Obyek yang dijadikan fokus pada penelitian ini adalah Pemerintah kota (Pemkota) Bogor,
dengan pertimbangan bahwa Pemkot Bogor merupakan salah satu daerah yang dianggap
berhasil mengimplementasikan e-Government. Kota Bogor telah memulai inisiatif
eGovernment sejak 2008-2009 jauh sebelum Inpres dikeluarkan serta telah berhasil
memperoleh berbagai penghargaan atas keberhasilannya dalam implementasi eGovernment.
Pada tahun 2009, Majalah Warta Ekonomi memberikan e-Government award sebagai juara
terbaik selain kabupaten Jembrana dan kota Surabaya pada kategori Pemerintah
Kabupaten/Kota Pengaplikasi e-Government. Di tahun yang sama, kota Bogor juga meraih
penghargaan dari Universitas Gunadarma sebagai juara II pada kategori Website Terbaik
Tingkat II se Indonesia (Junaidi, 2011). Pada tahun 2011, Bogor memperoleh penghargaan
ICT Pura dari Kementrian Komunikasi dan Informatika tingkat nasional dimana kota Bogor
terpilih menjadi yang terbaik dari 5 kota di wilayah propinsi Jawa Barat dan mendapat
predikat madya tingkat nasionalserta dianggap sebagai kota yang telah siap menghadapi era
ekonomi digital. Selain itu pada tahun 2013, kota Bogor juga memperoleh penghargaan IDSA
(Indonesia Digital Society Award) sebagai Silver Champion untuk kategori Community dan
tahun 2014 Bogor berhasil meraih juara runner-up satu dalam penghargaan IDSA 2014 untuk
kategori Pemerintah kota. Oleh karena itu dalam penelitian ini kota Bogor dapat dijadikan
rujukan bagi lembaga pemerintah lain dalam proses implementasie-Government.
Walaupun implementasi e-Government telah berjalan sejak kehadiran regulasi pemerintah
tahun 2003, namun dapat dikatakan bahwa Jurnal Sistem Informasi, Volume 5, Nomor 3,
Maret 2015, 229-236 232 implementasi e-Government berjalan lambat. Beberapa daerah
menunjukkan inisiatif dan kinerja pengembangan e-Government yang cukup baik, namun
beberapa daerah lain baru memahami penerapan e-Government hanyalah sebatas membangun
website. . Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan hasil penelitian penulis sebelumnya
yang telah berhasil mengidentifikasi 54 faktor sukses (CSF) terkait implementasi e-
Government yang dapat disajikan pada tabel 1 di bawah (Napitupulu, 2014). Keseluruhan
faktor sukses tersebut menjadi variabel dalam penelitian ini untuk menentukan fokus
penelitian bagi peneliti dalam mengumpulkan data khususnya terkait faktor sukses
implementasi e-Government di Pemkot Bogor.
Faktor Sukses
1 Melibatkan Pengguna dan Stakeholder
2 Perencanaan yang baik
3 Menggunakan Portal/Aplikasi
4 Pelatihan
5 Usabilitas Sistem yang baik
6 Kampanye mengenai kegunaan dan kelebihan sistem
7 Membuat Prototipe
8 Skill dan Kepakaran anggota tim yang baik
9 Kepemimpinan yang kuat
10 Koordinasi yang baik diantara orangorang yang terlibat di dalam proyek
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Mendefinisikan CSF khususnya pada implementasi e-Government akan membantu
organisasi dalam menghindari kegagalan proyek e-Government
2. Kota Bogor merupakan daerah yang dianggap berhasil menerapkan e-Government melalui
berbagai terobosan dan inovasi dan telah meraih berbagai penghargaan dari Warta Ekonomi,
ICT Pura, IDSA, dll. Oleh karena itu kota Bogor layak dijadikan rujukan bagi institusi
pemerintah lain dalam proses penerapan e-Government
3. Terdapat 50 faktor sukses (CSF) final yang dapat diakomodasi oleh pemerintah dan pihak
terkait agar implementasi e-Government terhindar dari kegagalan.
KESIMPULAN
Pemodelan interoperabilitas antar aplikasi e-Gov yang berbeda dapat dikembangkan
melalui cara pemanfaatan teknologi web services. Pemanfaatan teknologi web services
dalam pertukaran data antar dua aplikasi e-Gov mampu menunjukkan prinsip
interoperabilitas
E-GOVERNMENT SEBAGAI LAYANAN KOMUNIKASI PEMERINTAH KOTA
SURABAYA
Abstrak
Fenomena pergeseran media komunikasi kearah IoT (Internet of Things) sebagai salah satu
model komunikasi saat ini harus disikapi positif oleh pemerintah daerah untuk bisa berinovasi
untuk meningkatkan performance organisation management and public service improvement.
e-government adalah sebuah bentuk media komunikasi, dimana media didefinisikan sebagai
“The Extension of Man” (media itu perluasan manusia). Dengan menggunakan metode
deskriptif analisis dan studi literature dengan focus penelitian pada Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Surabaya selaku pemegang amanat untuk mengelola informasi dan
dokumentasi teknologi informasi di lingkungan pemerintahan Kota Surabaya sesuai dengan
keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/24/436.1.2/2015. menghasilkan tingkat
kematangan e-government di Kota Surabaya telah memenuhi pemeringkatan pada level 4.
Sehingga sudut pandang ilmu komunikasi mengatakan, tingkat kematangan layanan
egovernemen sebagai media komunikasi government to government, government to citizen,
government to business. dimana media adalah “The Extension of Man”, Dengan tujuan
kemudahan dalam melakukan komunikasi maka layanan e-government diharapkan dapat
menjadi media komunikasi untuk mempercepat pertukaran informasi, menyediakan sarana
layanan dan kegiatan transaksi dengan warga masyarakat (G2C), kepada pelaku bisnis (G2B),
dan tentunya dengan pihak pemerintah sendiri (G2G) Kata-kata kunci: e-government, media
komunikasi, kematangan e-government Kota Surabaya
Kota Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah menerapkan electronic
government di dalam menjalankan urusan pemerintahanya (Ayu Sinta Dewi & Mudjahidin,
2013) dimana hasil dari penerapan teknologi electronic government dapa membantu
meningkatkan performa kinerja pemerintah kota dalam hubungan komunikasi internal
maupun hubungan komunikasi eksternal. Beberapa layanan teknologi komunikasi dilayankan
kepada masyarkat untuk memudahkan melakukan komunikasi baik komunikasi struktural
internal, komunikasi antar instansi (G2G), komunikasi kepada masyarkat (G2C), dan
komunikasi kepada pelaku bisnis (G2B). Surabaya Singgle Window adalah brand teknologi
komunikasi yang dilayankan kepada masyarkat sebagai media komunikasi langsung antara
Pemerintah Surabaya, dengan masyarkat dan stakeholder. Namun seberapa jauh penggunaan
teknologi informasi didunia pemerintahan Indonesia berdampak pada kemudahan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dari latar belakang diatas disusunlah sebuah
identifikasi masalah dimana penulis melihat akibat dari kurangnya kesiapan pemerintah
dalam menyambut hadirnya era konvergensi teknologi menjadikan tidak terpenuhinya
ekspektasi masyarkat dalam hal kemudahan layanan, dimana konvergensi teknologi kini
sudah berkembang pesat di tengah-tengah masyarkat Indonesia khususnya masyarkat
perkotaan.
Adanya problem komunikasi antara stake holder pada suatu daerah menjadikan pertumbuhan
ekonomi menjadi terhambat, hal ini dikuatkan dengan hasil survei yang dilakukan Bank
Dunia yang dikutip dari Journal of Research in Economics and Management(Jurnal Riset
Ekonomi dan Manajemen) yang ditulis oleh: Matdio Siahaan juga menunjukkan adanya
korelasi yang kuat antara tingkat kemudahan menjalankan bisnis dan tingkat daya saing
ekonomi. Upaya-upaya berkelanjutan dalam menciptakan efektif dan efisiensi birokrasi
seyogyanya menjadi upaya bersama untuk diwujudkan percepatannya. Kementerian/ lembaga
yang terkait dengan pelayanan publik harus menjadi aktor-aktor utama perubahan
kelembagaan yang lebih baik yang diikuti dengan kesamaan dalam menerjemahkan visi
sampai dengan level birokrasi di pemerintah daerah.
Data penelitan yang didapatkan berupa data kematangan SKPD aspek input per Dimensi
PeGI (Pemeringkatan eGovernment Indonesia), dengan indikator penilaian kematangan
SKPD aspek proses per Dimensi PeGI, COBIT dan satu lagi data kematangan aspek output.
Ada beberapa model pengukuran yang biasa digunakan untuk menghitung tingkat
kematangan e-government di Indonesia.
Indicator kematangan PeGI (Pemeringkatan e-Government Indonesia)
Indikator kematangan COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
Aspek Output
Kesimpulan
Hasil penelitian menyebutkan tingkat kematangan layanan e-government pada Pemerintah
Kota Surabaya telah mencapai level tertinggi dalam sebuah ukuran dimensi PeGI
(Pengukuran electronic Government Indonesia) sebagai layanan atau media komunikasi
antara Pemerintah dengan Pemerintah, Pemerintah dengan Masyarkat, Pemerintah dengan
pelaku bisnis. Tingginya penilaian yang dihasilkan atas pengukuran kematangan layanan e-
government menunjukkan bahwa tingkat kesiapan egovernment kota Surabaya sebagai
layanan komunikasi antara G2G, G2C, G2B telah tercapai.
Beberapa faktor yang menjadi kendala dalam penerepan e-Government terutama pada
pemerintah daerah diantaranya adalah masih lemahnya sistem perencanaan dan keuangan,
rendahnya kualitas sumber daya manusia, rendahnya budaya kerja organisasi,
kurangnya sarana dan prasarana, lemahnya koordinasi dan kebijakan yang belum memadai.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia bisa disebabkan oleh faktor lemahnya
kepemimpinan yang meliputi latar belakang pendidikan, pemecahan masalah dan pola
hubungan/networking Selain itu, kualitas sumber daya manusia ini sangat berpengaruh
terhadap tumbuhnya inovasi,baik dari segi jumlah maupun jenis inovasi itu sendiri,terutama
kemampuan pimpinan dalam mengorganisir lingkungan kerjanya untuk lebih inovatif
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang menjadi hambatan dalam
pengembangan e-Government adalah sumber daya manusia Melihat kondisi penerapan e-
government dan kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah, pemerintah telah
membuat kebijakan dalam pengembangan e-Government melalui PP Nomor 38 Tahun
2017 tentang Inovasi Daerah.Pelaksanaan inovasi daerah dan mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi dalam pengembangan e-Government dapat dilakukan melalui dua cara,yaitu
kolaborasi dan peningkatan e-Literacy Kolaborasi dapat dilakukan melalui government-to-
government (G2G) collaboration atau public private 66 Jurnal Borneo Administrator, Vol. 16
No. 1, 61-80,April 2020 Partnership untuk mengatasi masalah finansial dan sarana/prasarana.
Sedangkan rendahnya e-Literacy dapat ditingkatkan dengan cara pelatihan dan
pendidikan(Jahidi & Budiati, 2019: 546).Penerapan government-to-government (G2G)
collaboration dapat diterapkan dengan melakukan studi banding dengan mengadopsi
penerapan e-Government pada pemerintah lain yang lebih dahulu berhasil dalam penerapan
e-government
untuk menjawab tantangan dan hambatan dari pengembangan inovasi implementasi e-
Government pada pemerintah daerah, perlu adanya suatu inovasi perubahan yang
dilakukan. Cara yang dilakukan adalah dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan
masyarakat/swasta. Dalam hal peningkatan partisipasi masyarakat, perlu adanya inovasi
dalam bentuk e-Literacy melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat memberikan
informasi secara bebas, luas, dan merata. E-Literacy juga memberikan peluang terhadap
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan pemerintah daerah
Kesimpulan
Hasil analisa menunjukkan bahwa masih rendahnya pelaksanaan inovasi daerah
mempengaruhi rendahnya pelaksanaan e-government pada pemerintah daerah. Strategi yang
dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengembangkan inovasi e-
Government dapat melalui kolaborasi dan e-literacy. Kolaborasi dapat dilakukan dengan
pihak ketiga/swasta untuk mengatasi masalah finansial. Selain itu, kolaborasi yang
dilakukan antarinstansi bertujuan untuk penguatan intansi terkait dalam pengembangan e-
government. Proses kolaborasi dengan pemerintah daerah yang lebih dahulu berkembang
dalam inovasi e-Government dapat dilakukan melalui proses studi banding. Kegiatan e-
literacy dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan
dengan cara melakukan sosialisasi dengan memperhatikan kondisi kekhasan/kearifan lokal
sehingga sosialisasi bisa dilakukan melalui budaya (ketua adat), agama (pemuka
agama),dan unsur Pemerintahan terendah (RT). Peningkatan e-Literacy pada SDM
Pemerintah dapat dilakukan melalui kegiatan training of trainers
Perancangan aplikasi yang perlu di perhatikan salah satunya adalah antar muka (Interface).
Karena antarmuka yang kita buat sangat mempengaruhi terhadap kemudahan pengguna
dalam menggunakan aplikasi yang diterapkan. Dalam pembuatan aplikasi ini perancangan
interface-nya dibuat sesederhana mungkinn sehingga pengguna sistem ini dapat memahami
dan mengoperasikan dengan mudah. Berikut adalah implementasi rancangan antarmuka
(interface) yanmg dibuat
Kesimpulan
Bedasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut
untuk menghasilkan sebuah sistem informasi berbasis web yang dapat digunakan bagi admin
SPN Kemiling Polda Lampung diperlukan sebuah pengembangan sistem dengan
menggunakan metode pengembangan Extreme Programming (XP) dimulai dari
Planning,desain,coding, dan testing. Analisis yang digunakan adalah Analisis Pieces, Analisis
Kebutuhan Sistem, Analisis Kelayakan, Analisis Aktor, Analisis Usecase. Dari tahapan
pengembangan ini dibuatlah rancangan desain sistem menggunakan UML yaitu dengan
model perancangan usecase diagram dan squence diagram . Implementasi di sistem ini
menggunakan PHP (Sublime text) dan MySQL. Hasil pengujian yang dilakukan
menggunakan metode pengujian black box, yaitu dengan cara melakukan pengujian
berdasarkan alur kerja program. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan angka 100% yang
dimana pada tabel kriteria skor responden menunjukan bahwa sistem yang sudah dibuat layak
untuk di implementasikan.
Pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi atau analisa terhadap kualitas layanan publik di
Pemkot X dengan menggunakan pendekatan e-GovQual. Instrumen e-GovQual
dikembangkan untuk mengukur kualitas layanan yang diberikan pemerintah melalui website
berdasarkan perspektif publik. Dengan kata lain, penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana
tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di Pemkot XYZ dan bagaimana
tingkat kesesuaian antara kinerja layanan Pemkot XYZ dengan harapan atau tingkat
kepentingan masyarakat pengguna layanan khususnya di Pemkot XYZ. Untuk menjawab
permasalahan tersebut yakni tingkat kesesuaian antara harapan dan kinerja layanan,
digunakan Importance-Performance Analysis (IPA) sekaligus juga dapat diketahui indikator-
indikator kualitas yang belum baik dan perlu mendapatkan prioritas untuk ditingkatkan.
Model kombinasi e-GovQual dan IPA ini belum banyak digunakan oleh karena itu kontribusi
penelitian ini adalah penerapan model e-GovQual dan IPA pada pengukuran kualitas layanan
e-Government di Pemkot XYZ.
Implikasinya adalah atribut kualitas layanan yang diusulkan akan berbeda pula. Oleh karena
itu model e-GovQual diusulkan untuk menjawab dan menganalisa atribut kualitas layanan
yang sesuai untuk e-Government atau fokus pada e-Government quality. Dari hasil penelitian
tersebut dihasilkan 33 buah atribut kualitas layanan e-Government yang terbagi ke dalam
enam dimensi yaitu
Ease of Use (kemudahan penggunaan)
Trust (kepercayaan)
Functionality of the Interaction Environment (fungsional dari interaksi lingkungan)
Reability (keandalan)
Content and Appearance of Information (isi dan tampilan informasi)
Citizen Support (pendukung)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait analisa kualitas layanan publik di
Pemkot X dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu Kualitas layanan publik Pemkot X
dievaluasi dengan pendekatan e-GovQual terdiri dari 4 dimensi yakni efisiensi (efficiency),
kepercayaan (trust), kehandalan (reliability) dan dukungan kepada publik (citizen support)
dengan total 21 variabel pengukuran yang valid dan reliabel. Analisis gap antara kinerja
layanan dan harapan publik menunjukkan secara umum kinerja layanan masih di bawah
harapan publik artinya publik belum merasa puas terhadap kualitas layanan yang disediakan
Pemkot X.Dari hasil analisis IPA diperoleh bahwa terdapat 4 (empat) buah faktor layanan e-
Government yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan. Faktor-faktor tersebut
kebanyakan terkait dengan faktor non-teknologi yaitu pegawai tanggap terhadap masalah
pengguna, pegawai mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menjawab pertanyaan
publik, pegawai punya kemampuan untuk menyampaikan layanan dengan kepercayaan dan
keyakinan serta informasi tentang layanan yang memadai. Saran penelitian lanjutan yang
dapat dilakukan adalah menganalisa apakah keseluruhan faktor-faktor yang diukur
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas layanan eGovernment.
PENGARUH KUALITAS E-GOVERNMENT TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA
E-FILING: STUDI KASUS WAJIB PAJAK DI SURAKARTA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh kualitas sistem, kualitas
informasi, dan kualitas layanan terhadap kepuasan pengguna E-filing di Surakarta. Populasi
dan sampel dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta tahun 2019. Teknik pengambilan data penelitian ini
menggunakan teknik incidental sampling, dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus
slovin dengan sampel penelitian sebanyak 100 responden. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala likert. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil analisis yang dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif kualitas sistem dan kualitas
layanan terhadap kepuasan pengguna E-filing. Sedangkan kualitas informasi tidak
bepengaruh terhadap kepuasan pengguna E-filing
Kata Kunci: Kualitas Sistem, Informasi, Layanan, Kepuasan Pengguna
Kualitas Sistem Berpengaruh Positif Terhadap Kepuasan Pengguna E-Filing (H1) Hasil
analisis yang tersaji pada Tabel 12 menjelaskan bahwa kualitas sistem berpengaruh positif
terhadap kepuasan pengguna E-filing. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Ginting & Marlina, (2017), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas
sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna E-filing. Semakin tinggi kualitas
sistem E-filing maka dapat meningkatkan kepuasan penggunanya, yaitu wajib pajak. Kualitas
sistem E-filing yang tinggi dapat mempermudah dan memperlancar dalam pelaporan SPT, hal
tersebut dapat membantu wajib pajak dalam memenuhi kewajibanya dalam melaporkan SPT
secara efisien dan efektif. Semakin tinggi kualitas sistem membuat kepuasan pengguna atau
wajib pajak menjadi meningkat Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hanadia (2017) yang menjelaskan bahwa kualitas sistem tidak berpengaruh
terhadap kepuasan pengguna.
SIMPULAN
Uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa pertanyan yang diajukan dalam kuesioner
untuk mengukur varibel-variabel dinyatakan valid dan reliabel. Analisis korelasi
menunjukkan variabel kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas layanan berkorelasi
positif dengan kepuasan pengguna E-filing. Jika dilihat dari signifikansinya hanya variabel
kualitas sistem dan kualitas layanan yang signifikan. Dari hasil pengujian hipotesis 1
menyatakan bahwa kualitas sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna E-filing.
Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ginting & Marlina,
(2017). Hasil uji hipotesisi 2 menyatakan kualitas informasi tidak berpengaruh terhadap
kepuasan pengguna E-filing. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Adhikari & Ram (2017). Dari hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan
kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna E-filing.Hasil ini
mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Veeramootoo et al (2018). Hasil
koefisiensi determinasi menunjukkan bahwa besaran persentase sumbangan dari variabel
independen terhadap kepuasan pengguna Efilingsebesar 48.5% dan sisanya 51,5%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Penelitian ini
mengindikasikan bahwa pertama Pemerintah Indonesia sedang berupaya dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengedepankan efektifitas, efisiensi dan
transparansi melalui E-Government, yang kedua E-filing merupakan salah satu produk sistem
E-Government yang dibuat oleh Direktorat Djendral Pajak guna meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dalam pelaporan SPT, yang ketiga Kualitas sistem dan kualitas layanan berpengaruh
positif terhadap kepuasan pengguna E-filing, dan yang terakhir Kualitas informasi tidak
berpengaruh terhadap kepuasan pengguna E-filing, E-filing diperuntukkan untuk pelaporan
SPT sehingga dalam situs / website E-fling tidak memuat informasi yang up to date mengenai
peraturan dan kebijakan perpajakan. Informasi yang termuat dalam situs E-filing berupa data
wajib pajak, panduan singkat dalam pengisian formulir elektronik dan laporan atas SPT yang
sudah berhasil dilaporkan.
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan mengenai faktor yang mempengaruhi
adopsi E-Government dari sisi warga dan pemerintahan. Faktor Adopsi e-Government dari
sisi Warga Adopsi dapat didefinisikan sebagai proses keputusan individu dalam menerima
atau menolak atas sebuah inovasi yang diperkenalkan. Adopsi warga dalam e-Government
merujuk pada tindakan penggunaan e-Government secara berkelanjutan. Berdasarkan ulasan
yang telah dilakukan dari berbagai jurnal yang membahas mengenai faktor adopsi e-
Government, ditemui adanya beberapa faktor yang mempengaruhi adopsi e-Government
diantaranya:
1. Perceive ease of use (Persepsi Kemudahan)
2. Compatibility (Kesesuaian)
3. Trustworthiness (Kepercayaan)
4. Facilitating Conditions (Kondisi fasilitas)
5. Performance Expectancy (Harapan terhadap kinerja)
Faktor Adopsi e-Government dari sisi Pemerintah Berdasarkan ulasan yang telah dilakukan
dari berbagai jurnal yang membahas mengenai faktor adopsi e-Government, ditemui adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi eGovernment dari sisi pemerintahan,
yaitu:
1. Perceived organizational preparedness (Kesiapan organisasi)
2. Regional and population characteristics (Karakteristik wilayah dan populasi)
3. Government Capacities (Kapasitas pemerintah)
4. Environmental characteristics (Karakteristik lingkungan)
Faktor adopsi dari sisi pemerintah memiliki beberapa kesamaan dengan teori difusi
inovasi Rogers (Rogers, 2003) diantaranya: 1. Faktor managerial characteristics
berhubungan dengan strategi difusi, Rogers menjelaskan mengenai strategi dalam
menyebarkan sebuah inovasi, dimana harus memperhatikan objek, menetapkan tujuan
dan cara mengukurnya, mengetahui keunikan dari audien serta menyampaikan pesan.
2. Faktor environmental characteristics berhubungan dengan kedekatan pemerintah
lain, Rogers menjelaskan bahwa homophily adalah kondisi dimana individu-individu
berkomunikasi mengenai hal yang serupa. Sedangkan heterophily adalah kondisi
dimana individuindividu berkomunikasi mengenai hal yang berbeda. Jaringan difusi
antar individu pada umumnya adalah homophilous. 3. Faktor regional and population
characteristic berhubungan dengan sosioekonomi dari populasi seperti situasi
demografis, distribusi pendapatan, dan Pendidikan, Rogers menjelaskan bahwa
sosioekonomi dari individu akan mempengaruhi sejauh mana individu lebih awal
dalam mengadopsi inovasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan review jurnal yang telah dilakukan, didapatkan simpulan dan serta saran
penelitian lanjutan yang akan dipaparkan pada bagian ini.
1. Dalam mengembangkan dan menerapkan eGovernment, pemerintah harus
memperhatikan beberapa faktor agar pemerintah sebagai penyedia dan warga sebagai
pengguna dapat mengimplementasikan e-Government diantaranya pemerintah
mengemas layanan eGovernment agar mudah digunakan, memberikan nilai,
keamanan, kenyamanan dan manfaat bagi warga serta melakukan persiapan seperti
mengetahui karakteristik pemerintahan, sosioekonomi warga, melakukan strategi
difusi e-Government agar e-Government dapat diterapkan dalam pemerintahan.
2. Perbedaan dari faktor adopsi dari sisi warga dan pemerintahan adalah faktor adopsi
dari sisi warga dipengaruhi oleh persepsi positif atau negatif warga terhadap e-
Government, sedangkan faktor adopsi dari sisi pemerintah dipengaruhi oleh kesiapan
pemerintah dalam menerapkan dan memperkenalkan eGovernment serta
sosioekonomi warga.
3. Persamaan faktor adopsi dari sisi warga dan pemerintah yaitu faktor yang ada
mengarah pada komponen difusi inovasi Rogers yaitu inovasi, waktu, sistem sosial
dan saluran komunikasi.
4. Dampak adanya faktor yang mempengaruhi warga dalam melakukan adopsi yaitu
tindakan active rejection (mempertimbangkan kemudian menolak), passive rejection
(menolak dari awal), continuance adoption (adopsi secara berkelanjutan) dan
discontinuance adoption (berhenti melakukan adopsi).
Abstract
Peran E-Government Sebagai Bagian dari Smart Government dalam Mendukung dan
Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0
Setiap penyelenggara pelayanan publik diwajibkan untuk menyediakan sistem
informasi secara nasional. Dengan begitu tidak lain teknologi informasi berperan
besar dalam rangka pemenuhan sistem untuk skala nasional. Sehingga sudah
seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk dapat menyesuaikan penyelenggaraan
pelayanannya kepada masyarakat dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 saat ini,
yaitu dengan menerapkan pelayanan publik yang berbasis teknologi. Dikarenakan
dengan teknologi, transparansi, kecepatan, kemudahan yang menjadi kunci pada suatu
pelayanan akan terwujud, maka tidak heran pelayanan di sektor privat/swasta
biasanya akan lebih baik karena pemanfaatan teknologi yang semakin canggih dalam
proses pemberi pelayanannya untuk menjaga kepercayaan pelanggan sehingga usaha
yang dijalankan akan terus produktif.
Sistem e-government yang merupakan upaya pemerintah dalam
mengimplementasikan pemanfaatan komputer, jaringan komputer dan teknologi
informasi untuk menjalankan pemerintahan terutama pelayanan publik masih sangat
minim. Masih sedikit Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah Daerah yang
memanfaatkan teknologi dalam proses pelayanan publik. Padahal jika e-government
sendiri diterapkan disetiap pemerintahan maka hal tersebut sejalan dengan Revolusi
Industri 4.0.
Abstrak
Kesimpulan
Simpulan yang dapat diperoleh berdasarkan analisis penelitian yakni akuntabilitas,
profesionalisme dan e-government,secara empiris berpengaruh negatif terhadap
korupsi. Sedangkan tingkat fairness, tingkat transparansi dan responsiveness dalam
menurunkan probabilitas terjadinya korupsitidak terbukti didukung data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwapemerintah perlu meningkatkan prinsip terutama
akuntabilitas melalui pe-ningkatan pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil
pemeriksaan dan menciptakan profesionalisme aparat pemerintah melalui
pemberian pendidikan dan pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi aparat,
serta peningkatan penerapan e-government karena terbukti secara empiris mampu
menurunkan korupsi. Selain itu,pelaksanaan desentralisasi terbukti berperan
meningkatkan korupsi, sehingga pemerintah perlu merancang sistem pengawasan
yang tepat sehingga pelimpahan wewenang dari pusat tidak disalahgunakan oleh
aparat pemda.
Abstrak
Pelaksanaan E-Government di indonesia dan yang telah dicapai hingga saat ini, maka
mau tidak mau strategi pelaksanaan dan konsep E-Government memerlukan
perbaikan di semua sisi. Keterlambatan E-Government dalam pembangunan hanya
akan menjadikan negara ini tetap jauh dari cita cita reformasi, peningkatan kualitas
pelayanan publik kepada seluruh masyarakat dan pada akhirnya dapat mengangu
kesejahteraan masyarakat. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sudah merupakan tuntutan, cepat
atau lambat di era globalisasi dan otonomi daerah yang telah memunculkan semangat
keterbukaan dan pemberdayaan potensi masyarakat, timbulnya harapan masyarakat
akan kebutuhan pelayanan prima dan kecepatan. Pelaksanaan E-Government di
indonesia khususnya di Kota Malang dan hasil yang telah dicapai hingga saat ini serta
kedala-kendala yang menghambat pelaksanaanya sehingga mau tidak mau strategi
pelaksanaan dan konsep E-Government memerlukan perbaikan di semua sisi haruslah
di jadikan sebagai motivasi membangun yang lebih baik. Keterlambatan E-
Government dalam pembangunan hanya akan menjadikan negara ini tetap jauh dari
cita cita reformasi, peningkatan kualitas pelayanan publik kepada seluruh masyarakat
dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan.
Kata kunci: Kota Malang, Pemerintahan Elektronik, Tata Kelola Pemerintahan yang
Baik
Kinerja e -government Indonesia belum dapat dirasakan secara signifikan baik oleh pihak internal
maupun eksternal pemerintah. Beberapa tantangan dan hambatan masih banyak yang harus
dihadapi. Namun demikian seiring dengan telah disahkannya Undangundang tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) maka terbesit harapan e-government akan dapat lebih dirasakan oleh
masyarakat. Di samping itu pemerintah juga sudah mengeluarkan statemen yang akan menurunkan
tarif Internet sampai 40%, hal ini akan semakin memberikan peluang yang lebih besar bagi
penerapan e-government untuk masa yang akan datang. Menjadi sangat penting sekarang ini adalah
pembaharuan komitmen para pemimpin atau pejabat di tingkat pusat maupun daerah untuk terus
mendorong reformasi birokrasi melalui e-government. Kesimpulan penting yang dapat ditarik dari
studi kasus kedua kota ini ialah bahwa e-government yang dilaksanakan secara serius dan konsisten
akan sangat menunjang transparansi pelayanan public. Yang juga harus dipahami oleh para pejabat
pemda ialah bahwa pemanfaatan e-government tetap memerlukan sistem pengawasan yang
konsisten. Selain pengetahuan yang luas tentang teknologi informasi, e-government juga harus
didukung oleh integritas yang baik di antara para perumus kebijakan dan pelaksannya. Teknologi
informasi memang membuat banyak hal semakin mudah dan semakin efisien.
Demi meningkatkan kepatuhan dan kemudahan Wajib Pajak dalam melaporkan SPTPD
dan meminimalisir kontak antara petugas pajak dan Wajib Pajak, Badan Pendapatan
Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung menyediakan fasilitas pelaporan SPTPD
secara onlinekepada Wajib Pajak. Sistem tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2012
sampai sekarang, dengan mengakses websitewww.bapenda.badungkab.go.id. Wajib Pajak
dapat melaporkan SPTPD-nya kapan saja dan dari mana saja. Diterapkannya pajak
onlinedengan harapan : 1) mengurangi tingkat denda atas ketidakpatuhan Wajib Pajak,
2) mengefektifkan penerimaan pajak dan mengurangi kebocoran, 3) memudahkan Wajib
Pajak dalam pelaporan pajak terutang, dan 4) mengurangi oknum yang menimbulkan
penyalahgunaan pelaksanaan pajak daerah.Jenis pajak yang pembayaran dan penyetoran
pajaknya dengan sistem onlineoleh wajib pajak, meliputi pajak hotel, pajak, restoran,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan
batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan,
serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (Pasal 5 ayat (2) Perda Kabupaten Badung
No. 2 Tahun 2016 tentang Sistem OnlinePajak Daerah).Sistem onlinemenggunakan self
assessmentatau menghitung sendiri besaran nilai pajak dibayarkan Wajib Pajak. Prinsip
self assessmentmenurut UU Ketentuan Umum Perpajakan, artinya memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan pajak terutang sesuai perhitungan Wajib Pajak.
E-Governmentmerupakan upaya pemerintah memudahkan aktivitas pemerintahan dengan
memanfaatkan kemajuan TIK. E-Governmentmerupakan bentuk pelayanan publik dibuat
pemerintah bertujuan menjadi penghubung antara kedua belah pihak maupun pihak lain yang
berkepentingan. Yu-che dan James Perry (Falih Fuadi dan Bintoro Wardiyanto, 2010:57)
berpendapat e-Governmentmerupakan sebuah garis depan dari rencana pemerintah
mendukung serta menyediakan informasi dan peningkatan pelayanan masyarakat, pelaku
bisnis, pekerja pemerintah, unit-unit pemerintah lain, dan organisasi sektor ketiga.
Faktor-faktor pendukung implementasi e-Government dalam proses pelaporan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) pada Pemerintah Kabupaten Badung, adalah sebagai
berikut. Pertama, Komitmen Pemerintah Kabupaten Badung dalam pelayanan publik
melalui e-Government. E-Governmentmerupakan upaya mengembangkan penyelenggaraan
pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik
secara efektif dan efisien. E-SPTPD merupakan salah satu cara pemerintah dalam
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam rangka pelaporan pajak daerah setiap bulannya,
di mana wajib pajak diberikan layanan pelaporan SPTPD yang praktis, mudah, cepat, dan
efisien. Dengan layanan aplikasi e-SPTPD ini proses pelaporan menjadi cepat, dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja tanpa wajib pajak harus datang ke Kantor.
Kedua,Resources (sumber daya). Sumber daya merupakan suatu nilai potensi yang dimiliki
oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan, di mana ia dapat meningkatkan
kesejahteraan manusia. Sumber daya yang dimiliki oleh Badan Pendapatan
Daerah/Pasedahan Agung dalam mengimplementasikan e-Government melalui sistem online
pajak daerah (e-SPTPD) meliputi sumber daya manusia yaitu para pegawai yang dimiliki
yang sudah cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta fasilitas berupa
sarana dan prasarana penunjang operasional kegiatan di kantor maupun di lapangan juga
sudah cukup memadai.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan, yaitu : 1)
Implementasi e-Governmentdalam proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada
Pemerintah Kabupaten Badung sudah terimplementasi dengan diterapkannya sistem online
pajak daerah melalui e-SPTPD, dengan terjadinya peningkatan pelaporan e-SPTPD secara
online dari tahun ke tahun oleh wajib pajak, kecuali pada tahun 2020 terjadi penurunan
karena adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia. 2) Faktor-faktor pendukung
implementasi e-Governmentdalam proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
pada Pemerintah Kabupaten Badung meliputi : komitmen Pemerintah Kabupaten
Badung dalam pelayanan publik melalui e-Government, resources (sumber daya) yang
dimiliki baik berupa sumber daya manusia maupun sarana prasarana sudah memadai,
sosialisasi melalui tatap muka maupun media massa dan media elektronik, jaringan
internet yang cukup memadai, dan kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajibannya telah
dilaksanakan. Sedangkan faktor-faktor penghambat implementasi e-Governmentdalam
proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada Pemerintah Kabupaten
Badung meliputi : pengetahuan dan kesadaran wajib pajak serta pandemi Covid-19
Sebagai bentuk upaya untuk menghadirkan dan menerapkan konsep good governance,
Pemerintah Kota Jogja memberikan sebuah layanan publik dalam bentuk transmisi informasi
kepada masyarakat Kota Jogja. Menurut Robert Charlick dalam Santosa (2009:130), Good
Governance merupakan pengelolaan segala macam urusan publik secara efektif melalui
peraturan dan/atau kebijakan yang absah untuk mempromosikan nilai-nilai masyarakat.
Website Pemerintah Daerah Jogja, atau selanjutnya disingkat Pemda Jogja, memberikan
informasi kepada seluruh pengunjung website berbentuk brosur atau pamflet yang berisikan
informasi layanan. Website ini diinisiasikan dalam jangka waktu yang panjang, sebab
karakter statis yang melekat.
Namun, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dan strategi yang harus dikaji ulang
oleh Pemda Jogja. Antara lain yaitu hambatan dan tantangan dalam proses pembentukan data,
keberlangsungan penggunaan website, dan keberlanjutan informasi dan komunikasi. Edukasi,
publikasi, dan sosialisasi menjadi variable penentu untuk menjawab hambatan dan tantangan
Pemda Jogja. Akses situs website Pemda Jogja idealnya mencapai intensitas tinggi, sebab
indikator partisipasi masyarakat akan terjawab di sana, atau sejauh mana diukur partisipasi
masyarakat di dalam perumusan, penyelenggaraan, atau pengevaluasiaan berhubung erat
pada jumlah akses informasi masyarakat Jogja ke dalam situs website Pemda Jogja. Maka,
dengan melihat permasalahan yang termuat pada latar belakang, maka rumusan masalah yang
relevan untuk diangkat dalam paper ini adalah “Apa hambatan dan tantangan dalam
mengelola situs website Pemda Jogja sebagai upaya perwujudan konsep Smart Governance?”
Website pemerintah Kota Yogyakarta dikelola oleh dinas komunikasi dan informasi. terdapat
10 icon fitur gambar icon yang menarik dan simbolik Yogyakarta yang memaparkan
bahwasanya di dalam website Pemda Jogja tersebut yang disediakan oleh laman web
berjumlah sepuluh yaitu ; Aduan, perizinan, Kecamatan dan keluruhan, CCTV, berita,
keterbukaan informasi, gandeng gendong, peraturan perundang – undangan, lowongan kerja,
dan Joga Smart Service (JSS). Pada setiap fitur akan menampilkan laman yang berbeda-beda
fungsinya. Dan pada setiap klik untuk 10 fitur yang ada akan membawa pengunjung pada
beberapa pilihan laman. Fitur-fitur yang dimaksud ditampilkan pada laman utama website
Pemda Jogja dengan dilatarbelakangi suguhan video deskripsi tentang keindahan atau estetika
Kota Jogja
Kesimpulan
Sebagai bentuk upaya pengimplementasi konsep Smart Governance dari konsep Dasar Smart
City, Pemda Jogja mengelola dan website pemerintahannya sebagai langkah mewujudkan
cita-cita konsep tersebut yang dewasa ini menjadi konsep hangat di setiap kota di Indonesia.
Dalam Pengelolaannya, Pemda Jogja mengusung fitur-fitur untuk memberikan pelayanan
secara daring serta memberikan wadah komunikasi dan transformasi informasi kepada para
pengunjung website Pemda Jogja. Setiap konten memiliki fungsi atau kegunaan yang berbeda
antara satu yang lain. Perbedaan fungsi pada setiap fitur menandakan banyaknya perbedaan
kebutuhan pengunjung website Pemda Jogja. Secara konsep, Pemda Jogja melalui websitenya
telah berupaya menjunjung nilai yang terkandung dalam konsep Smart Governance, yakni
pelayanan publik berbasis ICT (Information, Communication, and Technology). Website
Pemerintah Daerah Jogja, atau selanjutnya disingkat Pemda Jogja, memberikan informasi
kepada seluruh pengunjung website berbentuk brosur atau pamflet yang berisikan informasi
layanan. Website ini diinisiasikan dalam jangka waktu yang panjang, sebab karakter statis
yang melekat. Namun, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dan strategi yang
harus dikaji ulang oleh Pemda Jogja. Antara lain yaitu hambatan dan tantangan dalam proses
pembentukan data, keberlangsungan penggunaan website, dan keberlanjutan informasi dan
komunikasi. Edukasi, publikasi, dan sosialisasi menjadi variable penentu untuk menjawab
hambatan dan tantangan Pemda Jogja. Akses situs website Pemda Jogja idealnya mencapai
intensitas tinggi, sebab indikator partisipasi masyarakat akan terjawab di sana, atau sejauh
mana diukur partisipasi masyarakat di dalam perumusan, penyelenggaraan, atau
pengevaluasiaan berhubung erat pada jumlah akses informasi masyarakat Jogja ke dalam
situs website Pemda Jogja.
implementasi eGovernment di Indonesia baru pada tahap awal, sehingga banyak lembaga
pemerintah yang menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan eGovernment, ternyata baru
pada tahap web presence. Tantangan utama terletak pada kemampuan dan kesiapan
manajemen serta para pelaku dan bukannya teknologi pendukung eGovernment. Apabila hal
tersebut tidak diatasi maka dapat mengakibatkan timbulnya digital divide. Lebih jauh lagi
transparansi kebijakan dan pelaksanaan otonomi daerah akan semakin sulit dikelola dan akan
menutup jalan ke arah demokratisasi yang sempurna. e-Government adalah sebuah reformasi
atau paradigma baru dari pelaksanaan pemerintahan yang mengacu kepada Keterbukaan
Informasi Publik yang memberikan tanggung jawab kepada pemerintah untuk memberikan
informasi tentang kegiatan-kegiatan pemerintahan yang berlangsung.
Berdasarkan masalah penelitian, maka focus penelitian ini adalah mengenai Analisis
eGovernment. Adapun acuan dalam analisis eGovernment tersebut adalah pendapat Indrajit
(2005) yaitu Content Development, Competency Building, Connectivity, Cyber Laws,
Citizen Interfaces, dan Capital.
Content Development Sangat perlu diperhatikan sekali sebagai ujung tombak penyampaian
informasi kepada public keberadaan web sebagai tahap awal pelaksanaan e-Government
(Inpres No. 3 Tahun 2003) sangatlah penting. Ketersediaan informasi dan berita yang ada
harus sangat diperhatikan guna memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat dengan
baik. Karena salah satu cara memberikan pelayanan yang baik adalah dengan penyediaan
informasi yang selalu diperbarui dan benar adannya. Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi
mereka pada Dinas Komunikasi dan Informatika pada poin delapan dijelaskan bahwa
“Menerapkan aplikasi layanan kepemerintahan dan layanan public.” Hal yang dimaksud
disini tentu bagaimana pelayanan bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Competency Building Sumber Daya Manusia tentu menjadi sebuah kunci dalam pemberian
pelayanan yang prima kepada masyarakat. Hal ini juga harus ditunjang dengan adannya
Sarana dan Prasaran pendukung. Walaupun kita memiliki kualitas Sumber Daya Manusia
yang Mumpuni namun ketersediaan Sarana kurang memadai tentu lari dari kegiatan
pelaksanaan e-Government kita akan pincang.
Cyber Laws Menurut Indrajit (2002) perlunya kerangka dan perangkat Hukum tentang
eGovernment ini menjadi sebuah hal yang perlu disediakan. Hal ini dikarenakan adanya
peluang pelanggaran secara Cyber. Namun, dalam penerapannya di Dinas Komunikasi dan
Informatika bentuk pertama dari Cyber Laws ini adalah pengelolaan ruang server atau ruang
pengumpulan informasi.
ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dalam Penerapan eGovernment pada Pemerintah
Sulawesi Tengah yang sesuai dengan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 yaitu Tahap
pertama persiapan dalam Hal ini Ketersediaan web, Penyediaan SDM serta Sarananya.
Semua hal tersebut berkaitan dengan Tahap Pertama dari Inpres tersebut namun kita belum
dapat memenuhi Tahap tersebut dengan sempurna sehingga kita belum dapat melaksanakan
Tahap kedua, Ketiga dan keempat secara berkala. Selain kendala Web yang belum update,
Kendala SDM serta fasilitas Sarana dan Prasaran pendukung tentu sangat Penting Seperti
yang Disampaikan oleh Kepala Seksi eGovernment Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Sulawesi Tengah Rizal Landjoma, ST. Beliau mengatakan bahwa salah satu faktor
yang perlu dibenahi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika ini adalah Ketersediaan
Infrastruktur.
Kesimpulan
1. Bentuk penerapan e-Government pada Dinas Komunikasi dan Informatika sudah cukup
baik. Menurut teori Indrajit (2002) ada beberapa hal yang sudah cukup baik seperti Modal
dan Content Development dan Connectivity walaupun masih perlu perbaikan. Yang dianggap
kurang memadai adalah Competency Building dan Citizen Interfaces. Sedangkan Cyber
Laws tidak dinilai karena bersifat nasional sehingga yang perlu memperbaikinnya adalah
Pemerintah Pusat.
2. Secara garis besar, masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Tugas Pokok dan
Fungsi seksi e-Government ada dua hal. Yang pertama adalah ketersediaan infrastruktur,
sarana dan prasarana pendukung kerja pada Seksi e-Government seperti Server, komputer
dan website dari Dinas Komunikasi dan Informatika masih kurang. Yang kedua adalah
ketersediaan Sumber Daya manusia khususnya yang berlatar belakang IT dan tenaga teknisi
untuk mengurusi administrasi dan pengolahan informasi digital. Guna menyelesaikan
masalah–masalah yang dihadapi tersebut beberapa upaya telah dilakukan oleh seksi
eGovernment pada Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Tengah. Upaya
yang pertama adalah upaya pengadaan dan permintaan Infrastruktur, Sarana dan Prasarana
penunjang kerja seksi e-Government. Yang kedua adalah menyampaikan pada sekertariat
yang akan diteruskan pada Badan Kepegawaian Daerah untuk menyediakan tenaga teknisi
dan IT untuk pengolahan informasi elektronik dan administrasi.
Kesimpulan
Solusi dan alternatif yang menjanjikan dalam menciptakan transparansi dan mewujudkan
Pemerintahan yang baik adalah sebuah sistem pengelolaan pemerintahan berbasis digital atau
electronic government.