No Absen : 03
NPP : 30.0068
A. Pengertian e-Governance
e- Government merupakan kependekan dari kata elektronik dan Governtment.
Istilah ini juga sering dikenal dengan sebutan e-Gov, Digital Government,Online
Government, atau Transformasional Government. Miller mendefinisikan e- Government
adalah “a diffused neologism used to refer to the use of information and communication
technology to provide and improve government services, transactrons and interactions with
citizens, busi- wesses and other arms of government". Dengan demikian, maka e-
Government dapat dikatakan sebagai sebuah neologisme yang digunakan untuk merujuk
pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyediakan dan
meningkatkan layanan pemerintah, transaksi dan interaksi dengan warga, bisnis dan
kepentingan pemerintah lainnya. Di bawah ini adalah beberapa pendapat mengenai e-
government:
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli mengenai definisi- definisi di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwae-Government adalah penggunaan teknologi
informasi oleh kantor pemerintah melalui sebuah akses jaringan internet terhadap
pemberian fasilitas dalam melakukan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat,
bisnis maupun kerjasama antar institusi pemerintah. Dalam prak- teknya e-Government
menggunaan internet yaitu untuk menye- lenggarakan administrasi pemerintah dan
menyediakan pelayanan publik yang lebih baik yang berorientasi pada layanan publik.
Sedangkan pendapat Wescott (2001), dari berbagai langkah dan strategi yang
dilaksanakan olch negara-negara tersebut, secara umum tahapan pelaksanaan e-Goernment
yang biasanya dipilih adalah: 1) Membangun sisteme mail dan jaringan; 2) Meningkatkan
kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses informasi; 3) Menciptakan
komunikasi dua arah antar pemerintah dan masyarakat; 4) Memulai pertukaran zalue antar
pemerintah dan masyarakat; dan 5) Menyiap- kan portal yang informatif. Membangun
sistem e-mail dan jaringan biasanya dapat dimulai dengan menginstalasi suatu aplikasi
untuk mendukung fungsi administrasi dasar seperti sistem penggajian dan data
kepegawaian.
Jadi, tiga tahapan pengembangan layanan e-Government dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tahap 1, menerbitkan informasi tentang diri sendiri bagi kepen- tingan warga dan kalangan
bisnis (lewat web/internet) juga menyediakan fasilitas komunikasi dua arah.
2. Tahap II, aplikasi intranet yang memungkinkan data dapat dikumpulkan (online), diolah, dan
disebarluaskan dalam bentuk baru (agar Iebih efisien); meskipun sebagian proses pemberian servis
tetap secara offline, publik dapat memantau kinerja secara online.
3. Tahap III, aplikasi ekstranet yang memungkinkan warga wilayah dapat mengisi blanko aplikasi
secara online( lewat Internet).
D. Perkembangan E-Government
Perkembangan e- Government menurut Inpres RI No. 3/2003. Berdasarkan sifat
transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah melalui
jaringan informasi, pengembangan e-government dapat dilaksanakan melalui 4 (empat)
tingkatan sebagai berikut : ·
Tingkat 1 - Persiapan yang meliputi :
- Pembuatan situs informasi disetiap lembaga;
- Penyiapan SDM; - Penyiapan sarana akses yang mudah misalnya menyediakan sarana
Multipurpose Community Center, Warnet, SME-Center, dll;
- Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik. ·
Tingkat 2 - Pematangan yang meliputi :
- Pembuatan situs informasi publik interaktif;
- Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain; ·
Sosial media didefinisikan sebagai "kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun
berdasarkan ideologi dan teknologi dari web 2.0 dan menyediakan reaksi dan pertukaran an
user-generated konten tersebut. ( Kaplan dan nikel Michael Haenlei, 2010. "web 2.0
"internet membahas platform internet yang menyediakan partisipasi dari interaksi
pengguna. "generated content"adalah nama yang digunakan sebagai cara Di mana orang
dapat menggunakan sosial media.
organisasi pemerintah merupakan suatu unit dari sistem sosial dan memiliki
pengaruh kuat. Dalam sistem sosial organisasi pemerintahan melakukan percobaan
setiap hari ( Achterbergh and Vriens,2009). menurut Luhmann, organisasi milik kelas
sistem Autopoietic sebagai suatu hasil dari keputusan untuk Menindaklanjuti keputusan
tersebut. ( Achterbergh and Vriens,2009).
c. Keanggotaan
Bagaimana tempat keputusan bekerja dalam organisasi ? adanya 8 jenis dari tempat
keputusan, yang disebut keanggotaan, jalan komunikasi, program-program keputusan,
pribadi, posisi, perencanaan, deskripsi diri, budaya organisasi dan kebiasaan kognitif
(Achterbergh and Vriens, 2009). Didalam organisasi, hanya anggota-anggota saja yang
berkontribusi dalam keputusan secara turun menurun. Namun, dengan menggunakan
sosial media, masyarakat memberikan pengayuh arah dan hasil dari pemerintah,
mengembangkan kepedulian terhadap kondisi pemerintah, dan bahkan dapat membantu
menjalankan pelayanan pemerintah dalam dasar hari ke hari (Linders, 2012). Dalam
kata lain, masyarakat merupakan anggota dari organisasi pemerintah yang dapat
memberikan penerus dari kebijakan pemerintah dalam dasar hari ke hari.
Media sosial mempunyai pengaruh yang signifikan pada kehidupan politik dan
sosial. Media Sosial juga merupakan sebuah kajian terbaru yang perlu mendapatkan
pengkajian lebih dalam oleh para akademisi untuk dapat memberikan manfaat yang
diberikan kepada masyarakat dan juga pemerintah (Sobaci, 2016). Meskipun beberapa
penelitian yang telah dilakukan pada hubungan antara sosial media dan pemerintah
lokal (Sobaci, 2016), khususnya di Negara ASEAN. Kebanyakan penelitian telah
dilakukan di USA (Campbell. Et al, 2014), Eropa (Klievink, B., & Janssen, M., 2009):
Oliveira, & Welch, 2013: Bonson, et al, 2016), Israil (Live-On and Steinfeld, 2016),
Australia (Williamson and Ruming, 2016, Freeman, J, 2016), Korea (Khan, G., et al,
2014), Canada (Gruzd and Roy, 2016), Afrika Selatan (Sevin, 2016) dan Cina (Zheng,
L., & Zheng, T, 2014: Ma, 2016). Sebagian besar penelitian ini menghasilkan bahwa
semua pemerintah dacrah mengadopsi media sosial untuk berbagi informasi kepada
publik.
A. PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA DI INSTANSI PEMERINTAHAN
Media sosial merupakan “sebuah grup yang berbasis aplikasi internet dalam
membangun dasar ideologi teknologi dari web 2.0, dan menyediakan kreasi dan saling
memberi konten pengguna secara umum” (Kaplan & Michael Haenlei, 2010). Web 2.0
membahas tentang bentuk dasar internet yang disediakan untuk partisipasi yang interaktif
oleh pengguna. “User generated content” merupakan nama dari semua cara yang boleh
digunakan oleh pengguna sosial media. Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) menentukan tiga kriteria untuk konten yang di klasifikasikan
sebagai “user generated:” (1) hal tersebut harus ada pada akses website publik atau pada
sebuah jaringan sosial yang ada untuk memilih kelompok, (2) hal itu memerlukan jumlah
menimum dari usaha yang kreatif. Dan (3) hal tersebut di buat diluar rutinitas dan praktik
dari seorang ahli. (OECD, Participatve Web and User-Created Content: Website 2.0,
Wikis, and Social Networking18 (2007) (hereinafter OECD Report) (Kaplan & Haenlein,
2010)
Istilah “Web 3.0 pertama kali diciptakan oleh John Markoff dari New York Times
pada tahun 2006 (Han & Niu, (2010), dan pertama kali muncul secara signifikan pada awal
2006 di sebuah artikel Blog pada awal 2006 di sebuah artikel Blog “Critical of Web 2.0
dan teknologi terkait seperti Ajax “yang ditulis oleh Jeffery Zeldman. Pakar dan peneliti
TI utama mendukung berbagai pendekatan ke Web di masa depan. Ada persetujuan
lengkap di antara para ahli tentang bagaimana Web 3.0 akan berkembang. Yu (2007)
mendefinisikan Web 3.0 dan / atau Web Semantik sebagai “langkah selanjutnya dalam
evolusi Web. Ini adalah tentang memiliki data serta dokumen di Web sehingga mesin dapat
memproses, mengubah, mengumpulkan, dan bahkan bertindak berdasarkan data dengan
cara yang bermanfaat”. (hal.8).