Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN DANA DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA

TUMARATAS SATU KECAMATAN LANGOWAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

Oleh:
Monika Meysi Boseke1

ABSTRAK
Maksud pemberian Dana Desa (DD) sebenarnya adalah sebagai bantuan stimulan atau
dana perangsang untuk mendorong program Pemerintah Desa yang ditunjang dengan
partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan
dan pemberdayaan masyarakat. Desa Tumaratas Satu Kecamatan Langowan Barat pada tahun
2020 menerima DD sebesar Rp. 913.317.000. Dalam pengelolaan DD factor transparansi,
akuntabilitas, dan pelibatan masyarakat merupakan kewajiban. Namun, dalam pengelolaan DD
yang dilakukan oleh pemerintah Desa Tumaratas Satu, hal ini belum terlihat. Bahkan tujuan
pemberian DD yaitu untuk pemberdayaan masyarakat desa kurag dirasakan masyarakat.
Dengan menggunakan metode kualitatif (Aminah S. Roikan, 2018), penelitian ini akan mengkaji
pengelolaan DD yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Tumaratas Satu. Pengelolaan yang
dimaksud akan dikaji dengan menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh (George R.
Terry, 2012), tentang asas-asas dalam pengelolaan DD. Menurutnya makna pengelolaan terdiri
dari tindakan-tindakan seperti Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan), dan Controlling (Pengawasan). Temuan penelitian
menggambarkan dari sisi perencanaan, Pemerintah Desa Tumaratas Satu dalam mengelola Dana
Desa dan pemberdayaan masyarakat di Desa Tumaratas Satu sudah melakukan perencanaan,
akan tetapi keterlibatan masyarakat yang masih kurang yang mengakibatkan usulan mengenai
kegiatan yang akan dilaksanakan lebih banyak ditentukan oleh perangkat desa saja. Selanjutnya,
dari segi pengorganisasian, Pemerintah Desa Tumaratas Satu masih terlihat belum efektif, hal ini
dapat dilihat dari belum efektifnya uraian tugas pokok dan fungsi yang harus dijalankan atau
dilaksanakan oleh para pengelola keuangan desa, yang disebabkan oleh lemahnya sumber daya
manusia dalam hal ini pengetahuan tentang manajemen administrasi atau pengelolaan
keuangan yang baik. Sedangkan pada pelaksanaan pengelolaan dana desa di Desa Tumaratas
Satu sudah terlaksana walaupun dalam pelaksanaan pembangunan belum terealisasi secara
optimal dikarenakan dana desa banyak terpakai untuk membantu menunjang perekonomian
masyarakat akibat dari pandemik virus covid-19. Kemudian dalam hal Pengawasan pengelolaan
dana desa di Desa Tumaratas Satu masih belum berjalan dengan efektif, di mulai dari bukti
pelaporan hingga pertanggungjawaban yang belum jelas mengenai pemasukan dan pengeluaran
keuangan desa sehingga ada banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana kinerja dari
pemerintah desa terkait dengan pengelolaan keuangan desa.

Kata Kunci: Pengelolaan; Dana Desa

ABSTRACT
The purpose of providing the Village Fund (DD) is actually a stimulant aid or stimulant
fund to encourage Village Government programs supported by community self-help cooperation in
carrying out government activities and community empowerment. Tumaratas Satu Village,
Langowan Barat District in 2020 received DD of Rp. 913,317,000. In managing DD, the factors of
transparency, accountability, and community involvement are mandatory. However, in the DD
management carried out by the Tumaratas Satu village government, this has not been seen. Even
the purpose of giving DD, namely to empower the village community, was not felt by the
community. Using qualitative methods (Aminah S. Roikan, 2018), this study will examine the DD
management carried out by the Tumaratas Satu Village Government. The management in question
will be studied using the approach proposed by (George R. Terry, 2012), regarding the principles in

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UNSRAT
1
managing DD. According to him, the meaning of management consists of actions such as Planning,
Organizing, Actuating, and Controlling. The research findings illustrate that in terms of planning,
the Tumaratas Satu Village Government in managing the Village Fund and community
empowerment in Tumaratas Satu Village has carried out planning, but community involvement is
still lacking which results in suggestions regarding activities to be carried out more determined by
village officials. Furthermore, in terms of organizing, the Tumaratas Satu Village Government still
looks ineffective, this can be seen from the ineffective description of the main tasks and functions
that must be carried out or carried out by village financial managers, which is caused by weak
human resources in this case knowledge of administrative management or good financial
management. Whereas the implementation of village fund management in Tumaratas Satu Village
has been carried out even though in the implementation of development it has not been optimally
realized because village funds are used a lot to help support the community's economy due to the
Covid-19 virus pandemic. Then in terms of supervision of village fund management in Tumaratas
Satu Village, it is still not running effectively, starting from reporting evidence to unclear
accountability regarding village financial income and expenditure so that there are many people
who do not know how the performance of the village government is related to village financial
management. .

Keywords: Management; Village Fund

PENDAHULUAN
Desa merupakan representasi dari kesatuan masyarakat hukum terkecil yang telah ada
dan tumbuh berkembang seiring dengan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Desa sebagai ujung
tombak pemerintah di wilayah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kemajuan desa
menjadi tolak ukur kemajuan masyarakatnya secara khusus dan dampaknya secara signifikan
dan berpengaruh pada Indonesia secara keseluruhan.
Desa menjadi primadona dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo, sebagaimana
ditunjukan dalam Nawacita untuk membangun dari pinggiran dan Desa. Keberadaan Desa
secara yuridis dalam Undang - Undang No.6 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Desa menjadi bagian
wilayah terkecil dari sistem penyelenggaraan pemerintah. Sehingga setiap pelaksanaan
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus melalui Desa
yang mengakibatkan peran Desa sangat menentukan keberhasilan dari kebijakan tersebut.
Dalam Undang-undang tersebut juga di jelaskan bahwa implementasi otonomi daerah sudah
diserahkan kepada Desa, sehingga memiliki wewenang untuk mengurus, mengatur, dan
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, termasuk dalam urusan pengelolaan Dana Desa
(DD).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Pada Pasal 11 menjelaskan mengenai, dana desa setiap
Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan jumlah desa, dana desa dialokasikan (alokasi dasar dan
alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geogarfis desa setiap Kabupaten/Kota), tingkat kesulitan ditunjuk
oleh indeks kemahalan konstruksi, data jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan
indeks kemahalan konstruksi bersumber dari kementrian yang berwenang, dan Lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistic, serta dana desa setiap
Kabupaten/Kota ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APBN.
Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40 / PMK.07 /
2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205 / PMK.07 / 2019
Tentang Pengelolaan Dana Desa, dijelaskan pada Pasal 32 yakni penggunaan Dana Desa
diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, peningkatan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan dan dituangkan dalam rencana kerja Pemerintah Desa. Prioritas
penggunaan Dana Desa termasuk kegiatan dalam rangka menanggulangi dampak ekonomi atas
2
pandemi covid-19 dan jaring pengaman sosial di Desa berupa BLT Desa kepada keluarga miskin
atau tidak mampu di Desa sebagai keluarga penerima manfaat.
Prioritas penggunaan Dana Desa Tahun 2020 dicantumkan dalam Peraturan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 14 Tahun 2020 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor
11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Dimana, perubahan ketiga
ini mengatur tentang penambahan jangka waktu bantuan langsung tunai Desa. Dikarenakan
perkembangan yang ada dalam mengahadapi Pandemi Covid-19 yang sudah larut dan
berkepanjangan.
Adapun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Tumaratas Satu Kecamatan
Langowan Barat Kabupaten Minahasa di jabarkan atau diuraikan sebagai berikut ; lain – lain
hasil usaha desa berjumlah Rp. 2.500.00, dana desa berjumlah Rp. 913.317.000, bagi hasil pajak
dan retribusi Kabupaten / Kota berjumlah Rp. 18.026.900, Alokasi Dana Desa berjumlah Rp.
315.200.000, Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten / Kota berjumlah Rp.100.000.000 dan
bunga bank Rp. 30.000. Dan dana tersebut telah dibagikan kedalam beberapa bidang yaitu ;
bidang pemerintahan, bidang pembangunan desa, bidang pembinaan kemasyarakatan, dan
bidang pemberdayaan masyrakat, serta ada dana penanganan keadaan mendesak untuk
menanggulangi dampak ekonomi dari pandemi covid-19.
Maksud pemberian Dana Desa (DD) adalah sebagai bantuan stimulan atau dana
perangsang untuk mendorong dalam membiayai program Pemerintah Desa yang ditunjang
dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.
Dana Desa (DD) di maksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelesaian
masalah yang berskala desa secara langsung maupun yang berskala daerah secara tidak
langsung. Permasalahan desa bersama masyarakatnya, sangatlah spesifik dan tidak dapat di
sama-ratakan untuk semua desa.
Istilah pemberdayaan semakin populer dalam konteks pembangunan dan pengentasan
kemiskinan. Konsep ini berkembang dari realitas individu atau masyarakat yang lemah dan
tidak berdaya. Ketidakberdayaan ini meliputi kelemahan dalam pengetahuan, kemampuan,
pengalaman, sikap, modal usaha, jaringan dan mitra, semangat, kerja keras, ketekunan,
kepemimpinan, dan lain sebagainya. Ketidakberdayaan ini menyebabkan masyarakat menjadi
tidak mandiri, tidak berdaya, dan jatuh kedalam lubang kemiskinan yang dalam (Ajeng Dini
Utami, 2019: 18-19)
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan
kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupnya dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya. Pemberdayaan pada hakikatnya adalah pembangunan komunitas yang
berdaya, bukan semata – mata pembangunan individu (Ajeng Dini Utami, 2019:19)
Pemberdayaan masyarakat desa bertujuan untuk memampukan desa melakukan aksi
kolektif sebagai satu kesatuan tata Kelola pemerintahan desa, Lembaga kemasyarakatan desa
desa, Lembaga adat, serta kesatuan ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat desa
dilaksanakan oleh seluruh elemen pemerintahan mulai dari pusat hingga kecamatan, serta
Lembaga – Lembaga formal dan informal desa, seperti BPD, forum musyawara, Lembaga adat
desa, BUM Desa, dan kelompok masyarakat lainnya yang dibentuk untuk mendukung kegiatan
pemerintahan dan pembangunan pada umumnya (Ajeng Dini Utami, 2019:22)
Pemberdayaan masyarakat adalah ungkapan lain adalah tujuan dari penyuluhan
pembangunan. Tujuan ini meliputi bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM), terutama dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf
hidup yang lebih berkualitas (Ajeng Dini Utami, 2019:23)
Pemberdayaan memberikan dorongan masyarakat dalam proses pembangunan sehingga
memiliki kemampuan untuk memahami permasalahan yang dihadapi, menemukan potensi
desanya, serta mampu merencanakan kegiatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kesejahtraan masyarakat. Melalui pemberdayaan pembangunan didesa menjadi lebih inklusif
dan berkeadilan bagi masyarakat.
Arah pemberdayaan masyarakat desa yang paling efektif dan lebih cepat untuk mencapai
tujuan adalah dengan melibatkan masyarakat dan unsur pemerintahan yang memang
mempunyai kebijakan pembangunan yang lebih reaktif memberikan prioritas kebutuhan
3
masyarakat desa dalam alokasi anggaran sehingga mereka mampu untuk memanfaatkan potensi
yang dimiliki daerah masing-masing. Satu diantara renetan program pemberdayaan itu adalah
Pemberian Dana Desa (DD) yang merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk
menyelenggarakan Otonomi Desa agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari
Desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasipatif, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan mayarakat.
Berdasarkan hasil observasi awal di desa Tumaratas Satu bahwa Dana Desa masih
terdapat kecenderungan yakni kurangnya transparansi terhadap masyarakat. Sehingga dengan
demikian, peneliti menduga bahwa pemberdayaan masyarakat belum optimal karena tujuan
Dana Desa di Desa Tumaratas Satu kurang baik, serta proses pelaksanaan anggaran atau
kegiatan tidak terealisasi sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya dalam proses perencanaan yang cenderung tidak melibatkan masyarakat Desa
Tumaratas Satu yang seharusnya mengikuti aturan pedoman tentang ketentuan keikutsertaan
dalam forum musyawarah (musyawarah desa ataupun musrenbang desa). Keterkaitan dengan
Pembangunan Masyarakat Desa Tumaratas Satu, pemerintah cenderung belum sepenuhnya
memanfaatkan secara optimal potensi sumber daya alam dan pembangunan sumber daya
manusia terhadap masyarakat yang ada di Desa Tumaratas Satu. Yang sebenarnya sasarannya
untuk meningkatkan kualitas hidup, keterampilan dan prakarsa dengan bimbingan dan bantuan
dari pemerintah. Tampak dari beberapa kecenderungan permasalahan yang tercantum diatas,
masih terdapat kriteria kurang baik yang mengarah pada minimnya proses pemberdayaan
masyarakat. Hal ini baru dugaan sementara, sehingga perlu diteliti secara ilmiah dan mendalam.
Oleh sebab itu, peneliti lebih memilih meneliti mengenai program ini karena jika dana ini
dikelola dengan baik dan jujur maka hasil akan terlihat lebih jelas.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengelolaan
Pengelolaan berasal dari kata Kelola, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer
karangan Peter Salim dan Yenny Salim (2002:695), berarti memimpin, mengendalikan,
mengatur, dan mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan sebagainya serta bertanggung
jawab atas pekerjaan tertentu.
Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlihat dalam pelaksanaan dan pencapaian
tujuan (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991:534)
Dalam buku (Sukarna, 2011:3), George R. Terry (2012) yang mengemukakan makna
pengelolaan terdiri dari tindakan – tindakan seperti Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan), dan Controlling (Pengawasan).
1. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubung fakta – fakta serta pembuatan dan
penggunaan perkiraan – perkiraan atau asumsi – asumsi untuk masa yang akan datang
dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan – kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokan dan penyusunan macam – macam
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan ialah membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar
supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas
serta serasi dengan perencanaan dan usaha – usaha pengorganisasian dari pihak
pimpinan.
4. Pengawasan
Peranan atau kedudukan yang penting sekali dalam manajemen, mengingat mempunyai
fungsi untuk menguji, dengan demikian kontrol mempunyai fungsi untuk mengawasi
segala kegiatan yang tertuju kepada sasarannya sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai.

4
Tujuan pengelolaan adalah agar segenap sumber daya yang ada seperti, sumber daya
manusia, peralatan atau sarana yang ada dalam suatu organisasi dapat digerakan sedemikian
rupa, sehingga dapat menghindarkan dari segenap pemborosan waktu, tenaga dan materi guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Pengelolaan dibutuhkan dalam semua organisasi, karena
tanpa adanya pengelolan atau manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan
lebih sulit.

B. Konsep Dana Desa


Dana Desa yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Peraturan Pelaksana Undang – Undang Nomor 6 tahun 2014 yaitu Dana yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang diperuntukan bagi Desa yang kemudian
ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja Daerah Kabupaten atau Kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dana Desa diharapkan dapat
memberi tambahan energi bagi Desa dalam melakukan pembangunan dan pemberdayaan Desa,
menuju Desa yang kuat, maju dan mandiri.
Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran (Sri Mulyani Indrawati, 2017:26)
1. Transparan, yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat mengetahui
dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa.
2. Akuntabel, yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Partisipatif, yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan
kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.
4. Tertib dan disiplin anggaran, yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada
aturan atau pedoman yang melandasinya.
Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa
yaitu :

1. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja
2. Pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau
tidak mencukupi kredit anggarannnya dalam APB Desa / perubahan APB Desa.
3. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukan dalam APB Desa dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa.
Peran kepala desa dalam pengelolaan dana desa yaitu sebagai pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik
desa yang dipisahkan. Kepala Desa mempunyai kewenangan antara lain:
1. Menetapkan kebijakan pelaksanaan APBDes ;
2. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD);
3. Menetapkan tugas yang memungut penerimaan Desa ;
4. Menyetujui pengeluaran yang ditetapkan dalam APBDes ; dan
5. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDes.
PTPKD adalah Pelaksana Teknis Pengelolala Keuangan Desa dengan unsurnya yaitu
perangkat desa yang bertugas membantu Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan desa (Sri Mulyani,2019:49) PTPKD terdiri dari :
1. Sekretaris Desa
Sekretaris Desa bertindak selaku koodinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.
Sekretaris Desa bertugas ; menyusun dan melaksanakan APBDes, menyusun Raperdes
APBDes, menyusun perubahan APBDes dan pertanggungjawaban APBDes,
mengendalikan pelaksanaan kegiatan APBDes, menyusun pelaporan dan
pertanggungjawaban APBDes, memverifikasi bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran
APBDes (Sri Mulyani,2019:51)
5
2. Kepala Seksi
Mempunyai tugas dalam pengelolaan keuangan desa, yaitu ; menyusun rencana
kegiatan, melaksanakan kegiatan dan/atau Bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa,
melakukan Tindakan pengeluaran yang membebani anggaran belanja, mengendalikan
dan melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa, dan menyiapkan dokumen
anggaran atas pelaksanaan kegiatan (Sri Mulyani,2019:51)
3. Bendahara
Bendahara adalah unsur staf sekretariat desa yang membidangi urusan administrasi
keuangan untuk menatausahakan keuangan desa. Tugas bendahara dalam pengelolaan
keuangan desa, yakni ; menerima, menyimpan, menyetorkan, membayar,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan dan pengeluaran
APBDes (Sri Mulyani,2019:51)

C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Falsafah pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan sebagai kerjasama dengan
masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Pemberdayaan semakin popular dalam
konteks pembangunan dan pengentasan kemiskinan yang terjadi pada saat ini. konsep
pemberdayaan yang diusung adalah untuk melihat yang tidak berdaya atau lemah. Oleh karena
itu, pemberdayaan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan masyarakat yang
sejahtera. Pemberdayaan mesyarakat merupakan suatu strategi yang banyak diterima dan
dikembangkan. Dimana pemberdayaan harus berpihak pada pentingnya individu didalam
perjalanan pertumbuhan masyarkat dan bangsanya. (Oos M. Anwas, 2014:48)
Menurut Kartasasmita (1996:159-160), upaya memberdayakan masyarakat harus
dilakukan melalui tiga jurusan, yaitu sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak masyarakat yang
sama sekali tanpa daya karena, kalau demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong (encourage), memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam
rangka ini diperllukan langkah-langkah lebih positif selain dari hanya menciptakan iklim
dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan
berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan tarap pendidikan, dan
derajat kesehatan, serta akses kepada sumbersumber kemajuan ekonomi seperti modal,
teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Pemberdayaan ini menyangkut
pembangunan prasarana dan sarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,
maupun sosial seperti sekolah, dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat diakses
oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga
pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan tempat terkonsentrasinya penduduk
yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi
masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program yang umum yang berlaku
untuk semua tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi (protecting). Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, karena kurang
berdaya dalam menghadapi yang kuat oleh karena itu, dalam konsep pemberdayaan
masyarakat, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat berdasar sifatnya.
Dalam rangka ini, adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas
melindungi golongan yang lemah sangat diperlukan. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi karena hal itu justru akan mengerdilkan yang
kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagi upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas
yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
6
tergantung pada berbagai program pemberian (charity) karena pada dasarnya setiap
apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri, dan hasilnya dapat
dipertukarkan dengan pihak lain.
Keterlibatan masyarakat secara lansung pada setiap tahapan pembangunan di desa, mulai
dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut pembangunan, merupakan salah satu
kunci keberhasilan pembangunan itu sendiri (Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat
Desa Departemen dalam Negeri, 1996:4)
Tujuan dan sasaran pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005:114-115)
adalah sebagai berikut :
Tujuan dari pemberdayaan masyarakat yakni :
1. Membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat
lemah, rentan, miskin, marjinal, dan kaum kecil, antara lain buruh tani, masyarakat
terbelakang, masyarakat miskin;
2. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial ekonomis
sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
mereka, sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.
Sasaran program pemberdayaan masyarakat dalam mencapai kemandirian yakni :
1. Terbukanya kesadaran dan tumbuhnya keterlibatan masyarakat akar rumput dalam
mengorganisir diri untuk kemajuan dan kemandirian bersama
2. Diperbaikinya kehidupan kaum rentan, lemah, tak berdaya, miskin dengan kegiatan-
kegiatan peningkatan pemahaman, peningkatan pendapatan dan usaha-usaha kecil di
berbagai bidang ekonomi ke arah swadaya
3. Ditingkatkan kemampuan dan kinerja kelompok dalam keterampilan teknis dan
manajemen untuk perbaikan produktivitas dan pendapatan mereka.
Pemberdayaan masyarakat desa bertujuan untuk memampukan desa melakukan aksi
kolektif sebagai satu kesatuan tata Kelola pemerintahan desa, Lembaga kemasyarakatan desa,
Lembaga adat, serta kesatuan ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat desa
dilaksanakan oleh seluruh elemen pemerintahan mulai dari pusat hingga kecamatan, serta
Lembaga – Lembaga formal dan informal desa, seperti BPD, forum musyawarah desa, Lembaga
adat desa, BUM Desa, dan kelompok masyarakat lainnya yang dibentuk untuk mendukung
kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya. Selain itu, peran dari dunia usaha
dan media massa juga diperlukan agar pemberdayaan bisa berlangsung dengan transparan dan
akuntabel.
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan bentuk – bentuk pemihakan,
penyiapan, dan perlindungan bagi rakyat dalam rangka pemmbangunan kualitas hidup yang
lebih baik sehingga kesejahteraan dapat terwujud. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat
yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu menghasilkan produk dan mendapatkan
manfaat dari produk yang mereka hasilkan. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan, agen
pemberdayaan harus berpedoman pada prinsip – prinsip pemberdayaan. Berikut ini prinsip –
prinsip pemberdayaan (Ajeng Dini Utami, 2019 : 36,37) :
1. Pemberdayaan dilakukan dengan cara yang demokratis dan menghindari unsur paksaan.
Setiap individu memiliki hak yang sama untuk berdaya. Setiap individu juga memiliki
kebutuhan, bakat, masalah, minat, dan potensi yang berbeda – beda. Unsur – unsur yang
bersifat pemaksaan harus dihindari karena pemaksaan bukan ciri dari pemberdayaan.
2. Kegiatan pemberdayaan dilandaskan pada kebutuhan, masalah dan potensi
klien/sasaran. Hakikatnya, setiap manusia memiliki kebutuhan dan potensi dalam
dirinya. Proses pemberdayaan dimulai dengan menumbuhkan kesadaran kepada
sasaran akan potensi dan kebutuhannya yang dapat dikembangkan dan diberdayakan
untuk mandiri. Proses pemberdayaan juga dituntut berorientasi kepada kebutuhan
potensi yang dimiliki sasaran. Biasanya pada masyarakat pedesaan yang masih
tertinggal dan belum terbuka pada perubahan, aspek, kebutuhan, masalah, dan potensi
tidak nampak dipermukaan. Agar pemberdayaan perlu melakukan observsi secara tepat
dan akurat. Dalam hal ini agen pemberdayaan perlu memiliki potensi untuk memahami
potensi dan kebutuhan klie/sasaran.

7
3. Sasaran pemberdayaan merupakan subyek atau pelaku dalam kegiatan pemberdayaan.
Oleh karena itu, sasaran menjadi dasar pertimbangan dan menentukan tujuan,
pendekatan, dan bentuk aktivitas pemberdayaan.
4. Pemberdayaan berarti menumbuhkan Kembali nilai, budaya, dan kearifan – kearifan
lokal yang memiliki nilai luhur dalam masyarakat. Budaya dan kearifan lokal seperti
gotong royong, kerja sama, musyawara mufakat, dan kearifan lokal yang merupakan
bagian dari jati diri masyarakat perlu ditumbuh kembangkan melalui berbagai bentuk
pemberdayaan sebagai modal sosial dalam pembangunan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (Aminah S. Roikan, 2018), yang akan
mengkaji pengelolaan Dana Desa pada Tahun 2020 yang diperoleh Desa Tumaratas Satu
Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa. Dalam mengkaji mengacu pada teori George
R. Terry (2012) yang mengemukakan makna pengelolaan terdiri dari tindakan-tindakan seperti
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan),
dan Controlling (Pengawasan). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara
dengan informan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan tahapan yang diawali
dengan melakukan reduksi data, kemudian dilanjutkan dengan melakukan display data, dan
diakhiri dengan penarikan kesimpulan.

PEMBAHASAN
a. Planning (Perencanaan)
Berdasarkan hasil penelitian perencanaan dalam pengelolaan dana desa tahun 2020,
bahwa proses dan tahapan dalam perencanaan pengelolaan dana desa di Desa Tumaratas Satu
Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa digunakan untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
Dengan adanya dana desa sangat membantu atau meringkan beban masyarakat untuk
melakukan pembangunan. Masyarakat hanya perlu ambil bagian melakukan kerja sama dengan
pemerintah dalam pembangunan. Pembangunan di Desa Tumaratas Satu belum bisa berjalan
dengan optimal karena dana yang Sebagian besar dialihkan untuk menanggulangi bencana dari
mewabahnya virus covid-19.
Perencanaan program dan kegiatan disusun melalui forum Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa (Musrenbangdes), prinsip tersebut harus melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan dan menentukan pembangunan yang akan dilaksanakan, sehingga
benar – benar dapat merespond kebutuhan atau aspirasi yang berkembang. Perencanaan desa
yang merupakan kewenangan desa dalam penyelenggaraan pemerintah desa meliputi
perencanaan jangka menengah dan jangka pendek desa. Perencanaan desa jangka menengah
berujung pada dokumen yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM
Desa). Sedangkan perencanaan desa jangka pendek akan menghasilkan dokumen penjabaran
dari RPJM Desa yang disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RKP Desa
kemudian ditopang oleh dokumen anggaran yang disebut dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes).
Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mampu
menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi melalui kemitraan, tranparansi, kesetaraan,
dan tanggung jawab, diwujudkan melalui proses musyawara, dalam musyawara ini rancangan
dari rencana akan dibahas dan dikembangkan bersama oleh semua pelaku pembangunan
(stakeholder). Partisipasi masyarakat dalam Musyawara Desa maupun Musyawara Perencanaan
Pembangunan Desa (Musrenbang Desa) ternyata belum dapat menghasilkan partisipasi yang
ideal, pemerintah belum dapat menjalankan peran pemerintah yang semestinya yaitu sebagai
fasilitator. Karena pada kenyataan atau realita masyarakat kurang melibatkan diri dalam
musyawara tersebut sehingga mengakibatkan usulan mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan lebih banyak ditentukan oleh perangkat desa saja.
Pemberdayaan masyarakat didalam tahap perencanaan sejauh ini dapat dilihat
berdasarkan pemerintah desa dalam tahap perencanaan pengelolaaan keuangan
8
memberdayakan masyarakat dengan mengajak masyarakat berdiskusi tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam pengelolaan keuangan desa yang didalamnya terdapat dana desa dan
perencanaan pengelolaan dana desa di Desa Tumaratas sejauh ini belum mengorganisir kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk menggali potensi yang dimiliki.
Proses penyadaran merupakan tahapan atau langkah dalam memberdayakan dimana
setiap individu dalam masyarakat didorong untuk menerima tantangan serta menggunakan
potensi yang dimiliki. Seharusnya dalam perencanaan terdapat penyadaran kepada masyarakat
terhadap potensi yang dimiliki atau mendorong masyarakat untuk mampu memahami potensi
yang dimiliki.

b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan upaya agar suatu kegiatan yang telah direncanakan dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan keiniginan. Dalam pengorganisasian terdapat koordinasi
antara pimpinan dan bawahan, maupun antar bawahan. Mewujudkan pengelolaan dana desa
yang efektif dan efesien harus memperhatikan kegiatan pengorganisasian, agar dapat
pelaksanaan penggunaan dana desa tepat sesuai dengan yang telah direncanakan dan tidak
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian pengorganisasian pada Pemerintah Desa Tumaratas Satu,
pengelolaan dana desa oleh Plt. Hukum Tua belum sepenuhnya diikuti dengan adanya
penjabaran uraian tugas pokok dan fungsi yang harus dijalankan atau dilaksanakan oleh para
pengelola keuangan desa disamping itu masih banyak terdapat keterbatasan terhadap
Pendidikan dan tanggung jawab dengan masih lemahnya sumber daya manusia dalam hal ini
pengetahuan tentang manajemen administrasi atau pengelolaan yang keliru sehingga memberi
rasa prihatin dengan perlu adanya peningkatan kompetensi melalui Pendidikan dan pelatihan.
Dengan fakta yang telah peneliti dapatkan dimana Plt Hukum Tua yang menjabat kurang lebih
enam tahun terpaksa harus diberhentikan karena adanya sanksi administrasi.
Kegiatan pengorganisasian membutuhkan koordinasi yang baik antar setiap elemen yang
ada didalamnya. Pemberdayaan masyrakat dalam proses tahap pengorganisasian pengelolaan
dana desa dalam tingkat pengkoordinasian pengelolaan Dana Desa dilingkup perangkat desa
pengelola sendiri masih terdapat hambatan komunikasi dan koordinasi sehingga berdampak
pada terhambatnya kegiatan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) penggunaan keuangan desa.
Pengorganisasian dilakukan melalui koordinasi dengan Kepala Desa yang merupakan
kepanjangan tangan dari Pemerintah Daerah. Hal tersebut dikarenakan Kepala Desa secara
hierarki sendiri merupakan pembantu tugas dari pelayanan kepada masyarakat yang menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah. Sehingga dalam tahap pengorganisasian ini peran Kepala
Desa menjadi penting sebagai penjembatan atau kepanjangan tangan dari pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat. Peranan penting Kepala Desa tersebut sejauh ini didalam tahap
pengorganisasian dana desa di Desa Tumaratas Satu belum berjalan dengan baik.
Dilihat berdasarkan tahap pengorganisasian pengelolaan dana desa dalam pemberdayaan
masyarakat masih terdapat beberapa kekeliruan. Seperti adanya kendala atau masalah
keterbatasan terhadap Pendidikan dan tanggung jawab dengan masih lemahnya sumber daya
manusia dalam hal ini pengetahuan tentang manajemen administrasi atau pengelolaan yang
keliru sehingga memberi rasa prihatin dengan perlu adanya peningkatan kompetensi melalui
Pendidikan dan pelatihan. Serta adanya kendala miskomunikasi mengenai pemahaman tugas
pokok dan fngsi perangkat desa yang kurang. Hal yang bisa dikatakan penting dalam tahap
pengorganisasian ini adalah mengenai peningkatan kompetensi melalui Pendidikan dan
pelatihan tentang manajemen administrasi atau pengelolaan serta komunikasi yang baik antar
perangkat desa maupun masyarakat.

c. Actuating (Penggerakan/Pelaksanaan)
Berdasarkan APBDes yang dihasilkan pada tahap perencanaan dimulailah tahap
pelaksanaan. Sangat penting dipahami dengan tepat dan benar adalah tugas dan tanggung jawab
masing – masing pelaku (Pengelola). Pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan desa adalah
rangkaian kegiatan untuk melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan dalam
APBDes.

9
Pelaksanaan dana desa merupakan serangkaian kegitan yang berkaitan dengan
pengeluaran uang dan kegiatan dilapangan. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
kewenanangan desa yang diolah melalui rekening desa. Artinya, semua penerimaan dan
pengeluaran desa harus dikelola melalui rekening desa yang didukung dengan bukti yang
lengkap dan sah. Sehingga harus benar – benar dilakukan pencatatan transaksi secara tertib dan
dapat dipertanggungjawabkan
Berikut ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Tahun 2020 di Desa
Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa.

Tabel: Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Tahun 2020

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)


Tahun 2020

Desa : Tumaratas
Kecamatan : Langowan Barat
Kabupaten : Minahasa
Provinsi : Sulawesi Utara

PENDAPATAN
NO URAIAN ANGGARAN
1 Lain – lain hasil usaha desa Rp. 2.500.000
2 Dana desa Rp. 913.317.000
3 Bagi hasil pajak dan retrebusi Kab/Kota Rp. 18.026.900
4 Alokasi Dana Desa Rp. 315.200.000
5 Bantuan keuangan dari APBD Kab/Kota Rp. 100.000.000
6 Bunga Bank Rp. 30.000
JUMLAH : Rp. 1.349.073.900

BELANJA
NO URAIAN ANGGARAN
1 Penyediaan penghasilan tetap dan tunjangan perangkat desa Rp. 229.680.000
2 Penyediaan jaminan sosial bagi kepala desa dan perangkat desa Rp. 5.140.512
3 Penyediaan operasional pemerintahan (ATK, honor PPKD, dan lain – Rp. 26.714.500
lain)
4 Penyediaan tunjangan BPD Rp. 19.200.000
5 Penyediaan operasional BPD (rapat, ATK, makan/minum, seragam, Rp. 290.000
listrik, dan lain – lain)
6 Penyusunan, pendataan, dan pemukhtahiran profil desa (dipilih) Rp. 3.100.000
7 Penyelenggaraan musyawara rencana pembangunan desa dan Rp. 5.000.000
pembahasan APBDes (regular)
8 Penyelenggaraan musyawara desa lain (Musdus), rembukdes (non Rp. 3.000.000
regular)
9 Penyusunan dokumen perencanaan desa (RPJMDes / RKPDes) Rp. 1.000.000
10 Penyusunan dokumen keuangan desa (APBDes, APBDes perubahan, Rp. 1.250.000
LPJ, dan lain – lain)
11 Penyusunan laporan kepada desa LPP, dan informasi kepada Rp. 400.000
masyarakat
12 Penyelenggaraan lomba antar kewilayahan dan pengiriman kontingen Rp. 1.000.000
dalam lomdes
10
13 Dukungan Pendidikan bagi siswa miskin atau berprestasi Rp. 33.958.000
14 Penyelenggaraan posyandu (makan tambahan, kelas bumil, lansia, Rp. 19.570.000
insentif)
15 Pembangunan atau rehabilitas peningkatan pengerasan jalan desa Rp. 22.814.000
17 Pembangunan atau rehabilitas peningkatan pengerasan jalan Rp. 194.931.000
pemukiman desa (dipilih)
18 Pembangunan atau rehabilitas peningkatan pengerasam jalan Rp. 2.500.000
pemukiman desa
19 Pembangunan atau rehabilitas peningkatan Balai Desa atau Balai Rp. 100.000.000
Kemasyarakatan (Dipilih)
20 Dukungan pelaksanaan program atau rehab rumah tidak layak huni Rp. 100.000.000
(Gakin)
21 Pembangunan atau rehabilitas peningkatan sumber air bersih milik Rp. 44.639.000
desa (dipilih)
22 Pembangunan atau rehabilitas peningkatan sanitasi pemukiman Rp. 77.780.000
(dipilih)
23 Dukungan pengurangan sampah plastic Rp. 8.895.000
24 Penyelenggaraan informasi publik desa (poster, baliho, dan lain – Rp. 1.500.000
lain)
25 Pembangunan atau rehabilitasi peningkatan sarana pra sarana energi Rp. 43.448.000
alternatif Desa
26 Pengadaan atau penyelenggaraan pos keamanan desa Rp. 8.526.000
27 Pembinaan grup kesenian dan kebudayaan tingkat desa Rp. 25.000.000
28 Pembinaan PKK Rp. 16.820.000
29 Peningkatan kapasitas kepala desa Rp. 12.620.000
30 Peningkatan kapasitas perangkat desa Rp. 8.800.000
31 Peningkatan kapasitas BPD Rp. 1.750.000
32 Sosialisasi penggunaan dana desa Rp. 8.000.000
33 Kegiatan penanggulangan bencana Rp. 48.422.000
34 Kegiatan penanggulangan bencana Rp. 4.985
35 Penanganan keadaan darurat Rp. 8. 464.000
36 Penanganan keadaan darurat Rp. 140.788
37 Penanganan keadaan mendesak Rp. 243.120.000

PEMBIAYAAN
NO URAIAN ANGGARAN
1 SiLPA Rp. 8.464.185
2 Penyertaan modal desa Rp. 30.000.000
Sumber : Data Kementerian Desa

Dari hasil data yang diperoleh mengenai APBDes desa Tumaratas Satu pada Tahun 2020
disimpulkan bahwa ada beberapa item – item yang tercantum tidak sesuai dengan pelaksanaan
realisasi anggaran kegiatan yang ada.
Dari hasil penelitian, pelaksanaan pengelolaan dana desa di Desa Tumaratas Satu yang
sudah terealisasi atau terlaksana yakni pembangunan drainase dan juga Sebagian besar dana
desa sudah tersalurkan lewat bantuan langsung tunai dalam rangka menunjang perekonomian
rakyat ditengah mewabahnya virus covid-19 mengakibatkan pembangunan di desa Tumaratas
Satu belum bisa berjalan sesuai perencanaan sebelumnya.
Berkaitan dengan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Tumaratas Satu masih
belum efektif dimana masyarakat kurang berpartisipasi karena upah harian yang diberikan
oleh pemerintah untuk kerja sama dalam pembangunan didesa tidak sebanding atau melebihi
upah dari pemerintah dengan upah yang diberikan oleh masyarakat pribadi yang menyewa
untuk melakukan kegiatan kerja harian dibidang pertanian dan menyewa hari atau memborong
dalam pembuatan rumah bagi yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Selanjutnya berkaitan

11
dengan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Desa Tumaratas Satu yang kegunaannya
untuk pembangunan, dalam hal ini pemerintah desa masih kurang memanfaatkan sumber daya
alam yang ada didesa karena pemerintah desa hanya membeli bahan materialnya saja dari luar
desa. Dengan skema Padat Karya Tunai dalam pelaksanaan Dana Desa diharapkan mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dengan memberikan langsung tunai kepada tenaga
kerja yang terlibat, baik secara harian maupun mingguan sehingga dapat meningkatkan daya
beli masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan kesejahtraan masyarakat. Dengan
uraian dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020
khususnya pada bagian A (4), di uraikan sebagai berikut :
Sifat kegiatan Padat Karya Tunai Desa
a. swakelola:
1. kegiatan padat karya tunai di Desa dilaksanakan melalui mekanisme swakelola;
dan
2. sub kegiatan untuk penyediaan barang dan jasa yang tidak dapat dipenuhi Desa
dapat dipenuhi melalui kontrak sederhana dengan penyedia barang dan/atau
jasa.
b. mengutamakan tenaga kerja dan material lokal Desa yang berasal dari Desa
setempat, sehingga mampu menyerap tenaga kerja lokal dan meningkatkan
pendapatan masyarakat Desa.
c. Upah tenaga kerja dibayarkan secara langsung secara harian, dan jika tidak
memungkinkan maka dibayarkan secara mingguan.

d. Controlling (Pengawasan)
Sesuai dengan hasil penelitian, pengawasan dalam pengelolaan dana desa di Desa
Tumaratas Satu Kecamatan Langowan Barat masih belum berjalan dengan efektif, di mulai dari
bukti pelaporan hingga pertanggungjawaban yang belum jelas mengenai pemasukan dan
pengeluaran keuangan sehingga ada banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana
kinerja dari pemerintah desa terkait dengan pengelolaan keuangan desa karena tidak dilakukan
secara transparan atau secara terbuka kepada masyarakat mengenai laporan
pertanggungjawaban keuangan.
Dalam rangka menciptakan efektifitas dalam pengelolaan dana desa diperlukan Asas – Asas
Pengelolaan Keuangan Desa yakni ; transparansi, akuntabel dan partisipatif.
Transparansi sendiri mempunyai prinsip menciptakan kepercayaan antara pemerintah
dan masyarakat terkait dengan kemudahan memperoleh informasi. Dalam pengawasan
pengelolaan dana desa menyoroti keterbukaan atau transparansi dari pemerintah dalam
memberika informasi kepada masyrakat melalui informasi kepada masyarakat melalui
pelaporan penggunaan dana desa sendiri menyoroti keterbukaan atau transparansi dari
pemerintah dalam memberikan informasi kepada masyarakat melalui pelaporan penggunaan
Dana Desa. Selanjutnya terkait dengan laporan juga tidak dapat terlepaskan dari akuntabilitas
(Pertanggungjawaban terhadap publik) yang diartikan sebagai kemampuan untuk
mempertanggungjawabkan semua tindakan dan kebijakan yang telah ditempuh.
Adapun fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh BPD adalah untuk mencapai tujuan
dalam rangka mensejahterakan masyarakat desa yang mendapatkan dukungan dari unsur lain.
Dengan adanya Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 pasal 55 Huruf c menyebutkan salah satu
fungsi dari BPD yaitu melaksanakan program pengawasan kinerja kepala desa, serta
ditambahkan dalam pasal 66 huruf a Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan
salah satu hak dari BPD adalah mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
desa kepada pemerintah desa.
Hal ini dijelaskan dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa pasal 46 bahwa pengawasan terhadap
kinerja Kepala Desa dilakukan melalui perencanaan kegiatan pemerintah desa, pelaksanaan
kegiatan dan pelaporan penyelenggaraan pemerintah desa. Bentuk dari pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa berupa monitoring dan evaluasi
Berkaitan dengan pengawasan dana desa oleh BPD yang mempunyai fungsi mengawasi
dan memantau segala tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa, kemudian BPD membahas
12
dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa Bersama kepala Desa dalam menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Dilihat
dari apa yang telah peneliti dapat dilapangan mengenai pengawasan dari BPD belum efektif
karena aturan yang mengatur tentang dana desa tidak dirancangkan atau dibuat oleh BPD.

KESIMPULAN
1. Untuk Perencanaan dari Pemerintah Desa Tumaratas Satu dalam mengelola dana desa dan
pemberdayaan masyarakat di Desa Tumaratas Satu sudah melakukan perencanaan, akan
tetapi keterlibatan masyrakat yang masih kurang yang mengakibatkan usulan mengenai
kegiatan yang akan dilaksanakan lebih banyak ditentukan oleh perangkat desa saja.
2. Selanjutnya, Pengorganisasian dari Pemerintah Desa Tumaratas Satu masih terlihat belum
efektif, hal ini dapat dilihat dari belum efektifnya uraian tugas pokok dan fungsi yang
harus dijalankan atau dilaksanakan oleh para pengelola keuangan desa disamping itu
masih banyak terdapat keterbatasan terhadap Pendidikan dan tanggung jawab dengan
masih lemahnya sumber daya manusia dalam hal ini pengetahuan tentang manajemen
administrasi atau pengelolaan yang keliru.
3. Dalam hal Pelaksanaan pengelolaan dana desa di Desa Tumaratas Satu sudah terlaksana
walaupun dalam pelaksanaan pembangunan belum terealisasi secara optimal dikarenakan
dana desa banyak terpakai untuk membantu menunjang perekonomian masyarakat akibat
dari pandemik virus covid-19. Berkaitan dengan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
di Desa Tumaratas Satu masih belum efektif dimana masyarakat kurang berpartisipasi
karena upah harian yang diberikan oleh pemerintah untuk kerja sama dalam
pembangunan didesa tidak sebanding atau melebihi upah dari pemerintah dengan upah
yang diberikan oleh masyarakat pribadi. Berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya
alam yang ada di Desa Tumaratas Satu yang kegunaannya untuk pembangunan, dalam hal
ini pemerintah desa masih kurang memanfaatkan sumber daya alam yang ada didesa
karena pemerintah desa hanya membeli bahan materialnya saja dari luar desa. Dengan
skema Padat Karya Tunai dalam pelaksanaan Dana Desa diharapkan mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah besar, dengan memberikan langsung tunai kepada tenaga kerja
yang terlibat.
4. Kemudian dalam hal Pengawasan pengelolaan dana desa di Desa Tumaratas Satu masih
belum berjalan dengan efektif, di mulai dari bukti pelaporan hingga pertanggungjawaban
yang belum jelas mengenai pemasukan dan pengeluaran keuangan desa sehingga ada
banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana kinerja dari pemerintah desa
terkait dengan pengelolaan keuangan desa karena tidak dilakukan secara transparan atau
secara terbuka kepada masyarakat mengenai laporan pertanggungjawaban keuangan.
Mengenai pengawasan dari BPD masih terbilang kurang efektif karena aturan yang
mengatur tentang dana desa tidak dirancangkan atau dibuat oleh BPD.

DAFTAR PUSTAKA
Aminah. S, Roikan. 2018. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Politik. Jakarta: Kencana
Prenamedia Group.
Indrawati, Sri Mulyani. 2019 . Buku Pintar Dana Desa. Jakarta: Kementrian Keuangan: Republik
Indonesia.
Kartasasmita Ginanjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. PT. Pustaka Cidesindo ; Jakarta
Oos M. Anwas, 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung : aAlfabeta.
A Sukarna. 2011. Dasar – Dasar Manajemen. Bandung : CV.Mandar Maju
Salim, Petter dan Salim, Yenny. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Modern English
Press
Sumaryadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat.
Jakarta : CV Utama
George R. Terry, 2012, Asas-asas Manajemen, cetakan ketujuh, PT Alumni, Bandung

13
Utami, Ajeng Dini. 2019 . Buku Pintar Pemberdayaan Masyarakat Desa. Temanggung : Desa
Pustaka Indonesia

Sumber lain :
 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Dana Desa yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205 / PMK.07 / 2019 Tentang Pengelolaan Dana Desa,
 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014
 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor a11
Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40 / PMK.07 / Tahun 2020 tentang Pengelolaan Dana
Desa
Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

14

Anda mungkin juga menyukai