JEL Classification: This study aims to analyze the vilages financial management system based on the
M41 aspects of planning, implementation, administration, reporting to village financial
accountability according to applicable regulations to determine the supporting and
G18 obstacles factor in the village financial management. This study taken place at 5
village that is Batuanten, Cipete, Karanglo, Karangtengah, and Pernasidi villege in
sub-distric Cilongok, distric Banyumas, West Java Province. This study can be
Keywords: categorized as descriptive qualitative research using case study method. Deep
interview and direct observation on village financial management activities are used
management system, control
on this study. The reruslt are showed that generaly village financial management
system, village financial, dan on Cilongok sub-district is good enough, but there is still room on improvement in
regulation administration, reporting, and accountability phase. The support from Cilongkok
sub-district team, Banyumas district government assist and the performance of
village financial management are the supporting factor in good village financial
management at Cilongok sub-district. While the limitations of human resource,
inadequate of information system, and the incomplete of village financial
management regulations are the obstacle factor.
ABSTRAK
74.093 desa di seluruh Indonesia. Dari kajian yang manusia(www.kpk.go.id). Menurut hasil kajian
dilakukan sejak Januari 2015, KPK menemukan 14 tersebut terdapat potensi masalah dalam
temuan pada empat aspek, yakni aspek regulasi dan pengelolaan dana desa sebagaimana disebutkan
kelembagaan, aspek tata laksana, aspek pada tabel berikut.
pengawasan, dan aspek sumber daya
Potensi Masalah
1. Regulasi dan Kelembagaan
a. Belum lengkapnya regulasi dan petunjuk teknis pelaksanaan yang diperlukan dalam pengelolaan
keuangan desa.
b. Potensi tumpang tindih kewenangan antara Kementerian Desa dan Ditjen Bina Pemerintahan
Desa Kementerian Dalam Negeri.
c. Formula pembagian Dana Desa dalam Perpres 36 Tahun 2015 mengacu pada aturan yang belum
ditetapkan dan hanya didasarkan pada aspek pemerataan.
d. Pengaturan pembagian penghasilan tetap bagi perangkat desa dari ADD yang diatur dalam PP
No. 43 Tahun 2014 kurang berkeadilan.
e. Kewajiban penyusunan laporan pertanggungjawaban oleh desa tidak efisien.
2. Tata Laksana
a. Kerangka waktu siklus pengelolaan anggaran desa sulit dipatuhi oleh desa.
b. Belum adanya satuan harga baku barang/jasa yang dijadikan acuan bagi desa dalam menyusun
APBDesa.
c. APBDesa yang disusun tidak menggambarkan kebutuhan desa.
d. Rencana penggunaan dan pertanggungjawaban APBDesa kurang transparan.
e. Laporan pertanggungjawaban desa belum mengikuti standar dan rawan manipulasi.
3. Pengawasan
a. Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah oleh Inspektorat Daerah kurang efektif.
b. Tidak optimalnya saluran pengaduan masyarakat untuk melaporkan kinerja perangkat desa
yang mal-administrasi.
c. Ruang lingkup evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh Camat belum jelas.
4. Sumber Daya Manusia
a. Potensi korupsi/fraud oleh tenaga pendamping akibat kelemahan aparat desa.
Sumber: www.kpk.go.id
2. Telaah Teori dan Pengembangan Hipotesis Pada organisasi sektor publik baik itu
Teori Keagenan (Agency Theory) pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun
Teori keagenan (Agency Theory) pemerintah desa pada dasarnya terdapat hubungan
merupakan sebuah teori yang menjelaskan keagenan sehingga dapat dikaji dengan Teori
hubungan keagenan antara pemilik sumber daya keagenan (Agency Theory). Moe (1984) menjelaskan
ekonomis (principal) dengan pihak yang mengurus bahwa di pemerintahan terdapat suatu keterkaitan
dan mengendalikan penggunaan sumber daya dalam kesepakatan-kesepakatan principal-agent
ekonomis tersebut (agent). Menurut Jensen dan yang dapat ditelusuri melalui proses anggaran:
Meckling (1976) hubungan keagenan merupakan pemilih-legislatur, legislatur-pemerintah, menteri
sebuah kontrak antara seorang atau lebih yang keuangan-pengguna anggaran, perdana menteri-
disebut principal yang menunjuk orang atau pihak birokrat, dan pejabat-pemberi pelayanan. Hal yang
lainnya yang disebut agent untuk menjalankan sama dikemukakan juga oleh Gilardi (2001) dan
layanan sesuai kepentingan principal, yang Strom (2000), yang melihat hubungan keagenan
mencakup pendelegasian beberapa kewewenangan sebagai hubungan pendelegasian (chains of
pengambilan keputusan kepada agent. delegation), yakni pendelegasian dari masyarakat
kepada wakilnya di parlemen, dari parlemen yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
kepada pemerintah, dari pemerintah sebagai satu anggaran berikutnya.
kesatuan kepada seorang menteri, dan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
pemerintah kepada birokrasi. Lebih lanjut Andvig 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
et al. (2001) menjelaskan hubungan tersebut Desa menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan
tidaklah selalu mencerminkan hirarki, tetapi dapat desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
saja berupa hubungan pendelegasian. perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan
desa. Dari definisi tersebut maka siklus pengelolaan
Pengelolaan Keuangan Desa keuangan desa terdiri dari: (1) perencanaan, (2)
Definisi Keuangan Desa sebagaimana pelaksanaan, (3) penatausahaan, (4) pelaporan, dan
disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (5) pertanggungjawaban.
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Tahap perencanaan dimulai dari
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Pemerintah Desa menyusun rencana pembangunan
Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala desa sesuai dengan kewenangannya dengan
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan mengacu pada perencanaan pembangunan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Kabupaten/Kota. Perencanaan pembangunan desa
Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas disusun secara berjangka meliputi: Rencana
transparan, akuntabel, partisipasi, serta dilakukan Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)
dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan untuk jangka waktu enam tahun, dan Rencana
keuangan desa dalam satu tahun anggaran antara Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
lain tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) yang
Belanja Desa (APBDesa). Anggaran Pendapatan dan merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
Belanja Desa (APBDesa) adalah rencana keuangan jangka waktu satu tahun. Setelah APBDesa
tahunan Pemerintahan Desa. APBDesa terdiri atas: ditetapkan, maka pelaksanaan keuangan desa
Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan Pembiayaan mengacu pada APBDesa. Kegiatan pelaksanaan
Desa. keuangan desa meliputi penerimaan dan
Pendapatan Desa adalah semua pengeluaran keuangan desa. Semua penerimaan
penerimaan uang melalui rekening desa yang dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening
yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. kas desa dan harus didukung dengan bukti yang
Pendapatan Desa terdiri atas kelompok: (1) lengkap dan sah. Seluruh kegiatan pelaksanaan
Pendapatan Asli Desa (PADesa), (2) Transfer, dan keuangan desa harus ditatausahakan.
(3) Pendapatan Lain-lain. Belanja Desa sesuai Penatausahaan merupakan serangkaian kegiatan
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 adalah semua pencatatan setiap transaksi penerimaan dan
pengeluaran dari rekening desa yang merupakan pengeluaran desa secara tertib ke dalam buku kas
kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang umum dan buku pembantu. Penatausahaan
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa
desa. Belanja desa tersebut digunakan dalam rangka wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan
mendanai penyelenggaraan kewenangan desa. pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap
Belanja desa diklasifikasikan ke dalam kelompok: akhir bulan secara tertib dan membuat laporan
(1) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, (2) pertanggungjawaban setiap bulan kepada Kepala
Pelaksanaan Pembangunan Desa, (3) Pembinaan Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Kemasyarakatan Desa, (4) Pemberdayaan (Permendagri 113 Tahun 2014, Pasal 35). Adapun
Masyarakat Desa, dan (5) Belanja Tak Terduga. kegiatan pelaporan adalah kegiatan penyampaian
Belanja desa terdiri dari jenis belanja pegawai, laporan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Dan berupa laporan semester pertama, dan laporan
Pembiayaan Desa adalah semua penerimaan yang semester akhir tahun. Laporan semester pertama
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran tahun berjalan, sedangkan laporan semester akhir
tahun disampaikan paling lambat akhir bulan Namun diperlukan model kebijakan implementasi
Januari tahun berikutnya. (Permendagri 113 Tahun ADD yang komprehensif sehingga meningkatkan
2014, Pasal 37).Kepala Desa menyampaikan laporan kemampuan pemerintah desa dalam hal
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan perencanaan, implementasi dan pengendalian ADD
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir untuk pembangunan. Sedangkan Riyanto, 2015,
tahun anggaran. Laporan tersebut terdiri dari dengan judul Akuntabilitas Finansial Dalam
pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kantor
ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa Desa Perangat Selatan Kecamatan Marang kayu
tentang laporan pertanggungjawaban realisasi Kabupaten Kutai Kertanegara, menemukan bahwa
pelaksanaan APBDesa dilampiri: Format Laporan Akuntabilitas Finansial dalam pengelolaan ADD di
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan Kantor Desa Perangat Selatan mulai dari
APBDesa Tahun Anggaran berkenaan, Format pelaksanaan sampai dengan pencapaian hasilnya
Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember dapat dipertanggungjawabkan di depan seluruh
Tahun Anggaran berkenaan, dan Format Laporan apparat Pemerintah Desa, namun belum dapat
Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dipertanggungjawabkan kepada seluruh
masuk ke desa. (Permendagri 113 Tahun 2014, Pasal masyarakat desa.
38).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan
Penelitian Sebelumnya pendekatan kualitatif. Moleong (2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Setyoko, mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
2011 dengan judul Akuntabilitas Administrasi penelitian yang bermaksud untuk memahami
Keuangan Program Alokasi Dana Desa menemukan fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
antara lain Pengelolaan keuangan desa belum penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
berhasil. Sistem dan mekanisme pelaporan tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan
keuangan yang telah disusun dengan baik dan rinci cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan
oleh pemerintah kabupaten, tidak dapat bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dilaksanakan dengan baik oleh aparat desa. dan dengan memanfaatkan berbagai metode
Kegagalan ini disebabkan oleh rendahnya alamiah. Pendekatan kualitatif dipilih agar dapat
kemampuan administratif aparat pemerintah desa, mengungkap fenomena yang terjadi secara lebih
tidak adanya sanksi yang tegas, serta masyarakat mendalam, dan dapat mendeskripsikan realita
yang kurang peduli terhadap administrasi alamiah yang terjadi. Subyek penelitian yang dipilih
keuangan ADD. Putra, 2013 dengan judul adalah Desa-desa pada Kecamatan Cilongok,
Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Desa-
Pemberdayaan Masyarakat Desa (Sudi pada Desa desa pada Kecamatan Cilongok dipilih karena
Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Kecamatan Cilongok merupakan wilayah dari
Malang), secara umum penggunaan ADD Kabupaten Banyumas yang menerima dana desa
berdasarkan sasaran pemberdayaan sudah berjalan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
dengan baik meskipun dalam berbagai bidang Belanja Negara (APBN), Pemerintah Kabupaten
penggunaan ADD masih belum optimal. Azwardi, Banyumas telah melaksanakan sistem akuntansi
2014, Efektifitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan berbasis akrual pada tahun anggaran 2014 dan
Kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan, memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian
menemukan bahwa penyaluran dana ADD belum (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. ADD Indonesia (BPK RI), serta Kecamatan Cilongok
berpengaruh negative terhadap kemiskinan. merupakan kecamatan yang paling tertib dalam
Ruksamin, 2014,dengan judul The Obstacles of mengelola keuangan desa berdasarkan monitoring
Implementation of Village Allocation Fund dan keterangan dari bagian perbendaharaan
Program in the North Konawe Southeast Sulawesi, DPPKAD Kabupaten Banyumas. Adapun dari 20
menemukan bahwa Implementasi ADD untuk (dua puluh) desa pada Kecamatan Cilongok, dipilih
otonomi pemerintah desa sudah berjalan baik. sampling penelitian dengan menggunakan
purposive sampling dengan kriteria: desa sudah meliputi Camat, Sekretaris Camat atau Kepala Seksi
membuat perencanaan desa (RKPDesa), menerima Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan unsur
dana desa, dan menyampaikan laporan Pemerintah Desa yang terdiri dari Kepala Desa,
pertanggungjawaban. Berdasarkan kriteria Bendahara, Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Badan
tersebut, dipilih 5 (lima) desa pada Kecamatan Permusyawaratan Desa (BPD).
Cilongok yaitu : Desa Batuanten, Desa Cipete, Desa Analisis data dalam penelitian kualitatif
Karanglo, Desa Karangtengah, dan Desa Pernasidi. dilakukan pada saat pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
adalah penelusuran data online, analisis dokumen, dalam periode tertentu (Sugiyono, 2005).Analisis
observasi, dan wawancara. Metode penelusuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data online digunakan untuk memperoleh data- metode studi kasus yang termasuk dalam kelompok
data terkait alokasi dana desa dari Pemerintah Pusat analisis kinerja dan pengalaman individual serta
ke Pemerintah Daerah, kasus-kasus pengelolaan perilaku institusi. Menurut Yin (2002) ada lima
keuangan desa, serta regulasi yang mengatur komponen penting dalam desain studi kasus yaitu:
pengelolaan keuangan desa melalui internet dengan (1) pertanyaan-pertanyaan penelitian, (2) proporsi
mengakses situs-situs lembaga pemerintah terkait penelitian, (3) unit-unit analisis penelitian, (4) logika
maupun media lainnya. Adapun analisis dokumen yang mengaitkan data dengan proporsi, dan (5)
mulai dari kegiatan memperoleh dokumen fisik kriteria untuk menginterprestasikan temuan.
seperti dokumen surat, dokumen Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data,
pertanggungjawaban keuangan desa (APBDes, peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan
RAB, SPP, kuitansi, dan sebagainya), laporan sumber data dan triangulasi dengan teknik.
pertanggungjawaban, peraturan-peraturan, dan Triangulasi dengan sumber berarti
dokumen fisik lainnya terkait pengelolaan membandingkan dan mengecek balik derajat
keuangan desa di Kecamatan Cilongok untuk kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
selanjutnya dianalisis apakah dokumen tersebut melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
relevan dengan penelitian atau tidak. Metode ini penelitian kualitatif (Moleong, 2013). Peneliti
digunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen menguji kredibilitas data dengan mengecek data
fisik yang cukup untuk mendukung proses yang telah diperoleh di lapangan dari beberapa
penelitian. sumber. Kemudian setelah data tersebut dianalisis,
Selain memperoleh data melalui akan dihasilkan suatu kesimpulan dengan adanya
penelurusan online maupun dokumenter, peneliti kesamaan pendapat dari beberapa sumber,
menggunakan metode observasi langsung di desa- baikinforman yang berbeda profesi, maupun
desa untuk mengamati proses pengelolaan informan yang memiliki profesi yang sama.
keuangan desa serta wawancara dengan pejabat Sementara triangulasi dengan teknik dilakukan
pengelola keuangan desa untuk memperkuat data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui
yang diperoleh agar lebih valid dan akurat. wawancara dan dokumentasi. Bila dengan dua
Penentuan informan dalam penelitian ini adalah teknik pengujian kredibilitas data tersebut
dengan cara menentukan key person. Pertimbangan menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
informan penelitian dengan menentukan key peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut dengan
person karena dianggap bahwa key person tersebut sumber data yang bersangkutan atau dengan
telah memahami informasi awal tentang objek sumber data yang lain.
penelitian maupun informan penelitian. Key person
ini adalah tokoh formal atau tokoh informal 4. Hasil dan Pembahasan
(Bungin, 2007). Informan yang dijadikan referensi Data yang diperoleh selama proses
dalam penelitian ini adalah tokoh yang terlibat wawancara sangat banyak, namun tidak semua
langsung dalam proses pengelolaan keuangan desa. data tersebutdibutuhkan dalam penelitian ini.
Informan tersebut terdiri dari unsur Pemerintah Mereduksi data (datareduction) berarti merangkum,
Kabupaten Banyumas yang diwakili oleh Pejabat memilih hal-hal yangpokok, memfokuskan pada
pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
Aset Daerah (DPPKAD), Pemerintah Kecamatan (Sugiyono, 2005). Dalam mereduksi data, peneliti
akan memfokuskan pada hasil wawancara dari para data desa, (2) Penggalian gagasan masyarakat, dan
informan yang telah ditentukan. Namun sebelum (3) Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan
data tersebut disajikan (data display), akan direduksi desa. Penyusunan APBDesa untuk desa di
terlebih dahulu dengan cara meringkasdata, Kecamatan Cilongok belum sepenuhnya didukung
mengkategorikan data, mengarahkan data serta dengan laporan hasil pengkajian keadaan desa.
membuang data yang tidak relevan agar Kepala Desa Batu Anten (YHS) menjelaskan:
didapatkesimpulan (conclution).
“kami belum tahu desa kami masuk
Perencanaan APBDesa tipologi desa yang mana sehingga
Perencanaan APBDesa bukanlah proses prioritas penggunaan dana desa belum
yang singkat, tetapi diawali dari penyusunan berdasarkan tipologi desa secara pasti.
perencanaan pembangunan desa. Perencanaan Selain itu dalam merencanakan
pembangunan desa disusun secara berjangka penggunaan dana desa kami juga
meliputi: (1) Rencana Pembangunan Jangka terbentur dengan peraturan
Menengah Desa (RPJM Desa) jangka waktu 6 tahun, pemerintah yang lebih tinggi, sebagai
(2) Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau contoh ketentuan prioritas penggunaan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) yang dana desa untuk sarana prasarana
merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk peribadatan dan pendidikan terbentur
jangka waktu 1 tahun. Dari 5 desa pada Kecamatan terkait aturan pemberian hibah ke
Cilongok yang diteliti diketahui tahapan lembaga”
perencanaan ini secara umum telah dilaksanakan
dengan baik. Sekretaris Desa seluruhnya telah Kondisi penyusunan APBDesa yang belum
menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan desa sejalan
APBDesa berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan dengan Laporan Hasil Kajian Pengelolaan
dan disampaikan kepada Kepala Desa. Kepala Desa Keuangan Desa yang diterbitkan oleh Komisi
menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang Pemberantasan Korupsi Tahun 2015, halaman 41
APBDesa kepada BPD untuk dibahas dan antara lain menyebutkan salah satu potensi masalah
disepakati bersama. Pembahasan dengan BPD dalam pengelolaan keuangan desa adalah APBDesa
dituangkan dalam Berita Acara Rapat Badan yang disusun tidak menggambarkan kebutuhan
Permusyawaratan Desa (BPD) atau Nota desa.
Kesepakatan antara Pemerintah Desa dengan BPD Selain itu, penyusunan APBDesa di
dan hasilnya ditetapkan Keputusan BPD tentang Kecamatan Cilongok juga belum memperhatikan
Persetujuan Peraturan Desa tentang APBDesa. batasan waktu. Rancangan Peraturan Desa tentang
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang APBDesa disepakati bersama paling lambat bulan
telah disepakati dengan BPD juga sudah Oktober tahun berjalan. Namun dalam praktiknya
disampaikan melalui camat. Bahkan untuk untuk APBDesa Tahun 2015 dan 2016 terlambat.
membantu camat dalam mengevaluasi APBDesa, APBDesa Tahun 2015 belum selesai sampai dengan
Bupati Banyumas mengeluarkan Peraturan Bupati Desember Tahun 2015, dan APBDesa Tahun 2016
Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pengelolaan belum selesai sampai dengan Desember Tahun
Keuangan Desa, yang antara lain mengatur 2016. Pada saat penelitian, APBDesa Tahun 2017
pembentukan Tim Fasilitasi dan Evaluasi juga belum selesai sampai dengan Januari 2017. Dari
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan hasil pendalaman kepada perangkat desa dan
Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan kecamatan diketahui bahwa hal tersebut
APBDesa pada setiap awal tahun dengan disebabkan karena informasi dari Pemerintah Pusat
Keputusan Camat. dan Pemerintah Daerah terkait rencana
Namun demikian terdapat hal yang perlu pembangunan di desa tersebut dan besaran
ditingkatkan yaitu APBDesa agar disusun anggaran yang akan diperoleh desa terlambat
berdasarkan hasil pengkajian keadaan desa yang diperoleh oleh desa dan atau keputusannya
dibahas dalam musyawarah Desa. Kegiatan berubah-ubah.
pengkajian keadaan desa meliputi: (1)Penyelarasan
cukup ketat misalnya batasan uang muka/panjar pembayaran setelah menyusun RAB dan
dengan jumlah tertentu, batas waktu mengajukan Surat Pengajuan Panjar Kegiatan
pertanggungjawaban, dan jenis pengeluaran yang adalah Surat Permintaan Pembayaran (SPP).
dapat dibayarkan dengan uang muka/panjar. Pelaksana kegiatan mengajukan SPP setelah barang
Untuk mempertanggungjawabkan uang dan atau jasa diterima kepada Kepala Desa melalui
muka/panjar yang diterima pelaksana kegiatan Sekretaris Desa untuk diverifikasi terlebih dahulu.
mencatat uang muka/panjar dalam Buku Kas Pengajuan SPP dari pelaksana kegiatan kepada
Pembantu Kegiatan yang dibuat sesuai dengan Kepala Desa terdiri dari: Surat Permintaan
lampiran Permendagri Nomor 113 Tahun 2014. Pembayaran (SPP), Pernyataan Tanggung Jawab
Buku Kas Pembantu Kegiatan dibuat untuk setiap Belanja, dan lampiran bukti transaksi. Untuk
bidang dan kegiatan sesuai yang ditetapkan dalam mengendalikan proses pengajuan SPP ini,
APBDes berisi informasi penerimaan dan Pemerintah Kecamatan Cilongok melalui Kasi
pengeluaran dana, pengembalian ke bendahara, Pemerintahan dan Kasi Pembangunan sudah
dan saldo kas yang ada di pelaksana kegiatan. melakukan upaya pengendalian yang cukup baik.
Dalam pelaksanaannya para pelaksana kegiatan di Setiap tagihan yang diajukan pelaksana kegiatan di
desa pada Kecamatan Cilongok belum membuat masing-masing desa diverifikasi juga oleh petugas
Buku Kas Pembantu Kegiatan sesuai dengan format kecamatan untuk meminimalisir risiko apabila
lampiran Permendagri Nomor 113 Tahun 2014. terdapat Sekretaris Desa yang belum paham cara
Pembukuan baru dilaksanakan di Bendahara Desa. memverifikasi SPP dari pelaksana kegiatan. Kepala
Pelaksana kegiatan hanya membuat catatan Seksi Pembangunan Kecamatan Cilongok, DN
penerimaan dan pengeluaran uang dalam bentuk menjelaskan:
sederhana. Hal ini karena pelaksana kegiatan belum
memahami cara membuat Buku Kas Pembantu “kami dari kecamatan menerapkan
Kegiatan. Kaur Perencanaan Desa Pernasidi, SI aturan seluruh tagihan dari desa
menjelaskan: harus masuk ke sini untuk
diverifikasi sebelum dibayar, untuk
“sebagai pelaksana kegiatan kami membackup apabila ada Sekretaris
merasa belum memiliki bekal yang Desa yang kurang memahami
cukup, kami belum tahu cara verifikasi sesuai aturan. Di sini kami
menyusun RAB yang baik, termasuk cek apakah tagihan tersebut boleh
membukukan uang-uang yang dibayar atau tidak, pajaknya sudah
diterima dari Bendahara Desa. Kami benar apa belum, kemudian kami
perlu pelatihan dari cara menyusun catat dalam buku register SPP tapi
RAB dan pembukuan.” masih gabung untuk seluruh desa.”
Hal senada juga disampaikan Bendahara Desa Dengan sistem seperti ini, maka SPP yang
Karang Tengah, IDP: diajukan pelaksana kegiatan di desa pada
“saat ini pembukuan dana ya Kecamatan Cilongok menjadi lebih tertib.
dilaksanakan di Bendahara. Pengajuan SPP sesuai dengan RAB, dilampiri
Pelaksana kegiatan paling mencatat dengan SPTB dan bukti transaksi. Format SPP juga
biasa sederhana uang masuk, uang sudah sesuai dengan lampiran Permendagri Nomor
keluar, di kertas biasa. Baru saya 113 Tahun 2014. Proses verfikasi yang dilakukan
yang membukukan ke BKU. Saran oleh pihak kecamatan juga sudah meliputi hal-hal
saya ya perlu ada pelatihan akuntansi yang diharuskan dalam Permendagri Nomor 113
pembukuan bagi perangkat desa Tahun 2014. Kepala Desa menyetujui permintaan
termasuk bagi para kaur dan pembayaran setelah proses verifikasi, dan
bendahara.” Bendahara Desa melakukan pembayaran.
Penatausahaan atas transaksi keuangan desa laporan realisasi APBDesa yang disampaikan
dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa paling lambat akhir bulan Juli tahun berjalan untuk
wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan laporan semester pertama, dan paling lambat akhir
pengeluaran menggunakan buku kas umum, buku bulan Januari tahun berikutnya untuk laporan
kas pembantu pajak, dan buku bank. Selanjutnya semester akhir tahun.
Bendahara Desa melakukan tutup buku setiap akhir Hasil penelitian menunjukkan secara
bulan dan menyusun laporan pertanggungjawaban umum desa yang disampel belum tertib dalam
yang disampaikan kepada Kepala Desa paling menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Hasil APBDesa semester pertama maupun semester
penelitian menunjukkan Bendahara Desa masih kedua. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
kurang tertib dalam melaksanakan penatausahaan semester pertama Tahun 2015 dan 2016 belum
pengelolaan keuangan desa. Pencatatan disampaikan sampai dengan akhir bulan Juli tahun
penerimaan dan pengeluaran desa baru berkenaan atau akhir bulan Januari tahun
dilaksanakan dengan menggunakan buku kas berikutnya kepada Bupati/Walikota. Sampai
umum. Bendahara Desa juga belum melakukan dengan akhir Januari 2017 Bendahara Desa masih
penutupan pembukuan setiap akhir bulan secara dalam proses penyusunan laporan realisasi
tertib, belum menyampaikan laporan pelaksanaan APBDesa untuk semester kedua Tahun
pertanggungjawaban kepada Kepala Desa paling 2017. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Format buku semester pertama Tahun 2015 dan 2016 masing-
kas umum juga belum sesuai dengan lampiran masing baru disampaikan bulan Oktober Tahun
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014. Buku kas berkenaan.
umum yang diselenggarakan oleh Bendahara Desa
baru berisi informasi nomor, tanggal transaksi, Pertanggungjawaban APBDesa
uraian, penerimaan, pengeluaran, dan saldo. Kepala Desa di Kecamatan Cilongok belum
Ketidaksesuaian tersebut dijelaskan Kepala Desa menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban
Karang Lo, TH mengatakan: Realisasi Pelaksanaan APBDesa secara tepat waktu.
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
“selama ini kami belum ada pelatihan Pelaksanaan APBDesa Tahun 2015 belum
tentang administrasi desa, termasuk disampaikan sampai dengan akhir bulan Januari
administrasi keuangan desa dan 2016 dan baru disampaikan di semester pertama
pengadministrasian tentang aset (bulan Juni) 2016. Demikian juga untuk Laporan
desa”. Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesa Tahun 2016 belum disampaikan sampai
Bendahara Desa Karang Tengah, IDP juga dengan akhir Januari 2018.
mengatakan: Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan APBDesa kelima desa yang disampel
“kami mencatat penerimaan dan Tahun 2015 dan 2016 sudah ditetapkan dengan
pengeluaran dalam buku kas umum. Peraturan Desa. Laporan tersebut sudah dilampiri
Kami belum mengetahui cara dengan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
mencatat buku kas pembantu pajak, Pelaksanaan APBDesa. Namun belum dilampiri
atau buku bank. Mungkin perlu dengan Laporan Kekayaan Milik Desa per 31
pelatihan administrasi bagi seluruh Desember tahun berkenaan, dan Laporan Program
perangkat desa”. Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke
desa.
Pelaporan APBDesa Pemerintah Desa belum dapat menyusun
Sesuai Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Laporan Kekayaan Milik Desa. Laporan Kekayaan
Kepala Desa wajib menyampaikan laporan realisasi Milik Desa berisi informasi aset lancar, aset tidak
pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota lancar, kewajiban, dan kekayaan bersih milik desa.
berupa laporan semester pertama dan laporan Kekayaan desa pada 5 desa yang disampel yang
semester akhir tahun. Laporan tersebut berupa seharusnya dapat disajikan pada Laporan
Kekayaan Milik Desa antara lain: kas desa, piutang terutama pada tahap penatausahaan, pelaporan dan
sewa tanah desa, persediaan ATK, tanah desa, pertanggungjawaban.Perangkat Pengelola
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan Keuangan Desa secara umum sudah menjalankan
sebagainya. Kelima desa yang disampel memiliki tugas dan fungsinya. Kepala Desa sebagai
tanah desa yang disewakan. Selain itu, desa Karang pemegang kekuasaan pengelola keuangan desa
Lo juga memiliki tempat usaha/kios di pasar yang dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan
disewakan. Atas peristiwa tersebut seharusnya desa Keuangan Desa. Namun, belum seluruh Bendahara
dapat menyajikan nilai piutang maupun hutang Desa dijabat oleh staf pada urusan
dari sewa tanah tersebut. Pemerintah Desa belum keuangan.Tahapan perencanaan secara umum telah
dapat menyajikan kekayaan desa karena pengelola dilaksanakan dengan baik.Sekretaris Desa
keuangan di desa (Sekretaris Desa s.d. Bendahara seluruhnya telah menyusun Rancangan Peraturan
Desa) kurang memahami akuntansi untuk Desa tentang APBDesa berdasarkan RKP Desa
menyajikan laporan kekayaan milik desa. tahun berkenaan dan disampaikan kepada Kepala
Bendahara Desa Karang Tengah, IDP mengakatan: Desa. Kepala Desa menyampaikan Rancangan
“kami belum dapat menyajikan laporan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada BPD
kekayaan desa karena kami belum tahu untuk dibahas dan disepakati bersama.Namun,
caranya. Kami belum pernah diberikan APBDesa dirasa masih belum berisi kebutuhan desa
pelatihan akuntansi cara menyusun laporan secara riil. APBDesa belum disusun berdasarkan
kekayaan desa.” hasil pengkajian keadaan desa dan belum
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Desa memperhatikan batasan waktu penyusunan
Karang Lo, TH: APBDesa sesuai peraturan perundang-
“personil kami tidak ada yang berlatar undangan.Tahap pelaksanaan secara umum sudah
belakang pendidikan akuntansi, sehingga dijalankan dengan cukup baik. Mekanisme
kami belum memahami administrasi penerimaan dilaksanakan melalui rekening kas
keuangan desa, cara mengadministrasikan desa. Rekening kas desa ditetapkan pada Bank
aset desa, dan sebagainya. Saat ini kami Jateng sesuai ketentuan peraturan Bupati
belum bisa menyusun laporan kekayaan Banyumas. Namun, pemerintah desa di Kecamatan
desa, caranya seperti apa kami tidak tahu. Cilongok masih belum dapat melakukan konversi
Kalau secara kondisinya desa kami ke dalam nilai uang (rupiah) atas penerimaan
memiliki tempat usaha di pasar yang kami swadaya, sumbangan yang berupa tenaga atau
sewakan, tanah desa yang juga kami barang. Dalam pelaksanaan belanja pemerintah
sewakan secara tahunan. Kami belum Kabupaten Cilongok sudah menjalankan
pernah tahu cara mencatat utang maupun mekanisme SPP beserta proses verifikasinya. Sudah
piutangnya.” memiliki Peraturan Bupati tentang Pengadaan
Barang dan Jasa di Desa. Pada tahap
Permasalahan lain terkait penatausahaan, Bendahara Desa masih kurang
pertanggungjawaban adalah Laporan tertib dalam melaksanakan penatausahaan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Pencatatan
APBDesa belum diinformasikan kepada penerimaan dan pengeluaran desa baru
masyarakat secara tertulis dan belum ditayangkan dilaksanakan dengan menggunakan buku kas
pada media informasi yang mudah diakses oleh umum. Bendahara Desa juga belum melakukan
masyarakat. penutupan pembukuan setiap akhir bulan secara
tertib, dan belum menyampaikan laporan
5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran pertanggungjawaban kepada Kepala Desa. Pada
Dari hasil penelitian atas sistem tahap pelaporan, secara umum desa belum tertib
pengelolaan dan sistem pengendalian keuangan dalam menyampaikan laporan realisasi
desa pada Kecamatan Cilongok diperoleh pelaksanaan APBDesa semester pertama maupun
kesimpulan bahwa secara umum pengelolaan semester kedua. Pada tahap pertanggungjawaban,
keuangan desa pada Kecamatan Cilongok sudah Kepala Desa belum menyampaikan Laporan
cukup baik, namun masih terdapat kekurangan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesa secara tepat waktu. Pemerintah Desa delegation. In ECPR General Conference,
belum mampu menyusun Laporan Kekayaan Milik Canterbury (UK)(pp. 6-8).
Desa karena kurangnya pemahaman sumber daya Indonesia, I. A., &Publik, K. A. S. (2015).
manusia pada tingkat desa. Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara Desa. Jakarta: IAI.
lain tahapan pengelolaan dana desa yang diteliti Indonesia, P. P. R. (2014). Peraturan Pemerintah
hanya pada tahap perencanaan, pelaksanaan, Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
sampai dengan pertanggungjawaban pada tingkat tentang Peraturan Pelaksaan Undang-
desa, tidak membahas pengelolaan dana desa di
undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
tingkat Kecamatan, Kabupaten, maupun proses
Desa. Jakarta: Sekretariat Negara.
alokasi dan pertanggungjawaban dana di
Indonesia, R. (2005). Peraturan Pemerintah
Kementerian Keuangan.Periode pengelolaan
keuangan desa yang diteliti hanya terbatas untuk
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005
Tahun 2015 dan 2016 tidak meliputi kegiatan Tentang Desa. Jakarta: Sekretariat Negara.
perencanaan jangka panjang maupun perencanaan Indonesia, R. (2014). Undang-undangNomor 6
jangka menengah. Selain itu, penelitian ini tidak tahun 2014 tentangDesa. Jakarta: Sekretariat
membahas dampak dari penggunaan keuangan Negara.
desa serta tidak membahas efektivitas dan Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory
keberhasilan dari penggunaan dana desa. of the firm: Managerial behavior, agency
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, costs and ownership structure. Journal of
untuk peningkatan pengelolaan keuangan desa, financial economics, 3(4), 305-360.
maka peneliti menyarankan untuk meningkatkan Keuangan, B. P., & Pembangunan, R. I. (2015).
kemampuan Perangkat Pengelola Keuangan Desa Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan
mulai dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Konsultasi Pengelolaan Keuangan
Seksi/Kepala Urusan (Kaur), dan Bendahara Desa Desa. BPKP RI, Jakarta.
perlu diberikan pelatihan terkait pengelolaan Moe, T. M. (1984). The new economics of
keuangan desa mulai dari tahap perencanaan, organization. American journal of political
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan science, 28(4), 739-777.
pertanggungjawaban secara menyeluruh, serta Moleong, L. (2013). J. 2007. Metodologi penelitian
perencanaan dan penyusunan APBDesa agar lebih
kualitatif, 4-10.
memperhatikan kebutuhan masyarakat desa.
Negara, K. P. A., & INDONESIA, R. (2004).
Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Daftar Referensi
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Azwardi, A. (2014). Efektifitas Alokasi Dana Desa
Instansi Pemerintah.
(ADD) dan Kemiskinan di Provinsi
Putra, C. K. (2013). Pengelolaan Alokasi Dana
Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi
Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan, 12(1), 29-41.
Desa (Studi Pada Desa Wonorejo
Bastian, I. (2015). Akuntansi untuk Kecamatan
Kecamatan Singosari Kabupaten
dan Desa. Erlangga: Jakarta.
Malang). Jurnal Administrasi Publik, 1(6),
Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif: komunikasi,
ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial 1203-1212.
lainnya. Kencana. Republik Indonesia, 2008. Peraturan Pemerintah
Desa, L. H. K. P. K. Alokasi Dana Desa dan Dana Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
Desa. 2015. Jakarta: Komisi Pemberantasan yang Bersumber dari Anggaran
Korupsi. Pendapatan dan Belanja Negara, Jakarta.
Gilardi, F. (2001, September). Principal-agent Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri
models go to Europe: Independent Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
regulatory agencies as ultimate step of tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
Jakarta.