Anda di halaman 1dari 5

CRITICAL REVIEW PAPER

 Judul Artikel : Model Keberhasilan Implementasi E-Services (Sistem Layanan Berbasis


Elektronik) di Indonesia Studi Kasus : Pemerintah Kota X
 Author : Darmawan Napitupulu
 Publikasi pada / th : Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Layanan publik (e-government) berperan penting dalam mebangun tata pemerintahan yang
baik. Pada Intruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-government dan Peraturan presiden tentang pelaksanaa e-government di instansi
pusat dan daerah menjadi bukti komitmen pemerintah. Berdasarkan hasil asistensi dan bimbingan
selama tahun 2017, negara bisa menghemat anggaran sampai Rp 41,15 triliun pada 5 Kementerian dan
Lembaga, 7 Pemerintah Provinsi, dan 113 Pemerintah Kabupaten/Kota. Kebijakan pemerintah belum
sepenunya berjalan di pemerintah lokal sehingga e-government masih belum berjalan dengan baik.
Pembangunan Desa, menurut Undang Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, merupakan
upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
desa. Sehingga pembangunan desa dapat ditopang melalui konsep e-Government bagi organisasi
sektor publik pemerintahan desa. Dengan diterapkannya e-government dalam pemerintah desa
membuat data tunggal yang selalu updatable. Sehingga peneliti bermaksud melakukan kajian terhadap
pengembangan model e-government bagi pemerintahan lokal setingkat desa sebagai pondasi dasar
pelayanan publik ke tingkat pemerintahan diatasnya. Pengembangan model e-Government pada
tingkat pemerintahan lokal ini dirumuskan melalui rencana strategis sistem informasi dan teknologi
informasi yang diawali dengan merumuskan kerangka kerja konseptual yang terdiri dari dimensi
kepemimpinan, sumber daya manusia, kebijakan reformasi institusional, teknologi, dan biaya. Luaran
yang dihasilkan adalah pengelolaan Teknologi Informasi, pengembangan infrastruktur Teknologi
Informasi, dan aplikasi-aplikasi back end yang dapat mendukung kinerja pemerintah.
Tahap penelitian yang pertama yaitu mengidentifikasi ruang lingkup desa dengan melakukan
observasi untuk mengkaji pemanfaatan teknologi informasi terkini dan kebijakan yang ada pada
pemerintahan desa. proses ini, akan diteliti faktor-faktor yang menentukan keberhasilan e-Government
seperti Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, Kelembagaan, Anggaran, Pelayanan IT, dan
Standar Layanan Administrasi Desa. Proses identifikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi juga
harus berfokus kepada penggunaan sarana dan prasarana IT yang digunakan sebagai syarat utama
terhadap layanan berbasis IT.
Tahap penelitian selanjutnya yatu wawancara, dan penyebaran kuisioner. Dasar yang menjadi
acuan dalam melakukan analisa ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pengaturan
Desa. Pada tahap ini dilakukan analisa berdasarkan Critical Succes Factor (CSF) untuk
menginterpretasikan objektif secara lebih jelas untuk menentukan aktivitas yang harus dilakukan dan
informasi apa yang dibutuhkan Di dalam CSF, terdapat tiga paragdima dalam menentukan kesuksesan
pengembangan eGovernment, yaitu Paradigma Organisasi (Organizational Paradigm), Paradikma
Teknologi (Technology Paradigm), dan Paradigma Pengguna (User Paradigm).
Setelah analisis dan hasil didapatkan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Diperlukan SDM yang terlatih terutama dari perangkat desa menggunakan Teknologi
Informasi dalam perencanaan model eGovernment Desa ini.
b. Tahapan identifikasi ruang lingkup desa merupakan tahapan penting dalam mengukur
kesiapan desa menggunakan model eGovernment ini.
c. Future portfolio yang dipetakan ke dalam McFarlan’s Analyst menjadi usulan model
eGovernment dalam penelitian ini.
d. Perancangan dashboard information system menjadi elemen yang paling strategis karena
akan membantu perangkat desa dalam mengambil keputusan dan mengkaji historis data desa.
e. Media komunikasi berbasis mobile aplication layak dipertimbangan dalam pengembangan
aplikasi e-Government.
2. Saran Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah:
a. “Diperlukan kajian feasibility lebih lanjut untuk menguji kelayakan pengembangan
Teknologi Informasi dalam usulan model e-Government yang telah dihasilkan.”
b. Perlu dirancang mekanisme sistem audit untuk memastikan model ini berjalan sesuai yang
diharapkan oleh semua stakeholders.
c. Perlu dilakukan evaluasi berkala terhadap dampak kematangan model e-Government ini
terutama dalam penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Kehadiran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mengubah cara interaksi antara pemerintah
dengan masyarakat dan hal ini telah membawa pada pengembangan fenomena baru yang disebut dengan
eGovernment. pemeringkatan e-Government oleh United Nations 2012 menunjukkan Indonesia berada pada
peringkat 7 dari total 11 negara ASEAN. Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan e-Government di
Indonesia belumlah optimal dan mengindikasikan hanya sekedar pemenuhan terhadap kebijakan tersebut
tanpa disertai dengan kualitas. Penelitian ini akan dipaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
khususnya dalam penerapan e-Government yang akan membantu organisasi dalam menghindari kegagalan
proyek e-Government (Al-Kaabi, 2010).

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan yakni dengan
metode survei berbasiskan kuesioner dengan 16 responden. Dalam hal ini, penelitian bertujuan ingin
mengkonfirmasi faktor sukses yang diperoleh sebelumnya dengan kondisi di lapangan dimana obyek
penelitian yang dipilih sebagai studi kasus adalah Pemkot Bogor. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini berisi pertanyaan tingkat kesetujuan responden terhadap keseluruhan faktor sukses (CSF) implementasi e-
Government yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. Melalui pengembangan e-government, maka
masyarakat akan lebih mudah berhubungan dengan Pemerintah Kota Bogor, baik pada saat membutuhkan
informasi atau pada saat mereka membutuhkan pelayanan untuk melancarkan kegiatan.

Keseluruhan faktor sukses akan dicocokkan dengan kondisi penerapan e-Government Pemerintah
Kota Bogor dimana hanya ada 50 faktor sukses yang memenuhi kriteria dari seluruh faktor sukses yang ada,
yang dapat ditunjukkan pada tabel 2 di bawah ini :
Ukuran dan kompleksitas perangkat lunak meningkat. Ini telah meningkatkan jumlah waktu
dan uang yang dibutuhkan untuk pengujian. Banyak organisasi telah berinvestasi dalam otomasi
pengujian perangkat lunak (STA) menunggu untuk mengurangi biaya dan meningkatkan proses
pengujian. Namun, kurang dari 50% dari mereka mencapai tujuan yang diharapkan terkait dengan
otomatisasi uji perangkat lunak terutama karena kurangnya pemahaman yang jelas tentang apa yang
terlibat. Ada kesenjangan yang terdokumentasi antara pandangan akademis dan pandangan praktisi
tentang otomatisasi pengujian perangkat lunak. Makalah ini memiliki dua tujuan utama. Pertama,
mengevaluasi relevansi 12 faktor kritis keberhasilan (CFS) dalam otomasi uji perangkat lunak yang
dikumpulkan dari literatur teknis menurut pandangan peneliti. Kedua, mengevaluasi dampak masing-
masing pada siklus hidup otomasi uji perangkat lunak dasar (BSTAL). Untuk mengarsipkan tujuan di
atas, kami telah melakukan survei dengan praktisi uji perangkat lunak. Setiap peserta diundang melalui
email untuk menjawab survei elektronik untuk mengevaluasi relevansi CFS. Nilai cutoff didefinisikan
untuk mengklasifikasikan faktor sesuai dengan tingkat yang relevan. Faktor dengan level yang relevan
di bawah 50% tidak dianggap relevan. Tingkat yang relevan dihitung dalam dua cara: berdasarkan
seluruh populasi dan berdasarkan subset peserta yang dikelompokkan berdasarkan tahun kerja mereka
dalam pengujian perangkat lunak. Kami mengamati perbedaan antara evaluasi akademik dan praktisi
tentang tingkat relevansi juga antara evaluasi. Diberikan oleh peserta dengan tingkat pengalaman yang
berbeda dalam pengujian perangkat lunak. Kami juga mengamati bahwa masing-masing faktor
berdampak pada fase BSTAL secara berbeda dan mereka dapat lebih atau kurang relevan sesuai
dengan fase yang diamati.
Seiring keberhasilan perusahaan bisnis yang signifikan, pengembangan sistem informasi
menjadi kepedulian manajer TI untuk menjaga keseimbangan antara bisnis dan sistem informasi.
Sistem informasi memiliki peran penting untuk memberikan keuntungan kepada perusahaan bisnis.
Untuk menjaga masalah ini, sistem informasi harus dikembangkan untuk berinovasi dalam proses
bisnis. Namun, dalam mengembangkan sistem informasi, perbaikan proses sistem informasi dapat
memperoleh kemungkinan kegagalan pengembangan sistem informasi. Oleh karena itu, untuk
menghindari kegagalan dalam mengimplementasikan sistem informasi ada beberapa faktor penting.
Faktor-faktor tersebut disebut faktor keberhasilan kritis (CSF). Oleh karena itu, penelitian ini
mengamati faktor penentu keberhasilan (CSF) dalam proyek pengembangan sistem informasi (ISD).
Tinjauan literatur sistematis ini membahas faktor penentu keberhasilan dalam pengembangan sistem
informasi. Bagian metode menentukan pertanyaan penelitian. Ini juga menjelaskan cara
mengumpulkan dan memfilter data. Urutan penelitian ini ditulis sesuai dengan Item Pelaporan Pilihan
untuk Tinjauan Sistematis dan Daftar Periksa Analisis-Meta atau juga dikenal sebagai Daftar Periksa
PRISMA. Oleh karena itu, untuk mengumpulkan dan memfilter data, tinjauan pustaka sistematis ini
menggunakan Item Pelaporan Pilihan untuk Tinjauan Sistematik dan metode Analisis Meta atau juga
dikenal sebagai metode PRISMA. Ada 20 makalah yang dipilih untuk membantu penelitian ini
berdasarkan makalah penyaringan karena diagram alir PRISMA. Sebagian besar makalah tersebut
membahas pengembangan sistem informasi dan sisanya tentang faktor-faktor pengembangan sistem
informasi. Bagian hasil memiliki dua bagian, yaitu karakteristik studi dan hasil studi. Tinjauan literatur
sistematis ini menyimpulkan bahwa ada lima faktor penentu keberhasilan dalam mengembangkan
proyek sistem informasi. Faktor-faktor kesuksesan kritis tersebut adalah orang, proyek, organisasi,
pengetahuan, dan keahlian. Faktor-faktor penentu keberhasilan tersebut juga didukung oleh beberapa
item dari masing-masing faktor. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memuaskan
proyek pengembangan sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan mengurangi juga
mungkin menghindari kegagalan dalam proyek pengembangan sistem informasi.

Anda mungkin juga menyukai