Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9 (2) Desember 2019

ISSN 2088-527X (Print) ISSN 2548-7787 (Online), DOI: http://dx.doi.org/10.31289/jap.v9i2.2655

Jurnal Administrasi Publik (Public Administration Journal)


Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jap

Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government dalam


Membangun Birokrasi yang Transparan dan Akuntabel
The Urgency of the Implementation of
the Cashless Government System in Building a Transparent and
Accountable Bureaucracy
Paramita Nur Kurniati*, Bernardus Yuliarto Nugroho**
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia, Indonesia
Diterima: 18 Juni 2019; Disetujui: 16 November 2019; Dipublish: 01 Desember 2019
*email:paramita.kurniati@gmail.com; **email : nugroho_yuliarto@yahoo.com
Abstrak
Tuntutan masyarakat terhadap birokrasi yang transparan dan akuntabel serta kondisi lingkungan yang semakin
dinamis mendorong Pemerintah untuk melaksanakan sistem cashless government dalam rangka modernisasi
pengelolaan keuangan negara. Sistem cashless government dianggap sebagai bagian dari inovasi dalam tata kelola
pemerintahan dalam rangka mendorong upaya reformasi administrasi sektor publik. Terlepas dari pro dan kontra
yang timbul saat ini, kebijakan cashless government dalam belanja Pemerintah diharapkan dapat menjadi langkah
strategis pengelolaan anggaran yang sesuai dengan prinsip fleksibel, aman, efektif dan akuntabel. Tujuan dari
Penelitian ini adalah untuk (1) menjelaskan kondisi pelaksanaan transaksi Pemerintah saat ini, (2) mengetahui
secara mendalam konsep cashless government, dan (3) mengelaborasi urgensi pelaksanaan sistem cashless
government di Indonesia. Studi literatur dalam tulisan ini menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan dan
potensi korupsi yang ditimbulkan dari banyaknya transaksi Pemerintah yang dilakukan secara tunai. Penting
untuk menciptakan kebutuhan mendesak atau menumbuhkan rasa urgensi atas perlunya suatu perubahan dalam
organisasi sektor publik dan dengan segera mentransformasikan dirinya menjadi birokrasi yang dinamis dalam
menghadapi tantangan zaman. Sistem cashless government diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas keuangan Negara serta meminimalkan terjadinya tindak korupsi. Dalam konteks yang lebih luas,
sistem tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci: Sistem Cashless Government, Good governance, Pengelolaan Keuangan Negara, Reformasi Administrasi.

Abstract
Public demands for transparent and accountable bureaucracy and increasingly dynamic environmental conditions
have prompted the Government to implement cashless government system in order to modernize the transaction of the
State Budget (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara - APBN). The cashless governmenst system is considered as
part of public innovation in order to encourage public sector administrative reform efforts. Apart from the pros and
cons that arise, the government's cashless policy in government expenditure is expected to take strategic steps in the
budget that are in line with the principles of flexibility, security, effectiveness and accountability. The purpose of this
study is to (1) explain current government transaction conditions, (2) understand the concept of cashless government,
and (3) elaborate on the urgency of implementing the cashless government system in Indonesia. The literature study in
this paper shows that there are still weaknesses and potential corruption caused by the number of transactions carried
out by the government. It is important to create an urgent need or foster a sense of urgency for change in public sector
organizations and by immediately transforming into a dynamic bureaucracy in the face of the challenges of the times.
The government's cash system is expected to increase the transparency and accountability of the State's finances and
approve the payment of acts of corruption. In a broader context, this system is expected to provide benefits in
encouraging economic growth and improving public welfare.
Keywords: Cashless Government System, Good Governance, Management of State Finances, Administrative Reform.

How to Cite. Kurniati, P.N. & Nugroho, B.Y. (2019). Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government dalam
Membangun Birokrasi yang Transparan dan Akuntabel. Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9
(2): 136-150

136
Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9 (2) Desember 2019: 136-150

PENDAHULUAN setelmen transaksi menjadi lebih mudah,


Fenomena maraknya tindak pidana cepat, aman, praktis dan andal. Fenomena
korupsi yang terjadi dalam kurun waktu ini mengubah paradigma sistem
10 (sepuluh) tahun terakhir mendorong pembayaran secara konvensional yang
semakin meningkatnya tuntutan mengandalkan fisik uang sebagai
masyarakat terhadap birokrasi yang instrumen pembayaran bergeser pada
transparan dan akuntabel. Salah satu titik instrumen non tunai. Oleh karena itu,
rawan terjadinya korupsi dan bahkan inovasi dalam sistem pembayaran
dapat menimbulkan potensi kerugian merupakan hal yang tidak dapat
negara adalah pengelolaan anggaran dihindarkan.
negara yang tidak efektif dan efisien. Untuk konteks Indonesia, gagasan
Untuk merespon fenomena ini, inovasi sistem pembayaran dimulai
Pemerintah Indonesia dalam hal ini dengan adanya seminar internasional
Kementerian Keuangan berupaya untuk “Towards a Less Cash Society in Indonesia”
merancang cashless government di dalam yang diselengarakan oleh Bank Indonesia
pengelolaan keuangan negara. Konsep pada tahun 2006. Di dalam seminar itu
cashless government sendiri sebenarnya disebutkan bahwa sebagai konsekuensi
diadopsi dari konsep cashless society. dari globalisasi dan semakin
Bintarto (2018) menyebutkan bahwa terintegrasinya perekonomian dunia, uang
cashless society adalah sebutan yang dan sistem pembayaran juga semakin
merujuk pada masyarakat yang dalam berkembang sepanjang zaman. Seminar
bertransaksi, tidak lagi menggunakan uang yang dihadiri oleh praktisi, pelaku bisnis,
fisik, melainkan melalui perpindahan akademisi, anggota parlemen dan kalangan
informasi finansial secara digital (uang bank sentral diharapkan dapat
digital). Sejalan dengan hal itu, konsep memberikan pandangan dan
cashless government dimaksudkan untuk pengalamannya dalam pengembangan dan
meminimalisir penggunaan uang fisik, dari penggunaan instrumen pembayaran non
cash basis menjadi cashless, serta secara tunai.
bertahap mengganti sistem pembayaran Kemudian pada tanggal 27 Agustus
proses dari manual menjadi digital. 2015 diadakan forum koordinasi dan
Dilihat dari aspek makro, R. Maulana kerjasama beberapa instansi Pemerintah
Ibrahim dalam Seminar Internasional dan lembaga negara antara lain Bank
“Towards a Less Cash Society in Indonesia” Indonesia (BI), Kementerian Keuangan
yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (Kemenkeu), Kementerian Komunikasi
menyampaikan bahwa fungsi sistem dan Informatika (Kemenkominfo),
pembayaran sangatlah kritikal dalam Kementerian Perdagangan (Kemendag),
suatu perekonomian. Sistem pembayaran dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Forum
diibaratkan sebagai aliran darah yang Sistem Pembayaran Indonesia (FSPI)
menggerakkan dan melancarkan organ- melahirkan kesepakatan yang dituangkan
organ perekonomian untuk menjamin dalam Charter (Piagam) FSPI. Forum
kestabilan sistem keuangan. Setiap distorsi tersebut bertujuan untuk melakukan
yang timbul dalam sistem pembayaran serangkaian kegiatan di bidang Sistem
akan mengganggu transmisi likuiditas Pembayaran baik dalam bentuk
dalam perekonomian. harmonisasi kebijakan, pengaturan
Demi terciptanya stabilitas sistem maupun pelaksanaan program kerja
keuangan dan efektivitas kebijakan bersama. FSPI juga akan melibatkan
moneter Pemerintah Indonesia harus terus stakeholders terkait sebagai mitra diskusi,
mengikuti perkembangan zaman. antara lain dari pelaku industri, akademisi,
Perkembangan teknologi membuat proses lembaga konsumen, dan tenaga

137
Paramita Nur Kurniati & Bernardus Yuliarto Nugroho, Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government

profesional untuk memberikan masukan Berdasarkan PP Nomor 50 Tahun


yang bersifat obyektif untuk mendukung 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
pengembangan Sistem Pembayaran Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Indonesia. Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Selanjutnya untuk memenuhi Pendapatan dan Belanja Negara pasal 2a
kebutuhan masyarakat Indonesia yang disebutkan bahwa mekanisme Uang
besar akan layanan keuangan, pemerintah Persediaan (yang semula hanya dikelola
mengeluarkan Peraturan Presiden dengan menggunakan uang tunai, cek dan
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2016 bilyet giro) kini mulai digeser ke arah
tentang Strategi Nasional Keuangan cashless dengan menggunakan instrumen
Inklusif. Kebijakan keuangan inklusif pembayaran berupa kartu kredit, kartu
terdiri dari 5 (lima) pilar yaitu (1) edukasi debit, dan internet banking.
dan keuangan; (2) hak properti Pada tahun 2017, Kementerian
masyarakat; (3) fasilitas intermediasi dan Keuangan mengeluarkan Peraturan
saluran distribusi keuangan; (4) layanan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
keuangan pada sektor pemerintah; dan (5) 17/PB/2017 dan Keputusan Direktur
perlindungan konsumen. Pada paper ini Jenderal Perbendaharaan Nomor Kep-
terutama akan dibahas pilar yang keempat 494/PB/2017 tentang Pelaksanaan Uji
yang bertujuan untuk meningkatkan tata Coba Pembayaran Kartu Kredit dalam
kelola dan transparansi pelayanan publik rangka Penggunaan Uang Persediaan.
dalam penyaluran dana Pemerintah secara Tahap I dilaksanakan pada bulan Oktober
nontunai. sampai dengan Desember 2017 dan
Di dalam Kementerian Keuangan, diujicobakan pada Satuan Kerja (Satker)
pilar keempat keuangan inklusif Istana Kepresidenan Jakarta, Kementerian
dituangkan ke dalam salah satu inisiatif Sekretariat Negara, Sekjen Kementerian
strategis yaitu “Pengelolaan Likuiditas Keuangan, Kantor Pusat Ditjen
Keuangan Negara dengan Instrumen Perbendaharaan Kemenkeu, Badan
Keuangan Modern”. Inisiatif strategis Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Pusat
dimaksud menyatakan perlunya Pelaporan dan Analisis Transaksi
modernisasi sistem pembayaran Anggaran Keuangan (PPATK) dan Komisi
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pemberantasan Korupsi (KPK).
secara non tunai. Penggunaan instrument Selanjutnya, tahap II dilaksanakan
pembayaran cashless merupakan upaya paling lambat bulan November sampai
mengurangi penggunaan uang tunai dalam dengan Desember 2017 dan diujicobakan
transaksi tertentu, seperti transaksi pada seluruh satker vertikal Direktorat
Pemerintah dan masyarakat. Jenderal Perbendaharaan. Tahun 2018
Sistem cashless di lingkungan merupakan tahun transisi dimana seluruh
pemerintahan dimulai dengan adanya K/L diharapkan dapat menyertakan
penerbitan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) minimal 1 (satu) satker untuk melakukan
sebagai alat pembayaran atas beberapa ujicoba KKP. Tahap terakhir, diharapkan
jenis transaksi yang menggunakan bahwa mulai 1 Juli 2019 seluruh Satker
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pusat secara penuh telah
(APBN). Transaksi tersebut mencakup mengimplementasikan KKP.
transaksi belanja barang perjalanan dinas
jabatan, belanja barang operasional,
belanja barang non operasional, belanja
barang persediaan, belanja sewa, dan
belanja pemeliharaan.

138
Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9 (2) Desember 2019: 136-150

Indonesia, BeritaSatu.com, Tirto.id dan


sumber lainnya. Teknik analisis yang
digunakan dalam penulisan ini adalah
analisis deskriptif kualitatif untuk
mengetahui pentingnya membangun
urgensi di dalam organisasi sektor publik
untuk menerima inovasi cashless
government.

Gambar 1. Tahapan Implementasi HASIL DAN PEMBAHASAN


Kartu Kredit Pemerintah Kondisi Pelaksanaan Transaksi
Sumber : diolah Penulis, 2019
Pemerintah Saat Ini
Saat ini, mekanisme transaksi
Dikarenakan penggunaan
Pemerintah masih banyak dilakukan
instrument pembayaran cashless masih
menggunakan cash basis. Pengelolaan
tergolong praktik yang baru dan modern di
keuangan negara dengan anggaran yang
dalam tata kelola pemerintahan, maka
sangat besar dan dilaksanakan secara tunai
tujuan dari penulisan ini adalah untuk
tentu menghadapi beberapa kendala
memberikan pemahamanan pentingnya
diantaranya (1) terhambatnya kegiatan
urgensi perubahan pada setiap Satuan
operasional kantor karena masalah
Kerja di Pusat sebelum kebijakan ini
ketersediaan atau kesiapan uang di
diimplementasikan secara penuh pada 1
bendahara instansi pemerintah; (2) adanya
Juli 2019. Setiap organisasi sektor publik
indikasi atau potensi korupsi dari transaksi
dan aparatur yang ada di dalamnya
secara tunai seperti kasus penggelapan uang
seharusnya mampu melihat perubahan
kas oleh pengelola keuangan ataupun
sistem pembayaran ini sebagai upaya
munculnya tagihan fiktif; dan (3) adanya
untuk mendukung pelaksanaan reformasi
biaya yang ditimbulkan akibat belum
birokrasi yang telah ditetapkan dalam
efektifnya manajemen kas pemerintah,
Peraturan Presiden Republik Indonesia
misalnya cost of fund/idle cash yang ada di
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
rekening bendahara instansi pemerintah
Desain Reformasi Birokrasi 2010 – 2025.
ataupun risiko kehilangan uang tunai.
Pertama, distorsi berupa masalah
METODE PENELITIAN
ketersediaan atau kesiapan uang persediaan
Metode penulisan ini menggunakan
di bendahara instansi pemerintah dapat
metode penelitian pustaka dan penelaahan
menghambat terlaksananya kegiatan
data sekunder. Menurut Sekaran (2009),
operasional kantor. Uang Persediaan adalah
data sekunder adalah data yang diperoleh
sejumlah uang yang disediakan untuk
secara tidak langsung, berupa keterangan
melaksanakan kegiatan operasional kantor
yang ada hubungannya dengan penelitian.
sehari-hari. Jika kegiatan operasional kantor
Metode ini merupakan salah satu jenis
membutuhkan uang dalam jumlah yang
metode penelitian kualitatif. Data
banyak dan secara mendadak, sementara
sekunder diperoleh melalui tinjauan
tidak tersedia uang persediaan secara fisik di
kepustakaan serta akses internet dan data
bendahara pemerintah maka hal ini akan
online. Selain itu juga data yang diperoleh
mengganggu aktivitas perkantoran.
dari situs resmi Pemerintah Republik
Kedua, selama ini biaya perjalanan
Indonesia seperti data dari Kementerian
dinas jabatan selalu dibayarkan dengan
Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu)
menggunakan uang cash. Hal ini
dan Bank Indonesia (BI). Data online
menimbulkan celah untuk penyelewengan
diperoleh dari media internasional dan
dana anggaran atau potensi korupsi.
nasional seperti Kompas.com, CNN

139
Paramita Nur Kurniati & Bernardus Yuliarto Nugroho, Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government

Diungkapkan dalam artikel di situs resmi 2018, BPK mengungkapkan adanya


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), permasalahan biaya perjalanan dinas ganda
pemeriksaan BPK dalam kurun waktu 8 dan/atau tidak sesuai ketentuan sebesar 5%
(delapan) tahun terakhir difokuskan pada pada K/L dan 6% pada Pemerintah Daerah
komponen perjalanan dinas jabatan. BPK dari seluruh permasalahan ketidakpatuhan
mensinyalir adanya ketidaksesuaian terhadap ketentuan peraturan perundang-
penggunaan anggaran dinas tersebut yang undangan yang dapat mengakibatkan
tercermin dari tidak adanya dukungan bukti- kerugian negara.
bukti yang memadai dan tidak sesuai dengan Ketiga, adanya biaya yang
perundang-undangan, dan bahkan dalam ditimbulkan akibat manajemen kas
beberapa kasus ditemui perjalanan dinas pemerintah yang masih banyak
fiktif. Kasus-kasus ini tentu dapat menggunakan basis kas akan menimbulkan
menimbulkan kerugian dan potensi kerugian opportunity cost yaitu biaya yang timbul atau
negara (berdampak finansial). Berdasarkan kesempatan yang hilang karena memilih
hasil pemeriksaan BPK semester I tahun alternatif tertentu dibandingkan dengan
2018, permasalahan biaya perjalanan dinas alternatif yang lain. Perhitungan opportunity
ganda dan/atau tidak sesuai ketentuan cost tersebut disajikan pada tabel 1 sebagai
ditemukan di Pemerintah Pusat maupun berikut :
Pemerintah Daerah. Sesuai dengan Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun

Tabel 1. Cost of Fund/Idle Cash Pemerintah


Jumlah Outstanding Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan Rp 7,573,575,210,899.00

Asumsi Kas di Bendahara 18,884 Satuan Kerja x Rp 50,000,000.00 Rp 944,200,000,000.00

Potensi Uang Persediaan yang Akan Dikurangi Rp 6,629,375,210,899.00

Seandainya Utang yang Dikurangi

Asumsi suku bunga kredit 8%

Potensi Uang Persediaan yang Akan Dikurangi Rp 6,629,375,210,899.00

Penghematan Pembayaran Bunga Rp 530,350,016,871.92

Seandainya Ditempatkan

Asumsi suku bunga 6%

Potensi Uang Persediaan yang Akan Dikurangi Rp 6,629,375,210,899.00

Pendapatan Bunga Rp 397,762,512,653.94

Sumber : Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, 2018

Dari tabel di atas dapat dilihat, Rp.397.762.512.653,94. Uang tersebut akan


pentingnya melakukan manajemen kas dapat memberikan nilai tambah melalui
pemerintah adalah untuk meminimalkan penempatan-penempatan investasi jangka
opportunity cost yang mungkin muncul. Tabel pendek yang berisiko rendah.
di atas menjelaskan bahwa opportunity cost Selain permasalahan yang telah
dari manajemen pemerintah yang masih diungkapkan di atas, penggunaan uang tunai
banyak menggunakan basis kas adalah secara fisik dalam transaksi membutuhkan
adanya potensi penghematan pembayaran biaya-biaya yang tidak sedikit, terkait dengan
bunga sebesar Rp.530.350.016.871,92, atau penerbitan uang fisik, perputaran dan
potensi pendapatan bunga sebesar distribusi, serta perawatan dan penggantian

140
Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9 (2) Desember 2019: 136-150

uang yang rusak/usang. Keberadaan fisik aplikasi financial technology (fintech),


uang tunai juga memiliki potensi yang tinggi seperti e-wallet atau berupa kartu debit
untuk dicuri atau hilang, bahkan tidak jarang dan kredit yang cukup lazim dikenal
mengundang pihak-pihak yang tidak selama ini (Banque France, 2018 dalam
bertanggungjawab untuk melakukan Bintarto, 2018). Dengan sistem
kejahatan. pembayaran semacam ini, masyarakat
tidak menggunakan uang nyata melainkan
Konsep Cashless Society dan Cashless uang digital atau melakukan perpindahan
Government informasi finansial secara digital. Konsep
Uang dan sistem pembayaran cashless society kemudian yang coba
semakin hari semakin berkembang seiring diadopsikan di dalam sistem pembayaran
dengan perkembangan zaman. Di era transaksi pemerintah yang semula banyak
dimana teknologi maju dengan semakin dilakukan secara cash kemudian digeser ke
pesat, masyarakat dihadapkan pada cashless sehingga kemudian selanjutnya
tantangan menuju cashless society atau less disebut cashless government.
cash society.
Dalam paparan Prof Leo Van Hove Inovasi Sektor Publik
pada Seminar Internasional “Towards a Suwarno (2008) menyatakan bahwa
Less Cash Society in Indonesia” secara tradisional, sektor publik adalah
disampaikan bahwa kondisi less cash sektor yang relatif tidak leluasa dalam
berarti upaya untuk mengurangi berhubungan dengan inovasi
penggunaan instrumen cash, sedangkan dibandingkan dengan sektor bisnis.
cashless adalah upaya untuk Sejarah dan karakteristik organisasi sektor
menghilangkan penggunaan instrumen publik yang cenderung statis, formal, dan
cash di masyarakat. Dijelaskan pula bahwa rigid menimbulkan keengganan sektor
fokus upaya less cash dan cashless adalah publik dalam memanfaatkan inovasi. Di
untuk mengganti kebiasaan penggunaan sisi lain, sektor bisnis didorong untuk
instrumen cash dalam transaksi terus menghasilkan profit demi
pembayaran yang bersifat ritel (micro keberlangsungan hidupnya, sedangkan
payment) dengan menggunakan instrumen sektor publik cenderung statis karena
non-cash. merasa tidak ada yang perlu dikejar untuk
Dalam hal ini, uang (money) dilihat mempertahankan keberlangsungan hidup
sebagai sebuah sarana (tool) dan bukan organisasi.
merupakan entitas fisik semata. Lebih lanjut, Suwarno (2008)
Munculnya konsep less cash atau cashless menyatakan bahwa sistem dalam sektor
ini juga dilandasi oleh fakta bahwa publik berkarakteristik status-quo dan dan
penggunaan uang tunai secara fisik dalam tidak menyukai perubahan. Bahkan tidak
transaksi membutuhkan biaya-biaya yang hanya dalam konteks kelembagaan, bahwa
tidak sedikit, antara lain biaya penerbitan, secara individu pun sangat jarang
perputaran dan distribusi, serta perawatan menjadikan inovasi sebagai bagian dari
dan penggantian uang fisik yang keseharian kerjanya. Pada umumnya
rusak/usang. individu yang terlibat di sektor publik
Cashless society dimaknai sebagai hanya menjalankan tusinya secara biasa-
kondisi masyarakat atau komunitas yang biasa saja (business as usual). Kondisi ini
tidak lagi memandang uang (money) mungkin juga dipengaruhi oleh belum
sebagai sesuatu yang harus berwujud adanya sistem reward and punishment
dalam lembaran kertas atau koin (fisik). yang diterapkan secara objektif dalam
Dengan adanya sistem cashless payment, organisasi sektor publik. Hal ini
pembayaran dapat melalui penggunaan menyebabkan individu tidak termotivasi

141
Paramita Nur Kurniati & Bernardus Yuliarto Nugroho, Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government

untuk dapat berprestasi atau berkinerja Birokrasi. Salah satu yang dilakukan
lebih baik lagi. adalah dengan melakukan benchmark
Namun perkembangan dan tantangan dengan berbagai praktik layanan publik di
jaman menuntut organisasi sektor publik luar negeri. Salah satu poin penting yang
pun harus berubah menyesuaikan ditemukan adalah bahwa pelayanan publik
kebutuhan jaman. Inovasi menjadi salah harus terus melakukan inovasi agar tetap
satu cara bagi sebuah organisasi atau menarik dan relevan sehingga
lembaga tetap eksis dan relevan pada memberikan manfaat baik secara langsung
kebutuhan zaman yang senantiasa maupun tidak langsung.
berubah. Dalam hal ini, inovasi tidak hanya Reformasi Birokrasi yang terus
mutlak bagi perusahaan yang ingin terus digaungkan oleh KemenPAN dan RB juga
bertahan (sustain), tetapi juga bagi mendorong agar birokrasi
organisasi sektor publik yang bertugas menyederhanakan proses bisnisnya yang
khusus untuk pelayanan publik. cenderung dinilai lambat dan berbelit-
Wacana dan studi inovasi di sektor belit. Inovasi organisasi pemerintah
publik tergolong baru (emerging) merupakan proses dalam menciptakan,
dibanding studi inovasi di sektor bisnis mengembangkan dan
yang telah dipelajari lebih dari 25 tahun mengimplementasikan ide-ide baru yang
(Gault, 2018). Inovasi sektor publik mulai dapat memberikan manfaat lebih baik
mendapat perhatian dari kalangan seperti mengurangi biaya, meningkatkan
akademisi dan praktisi sekitar abad 21, efisiensi, dan efektivitas pelayanan (Nesta,
dimana banyak pakar di bidang 2014; Kobylinska & Biglieri, 2015).
administrasi publik yang mulai melihat Cashless government ini dapat
pentingnya perubahan dalam organisasi dikatakan sebagai bagian dari inovasi
publik sebagai bentuk upaya untuk sektor publik dalam hal proses dan
merespon berbagai persoalan publik, administrasi pengelolaan keuangan
perubahan teknologi, dan tantangan negara. Upaya modernisasi sistem
ekonomi global yang semakin kompleks pembayaran belanja APBN melalui Kartu
(Valkaman et. al., 2013; Stewart-Weeks Kredit Pemerintah (KKP) dianggap sebagai
and Kestelle, 2015; Gasco, 2017). salah satu solusi praktis dalam menyikapi
Rogers (1983) mendefinisikan perkembangan zaman, dimana segala
inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktek sesuatu dituntut untuk serba cepat. Hal ini
atau objek atau benda yang disadari dan diharapkan dapat mendorong sistem
diterima sebagai suatu hal yang baru oleh pembayaran yang semakin terintegrasi
seseorang atau kelompok untuk diadopsi. dan penyelesaian (setelmen) transaksi
Sementara itu, Damanpour dan menjadi semakin cepat, mudah, praktis,
Gopalakrishnan (1998) menyatakan murah dan fleksibel.
bahwa inovasi adalah ide atau perilaku
yang memberikan hal baru bagi organisasi. Reformasi Birokrasi
Di konteks Indonesia sendiri, Era reformasi di Indonesia diawali
organisasi sektor publik telah banyak dengan terjadinya krisis ekonomi yang
memulai untuk melakukan inovasi baik diawali oleh jatuhnya nilai tukar rupiah
dalam proses bisnisnya maupun pada 1997, lalu pada 2018 telah
pemberian pelayanan kepada masyarakat. berkembang menjadi krisis multidimensi.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Kondisi tersebut mengakibatkan adanya
Negara dan Reformasi Birokrasi tuntutan kuat dari masyarakat terhadap
(KemenPAN dan RB) sebagai kementerian pemerintah untuk segera mengadakan
yang memegang peranan penting untuk reformasi pada penyelenggaraan
mendorong untuk terjadinya Reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara.

142
Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9 (2) Desember 2019: 136-150

Perubahan tersebut dilandasi oleh kewenangan publik oleh pejabat di


keinginan masyarakat untuk mewujudkan instansi yang bersangkutan; (2)
pemerintahan demokratis dan menjadikan negara yang memiliki
mempercepat terwujudnya kesejahteraan birokrasi yang paling unggul; (3)
rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai meningkatkan mutu pelayanan kepada
dasar sebagaimana tertuang dalam masyarakat; (4) meningkatkan mutu
Pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu perumusan dan pelaksanaan
pemerintah melaksanakan reformasi kebijakan/program instansi; (5)
gelombang pertama di bidang ekonomi, meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu)
hukum, politik, dan birokrasi. dalam pelaksanaan semua segi tugas
Namun demikian, reformasi birokrasi organisasi; dan (6) menjadikan birokrasi
mengalami ketertinggalan dibanding Indonesia antisipatif, proaktif, dan efektif
dengan bidang lainnya (Yusriadi, 2018). dalam menghadapi globalisasi dan
Oleh sebab itu, pada tahun 2004, dinamika perubahan lingkungan strategis.
Pemerintah menegaskan kembali Pekerjaan rumah yang harus
pentingnya penerapan prinsip-prinsip diselesaikan melalui pelaksanaan
good governance dan clean government reformasi birokrasi adalah reformasi yang
yang secara universal diyakini menjadi berkaitan dengan proses tumpang tindah
prinsip yang diperlukan untuk (overlapping) antarfungsi pemerintahan,
memberikan pelayanan prima kepada melibatkan jutaan pegawai, dan
publik. Untuk mewujudnyatakan prinsip- memerlukan anggaran yang tidak sedikit.
prinsip tersebut, maka Pemerintah Tantangan dan perkembangan jaman pun
mencanangkan program utama dengan menambah bobot pelaksanaan reformasi
cara membangun aparatur negara melalui birokrasi dalam menata ulang proses
penerapan reformasi birokrasi. Dengan birokrasi dari tingkat tertinggi hingga
demikian, pada tahun 2004 reformasi terendah dengan melakukan terobosan
birokrasi gelombang pertama secara baru (innovation breakthrough). Proses ini
bertahap mulai dilaksanakan. harus dilaksanakan secara bertahap,
Di dalam penjelasan tentang Grand konkret, realistis, sungguh-sungguh,
Design Reformasi Birokrasi 2010 -2025, berpikir di luar kebiasaan yang ada
tahapan (milestones) yang diharapkan oleh (thinking out of the box), perubahan
Pemerintah adalah pada tahun 2011, paradigm (paradigm shifting), dan dengan
seluruh K/L serta Pemerintah Daerah upaya luar bisa (business not as usual).
(Pemda) ditargetkan telah memiliki Dalam rangka pelaksanaan reformasi
komitmen dalam melaksanakan proses birokrasi secara nasional, Pemerintah
reformasi birokrasi. Pada tahun 2014, perlu merevisi dan membangun berbagai
secara bertahap dan berkelanjutan, K/L regulasi, memodernkan berbagai
dan Pemda telah memiliki kekuatan untuk kebijakan dan praktik manajemen pusat
memulai proses tersebut, sehingga pada dan daerah, serta menyesuaikan tugas dan
tahun 2025, birokrasi pemerintahan yang fungsi (tusi) instansi pemerintah dengan
professional dan berintegritas tinggi dapat paradigma dan peran baru.
diwujudkan. Dalam mewujudkan visi reformasi
Reformasi birokrasi sendiri dimaknai birokrasi yaitu “terwujudnya
sebagai sebuah perubahan besar dalam pemerintahan kelas dunia”, Pemerintah
paradigma dan tata kelola pemerintahan harus ditopang dengan aparatur yang
Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai dari professional dan berintegritas tinggi yang
pelaksanaan reformasi birokrasi di mampu menyelenggarakan pelayanan
Indonesia antara lain: (1) mengurangi dan prima kepada masyarakat dan juga
menghilangkan setiap penyalahgunaan manajemen pemerintahan yang

143
Paramita Nur Kurniati & Bernardus Yuliarto Nugroho, Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government

demokratis agar mampu menghadapi pendekatan yang digunakan dalam upaya


tantangan abad ke-21 melalui tata keuangan inklusif, khususnya dalam hal ini
pemerintahan yang baik. penggunaan kartu kredit, adalah dengan
mempertimbangkan best practices dan
Membangun Self-Urgency terhadap lesson learned dari domestik dan
Kebutuhan akan Perubahan dan Inovasi internasional. Penggunaan mekanisme
Kotter (1996) menyatakan ada 8 transaksi non tunai sudah banyak sekali
(delapan) langkah dalam menciptakan diimplementasikan di negara-negara maju
suatu perubahan yang sukses dalam skala dan di Indonesia sendiri, sektor swasta
apapun dalam organisasi (lihat gambar 2). telah banyak menerapkan mekanisme
Langkah tersebut antara lain: (1) tersebut.
menumbuhkan rasa urgensi (establishing a
sense of urgency); (2) membentuk koalisi
yang kuat (creating the guiding coalition);
(3) menciptakan visi dan strategi
perubahan (developing a vision and
strategy); (4) mengkomunikasikan visi
perubahan (communicating the change
vision); (5) mengerahkan orang banyak
untuk mengambil tindakan (empowering a
broad base of people to take action); (6)
menciptakan target jangka pendek
(generating short term wins); (7)
mengkonsolidasikan keuntungan dan
menghasilkan lebih banyak perubahan
(consolidating gains and producing more
change); (8) mengukuhkan pendekatan
baru di dalam budaya (anchoring new
approaches in the culture).
Kotter (1996) telah memutuskan
bahwa tindakan pertama, "tingkatkan
urgensi"- “increase urgency” adalah yang
paling kritikal. Tanpa rasa urgensi di
seluruh organisasi, tindakan yang tersisa
akan gagal. Upaya perubahan paling sering
gagal ketika agen perubahan “tidak
mampu menciptakan rasa urgensi yang
cukup tinggi dalam membuat lompatan
yang menantang dalam beberapa arah Gambar 2. Delapan Tahapan Proses Menghasilkan
baru”. Perubahan Besar
Sumber : John P. Kotter (1996)
Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless
Government di Indonesia Swedia adalah negara pertama yang
Berdasarkan permasalahan yang mengaplikasikan hampir keseluruhan
telah dikemukakan di atas, maka pembayaran digital dalam kehidupan
Pemerintah Indonesia meluncurkan model bermasyarakatnya. Permintaan uang
baru pengelolaan keuangan negara, yaitu secara fisik menurun sebesar 50% dalam
dengan mengkampanyekan less cash satu dekade, karena beralihnya
bahkan sampai kepada cashless. Salah satu penggunaan masyarakat menuju kartu
kredit dan debit ataupun aplikasi digital.

144
Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9 (2) Desember 2019: 136-150

Pada tahun 2017, kurang dari 2% gaya hidup ini. Data statistik dari Asosiasi
transaksi dari PDB yang menggunakan Pembayaran dan Kliring China (Payment
uang fisik ataupun cek bank. 85% and Clearing Association of China)
penduduk memiliki akses terhadap online menunjukkan bahwa dari tahun 2013
banking. Swedia berambisi untuk menjadi sampe 2016, jumlah transaksi yang
negara pertama yang menerapkan sistem dilakukan melalui aplikasi seluler non-
pembayaran cashless secara keseluruhan perbankan meningkat dari 3.777 miliar ke
di dunia pada tahun 2023 (Knowledge 97 miliar kali transaksi dengan tingkat
Wharton, 2018 dalam Bintarto 2018). pertumbuhan tahunan gabungan lebih dari
Dalam praktik sehari-hari, mayoritas 195%. Penggunaan uang secara fisik telah
toko bahkan pedagang kecil menengah banyak dikurangi, terutama dengan
Swedia sudah tak lagi menerima penggunaan aplikasi WeChat Pay (TenCent
pembayaran menggunakan uang fisik. “No Holdings) dan AliPay (Alibaba Group).
Cash Accepted” atau “Pembayaran Uang Bahkan berdasarkan data Kompas.com,
Fisik Tidak Diterima” terpampang di depan hasil riset dari Penguin Intelligence di
toko. Tempat-tempat publik seperti tahun 2019, 92% penduduk kota besar
restoran dan museum bahkan hanya China mengatakan, WeChat Pay dan AliPay
menerima pembayaran melalui kartu merupakan alat pembayaran mereka.
ataupun aplikasi ponsel (Bloomberg, Pergeseran sistem pembayaran dari
2018). Sistem cashless di Swedia dipercaya konvensional ke pembayaran non tunai
dapat mengurangi risiko dan biaya sosial telah mengubah cara bertransaksi
yang tinggi (Dalebrant, Therese, The penduduk China, mulai dari restoran
Monetary Policy Effects of Sweden’s hingga Pedagang Kaki Lima (PKL), kantin
Transition Towards a Cashless Society: An kampus, pembelian melalui e-commerce,
Econometric Analysis, University of pembelian tiket bis dan sebagainya telah
California, Berkeley, 2006). banyak melakukan transaksi non tunai.
Dalam laporan pembangunan sistem Bahkan tradisi pemberian angpao pada
pembayaran nontunai di China selama saat perayaan Tahun Baru China juga telah
periode 2013 – 2016, sistem pembayaran bergeser dari pemberian amplop yang
nontunai di China terbagi menjadi 3 (tiga) berisi uang tunai beralih ke layanan non
bentuk yaitu melalui (1) kartu, (2) cash payment seperti Red Packets yang
pembayaran dengan menggunakan smart disediakan di aplikasi WeChat. Dilansir
phone melalui aplikasi perbankan, dan (3) dalam Kompas.com (26/09/2018),
pembayaran dengan menggunakan smart beberapa orang berpandangan pergerakan
phone tanpa terhubung dengan aplikasi China menuju nontunai sangat cepat
non perbankan. Sistem pembayaran karena adanya anggapan bahwa
dengan kartu merupakan sistem pembayaran nontunai merupakan sistem
pembayaran dengan jumlah dan nilai pembayaran yang bersih dan efisien.
transaksi terbanyak, dengan jumlah yang Banyak penduduk China yang mau beralih
semakin meningkat setiap tahunnya (lihat ke transaksi nontunai karena dapat
gambar 3). Namun beberapa tahun mengurangi risiko perampokan dan
belakangan, sistem pembayaran di China mengurangi uang palsu yang banyak
bergeser ke sistem pembayaran dengan beredar di China.
menggunakan smart phone. Pembayaran
dengan menggunakan smart phone
merupakan elemen inti yang mendukung

145
Paramita Nur Kurniati & Bernardus Yuliarto Nugroho, Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government

Gambar 3. Perkembangan Pembayaran Nontunai di China dari periode 2013-2016


Sumber : China Tech Insights, 2017

Perkembangan sistem pembayaran Tirto.id tanggal 30 Agustus 2017, Dr. Ravi


non tunai di India dimulai dengan adanya CS dalam tulisannya yang berjudul “Digital
Putusan Perdana Menteri India Narendra Payments System and Rural India : A Review
Modi yang mengeluarkan kebijakan of Trasaction to Cashless Economy”
demonitisasi. Kebijakan demonetisasi mengungkapkan bahwa pemanfaatan
merupakan kebijakan yang dikeluarkan Paytm telah mengakar hingga ke wilayah
pada 9 November 2016, dimana pecahan pelosok India. Tercatat sebanyak 82.746
500 dan 1000 rupee ditarik dari peredaran pedagang di wilayah pelosok India sudah
dan diumumkan tidak lagi diterima terkoneksi dengan Paytm. India secara
sebagai alat pembayaran yang sah. cepat telah sukses melakukan transformasi
Langkah tersebut ditujukan untuk sistem transaksinya menjadi transaksi
membatasi ruang gerak black money digital dan hal ini dapat mendisrupsi uang
seperti untuk tindakan pengemplangan konvensional di India bahkan di masa
pajak, pendanaan aksi terorisme serta depan.
ancaman dan penyelundupan narkotika. Berdasarkan munculnya beberapa
Kebijakan tersebut juga menjadi program permasalahan dalam pengelolaan
besar dalam membasmi korupsi. keuangan negara dengan cara
Dampak dari kebijakan konvensional atau cash basis dan adanya
demonetisasi adalah Pemerintah India lesson learned tentang cashless payment
berhasil menarik seluruh uang tunai di dari beberapa negara di atas, maka
India sekitar 90% (Wartaekonomi.co.id - penyelenggara negara perlu
8/11/2017). Di samping itu, teknologi menumbuhkan adanya urgensi (self
digital Paytm atau “Pay Through Mobile” urgency) untuk berubah dan
melonjak sekitar 400%. Paytm merupakan menyesuaikan tantangan dan dinamika
sebuah aplikasi di smart phone yang zaman. Penting untuk menciptakan
memudahkan masyarakat dalam kebutuhan mendesak atau menumbuhkan
melakukan transaksi di toko kue, toko rasa urgensi atas perlunya suatu
elektronik, supermarket, ongkos bajaj, perubahan dalam organisasi sektor publik
bahkan stand yang berada di pinggir jalan. dan dengan segera mentransformasikan
Paytm atau “Pay Through Mobile” sukses dirinya menjadi birokrasi yang dinamis
menjadi dompet digital terbesar di India dalam menghadapi tantangan zaman.
dengan 220 juta pengguna. Dikutip dari Sistem cashless government diharapkan
146
Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9 (2) Desember 2019: 136-150

dapat meningkatkan transparansi dan ketidaktersediaan uang fisik di bendahara;


akuntabilitas keuangan Negara serta (2) pegawai merasa ada risiko yang harus
meminimalkan terjadinya tindak korupsi. ditanggung ketika memegang uang fisik,
Dalam konteks yang lebih luas, sistem seperti risiko takut kehilangan dan uang
tersebut diharapkan dapat memberikan palsu; (3) penggunaan uang konvensional
manfaat dalam mendorong pertumbuhan menyebabkan setelmen transaksi menjadi
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan lambat, tidak praktis, dan tidak bisa
masyarakat. fleksibel; (4) adanya kebutuhan untuk
Urgensi untuk berubah serta budaya mengakses laporan secara cepat dan real
yang terbuka terhadap perubahan akan time; serta (5) adanya willingness dan
mendorong tingkat akseptansi inovasi komitmen dari pimpinan K/L untuk
yang ditimbulkan dari adanya kebijakan mengikuti perubahan jaman mengikuti
baru. revolusi industri 4.0. Sementara, dorongan
yang berasal dari luar organisasi publik
Dorongan Internal dan Eksternal untuk antara lain berasal dari (1) tuntutan dari
Pelaksanaan Cashless Government masyarakat terhadap birokrasi yang
Perubahan dan tantangan jaman transparan dan akuntabel, (2) upaya
menuntut setiap organisasi untuk berubah. mendukung tercapainya Strategi Nasional
Kotter (1996) mengatakan bahwa langkah Keuangan Inklusif yang dikeluarkan
pertama dalam Kotter’s 8 Step Change melalui Peraturan Presiden, (3)
Model adalah menciptakan kebutuhan mengoptimalisasi penerimaan pajak dari
mendesak atau menumbuhkan rasa transaksi Pemerintah yang terjadi; serta
urgensi atas perlunya suatu perubahan. (4) perubahan paradigma manajemen kas
Apabila organisasi dapat menciptakan pemerintah menjadi lebih aktif sehingga
kondisi lingkungan dimana setiap individu setiap rupiah dari anggaran negara dapat
menyadari masalah atau krisis yang ada digunakan lebih optimal.
dan dapat melihat solusi yang dapat Pentingnya upaya modernisasi sistem
memecahkan permasalahan yang terjadi, pembayaran belanja APBN melalui Kartu
maka dukungan untuk perubahan akan Kredit Pemerintah (KKP) dan layanan
meningkat. Ini juga akan memicu motivasi perbankan secara elektronik sebagai salah
awal untuk membuat semua individu satu solusi praktis dalam menyikapi
dalam organisasi bergerak mendukung perkembangan zaman, dimana segala
perubahan. sesatu dituntut untuk serba cepat.
Menurut Kotter, langkah ini adalah Fenomena ini mengubah paradigma sistem
langkah persiapan dan agar tingkat pembayaran secara konvensional yang
keberhasilan perubahan ini menjadi lebih mengandalkan fisik uang sebagai
tinggi, sekitar 75% manajemen harus instrumen pembayaran bergeser pada
terlibat dalam perubahan ini. Penting instrumen non tunai. Perkembangan
untuk mempersiapkan diri sebelum terjun teknologi di bidang keuangan yang sangat
ke proses perubahan. Langkah ini pesat membuat sistem pembayaran yang
menciptakan ‘kebutuhan’ untuk semakin terintegrasi dan penyelesaian
perubahan, bukan hanya ‘keinginan’ untuk (setelmen) transaksi menjadi semakin
berubah. Hal ini sangat penting ketika cepat, mudah, praktis, murah dan fleksibel.
menyangkut dukungan dan kesuksesan Meskipun demikian, perubahan ini
perubahan yang mungkin terjadi. mendapatkan resistensi bagi sebagian
Dorongan yang timbul dari internal orang. Kotter (1996) mengatakan bahwa
organisasi publik antara lain disebabkan banyak aturan di organisasi yang
karena adanya : (1) beberapa kegiatan membentuk zona nyaman sehingga
operasional kantor yang terhambat karena membentuk rasa puas yang terlalu cepat

147
Paramita Nur Kurniati & Bernardus Yuliarto Nugroho, Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government

dan enggan berubah (mempertahankan Uang Persediaan (UP), yaitu Uang Muka
status quo). Adanya kebutuhan yang Kerja untuk melaksanakan kegiatan
mendesak terhadap perubahan harus operasional kantor sehari-hari.
dikelola secara baik untuk dapat
menghasilkan perubahan yang diinginkan SIMPULAN
organisasi, dilanjutkan dengan melakukan Mekanisme transaksi Pemerintah
7 (tujuh) tahapan lainnya dalam Kotter’s 8 saat ini masih banyak dilakukan
Step Change Model untuk menggunakan cash basis. Pengelolaan
menginternalisasikan perubahan. keuangan negara dengan cara ini
Namun terlepas dari pro kontra menghadapi beberapa kendala
pelaksanaan cashless government, sistem diantaranya (1) terhambatnya kegiatan
pembayaran ini dapat membantu operasional kantor karena masalah
optimalisasi penerimaan negara, ketersediaan atau kesiapan uang di
meningkatkan transparansi belanja bendahara instansi pemerintah; (2)
pemerintah, dan meminimalkan terjadinya adanya indikasi atau potensi korupsi dari
korupsi. transaksi secara tunai seperti kasus
Pada akhirnya, manfaat sistem penggelapan uang kas oleh pengelola
pembayaran non tunai bagi konsumen, keuangan ataupun munculnya tagihan
produsen dan pemerintah tersebut dapat fiktif; dan (3) adanya biaya yang
mendorong pertumbuhan ekonomi dan ditimbulkan akibat belum efektifnya
memberikan manfaat bagi peningkatan manajemen kas pemerintah, misalnya cost
kesejahteraan masyarakat. Kemudian of fund/idle cash yang ada di rekening
untuk mengatur secara lebih khusus, bendahara instansi pemerintah ataupun
Kementerian Keuangan c.q. Direktorat risiko kehilangan uang tunai.
Jenderal Perbendaharaan mengeluarkan Untuk mengatasi hal tersebut di atas,
kebijakan penggunaan Kartu Kredit pemerintah menggagas upaya modernisasi
Pemerintah didasarkan pada Peraturan sistem pembayaran belanja APBN melalui
Menteri Keuangan Republik Indonesia Kartu Kredit Pemerintah (KKP) yang
Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata dituangkan dalam Peraturan Menteri
Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu Keuangan Republik Indonesia Nomor
Kredit Pemerintah. Tujuan dikeluarkannya 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara
peraturan ini adalah untuk (1) Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit
meminimalisasi penggunaan uang tunai Pemerintah. Hal ini dianggap sebagai salah
dalam transaksi keuangan negara, (2) satu solusi praktis dalam menyikapi
meningkatkan keamanan dalam transaksi, perkembangan zaman, dimana segala
(3) mengurangi potensi fraud dari sesuatu dituntut untuk serba cepat.
transaksi secara tunai, dan (4) mengurangi Menciptakan kebutuhan mendesak
cost of fund/idle cash dari pengunaan Uang atau menumbuhkan rasa urgensi atas
Persediaan. perlunya suatu perubahan merupakan
Peraturan ini akan diberlakukan langkah pertama yang harus dilakukan
secara nasional dimana seluruh K/L yang untuk memulai suatu perubahan. Di era
anggarannya bersumber dari APBN wajib dimana segala sesatu dituntut untuk serba
mengimplementasikannya. Di dalam pasal cepat, cashless government dianggap
2 dinyatakan bahwa PMK Nomor sebagai salah satu solusi praktis yang
196/PMK.05/2018 mengatur mengenai membuat sistem pembayaran yang
tata cara pembayaran dan penggunaan semakin terintegrasi dan penyelesaian
Kartu Kredit Pemerintah dalam (setelmen) transaksi menjadi semakin
penyelesaian tagihan kepada negara cepat, mudah, praktis, murah dan fleksibel.
(dibatasi) dengan melalui mekanisme Sistem pembayaran nontunai diharapkan

148
Jurnal Administrasi Publik (Public Admnistration Journal), 9 (2) Desember 2019: 136-150

dapat membantu optimalisasi penerimaan Gault, F. (2018). Defininng and Measuring Innovation in
negara, meningkatkan transparansi All Sectors of Economy. Research Policy, 47: 617
– 622.
belanja pemerintah, dan meminimalkan Gumelar, G. (2018). Belanja Barang Pemerintah Kini
terjadinya korupsi. Dalam skala yang lebih Pakai Kartu Kredit. Diunduh di
luas, sistem ini diharapkan dapat https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201
mendorong pertumbuhan ekonomi dan 80221134911-532-277738/belanja-barang-
memberikan manfaat bagi peningkatan pemerintah-kini-pakai-kartu-kredit tanggal 21
Mei 2019
kesejahteraan masyarakat. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2018).
Peraturan Menteri Keuangan Republik
DAFTAR PUSTAKA Indonesia Nomor 196/PMK.05/2018 tentang
Adhiputranto, P. (2018). Inovasi Kartu Kredit Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu
Pemerintah Era Disruption. Diunduh di Kredit Pemerintah. Berita Negara Republik
http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/06/ Indonesia Tahun 2018 Nomor 1841.
20/inovasi-kartu-kredit-pemerintah-era- Kementerian Keuangan. (2017). Peraturan Direktur
disruption tanggal 5 Mei 2019 Jenderal Perbendaharaan Nomor 17/PB/2017
Ancok, D. (2012). Psikologi kepemimpinan & tentang Uji Coba Pembayaran Kartu Kredit
inovasi. Jakarta: Erlangga. dalam rangka Penggunaan Uang Persediaan.
Bank Indonesia. (2006). Seminar Internasional Kobylinska, U. & Biglieri, J.V. (2015). Public sector
“Towards a Less Cash Society in Indonesia”. innovativeness in Poland and in Spain-
Jakarta : Direktorat Akunting dan Sistem comparative analysis. International Journal of
Pembayaran Press. Contemporary Management, 14(2), 7-22.
Bintarto, E.A. (2018). Fintech dan Cashless Society : Kotter, J.P. (1996). Leading Change. United States of
Sebuah Revolusi Pendongkrak Ekonomi America : Harvard Business School Press.
Kerakyatan. Surabaya : Universitas Airlangga. Muthahhari, T. (2017). Alipay Merevolusi Sistem
China Tech Insights. (2017). The Development of Pembayaran di Cina. Diunduh di
Cashless Payments in China : 2013 – 2016. https://tirto.id/alipay-merevolusi-sistem-
Diunduh di pembayaran-cina-cyyh tanggal 5 Mei 2019
https://www.ipsos.com/sites/default/files/ct/ Nesta. (2014). Innovation in the public sector: how can
publication/documents/2017- public organisation better create, improve and
08/Mobile_payments_in_China-2017.pdf adapt?. London: Nesta.
tanggal 5 Mei 2019 Osborne, S.P. & Brown, K. (2005). Managing change and
Dalebrant, T. (2006). The Monetary Policy Effects of innovation in public service organizations.
Sweden’s Transition Towards a Cashless Madison Ave, N.Y.: Routledge.
Society: An Econometric Analysis. Berkeley : Redaksi 1. (2017). Ini Kisah Sukses India dalam
University of California. Wujudkan Pembayaran Nontunai. Diunduh di
Damanpour, F. & Gopalakrishnan, S. (1998). Theories of https://www.wartaekonomi.co.id/read160394
organizational structure and innovation /ini-kisah-sukses-india-dalam-wujudkan-
adoption: The role of environment change. pembayaran-nontunai.html tanggal 5 Mei 2019
Journal of Engineering and Technology Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik
Management, 15(1), 1-24. Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang
Damanpour, F. & Schneider, M. (2006). Phases of the Keuangan Negara.
adoption of innovation in organizations: Effects Republik Indonesia. (2010). Peraturan Presiden
of environment organization and top managers. Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010
British Journal of Management, 17, 215–236. tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi 2010
Dasgupta, M. & Gupta, R.K. (2009). Innovation in – 2025.
organizations: A review of the role of Republik Indonesia. (2016). Peraturan Presiden
organizational lexarning and knowledge Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2016
management. Global Business Review, 10(2), 203- tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif.
224. Republik Indonesia. (2018). PP Nomor 50 Tahun 2018
Fauzia, M. (2018). Alasan China Cepat Beralih Gunakan tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Sistem Pembayaran Nontunai. Diunduh di Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/ Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
26/100400626/alasan-china-cepat-beralih- Negara.
gunakan-sistem-pembayaran-nontunai tanggal Rogers, E.M. (1983). Diffusion of Innovation (3th ed.).
5 Mei 2019 Third Avenue, N.Y.: The Free Press.
Gasco, M. (2017). Living Labs: Implementing Open
Innovation in The Public Sector. Government
Information Quarterly 34 : 90 – 98.
149
Paramita Nur Kurniati & Bernardus Yuliarto Nugroho, Urgensi Pelaksanaan Sistem Cashless Government

Safitri, M.R. (2017). Analisis Implementasi Kebijakan Ukpong, O.U. & Friday, A. (2016). Cashless
Uang Elektronik di Indonesia. Jakarta : Economic Policy and Sustainable
Universitas Indonesia. Development in Nigeria Economy: The
Sekaran, U. (2009). Metodologi Penelitian untuk Bisnis Missing Links. Journal of Educational Policy
Buku I ed 4. Jakarta : Salemba Empat. and Entrepreneurial Research, 3 (3),
Suwarno, Y. (2008). Inovasi di Sektor Publik. Diunduh 3(2012),80-86.
di Windrum, P. (2008). Innovation in public sector
https://www.researchgate.net/publication/328 services; entrepreneurship, creativity and
202667_INOVASI_DI_SEKTOR_PUBLIK/downlo management. Cheltenham: Edward Elgar.
ad tanggal 5 Mei 2019. Yusriadi, (2018). Reformasi Birokrasi Indonesia:
Swartz, D.D.G., Hahn, R.W. & Layne-farrar, A. (2006). Peluang dan Hambatan. Jurnal Administrasi
The Move toward a Cashless Society : A Closer Publik : Public Administration Journal. 8 (2):
Look at Payment Instrument Economics. 178-185.

150

Anda mungkin juga menyukai