Anda di halaman 1dari 8

NAVIGASI FINANSIAL DI ERA DIGITAL: MENINGKATKAN LITERASI

KEUANGAN DAN MENGGALI DAMPAK FINTECH


Oleh: Nur Azizah (1705621051)
Selamat datang di era di mana setiap tap dan klik dapat membuka akses ke
kompleksitas keuangan digital. Semakin pentingnya literasi keuangan, tidak hanya dalam
pengelolaan sumber daya kita, tetapi juga untuk memahami peran inovasi baru yaitu
Financial Technology (Fintech). Menurut Cole & Fernando (2008), literasi keuangan adalah
kunci untuk mempraktekkan dan memahami aspek-aspek keuangan, sementara Fintech,
seperti yang diungkapkan oleh David Lee dan Dinda Low (2018), mengubah cara kita
berinteraksi dengan uang.
Dalam perjalanan ini, kita akan membahas berbagai interpretasi mengenai literasi
keuangan, dimulai dari kemampuan mengaplikasikan pengetahuan keuangan hingga dampak
meningkatnya penggunaan Financial Technology (Fintech) di Indonesia. Bagaimana
pemahaman literasi keuangan memengaruhi cara orang mengelola keuangan, terutama di
kalangan mahasiswa, dan bagaimana Fintech membuka peluang kenyamanan dalam urusan
keuangan sehari-hari?
Mari kita telaah bagaimana literasi keuangan dan Fintech tidak hanya merupakan
konsep teoretis semata, melainkan juga sebagai panduan praktis yang membimbing kita
melalui kompleksitas dunia keuangan di era digital ini.
Mengoptimalkan Literasi Keuangan di Era Digital
Seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi keuangan, literasi keuangan
menjadi lebih dari sekadar pengetahuan tentang tabungan, investasi, dan perencanaan
keuangan. Menurut Bongomin et al. (2016), literasi keuangan memberdayakan individu
untuk membuat keputusan keuangan yang bijak dan memilih produk keuangan yang sesuai
dari berbagai lembaga jasa keuangan. Oleh karena itu, menjadikan literasi keuangan sebagai
alat navigasi yang kuat di lautan informasi keuangan digital adalah suatu keharusan.
Pentingnya literasi keuangan semakin mencuat di tengah pandemi ini. Pulungan &
Febriaty (2018) menegaskan bahwa pemahaman dan penerapan literasi keuangan yang baik
dapat mendorong praktik pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini,
perilaku impulsif belanja dan kesulitan finansial dapat dihindari melalui pemahaman yang
lebih baik tentang aspek-aspek keuangan.
Namun, literasi keuangan tidak lagi hanya tentang memahami konsep-konsep
keuangan tradisional. Masuknya Fintech sebagai pemain kunci dalam mengubah lanskap
keuangan digital. Seperti yang diungkapkan oleh David Lee dan Dinda Low (2018), Fintech
membawa inovasi yang tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga memengaruhi
perilaku keuangan secara menyeluruh.
Dalam era digital ini, literasi keuangan harus mencakup pemahaman tentang
bagaimana Fintech merubah cara kita berinteraksi dengan keuangan sehari-hari. Keberadaan
platform Fintech, seperti yang terus berkembang di Indonesia, memberikan tantangan dan
peluang baru. Literasi keuangan yang holistik tidak hanya mengajarkan konsep-konsep dasar,
tetapi juga mengajarkan cara memanfaatkan keunggulan teknologi keuangan untuk
mendukung keputusan finansial yang cerdas dan adaptif.
Dengan demikian, mengoptimalkan literasi keuangan di era digital bukan hanya
tentang memahami dasar-dasar keuangan, tetapi juga tentang membentuk pemahaman yang
mendalam tentang inovasi-inovasi terkini, seperti Fintech. Dalam perpaduan keduanya, kita
dapat membangun fondasi finansial yang tangguh, mampu menghadapi perubahan dan
memanfaatkan peluang di dunia keuangan yang terus berkembang.
Pengaruh Transformasi Fintech pada Perilaku Keuangan
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mukti, Rinofah, dan Kusumawardhani
(2022), dikemukakan bahwa Fintech dan literasi keuangan berdampak positif dan signifikan
pada perilaku keuangan secara bersamaan. Fenomena ini memberikan gambaran bagaimana
pemahaman literasi keuangan dapat mengarah pada penggunaan Fintech yang lebih bijak, dan
sebaliknya.
Indonesia menjadi saksi perkembangan pesat platform Fintech yang menawarkan
beragam kemudahan dalam berbagai aspek transaksi keuangan. Mulai dari pembayaran,
perdagangan saham, hingga layanan peminjaman, Fintech hadir sebagai solusi yang
mengubah cara kita berinteraksi dengan keuangan sehari-hari. Dengan adanya regulasi yang
diatur oleh OJK, para pengguna Fintech tidak hanya diberikan akses mudah ke produk
keuangan, tetapi juga mendapatkan perlindungan dan transparansi yang penting untuk
menjaga keamanan finansial mereka.
Regulasi yang diterapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan landasan
yang kuat untuk pengembangan Fintech yang sehat dan berkelanjutan. Akses mudah yang
diberikan kepada konsumen tidak hanya mencakup produk keuangan yang inovatif tetapi
juga memberikan perlindungan dan transparansi yang esensial. Hal ini memastikan bahwa
pengguna Fintech dapat menjalani transaksi mereka dengan keyakinan, tanpa khawatir
terhadap risiko keamanan finansial.
Lebih dari sekadar kemudahan akses, regulasi OJK juga membentuk tatanan
keuangan yang inklusif. Transformasi Fintech tidak hanya merubah perilaku keuangan
individu tetapi juga melibatkan peran kritis dari kerangka regulasi. Dengan adanya regulasi
yang bersifat progresif dan adaptif, Fintech dapat terus berkembang, memberikan manfaat
kepada sebanyak mungkin lapisan masyarakat, dan menjaga keberlanjutan inovasi keuangan.
Pentingnya peran regulasi OJK menciptakan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan Fintech tanpa mengorbankan keamanan dan keamanan konsumen. Ini
menciptakan pondasi untuk keberlanjutan dan pertumbuhan sektor Fintech, memastikan
bahwa inovasi finansial terus memberikan manfaat tanpa meninggalkan kelompok
masyarakat mana pun.
Dengan demikian, transformasi Fintech bukan hanya tentang penggunaan teknologi
dalam keuangan, tetapi juga tentang bagaimana pemahaman literasi keuangan dan regulasi
saling melengkapi, membentuk paradigma baru dalam perilaku keuangan. Kesadaran
konsumen, panduan dari literasi keuangan, dan kerangka regulasi yang efektif adalah elemen-
elemen kunci yang bersinergi, mengarah pada lingkungan keuangan yang modern, inklusif,
dan berdaya saing.
Memanfaatkan Akses Digital untuk Peningkatan Literasi Keuangan
Dalam era yang didominasi oleh teknologi digital, akses yang mudah melalui
perangkat seperti smartphone atau komputer yang terhubung dengan internet telah membuka
peluang besar bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi keuangan. Seperti yang
dikemukakan oleh Vivi Usmayanti & Melani Kadar (2022), kemudahan ini memberikan
masyarakat kesempatan untuk memaksimalkan pendapatan dan potensi keuangan mereka.
Salah satu manfaat yang signifikan adalah akses mudah ke layanan perbankan online, di
mana masyarakat dapat dengan cepat dan efisien melakukan transaksi keuangan tanpa
terkendala oleh batasan geografis atau waktu.
Tidak hanya itu, pendidikan keuangan juga semakin dapat dijangkau melalui platform
digital. Inisiatif-inisiatif dan program-program online menyediakan konten-konten edukatif
yang dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap konsep-konsep
keuangan. Aplikasi keuangan menjadi alat praktis dalam pemberian pendidikan keuangan,
memungkinkan pengguna untuk belajar dan mengelola keuangan mereka melalui fitur-fitur
interaktif.
Pemanfaatan aplikasi keuangan tidak hanya terbatas pada pendidikan, tetapi juga
mencakup aspek praktis dalam pengelolaan keuangan sehari-hari. Berbagai aplikasi
menawarkan fitur-fitur yang tidak hanya mempermudah transaksi, tetapi juga membantu
pengguna untuk memahami dan merencanakan keuangan mereka dengan lebih baik.
Keamanan dan transparansi menjadi perhatian utama dalam lingkungan layanan keuangan
digital, yang mendukung terciptanya kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
dalam literasi keuangan.
Namun, sambil kita merayakan kemudahan akses digital, juga penting untuk
mengidentifikasi dan mengatasi tantangan yang mungkin timbul. Memastikan bahwa akses
digital tidak hanya tersedia tetapi juga dapat diakses dan dimanfaatkan oleh semua lapisan
masyarakat menjadi langkah kritis menuju inklusivitas literasi keuangan di era digital ini.
Literasi Keuangan dan Mahasiswa: Membangun Pondasi Keuangan yang Tangguh
Penelitian yang dilakukan oleh Sugiharti & Maula (2019) membawa cahaya baru
terhadap peran penting literasi keuangan dalam membentuk perilaku pengelolaan keuangan
mahasiswa. Lebih dari sekadar konsep, literasi keuangan menjadi katalis utama yang secara
signifikan membentuk dan membimbing keputusan finansial mereka. Pemahaman yang
mendalam tentang konsep-konsep keuangan, termasuk tabungan, investasi, dan perencanaan
keuangan, tidak hanya memberikan landasan yang kokoh, tetapi juga menjadi fondasi yang
vital untuk membangun kebiasaan finansial yang bijak.
Keberhasilan literasi keuangan mahasiswa tidak terbatas pada upaya menghindari
kesulitan finansial semata, melainkan membentuk dasar yang kuat untuk perilaku keuangan
yang efektif dan berkelanjutan. Mahasiswa yang diberdayakan dengan literasi keuangan yang
baik mampu dengan lebih percaya diri dan cerdas mengelola anggaran mereka,
mengalokasikan sumber daya dengan bijak, dan membuat keputusan finansial yang sejalan
dengan tujuan jangka panjang mereka.
Pendapat Laily (2013) menambah bobot pada pemahaman ini, di mana literasi
keuangan memiliki dampak signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa. Semakin
tinggi literasi keuangan mahasiswa, semakin besar kemampuan mereka dalam mengelola dan
merencanakan keuangan dengan bijak. Ini memperkuat pandangan bahwa literasi keuangan
bukan hanya alat untuk menghindari kesulitan finansial, tetapi juga menjadi kunci untuk
membentuk individu yang memiliki pemahaman mendalam tentang keuangan dan mampu
mengelolanya secara efektif.
Lebih jauh, literasi keuangan memberikan mahasiswa keterampilan esensial untuk
menghadapi tantangan keuangan di masa depan. Pemahaman mendalam tentang konsep-
konsep keuangan memungkinkan mahasiswa untuk mengantisipasi dan merespons perubahan
dalam situasi keuangan pribadi atau global, menciptakan landasan yang kuat untuk stabilitas
finansial di masa depan.
Dalam menghadapi gelombang transformasi teknologi keuangan (Fintech) yang
semakin merajalela, literasi keuangan menjadi instrumen penting dalam membantu
mahasiswa beradaptasi dengan perubahan tersebut. Kemampuan untuk mengakomodasi
inovasi teknologi keuangan memungkinkan mahasiswa memanfaatkan alat keuangan digital
untuk mempermudah dan meningkatkan efisiensi transaksi sehari-hari.
Keseluruhannya, literasi keuangan bukan hanya tentang melindungi mahasiswa dari
risiko finansial, tetapi juga membentuk mereka menjadi pionir keuangan yang adaptif dan
mampu menggali peluang di tengah dinamika era digital. Oleh karena itu, investasi dalam
literasi keuangan di kalangan mahasiswa menjadi kunci untuk membentuk generasi yang
tangguh, siap menghadapi dan memimpin dalam dinamika keuangan masa depan.
Peran Sikap Keuangan dalam Perilaku Pengelolaan Keuangan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Herdjiono dan Damanik (2016), sikap
keuangan, atau yang dikenal sebagai financial attitude, memiliki peranan yang sangat
signifikan dalam membentuk perilaku pengelolaan keuangan. Sikap yang dimiliki seseorang
terhadap keuangan mereka tidak hanya mencerminkan pandangan pribadi terhadap uang,
tetapi juga menjadi katalisator yang dapat memengaruhi keputusan dan tindakan finansial
sehari-hari.
Sikap keuangan mencakup aspek-aspek psikologis, emosional, dan bahkan nilai-nilai
yang terkait dengan persepsi individu terhadap keuangan pribadi mereka. Dalam konteks
mahasiswa, pembentukan sikap keuangan yang positif menjadi faktor kunci dalam
menciptakan kebiasaan pengelolaan keuangan yang sehat dan bertanggung jawab.
Sebagai contoh, mahasiswa dengan sikap keuangan positif cenderung lebih proaktif
dalam merencanakan anggaran, mengelola utang, dan berinvestasi untuk masa depan. Mereka
melihat uang bukan hanya sebagai alat transaksi sehari-hari tetapi juga sebagai sumber daya
yang dapat dikelola dengan bijak untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Pentingnya pembentukan sikap keuangan yang positif terletak pada dampaknya
terhadap keputusan finansial. Mahasiswa yang memiliki sikap keuangan yang positif lebih
cenderung mengambil keputusan finansial dengan pertimbangan matang, meminimalkan
risiko perilaku boros atau impulsif yang dapat mengarah pada kesulitan finansial.
Namun, pembentukan sikap keuangan positif bukanlah suatu hal yang statis.
Pendidikan dan pengalaman finansial dapat membentuk dan mengubah sikap keuangan
seiring waktu. Oleh karena itu, peran lembaga pendidikan dan lingkungan sekitar dalam
menciptakan kesadaran akan pentingnya sikap keuangan yang positif menjadi semakin
penting.
Dalam menghadapi dinamika keuangan yang terus berkembang, mahasiswa perlu
diberdayakan untuk mengembangkan sikap keuangan yang adaptif dan responsif terhadap
perubahan. Ini melibatkan pembelajaran kontinu tentang konsep-konsep keuangan,
pengembangan keterampilan pengelolaan keuangan, dan penanaman nilai-nilai yang
mendukung sikap keuangan yang positif.
Literasi Keuangan dan Minat Penggunaan Fintech: Memahami Keterkaitan yang
Menjanjikan
Temuan Mudrikah (2021) menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan
antara tingkat literasi keuangan dan minat penggunaan produk Fintech di kalangan
mahasiswa. Keterkaitan ini memberikan gambaran yang menarik tentang bagaimana
pemahaman mendalam tentang keuangan dapat memotivasi dan membuka peluang bagi
mahasiswa untuk mengadopsi teknologi keuangan yang terus berkembang.
Pertama-tama, literasi keuangan berperan sebagai landasan yang kokoh bagi
mahasiswa untuk memahami produk dan layanan Fintech. Dengan pengetahuan yang baik
tentang konsep-konsep keuangan, mahasiswa dapat dengan lebih mudah memahami manfaat
dan risiko yang terkait dengan penggunaan Fintech. Pemahaman ini menciptakan dasar yang
kuat, meminimalkan ketidakpastian, dan membangun kepercayaan dalam mengadopsi inovasi
keuangan.
Selanjutnya, tingkat literasi keuangan yang tinggi juga meningkatkan kepekaan
mahasiswa terhadap perubahan ekonomi dan teknologi. Mahasiswa dengan literasi keuangan
yang baik cenderung lebih terbuka terhadap perkembangan terbaru dalam dunia keuangan
dan lebih siap mengikuti tren Fintech yang sedang berkembang. Hal ini menciptakan minat
yang kuat untuk memanfaatkan produk Fintech sebagai bagian integral dari pengelolaan
keuangan pribadi mereka.
Dalam konteks ini, literasi keuangan bukan hanya menjadi pengetahuan statis,
melainkan instrumen dinamis yang memungkinkan mahasiswa untuk terus berkembang
sejalan dengan perubahan dalam ekosistem keuangan. Mahasiswa yang literat keuangan tidak
hanya mampu mengelola keuangan mereka dengan bijak, tetapi juga lebih adaptif terhadap
transformasi digital dalam dunia keuangan.
Selain itu, literasi keuangan membuka wawasan terhadap berbagai produk dan
layanan Fintech yang dapat meningkatkan efisiensi dan kenyamanan dalam pengelolaan
keuangan sehari-hari. Mahasiswa yang memahami potensi Fintech dapat lebih selektif dalam
memilih layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga meningkatkan manfaat
yang mereka peroleh dari penggunaan teknologi keuangan.
Dengan menggabungkan literasi keuangan dan minat penggunaan Fintech, mahasiswa
dapat menjadi kontributor aktif dalam membentuk arah perkembangan keuangan di era
digital ini. Mereka bukan hanya menjadi pengguna, tetapi juga agen perubahan yang
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengoptimalkan
pengelolaan keuangan pribadi.
Oleh karena itu, pendekatan holistik yang menggabungkan peningkatan literasi
keuangan dan pendorong minat terhadap Fintech menjadi esensial dalam membentuk
generasi mahasiswa yang tidak hanya kompeten secara finansial tetapi juga proaktif dalam
mengadopsi inovasi teknologi keuangan. Inilah pondasi yang memungkinkan mahasiswa
untuk menjadi pelaku utama dalam era digital yang terus berkembang ini.
Tantangan Regulasi Fintech di Indonesia: Menyikapi Perkembangan dan Desentralisasi
Sistem Keuangan
Inda Rahadiyan (2022) melalui penelitiannya merinci tantangan serius dalam
pengaturan fintech dan desentralisasi sistem keuangan di Indonesia. Analisisnya
menunjukkan bahwa hingga saat ini, regulasi fintech tersebar di berbagai peraturan
perundang-undangan, menyebabkan ketidakpastian dan kekurangan perlindungan hukum,
terutama bagi pengguna fintech. Masalah ini memunculkan perlunya respons cepat dan solusi
yang komprehensif dari pihak regulator untuk mengatasi ketidaksempurnaan dalam kerangka
regulasi yang ada.
Regulasi yang tersebar menjadi tantangan utama, dan penelitian ini mendorong
perlunya undang-undang fintech yang terintegrasi dan bersifat prinsipil. Inda Rahadiyan
menekankan bahwa undang-undang semacam ini tidak hanya harus mampu menanggapi
perkembangan fintech secara fleksibel, tetapi juga memastikan kepastian dan perlindungan
hukum bagi semua pemangku kepentingan, khususnya pengguna fintech. Inspirasi diambil
dari pengalaman positif Inggris yang telah menerapkan pendekatan berbasis prinsip dalam
mereformasi sektor jasa keuangannya.
Dalam perspektif filosofis, penyusunan undang-undang fintech diarahkan untuk
mencapai tiga tujuan hukum utama: keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Hal ini
bukan hanya upaya untuk menghadapi perubahan cepat dalam dunia fintech, tetapi juga untuk
memastikan bahwa regulasi yang dibuat sesuai dengan nilai-nilai hukum yang mendasar.
Dengan demikian, kesimpulan penelitian ini menegaskan urgensi tindakan regulator dalam
menciptakan kerangka regulasi yang adaptif, responsif, dan sesuai dengan prinsip-prinsip
hukum fundamental, demi memberikan perlindungan sekaligus mendorong pertumbuhan
berkelanjutan di era fintech yang terus berkembang.
Membangun Masyarakat yang Finansial-Savvy
Dengan menggabungkan literasi keuangan dan inovasi Fintech, kita menuju
pembentukan masyarakat yang lebih sadar akan keuangan di era digital ini. Pemahaman
mendalam tentang literasi keuangan tidak hanya memberdayakan individu untuk mengelola
keuangan mereka secara lebih efektif, tetapi juga membuka pintu lebar untuk memanfaatkan
inovasi teknologi dalam mendukung keputusan keuangan yang lebih cerdas dan responsif
terhadap perubahan.
Hasil penelitian Mukti, Rinofah, dan Kusumawardhani (2022) memberikan gambaran
yang jelas bahwa literasi keuangan dan Fintech memiliki dampak positif dan signifikan pada
perilaku keuangan secara bersamaan. Fenomena ini menegaskan bahwa literasi keuangan
tidak hanya menjadi pengetahuan teoretis, melainkan juga berkaitan erat dengan penerapan
praktis dalam dunia keuangan digital. Pemahaman yang mendalam tentang literasi keuangan
menjadi landasan yang solid untuk memanfaatkan potensi penuh Fintech secara bijak.
Di Indonesia, perkembangan pesat platform Fintech yang diatur oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) memberikan contoh nyata bagaimana transformasi ini membuka berbagai
kemudahan dalam berbagai aspek transaksi keuangan. Regulasi yang baik tidak hanya
memberikan akses mudah ke produk keuangan tetapi juga memberikan perlindungan dan
transparansi bagi konsumen, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
ekonomi digital.
Lebih lanjut, literasi keuangan dan Fintech saling melengkapi satu sama lain.
Pemahaman yang baik tentang literasi keuangan bukan hanya menghasilkan pengetahuan,
melainkan juga menjadi fondasi untuk menerapkan Fintech secara bijak. Ketika literasi
keuangan dan Fintech berjalan bersama, kita tidak hanya membentuk masyarakat yang
mandiri dan cakap finansial, tetapi juga siap menghadapi tantangan dan peluang di dunia
keuangan yang terus berkembang dan bertransformasi.
Keseluruhan, literasi keuangan menjadi panduan praktis yang memungkinkan kita
menjelajahi lorong-lorong rumit keuangan di dunia digital ini dengan percaya diri dan bijak.
Dalam rangka memaksimalkan pendapatan dan potensi melalui teknologi, seperti smartphone
atau komputer yang tersambung dengan internet, masyarakat dapat memanfaatkan akses
digital untuk mempelajari fitur layanan bank secara online (Vivi Usmayanti & Melani Kadar,
2022). Transformasi digital ini memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh
pengetahuan keuangan yang lebih luas, sehingga mereka dapat lebih cerdas dalam
pengelolaan keuangan pribadi dan memanfaatkan inovasi fintech secara efektif.
Sementara itu, di Indonesia, tantangan regulasi Fintech yang masih tersebar dalam
berbagai peraturan perundang-undangan menjadi fokus utama. Mengatasi ketidakpastian dan
kelemahan perlindungan hukum bagi pengguna Fintech menuntut respons cepat dari
regulator. Perlunya undang-undang fintech yang terintegrasi dan bersifat prinsipil menjadi
solusi untuk menciptakan lingkungan regulasi yang adaptif, responsif, dan sejalan dengan
perkembangan fintech. Undang-undang ini diharapkan tidak hanya memberikan perlindungan
hukum, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi keuangan yang
berkelanjutan. Dengan demikian, kombinasi literasi keuangan, inovasi fintech, dan regulasi
yang bijak akan membentuk masyarakat yang finansial-savvy di era digital ini.

Sumber Referensi:
Bongomin., Ntayi, J., Munene, J., & Nabeta, I. (2016). Social capital: Mediator of Financial
Literacy and Financial Inclusion In Rural Uganda. Review of International Business
and Strategy.
Cole. S, and N. Fernando. (2008). Assessing the Importance of Financial Literacy. Asian
Development Bank: Finance for the poor. Oxford University.
David LEE Kuo Chuen, dan Linda LOW, (2018), “Inclusive FinTech
(Blockchain,Cryptocurrency, ans ICO)”, New York: Worid Scientific, 2018:1.
Herdjiono, I., & Damanik, L. A. (2016). Pengaruh Financial Attitude,Financial Knowledge,
Parental Income Terhadap Financial Management Behavior. Jurnal Manajemen Teori
Dan Terapan| Journal of Theory and Applied Management, 9(3).
https://doi.org/10.20473/jmtt.v9i3.3077
Keuangan, Otoritas Jasa. 2017. Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017).
Laily, N. (2013). PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP PERILAKU
MAHASISWA DALAM MENGELOLA KEUANGAN. Journal of Accounting and
Business Education, 1(4). https://doi.org/10.26675/jabe.v1i4.6042
Mudrikah, A (2021). Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan terhadap Minat Penggunaan
Produk Finansial Teknologi pada Mahasiswa FEBI UIN Sumatera Utara. ETNIK:
Jurnal Ekonomi Dan Teknik, etnik.rifainstitute.com,
http://etnik.rifainstitute.com/index.php/etnik/article/view/23
Mulasiwi, CM, & Julialevi, KO (2020). Optimalisasi Financial Teknologi (Fintech) terhadap
peningkatan literasi dan inklusi keuangan usaha menengah purwokerto, Financial,
Operasional, Marketing dan …, jos.unsoed.ac.id,
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/performance/article/view/2284
Mukti, V. W., Rinofah, R., & Kusumawardhani, R. (2022). Pengaruh fintech payment dan
literasi keuangan terhadap perilaku manajemen keuangan mahasiswa. AKUNTABEL,
19(1), 52–58. https://doi.org/10.30872/jakt.v19i1.10389
Pulungan, D. R., & Febriaty, H. (2018). Pengaruh Gaya Hidup dan Literasi Keuangan
Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Jurnal Riset Sains Manajemen, 2(3), 1–8.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1410873
Rahadiyan, I (2022). Perkembangan Financial Technology di Indonesia dan Tantangan
Pengaturan Yang Dihadapi. Mimbar Hukum, journal.ugm.ac.id,
https://journal.ugm.ac.id/v3/MH/article/view/3451
Sugiharti, H., & Maula, K. A. (2019). Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Perilaku
Pengelolaan Keuangan Mahasiswa. Accounthink : Journal of Accounting and Finance,
4(2). https://doi.org/10.35706/acc.v4i2.2208

Anda mungkin juga menyukai