Panitera, seorang Sekretaris, 3 Panitera Muda Kepaniteraan

yang masing-masing dipimpin oleh seorang Panitera Muda dan 3 Kepala Sub

Bagian Kesekretariatan yang 17 masing- masing dipimpin orang seorang Kepala

Sub Bagian. Setiap Majelis Hakim dibantu maksimum 4 orang Panitera

Pengganti, 5 (lima) orang Jurusita dan maksimum 10 orang Jurusita Pengganti; 9

(sembilan) orang pegawai pada unit/urusan perkara. Ketatausahaan terdiri dari 40

orang termasuk 10 juru ketik, 5 sopir, 10 pesuruh, 3 penjaga malam dan 2 orang

tukang kebun. Jumlah seluruhnya formasi untuk Pengadilan Agama Kelas IA

idealnya sebanyak 158 orang.

4.2 Aplikasi E- Court

e-Court adalah sebuah instrumen Pengadilan sebagai bentuk pelayanan

terhadap masyarakat dalam hal Pendaftaran perkara secara online, Taksiran Panjar

Biaya secara elektronik, Pembayaran Panjar Biaya secara online, Pemanggilan

secara online dan Persidangan secara online mengirim dokumen persidangan

(Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban). Aplikasi e-Court perkara diharapkan

mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran perkara

secara online dimana masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat

melakukan pendaftaran perkara. Ruang Lingkup aplikasi e-Court adalah sebagai

berikut :

47
1. Pendaftaran Perkara Online (e-Filing)

Pendaftaran Perkara Online dalam aplikasi e-Court untuk saat ini baru

dibuka jenis pendaftaran untuk perkara gugatan, bantahan, gugatan sederhana, dan

permohonan. Pendaftaran Perkara ini adalah jenis perkara yang didaftarkan di

Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan TUN yang dalam

pendaftarannya memerlukan effort atau usaha yang lebih, dan hal ini yang

menjadi alasan untuk membuat e-Court salah satunya adalah kemudahan

berusaha. Kuntungan Pendaftaran Perkara secara online melalui Aplikasi e-Court

yang bisa diperoleh dari aplikasi ini adalah :

1. Menghemat Waktu dan Biaya dalam proses pendaftaran perkara.

2. Pembayaran Biaya Panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi

chanel atau dari berbagai metode pembayaran dan bank.

3. Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi

dan media.

4. Proses Temu Kembali Data yang lebih cepat

2. Pembayaran Panjar Biaya Online (e-Payment)

Dalam pendaftaran perkara, pengguna terdaftar akan langsung

mendapatkan SKUM yang digenerate secara elektronik oleh aplikasi e-Court.

Dalam proses generate tersebut sudah akan dihitung berdasarkan Komponen

Biaya apa saja yang telah ditetapkan dan dikonfigurasi oleh Pengadilan, dan

Besaran Biaya Radius yang juga ditetapkan oleh Ketua Pengadilan sehingga

perhitungan taksiran biaya panjar sudah diperhitungkan sedemikian rupa dan

menghasilkan elektronik SKUM atau e- SKUM. Pengguna Terdaftar setelah

48
mendapatkan Taksiran Panjar atau e-SKUM akan mendapatkan Nomor

Pembayaran (Virtual Account) sebagai rekening virtual untuk pembayaran Biaya

Panjar Perkara.

3. Pemanggilan Elektronik (e-Summons)

Sesuai dengan Perma No.3 Tahun 2018 bahwa Pemanggilan yang

pendaftarannya dilakukan dengan menggunakan e-Court, maka pemanggilan

kepada Pengguna Terdaftar dilakukan dilakukan secara elektronik yang

dikirimkan ke alamat domisili elektronik pengguna terdaftar. Akan tetapi untuk

pihak tergugat untuk pemanggilan pertama dilakukan dengan manual dan pada

saat tergugat hadir pada persidangan yang pertama akan diminta persetujuan

apakah setuju dipanggilan secara elektronik atau tidak, jika setuju maka akan

pihak tergugat akan dipanggil secara elektronik sesuai dengan domisili elektronik

yang diberikan dan apabila tidak setuju pemanggilan dilakukan secara manual

seperti biasa.

4. Persidangan Elektronik (e-Litigation)

Aplikasi e-Court juga mendukung dalam hal persidangan secara elektronik

sehingga dapat dilakukan pengiriman dokumen persidangan seperti Replik,

Duplik, Kesimpulan dan atau Jawaban secara elektronik yang dapat diakses oleh

Pengadilan dan para pihak.

4.2.1 Kelebihan Aplikasi E- Court

1. Menghemat Waktu dan Biaya dalam proses pendaftaran perkara.

2. Pembayaran Biaya Panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi chanel

atau dari berbagai metode pembayaran dan bank.

49
3. Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi dan

media.

4. Proses Temu Kembali Data yang lebih cepat

4.2.2 Tata Cara Mengakses Aplikasi E-Court

1. Mengakses Link (https://ecourt.mahkamahagung.go.id/)

Gambar 5.1 Halaman Login


Proses Awal untuk mengakses Aplikasi ini adalah dengan cara Mengakses

Link (https://ecourt.mahkamahagung.go.id/) melalui google.

2. Registrasi/Pendaftaran Pengguna

50
Gambar 6.1 Registrasi Pengguna
Setelah melakukan proses login maka pengguna wajib melakukan proses

registrasi/ Pendaftaran dengan mengisi data diri, email aktif pengguna dan

password untuk di gunakan pada saat login.

3. Login

Gambar 7.1 Login


Setelah pengguna telah melakukan pendaftaran maka pengguna di

persilahkan untuk melakukan aktivitas login dengan mengisi email dan password

yang telah di buat pada saat registrasi.

51
4. Masuk ke halaman pendaftaran perkara

Gambar 8.1 Halaman Pendaftaran Perkara


Setelah Pengguna berhasil login maka pengguna dapat mengakses

halamam pendaftaran perkara yang dimana didalam halaman pendaftaran perkara

terdapat berbagai menu pilihan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

4.3 Implementasi Aplikasi E-Court dalam Pelayanan Publik di Pengadilan

Agama Kendari Kelas IA

Implementasi E-government dalam pelayanan publik merupakan suatu

tuntutan serta kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap kalangan pemerintah,

dimana hal ini telah diatur sesuai dengan Keputusan Presiden No. 3 Tahun 2003

Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, dan

52
berkaitan dengan Pelayanan Publik yang berdasarkan Undang-Undang No. 23

Tahun 2009. Dimana setiap peraturan ini merujuk kepada perbaikan dalam

kuliatas pelayan publik, meningkatkan transparansi, efisiensi serta menciptakan

Good Governance. Tentunya dalam hal perubahan sebelum dan sesudah adanya

aplikasi E-Court ini sangat terlihat, karena E-Court sendiri memiliki tujuan yaitu

untuk mempermudah setiap warga negara dalam melakukan pendaftaran perkara

dalam proses pengadilan.

Adapun dengan sebelum adanya aplikasi E-Court ini, masyarakat

cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan pengadilan karena

masyarakat harus datang ke Kantor Pengadilan Agama Kendari terdahulu yang

akan memakan waktu dan biaya yang banyak, hal inilah yang membuat kurangnya

efesien dan efektivitas pelayanan dalam pendaftaran dan proses persidangan

perkara, melihat akan kesulitan masyarakat ini maka diluncurkanlah aplikasi E-

Court berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung tahun 2019 yang berguna untuk

mempermudah masyarakat dalam melalukan kegiatan pengadilan dengan berbasis

teknologi yang mengirit waktu dan biaya berlebihan demi mewujudkan cita-cita

dalam pelayanan publik yang efesien dan efektif.

Aplikasi E-Court ini memberikan suatau pelayanan secara cepat, biaya yang

ringan dan dalam suatu perkara dapat melalui proses yang efektif , efisien, cepat,

dan tidak berbelit-belit. Adapun contoh persidangan yang dapat ditunjang oleh

aplikasi ini antara lain yaitu pendaftaran perkara oleh advokat, pemanggilan,

gugatan pembayaran banjar biaya perkara, jawaban, replik, duplik, salinan

putusan, serta untuk kegiatan administrasi baik untuk perkara perdata, tata usaha

53
negara maupun perkara agama. Penggunan Aplikasi yang dimaksud adalah

implementasi penggunanan e government di Kantor Pengadilan Agama.

Sebagai acuan untuk mengukur pengimplementasian aplikasi E-Court dengan

menggunakan teori Indrajit (2005) yang menjelaskan Content Development,

Competenciy Building, Connectivity, Cyberr Law.

Implementasi aplikasi E-Court dalam pelayanan publik di pengadilan Agama

Kendari Kelas 1A terdpat beberapa sub item implementasi aplikasi e-court di

pelayanan publik sebagai berikut:

4.3.1 Content Development (Pengembangan Konten)

Content developement merupakan salah satu bentuk usaha yang musti

dilakukan oleh Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A dalam rangka melakukan

pengembangan perangkat lunak dan pengembangan konten/isi aplikasi

dikarenakan keberadaan perangkat lunak menjadi faktor utama pendukung

terimplementasinya Aplikasi E-Court. Berikut juga bertujuan untuk memberi

kepastian informasi yang jelas dan akurat tentang apa yang di butuhkan oleh

masyarakat didalam aplikasi E-court demi terselenggaranya pelayanan e-

governement atau pelayanan publik berbasis aplikasi dapat terselenggara dengan

baik.

Pengembangan konten yaitu dengan mengukur sejauh mana masyarakat

dapat mengakses kebutuhan mereka didalam aplikasi E- Court. Pengembangan

konten ini dapat dilihat melalui hasil wawancara dengan Sahrul Fahmi selaku

ketua Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A yang menjelaskan Bahwa:

54
“Dalam rangka Pengembangan konten atau isi dalam aplikasi E-Court
Pihak Mahkamah Agung melalui Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A
terus melakukan upgrading/updating kontent dalam aplikasi ini
menyesuaikan dengan kebutuhan serta masalah-masalah yang di alami
oleh masyarakat tentunya hal ini semata-mata dilakukan untuk
mempermudah masyarakat dalam mengakses kebutuhannya di dalam
aplikasi ini” (Hasil Wawancara 6 Maret 2023).

Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan Syahiddun Razak selaku admin

aplikasi E-Court di Pengadilan Agama Kendari mengenai pengembangan isi dan

konten dalam aplikasi E-Court yang mengatakan bahwa:

“Dengan adanya beberapa kali perubahan PERMA tentang E-court ini


menujukkan bahwa adanya beberapa perubahan/update isi dan konten
dalam aplikasi ini yaitu adanya beberapa pelayanan secara elektronik yang
sebelumnya tida ada dan sekarang ada seperti persidangan online” (Hasil
Wawancara 6 Maret 2023).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut tidak beda jauh dengan yang

diungkapkan oleh ketua pengadilan agama Sahrul Fahmi dan admin pengelola

Aplikasi E-Court bahwa Pengembangan isi dan perangkat lunak Aplikasi E-Court

telah dilakukan melalui beberapa perubahan peraturan mahkamah agung tentang

Aministrasi Perkara secara elektronik yang di dalam peraturan tersebut terdapat

beberapa pengembangan fitur pada aplikasi E-Court hal ini bertujuan untuk

mempermudah masyarakat memperoleh pelayanan persidangan di Kantor

pengadilan agama Kendari kelaas 1A.

Selain itu untuk mengetahui pengembangan konten dan perangkat lunak

aplikasi E-Court terhadap masyarakat sebagaimana yang diungkapkan oleh Syafiil

sebagai pengguna aplikasi E-Court, bahwa:

“Aplikasi E-Court ini sangat membantu kami dalam mendapatkan


informasi pelayanan serta berperkara di Pengadilan Agama Kelas 1A
dengan adanya berbagai macam pelayanan yang di sediakan didalam

55
aplikasi akan tetapi kami menemukan beberapa masalah ketika mengakses
pelayanan di aplikasi ini salah satunya ketika membuka web aplikasi yang
terkadang eror (tidak dapat di akses” (hasil wawancara 12 Maret 2023)

Dari hasil wawancara di atas mengungkapkan bahwa yang menjadi titik

tolak dari pengembangan isi dan perangkat lunak aplikasi E- Court adalah masih

di dapatkannya masalah yang berhubungan dengan pengembangan perangkat

lunak, sehingga mengakibatkan Aplikasi E-Court terkadang terkendala pada saat

diakses.

Sama halnya yang diungkapkan oleh, Fathul sebagai pengguna Aplikasi E-

Court yang menyatakan bahwa:

“Aplikasi E-Court sangat membantu masyarakat untuk mengetahui


informasi jadwal sidang serta pemanggilan pihak untuk persidangan. Akan
tetapi terkadang kami mendapatkan perbedaan jadwal sidang yang tertera
pada aplikasi dan yang ada di Pengadilan hal ini mengakibatkan
persidangan yang seharusnya sudah terlaksana kemudian ditunda.”(Hasil
Wawancara 11 Maret 2023)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa aplikasi

Ketersediaan isi dan informasi yang ada harus sangat diperhatikan guna

memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat dengan baik. Karena salah

satu cara memberikan pelayanan yang baik adalah dengan penyediaan informasi

yang selalu diperbarui dan benar adannya.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan dapat disimpulkan bahwa dalam

implementasi Aplikasi e-Court belum terlaksana dengan baik yang dimana

aplikasi e-Court sulit untuk diakses oleh masyarakat dan adanya perbedaan

infomrasi jadwal persidangan yang ada pada aplikasi e-Court dengan informasi di

56
kantor pengadilan agama Kendari kelas 1A yang menyebapkan persidangan di

tunda.

Content Development (pengembangan isi dan perangkat lunak) merupakan

bentuk usaha yang harus dilakukan oleh Kantor Pengadilan Agama Kendari Kelas

1A untuk memberikan ketersedian isi/content serta pengembangan perangkat

lunak kepada masyarakat kota kendari untuk menggunakan aplikasi E- Court.

Dengan maksud agar aplikasi ini dapat membantu masyarakat untuk memperoleh

informasi serta mengakses pelayanan yang cepat, akurat dan trasparan.

4.3.2 Competency Bulding (Pengembangan Kompetensi)

Competency Bulding merupakan salah satu strategi pemerintah untuk

mendistribusikan informasi publik melalui aplikasi E-Court dengan tujuan agar

masyarakat lebih mudah untuk mengakses informasi yang disediakan oleh pihak

kantor pengadilan agama Kelas 1A Kota Kendari. Keterbukaan informasi publik

mendorong masyarakat untuk jauh lebih baik dalam mengonsumsi informasi

publik tentunya melalui aplikasi E-Court.

Competency Building ini menyakut tentang pengadaan serta peningkatan

kemampuan SDM dan pelatihan. pengembangan kompetensi pegawai kantor

pengadilan agama Kendari sangat penting, mengingat adanya keterbukaan

informasi publik tentunya mendorong SDM yang ada untuk mampu

melaksanakan secara efisien dan efektif terhadap penerapan aplikasi E-Court di

kantor tersebut tentunya hal didapatkan melalui berbagai macam pelatihan.

Berdasarkan hasil wawancara Bersama Sahrul Fahmi selaku ketua Pengadilan

Agama Kendari kelas 1A yang mengatakan bahwa:

57
“e-Court dalam pelaksanaanya walaupun berbasis teknologi dan informasi
tentu tidak serta merta hanya mengandalkan teknologi saja, harus
didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menguasai
sistem pengoperasian aplikasi e-Court tersebut. Sehingga ditunjuk dua
petugas Meja e-Court untuk dapat mendukung pengoperasian dan
pelayanan e-Court secara maksimal, Namun dua orang tersebut belum
maksimal untuk melayani masyarakat dalam penggunaan Aplikasi E-Court
karena banyaknya masyarakat yang menggunakan Aplikasi E-court”
(Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan Fitri Sinaga selaku admin aplikasi

E-Court di Pengadilan Agama Kendari mengenai pengembangan isi dan konten

dalam aplikasi E-Court yang mengatakan bahwa:

“Di Pengadilan Agama Kendari, E-court itu dikelola oleh petugas e-Court
yang dimana mereka telah melewati beberapa tahapan pelatihan yang
dilakukan oleh Mahkamah Agung juga pengembangan Kompetensi
aplikasi e-Court biasanya dilakukan dengan mengikuti seminar atau
bimbingan teknis yang diadakan oleh Mahkamah Agung RI maupun dari
Pengadilan yang akan dipercaya oleh Mahkamah Agung sebagai Pillot
Project e-Court untuk mengenalkan sistem e-Court ke Pengadilan lainnya
(Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam rangka

meningkatkan kompetensi pengelola e- court di Pengadilan Agama Kendari. Para

petugas E- court telah di modali wawasan serta pengetahuan tentang Aplikasi E-

court. Hal ini dilakukan tentunya untuk menghindari adanya kesalahan informasi

yang di berikan kepada masyarakat

Sama halnya yang diungkapkan oleh, Fathul sebagai pengguna Aplikasi E-

Court yang menyatakan bahwa:

“ Dalam pelayanan Aplikasi E- court di kantor pengadilan agama Kendari


kelas 1A terselenggara dengan baik yang dimana telah teredia satu meja
khusus yang dinamakan dengan pojok e-Court dan 2 (dua) admin petugas

58
E- court sehingga mempermudah masyarkat dalam akses pelayanan E-
court” (Hasil Wawancara 12 Maret 2023).

Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan Syafiil sebagai salah satu
pengguna Aplikasi E-court di Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A menyatakan
bahwa :
“Dengan hadirnya Aplikasi E- court ini tentunnya menjadi inovasi
pelayanan yang baik untuk berperkara di Pengadilan Agama Kendari
Kelas 1A, Kami selaku pengguna sangat menyambut baik hadirnya inovasi
ini. Akan tetapi, Pada saat di Pengadilan dalam rangka bertanya mengenai
Informasi Aplikasi E-court ini mengalami kendala yang dimana adanya
antrian di depan Pojok E-court yang di karenakan hanya di sediakannya
dua orang admin tentu dua orang ini sangat kurang dalam memaksimalkan
pelayanan penggunaan Aplikasi E-court ini”(Hasil Wawancara 12 Maret
2023).

Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa Pengadilan Agama

Kendari telah menyediakan satu meja khusus yang dinamakan dengan pojok e-

Court dan petugas yang telah memenuhi syarat sebagai Admin petugas serta yang

telah meyelesaikan tahapan Seminar dan Bimbingan Teknis tentanag pengelolaan

Aplikasi E- court dan mendukung pelayanan aplikasi e-court tentunya hal tersebut

dilakukan dalam rangka untuk meberikan kepastian pelayanan yang prima kepada

masyarakat. Akan tetapi Dengan hanya di sediakannya dua orang tentu tidak

cukup untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat karena

banyaknya masyarakat yang membutuhkan pelayanan.

4.3.3 Connectivity (Ketersediaan Infrastruktur)

Connectivity merupakan Bentuk ketersediaan infrastruktur untuk penerapan

e-Government. Connectivity salah satu faktor penting dalam pengimplementasian

inovasi pelayanan public berbasis digital. Hal ini dikarenakan connectivity

59
berhubungan dengan tersediannya infrastruktur komunikasi dan teknologi

informasi.

connectivity untuk meningkatkan desain dan memberikan pelayanan yang

berkualitas serta menarik perhatian masyarakat. Selain itu, Connectivity dapat

meningkatkan effisiensi dan transparasi dan memperkuat interaksi dengan

masyarakat. Connectivity yaitu mengukur sejauh mana pengadilan agama Kendari

kelas 1A telah menyadiakan infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi hal

ini dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara Bersama Sahrul Fahmi selaku ketua

Pengadilan Agama Kendari kelas 1A yang mengatakan bahwa:

“Infrastruktur berupa perangkat keras sebagai prasarana penunjang


kelancaran pelaksanaan E-court pengadilan agama kendari kelas 1A telah
menyediakan seperangkat computer pada meja E-court”(Hasil
Wawancara 10 Maret 2023).

Sama halnya yang diungkapkan oleh, Safar selaku Panitera pengadilan

agama Kendari kelas 1A yang menyatakan bahwa:

“Dalam hal ketersedian infrastruktur kami selaku pegawai yang terlibat


langsung dalam persidangan telah disediakan satu computer juga jaringan
telekkomunikasi dalam Wifi hal ini diperuntukan untuk para pegawai
kantor untuk mengakses dan mengawasi segala informasi yang tercantum
dalam aplikasi E-Court” (Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

Berdasarkan hasil wawancara Bersama Sahrul Fahmi selaku ketua

Pengadilan Agama Kendari kelas 1A dan Safar selaku Panitera pengadilan agama

Kendari kelas 1A bahwa dalam pelaksanaan Connectivity untuk mengukur

pengimplementasian aplikasi E-court di kantor pengadilan agama Kendari kelas

1A yaitu dengan telah di sediakannya satu unit Computer di meja E-Court juga

60
jaringan telekomunikasi dalam bentuk Wifi untuk mempermudah pegawai dan

masyarakat dalam mengakses aplikasi E-Court.

Selain itu berdasarkan wawancara Bersama Syafiil sebagai pengguna

aplikasi E-Court menytakan bahwa:

“Aplikasi E-Court secara fungsinya sangat membantu kami pihak yang


berperkara dan tinggal jauh dari lokasi kantor pengadilan agama Kendari
kelas 1A, akan tetapi kami menemukan beberapa kendala yaitu jaringan
internet kurang memadai sehingga sulit untuk mendapatkan infomrasi dari
aplikasi E-Court” (Hasil Wawancara 12 Maret 2023).

Sama halnya juga yang diungkapkan oleh fathul sebagai pengguna aplikasi

E-Court menyatakan bahwa:

“Penggunaan aplikasi E-Court dalam menyelesaikan perkara di pengadilan


agama Kendari kelas 1A masih mendapatkan kendala jaringan internet
sehingga menyulitkan kami untuk menyelelesaikan perkara di kantor
pengadilan agama Kendari kelas 1A” (Hasil Wawancara 11 Maret 2023).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan

infrastruktur komunikasi dan teknologi komunikasi dalam pegimplementasian

aplikasi E-Court belum tersedia dengan baik yang diantarannya masih ada bebera

wilayah di kota Kendari yang masih kesulitan mendapatkan askes internet.

Berdasarkan observasi di atas dapat disimpulakan bahwa tersedianya

Connectivity (tersediannya infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi),

pengadilan agama Kendari kelas 1A telah berupaya untuk menyediakan

infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi akan tetapi beberapa masyarakat

kota Kendari dalam menyelesaikan perkara di pengadilan agama kendari kelas 1A

masih mengalami kesulitan dalam mengakses jaringan internet yang dimana pada

aplikasi E-Court membutuhkan jarigan internet yang satabil dalam penggunannya.

61
4.3.4 Cyber Law (Perangkat Hukum)

Payung hukum dalam pelaksanan sebuah program sangat di perlukan.

Payung hukum atau Cyber Law di harapkan dapat memberikan perlindungan pada

program ataupun pengguna maupun pelaksanaan. Oleh karena adanya cyber law

maka suatu program dapat di katakan legal.

Tabel 1.1 Dasar Hukum

Aplikasi E-Court Aturan Yang Mengatur tentang Aplikasi E-Court

1. Dasar Hukum dalam pelaksanaan e-Court adalah


Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan
secara Elektronik

2. Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik


Indonesia Nomor 363 /KMA/SK/XII/2022 tentang
Petunjuk Teknis Administrasi Dan Persidangan Perkara
Perdata, Perdata Agama, dan Tata Usaha Negara di
Pengadilan Secara Elektronik

3. Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama


(Dirjen Badilag) Nomor 056/DJA/HK.05/SK/I/2020
tentang Pelaksanaan Administrasi Perkara dan
Persidangan di Pengadilan Agama Secara Elektronik

Cyber law dalam Aplikasi E- Cour Di harpakan dapat membarikan

legalitas pada aplikasi tersebut agar pelaksanaannya dapat terencana dan tersusun

secara rapi dalam pelaksanannya. Cyber law dalam aplikasi E- Cour tertuang

dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022

tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019

tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik,

62
Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 363

/KMA/SK/XII/2022 tentang Petunjuk Teknis Administrasi Dan Persidangan

Perkara Perdata, Perdata Agama, dan Tata Usaha Negara di Pengadilan Secara

Elektronik, Dan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama (Dirjen

Badilag) Nomor 056/DJA/HK.05/SK/I/2020 tentang Pelaksanaan Administrasi

Perkara dan Persidangan di Pengadilan Agama Secara Elektronik. Hal ini

Tertuang dalam Wawancara Sahrul Fahmi Selaku Ketua Pengadilan Kendari

Kelas IA yang menyatakan bahwa:

“Dasar Hukum dalam pelaksanaan e-Court adalah Peraturan


Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019
tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara
Elektronik Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 363 /KMA/SK/XII/2022 tentang Petunjuk Teknis Administrasi
Dan Persidangan Perkara Perdata, Perdata Agama, dan Tata Usaha
Negara di Pengadilan Secara Elektronik Keputusan Direktur Jenderal
Badan Peradilan Agama (Dirjen Badilag) Nomor
056/DJA/HK.05/SK/I/2020 tentang Pelaksanaan Administrasi Perkara
dan Persidangan di Pengadilan Agama Secara Elektronik” (Hasil
Wawancara 10 Maret 2023).
Senada dengan pendapat diatas Safar Selaku Panitera memperjelas bahwa

sebagai berikut :

“Dasar Hukum dalam pelaksanaan e-Court tertuang Peraturan


Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019
tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara
Elektronik, Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 363 /KMA/SK/XII/2022 tentang Petunjuk Teknis Administrasi
Dan Persidangan Perkara Perdata, Perdata Agama, dan Tata Usaha
Negara di Pengadilan Secara Elektronik, Keputusan Direktur Jenderal
Badan Peradilan Agama (Dirjen Badilag) Nomor
056/DJA/HK.05/SK/I/2020 tentang Pelaksanaan Administrasi Perkara

63
dan Persidangan di Pengadilan Agama Secara Elektronik)” (Hasil
Wawancara 10 Maret 2023).

Hal sendada dapat pertegas pula Muslim selaku Wakil Ketua Pengadilan

Agama Kendari Kelas IA yang mengungkapkan bahwa sebagai berikut :

“Dalam pelaksanaan e-Court tertuang Peraturan Mahkamah Agung


Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik
Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
363 /KMA/SK/XII/2022 tentang Petunjuk Teknis Administrasi Dan
Persidangan Perkara Perdata, Perdata Agama, dan Tata Usaha Negara
di Pengadilan Secara Elektronik, Keputusan Direktur Jenderal Badan
Peradilan Agama (Dirjen Badilag) Nomor 056/DJA/HK.05/SK/I/2020
tentang Pelaksanaan Administrasi Perkara dan Persidangan di
Pengadilan Agama Secara Elektronik” (Hasil Wawancara 10 Maret
2023).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Pengadilan Agama Kelas IA

Kendari, peneliti dapat menyatakan bahwa saat ini memang e-court di kota

kendari sudah digunakan oleh seluruh masyarakat kota kendari yang dilandasi

dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022

tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019

tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 363

/KMA/SK/XII/2022 tentang Petunjuk Teknis Administrasi Dan Persidangan

Perkara Perdata, Perdata Agama, dan Tata Usaha Negara di Pengadilan Secara

ElektronikKeputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama (Dirjen Badilag)

Nomor 056/DJA/HK.05/SK/I/2020 tentang Pelaksanaan Administrasi Perkara dan

Persidangan di Pengadilan Agama Secara Elektronik.

64
4.4 Pembahasan Implementasi Aplikasi e-Court

Tabel 2.1 Hasil dan Pembahasan Implementasi E- Court

No. Implementasi Aplikasi Hasil Pembahasan


E-Court
1. Content Development Implementasi suatu program aplikasi E-
government dapat di identifikasi dengan
adanya pengembangan isi dan perangkat
lunak pada aplikasi tersebut. Pengembangan
isi, konten dan Perangkat lunak ini di nilai
masih sangat jauh dari harapan masyarakat
walaupun pengembangan konten karena
masih di temukannya beberapa masalah isi
dan konten pada aplikasi E- Court dan
perangkat lunak terus di lakukan dari
tingkat Mahkamah Agung sampai pada
Kantor Pengadilan Agama Kendari Kelas
1A.
2. Competency Building Ketersediaan Sumber daya dan
pengembangan Kompentensi Penggunan
aplikasi E- Court belum dapat di katakan
sesuai dengan implementasi aplikasi dalam
pelaksanaan aplikasi E court di Pengadilan
Agama Kelas IA Kendari dibidang
pengembangan kompetensi masih
kurangnya ketersediaan sumber daya
pengelola Aplikasi E-Court walaupun dalam
pengembangan kompetensi dilakukannya
pengadaan seminar dan bimbingan Teknis
bagi pengelola aplikasi E- Court tersebut.
3. Connectivity Pengimplementasian E Court di Pengadilan
Agama Kota Kendari masih memiliki
banyak kendala infrastruktur yang dapat
memudahkan konektifitas pengguna adn
pengelola aplikasi E- Court di Pengadilan
Agama Kelas IA Kendari. Dapat Di
pastikan bahwa implementasi aplikasi
belum terkonektif dengan baik sesuai
dengan harapan. Hal ini di karenakan

65
Hambatan jaringan yang menjadi penunjang
dari konektivitas ttersebut.
4. Cyber Law Proses implementasi aplikasi E- Court
maka di perlukan landasan hukum dalam
pelaksanannya. Maka dapat di katakan
bahwa implementasi aplikasi E-court di
Pengadilan Agama Kendari kelas IA
berjalan sesuai dengan legalitas dari
pemerintah
Dari data tabel diatas bahwa dampak penerapan e-court Bagi Proses

Beracara di Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A dan Tata Perilaku Penegak

Hukum Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi digital, maka

transformasi pengadilan untuk menjadi pengadilan yang modern yang

memanfaatkan teknologi informasi digital secara maksimal adalah sebuah

keniscayaan. Dari pengimplementasian Aplikasi Ecort tersebut dapat di pastikan

belum terlalu efektif dalam pengimplementasian tersebut yang dimana masih

kurangnya content development yakni masih terdapat masalah aplikasi masih sulit

di akses dan serta perbedaan informasi jadwal sidang dan conectivity yakni masih

terdapat masalah jaringan yang kurang memadai sehingga kurangnya konektif

dalam pelaksanannya. Akan tetapi, Cyber Law sudah terlaksana dengan baik

4.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi implementasi Aplikasi E-Court

dalam Pelayanan Publik di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA

Faktor-faktor yang mempengaruhi impelemntasi aplikasi E-Court dalam

pelayanan publik di kantor Pengadilan Agama Kota Kendari Kelas 1A adalah

sebagai berikut :

66
4.5.1 Faktor Pengelola Informasi

Pelayanan informasi merupakan upaya meyediakan informasi untuk

masyarakat. Dalam memberikan pelayanan informasi terdapat hal-hal yang perlu

di pahami baik oleh penyedia informasi maupun pemohon informasi ialah seperti

memhami alur dalam pelayanan informasi seperti meknisme pelayanan informasi

di Kantor Pengadilan Agama di Kota Kendari dengan berupaya untuk terus

meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan terpenting ialah

mengetahui dan memahami alur dalam penyampaian informasi.

Bidang layanan pengelola informasi di Kantor Pengadilan Agama

merupakan bidang yang bertugas untuk melakukan pengelolaan data informasi

baik dari internal maupun eksternal. Hal yang perlu diketahui bahwa terdapat dua

jenis informasi yaitu informasi yang sifatnya public dan informasi yang di

kecualikan. Bidang informasi yang sifatnya public adalah informasi yang dapat di

akses oleh masyarakat tanpa harus melakukana informasi terlebih dahulu.

Sedangkan informasi yang dikecualikan merupakan informasi yang tidak daapat

di akases secara luas yang sifatnya privasi dan apabila dibuka secara luas akan

menimbulkan permasalahan bagi perorangan maupun bagi instansi terkait pemilik

informasi yang di kecualikan.

Hal ini pula dijelaskan oleh Sahrul Fahmi selaku Ketua Pengadilan Agama

Kelas IA Kendari sebagai berikut:

“Aplikasi pengadilan elektronik E-Court merupakan tuntutan kebutuhan


masyarakat global. Pengadilan elektronik E-Court dan hubungannya

67
dengan asas sederhana, cepat dan biaya ringan adalah hal menarik. Dengan
memasifkan sosialisasi dalam penggunaan E-Court oleh Pengadillan
Agama Kendari maka pastinya akan membuat masyarakat akan sangat
minat dalam layanan publik yang berikatan antara masyarakat dan
pemerintah ini. Jaringan memudahkan akses aktualisasi dalam proses
penggunaan wadah layanan pemerintahan yang terkait maupun pihak
swasta lainnya seperti perusahaan yang terjalin. Manfaat akan sangat
terasa saat tercapai suatu keadaan dimana warga negara mengikuti
kebijakan yang ada dan dapat dengan mudah mempelajari dan mengakses
layanan berbasis teknologi pemerintahan berupa E-Court yang dapat
digunakan sesuai dengan ketentuan yang mungkin sesuai dengan kriteria
layanan yang terkait dan cepat dalam mengakses informasi apapun.”
(Hasil Wawancara 10 Maret 2023)

Selain itu juga Muslimin Selaku Wakil Kepala Pengadilan Agama Kelas IA

Kendari mengungkapkan bahwa sebagai berikut :

“Dengan memasifkan sosialisasi dalam penggunaan E-Court oleh


Pengadillan Agama Kendari maka pastinya akan membuat masyarakat
akan sangat minat dalam layanan publik yang berikatan antara masyarakat
dan pemerintah ini. Jaringan memudahkan akses aktualisasi dalam proses
penggunaan wadah layanan pemerintahan yang terkait maupun pihak
swasta lainnya seperti perusahaan yang terjalin. Manfaat akan sangat
terasa saat tercapai suatu keadaan dimana warga negara mengikuti
kebijakan yang ada dan dapat dengan mudah mempelajari dan mengakses
layanan berbasis teknologi pemerintahan berupa E-Court yang dapat
digunakan sesuai dengan ketentuan yang mungkin sesuai dengan kriteria
layanan yang terkait dan cepat dalam mengakses informasi apapun.”
(Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan

aplikasi E-Court sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi masih ada kekurangan

yang mengahmbat berbagai informasi terutama bagi masyarakat awam yang

belum mengetahu seluk beluk penggunaan aplikasi tersebut. Oleh karena itu

Syahidun Razak dan Fitri Sinaga Selaku Admin mempertegas bahwa sebagai

berikut :

68
“Sosialisasi dalam penggunaan E-Court oleh Pengadillan Agama Kendari
maka pastinya akan membuat masyarakat akan sangat minat dalam
layanan publik yang berikatan antara masyarakat dan pemerintah ini.
Jaringan memudahkan akses aktualisasi dalam proses penggunaan wadah
layanan pemerintahan yang terkait maupun pihak swasta lainnya seperti
perusahaan yang terjalin. Manfaat akan sangat terasa saat tercapai suatu
keadaan dimana warga negara mengikuti kebijakan yang ada dan dapat
dengan mudah mempelajari dan mengakses layanan berbasis teknologi
pemerintahan berupa E-Court yang dapat digunakan sesuai dengan
ketentuan yang mungkin sesuai dengan kriteria layanan yang terkait dan
cepat dalam mengakses informasi apapun” (Hasil Wawancara 10 Maret
2023).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan informasi E

cort di Pengadilan Agama Kota kendari Kelas IA yakni dengan memasifkan

sosialisasi yang membuat masyarakat akan sangat minat dalam layanan publik

yang berikatan antara masyarakat dan pemerintah.

Lain halnya dengan ungkapan Fathul Selaku Pengguna Aplikasi E- Court

di kota kendari yang mengungkapkan bahwa:

“Pengelolan informasi terkait dengan pelayanan persidangan


menggunakan aplikasi E court di kantor Pengadilan Agama kendari belum
terlalu masif. Hal ini dapat di buktikan dengan bahwa informasi informasi
yang di dapatkan oleh pengguna aplikasi E- Court belum sesuai dengan
informasi real yang ada di administrasi kantor.” (Hasil Wawancara, 11
Maret 2023)
Hal serupa di unkapkan dengan oleh Syafiil selaku Pengguna aplikasi E-

Court yanng mengungkapkan bahwa:

“Pengelolan informasi terkait dengan pelayanan persidangan


menggunakan aplikasi E court di kantor Pengadilan Agama kendari belum
terlalu masif. Hal ini dapat di buktikan dengan bahwa informasi informasi
yang di dapatkan oleh pengguna aplikasi E- Court belum sesuai dengan
informasi real yang ada di administrasi kantor” (Hasil wawancara 12
Maret 2023)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolan

informasi pelayanan persidangan di Kantor pengadilan Agama kendari masih

69
belum masif dalam pelaksanaannya yang dimana informasi yang ditampilkan

berbeda dengan data administrasi kantor Pengadilan Agama Kendari Kelas IA.

Dalam Pengelolaan informasi di Pengadilan Agama Kendari IA masih

berjalan secaratidak lancar yang dimana pelayanan informasi persidangan yang di

tampilkan tidak sesuai dengan data administratif kantor. Jika di ukur dengan teori

Musfikar (2018) implementasi penggunaan aplikasi dapat di pengaruhi oleh

adanya pengelolan informasi. Pengelolan informasi di aplikasi E court di

pengadilan Agama Kendari Kelas IA mempengaruhi implementasi aplikasi E-

court dengan baik, yang dimana masyarakat hilang kepercayaan terhadap

informasi yang ada.

4.5.2 Faktor Infrastruktur

Pada tahun 2022 Pengadilan Agama Kendari telah melakukan pengadaan

sarana dan prsarana guna meningkatkan pelayanan dan kinerja pegawai. Ditahun

ini juga Pengadilan Agama Knedari telah mengaktifkan layanan perkara secara

online yang bisa di akses oleh masyarakat yaitu Aplikasi E-Court.

Dengan adanya infrastruktur yang memadai tentunya membantu

masyarakat pada umumnya untuk mengakses informasi secara online. Sasaran

yang dimaksud untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaran

pengawasan di Kantor Pengadilan Agama Kelas 1A Kota Kendari. Sasaran yang

paling strategis dalam pengembangan infrastrukur tentunya mendorong masyakat

untuk bersilabuh dengan dunia digital guna untuk mewujudkan sasaran yang

strategis terutama pelaksanaan pengawasan aparat pengadilan secara maksimal

baik internal maupun eksternal.

70
Permasalah dan kendala yang ditemui dalam implementasi kebijakan

aplikasi E-court di Kantor Pengadilan Agama Kota Kendari adalah target

pencapain dan pelaksanaan pengawasan belum maksimal dilakanakan. Kegiatan

pengawasan periode pada tahun 2022–2023 pelaksanaan tugas belum

dilaksanakan secara matang. Hal ini disebabkan berbagai faktor tentunya

minimnya penggunaan digital bagi pegawai di kantor tersebut. Disamping itu

kurangnya juga pembinaan bagi para pegawai dan pengawasan dilingkungan

kantor pengadilan agama sehingga adiministrasi dan tata tertib registrasi tidak

berjalan dengan baik. Salah satu informan Sahrul Fahmi selaku Ketua Pengadilan

Agama Kelas 1A mengungkapkan bahwa :

“Belum sepenuhnya memadai. Internet merupakan salah satu kebutuhan


yang bagi beberapa orang sangatlah penting. Internet bisa dibilang
merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat di seluruh pelosok
dunia pada saat ini, bahkan ada sebagian orang yang merasa bahwa
internet merupakan kebutuhan nomor satu bagi dirinya yang tak
tergantikan. Adanya masyarakat awam yang kurang mengerti akan
teknologi, kemudian lemahnya jaringan internet, sehingga hal inilah yang
menjadi tantangan Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A untuk aplikasi E-
Court kedepannya. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)
melalui Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan
Informatika.” (Hasil Wawancara 10 Maret 2023)

Hal senada diungkapkan pula salah satu informan Muslim selaku Wakil

Ketua Pengadilan Agama Kendari bahwasanya sebagai berikut :

“Tidak semua wilayah di Indonesia berkesempatan mendapatkan jaringan


seluler dari operator telekomunikasi maupun Internet Service Provider
(ISP) dan operator data center. Sebab, secara bisnis, wilayah 3T memiliki
potensi yang marginal bagi penyelenggara telekomunikasi. Apalagi
posisinya yang relatif terpencil.” (Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

71
Hal senada dipertegas pula salah satu informan Syahiddun dan Fitri Sinaga

selaku Admin Aplikasi E-court di Kantor pengadilan agama Kendari Kelas 1A

mengungkapkan bahwa:

“Kondisi Geografis Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia


dengan lebih dari 13 ribu pulau, terlebih lagi dengan medan yang sulit
dijangkau. Dengan bentuk Negara kepulauan mengakibatkan Indonesia
kesulitan dalam hal akses untuk memberikan layanan internet secara
menyeluruh, serta dengan terpisahnya oleh lautan membuat hal ini menjadi
semakin buruk. Hal ini berakibat pada rendahnya kecepatan internet. Juga
kami selaku admin masih kekurangan infrasktruktur penunjang kinerja
kami seperti komputer untuk mempercepat dalam pelayanan ke
masyarakat (Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya faktor yang

mempengaruhi impelementasi aplikasi E-Court di Kantor Pengadilan Agama

Kendari Kelas 1A telah diminimalisir dengan baik oleh pimpinan kantor tersebut.

Akan tetapi tidak sepenuhnya bisa difasilitasi semua, kondisi geografis sebagai

kendala utama terutama di sulawesi tenggara sehingga sulit terjangkau. Rentetan

terpisahnya laut dan darat mengakibatkan hambatan penyaluran internet terburuk,

hal ini berakibat pada rendahnya. Internet merupakan bagaian hal yang paling

penting dan kebutuhan masyarakat untuk mengakses informasi publik secara luas

khususnya yang terkait dengan informasi publik di Kantor Pengadilan Agama

Kendari Kelas 1A.

Dalam hal implementasi Aplikasi E-Court di Pengadilan Agama Kendari

Kelas 1A masih di pengaruhi Oleh Infrastruktur yang belum memadai yang

dimana masih kurang koneksi internet di berbagai wilayah (Kota Kendari) dan

masih banyak ketidaktersediaan infrastruktur penunjang kinerja para admin

Aplikasi E-Court seperti Komputer. Jika diukur menggunakan teori

72
Musfikar(2018) bahwa faktor Infrastruktur sangat mempengaruhi implementasi

Aplikasi E-Court di Pengadilan Agama Kendari Kelas1A yang dimana masih

kekurangan fasilitas yang menunjang penggunaan Aplikasi tersebut.

4.5.3 Faktor E-Leadership

Dalam pengimplementasian suatu program aplikasi di perlukan peran dan

tanggung jawab pemimpin suatu instansi, baik berupa motivasi maupun inovasi-

inovasi terhadap perubahan dan perbaikan kedepannya. Seorang pemimpin harus

memiliki peran untuk menggerakkan, memotivasi, dan memberi semangat

anggotanya agar tercipta kreatifitas dan inovasi. Dalam penerapan aplikasi E-court

membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan dorongan untuk

melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pengunaan aplikasi tersebut.

Penyelenggaraan aplikasi E-Court Pelayanan Publik di Kantor Pengadilan

Agama Kelas 1A di Kota Kendari ini memiliki sasaran yang cukup jelas, standar

ataupun tujuan serta sosialisasi dilaksanakan dengan baik serta sudah sepenuhnya

memenuhi standar. Dalam hal kejelasan tujuan dan sosialisasi sehingga proses

integrasi sudah sepenuhnya berjalan dengan baik atas dorongan dari motivasi dari

seorang pemimpin. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada wawancara Syahrul Fahmi

selaku Ketua Pengadilan Agama Kendarin Kelas 1A mengungkapkan bahwa

sebagai berikut :

“Dalam Pemenuhan target penggunan aplikasi E-court Di seluruh jajaran


Pengadilan Agama Kendari Kelas IA maka perlunya inovasi dari
pemimpin kantor agar setiap langkah dan kinerja dari pegawai untuk
mewujukan pelayanan pengadilan berbasis online dapat terwujud dengan
tujuan yang telah di tentukan ” (Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

73
Hal senada diungkapkan pula oleh Fitri Sinaga selaku admin aplikasi E-

Court di Kantor Pengadilan Agama Kelas 1A di Kota Kendari bahwa sebagai

berikut :

“Dalam penggunan aplikasi E- Cout Kepala kantor Pengadilan Agama


Kelas IA Kendari telah memberikan inovasi dan motivasi kepada para
pegawai yang bergerak memberikan sosialisasi serta pelayanan
menggunakan aplikasi E- Court. Inovasi ini di buktikan dengan rapat
evaluasi kinerja pegawai mingguan terkait dengan penggunaan Aplikasi E-
Court ” (Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

Selain itu Syahidun Razak selaku admin aplikasi E- Court Kantor

Pengdailan Agama Kelas 1A di Kota Kendari mempertegas bahwa sebagai

berikut:

“Penggunan aplikasi E- Cout Kepala kantor Pengadilan Agama Kelas IA


Kendari telah memberikan inovasi dan motivasi kepada para pegawai yang
bergerak memberikan sosialisasi serta pelayanan menggunakan aplikasi E-
Court. Inovasi ini di buktikan dengan rapat evaluasi kinerja pegawai
mingguan terkait dengan penggunaan Aplikasi E- Court” (Hasil
Wawancara 10 Maret 2023).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Ketua Pengadilan

Agama Kendari Kelas 1A telah selalu memberikan inovasi serta motivasi kepada

pegawai serta admin yang bergerak dalam memberikan sosialisasi penggunaan

aplikasi e-court. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya rapat evaluasi kinerja

mingguan terkait Aplikasi e- Court.

Dalam hal implementasi Aplikasi E-Court di Pengadilan Agama Kendari

Kelas 1A sangat di pengaruhi Oleh Peran Pimpinan Kantor Pengadilan Agama

Kendari Kelas 1A yang selalu aktif memberikan motivasi kepada para pegawai

serta admin agar pemgimplementasi aplikasi e- court dapat berjalan dengan baik.

74
Jika diukur menggunakan teori Musfikar (2018) bahwa faktor E- Leadership

sangat mempengaruhi implementasi Aplikasi E-Court di Pengadilan Agama

Kendari Kelas1A .

4.5.4 Faktor Masyarakat dan Sumber Daya Manusia

Masyarakat dan sumber daya masyarakat merupakan faktor yang cukup

mempengaruhi pengimplentasian inovasi pelayanan di suatu instansi, hal ini

berhubungan dengan sumber daya manusia sebagai pemberi layanan serta

kesiapan masyarakat untuk menerima layanan.

E-Court dalam pelaksanaanya walaupun berbasis teknologi dan informasi

tentu tidak serta merta hanya mengandalkan teknologi saja harus didukung dengan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu mengatasi dan

menguasai sistem pengoperasian e-Court tersebut. Karena dengan dibantu oleh

Sumber Daya Manusia yang memadai maka akan terciptanya suatu inovasi yang

lebih baik lagi dan memudahkan dalam proses cara kerja yanng lebih mudah dari

sebelumnya.

Kesiapan masyarakat dalam penggunaan inovasi layanan berbentuk

aplikasi tentunya sangat penting hal ini berhubungan dengan pemahaman literasi

terkait dengan teknologi informasi. Hal ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dengan kondisi masyarakat dan pelaksana program aplikasi E- Court dapat di

katakan belum terlalu siap dengan program yang ada yang dimana di Pengadilan

Agama Kendari Kelas IA masih belum siap dari kuantitas tenaga pengelola

aplikasi dan informasi E- Court. Hal ini di ketahui melalui wawancara bersama

Fathul Selaku Pengguna aplikasi E- Court yang mengemukakan bahwa:

75
“Kualitas sumber daya manusia pengelola program aplikasi E- Court di
Pengadilan Agama Kendari Kelas IA sudah memadai. Namun yang
menjadi kendalautama adalah minimnya kuantitas pengelola program
aplikasi yang tidak mampu memberikan pelayanan yang baik ketika terjadi
ledakan pengguna aplikasi” (Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

Hal serupa yang di ungkapkan oleh Syafiil Selaku Pengguna aplikasi E-

Court yang mengungkapkan bahwa:

“ Dari Kualitas sumber daya manusia pengelola program aplikasi E- Court


di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA sudah memadai. Namun yang
menjadi kendalautama adalah minimnya kuantitas pengelola program
aplikasi yang tidak mampu memberikan pelayanan yang baik ketika terjadi
ledakan pengguna aplikasi” (Hasil Wawancara 12 Maret 2023).

Dari Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan

terbesar dalam pengelolaan aplikasi E court adalah terkait dengan Kuantitas

sumber daya manusianya atau jumlah pegawai. Hal ini di khawatirkan ketika

terjadi lonjakan pengguna aplikasi maka sumber daya manusia pengelola akan

kewalahan dengan banyaknya pelayanan.

Berbeda halnya yang di ungkapkan oleh Fitri Sinaga selaku Admin

Aplikasi E- Court yang mengungkapkan bahwa:

“Kuantitas Pegawai atau Sumber Daya manusia adalah bukan ukuran


utama terjadinya pelayanan yang baik bagi masyarakat. Tetapi yang
menjadi hal utama yang perlu di sadari oleh pengeloala dan masyarakat
adalah bagaimana dapat sama sama dan sinergi untuk menggunakan
aplikasi E- Court ini. Namun yang menjadi kendalanya dalah masyarakat
merasa kurang acuh tak acuh terhadap pelayanan berbasis Internet dan
malah lebih percaya dengan pelayanan berbasis Manual.” (Hasil
Wawancara 10 Maret 2023).

Sama halnya dengan Syahidun Razak Selaku Admin Aplikasi E- court

yang mengungkapkan bahwa:

76
“ Banyaknya kuantitas Pegawai atau Sumber Daya manusia adalah bukan
ukuran utama terjadinya pelayanan yang baik bagi masyarakat. Tetapi
yang menjadi hal utama yang perlu di sadari oleh pengeloala dan
masyarakat adalah bagaimana dapat sama sama dan sinergi untuk
menggunakan aplikasi E- Court ini. Namun yang menjadi kendalanya
dalah masyarakat merasa kurang acuh tak acuh terhadap pelayanan
berbasis Internet dan malah lebih percaya dengan pelayanan berbasis
Manual.” (Hasil Wawancara 10 Maret 2023).

Dari hasil wawancara di atas adalah masyarakat yang menjadi kunci utama

dalam pengimplementasian aplikasi E court yang dimana yang menjadi sasaran

utama dalam penggunaan palikasi ini yaitu masyarakat secara keseluruhan agar

tercapai tujuan pelayanan berbasis Internet atau online.

Dari simpulan di atas dapat dipastikah bahwa dalam pengimplementasian

aplikasi E- Court membutuhkan dukungan dari masyarakat secara keseluruahn

dan kuantitas sumber daya manusia pengelolanya juga harus dapat menutupi

lonjakan pengguna aplikasi. Oleh karena itu, sumber daya manusia dan

masyarakat mampu mempengaruhi proses pengimplementasian aplikasi E- Court

di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA. Jika di ukur mengunakan teori dari Jika

diukur menggunakan teori Musfikar (2018) bahwa faktor masyarakat dan Sumber

daya manusia sangat mempengaruhi implementasi Aplikasi E-Court di Pengadilan

Agama Kendari Kelas1A, yang dimana kekurangan kuantitas sumber daya

pengelola dan keterbukaan masyarakat dalam menggunakan aplikasi ini adalah

yang mennjadi keberhasilan implementasi aplikasi E- Court.

77
4.6 Pembahasan Faktor yang Mempengaruhi Implentasi Aplikasi E-Court

Tabel 3.1 Hasil Pembahasan faktor yang mempengaruhi Implementasi Aplikasi


E- Court
No. Faktor Yang Mempengaruhi Pembahasann
Implementasi E- Court
1. Faktor Pengelola Informasi Dalam Pengelolaan informasi di Pengadilan
Agama Kendari IA masih berjalan tidak lancar
yang dimana pelayanan informasi persidangan
yang di tampilkan tidak sesuai dengan data
administratif kantor. Pengelolan informasi di
aplikasi E court di pengadilan Agama Kendari
Kelas IA mempengaruhi implementasi aplikasi
E- court dengan baik, yang dimana masyarakat
hilang kepercayaan terhadap informasi yang
ada.
2. Faktor Infrastruktur Dalam hal implementasi Aplikasi E-Court di
Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A masih di
pengaruhi Oleh Infrastruktur yang belum
memadai yang dimana masih kurang koneksi
internet di berbagai wilayah (Kota Kendari) dan
masih banyak ketidaktersediaan infrastruktur
penunjang kinerja para admin Aplikasi E-Court
seperti Komputer.
3. Faktor E-Leadership Dalam hal implementasi Aplikasi E-Court di
Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A sangat di
pengaruhi Oleh Peran Pimpinan Kantor
Pengadilan Agama Kendari Kelas 1A yang
selalu aktif memberikan motivasi kepada para
pegawai serta admin agar pemgimplementasi
aplikasi e- court dapat berjalan dengan baik.
faktor E- Leadership sangat mempengaruhi
implementasi Aplikasi E-Court di Pengadilan
Agama Kendari Kelas1A .
4. Faktor Masyarakat dan Dalam pengimplementasian aplikasi E- Court
Sumber Daya Manusia membutuhkan dukungan dari masyarakat secara
keseluruahn dan kuantitas sumber daya manusia
pengelolanya juga harus dapat menutupi
lonjakan pengguna aplikasi. Oleh karena itu,
sumber daya manusia dan masyarakat mampu
mempengaruhi proses pengimplementasian
aplikasi E- Court di Pengadilan Agama Kendari
Kelas IA. faktor masyarakat dan Sumber daya

78
manusia sangat mempengaruhi implementasi
Aplikasi E-Court di Pengadilan Agama Kendari
Kelas1A, yang dimana kekurangan kuantitas
sumber daya pengelola dan keterbukaan
masyarakat dalam menggunakan aplikasi ini
adalah yang menjadi keberhasilan implementasi
aplikasi E- Court.

Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dalam implementasian

aplikasi E court di kota kendari sangat di pengaruhi oleh empat faktor yakni faktor

pengelolaan informasi, yang pertama dimana dalam pengelolaan informasi yang

kurang memadai maka mempengaruhi juga jalannya aplikasi. Yang kedua adalah

faktor infrastruktur dalam faktor infrastruktur juga sangat mempengaruhi

pengimplementasian aplikasi yakni jaringan dan perangkat komputer yang paling

utama. Yang ketiga adalah faktor kepemimpinan yaitu seorang pemimpin sangat

berarti dalam jalannya sebuah program karena pemimpin di harapkan dapat

memberikan motivasi seta inovasi. Yang keempat adalah faktor masyarakat dan

sumber daya manusia adalah masuarakat sebagai pengguna adalah persyaratan

utma menjadi tujuan dari implementasi aplikasi ini serta kemampuan dan

kapasitas sumberdaya manusia pengelola aplikasi yang dapat mumpuni untuk

memberikan pelayanan.

Sorotan dan kekurangan dalam pelayanan dan faktor implementasi aplikasi

E Court di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA adalah pengelolaan informasi

yang tidak terlalu rutin dalam pengapdetan informasi, infrastruktur yang tidak

terlalu memadai yakni jaringan yang kurang mendukung, kapasitas jumlah sumber

daya manusia yang masih terlalu sedikit serta aptis masyarakat dalam penggunan

79
aplikasi. Namun dari segi motivasi dan inovasi dari pimpinan Pengadilan sudah

sangat baik dalam pengembangan aplikasi tersebut.

80
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi Aplikasi E- Court

Dalam Pelayanan Publik Di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA, berdasarkan

dua rumusan masalah penelitian ini maka dapat di tarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Implementasi Aplikasi E-Court dalam Pelayanan Publik di Pengadilan Agama

Kendari Kelas IA.

a. Content Development bahwa Implementasi suatu program aplikasi E-

government dapat di identifikasi dengan adanya pengembangan isi dan

perangkat lunak pada aplikasi tersebut. Pengembangan isi, konten dan

Perangkat lunak ini di nilai masih sangat jauh dari harapan masyarakat

walaupun pengembangan konten karena masih di temukannya beberapa

masalah isi dan konten pada aplikasi E- Court dan perangkat lunak terus di

lakukan dari tingkat Mahkamah Agung sampai pada Kantor Pengadilan

Agama Kendari Kelas 1A.

b. Competency Building bahwa Ketersediaan Sumber daya dan pengembangan

Kompentensi Penggunan aplikasi E- Court belum dapat di katakan sesuai

dengan implementasi aplikasi dalam pelaksanaan aplikasi E court di

Pengadilan Agama Kelas IA Kendari dibidang pengembangan kompetensi

masih kurangnya ketersediaan sumber daya pengelola Aplikasi E-Court

81
walaupun dalam pengembangan kompetensi dilakukannya pengadaan

seminar dan bimbingan Teknis bagi pengelola aplikasi E- Court tersebut.

c. Connectivity bahwa Pengimplementasian E Court di Pengadilan Agama

Kota Kendari masih memiliki banyak kendala infrastruktur yang dapat

memudahkan konektifitas pengguna dan pengelola aplikasi E- Court di

Pengadilan Agama Kelas IA Kendari.

d. Cyber Law bahwa Proses implementasi aplikasi E- Court maka di perlukan

landasan hukum dalam pelaksanannya. Maka dapat di katakan bahwa

implementasi aplikasi E-court di Pengadilan Agama Kendari kelas IA

berjalan sesuai dengan legalitas dari pemerintah.

2. Faktor yang mempengaruhi Implementasi Aplikasi E-Court dalam Pelayanan

Publik di Pengadilan Agama Kendari Kelas IA

a. Dalam Pengelolaan informasi di Pengadilan Agama Kendari IA masih

berjalan dengan tidak lancar yang dimana pelayanan informasi persidangan

yang di tampilkan tidak sesuai dengan data administratif kantor.

b. Dalam hal implementasi Aplikasi E-Court di Pengadilan Agama Kendari

Kelas 1A masih di pengaruhi Oleh Infrastruktur yang belum memadai yang

dimana masih kurang koneksi internet di berbagai wilayah (Kota Kendari)

dan masih banyak ketidaktersediaan infrastruktur penunjang kinerja para

admin Aplikasi E-Court seperti Komputer

c. Dalam hal implementasi Aplikasi E-Court di Pengadilan Agama Kendari

Kelas 1A sangat di pengaruhi Oleh Peran Pimpinan Kantor Pengadilan

Agama Kendari Kelas 1A yang selalu aktif memberikan motivasi kepada

82
para pegawai serta admin agar pemgimplementasi aplikasi e- court dapat

berjalan dengan baik. faktor E- Leadership sangat mempengaruhi

implementasi Aplikasi E-Court di Pengadilan Agama Kendari Kelas1A

d. Dalam pengimplementasian aplikasi E- Court membutuhkan dukungan dari

masyarakat secara keseluruahn dan kuantitas sumber daya manusia

pengelolanya juga harus dapat menutupi lonjakan pengguna aplikasi

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dengan hasil penelitian yang di peroleh

beberapa masukan yang di sarankan peneliti kepada Pengadilan Agama Kendari

Kelas IA agar dalam pengimplementasian aplikasi E- Court yang kedepannya

dapat tertata dengan baik.

a. perlunya perbaikan dari segi update informasi yang rutin sehingga

memungkinkan data yang di update di aplikasi sesuai dengan administrasi

secara umumnya.

b. Perlunya penambahan anggota atau summber daya manusia yang melayani

dalam penggunana palikasi E- Court di kantor Pengadiilan Agama Kendari

Kelas IA agar dapat mumpuni dalam menghadapi lonjakan pelayanan yang

di harapkan masyarakat.

83
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. (2005). Analisis Kebijakan: dari Formulasi ke


Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara
Abdurrahman, Mulyono. (2011). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Adya Barata, Atep. , (2004). Dasar-Dasar Pelayanan Prima cet 2. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
Arifany, Piousty Hasna. "Analisis Implementasi Pelaksanaan E-Court di
Pengadilan Agama." Jurnal Riset Hukum Keluarga Islam 1.1 (2021): 37-42.
Ersa, Kenza Radhya. "Penggabungan Teknologi Sistem E-Court Italian Trial
Online (TOL) dan Milan Bar Association (MBA) Untuk Transformasi
Hukum Di Indonesia." Prohutek 1.1 (2020).
Farhan, Muhammad Taufiq. Tinjauan Yuridis Persidangan Elektronik Atau E-
Litigasi Pada Peradilan Agama Pekanbaru Kelas Ia Yang Diatur Oleh
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019. Diss. Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, (2022).
Fatwah, Siti, and Kusnadi Umar. "Penerapan Sistem E-Court Di Pengadilan Tata
Usaha Negara Makassar Perspektif Siyasah Syar’iyyah." Siyasatuna: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Siyasah Syar'iyyah 2.3 (2020): 582-593.
Indrajit, R. E. (2016). Electronic Government: Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi
Digital.Yogyakarta: Andi.
Indrajit, Richardus Eko. (2005). Electronic Government In Action: Ragam Kasus
Implementasi Sukses di Berbagai Belahan Dunia. Yogyakarta: Andi
Kasmir.(2006). Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers
Kotler, Philip. (1994). Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian. Alih bahasa Ancella Anitawat
Hermawan. Jakarta : Salemba Empat.
Lijan, Poltak Sinambela. (2008). Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta :
BumiAksara
Miles, Mathew B., dan A. Michael Huberman. (1994). An Expanded Sourcebook:
Qualitative Data Analysis. London: Sage Publications.
Musfikar, R. (2018). Kendala Dalam Implementasi E-Government Pada. 2, 48–
58
Sudjana, Nana. (2011). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo

84
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.CV
Sumayadi. (2005). Efektifitaas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta:
Citra Utama
Syaukani, dkk. (2004). Otonomi Dalam Kesatuan. Yogyakarta: Yogya Pustaka
Usman, Nurdin. (2004). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Dokument dan Peraturan
Inpres No. 6 Tahun 2001 Tentang Telematika (Telekomunikasi, Media, dan
Informatika)
Permen No. 5 Tahun 2014 Tentang Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara
Perpres No. 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Otoritas Eletronik
Perma No. 3 tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara Secara Eletronik Di
Pengadilan
Undang- Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Kemenpan No. 63/Kep/M.Pan/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan publik
Undang- Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan kehakiman

85
86

Anda mungkin juga menyukai