Anda di halaman 1dari 33

E-GOVERNMENT DAN PELAYANAN PUBLIK (STUDI TENTANG ELEMEN

SUKSES PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT DI PEMERINTAH KABUPATEN


SLEMAN )
Abstrak:
Sejak diberlakukannya Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi
pengembangan e-government, pemerintah dituntut harus mampu memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi melalui pengembangan pelayanan publik berbasis e-
government. Di tingkat nasional, sudah banyak pemerintah daerah yang yang memiliki
inisiatif untuk mengimplementasikan e-government. Meski demikian, kondisi di lapangan
menemukan perbedaan yang terjadi antar daerah dengan berbagai alasan, seperti faktor
keterbatasan anggaran, infrastruktur dan sumber daya manusia yang berbeda-beda. E-
government yang dikembangkan hanya mengindikasikan sekedar pemenuhan kebijakan tanpa
disertai peningkatan kualitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
informan dari 28 pengelola web OPD di Kabupaten Sleman, teknik analisis data
mengugunakan teknik flow model analysis. Kata kunci: e-government, pelayanan publik,
Kabupatan Sleman
Menurut hasil kajian dari Harvard JFK School of Government, untuk menerapkan konsep-
konsep digitalisasi pada sektor publik, terdapat tiga elemen sukses yang harus dimiliki dan
diperhatikan sungguh-sungguh, yaitu support, capacity dan value. Support merupakan elemen
pertama dan yang paling krusial yang harus dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Sleman,
yaitu keinginan dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik untuk benar-benar
menerapkan e-government. Hasil temuan di lapangan menunjukan empat aspek yang me
njadi kunci sukses pengembangan e-government, antara lain:
Kesepakan bersama untuk menerapkan e-governmen
Dialokasikannya berbagai sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu, informasi).
Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar tercipta lingkungan
yang kondusif untuk mengembangkan e-government
Disosialisasikannya konsep egovernment secara merata, konsisten dan menyeluruh.
Simpulan
Cepat lambatnya evolusi sebuah pemerintahan dari knowledge society menuju e-government
sangat tergantung dari seberapa peka pemerintah dan masyarakatnya dalam membaca
tandatanda zaman (tren atau kecenderungan). Dukungan penerapan e-government dalam
pelayanan publik sudah diberikan Pemkab Sleman meski belum optimal, hal ini karena belum
ada payung hukum yang mengatur secara khusus di samping alokasi anggaran yang berbeda-
beda di setiap OPD. Pada sisi kemampuan, secara umum tingkat literacy pegawai Pemkab
Sleman masih rendah terutama para pegawai senior. Agar pelasanaan e-government berjalan
maksimal maka perlu dibuat payung hukum yang jelas dan membuat grand design
pengembangan e-government termasuk menyiapkan penganggarannya. Terkait dengan
rendahnya literacy pegawai perlu direncanakan diklat IT yang berkesinambungan dan
kedepannya pihak Pemkab Sleman harus merencanakan merekrut pegawai yang berlatar
belakang pendidikan teknologi informasi.
KAJIAN FAKTOR SUKSES IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT STUDI KASUS:
PEMERINTAH KOTA BOGOR
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran keberhasilan implementasi
eGovernment di Indonesia khususnya di kota Bogor. Kota Bogor telah melakukan inisiatif e-
Government sejak 2008 dan telah berhasil meraih berbagai penghargaan terkait implementasi
e-Government hingga sekarang. Oleh karena itu kota Bogor dapat menjadi rujukan bagi
daerah lainnya dalam menerapkan eGovernment. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah survei berbasiskan kuesioner yang berisi daftar faktor sukses dari hasil penelitian
sebelumnya. Responden merupakan pegawai yang bekerja di kantor kominfo kota Bogor
sebanyak 16 orang khususnya yang terkait dengan pengembangan sistem eGovernment. Hasil
penelitian menunjukkan dari 55 faktor sukses yang ditanyakan tingkat kesetujuannya, hanya
ada 50 faktor sukses yang memenui kriteria pengujian. Dengan demikian 50 faktor sukses
tersebut harus menjadi prioritas dan fokus bagi Pemerintah daerah lainnya untuk mendukung
kesuksesan implementasi e-Government.
Kata Kunci: e-government, faktor sukses, implementasi, bogor.

Obyek yang dijadikan fokus pada penelitian ini adalah Pemerintah kota (Pemkota) Bogor,
dengan pertimbangan bahwa Pemkot Bogor merupakan salah satu daerah yang dianggap
berhasil mengimplementasikan e-Government. Kota Bogor telah memulai inisiatif
eGovernment sejak 2008-2009 jauh sebelum Inpres dikeluarkan serta telah berhasil
memperoleh berbagai penghargaan atas keberhasilannya dalam implementasi eGovernment.
Pada tahun 2009, Majalah Warta Ekonomi memberikan e-Government award sebagai juara
terbaik selain kabupaten Jembrana dan kota Surabaya pada kategori Pemerintah
Kabupaten/Kota Pengaplikasi e-Government. Di tahun yang sama, kota Bogor juga meraih
penghargaan dari Universitas Gunadarma sebagai juara II pada kategori Website Terbaik
Tingkat II se Indonesia (Junaidi, 2011). Pada tahun 2011, Bogor memperoleh penghargaan
ICT Pura dari Kementrian Komunikasi dan Informatika tingkat nasional dimana kota Bogor
terpilih menjadi yang terbaik dari 5 kota di wilayah propinsi Jawa Barat dan mendapat
predikat madya tingkat nasionalserta dianggap sebagai kota yang telah siap menghadapi era
ekonomi digital. Selain itu pada tahun 2013, kota Bogor juga memperoleh penghargaan IDSA
(Indonesia Digital Society Award) sebagai Silver Champion untuk kategori Community dan
tahun 2014 Bogor berhasil meraih juara runner-up satu dalam penghargaan IDSA 2014 untuk
kategori Pemerintah kota. Oleh karena itu dalam penelitian ini kota Bogor dapat dijadikan
rujukan bagi lembaga pemerintah lain dalam proses implementasie-Government.
Walaupun implementasi e-Government telah berjalan sejak kehadiran regulasi pemerintah
tahun 2003, namun dapat dikatakan bahwa Jurnal Sistem Informasi, Volume 5, Nomor 3,
Maret 2015, 229-236 232 implementasi e-Government berjalan lambat. Beberapa daerah
menunjukkan inisiatif dan kinerja pengembangan e-Government yang cukup baik, namun
beberapa daerah lain baru memahami penerapan e-Government hanyalah sebatas membangun
website. . Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan hasil penelitian penulis sebelumnya
yang telah berhasil mengidentifikasi 54 faktor sukses (CSF) terkait implementasi e-
Government yang dapat disajikan pada tabel 1 di bawah (Napitupulu, 2014). Keseluruhan
faktor sukses tersebut menjadi variabel dalam penelitian ini untuk menentukan fokus
penelitian bagi peneliti dalam mengumpulkan data khususnya terkait faktor sukses
implementasi e-Government di Pemkot Bogor.
Faktor Sukses
1 Melibatkan Pengguna dan Stakeholder
2 Perencanaan yang baik
3 Menggunakan Portal/Aplikasi
4 Pelatihan
5 Usabilitas Sistem yang baik
6 Kampanye mengenai kegunaan dan kelebihan sistem
7 Membuat Prototipe
8 Skill dan Kepakaran anggota tim yang baik
9 Kepemimpinan yang kuat
10 Koordinasi yang baik diantara orangorang yang terlibat di dalam proyek

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Mendefinisikan CSF khususnya pada implementasi e-Government akan membantu
organisasi dalam menghindari kegagalan proyek e-Government
2. Kota Bogor merupakan daerah yang dianggap berhasil menerapkan e-Government melalui
berbagai terobosan dan inovasi dan telah meraih berbagai penghargaan dari Warta Ekonomi,
ICT Pura, IDSA, dll. Oleh karena itu kota Bogor layak dijadikan rujukan bagi institusi
pemerintah lain dalam proses penerapan e-Government
3. Terdapat 50 faktor sukses (CSF) final yang dapat diakomodasi oleh pemerintah dan pihak
terkait agar implementasi e-Government terhindar dari kegagalan.

EVALUASI FAKTOR KEGAGALAN SISTEM INFORMASI PADA KESIAPAN


PENERAPAN E-GOVERNMENT: STUDI LITERATUR
Abstrak
Penerapan sistem informasi pada jajaran pemerintah dan lembaga dibawahnya diharapkan
dapat menjadi kunci suskses Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE). Namun
demikian, banyak institusi pemerintah yang menemui kegagalan dalam menerapkan sistem
informasi. Oleh karena hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian untuk menganalisis
kegagalan sistem informasi pada studi-studi yang sudah ada. Penelitian ini adalah studi
literatur dari 36 jurnal dan artikel internasional mengenai faktor penyebab kegagalan sistem
informasi di jajaran pemerintah dengan tujuan menghasilkan dimensi kegagalan, indikator,
serta model evaluasi sistem informasi. Dari analisis yang dilakukan, dihasilkan 5 dimensi
kegagalan sistem informasi yaitu Organisasi, SDM, Teknologi, Layanan dan Proses dimana
masing-masing dimensi tersebut memiliki indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
kegagalan sistem informasi. Penelitian ini juga merumuskan 8 model evaluasi sistem
informasi sesuai dengan literatur yang dikaji yaitu TAM, TRA dan UTAUT yang termasuk
dalam fokus penggunaan; HOT-Fit dan ITPOSMO yang termasuk dalam fokus kemanfaatan
serta EUCS dan EIM yang termasuk dalam fokus kepuasan pengguna.
Kata kunci: e-government, evaluasi, kegagalan, sistem informasi, model evaluasi
Model evaluasi sistem informasi
Fokus Penggunaan
Pada fokus evaluasi penggunaan, kegagalan atau kesuksesan suatu sistem informasi
diukur dari beberapa variabel yang berpengaruh pada penggunaan sistem. Dengan variabel-
variabel tersebut, maka model evaluasi sistem informasi dengan fokus penggunaan cocok
digunakan untuk melakukan evaluasi dimana faktor-faktor selain SDM tidak mempengaruhi
kesuksesan/kegagalan serta digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masingmasing
variabel pada model evaluasi terhadap keberhasilan suatu sistem informasi dari perspektif
pengguna. Model evaluasi dengan fokus penggunaan cocok digunakan untuk melakukan
evaluasi sistem informasi untuk mengetahui tingkat penerimaan pengguna terhadap sistem
informasi yang baru. Dalam implementasi e-government, evaluasi ini dapat digunakan untuk
mengukur penerimaan masyarakat terhadap layanan publik berbasis digital baik layanan
informasi publik, website Pemerintah, layanan administrasi, perizinan dan layanan-layanan
lainya. Yang termasuk model evaluasi pada fokus penggunaan antara lain TRA, TAM dan
UTAUT.
Fokus Kepuasan
Pengguna Model evaluasi yang berfokus pada kepuasan pengguna memiliki
keyakinan bahwa berhasil atau tidaknya suatu sistem informasi dinilai dari puas atau tidaknya
pengguna terhadap sistem tersebut. Berbeda dari model evaluasi yang berfokus pada
penerimaan pengguna, model evaluasi yang termasuk dalam fokus ini lebih menitikberatkan
pada kepuasan pengguna terhadap sistem informasi yang telah digunakan selama periode
tertentu. Pengukuran kepuasan pengguna dimaksudkan untuk melakukan evaluasi terhadap
sistem informasi yang sudah ada dalam rangka peningkatan, perbaikan, maupun penghentian
sistem informasi. Model-model evaluasi ini dapat digunakan dalam implementasi
egovernment dalam melakukan pengukuran capaian kinerja yang berhubungan dengan
layanan publik berbasis digital. Model evaluasi yang termasuk kedalam fokus kepuasan
pengguna adalah EUCS dan EIM.
Fokus Kemanfaatan
Fokus evaluasi yang ketiga adalah kemanfaatan. Pada fokus ini, model-model
evaluasi digunakan untuk mengukur hampir semua aspek atau faktor mulai dari
organisasional, SDM, teknologi, proses dan banyak lagi sesuai dengan kerangka kerja
masing-masing model. Model-model yang tergolong fokus kemanfaatan memiliki
karakteristik tersendiri yaitu sistem informasi tersebut dibangun maupun diadakan khusus
untuk organisasi tertentu dan untuk kegiatan atau proses bisnis spesifik yang antara satu
organisasi dengan organisasi lainya memiliki ciri khas atau perbedaan. Model evaluasi ini
sangat cocok digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan sistem informasi yang
menyediakan layanan internal Government to Government (G2G) yang diadakan secara
khusus dalam implementasi e-government dimana aspek yang diukur lebih kompleks dan
komperhensif. Model evaluasi yang termasuk dalam fokus kemanfaatan antara lain adalah
ISSM, HOT-Fit dan ITPOSMO.
KESIMPULAN
Pemerintah baik pusat maupun daerah serta lembaga-lembaga dibawahnya telah
mengalokasikan anggaran yang besar tiap tahun anggaran untuk sistem informasi baik dalam
pengadaanya maupun operasionalnya sebagai upaya penerapan egovernment. Namun
demikian upaya tersebut diatas seringkali menemui kegagalan. Untuk meminimalisir
kegagalan-kegagalan tersebut maka perlu dilakukan analisis kegagalan sistem informasi di
sektor pemerintah beserta jajaranya guna megurangi resiko kegagalan sistem informasi
dimasa yang akan datang. Dari studi literatur yang dilakukan terhadap 36 jurnal dan artikel,
maka dapat disarikan faktor-faktor penyebab kegagalan kedalam 5 dimensi, 20 indikator, 8
model evaluasi sistem informasi serta 3 fokus evaluasi. Dimensi tersebut antara lain adalah
organisasi (dengan indikator dukungan & komitmen pimpinan; hukum, politik & regulasi;
keuangan; strategi & manajemen resiko), SDM (dengan indikator sosial & budaya; motivasi;
kompetensi TIK; pendidikan & pelatihan), teknologi (dengan indikator pusat data;
konektifitas; sarana & prasarana pengguna; keamanan & privasi), layanan (dengan indikator
komunikasi; kualitas & dukungan layanan; data & informasi), serta proses (dengan indikator
perencanaan; kompleksitas; kebutuhan pengguna & BPR; interoperabilitas & integrasi,
manajemen proyek). Adapun model evaluasi yang berhasil diekstraksi adalah TAM, TRA
dan UTAUT yang termasuk dalam fokus penggunaan; HOT-Fit dan ITPOSMO yang
termasuk dalam fokus kemanfaatan serta EUCS dan EIM yang termasuk dalam fokus
kepuasan pengguna.

MODEL INTEROPERABILITAS ANTAR APLIKASI E-GOVERNMENT


Abstrak
Interoperabilitas antar aplikasi sistem informasi menjadi tuntutan mendesak dalam
pengembangan e-Gov di Indonesia saat ini. Hal ini disebabkan oleh adanya kebutuhan
data multisektoral yang semakin meningkat dalam rangka pengambilan kebijakan untuk
mengatasi problem yang melibatkan data dari antar sektor terkait. Sementara kondisi
aplikasi di lingkungan pemerintah saat ini, umumnya masih bersifat sektoral, terpisah-
pisah, tidak dapat saling berkomunikasi, dan heterogen. Interoperabilitas antar aplikasi e-Gov
menjadi hal penting yang perlu segera dicari solusinya agar problem pengembangan e-Gov di
Indonesia tidak berlarut-larut. Makalah ini merupakan hasil review pustaka yang
mengungkap perkembangan e-Gov di Indonesia, problem interoperabilitas yang
dihadapi, dan bagaimana model interoperabilitas antar aplikasi e-Gov dapat dibangun
dengan mengimplementasikan model web services.
Kata-kata kunci : e-Government, interoperabilitas, model, web services.

Dalam Kerangka Fungsional Sistem Kepemerintahan, aplikasi e-Gov disusun dan


dikelompokan berdasarkan fungsi dan layanannya menjadi sebuah sistem kerangka
arsitektur yang disebut Peta Solusi Aplikasi e-Gov. Aplikasi diklasifikasikan
dengan pendekatan matrik orientasi fungsi layanan dan sifat fungsi aplikasi yang
meliputi: 1) aplikasi layanan ke pengguna (front office), 2) aplikasi untuk pekerjaan
administrasi kepemerintahan dan fungsi-fungsi kedinasan/kelembagaan (back
office), dan 3) kelompok aplikasi yang bersifat mendasar/umum (back office). Masing-
masing kelompok aplikasi tersebut, dibagi ke dalam tiga sub kelompok
berdasarkan orientasi pengguna yang dilayaninya, yaitu: 1) aplikasi pada
Government to Citizen (G2C), 2) Government to Business (G2B), dan
Government to Government (G2G). Sedangkan standar kebutuhan untuk
mengembangkan sebuah aplikasi e-Govadalah: 1) reliable, 2) interoperable, 3) scalable,
4) user friendly, serta 5) integrateable [Direktorat e-Gov, 2004].Mengacu pada
konsep-konsep interoperabilitas menggunakan web services, maka aplikasi-
aplikasi yang akan dikomunikasikan dapat dipetakan berdasarkan fungsi dan perannya
dalam proses pertukaran data. Pertukaran data ini akan melibatkan tiga entitas, yaitu: 1).
Provider entity sebagai penyedia sumber daya data dan informasi, 2). requester entity
sebagai pengakses sumber daya informasi. 3). Agent/broker yang akan bertugas
mengelola dan menyediakan fasilitas untuk registerasi, publikasi, dan penemuan
sumber daya informasi. Agent/broker dapat disediakan oleh provider atau
pihak lain yang memiliki fasilitas layanan publik yang sudah tersosialisasi dan
diketahui oleh publik. Dengan mengacu pada model yang dikembangkan oleh
Sukyadi [2009], pemetaan web services yang akan menggambarkan model
interoperabilitas pada proses pengambilan data dari dua aplikasi e-Gov, yaitu e-Gov1
ke e-Gov2ditunjukkan pada Gambar 1. Dalam Gambar 1, mekanisme akses data dari
e-Gov1 ke e-Gov2 dilakukan melalui fungsi web services yang dipublikasikan, jadi tidak
langsung mengakses ke database dalam aplikasi yang diakses, sehingga proses
pertukaran data aman dilakukan.

KESIMPULAN
Pemodelan interoperabilitas antar aplikasi e-Gov yang berbeda dapat dikembangkan
melalui cara pemanfaatan teknologi web services. Pemanfaatan teknologi web services
dalam pertukaran data antar dua aplikasi e-Gov mampu menunjukkan prinsip
interoperabilitas
E-GOVERNMENT SEBAGAI LAYANAN KOMUNIKASI PEMERINTAH KOTA
SURABAYA
Abstrak
Fenomena pergeseran media komunikasi kearah IoT (Internet of Things) sebagai salah satu
model komunikasi saat ini harus disikapi positif oleh pemerintah daerah untuk bisa berinovasi
untuk meningkatkan performance organisation management and public service improvement.
e-government adalah sebuah bentuk media komunikasi, dimana media didefinisikan sebagai
“The Extension of Man” (media itu perluasan manusia). Dengan menggunakan metode
deskriptif analisis dan studi literature dengan focus penelitian pada Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Surabaya selaku pemegang amanat untuk mengelola informasi dan
dokumentasi teknologi informasi di lingkungan pemerintahan Kota Surabaya sesuai dengan
keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/24/436.1.2/2015. menghasilkan tingkat
kematangan e-government di Kota Surabaya telah memenuhi pemeringkatan pada level 4.
Sehingga sudut pandang ilmu komunikasi mengatakan, tingkat kematangan layanan
egovernemen sebagai media komunikasi government to government, government to citizen,
government to business. dimana media adalah “The Extension of Man”, Dengan tujuan
kemudahan dalam melakukan komunikasi maka layanan e-government diharapkan dapat
menjadi media komunikasi untuk mempercepat pertukaran informasi, menyediakan sarana
layanan dan kegiatan transaksi dengan warga masyarakat (G2C), kepada pelaku bisnis (G2B),
dan tentunya dengan pihak pemerintah sendiri (G2G) Kata-kata kunci: e-government, media
komunikasi, kematangan e-government Kota Surabaya

Kota Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah menerapkan electronic
government di dalam menjalankan urusan pemerintahanya (Ayu Sinta Dewi & Mudjahidin,
2013) dimana hasil dari penerapan teknologi electronic government dapa membantu
meningkatkan performa kinerja pemerintah kota dalam hubungan komunikasi internal
maupun hubungan komunikasi eksternal. Beberapa layanan teknologi komunikasi dilayankan
kepada masyarkat untuk memudahkan melakukan komunikasi baik komunikasi struktural
internal, komunikasi antar instansi (G2G), komunikasi kepada masyarkat (G2C), dan
komunikasi kepada pelaku bisnis (G2B). Surabaya Singgle Window adalah brand teknologi
komunikasi yang dilayankan kepada masyarkat sebagai media komunikasi langsung antara
Pemerintah Surabaya, dengan masyarkat dan stakeholder. Namun seberapa jauh penggunaan
teknologi informasi didunia pemerintahan Indonesia berdampak pada kemudahan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dari latar belakang diatas disusunlah sebuah
identifikasi masalah dimana penulis melihat akibat dari kurangnya kesiapan pemerintah
dalam menyambut hadirnya era konvergensi teknologi menjadikan tidak terpenuhinya
ekspektasi masyarkat dalam hal kemudahan layanan, dimana konvergensi teknologi kini
sudah berkembang pesat di tengah-tengah masyarkat Indonesia khususnya masyarkat
perkotaan.
Adanya problem komunikasi antara stake holder pada suatu daerah menjadikan pertumbuhan
ekonomi menjadi terhambat, hal ini dikuatkan dengan hasil survei yang dilakukan Bank
Dunia yang dikutip dari Journal of Research in Economics and Management(Jurnal Riset
Ekonomi dan Manajemen) yang ditulis oleh: Matdio Siahaan juga menunjukkan adanya
korelasi yang kuat antara tingkat kemudahan menjalankan bisnis dan tingkat daya saing
ekonomi. Upaya-upaya berkelanjutan dalam menciptakan efektif dan efisiensi birokrasi
seyogyanya menjadi upaya bersama untuk diwujudkan percepatannya. Kementerian/ lembaga
yang terkait dengan pelayanan publik harus menjadi aktor-aktor utama perubahan
kelembagaan yang lebih baik yang diikuti dengan kesamaan dalam menerjemahkan visi
sampai dengan level birokrasi di pemerintah daerah.
Data penelitan yang didapatkan berupa data kematangan SKPD aspek input per Dimensi
PeGI (Pemeringkatan eGovernment Indonesia), dengan indikator penilaian kematangan
SKPD aspek proses per Dimensi PeGI, COBIT dan satu lagi data kematangan aspek output.
Ada beberapa model pengukuran yang biasa digunakan untuk menghitung tingkat
kematangan e-government di Indonesia.
Indicator kematangan PeGI (Pemeringkatan e-Government Indonesia)
Indikator kematangan COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
Aspek Output
Kesimpulan
Hasil penelitian menyebutkan tingkat kematangan layanan e-government pada Pemerintah
Kota Surabaya telah mencapai level tertinggi dalam sebuah ukuran dimensi PeGI
(Pengukuran electronic Government Indonesia) sebagai layanan atau media komunikasi
antara Pemerintah dengan Pemerintah, Pemerintah dengan Masyarkat, Pemerintah dengan
pelaku bisnis. Tingginya penilaian yang dihasilkan atas pengukuran kematangan layanan e-
government menunjukkan bahwa tingkat kesiapan egovernment kota Surabaya sebagai
layanan komunikasi antara G2G, G2C, G2B telah tercapai.

KUNCI KEBERHASILAN INOVASI E- GOVERNMENT PEMERINTAH DAERAH


Abstrak
E –government merupakan sebuah bentuk reformasi birokrasi yang tidak hanya
menekankan, baik pada perubahan penggunaan teknologi, tetapi juga perubahan sistem
pemerintahan dalam pelibatan masyarakat untuk pengambilan keputusan. Faktor - faktor
penentu keberhasilan inovasi e - Government adalah sumber daya manusia, leadership dan
partisipasi masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sebuah strategi inovasi dari
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pengembangan e- government melalui
kolaborasi dan e-literacy. Kolaborasi merupakan suatu proses tindakan kerjasama antara satu
instansi pemerintah dengan pemerintahan lainnya guna memecahkan masalah secara
bersama -sama. Sedangkan e – literacy merupakan suatu kemampuan sumber daya manusia
untuk memahami suatu media dalam proses pembelajaran . Metode yang digunakan
adalah studi pustaka, baikmenggunakan jurnal penelitian terdahulu, buku maupun web
literature yang berkaitan dengan inovasi e-government Pemerintah Daerah.
Tahapan strategi inovasi E – Government dapat dijelaskan melalui pengembangan dari
analisa SWOT terhadap faktor - faktor internal ,yaitu kekuatan dan kelemahan dan faktor
eksternal,yaitu peluang dan ancaman sehingga menghasilkan strategi SO, strategi ST,
startegi WO, dan strategi WT. Tahapan inovasi dapat dilakukan melalui dua proses yaitu
kolaborasi dan inovasi. Proses kolaborasi dilakukan untuk mengatasi masalah anggaran
dan penguatan antar instansi terkait dalam pengembangan inovasi e-government.
Proses e-literacy dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan pengembangan
sumber daya manusia dengan cara sosialisasi kepada masyarakat, training of trainers, dan
studi banding.

Beberapa faktor yang menjadi kendala dalam penerepan e-Government terutama pada
pemerintah daerah diantaranya adalah masih lemahnya sistem perencanaan dan keuangan,
rendahnya kualitas sumber daya manusia, rendahnya budaya kerja organisasi,
kurangnya sarana dan prasarana, lemahnya koordinasi dan kebijakan yang belum memadai.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia bisa disebabkan oleh faktor lemahnya
kepemimpinan yang meliputi latar belakang pendidikan, pemecahan masalah dan pola
hubungan/networking Selain itu, kualitas sumber daya manusia ini sangat berpengaruh
terhadap tumbuhnya inovasi,baik dari segi jumlah maupun jenis inovasi itu sendiri,terutama
kemampuan pimpinan dalam mengorganisir lingkungan kerjanya untuk lebih inovatif
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang menjadi hambatan dalam
pengembangan e-Government adalah sumber daya manusia Melihat kondisi penerapan e-
government dan kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah, pemerintah telah
membuat kebijakan dalam pengembangan e-Government melalui PP Nomor 38 Tahun
2017 tentang Inovasi Daerah.Pelaksanaan inovasi daerah dan mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi dalam pengembangan e-Government dapat dilakukan melalui dua cara,yaitu
kolaborasi dan peningkatan e-Literacy Kolaborasi dapat dilakukan melalui government-to-
government (G2G) collaboration atau public private 66 Jurnal Borneo Administrator, Vol. 16
No. 1, 61-80,April 2020 Partnership untuk mengatasi masalah finansial dan sarana/prasarana.
Sedangkan rendahnya e-Literacy dapat ditingkatkan dengan cara pelatihan dan
pendidikan(Jahidi & Budiati, 2019: 546).Penerapan government-to-government (G2G)
collaboration dapat diterapkan dengan melakukan studi banding dengan mengadopsi
penerapan e-Government pada pemerintah lain yang lebih dahulu berhasil dalam penerapan
e-government
untuk menjawab tantangan dan hambatan dari pengembangan inovasi implementasi e-
Government pada pemerintah daerah, perlu adanya suatu inovasi perubahan yang
dilakukan. Cara yang dilakukan adalah dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan
masyarakat/swasta. Dalam hal peningkatan partisipasi masyarakat, perlu adanya inovasi
dalam bentuk e-Literacy melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat memberikan
informasi secara bebas, luas, dan merata. E-Literacy juga memberikan peluang terhadap
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan pemerintah daerah
Kesimpulan
Hasil analisa menunjukkan bahwa masih rendahnya pelaksanaan inovasi daerah
mempengaruhi rendahnya pelaksanaan e-government pada pemerintah daerah. Strategi yang
dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengembangkan inovasi e-
Government dapat melalui kolaborasi dan e-literacy. Kolaborasi dapat dilakukan dengan
pihak ketiga/swasta untuk mengatasi masalah finansial. Selain itu, kolaborasi yang
dilakukan antarinstansi bertujuan untuk penguatan intansi terkait dalam pengembangan e-
government. Proses kolaborasi dengan pemerintah daerah yang lebih dahulu berkembang
dalam inovasi e-Government dapat dilakukan melalui proses studi banding. Kegiatan e-
literacy dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan
dengan cara melakukan sosialisasi dengan memperhatikan kondisi kekhasan/kearifan lokal
sehingga sosialisasi bisa dilakukan melalui budaya (ketua adat), agama (pemuka
agama),dan unsur Pemerintahan terendah (RT). Peningkatan e-Literacy pada SDM
Pemerintah dapat dilakukan melalui kegiatan training of trainers

PERANCANAN SISTEM INFORMASI E-DOCUMENT SEBAGAI IMPLEMENTASI


E-GOVERNMENT
Abstrak
Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling Polda Lampung yang berada di jalan Untung suropati
No.1 Kelurahan Beringin Raya Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung merupakan isntitusi
yang bergerak dalam bidang pemerintahan unsur pelaksanaan polda lampung yang berada
dibawah Kapolda Lampung yang bertugas melaksanakan pendidikan utamanya Bintara Polri
serta pendidikan dan pelatihan sesuai program atau kebijakan pimpinan Polda Lampung.
Metode pengembangan sistem menggunakan metode Extreme Programming, perancangan
sistem menggunakan perancangan sistem UmL dan metode pengujiaanya yaitu menggunakan
metode black box testing. Agar penelitian ini tidak bersifat subjectif maka penulis juga
menggunakan metode penelitian berupa pengamatan, wawancara, dokumentasi dalam
pengelolaan e-document. Adapun tujuannya yaitu membuat sistem infromasi edocument
berbasis web dan untuk membantu mempermudah dalam mencatat penyimpanan data pada
SPN Kemiling Polda Lampung. Sistem informasi berbasis web yang dapat digunakan bagi
admin SPN Kemiling Polda Lampung diperlukan sebuah pengembangan sistem dengan
menggunakan metode pengembangan Extreme Programming (XP) dimulai dari Planning,
desain, coding, dan testing. Analisis yang digunakan adalah Analisis Pieces, Analisis
Kebutuhan Sistem, Analisis Kelayakan, Analisis Aktor, Analisis Usecase. Dari tahapan
pengembangan ini dibuatlah rancangan desain sistem menggunakan UML yaitu dengan
model perancangan usecase diagram dan squence diagram. Implementasi di sistem ini
menggunakan PHP (Sublime text) dan MySQL. Hasil pengujian yang dilakukan
menggunakan metode pengujian black box, yaitu dengan cara melakukan pengujian
berdasarkan alur kerja program. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan angka 100% yang
dimana pada tabel kriteria skor responden menunjukan bahwa sistem yang sudah dibuat layak
untuk di implementasikan. Kata Kunci: E-Document, E-Goverment, Agile Development,
UML

Perancangan aplikasi yang perlu di perhatikan salah satunya adalah antar muka (Interface).
Karena antarmuka yang kita buat sangat mempengaruhi terhadap kemudahan pengguna
dalam menggunakan aplikasi yang diterapkan. Dalam pembuatan aplikasi ini perancangan
interface-nya dibuat sesederhana mungkinn sehingga pengguna sistem ini dapat memahami
dan mengoperasikan dengan mudah. Berikut adalah implementasi rancangan antarmuka
(interface) yanmg dibuat
Kesimpulan
Bedasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut
untuk menghasilkan sebuah sistem informasi berbasis web yang dapat digunakan bagi admin
SPN Kemiling Polda Lampung diperlukan sebuah pengembangan sistem dengan
menggunakan metode pengembangan Extreme Programming (XP) dimulai dari
Planning,desain,coding, dan testing. Analisis yang digunakan adalah Analisis Pieces, Analisis
Kebutuhan Sistem, Analisis Kelayakan, Analisis Aktor, Analisis Usecase. Dari tahapan
pengembangan ini dibuatlah rancangan desain sistem menggunakan UML yaitu dengan
model perancangan usecase diagram dan squence diagram . Implementasi di sistem ini
menggunakan PHP (Sublime text) dan MySQL. Hasil pengujian yang dilakukan
menggunakan metode pengujian black box, yaitu dengan cara melakukan pengujian
berdasarkan alur kerja program. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan angka 100% yang
dimana pada tabel kriteria skor responden menunjukan bahwa sistem yang sudah dibuat layak
untuk di implementasikan.

ANALISA KUALITAS LAYANAN E-GOVERNMENT DENGAN PENDEKATAN E-


GOVQUAL & IPA
Abstrak
Sejak adanya Inpres No.3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi pengembangan e-
Government, Pemerintah dituntut harus mampu memanfaatkan kemajuan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) melalui pengembangan e-Government. Jika ditilik kondisi
pemanfaatan e-Government di tingkat nasional, memang sudah banyak daerah yang memiliki
inisiatif mengimplementasikan e-government, namun tidak dipungkiri disparitas juga terjadi
antar daerah atau lembaga di Indonesia dengan berbagai alasan, seperti faktor manajemen,
infrastruktur, dan sumber daya manusia yang berbeda-beda. E-Government yang
dikembangkan hanya mengindikasikan sekedar pemenuhan terhadap kebijakan tanpa disertai
kualitas. Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana pengembangan e-Government di
Indonesia khususnya kualitas layanan publik melalui website. Metode penelitian yang
digunakan adalah survei berbasis kuesioner dengan pendekatan e-Govqual. Hasil survey
dianalisis dengan metode IPA untuk melihat gap antara harapan dan kinerja layanan yang
diberikan. Hasil dari penelitian diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam
mengetahui kualitas layanan dari sistem e-Government yang telah diimplementasikan
berdasarkan perspektif pengguna. Selain itu juga dapat diberikan rekomendasi terkait kualitas
layanan apa yang harus ditingkatkan dan yang dipertahankan oleh pemerintah daerah .
Kata Kunci : Kualitas, Layanan, e-Government, e-GovQual, IPA

Pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi atau analisa terhadap kualitas layanan publik di
Pemkot X dengan menggunakan pendekatan e-GovQual. Instrumen e-GovQual
dikembangkan untuk mengukur kualitas layanan yang diberikan pemerintah melalui website
berdasarkan perspektif publik. Dengan kata lain, penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana
tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di Pemkot XYZ dan bagaimana
tingkat kesesuaian antara kinerja layanan Pemkot XYZ dengan harapan atau tingkat
kepentingan masyarakat pengguna layanan khususnya di Pemkot XYZ. Untuk menjawab
permasalahan tersebut yakni tingkat kesesuaian antara harapan dan kinerja layanan,
digunakan Importance-Performance Analysis (IPA) sekaligus juga dapat diketahui indikator-
indikator kualitas yang belum baik dan perlu mendapatkan prioritas untuk ditingkatkan.
Model kombinasi e-GovQual dan IPA ini belum banyak digunakan oleh karena itu kontribusi
penelitian ini adalah penerapan model e-GovQual dan IPA pada pengukuran kualitas layanan
e-Government di Pemkot XYZ.
Implikasinya adalah atribut kualitas layanan yang diusulkan akan berbeda pula. Oleh karena
itu model e-GovQual diusulkan untuk menjawab dan menganalisa atribut kualitas layanan
yang sesuai untuk e-Government atau fokus pada e-Government quality. Dari hasil penelitian
tersebut dihasilkan 33 buah atribut kualitas layanan e-Government yang terbagi ke dalam
enam dimensi yaitu
Ease of Use (kemudahan penggunaan)
Trust (kepercayaan)
Functionality of the Interaction Environment (fungsional dari interaksi lingkungan)
Reability (keandalan)
Content and Appearance of Information (isi dan tampilan informasi)
Citizen Support (pendukung)

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait analisa kualitas layanan publik di
Pemkot X dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu Kualitas layanan publik Pemkot X
dievaluasi dengan pendekatan e-GovQual terdiri dari 4 dimensi yakni efisiensi (efficiency),
kepercayaan (trust), kehandalan (reliability) dan dukungan kepada publik (citizen support)
dengan total 21 variabel pengukuran yang valid dan reliabel. Analisis gap antara kinerja
layanan dan harapan publik menunjukkan secara umum kinerja layanan masih di bawah
harapan publik artinya publik belum merasa puas terhadap kualitas layanan yang disediakan
Pemkot X.Dari hasil analisis IPA diperoleh bahwa terdapat 4 (empat) buah faktor layanan e-
Government yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan. Faktor-faktor tersebut
kebanyakan terkait dengan faktor non-teknologi yaitu pegawai tanggap terhadap masalah
pengguna, pegawai mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menjawab pertanyaan
publik, pegawai punya kemampuan untuk menyampaikan layanan dengan kepercayaan dan
keyakinan serta informasi tentang layanan yang memadai. Saran penelitian lanjutan yang
dapat dilakukan adalah menganalisa apakah keseluruhan faktor-faktor yang diukur
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas layanan eGovernment.
PENGARUH KUALITAS E-GOVERNMENT TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA
E-FILING: STUDI KASUS WAJIB PAJAK DI SURAKARTA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh kualitas sistem, kualitas
informasi, dan kualitas layanan terhadap kepuasan pengguna E-filing di Surakarta. Populasi
dan sampel dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta tahun 2019. Teknik pengambilan data penelitian ini
menggunakan teknik incidental sampling, dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus
slovin dengan sampel penelitian sebanyak 100 responden. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala likert. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil analisis yang dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif kualitas sistem dan kualitas
layanan terhadap kepuasan pengguna E-filing. Sedangkan kualitas informasi tidak
bepengaruh terhadap kepuasan pengguna E-filing
Kata Kunci: Kualitas Sistem, Informasi, Layanan, Kepuasan Pengguna

Kualitas Sistem Berpengaruh Positif Terhadap Kepuasan Pengguna E-Filing (H1) Hasil
analisis yang tersaji pada Tabel 12 menjelaskan bahwa kualitas sistem berpengaruh positif
terhadap kepuasan pengguna E-filing. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Ginting & Marlina, (2017), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas
sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna E-filing. Semakin tinggi kualitas
sistem E-filing maka dapat meningkatkan kepuasan penggunanya, yaitu wajib pajak. Kualitas
sistem E-filing yang tinggi dapat mempermudah dan memperlancar dalam pelaporan SPT, hal
tersebut dapat membantu wajib pajak dalam memenuhi kewajibanya dalam melaporkan SPT
secara efisien dan efektif. Semakin tinggi kualitas sistem membuat kepuasan pengguna atau
wajib pajak menjadi meningkat Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hanadia (2017) yang menjelaskan bahwa kualitas sistem tidak berpengaruh
terhadap kepuasan pengguna.

SIMPULAN
Uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa pertanyan yang diajukan dalam kuesioner
untuk mengukur varibel-variabel dinyatakan valid dan reliabel. Analisis korelasi
menunjukkan variabel kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas layanan berkorelasi
positif dengan kepuasan pengguna E-filing. Jika dilihat dari signifikansinya hanya variabel
kualitas sistem dan kualitas layanan yang signifikan. Dari hasil pengujian hipotesis 1
menyatakan bahwa kualitas sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna E-filing.
Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ginting & Marlina,
(2017). Hasil uji hipotesisi 2 menyatakan kualitas informasi tidak berpengaruh terhadap
kepuasan pengguna E-filing. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Adhikari & Ram (2017). Dari hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan
kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna E-filing.Hasil ini
mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Veeramootoo et al (2018). Hasil
koefisiensi determinasi menunjukkan bahwa besaran persentase sumbangan dari variabel
independen terhadap kepuasan pengguna Efilingsebesar 48.5% dan sisanya 51,5%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Penelitian ini
mengindikasikan bahwa pertama Pemerintah Indonesia sedang berupaya dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengedepankan efektifitas, efisiensi dan
transparansi melalui E-Government, yang kedua E-filing merupakan salah satu produk sistem
E-Government yang dibuat oleh Direktorat Djendral Pajak guna meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dalam pelaporan SPT, yang ketiga Kualitas sistem dan kualitas layanan berpengaruh
positif terhadap kepuasan pengguna E-filing, dan yang terakhir Kualitas informasi tidak
berpengaruh terhadap kepuasan pengguna E-filing, E-filing diperuntukkan untuk pelaporan
SPT sehingga dalam situs / website E-fling tidak memuat informasi yang up to date mengenai
peraturan dan kebijakan perpajakan. Informasi yang termuat dalam situs E-filing berupa data
wajib pajak, panduan singkat dalam pengisian formulir elektronik dan laporan atas SPT yang
sudah berhasil dilaporkan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WARGA DAN PEMERINTAH DALAM


ADOPSI E-GOVERNMENT: SEBUAH ULASAN SISTEMATIS
Abstrak
Penelitian ini berfokus pada faktor yang mempengaruhi adopsi e-Government dilihat dari
perspektif warga dan penerintahan. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya studi literature
yang menjelaskan bahwa e-Government menjadi popular dikarenakan adanya manfaat yang
signifikan kepada pemerintah, warga dan masyarakat. Studi literatur yang ada saat ini hanya
menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi adopsi e-Government dari sisi warga,
tetapi belum ada yang membahas mengenai faktor yang mempengaruhi adopsi e-Government
dari dua perspektif yaitu warga dan pemerintahan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengisi
celah yang ada di studi literatur yaitu literatur mengenai adopsi e-Government, dengan fokus
khusus pada faktor yang mempengaruhi adopsi eGovernment dari perspektif warga dan
pemerintahan. Dalam mencapai tujuan, digunakan metode studi literatur. Studi literatur yang
digunakan dalam jurnal ini berasal dari berbagai jurnal yang membahas mengenai faktor
adopsi dari sisi warga maupun pemerintah. Hasil dari jurnal ini berupa ulasan mengenai
faktor yang mempengaruhi adopsi e-Government dari persepktif warga dan pemerintahan,
perbedaan dari faktor beserta dampaknya.
Kata kunci: faktor adopsi, e-government, pemerintahan, warga

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan mengenai faktor yang mempengaruhi
adopsi E-Government dari sisi warga dan pemerintahan. Faktor Adopsi e-Government dari
sisi Warga Adopsi dapat didefinisikan sebagai proses keputusan individu dalam menerima
atau menolak atas sebuah inovasi yang diperkenalkan. Adopsi warga dalam e-Government
merujuk pada tindakan penggunaan e-Government secara berkelanjutan. Berdasarkan ulasan
yang telah dilakukan dari berbagai jurnal yang membahas mengenai faktor adopsi e-
Government, ditemui adanya beberapa faktor yang mempengaruhi adopsi e-Government
diantaranya:
1. Perceive ease of use (Persepsi Kemudahan)
2. Compatibility (Kesesuaian)
3. Trustworthiness (Kepercayaan)
4. Facilitating Conditions (Kondisi fasilitas)
5. Performance Expectancy (Harapan terhadap kinerja)
Faktor Adopsi e-Government dari sisi Pemerintah Berdasarkan ulasan yang telah dilakukan
dari berbagai jurnal yang membahas mengenai faktor adopsi e-Government, ditemui adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi eGovernment dari sisi pemerintahan,
yaitu:
1. Perceived organizational preparedness (Kesiapan organisasi)
2. Regional and population characteristics (Karakteristik wilayah dan populasi)
3. Government Capacities (Kapasitas pemerintah)
4. Environmental characteristics (Karakteristik lingkungan)

Faktor adopsi dari sisi pemerintah memiliki beberapa kesamaan dengan teori difusi
inovasi Rogers (Rogers, 2003) diantaranya: 1. Faktor managerial characteristics
berhubungan dengan strategi difusi, Rogers menjelaskan mengenai strategi dalam
menyebarkan sebuah inovasi, dimana harus memperhatikan objek, menetapkan tujuan
dan cara mengukurnya, mengetahui keunikan dari audien serta menyampaikan pesan.
2. Faktor environmental characteristics berhubungan dengan kedekatan pemerintah
lain, Rogers menjelaskan bahwa homophily adalah kondisi dimana individu-individu
berkomunikasi mengenai hal yang serupa. Sedangkan heterophily adalah kondisi
dimana individuindividu berkomunikasi mengenai hal yang berbeda. Jaringan difusi
antar individu pada umumnya adalah homophilous. 3. Faktor regional and population
characteristic berhubungan dengan sosioekonomi dari populasi seperti situasi
demografis, distribusi pendapatan, dan Pendidikan, Rogers menjelaskan bahwa
sosioekonomi dari individu akan mempengaruhi sejauh mana individu lebih awal
dalam mengadopsi inovasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan review jurnal yang telah dilakukan, didapatkan simpulan dan serta saran
penelitian lanjutan yang akan dipaparkan pada bagian ini.
1. Dalam mengembangkan dan menerapkan eGovernment, pemerintah harus
memperhatikan beberapa faktor agar pemerintah sebagai penyedia dan warga sebagai
pengguna dapat mengimplementasikan e-Government diantaranya pemerintah
mengemas layanan eGovernment agar mudah digunakan, memberikan nilai,
keamanan, kenyamanan dan manfaat bagi warga serta melakukan persiapan seperti
mengetahui karakteristik pemerintahan, sosioekonomi warga, melakukan strategi
difusi e-Government agar e-Government dapat diterapkan dalam pemerintahan.
2. Perbedaan dari faktor adopsi dari sisi warga dan pemerintahan adalah faktor adopsi
dari sisi warga dipengaruhi oleh persepsi positif atau negatif warga terhadap e-
Government, sedangkan faktor adopsi dari sisi pemerintah dipengaruhi oleh kesiapan
pemerintah dalam menerapkan dan memperkenalkan eGovernment serta
sosioekonomi warga.
3. Persamaan faktor adopsi dari sisi warga dan pemerintah yaitu faktor yang ada
mengarah pada komponen difusi inovasi Rogers yaitu inovasi, waktu, sistem sosial
dan saluran komunikasi.
4. Dampak adanya faktor yang mempengaruhi warga dalam melakukan adopsi yaitu
tindakan active rejection (mempertimbangkan kemudian menolak), passive rejection
(menolak dari awal), continuance adoption (adopsi secara berkelanjutan) dan
discontinuance adoption (berhenti melakukan adopsi).

PENERAPAN E-GOVERNMENT DALAM MENYONGSONG ERA


REVOLUSI INDUSTRI 4.0 KONTEMPORER DI INDONESIA

Abstract

Penerapan e-government dalam menyongsong era revolusi industri 4.0 sangat


berpengaruh pada sendi kehidupan di Indonesia. Masa transisi menuju era revolusi
industry 4.0 menarik untuk di kaji, mengingat negeri Indonesia juga dituntut untuk
menerapkan industri 4.0 dalam komponen pemerintahan. Penelitian hukum normatif
menemukan bahwa perkembangan sistem e-government di Indonesia secara kuantitas
mulai meningkat namun secara kualitas masih belum memadai dikarenakan
implementasi e-government belum merata pada seluruh wilayah dan masih berfungsi
sebagai penyedia informasi statik saja. Sementara kendala mendasar di dalam
penyelenggaran e-government dalam revolusi industri 4.0 berada di tingkat
pemerintahan daerah. Proyeksi e-government terhadap perkembangan revolusi
industri 4.0 dimasa yang akan datang haruslah adanya rumusan terbaik diantaranya :
(1) tatanan regulasi hukum yang baik dan perlindungan hukum (2) pemerintah
meningkatkan pendidikan terkususnya di bidang IT sebagai pembentukan SDM yang
mumpuni (3) infrastuktur dan ketersediaan media akses yang memadai (4)
pembentukan karakter dan etos kerja yang baik bagi SDM aparatur pemerintahan (5)
merubah mindset aparatur menjadi disruptive mindset aparatur di Indonesia (6)
revolusi industri 4.0 berbasis revolusi moral (7) menciptakan Intrepreneurial
Leadership yang handal (8) diperkuatnya pendidikan agama.

Kata Kunci : Penerapan, E-government, Revolusi Industri 4.0

Peran E-Government Sebagai Bagian dari Smart Government dalam Mendukung dan
Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0
Setiap penyelenggara pelayanan publik diwajibkan untuk menyediakan sistem
informasi secara nasional. Dengan begitu tidak lain teknologi informasi berperan
besar dalam rangka pemenuhan sistem untuk skala nasional. Sehingga sudah
seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk dapat menyesuaikan penyelenggaraan
pelayanannya kepada masyarakat dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 saat ini,
yaitu dengan menerapkan pelayanan publik yang berbasis teknologi. Dikarenakan
dengan teknologi, transparansi, kecepatan, kemudahan yang menjadi kunci pada suatu
pelayanan akan terwujud, maka tidak heran pelayanan di sektor privat/swasta
biasanya akan lebih baik karena pemanfaatan teknologi yang semakin canggih dalam
proses pemberi pelayanannya untuk menjaga kepercayaan pelanggan sehingga usaha
yang dijalankan akan terus produktif.
Sistem e-government yang merupakan upaya pemerintah dalam
mengimplementasikan pemanfaatan komputer, jaringan komputer dan teknologi
informasi untuk menjalankan pemerintahan terutama pelayanan publik masih sangat
minim. Masih sedikit Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah Daerah yang
memanfaatkan teknologi dalam proses pelayanan publik. Padahal jika e-government
sendiri diterapkan disetiap pemerintahan maka hal tersebut sejalan dengan Revolusi
Industri 4.0.

Kendala yang Mempengaruhi Terhadap Penerapan E-Government di Indonesia Pada


Saat Ini
Ada beberapa hal yang menjadi hambatan atau tantangan dalam
mengimplementasikan e-government di Indonesia untuk menyongsong revolusi
industry 4.0 diantaranya17: (1) Kultur berbagi (sharrring) informasi belum ada, (2)
Kultur mendokumentasi belum lazim, (3) Langkanya SDM yang handal dibidang TI,
(4) Infrastruktur yang belum memadai dan mahal, (5) Tempat akses informasi yang
terbatas.
Rumusan Terbaik Proyeksi E-Government Terhadap Perkembangan Revolusi Industri
4.0 Dimasa yang Akan Datang. Dalam revolusi keempat ini, kita menghadapi
serangkaian teknologi baru yang mengombinasikan dunia fisika, digital, dan dunia
biologi. Teknologi-teknologi baru ini akan berdampak pada semua disiplin, ekonomi
dan industri, bahkan akan menantang ide kita tentang arti manusia. Teknologi ini
memiliki potensi besar menghubungkan miliaran manusia melalui web, meningkatkan
efisiensi bisnis dan organisasi secara drastis, dan membantu regenerasi lingkungan
alami melalui manajemen aset yang lebih baik, mengurangi kerusakan yang
diakibatkan revolusi industri sebelumnya
Kesimpulan
E-Government merupakan suatu sistem IT yang dikembangkan oleh pemerintah
dalam memberikan pilihan kepada masyarakat, untuk mendapatkan kemudahan
mengakses informasi dan pelayanan publik guna mewujudkan clean and good
governance pada suatu negara. Perkembangan sistem e-government di Indonesia
secara kuantitas mulai meningkat namun secara kualitas masih belum memadai
dikarenakan implementasi e-government belum merata pada seluruh wilayah dan
masih berfungsi sebagai penyedia informasi statik saja. Guna meningkatkan
pengembangan egovernment di Indonesia baik dari segi kuantitas maupun kualitas
diperlukannya komitmen pemerintah dalam melakukan penyempurnaan
pengembangan e-government terutama dari segi infrastruktur, SDM, aplikasi, regulasi
serta sosialisasi di internal pemerintah maupun kepada masyarakat.
PENGARUH TATA KELOLA DAN E-GOVERNMENT TERHADAP
KORUPSI

Abstrak

Penelitian ini mengevaluasi secara empiris pengaruh karakteristik tata kelola


pemerintahan dan e-government terhadap korupsi di Indonesia dengan menggunakan
sampel 172 pemerintah daerah pada tahun 2011 hingga tahun2013. Karakteristik
tata kelola pemerintahan dalam penelitian ini di ukur melalui
akuntabilitas,fairness,desentralisasi, transparansi, profesionalisme danresponsiveness.
Variabel e-government diukur dengan Peringkat e-Government Indonesia. Metode
penelitian menggunakan model logistik dengan program Stata 12.Penelitian ini
dilengkapi dengan penghitungan indeks tata kelola pemerintahan yang diolah
dengan metode PCA.Hasil penelitian menunjukkan penerapan akuntabilitas,
profesionalisme dan e-government berpengaruh negative menurunkan probabilitas
korupsi,sedangkan desentralisasi justru meningkatkan probabilitas terjadinya
korupsi.Sedangkan fairness,transparansi danresponsivenessbelum mampu berperan
dalam penurunan tingkat korupsi. Selain itu,penelitian memberikan hasil tambahan
bahwa pelaksanaan tata kelola pemerintahan secara komprehensif mampu
menurunkan tingkat korupsi.Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi
pemerintah guna penurunan korupsi adalah meningkatkan pengawasan atas
tindak lanjut rekomendasi, profesionalisme aparat dan penerapane-government.Serta
pentingnya pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang komprehensif dalam upaya
penurunan tingkat korupsi
Kata kunci: tata kelola pemerintahan,e-government,pemerintah daerah

Penelitian pada hipotesis 1 yang membuktikan tingkat akuntabilitas berpengaruh


menurunkan kemungkinan terjadi-nya korupsi sejalan dengan penelitian Liu dan
Lin (2012) bahwa kemauan pemda untuk melakukan tindak lanjut atas
rekomendasi pemeriksa berdampak pada penurunan probabilitas korupsi Proksi
akuntabilitas dengan jumlah temuan yang dilaporkan oleh pemeriksa merupakan
jumlah dan jenis penyimpangan yang dilakukan oleh aparat pemerintah.
Pengawasan kepatuhan pelaksanaan pengelolaan pemda dengan sistem
pengendalian dan perundang-undangan mendorong pemda mengelola sumber
daya yang dimiliki dengan baik sehingga meningkatkan akuntabilitas dan
menurun-kan tingkat penyalahgunaan wewenang dan penggelapan sumber daya.Hasil
tersebut sejalan dengan Klitgaard (1998) bahwa akuntabilitas mampu menjadi alat
yang dapat menurunkan tingkat korupsi saat terdapat keleluasaan aparat yang
besar dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Dampak positif signifikan desentralisasifiskal terhadap kemungkinan terjadinya
korupsi sejalan dengan penelitian Wu (2005).Desentralisasi fiskal justru berdampak
positif dengan korupsi dikarenakan adanya pembagian wewenang dari
pemerintah pusat kepada pemda tanpa disertai dengan peningkatan akuntabilitas
dan pengawasan yang baik. Temuan ini mendukung pernyataan Klitgaard (1998)
bahwa pelimpahan wewenang tanpa adanya pengawasan yang baik mendorong
tindakan menyimpang yang dilakukan oleh pemda hingga menimbulkan adanya
tindak korupsi.
Hipotesis penelitian yang kedelapa nadalah e-government berperan menurunkan
probabilitas korupsi terbukti, hasil inimendukung penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Lioet al.(2010), Bertotet al.(2010), Elbahsanawy (2014) yang
meneliti dampak negative e-government terhadap tingkat korupsi pada level
antarnegara.Elbahsanawy (2014) menyatakan penerapan teknologi di pemda mampu
menurunkan tingkat korupsi.Dengan adanya teknologi,maka informasi mudah
diperoleh, mempermudah penelusuran data, sehingga mampumengurangi adanya
tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan. Tingkat pengawasan baik secara internal
maupun eksternal meningkat,karena akses informasi yang semakin terbuka.Hasil
pengujian tambahan menunjukkan bahwa pengaruh tata kelola terhadap penurunan
probabilitas korupsi secara signifikan pada penelitian ini. Hasil tersebut mendukung
secara empiris komponen tata kelola yang didesain oleh Bappenas(2007) dan KNKG
(2010)mampu menurunkan kemungkinan terjadinya korupsi apabila diterapkan
secara bersamaan. Selain itu,hasil penelitian sejalan dengan pernyataan Klitgaard
(1998) yakni tata kelola peme-rintah mampu memberikan hasil akhir yakni
menghambat laju korupsi.

Kesimpulan
Simpulan yang dapat diperoleh berdasarkan analisis penelitian yakni akuntabilitas,
profesionalisme dan e-government,secara empiris berpengaruh negatif terhadap
korupsi. Sedangkan tingkat fairness, tingkat transparansi dan responsiveness dalam
menurunkan probabilitas terjadinya korupsitidak terbukti didukung data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwapemerintah perlu meningkatkan prinsip terutama
akuntabilitas melalui pe-ningkatan pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil
pemeriksaan dan menciptakan profesionalisme aparat pemerintah melalui
pemberian pendidikan dan pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi aparat,
serta peningkatan penerapan e-government karena terbukti secara empiris mampu
menurunkan korupsi. Selain itu,pelaksanaan desentralisasi terbukti berperan
meningkatkan korupsi, sehingga pemerintah perlu merancang sistem pengawasan
yang tepat sehingga pelimpahan wewenang dari pusat tidak disalahgunakan oleh
aparat pemda.

PENERAPAN LAYANAN E-GOVERNMENT DALAM PERWUJUDAN


GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KOTA MALANG

Abstrak
Pelaksanaan E-Government di indonesia dan yang telah dicapai hingga saat ini, maka
mau tidak mau strategi pelaksanaan dan konsep E-Government memerlukan
perbaikan di semua sisi. Keterlambatan E-Government dalam pembangunan hanya
akan menjadikan negara ini tetap jauh dari cita cita reformasi, peningkatan kualitas
pelayanan publik kepada seluruh masyarakat dan pada akhirnya dapat mengangu
kesejahteraan masyarakat. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sudah merupakan tuntutan, cepat
atau lambat di era globalisasi dan otonomi daerah yang telah memunculkan semangat
keterbukaan dan pemberdayaan potensi masyarakat, timbulnya harapan masyarakat
akan kebutuhan pelayanan prima dan kecepatan. Pelaksanaan E-Government di
indonesia khususnya di Kota Malang dan hasil yang telah dicapai hingga saat ini serta
kedala-kendala yang menghambat pelaksanaanya sehingga mau tidak mau strategi
pelaksanaan dan konsep E-Government memerlukan perbaikan di semua sisi haruslah
di jadikan sebagai motivasi membangun yang lebih baik. Keterlambatan E-
Government dalam pembangunan hanya akan menjadikan negara ini tetap jauh dari
cita cita reformasi, peningkatan kualitas pelayanan publik kepada seluruh masyarakat
dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan.
Kata kunci: Kota Malang, Pemerintahan Elektronik, Tata Kelola Pemerintahan yang
Baik

Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan


dan pembangunan sudah merupakan tuntutan, cepat atau lambat di era globalisasi dan
otonomi daerah yang telah memunculkan semangat keterbukaan dan pemberdayaan
potensi masyarakat, timbulnya harapan masyarakat akan kebutuhan pelayanan prima
dan kecepatan dalam mengakses informasi, mengharuskan Pemerintah Daerah untuk
segera menerapkan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan
melalui implementasi E-Government secara terintegrasi
Adapun fungsi teknologi informasi dan manfaat komputer yang diterapkan di kota
malang, yakni:
1. Fungsi Internet (Jaringan Global) a. Menyebarkan informasi seluas-luasnya
mengenai potensi Kota Malang; b. Agar aparatur Pemerintah Kota Malang semakin
memahami secara luas seputar teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam
perkembangannya di Indonesia dan mancanegara.
2. Fungsi Internet (jaringan lokal) a. Mempermudah aparatur Pemerintah Kota
Malang untuk melakukan koordinasi, komunikasi dan transformasi data antar unit
kerja; b. Mempermudah unsur pimpinan Pemerintah Kota Malang untuk melakukan
pemantauan dan koordinasi internal antar unit kerja terhadap data-data atau informasi
perkembangan pembangunan yang terbaru (uptodate). c. Meningkatkan kebutuhan
informasi dalam organisasi Pemerintah Kota Malang, yaitu pelayanan informasi,
pelayanan interaktif, dan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik, sehingga
kebutuhan informasi baik intern Pemerintah Kota Malang maupun ekstern
(masyarakat) dapat terlayani secara cepat, baik dan benar; d. Mendukung dan
memajukan kesiapan akan perkembangan teknologi dalam menunjang peningkatan
kinerja dan pelayanan pemerintah terhadap public; e. Sosialisasi E-Government yang
lebih signifikan melalui pemahaman secara aplikatif guna mendukung kesiapan
Pemerintah Kota dalam menghadapi dan menyele-saikan berbagai permasalahan di
masa depan; f. Terciptanya mekanisme pengambilan keputusan secara berdaya guna
dan berhasil guna, dalam upaya menunjang keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan (Suparto, 2006).
Dengan menggunakan jaringan, memungkinkan seluruh unit kerja akan lebih mudah
melakukan komunikasi untuk suatu kerjasama dalam penyusunan laporan maupun
program. Ada bermacam-macam bentuk akses ke informasi jarak jauh yang dapat
dilakukan, terutama setelah berkembangnya teknologi internet, berita-berita di koran
sekarang dapat di download ke komputer kita melalui internet, dan tidak hanya itu
sekarang dapat melakukan transaksi bisnis melalui internet yang dikenal dengan
istilah e-commerce. Sehingga dengan adanya layanan E-Government maka
perwujudan Good Governance dapat tercapai, karena di dalam good governance
terdapat peranan 3 (tiga) domain yang membantu mewujudkan good governance
dalam pelayanan publik diantaranya:
1. The State Diantara tugas terpenting negara (states) pada masa ke depan yang
diciptakan oleh lingkungan politik adalah mewujudkan pembangunan manusia
yang berkelanjutan dengan meredifinisi peran pemerintahan dalam
mengintegrasikan sosial, ekonomi dan melindungi kerentanan dalam masyarakat,
menciptakan komitmen politik mengenai restrukturisasi ekonomi, sosial dan
politik, menyediakan infrastruktur, desentralisasi dan demokratisasi pemerintah,
memperkuat financial dan kapasitas administratif pemerintah lokal, kota dan
metropolitan
2. The Private Sector Pasar dan sektor swasta jelas telah memainkan peran penting
dalam pembangunan dengan menggunakan pendekatan pasar (market approach).
Pendekatan pasar untuk pembangun ekonomi berkaitan dengan penciptaan kondisi
di mana produksi barang dan jasa (goods and services) berjalan dengan baik
dengan dukungan dari lingkungan yang mapan untuk melakukan aktivitas sector
swasta dan dalam suatu bingkai kerja “incentives and rewards” secara ekonomi
bagi individu dan organisasi yang memiliki kinerja baik
3. Civil Society Menurut Bintoro Tjokroamidjojo civil society yang dimaksud disini
yaitu manusia dan masyarakat yang berdaya (empowered) yaitu; (1)
Berpengetahuan/berpendidikan, rasional, (2) Berdaya Politik, (3) Berdaya
ekonomi (Berdaya saing), (4) Menjunjung tinggi hukum dan (5) Didasari
keimanan (ketuhanan yang maha esa) dengan semangat keberagaman agama yang
inklusif
Kesimpulan
E-Government untuk mencapai Good Government adalah sebuah keniscayaan walaupun
masih banyak kelemahan disana-sininya dalam implementasinya namun dalam keadaan
seperti itu EGovernment harus tetap dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat khususnya di Kota Malang menuju pelayanan yang prima dan nyaman
serta aman bagi masyarakatnya untuk itu melihat pentingnya peran E-Governmet maka
dilakukan pengkajian untuk mengetahui Pelaksanaan E-Government di Indonesia khususnya
di Kota Malang dan hasil yang telah dicapai hingga saat ini serta kedala-kendala yang
menghambat pelaksanaanya sehingga mau tidak mau strategi pelaksanaan dan konsep E-
Government memerlukan perbaikan di semua sisi haruslah di jadikan sebagai motivasi
membangun yang lebih baik. Keterlambatan E-Government dalam pembangunan hanya akan
menjadikan negara ini tetap jauh dari cita cita reformasi, peningkatan kualitas pelayanan
publik kepada seluruh masyarakat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
mereka melalui peningkatan efisiensi birokrasi dan menyadari pencapaian tata kelola
pemerintahan yang baik. Pelaksanaan E-Government harus memperhatikan kesiapan
pemerintah dan masyarakat, menurut prinsip dasar dan secara bertahan
PENGARUH PENERAPAN E-GOVERNMENT TERHADAP KINERJA PEGAWAI
PADA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Abstrak
Implementasi E-government memiliki peran penting dalam sebuah organisasi.
Segala hal yang mencakup penerapan e-government dalam suatu organisasi atau
pemerintahan harus menjadi perhatian penting bagi pengelolaan organisasi tersebut,
dengan penerapan e-government yang memenuhi standar sesuai petunjuk Presiden
Republik Indonesia. Nomor 3 Tahun 2003, akan meningkatkan kinerja pegawai, termasuk
melalui aplikasi aplikasi. e-pemerintah. Tersedianya penerapan E-government dapat
meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas kerja organisasi. Metode dalam
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Serta menggunakan uji koefisien
determinan dan regresi linier sederhana dalam teknik analisis data. Penelitian ini
dilakukan di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera
Selatan dengan jumlah responden 49 orang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua hasil hipotesis dalam penelitian terbukti secara signifikan. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil t-hitung 3,768 > t-tabel 0,281. Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat dan positif antara penerapan e-
government terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Selatan.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masih minimnya pelayanan E-government


pada Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perilindungan Anak Provinsi Sumatera
Selatan. Diantaranya adalah terkait belum memadainya kapasitas sumber daya
manusia (SDM) pengelolaan teknis atau operator, keterbatasan sarana dan
prasarana pendukung, dan belum banyaknya masyarakat yang mengetahui pelayanan
berbasis elektronik.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisa data dari bab-bab sebelumnya, maka bab ini penulis
dapat menarik kesimpulan data pada Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan
Anak Provinsi Sumatera Selatan, sebagai berikut :
1)Dari hasil pengujian validitas dan reliabilitas dapat diketahui bahwa nilai
pengujian variabel penerapan e-government dan kinerja pegawai adalah valid Corrected
item-Total Correlation telah melebihi angka 0,281 dan reliabel karena Cronbach’s
Alpha telah melebihi 0,60. Dari perhitungan regresi terbukti bahwa terdapat
pengaruh yang positif antaravariabel penerapan e-government terhadap kinerja pegawai.
2)Berdasarkan hasil uji validitas reliabilitas dapat diketahui bahwa semua
instrument/indikator variabel penerapan e-government dinyatakan valid karena hasil
korelasi antara hasil jawaban responden pada tiap instrument/indikator dengan skor total
didapat hasil yang signifikan, yaitu lebih besar dari nilai r tabel (korelasi ≥0,281) dan
dengan nilai signifikan dibawah nilai 0,005 (sig ≤0,005). Dan nilai cronbach alpha
semua variabel di atas nilai kritis 0,60. Dengan demikian instrument/indikator yang
digunakan variabel penerapan e-government terbukti reliabel atau dapat dipercaya
sebagai alat ukur variabel, yaitu apabila dilakukan pengukuran ulang maka data yang
didapat akan konsistensi dari waktu ke waktu.
3)Pengaruh penerapan e-government terhadap kinerja pegawai di Dinas
Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Selatan yaitu
sebesar 0,482, selanjutnya dengan perhitungan nilai KD yang diperoleh adalah
23,2% yang dapat ditafsirkan bahwa variabel bebas X (penerapan e-government)
memiliki pengaruh kontribusi sebesar 23,3% terhadap variabel Y (kinerja pegawai) dan
76,7% lainnya di pengaruhi oleh faktor-faktor diluar variabel X dan tidak diteliti
dalam penelitian ini.

Kajian Pemanfaatan dan Pengembangan E-Government


Abstrak
Penerapan dan pengembangan e-government sebagai instrumen untuk mencapai efektivitas
dan efisiensi, membangun transparansi dan pembersihan pemerintahan kinerja untuk
meningkatkan misi mereka dalam kualitas pelayanan publik. Bahkan, e-government
Kabupaten Jember menjadi sampel untuk kabupaten yang sama sejak tahun 2002 khususnya
memberikan kualitas pelayanan publik yang tinggi oleh pelayan publik. Selama beberapa
tahun terakhir,penerapan e-government masih belum berfungsi dengan baik dan selalu
diminta oleh orang-orang untuk memecahkan masalah mereka. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi penerapan e-government yang melibatkan infrastruktur
teknologi, human sumber daya. Selain itu juga untuk mengidentifikasi operasional internal e-
government yang terdiri dari aplikasi komputer untuk operasi manajerial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aspek infrastruktur teknologi lebih memadai dan sisi manusia sumber
daya juga. Meskipun diperlukan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan
pembelajaran dalam bidang aplikasi komputer. Dibutuhkan tentang aplikasi komputer untuk
mendukung kebutuhan operasi manajerial yang akan diambil keputusan. Dalam konteks
penerapan waktu, biaya dan prosedur dalam pelayanan kepada pengguna juga merupakan
bagus. Ditemukan juga bahwa ada hubungan yang signifikan antara visi,misi dan penerapan
e-government di Kabupaten Jember.
Kata kunci: aplikasi, pengembangan, e-government

Berdasarkan panduan penyusunan rencana induk pengembangan e-government lembaga,


Penerapan e-government di setiap lembaga pemerintah mengacu kepada pentahapan
pengembangan e-government secara nasional, dan disesuaikan dengan kondisi yang ada
disetiap lembaga pemerintah yang mencakup: (a) prioritas layanan elektronik yang akan
diberikan; (b) kondisi infrastruktur informasi yang dimiliki; (c) kondisi kegiatan layanan saat
ini; dan (d) kondisi anggaran dan sumber daya manusia yang dimiliki. Kalau ditinjau dari
segi pentahapan pembangunan e-government yang tertuang dalam panduan penyusunan
rencana induk pengembangan e-government lembaga, yaitu: (1) tingkat persiapan; (2) tingkat
pematangan; (3) tingkat pemantapan, dan (4) tingkat pemanfaatan.
Pemanfaatan dan pengembangan e-gov sangat ditentukan dengan adanya dukungan teknologi
yang handal pada setiap unit kerja, seperti pengalaman penggunaan komputer, banyaknya
komputer yang tersedia, ketersediaan fasilitas jaringan intranet dan internet, dan server.
Pengalaman penggunaan komputer pada setiap unit kerja sudah sangat baik, hal ini
ditunjukkan bahwa 75% responden menyatakan bahwa unit kerjanya sudah menggunakan
komputer lebih dari 5 tahun, selebihnya 25% responden menyatakan antara 3 s.d. 5 tahun.
Jumlah komputer yang tersedia sudah cukup, hal ini ditunjukkan bahwa 25% responden
menyatakan jumlah komputer pada unit kerjanya lebih dari 50 unit, 25% menyatakan antara
25 s.d. 50 unit pada unit kerjanya, 25% menyatakan antara 10 s.d. 25 unit pada unit kerjanya,
dan sisanya 25% menyatakan kurang dari 10 unit pada unit kerjanya. Jaringan intranet dan
internet sudah tersedia dengan baik, semua responden menyatakan adanya beberapa
komputer yang terhubung pada unit kerjanya melalui jaringan LAN. Bahkan jaringannya
sudah didukung dengan kabel maupun wireless, 75% responden menyatakan bahwa unitnya
dihubungkan dengan kabel, 25% responden menyatakan sudah dihubungkan dengan kabel
dan wireless. Semua responden menyatakan bahwa semua unit kerja sudah terhubung dengan
internet, yang dihubungkan melalui server. Bahkan 75% responden menyatakan bahwa unit
kerjanya sudah dihubungkan dengan hotspot.
Penerapan dan pengembangan e-gov , selain dibutuhkan dukungan teknologi yang handal,
juga sangat ditentukan oleh dukukungan kompetensi SDM staf/pegawai setiap unit kerja.
Jumlah SDM yang sudah memapu menggunakan komputer sudah memadai, hal ini
ditunjukkan bawa 25% responden menyatakan bahwa jumlah SDM yang mampu
menggunakan komputer pada unit kerjanya kurang dari 10 orang, 25% responden
menyatakan antara 10 s.d. 25 orang. 25% responden menyatakan antara 25 s.d. 50 orang, dan
25% responden menyatakan lebih dari 100 orang. Latar belakang pendidikan komputer
staf/pegawai yang mampu menggunakan komputer ditunjukkan bahwa 50% responden
menyatakan pendidikan sarjananya, 25% menyatakan karena diplomanya, 25% menyatakan
karena pelatihannya, 50% menyatakan karena kursusnya, dan 75% menyatakan karena
belajar sendiri.
Kesimpulan
Dari hasil kajian berdasarkan pembahasan dan analisis data sekunder yang terkait dengan
egov dan data perimer melalui wawancara atau kuesioner, dan pengamatan pada lokasi
kajian, maka disimpulkan bahwa: (1) pemanfaatan dan pengembangan pilar penggunaan
teknologi sebagai infrastruktur pendukung e-gov sudah cukup memadai; (2) jangkauan
aplikasi e-gov sebagai bagian dari pilar operasi internal masih terhambat, baik dari dalam
pilar operasi internal itu sendiri, maupun dari pilar penggunaan teknologi seperti yang
disebutkan di atas. Akibatnya jangkauannya masih sangat terbatas pada lingkup SKPD
penanggung jawab SIM masingmasing; dan (3) aktor pendukung e-gov yang paling kuat
adalah, bahwa e-gov dibangun berdasarkan visi, misi, dan strategi dan program yang sudah
ada dalam Perda, baik tersurat. Namun faktor penghambatnya adalah karena belum didukung
oleh: (1) sistem pengelolaan yang tertuang dalam standard operating procedure (SOP)
penerapan e-gov, jumlah maupun kompetensi SDM yang dapat mendukung penerapan e-
gov .
REFORMASI BIROKRASI MELALUI E-GOVERNANCE
Abstrak
Pemerintah akan terus berusaha melakukan upaya untuk mereformasi birokrasi, sebagai
bagian integral untuk meningkatkan manajemen pemerintahan dan meningkatkan martabat
pemerintah di mata masyarakat internasional dan dunia. Namun, semakin berdasarkan itu,
reformasi tidak mudah, karena ia tidak terjadi dalam ruang vakum. Reformasi birokrasi
menghadapi kendala budaya, hambatan struktural dan bahkan mental birokrasi, di samping
kendala teknis. Masalah sekarang yang dibutuhkan adalah komitmen baru dari para
pemimpin atau pejabat di tingkat pusat dan daerah untuk terus mendorong reformasi melalui
e-government birokrasi. Kesimpulan penting yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah
bahwa e-government dilaksanakan dengan serius dan konsisten akan sangat mendukung
transparansi pelayanan publik. Yang juga harus dipahami oleh pejabat pemerintah adalah
bahwa penggunaan e-government masih memerlukan sistem monitoring rutin. Selain
pengetahuan luas tentang teknologi informasi, e-government juga harus didukung oleh
integritas yang baik di antara pembuat kebijakan dan pelaksannya. Informasi teknoogi tidak
membuat banyak hal lebih mudah dan lebih efisien. Kata kunci: Birokrasi, E-Government,
Teknologi Informasi

birokrasi memiliki kelemahandalampelaksanaannya dilapangan, ia memiliki citra buruk yang


melekat dalam dirinya (the bad sides of bureaucracy) terutama dalam praktik pelayanan
publik sehari-hari, khususnya di Negara sedang berkembang yang mewarisi tradisi birokrasi
yang korup dan kurang berpihak pada rakyat yang
mestinyamerekalayani,dimintaataupuntidak. Apabila kita bertanya kepada kritikus
pemerintahan tentang penilaian mereka terhadap praktik birokrasi, maka kita akan
mendapatkan gambaran kebalikan dari identitas teoritis sebagaimana yang dikemukakan oleh
penggagasnya. Kegalauan itu tidak saja dilontarkan oleh ilmuwan Negara sedang
berkembang namun juga dalam banyak kasus di Negara maju. Secara teoritis pun banyak
orang member penilaian negative, sebagian bagian dari sifat birokrasi yang kaku dan
formalistis, sebab tidak semua urusan masyarakat dan pmerintahan bisa didekati dengan
pendekatan formalistis. Contohnya, orang miskin yang belum memiliki stempel miskin dari
birokrasi lokal. Mereka tidak bisa mendapatkan hakhaknya yang asasi misalnya memperoleh
perawatan dan pengobatan karena dia tak mendapati dirinya memiliki kartu keterangan
miskin. Kritikan itu berisi poin-poin yang umumnya negatif, dapat dilihat seperti contoh
berikut ini : [bureaucracy] evokesthe slowness, the ponderousness, the routine, the
complication of procedures, and the maladapted responses of bureaucratic organizations to
the needs which they should satisfy, and the fustations which their members, clients, or
subjects consequently endure.
Bagi seorang pemimpin pemerintahan yang baik, pelayanan yang baik adalah visi yang selalu
ingin diciptakannya dalam menjamin perbaikan pemerintahan secara keseluruhan. Dan
tampaknya dari ber-bagai segi pemerintahan ada keyakinan : tak ada satu cara yang baku, tak
ada “cara terbaik” kea rah pemerintahan yang baik. Dan dalam pekembangannya yang
sekarang e-government berhasil-berhasil menjadi alternative yang umum diterapkan di
Negara sedang berkembang dalam reformasi pemerintahannya
KESIMPULAN

Kinerja e -government Indonesia belum dapat dirasakan secara signifikan baik oleh pihak internal
maupun eksternal pemerintah. Beberapa tantangan dan hambatan masih banyak yang harus
dihadapi. Namun demikian seiring dengan telah disahkannya Undangundang tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) maka terbesit harapan e-government akan dapat lebih dirasakan oleh
masyarakat. Di samping itu pemerintah juga sudah mengeluarkan statemen yang akan menurunkan
tarif Internet sampai 40%, hal ini akan semakin memberikan peluang yang lebih besar bagi
penerapan e-government untuk masa yang akan datang. Menjadi sangat penting sekarang ini adalah
pembaharuan komitmen para pemimpin atau pejabat di tingkat pusat maupun daerah untuk terus
mendorong reformasi birokrasi melalui e-government. Kesimpulan penting yang dapat ditarik dari
studi kasus kedua kota ini ialah bahwa e-government yang dilaksanakan secara serius dan konsisten
akan sangat menunjang transparansi pelayanan public. Yang juga harus dipahami oleh para pejabat
pemda ialah bahwa pemanfaatan e-government tetap memerlukan sistem pengawasan yang
konsisten. Selain pengetahuan yang luas tentang teknologi informasi, e-government juga harus
didukung oleh integritas yang baik di antara para perumus kebijakan dan pelaksannya. Teknologi
informasi memang membuat banyak hal semakin mudah dan semakin efisien.

Implementasi E-Government dalam Proses Pelaporan Surat Pemberita-huan Pajak


Daerah di Kabupaten Badung
Abstrak
E-Government merupakan upaya mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan
berbasis elektronik meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien,
sesuai Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan e-
Government. Perkembangan teknologi mempengaruhi pengelolaan administrasi
perpajakan baik keperluan pemerintah maupun wajib pajak dari manual ke sistem online,
sehingga menghemat waktu, proses kerja, dan kertas. Dengan diterapkan pajak online
sehingga tercipta good governance. Rumusan masalah, yaitu : 1) Bagaimanakah
implementasi e-Government dalam proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
pada Pemerintah Kabupaten Badung? 2) Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat
implementasi e-Government dalam proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
pada Pemerintah Kabupaten Badung? Teori yang digunakan adalah teori implementasi
kebijakan publik model Merilee S. Grindle dan Teori implementasi kebijakan publik model
George C. Edwards III. Pendekatan penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data menggunakan obvservasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
penentuan informan menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data adalah analisis
data deskriptif kualitatif, meliputi : reduksi data, display data, serta penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Hasil temuan penelitian disimpulkan bahwa : 1) Implementasi
e-Government dalam proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada Pemerintah
Kabupaten Badung sudah terimplementasi dengan diterapkannya sistem online pajak daerah
melalui e-SPTPD. 2)Faktor-faktor pendukung implementasi e-Government dalam proses
pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada Pemerintah Kabupaten Badung
meliputi : komitmen Pemerintah Kabupaten Badung dalam pelayanan publik melalui e-
Government, resources (sumber daya), sosialisasi, jaringan internet, dan kesadaran Wajib
Pajak. Sedangkan faktor-faktor penghambat implementasi e-Government dalam proses
pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada Pemerintah Kabupaten Badung meliputi :
pengetahuan dan kesadaran wajib pajak serta pandemi Covid-19.
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan Publik; e-Government; Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah

Demi meningkatkan kepatuhan dan kemudahan Wajib Pajak dalam melaporkan SPTPD
dan meminimalisir kontak antara petugas pajak dan Wajib Pajak, Badan Pendapatan
Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung menyediakan fasilitas pelaporan SPTPD
secara onlinekepada Wajib Pajak. Sistem tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2012
sampai sekarang, dengan mengakses websitewww.bapenda.badungkab.go.id. Wajib Pajak
dapat melaporkan SPTPD-nya kapan saja dan dari mana saja. Diterapkannya pajak
onlinedengan harapan : 1) mengurangi tingkat denda atas ketidakpatuhan Wajib Pajak,
2) mengefektifkan penerimaan pajak dan mengurangi kebocoran, 3) memudahkan Wajib
Pajak dalam pelaporan pajak terutang, dan 4) mengurangi oknum yang menimbulkan
penyalahgunaan pelaksanaan pajak daerah.Jenis pajak yang pembayaran dan penyetoran
pajaknya dengan sistem onlineoleh wajib pajak, meliputi pajak hotel, pajak, restoran,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan
batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan,
serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (Pasal 5 ayat (2) Perda Kabupaten Badung
No. 2 Tahun 2016 tentang Sistem OnlinePajak Daerah).Sistem onlinemenggunakan self
assessmentatau menghitung sendiri besaran nilai pajak dibayarkan Wajib Pajak. Prinsip
self assessmentmenurut UU Ketentuan Umum Perpajakan, artinya memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan pajak terutang sesuai perhitungan Wajib Pajak.
E-Governmentmerupakan upaya pemerintah memudahkan aktivitas pemerintahan dengan
memanfaatkan kemajuan TIK. E-Governmentmerupakan bentuk pelayanan publik dibuat
pemerintah bertujuan menjadi penghubung antara kedua belah pihak maupun pihak lain yang
berkepentingan. Yu-che dan James Perry (Falih Fuadi dan Bintoro Wardiyanto, 2010:57)
berpendapat e-Governmentmerupakan sebuah garis depan dari rencana pemerintah
mendukung serta menyediakan informasi dan peningkatan pelayanan masyarakat, pelaku
bisnis, pekerja pemerintah, unit-unit pemerintah lain, dan organisasi sektor ketiga.
Faktor-faktor pendukung implementasi e-Government dalam proses pelaporan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) pada Pemerintah Kabupaten Badung, adalah sebagai
berikut. Pertama, Komitmen Pemerintah Kabupaten Badung dalam pelayanan publik
melalui e-Government. E-Governmentmerupakan upaya mengembangkan penyelenggaraan
pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik
secara efektif dan efisien. E-SPTPD merupakan salah satu cara pemerintah dalam
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam rangka pelaporan pajak daerah setiap bulannya,
di mana wajib pajak diberikan layanan pelaporan SPTPD yang praktis, mudah, cepat, dan
efisien. Dengan layanan aplikasi e-SPTPD ini proses pelaporan menjadi cepat, dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja tanpa wajib pajak harus datang ke Kantor.
Kedua,Resources (sumber daya). Sumber daya merupakan suatu nilai potensi yang dimiliki
oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan, di mana ia dapat meningkatkan
kesejahteraan manusia. Sumber daya yang dimiliki oleh Badan Pendapatan
Daerah/Pasedahan Agung dalam mengimplementasikan e-Government melalui sistem online
pajak daerah (e-SPTPD) meliputi sumber daya manusia yaitu para pegawai yang dimiliki
yang sudah cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta fasilitas berupa
sarana dan prasarana penunjang operasional kegiatan di kantor maupun di lapangan juga
sudah cukup memadai.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan, yaitu : 1)
Implementasi e-Governmentdalam proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada
Pemerintah Kabupaten Badung sudah terimplementasi dengan diterapkannya sistem online
pajak daerah melalui e-SPTPD, dengan terjadinya peningkatan pelaporan e-SPTPD secara
online dari tahun ke tahun oleh wajib pajak, kecuali pada tahun 2020 terjadi penurunan
karena adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia. 2) Faktor-faktor pendukung
implementasi e-Governmentdalam proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
pada Pemerintah Kabupaten Badung meliputi : komitmen Pemerintah Kabupaten
Badung dalam pelayanan publik melalui e-Government, resources (sumber daya) yang
dimiliki baik berupa sumber daya manusia maupun sarana prasarana sudah memadai,
sosialisasi melalui tatap muka maupun media massa dan media elektronik, jaringan
internet yang cukup memadai, dan kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajibannya telah
dilaksanakan. Sedangkan faktor-faktor penghambat implementasi e-Governmentdalam
proses pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada Pemerintah Kabupaten
Badung meliputi : pengetahuan dan kesadaran wajib pajak serta pandemi Covid-19

Transformasi E-Government Berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi Website


Sebagai Perwujudan Smart Governance Kota Jogja
Abstrak
Pemanfaatan web ini sudah dilakukan di berbagai bidang salah satunya ialah pemerintahan.
Di zaman sekarang memiliki web pribadi dirasa sesuatu hal yang wajib dimiliki oleh
pemerintah daerah. Website Pemerintah Daerah Jogja, atau selanjutnya disingkat Pemda
Jogja, memberikan informasi kepada seluruh pengunjung website berbentuk brosur atau
pamflet yang berisikan informasi layanan. Secara konsep, Pemda Jogja melalui website telah
berupaya menjunjung nilai yang terkandung dalam konsep Smart Governance, yakni
pelayanan publik berbasis ICT (Information, Communication, and Technology). Electronic
Government, atau E-Government merupakan bentuk upaya konkrit pencapaian indikator
tersebut. E-Government diinisasi untuk mendorong kinerja pemerintah Kota Jogja,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan public. Website pemerintah Kota
Yogyakarta dikelola oleh dinas komunikasi dan informasi. terdapat 10 icon fitur gambar icon
yang menarik dan simbolik Yogyakarta yang memaparkan bahwasanya di dalam website
Pemda Jogja tersebut yang disediakan oleh laman web berjumlah sepuluh. Namun, ada
beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dan strategi yang harus dikaji ulang oleh Pemda
Jogja. Antara lain yaitu hambatan dan tantangan dalam proses pembentukan data,
keberlangsungan penggunaan website, dan keberlanjutan informasi dan komunikasi.
Kata kunci : Transformasi E-Government, Komunikasi dan Informasi, Website
Pemerintahan, Pemerintahan Cerdas

Sebagai bentuk upaya untuk menghadirkan dan menerapkan konsep good governance,
Pemerintah Kota Jogja memberikan sebuah layanan publik dalam bentuk transmisi informasi
kepada masyarakat Kota Jogja. Menurut Robert Charlick dalam Santosa (2009:130), Good
Governance merupakan pengelolaan segala macam urusan publik secara efektif melalui
peraturan dan/atau kebijakan yang absah untuk mempromosikan nilai-nilai masyarakat.
Website Pemerintah Daerah Jogja, atau selanjutnya disingkat Pemda Jogja, memberikan
informasi kepada seluruh pengunjung website berbentuk brosur atau pamflet yang berisikan
informasi layanan. Website ini diinisiasikan dalam jangka waktu yang panjang, sebab
karakter statis yang melekat.
Namun, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dan strategi yang harus dikaji ulang
oleh Pemda Jogja. Antara lain yaitu hambatan dan tantangan dalam proses pembentukan data,
keberlangsungan penggunaan website, dan keberlanjutan informasi dan komunikasi. Edukasi,
publikasi, dan sosialisasi menjadi variable penentu untuk menjawab hambatan dan tantangan
Pemda Jogja. Akses situs website Pemda Jogja idealnya mencapai intensitas tinggi, sebab
indikator partisipasi masyarakat akan terjawab di sana, atau sejauh mana diukur partisipasi
masyarakat di dalam perumusan, penyelenggaraan, atau pengevaluasiaan berhubung erat
pada jumlah akses informasi masyarakat Jogja ke dalam situs website Pemda Jogja. Maka,
dengan melihat permasalahan yang termuat pada latar belakang, maka rumusan masalah yang
relevan untuk diangkat dalam paper ini adalah “Apa hambatan dan tantangan dalam
mengelola situs website Pemda Jogja sebagai upaya perwujudan konsep Smart Governance?”
Website pemerintah Kota Yogyakarta dikelola oleh dinas komunikasi dan informasi. terdapat
10 icon fitur gambar icon yang menarik dan simbolik Yogyakarta yang memaparkan
bahwasanya di dalam website Pemda Jogja tersebut yang disediakan oleh laman web
berjumlah sepuluh yaitu ; Aduan, perizinan, Kecamatan dan keluruhan, CCTV, berita,
keterbukaan informasi, gandeng gendong, peraturan perundang – undangan, lowongan kerja,
dan Joga Smart Service (JSS). Pada setiap fitur akan menampilkan laman yang berbeda-beda
fungsinya. Dan pada setiap klik untuk 10 fitur yang ada akan membawa pengunjung pada
beberapa pilihan laman. Fitur-fitur yang dimaksud ditampilkan pada laman utama website
Pemda Jogja dengan dilatarbelakangi suguhan video deskripsi tentang keindahan atau estetika
Kota Jogja
Kesimpulan
Sebagai bentuk upaya pengimplementasi konsep Smart Governance dari konsep Dasar Smart
City, Pemda Jogja mengelola dan website pemerintahannya sebagai langkah mewujudkan
cita-cita konsep tersebut yang dewasa ini menjadi konsep hangat di setiap kota di Indonesia.
Dalam Pengelolaannya, Pemda Jogja mengusung fitur-fitur untuk memberikan pelayanan
secara daring serta memberikan wadah komunikasi dan transformasi informasi kepada para
pengunjung website Pemda Jogja. Setiap konten memiliki fungsi atau kegunaan yang berbeda
antara satu yang lain. Perbedaan fungsi pada setiap fitur menandakan banyaknya perbedaan
kebutuhan pengunjung website Pemda Jogja. Secara konsep, Pemda Jogja melalui websitenya
telah berupaya menjunjung nilai yang terkandung dalam konsep Smart Governance, yakni
pelayanan publik berbasis ICT (Information, Communication, and Technology). Website
Pemerintah Daerah Jogja, atau selanjutnya disingkat Pemda Jogja, memberikan informasi
kepada seluruh pengunjung website berbentuk brosur atau pamflet yang berisikan informasi
layanan. Website ini diinisiasikan dalam jangka waktu yang panjang, sebab karakter statis
yang melekat. Namun, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dan strategi yang
harus dikaji ulang oleh Pemda Jogja. Antara lain yaitu hambatan dan tantangan dalam proses
pembentukan data, keberlangsungan penggunaan website, dan keberlanjutan informasi dan
komunikasi. Edukasi, publikasi, dan sosialisasi menjadi variable penentu untuk menjawab
hambatan dan tantangan Pemda Jogja. Akses situs website Pemda Jogja idealnya mencapai
intensitas tinggi, sebab indikator partisipasi masyarakat akan terjawab di sana, atau sejauh
mana diukur partisipasi masyarakat di dalam perumusan, penyelenggaraan, atau
pengevaluasiaan berhubung erat pada jumlah akses informasi masyarakat Jogja ke dalam
situs website Pemda Jogja.

ANALISIS E-GOVERNMENT DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK


PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI SULAWESI
TENGAH
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi e-Government dalam
meningkatkan pelayanan publik pada dinas komunikasi dan informasi provinsi sulawesi
tengah. Utama teori yang digunakan adalah teori e-goverment meliputi (1) pengembangan
konten, (2) pengembangan kompetensi, (3) Konektivitas, (4) Hukum Cyber, (5) Antarmuka
Warga, dan (6) Modal. Hal ini juga didukung oleh Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif pengaturan. Setting penelitian
berada di Dinas Komunikasi dan Informatika Sulawesi Tengah provinsi dengan 5 informan
yang dipilih secara purposive sebagai sampel. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. Teknik analisis datanya adalah deskriptif model oleh Robson
Dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi e-
government dalam Meningkatkan Pelayanan Publik pada Pejabat Komunikasi dan
Informatika Pusat Provinsi Sulawesi sudah berjalan cukup baik seperti Pengembangan Modal
dan Konten dan Konektivitas yang sulit sekalipun masih perlu ditingkatkan. Pengembangan
Kompetensi dan antarmuka Warga Negara adalah kurang ramah dimana Cyber Laws tidak
diadili karena bersifat nasional sehingga perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Pusat. Terutama,
ada dua masalah yang dihadapi dalam melakukan tugas pokok dan fungsi seksi e-
Government. Yang pertama adalah ketersediaan infrastruktur, fasilitas pendukung seperti
server, komputer, dan website dari Komunikasi dan Informatika Resmi yang kurang. Yang
kedua adalah ketersediaan sumber daya manusia khususnya yang memiliki IT latar belakang
dan petugas teknis untuk memecahkan masalah administrasi dan informasi digital.
Menyelesaikan Untuk masalah ini, e-Government sudah melakukan beberapa upaya dibidang
Komunikasi dan Informatika Pejabat Provinsi Sulawesi Tengah. Upaya pertama adalah
menyediakan dan meminta ketersediaan infrastruktur, fasilitas pendukung e-Government.
Yang kedua bertanya kepada sekretariat yang akan diteruskan oleh Badan Kepegawaian
Daerah untuk menyediakan teknis dan IT petugas untuk memproses informasi dan
administrasi elektronik.
Kata kunci: e-Government, Tugas Pokok dan Fungsi, Kinerja, Implementasi

implementasi eGovernment di Indonesia baru pada tahap awal, sehingga banyak lembaga
pemerintah yang menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan eGovernment, ternyata baru
pada tahap web presence. Tantangan utama terletak pada kemampuan dan kesiapan
manajemen serta para pelaku dan bukannya teknologi pendukung eGovernment. Apabila hal
tersebut tidak diatasi maka dapat mengakibatkan timbulnya digital divide. Lebih jauh lagi
transparansi kebijakan dan pelaksanaan otonomi daerah akan semakin sulit dikelola dan akan
menutup jalan ke arah demokratisasi yang sempurna. e-Government adalah sebuah reformasi
atau paradigma baru dari pelaksanaan pemerintahan yang mengacu kepada Keterbukaan
Informasi Publik yang memberikan tanggung jawab kepada pemerintah untuk memberikan
informasi tentang kegiatan-kegiatan pemerintahan yang berlangsung.
Berdasarkan masalah penelitian, maka focus penelitian ini adalah mengenai Analisis
eGovernment. Adapun acuan dalam analisis eGovernment tersebut adalah pendapat Indrajit
(2005) yaitu Content Development, Competency Building, Connectivity, Cyber Laws,
Citizen Interfaces, dan Capital.
Content Development Sangat perlu diperhatikan sekali sebagai ujung tombak penyampaian
informasi kepada public keberadaan web sebagai tahap awal pelaksanaan e-Government
(Inpres No. 3 Tahun 2003) sangatlah penting. Ketersediaan informasi dan berita yang ada
harus sangat diperhatikan guna memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat dengan
baik. Karena salah satu cara memberikan pelayanan yang baik adalah dengan penyediaan
informasi yang selalu diperbarui dan benar adannya. Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi
mereka pada Dinas Komunikasi dan Informatika pada poin delapan dijelaskan bahwa
“Menerapkan aplikasi layanan kepemerintahan dan layanan public.” Hal yang dimaksud
disini tentu bagaimana pelayanan bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Competency Building Sumber Daya Manusia tentu menjadi sebuah kunci dalam pemberian
pelayanan yang prima kepada masyarakat. Hal ini juga harus ditunjang dengan adannya
Sarana dan Prasaran pendukung. Walaupun kita memiliki kualitas Sumber Daya Manusia
yang Mumpuni namun ketersediaan Sarana kurang memadai tentu lari dari kegiatan
pelaksanaan e-Government kita akan pincang.
Cyber Laws Menurut Indrajit (2002) perlunya kerangka dan perangkat Hukum tentang
eGovernment ini menjadi sebuah hal yang perlu disediakan. Hal ini dikarenakan adanya
peluang pelanggaran secara Cyber. Namun, dalam penerapannya di Dinas Komunikasi dan
Informatika bentuk pertama dari Cyber Laws ini adalah pengelolaan ruang server atau ruang
pengumpulan informasi.
ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dalam Penerapan eGovernment pada Pemerintah
Sulawesi Tengah yang sesuai dengan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 yaitu Tahap
pertama persiapan dalam Hal ini Ketersediaan web, Penyediaan SDM serta Sarananya.
Semua hal tersebut berkaitan dengan Tahap Pertama dari Inpres tersebut namun kita belum
dapat memenuhi Tahap tersebut dengan sempurna sehingga kita belum dapat melaksanakan
Tahap kedua, Ketiga dan keempat secara berkala. Selain kendala Web yang belum update,
Kendala SDM serta fasilitas Sarana dan Prasaran pendukung tentu sangat Penting Seperti
yang Disampaikan oleh Kepala Seksi eGovernment Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Sulawesi Tengah Rizal Landjoma, ST. Beliau mengatakan bahwa salah satu faktor
yang perlu dibenahi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika ini adalah Ketersediaan
Infrastruktur.

Kesimpulan
1. Bentuk penerapan e-Government pada Dinas Komunikasi dan Informatika sudah cukup
baik. Menurut teori Indrajit (2002) ada beberapa hal yang sudah cukup baik seperti Modal
dan Content Development dan Connectivity walaupun masih perlu perbaikan. Yang dianggap
kurang memadai adalah Competency Building dan Citizen Interfaces. Sedangkan Cyber
Laws tidak dinilai karena bersifat nasional sehingga yang perlu memperbaikinnya adalah
Pemerintah Pusat.
2. Secara garis besar, masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Tugas Pokok dan
Fungsi seksi e-Government ada dua hal. Yang pertama adalah ketersediaan infrastruktur,
sarana dan prasarana pendukung kerja pada Seksi e-Government seperti Server, komputer
dan website dari Dinas Komunikasi dan Informatika masih kurang. Yang kedua adalah
ketersediaan Sumber Daya manusia khususnya yang berlatar belakang IT dan tenaga teknisi
untuk mengurusi administrasi dan pengolahan informasi digital. Guna menyelesaikan
masalah–masalah yang dihadapi tersebut beberapa upaya telah dilakukan oleh seksi
eGovernment pada Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Tengah. Upaya
yang pertama adalah upaya pengadaan dan permintaan Infrastruktur, Sarana dan Prasarana
penunjang kerja seksi e-Government. Yang kedua adalah menyampaikan pada sekertariat
yang akan diteruskan pada Badan Kepegawaian Daerah untuk menyediakan tenaga teknisi
dan IT untuk pengolahan informasi elektronik dan administrasi.

DESAIN PROGRAM UNGGULAN PADA SISTEM ELECTRONICGOVERNMENT


PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA
Abstrak
Hadirnya sebuah Electronic Government adalah teknologi modern dewasa ini sebagai
pelayanan secara elektronik bagi pemerintah dengan memberikan pelayanan yang terbaik
untuk masyarakat. Terintegrasinya sistem informasi dewasa ini sangat mempengaruhi
lembaga-lembaga publik seperti pemerintah daerah dan Pemerintah Pusat. Sebuah system
pemerintah sekarang sudah terintegrasi dalam sebuah teknologi yang dapat monitor oleh
pemerintahan pusat. Contohnya adalah sekarang penerapan electronic-government (e-Gov)
telah di implementasikan di Indonesia dan di beberapa daerah. Tahapan metode penelitiannya
adalah Permohonan izin untuk penelitian dari Lembaga LPPM Universitas Dehasen
Bengkulu, Izin penelitian dari DPMPPTSP Kabupaten Seluma, Pengumpulan data
Pemerintahan baik yang masih manual maupun yang sudah terkomputerisasi, Pengelompokan
data Pemerintahan yakni Nama Program Unggulan Daerah per setiap OPD di Kabupaten
Seluma Tahun 2019. Program pembangunan lintas sektoral guna mewujudkan masyarakat
Kabupaten Seluma yang unggul dan sejahtera dengan meningkatkan infrastruktur, sarana dan
prasarana, termasuk wisata serta sektor unggulan dan optimalisasi produk unggulan. Ada
sebuah alternative yang dapat digunakan untuk membangun sebuah transparansi dalam
mewujudkan Pemerintahan yang baik adalah dengan sebuah e-government. Pengelolaan
Lembaga secara digital baik untuk swasta maupun Pemerintah selain dapat meningkatkan
transparansi, juga dapat meningkatkan kualitas kerja yang dihasilkan oleh Pemerintah
Daerah.
Kata Kunci - Electronic-Government, Desain, Pemerintahan, Transparan, Program Unggulan
Perananan pemerintah dalam memberikan sebuah layanan terhadap masyarakat menjadi
prioritas, hal ini menjadikan berbagai fasilitas layanan yang digunakan oleh pemerintah selalu
mengedepankan kepuasan pelayanan, efektifitas pelayanan dan efisiensi dalam
pengelolaannya. Hal inilah yang menjadikan pemerintah selalu berupaya memberikan yang
terbaik kepada masyarakat yaitu dengan cara meningkatkan pelayanan, solusinya adalah
dengan cara membuat suatu sistem informasi yang terintegrasi antar lembaga pemerintahan
untuk meningkatkan pelayanan. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan pemerintah
adalah membangun sebuah konsep e-Government pada setiap tingkatan instansi pemerintah.
Sementara pada penelitian ini akan mendesain sebuah system e-government berbasis website
pada pemerintah daerah Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu dengan menekankan pada
informasi mengenai Program Unggulan Pemerintah Kabupaten Seluma. Informasi public
tersebut harus dapat dengan mudah diakses oleh seluruh masyarakat Kabupaten Seluma
khususnya melalui portal web resmi dalam mengawal dan mengkoreksi serta menilai kinerja
pemerintah Kabupaten Seluma. Dengan demikian maka akan tercipta sebuah Sistem
Pemerintahan yang baik, bersih dan transparan dengan mengedepankan Kinerja dan
Transparansi kepada publik.

Kesimpulan
Solusi dan alternatif yang menjanjikan dalam menciptakan transparansi dan mewujudkan
Pemerintahan yang baik adalah sebuah sistem pengelolaan pemerintahan berbasis digital atau
electronic government.

Anda mungkin juga menyukai