Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI

SEKTOR
PUBLIK
AGNES NOVITA
NIM 2340303130005
PERJALANAN AKUNTANSI PEMERINTAH INDONESIA

Indonesia memulai reformasi, khususnya di sektor publik, pada tahun 1997. Krisis
ekonomi pada tahun 1997 melumpuhkan perekonomian Indonesia yang ditandai
dengan semakin banyaknya perusahaan yang tidak beroperasi/bangkrut, banyaknya
pekerja yang menganggur, dan menurunnya nilai rupiah (Tarmidi, 2003). Krisis
ekonomi pada tahun 1997 melumpuhkan perekonomian Indonesia yang ditandai
dengan semakin banyaknya perusahaan yang tidak beroperasi/bangkrut, banyaknya
pekerja yang menganggur, dan menurunnya nilai rupiah (Tarmidi, 2003).

Kebanyakan masyarakat tidak siap menghadapi korupsi, kolusi, dan nepotisme.


Keadaan ini memotivasi individu untuk menerapkan tata kelola yang baik di dalam
institusi pemerintah.

Pemerintah Indonesia telah melakukan kemajuan dalam Pengelolaan Keuangan


Negara sebagai bagian dari upayanya untuk menumbuhkan Good Governance
(Suryanto, 2018). Industri keuangan mulai berbenah dengan memperkenalkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Penerapan Good Governance menjadikan reformasi di bidang akuntansi
pemerintahan mengalami paradigma baru. Dengan paradigma ini diharapkan dapat
memenuhi keinginan masyarakat untuk menghasilkan laporan keuangan yang
transparan dan akuntabel.

Keberadaan NPM telah menyebabkan terjadinya perubahan manajemen sektor


publik dari sistem manajemen yang tradisional, kaku, birokratis, dan hierarkis
menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih akomodatif
terhadap pasar (Mahmudi, 2003). Pendekatan baru ini telah membuat perubahan
.
radikal dalam budaya organisasi. Perkembangan atau penerapan metodologi dan
metode membuat berfungsinya instansi pemerintah menjadi lebih efisien dan
efektif. (Islam, 2018).

Akuntansi Pemerintahan atau Akuntansi Sektor Publik memberikan informasi


keuangan kuantitatif dari entitas pemerintah untuk memproses keputusan dari
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap berbagai alternatif arah dan tindakan.
Aturan akuntansi dari pemerintah adalah aturan yang digunakan untuk menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Dengan kata lain, SAP dapat berfungsi sebagai kerangka hukum untuk meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia (Hariadi et al., 2013). Sistem
Akuntansi Pemerintahan hadir untuk meningkatkan kewaspadaan di tingkat
pemerintah (Bracci et al., 2015)

Pendekatan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual ada


dua, yaitu: (Maimunah, 2016):

(1) Menerapkan SAP secara menyeluruh dan 87 Fandi Prasetya,Perjalanan


Akuntansi Pemerintahan Indonesia serentak di seluruh kementerian atau
kantor.
(2) Cara kedua adalah dengan menerapkannya secara bertahap sesuai
kesiapan Sumber Daya Manusia dan perangkat pendukung di seluruh
kementerian atau kantor pada saat penerapan SAP berbasis akrual.
Untuk membuat laporan keuangan, terlebih dahulu kita mengetahui tujuan
pelaporan keuangan, yang terdiri dari (Mardiasmo, 2002):

(1) Laporan Keuangan merupakan dasar pengambilan keputusan dan penetapan


sasaran tertentu,
(2) Membantu pengambil keputusan dalam memperkirakan jumlah, waktu, dan
ketidakpastian penerimaan uang di masa yang akan datang,
(3) Dengan adanya laporan keuangan diharapkan mampu menunjukkan sumber-
sumber ekonomi dari suatu transaksi perusahaan.

Ketiga ciri informasi di atas akan menjadi pedoman dalam penyusunan laporan
keuangan suatu organisasi atau badan usaha.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 merupakan landasan pelaksanaan
akuntansi berbasis akrual yang diatur dalam Undang-Undang Keuangan Negara
Nomor 17 Tahun 2003.

Berdasarkan undang-undang tersebut, landasan akuntansi pemerintah Indonesia


harus berbasis akrual. Penerapan basis akrual diharapkan dapat meningkatkan
transparansi laporan keuangan pemerintah sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Tujuan ini sesuai dengan deskripsi teori keagenan Jensen dan Meckling (1976).

Dalam Maimunah (2016), Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan


keagenan sebagai pengaturan kontrak di mana satu atau lebih prinsipal
melibatkan agen untuk memberikan layanan demi keuntungan mereka dengan
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan tertentu kepada agen. Teori
keagenan ini berlaku dalam Persatuan Negara Republik Indonesia, dimana
pemerintahannya menerapkan sistem demokrasi.
Keterlibatan Masyarakat dalam Pemberian Pelayanan Publik Peran Penting
Pejabat Publik

Pejabat publik yang berpikiran reformis dapat memanfaatkan keterlibatan warga


negara dalam berbagai cara: untuk memperoleh informasi, ide dan kontribusi
lainnya langsung dari warga negara, mendukung inovasi dan kewirausahaan sektor
publik, membela kepentingan publik dari klientelisme politik, memperkuat legitimasi
pemerintah. negara di mata warga negara dan mendukung akuntabilitas dan tata
kelola sektor publik.

Keterlibatan masyarakat bukanlah sebuah tongkat ajaib yang secara otomatis


dapat memecahkan masalah penyampaian layanan, namun jika diterapkan secara
efektif, hal ini berpotensi membantu pejabat publik yang pro-reformasi untuk
meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan. Beberapa pertanyaan yang
muncul adalah: Bentuk dan strategi keterlibatan apa yang memberikan hasil
terbaik? Pemangku kepentingan mana yang paling mungkin berpartisipasi dan apa
alasannya? Kapan mereka memilih untuk terlibat?
Penting untuk menyadari bahwa bagi pejabat publik yang tertarik untuk
mempromosikan inisiatif keterlibatan masyarakat sebagai instrumen reformasi, tidak
ada cetak biru untuk desain dan implementasi inisiatif partisipatif, juga tidak ada alat
yang terstandarisasi atau mudah ditiru untuk keterlibatan masyarakat.

Dengan semakin maraknya penyebaran teknologi informasi dan komunikasi yang pesat
di negara-negara berkembang, masyarakat menjadi lebih terdidik dan mempunyai
tujuan untuk mencapai nilai-nilai dan aspirasi yang lebih tinggi. Meningkatnya harapan
masyarakat yang berdaya akan meningkatkan kapasitas pemerintah dalam
memberikan layanan yang dibutuhkan konstituennya, sehingga memaksa pemerintah
untuk mengubah cara mereka memberikan layanan, dan sering kali berbuat lebih
banyak dengan lebih sedikit. Pada saat yang sama, warga negara yang berdaya akan
menuntut partisipasi yang lebih besar dan bermakna dalam pemerintahan.
Bagi hubungan negara-masyarakat, hal ini berarti bahwa pengambilan kebijakan perlu
dilakukan lebih dekat dengan masyarakat, sehingga memungkinkan keterlibatan yang
lebih langsung dalam pengembangan kebijakan, implementasi, evaluasi dan
pemberian layanan. Pemerintah di negara-negara berpendapatan tinggi saat ini
sedang melakukan penjajakan desain bersama dan kreasi bersama layanan publik
untuk lebih memenuhi kebutuhan dan preferensi warga negara dan memanfaatkan
sumber daya non-pemerintah. Bagi negara-negara berpendapatan menengah dan
rendah, pendekatan-pendekatan tersebut mewakili perubahan dari model di mana
pemerintah memiliki input dan proses, menuju model di mana pemerintah dan
masyarakat bersama-sama memiliki hasil. Dengan kata lain, pemerintahan beralih
dari memerintah untuk warga negara menjadi memerintah bersama warga negara.

Hal ini juga berarti adanya pergeseran masyarakat yang semakin dekat ke pusat
pemerintahan dan berkembangnya sektor publik dimana warga negara, politisi,
birokrat dan penyedia layanan menjadi pencipta barang publik.Pergeseran ini mulai
menantang gagasan yang sudah ada mengenai nilai-nilai, praktik, akuntabilitas, dan
pengetahuan sektor publik dan keterampilan. Namun yang lebih penting, laporan ini
juga menyoroti perlunya layanan publik yang profesional, tangkas, terbuka, etis, dan
penuh semangat serta membangun kembali moral dan motivasi pejabat publik yang
telah dirusak oleh politisasi atau kurangnya sumber daya

Anda mungkin juga menyukai