e-
government meningkatkan efisiensi;b.e-governmentmemperbaiki kualitas pelayanan;
c.e-governmentmembantu mencapai keluaran kebijakan yang lebih baik;d.e-
governmentberkontribuusi dalam mencapai tujuan ekonomi;e.e-government dapat
menjadi kontributor utama dalam pelaksanaan reformasi;f.e-government
membangun kepercayaan antara pemerintah dan warga negara/citizens.
Pengertian political will yang disebutkan di atas, memberikan konsep utama yang
dikembangkan oleh Indrajit (2007) dalam kerangka perencanaan dan
pengembangan e-Government. Tanpa adanya political will pimpinan, maka mustahil
eGovernment dapat berhasil dilaksanakan secara menasional, sehingga political will
yang dimaksud adalah adanya: 1. Dukungan kepemimpinan politik memiliki
komitmen berkelanjutan; 2. Ketersediaan alokasi dana yang telah dianggarkan dan
siap untuk dicairkan; 3. Kesepakatan untuk melakukan koordinasi lintas sektoral; 4.
Niat untuk memulai menyusun regulasi, yang berkaitan di dalam mendukung inisiatif
penerapan e-Government; 5. Kesiapan sumber daya aparatur, untuk belajar dan
merubah cara kerja sesuai dengan transformasi yang diinginkan; dan 6. Usaha
untuk melakukan perbaikan sistem, sehingga e-Government dapat berlangsung
secara terus menerus dan konsisten
This study uses the Van Meter and Van Horn Theory explains that in the
implementation of procurement policies based on egovernment is influenced by each
interrelated variable, these variables are: 1) Target Standards, 2) Resources, 3)
Relationships between Organizations, and 4) Characteristics of the Implementing
Agency.
Menurut
(Nugroho,
2007)
tahapan perkembangan implementasi
e
-
gove
rnment
di
Indonesia
dibagi
menjad
i
empat.
Tahapan
perkembangannya
e
-
government
sebagai berikut:
1.
Website
Presence
,
yaitu
memunculkan
website
daerah
di internet. Dalam tahap ini,
informasi
dasar
yang
dibutuhkan
masyarakat
ditampilkan
dalam
website
pemerinta
h
.
Pada
website
Dinas
Kependudukan
dan
Pencatatan Sipil Kota Padang
sudah
menampilkan
pada
halaman
website
mengenai
tata cara pelayanan dan syarat
apa
saja
yang diperlukan
untuk
menyelesaikan
pelayanan
dokumen
kependudukan.
2.
Interaction,
yaitu
website
daer
ah
yang
menyediakan
fasilitas
interaksi
antara
masyarakat dan
p
emerintah
d
aerah.
D
a
lam
tahap
ini,
informasi
yang
ditampilkan
lebih
bervariasi,
seperti
fasilitas
download
dan
komunikasi
e
mai
l
dalam
website
pemerintah
.
M
asyarakat
juga
dapat
menyampaikan
aspi
rasinya
kepada pemerintah mengenai
kebijakan pemerintah yang
kurang
disetujui
oleh
masyarakat
dengan mengisi
“Buku Tamu” pada halaman
website
yang sudah disediakan
oleh Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Padang.
Tetapi
berdasarkan
keterangan
dari
beberapa
masyarakat
yang
peneliti
wawancara
bahwasanya
petugas disdukcapil sangat
lamban dalam menanggapi
pertanyaan dari masyarakat
mengenai
dokumen
pelayanan.
Sehingga
masyarakat
tersebut
harus
datang ke kantor disdukcapil
untuk meminta keterangan
lebih
lanjut.
3.
Transaction,
yaitu
website
daerah yang selain memiliki
fasilitas
interaksi
juga
dilengkapi
dengan
fasilitas
transaksi pelayanan publik
dari pemerintah
4.
Transformation,
yaitu
pelayanan dari pemerintah
meningkat secara terintegras
Untuk mengembangkan e-
government ada empat fase yang
diusulkan oleh World Bank (2002), yakni
Presence (kehadiran), Interaction
(interaksi), Transaction (transaksi) dan
Transformation (transformasi). Model
yang sama dikemukakan oleh Gartner
Research (Gupta, 2004), mengajukan
model
The Value Chain of E-Service
, yang
menetapkan empat tahap yang secara
khusus dikembangkan dalam konteks
egovernance. Keempat fase
pengembangan tersebut jika
dikontekskan untuk pengembangan situs
web e-government di Indonesia,
meliputi: (1) Kehadiran, yaitu
memunculkan situs web daerah di
internet. Dalam tahap ini, informasi
dasar yang dibutuhkan masyarakat
ditampilkan dalam situs web
pemerintah; (2) Interaksi, yaitu web
daerah yang menyediakan fasilitas
interaksi antara masyarakat dan
pemerintah daerah. Dalam tahap ini,
informasi yang ditampilkan lebih
bervariasi seperti fasilitas download dan
komunikasi email dalam situs web
pemerintah; (3) Transaksi, yaitu web
pemerintah daerah yang selain
memiliki fasilitas interaksi juga
dilengkapi fasilitas transaksi pelayanan
publik dari pemerintah; (4)
Transformasi, yaitu dalam hal ini
pelayanan pemerintah meningkat secara
terintegrasi (Gupta, 2004)
The E-Government maturity model from Fietkiewicz, Mainka, & Stock (2017) has five
pillars which used to assess the completeness of the website display development in
describing the implementation of E-Government in Situbondo Regency. Furthermore,
these are used as indicators, including Information Dissemination, Communication,
Transaction, Interoperability or Integration, and Participation.
To achieve this goal, this study refers to Stiftung's opinion in the "Balanced e
-
government scorecard"
which states that t
here are five factors that serve as measuring tools for government performance that
implement
e
-
government, namely: (1) benefits, (2) efficiency, (3) participation, (4) transparency,
(5) change management.
Peneliti menggunakan teori E-GovQual dalam menganalisis Faktor faktor yang dapat
berpengaruh dalam penggunaan Aplikasi Teori yang digunakan adalah E-GovQual
ada beberapa faktor yang digunakan dalam menganalisis sebuah aplikasi yaitu
Efisiensi (Efficiency) , Kepercayaan (trust) Keandalan (reliability) dan Dukungan
Warga Negara (Citizen Support).
Antun Mardiyanta. 2023. Memahami Kebijakan Publik: Perspektif Teori,
Perkembangan, dan Diskursus. Surabaya: Universitas Airlangga. Hal 184-185.
Salim dan Syahrum. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka
Media. Hal. 148-149.