Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS DIMENSI KESUKSESAN IMPLEMENTASI SISTEM APLIKASI KEUANGAN TINGKAT

INSTANSI (SAKTI) PADA SATUAN KERJA WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
PENDEKATAN DELONE AND MCLEAN INFORMATION SYSTEM SUCCESS MODEL

Kukuh Haryu Pambudi, Helmy Adam


Universitas Brawijaya

Abstract: The objectives of this study are to measure how successful the implementation of Institution Financial
Application System (SAKTI) is in the early piloting phase and to investigate factors that influence the success using
DeLone and McLean system information success model (2003). The data of this causal-explanatory study were
collected from questionnaires distributed to 61 users working in vertical offices of Directorate General of Treasury in
East Java, who were selected through purposive sampling method. The results from the analysis using Partial Least
Square (PLS), an alternative method of Structural Equation Modelling (SEM), show that system quality, information
quality and service quality of SAKTI positively influence user satisfaction. The results also show that user satisfaction
positively influences SAKTI’s net benefits.

Keywords: DeLone and McLean Information System Success Model, system quality, information quality, service
quality, user satisfaction, net benefit, SAKTI, partial least square (PLS)

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat telah memicu begitu banyak perubahan dalam
kehidupan manusia dan memungkinkan berbagai aktivitas dijalankan semakin mudah, murah dan cepat. Sejalan
dengan perkembangan tersebut, sistem informasi (SI) juga telah tumbuh pada berbagai aspek kehidupan manusia dan
memberikan dampak yang nyata baik bagi individu maupun organisasi. Berbagai macam sistem digunakan oleh
individu, organisasi maupun masyarakat untuk mengatur proses pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, pencarian
dan penyampaian informasi (Gordon dan Gordon, 2004).
Sebagaimana SI telah dikembangkan dan dimanfaatkan di berbagai sektor privat, Pemerintah Indonesia pun
menyadari bahwa SI memegang peranan yang penting dalam mewujudkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik
(good government governance). Oleh karenanya, pemerintah berupaya menyelaraskan layanan publik terhadap
kemajuan teknologi dalam bentuk penerapan layanan elektronik atau yang biasa disebut sebagai E-Government.
Penerapan e-government di Indonesia, khususnya dalam bidang pengelolaan keuangan negara, salah satunya
terwujud dalam bentuk Integrated Financial Management Information System (IFMIS). Tujuan dari implementasi
IFMIS antara lain ialah untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat penggunaan sistem manual atau sistem
yang terpisah-pisah dalam pengelolaan anggaran dan proses akuntansinya. Permasalahan-permasalahan tersebut
menurut Diamond dan Khemani (2005) meliputi ketidakandalan dan keterlambatan data pendapatan dan belanja dalam
perencanaan, pengawasan, dan pelaporan anggaran serta pengendalian belanja yang berdampak buruk pada
pengelolaan anggaran secara keseluruhan.
Perubahan dan perbaikan sistem administrasi pemerintahan melalui pemanfaatan teknologi kini bukan hanya
merupakan suatu kebutuhan, melainkan telah menjadi sebuah tuntutan. Sebagaimana disampaikan oleh Eggers dan
Bellan (2015) bahwa digitalisasi pengelolaan pada sektor publik tidak lagi hanya didasarkan pada pencapaian
efektifitas, efisiensi, serta pengurangan biaya saja tetapi telah beranjak menjadi sebuah tuntutan dari masyarakat
penerima layanan. Sebagai suatu upaya untuk memenuhi tuntutan tersebut, Direktorat Jenderal Perbendaharaan
(DJPB), Kementerian Keuangan, telah mengembangkan suatu sistem aplikasi terintegrasi yang diperuntukkan bagi
seluruh satuan kerja (satker) instansi pemerintah pusat di seluruh Indonesia yang diberi nama Sistem Aplikasi
Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI).
Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) merupakan sebuah aplikasi sebagai bagian IFMIS yang
digunakan secara mandatory oleh instansi/satuan kerja pengelola dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), baik dalam lingkup kementerian maupun dinas di pemerintah daerah. Sistem ini dibangun
guna mendukung prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang tertib, efektif, efisien, ekonomis, transparan, akuntabel,
terintegrasi dan berbasis kinerja. Fitur utama SAKTI antara lain ialah integrasi basis data, single entry point,
menerapkan akuntansi berbasis akrual, dan jaminan keamanan data.
Implementasi SAKTI, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 223/PMK.05/2015
dan nomor 131/PMK.05/2016, diawali dengan tahapan uji coba terbatas (piloting) mulai tahun 2015. Dalam tahap
piloting awal, masih ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan stabilitas sistem, kualitas output, teknis
penggunaan, hingga layanan dukungan SAKTI. Sebagai contoh, masih terjadi gangguan konektivitas jaringan, masih
terdapat celah kesalahan input data, masih terdapat bug yang menyebabkan aplikasi error, kurang lengkapnya fitur
yang disediakan, kurang lengkapnya data output yang dihasilkan, user interface dan user experience yang kurang
nyaman, penggunaan istilah asing yang sulit dipahami pengguna baru, hingga kurang efektifnya layanan dukungan
dari tim pendamping piloting.
SAKTI merupakan proyek berskala nasional yang menghabiskan biaya, waktu, tenaga dan pikiran yang tidak
sedikit. Namun, besarnya pengorbanan yang dikeluarkan tersebut nyatanya belum tentu menjamin keberhasilan
implementasinya. Sauer dan Cuthbertson (2003) menemukan bahwa hanya sekitar 16% proyek IT sektor publik di
Inggris yang bisa dinyatakan berhasil, sementara 84% lainnya mengalami kegagalan dalam berbagai tingkatan. Oleh
karenanya, keberhasilan penerapan SAKTI merupakan salah satu prioritas utama dalam inisiatif strategis DJPB,
Kementerian Keuangan.
McLeod dan Schell (2007) mengemukakan bahwa terdapat lima tahapan dalam siklus hidup pengembangan
sistem (system development life cycle). Tahapan-tahapan tersebut yaitu perencanaan, analisis, desain, implementasi,
dan penggunaan. Selama tahap penggunaan, diperlukan adanya pengumpulan umpan balik dari para pengguna untuk
melihat seberapa efektif SI yang diterapkan mampu menjalankan fungsinya dan memecahkan masalah untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Apabila SI tidak menunjukkan performa yang diharapkan, maka tindakan-tindakan korektif
atau pengembangan lebih lanjut atas SI perlu dilakukan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa evaluasi atas penerapan
sistem informasi merupakan langkah yang penting untuk menghasilkan umpan balik yang dapat digunakan sebagai
masukan dalam upaya perbaikan SI secara berkesinambungan.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk merumuskan model yang tepat dalam mengevaluasi keberhasilan
implementasi SI. Pada SI yang bersifat mandatory seperti SAKTI, ukuran penggunaan kurang mampu memberikan
tambahan nilai eksplanatoris terhadap kesuksesan implementasinya. Penggunaan sebagai ukuran keberhasilan merujuk
pada intensitas, utilisasi dan optimalisasi pemanfaatan sistem informasi. Oleh karena itu, penelitian ini lebih tepat jika
menggunakan model kesuksesan SI. Model kesuksesan SI awalnya dikemukakan oleh DeLone dan McLean pada
tahun 1992 sebagai hasil perpaduan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan sistem informasi secara komprehensif dan multidimensi. Kemudian pada tahun 2003, DeLone dan
McLean melakukan penyempurnaan pada model ini dan mengemukakan enam dimensi pengukuran kesuksesan SI
yaitu Kualitas Informasi (Information Quality), Kualitas Sistem (System Quality), Kualitas Layanan (Service Quality),
Penggunaan (Use) atau Minat Penggunaan (Intention to Use), Kepuasan Pengguna (User Satisfaction) dan Manfaat
Bersih (Net Benefit).
Halawi et al. (2007) melakukan penelitian dengan mengadopsi model kesuksesan SI DeLone dan McLean (2003)
atas implementasi Knowledge Management Systems pada 18 organisasi di Amerika Serikat. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan
pengguna. Selain itu, penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa kepuasan pengguna memiliki pengaruh
yang positif terhadap manfaat bersih sebagai ukuran kesuksesan Knowledge Management Systems.
Sementara di sektor publik, Iivari (2005) melakukan penelitian atas keberhasilan SI yang bersifat mandatory¸
yaitu sistem informasi keuangan dan akuntansi yang diterapkan oleh dewan kota Oulu, di Finlandia. Penelitian ini
menemukan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap kepuasan
pengguna. Sedangkan variabel kepuasan pengguna juga berpengaruh positif secara signifikan terhadap individual
impact.
Terlepas dari hasil penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, penggunaan model kesuksesan
DeLone dan McLean untuk mengukur kesuksesan SI tidak selalu menunjukan hasil yang konsisten. Sebagai contoh,
hasil penelitian Iivari (2005), Wixom dan Todd (2005), McGill et al. (2003), Rai et al. (2002), serta Seddon dan Kiew
(1996) menyatakan bahwa variabel kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. Sementara,
penelitian Marble (2003), Iskandar et al. (2016), Kader dan Ali (2012), serta Purwanto (2007) menyatakan sebaliknya.
Oleh karena itu, pengujian empiris lebih lanjut terhadap model kesuksesan SI DeLone dan McLean perlu dilakukan
pada objek penelitian yang berbeda untuk mempersempit celah penelitian.
Menimbang besarnya sumber daya yang dikerahkan dalam proses pengembangan, besarnya skala implementasi
serta manfaat yang dijanjikan atas implementasi SAKTI di samping masih ditemukan berbagai permasalahan yang
menyertainya, maka penulis tertarik untuk mengevaluasi implementasi SAKTI selama masa piloting awal dengan cara
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesannya menggunakan model pengukuran yang dikembangkan oleh
DeLone dan McLean (2003).
Selain untuk memahami tingkat kesuksesan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan
implementasi SAKTI, penelitian ini juga dilakukan untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang didukung
dengan bukti-bukti empiris sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
perbaikan sistem oleh jajaran manajemen serta penentuan langkah-langkah peningkatan kesuksesan implementasi
SAKTI pada tahap-tahap selanjutnya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang
akan diteliti sebagai berikut:
1. Apakah kualitas informasi (information quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user
satisfaction) SAKTI?
2. Apakah kualitas sistem (system quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction)
SAKTI?
3. Apakah kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction)
SAKTI?
4. Apakah kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap manfaat bersih (net benefit) SAKTI?
1.3. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan agar fokus pembahasan penelitian tidak
terlalu melebar pada aspek-aspek yang tidak relevan. Batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh penulis yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan sebagian kontruk dari model kesuksesan SI DeLone dan McLean (2003), yaitu
variabel kualitas informasi, kualitas sistem, kualitas layanan, kepuasan pengguna dan manfaat bersih. Variabel
penggunaan tidak diikutsertakan dalam kerangka penelitian mengingat penggunaan SAKTI bersifat mandatory.
2. Variabel manfaat bersih yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan untuk mengukur dampak pemanfaatan
SAKTI terhadap pengguna individu (individual impact), sementara dampak pemanfaatan SAKTI terhadap
organisasi (organizational impact) tidak diuji dalam penelitian ini.
3. Objek penelitian ini dibatasi pada pegawai DJPB di wilayah provinsi Jawa Timur, khususnya para pegawai yang
mengoperasikan aplikasi SAKTI. Berdasarkan kewenangannya, pengguna aplikasi SAKTI pada masing-masing
kantor vertikal dibagi menjadi 4 (empat) jenis yaitu pengguna selaku administrator lokal, operator, validator
serta approver.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


2.1. Keberhasilan Sistem Informasi
Setiap organisasi tentu memiliki kebutuhan akan sistem informasi yang berbeda satu sama lain. Perbedaan
kebutuhan tersebut di antaranya dipengaruhi oleh perbedaan kebutuhan informasi, karakteristik dan kompleksitas
bisnis, serta tujuan organisasi itu sendiri. Sebuah organisasi harus mampu mendesain dan mengembangkan sistem
informasi yang berkualitas untuk menunjang kinerja dan mencapai tujuan organisasi.
Evaluasi atas kesuksesan implementasi SI merupakan suatu fenomena yang kompleks karena terdapat berbagai
faktor yang perlu dipertimbangkan dan berbagai ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kesuksesannya.
Keberhasilan sistem informasi sering dikaitkan dengan persepsi pengguna mengenai atribut-atribut SI yang penting
untuk mencapai kepuasan pengguna akhir (end-user satisfaction). Ives et al. (1983) berpendapat bahwa kemampuan
untuk menangkap dan mengukur kepuasan pengguna merupakan ukuran yang nyata dalam menilai kinerja dari fungsi,
layanan serta aplikasi SI yang diterapkan dalam suatu organisasi. Selain itu, ukuran kesuksesan SI pada banyak
penelitian juga dikaitkan dengan penggunaan dan manfaat bersih (net benefit) yang dihasilkan akibat pemanfaatan
sistem informasi. Penggunaan sebagai ukuran keberhasilan merujuk pada intensitas, utilisasi dan optimalisasi
pemanfaatan sistem informasi. Sementara manfaat bersih (net benefit) merujuk pada konsekuensi positif yang
diperoleh atas penerapan sistem informasi, yang diukur baik pada level individu, organisasi, industri maupun level
lainnya, setelah mempertimbangkan pengorbanan dan konsekuensi negatif yang tidak dapat dihindari. Goodhue dan
Thompson (1995) menyatakan kesuksesan sistem informasi suatu perusahaan tergantung pada bagaimana sistem itu
dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para penggunanya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan.
2.2. Model Keberhasilan Sistem Informasi
Penelitian terdahulu untuk merumuskan model pengukuran yang tepat dalam rangka mengevaluasi implementasi
sistem informasi telah banyak dilakukan. Dua pendekatan yang paling banyak diadopsi adalah Model Keberterimaan
Teknologi (Technology Acceptance Model) dan Model Kesuksesan Sistem Informasi. Model Keberterimaan
Teknologi yang diperkenalkan oleh Davis (1989) menggunakan Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned
Behavior (Fishbein dan Ajzen, 1975) untuk menjelaskan mengapa sebagian SI lebih siap diterima oleh pengguna
dibandingkan dengan SI lainnya. Namun menurut Petter et al. (2008), keberterimaan tidak dapat disamakan dengan
keberhasilan meskipun keberterimaan suatu SI sebetulnya merupakan prakondisi yang dibutuhkan untuk mencapai
keberhasilan.
Dalam perkembangannya, model kesuksesan SI yang diperkenalkan oleh DeLone dan McLean (1992) adalah
model yang banyak diaplikasikan dalam penelitian SI. Sedera et al. (2004) telah menguji beberapa model kesuksesan
SI terhadap data empiris, termasuk model DeLone dan McLean serta model Seddon (1997), dan menyatakan bahwa
model DeLone dan McLean merupakan model yang paling cocok untuk mengukur kesuksesan sistem perusahaan.
Pada tahun 1992, dalam jurnal berjudul Information System Success: The Quest for the Dependent Variable,
William H. DeLone dan Ephraim R. McLean memperkenalkan sebuah model untuk mengukur kesuksesan sistem
informasi. Model pengukuran ini dibuat karena sebelumnya tidak terdapat pandangan yang terintegrasi mengenai
konsep kesuksesan SI yang komprehensif. Banyak penelitian terdahulu menggunakan berbagai macam aspek
kesuksesan SI yang berbeda sehingga penelitian-penelitian tersebut menjadi sulit untuk diperbandingkan.
DeLone dan McLean (1992) menyatakan bahwa informasi sebagai keluaran (output) dari sistem informasi dapat
diukur pada tiga tingkatan yang berbeda, yaitu tingkatan teknis, semantik, dan efektivitas. Shannon dan Weaver (1949)
mendefinisikan tingkatan teknis sebagai tingkat ketepatan dan efisiensi dari suatu sistem yang menghasilkan informasi,
sementara tingkatan semantik adalah tingkat kesuksesan informasi dalam menyampaikan makna yang dimaksudkan
dan tingkatan efektivitas merupakan tingkat akibat yang ditimbulkan oleh informasi terhadap penerimanya.
Model kesuksesan SI DeLone dan McLean didasarkan pada riset komunikasi yang dilakukan oleh Shannon and
Weaver (1949). Riset tersebut difokuskan pada proses bagaimana suatu informasi dapat tersampaikan kepada
penerimanya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, terdapat tiga tingkatan pengukuran informasi yaitu tingkatan
teknis, semantik dan efektivitas. Ketiga tingkatan ini selanjutnya dikembangkan menjadi Information Influence Theory
oleh Mason (1978) dengan mengubah tingkatan efektivitas informasi menjadi pengaruh (influence) informasi yang
meliputi pengaruh terhadap penerimaan (receipt), penerima (recipient) dan sistem. Berikutnya, DeLone dan McLean
menggunakan Information Influence Theory dan 180 penelitian empiris lainnya mengenai sistem informasi pada tahun
1970an hingga 1980an untuk mengategorikan ukuran kesuksesan SI. Ukuran kesuksesan SI tersebut dituangkan dalam
model yang menggabungkan proses dan hubungan kausal antar dimensi pengukuran yang terdiri dari Kualitas
Informasi (Information Quality), Kualitas Sistem (System Quality), Penggunaan Sistem (Use), Kepuasan Pengguna
(User Satisfaction), Dampak Individu (Indiviual Impact), dan Dampak organisasi (Organizational Impact).
Model kesuksesan SI DeLone dan McLean (1992) banyak menarik perhatian dan respon dari berbagai kalangan
peneliti. Salah satu kritik terhadap model ini disampaikan oleh Seddon (1997) yang menyatakan bahwa penggunaan
sistem (use) adalah suatu tingkah laku (behavior) sehingga tidak cocok digunakan dalam model kausal. Menurutnya,
penggunaan pasti mendahului dampak dan manfaat dari suatu sistem informasi, akan tetapi penggunaan tidak dapat
dikategorikan sebagai penyebab dari dampak dan manfaat tersebut. Seddon kemudian merumuskan ulang model
kesuksesan SI menjadi dua model variansi yang terpisah. Rai et al. (2002) membandingkan model kesuksesan SI
DeLone dan McLean (1992) dengan model kesuksesan SI yang dibuat oleh Seddon (1997) dan menemukan bahwa
model DeLone dan McLean berhasil lolos uji validasi sekaligus mengungguli model Seddon.
Setelah lebih dari satu dekade sejak pertama kali diperkenalkan, DeLone dan McLean (2003) menemukan kurang
lebih 285 artikel dari berbagai jurnal telah menggunakan, memvalidasi, menentang maupun mengusulkan perbaikan
terhadap model kesuksesan SI ini sejak tahun 1993 hingga pertengahan 2002. Keduanya kemudian melakukan
penelitian untuk mengevaluasi berbagai kontribusi penelitian serta mempertimbangkan kritik dan saran dari peneliti
lain terhadap model kesuksesan SI awal. Berdasarkan hasil penelitian lanjutan tersebut, DeLone dan McLean (2003)
mengajukan sedikit penyempurnakan terhadap model kesuksesan SI dan memperkenalkan sebuah model yang
diperbarui.
Gambar 1
Model Keberhasilan SI DeLone dan McLean yang Diperbarui (2003)

DeLone dan McLean menambahkan satu dimensi baru dalam model yang diperbarui, yaitu kualitas layanan
(service quality). Perubahan lain yang ditemukan dalam model yang diperbarui adalah penyatuan variabel dampak
individu (individual impact) dan dampak organisasional (organizational impact) menjadi satu variabel yaitu manfaat
bersih (net benefits). Dimensi intensi penggunaan (intention to use) juga ditambahkan sebagai alternatif dari dimensi
penggunaan (use). Variabel intensi penggunaan dapat digunakan dalam beberapa konteks tertentu karena sulitnya
menafsirkan aspek-aspek multidimensi dari variabel penggunaan. Ketidakcocokan variabel penggunaan dalam suatu
model kausal sebagaimana disampaikan oleh Seddon (1997), dapat diselesaikan oleh variabel intensi penggunaan
karena variabel tersebut bukan merupakan suatu tingkah laku (behavior) melainkan suatu sikap (attitude).
2.3. Kerangka Konseptual
Penelitian ini mengadaptasi model kesuksesan SI DeLone dan McLean (2003) yang merupakan model kausal
mengenai bagaimana pengaruh kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan terhadap kepuasan pengguna
serta bagaimana kepuasan pengguna dan penggunaan saling mempengaruhi secara resiprokal dan menjadi anteseden
dari manfaat bersih. Penelitian ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna SI pada
organisasi sektor publik dan pengaruh kepuasan tersebut terhadap kinerja individu penggunanya. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Sistem (System Quality), Kualitas Informasi (Information Quality),
Kualitas Layanan (Service Quality), Kepuasan Pengguna (User Satisfaction), serta Manfaat Bersih (Net Benefit).
Variabel penggunaan sebagai salah satu dimensi dalam model kesuksesan SI DeLone dan McLean (2003) tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini mengingat terdapat kesulitan apabila variabel ini digunakan sebagai alat ukur
kesuksesan sistem informasi yang diimplementasikan pada lingkungan mandatory (Davis et al., 1989; DeLone dan
McLean, 1992). Pengukuran atas penggunaan sistem dalam penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan terhadap
implementasi SI yang bersifat mandatory menunjukan hasil yang inkonsisten.
Ketika penggunaan sistem bersifat mandatory, maka tingkat penggunaan suatu sistem hanya memberikan sedikit
informasi mengenai kesuksesan sistem tersebut (Robey, 1979; Welke dan Konsynski, 1982). SAKTI merupakan
sistem khusus yang penggunaannya menjadi tugas bagi aparatur sipil negara yang diamanatkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan. Dalam hal ini, ukuran penggunaan tidak dapat mencerminkan reaksi pengguna terhadap sistem
informasi yang bersifat mandatory secara tepat (Wibowo, 2017).
Dalam beberapa penelitian, variabel daya guna yang dipersepsikan atau perceived usefulness digunakan untuk
menggantikan variabel penggunaan sistem. Namun, Kader dan Ali (2012) menyatakan bahwa: “Information quality
and system quality variables have been shown to refer to object-based beliefs where usefulness and ease of use were
referred to as behavioral beliefs. On the other hand, system satisfaction was referred as object based attitude”.
Menurut Wixom dan Todd (2005): “Mixing object-based beliefs and behavioral beliefs appears to potentially lead to
a conceptual flaw in the information systems success model”. Oleh karena itu, variabel daya guna yang dipersepsikan
juga tidak digunakan untuk menggantikan variabel penggunaan dalam penelitian ini.
Fokus analisis variabel manfaat bersih dalam penelitian ini berada pada pengukuran manfaat SAKTI pada level
individu (individual impact). Analisis pada level individu lebih tepat digunakan mengingat unit analisis yang
memberikan penilaian pada penelitian ini adalah para pengguna akhir (individu). Petter et al. (2008) menyatakan
bahwa kunci dalam pengukuran manfaat SI pada level organisasi (organizational impact) adalah dengan memastikan
bahwa orang yang memberikan penilaian terhadap manfaat organisasi berada di posisi yang tepat untuk melakukan
penilaian tersebut. Analisis dampak implementasi SI pada level organisasi akan lebih tepat apabila menggunakan
penilaian yang didasarkan pada persepsi pihak pengambil keputusan yang digunakan untuk menilai tingkat
profitabilitas dan efisiensi biaya sebagai akibat dari penggunaan sistem informasi tersebut (Azmia, 2017).
Berangkat dari telaah literatur yang telah diuraikan sebelumnya, penelitan ini mengadaptasi model kesuksesan
sistem informasi DeLone dan McLean (2003) yang dapat digambarkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut:

Gambar 2
Model Penelitian
Kualitas Informasi H1
(System Quality)

H2 Kepuasan Pengguna H4 Manfaat Bersih


Kualitas Sistem
(User Satisfaction) (Net Benefits)
(System Quality)

Kualitas Pelayanan H3
(Service Quality)

2.4. Pengembangan Hipotesis


Pengaruh Kualitas Sistem terhadap Kepuasan Pengguna
Kualitas sistem mencerminkan karakteristik yang melekat pada sistem yang bersangkutan dalam rangka
menghasilkan informasi. DeLone dan McLean (2003) menyebutkan bahwa kualitas sistem merupakan ukuran yang
dikombinasikan dari kinerja perangkat keras dan perangkat lunak yang ada dalam suatu sistem informasi. Menurut
Petter et al. (2008), karakteristik yang diharapkan dari sebuah sistem informasi antara lain ialah fleksibilitas sistem,
keandalan sistem, kemudahan penggunaan, kemudahan mempelajarinya, serta adanya fitur sistem yang intuitif,
canggih, responsif dan fleksibel.
DeLone dan McLean (1992) menyatakan bahwa semakin baik kualitas sistem informasi maka kepuasan
pengguna sistem tersebut akan semakin meningkat. Terdapat banyak penelitian yang mendukung pernyataan tersebut
dan menemukan hubungan yang kuat antara kualitas sistem dengan kepuasan pengguna SI (Seddon dan Kiew, 1996;
Rai et al., 2002; McGill et al., 2003; Iivari, 2005; McGill dan Klobas, 2005; Wixom dan Todd, 2005).
Apabila kualitas sistem menurut persepsi pengguna memenuhi kriteria yang baik, maka pengguna SI akan
cenderung merasa puas terhadap sistem tersebut. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa (ceteris paribus) semakin
baik kualitas sistem akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna SAKTI. Berdasarkan uraian
yang telah disampaikan, maka hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: H1 : Kualitas sistem
berpengaruh positif terhadap kepuasaan pengguna

Pengaruh Kualitas Informasi terhadap Kepuasan Pengguna


Kualitas informasi merupakan ukuran atas keluaran (output) yang dihasilkan oleh suatu sistem informasi,
termasuk diantaranya format laporan (DeLone dan McLean, 1992). Kualitas informasi berhubungan dengan nilai,
manfaat, relevansi, dan urgensi dari informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem informasi. Hasil penelitian Seddon
dan Kiew (1996) menunjukkan bahwa kualitas informasi merupakan prediktor yang kuat dalam menentukan
keberhasilan sistem informasi ketika kepuasan pengguna digunakan sebagai ukuran keberhasilannya. Lebih lanjut,
Seddon (1997) menyatakan bahwa kualitas informasi berkaitan dengan persepsi pengguna mengenai kualitas informasi
yang dihasilkan oleh sistem informasi berbasis teknologi yang digunakan untuk membantu aktivitas operasional
sebuah organisasi. Kualitas informasi seringkali menjadi dimensi kunci dalam intrumen pengukuran kepuasan
pengguna akhir (Ives et al., 1983).
DeLone dan McLean (1992) menyatakan bahwa semakin tinggi kualitas informasi yang dihasilkan suatu sistem
informasi akan semakin meningkatkan kepuasan penggunanya. Berbagai hasil penelitian telah mendukung pernyataan
tersebut dan menemukan hubungan yang kuat antara kualitas informasi dengan kepuasan pengguna SI (Seddon dan
Kiew, 1996; Rai et al., 2002; McGill et al., 2003; Iivari, 2005; Wixom dan Todd, 2005; Chiu et al., 2007; Halawi et
al., 2007).
Apabila kualitas informasi menurut persepsi pengguna memenuhi kriteria yang baik, maka pengguna SI akan
cenderung merasa puas terhadap sistem tersebut. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa (ceteris paribus) semakin
baik kualitas informasi yang dihasilkan oleh SAKTI akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
penggunanya. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu:
H2 : Kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kepuasaan pengguna

Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pengguna


Parasuraman et al. (1985) mendefinisikan kualitas layanan sebagai sebuah perbandingan antara harapan
pelanggan dengan persepsi layanan yang secara nyata mereka terima. Pengertian kualitas layanan menurut Petter et
al. (2008) adalah kualitas dari dukungan atau bantuan yang diterima oleh pengguna dari departemen sistem informasi
serta petugas yang berkaitan dengannya, yang mencakup tingkat responsivitas, akurasi, keandalan dukungan, serta
kompentensi teknis dan empati dari petugas TI.
Pitt et al. (1995) menemukan bahwa pengukuran efektivitas sistem informasi pada umumnya hanya berfokus
pada sistem informasi sebagai suatu produk, sementara layanan dukungan terhadap sistem informasi tersebut kurang
diperhatikan. Lebih lanjut, Pitt (1995) menyatakan bahwa para peneliti akan dihadapkan pada risiko kesalahan
pengukuran efektivitas SI manakala tidak mengikutsertakan dimensi kualitas layanan ke dalam konstruk penelitiannya.
Beberapa peneliti sepakat dengan pernyataan tersebut (Kettinger dan Lee, 1994; Li, 1997; Wilkin dan Hewitt, 1999)
dan mengusulkan agar variabel kualitas layanan dimasukan ke dalam pengukuran kesuksesan SI. Atas usulan-usulan
tersebut, DeLone dan McLean (2003) kemudian menambahkan dimensi kualitas layanan dalam pembaruan model
kesuksesan sistem informasinya. DeLone dan McLean (2003) menyatakan bahwa semakin tinggi kualitas layanan
yang dihasilkan suatu sistem informasi akan semakin meningkatkan kepuasan penggunanya.
Penelitian Noviyanti (2016) menemukan bahwa pengaruh kualitas layanan terhadap manfaat bersih menunjukkan
nilai z-value sebesar 3.79 (>1.963) yang artinya terdapat pengaruh langsung yang signifikan secara positif. Hasil ini
menunjukkan bahwa kualitas layanan pendukung yang baik dari system support SAIBA menentukan kepuasan
pengguna, sehingga dalam pengembangan sebuah sistem informasi harus mempertimbangkan aspek penyediaan
layanan setelah sistem informasi diimplementasikan.
Peneliti menduga bahwa (ceteris paribus) kualitas layanan yang semakin baik dari Direktorat SITP akan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna SAKTI. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan,
maka hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H3 : Kualitas layanan berpengaruh
positif terhadap kepuasaan pengguna

Pengaruh Kepuasan Pengguna terhadap Manfaat Bersih


Kepuasan pengguna dalam konteks pemanfaatan sistem informasi dapat didefinisikan sebagai perasaan akhir
berupa rasa senang yang dihasilkan akibat adanya interaksi antara pengguna dengan suatu sistem (Seddon dan Kiew,
1996). Bailey dan Pearson (1983) mengemukakan bahwa kepuasan pengguna sering digunakan sebagai ukuran dari
kesuksesan sistem informasi yang dihubungkan kepada elemen pembentuk kesuksesan dalam beberapa aspek
konseptual. Kepuasan pengguna memberikan sudut pandang yang lebih luas dibandingkan dengan ukuran kesuksesan
sistem informasi lainnya seperti penggunaan (use) dan daya persepsi kegunaan (perceived usefulness) atas sistem
informasi (Ives et al., 1983).
Istilah manfaat bersih diungkapkan oleh DeLone dan McLean (2003) untuk menggambarkan karakteristik dari
hasil yang diharapkan atas implementasi sistem informasi. Istilah manfaat bersih (net benefit) lebih mengisyaratkan
hal yang positif dan digunakan untuk menggantikan istilah dampak (impact) yang bisa mengarah pada arti yang baik
maupun buruk. Manfaat bersih merupakan ukuran kesuksesan sistem informasi yang paling penting karena
mencerminkan perbandingan dan selisih antara dampak positif dan negatif atas implementasi SI terhadap para
pemangku kepentingan (DeLone dan McLean, 2003). Manfaat bersih berkaitan dengan sejauh mana sistem informasi
berkontribusi terhadap kesuksesan individu, kelompok, organisasi, industri atau negara. Fokus pengukuran manfaat
bersih dalam penelitian ini adalah pada dampak implementasi sistem informasi terhadap kinerja individu penggunanya.
Markus dan Keil (1994) menjelaskan bahwa kepuasan pengguna tidak akan bermakna apabila sistem tersebut
tidak menyebabkan kinerja individu meningkat dan memberikan pengaruh yang positif bagi organisasi. Ketika
pengguna merasa puas terhadap suatu sistem informasi, maka mereka akan semakin produktif karena kebutuhan
informasi yang berkaitan dengan pekerjaannya tersedia tepat waktu saat dibutuhkan (Almutairi, 2001). Hasil penelitian
Iivari (2005) memberikan bukti empiris bahwa kepuasan pengguna memberikan pengaruh signifikan terhadap dampak
individu yang diukur berdasarkan persepsi kegunaan sistem. Noviyanti (2016) menemukan bahwa pengaruh langsung
kepuasan pengguna terhadap manfaat bersih menunjukkan nilai z-value sebesar 10.20 (>1.963) yang artinya terdapat
pengaruh langsung yang signifikan secara positif.
Apabila pengguna SAKTI merasa puas terhadap kapabilitas sistem, maka mereka akan cenderung merasa
penggunaan sistem informasi tersebut memudahkan dan mempercepat penyelesaian pekerjaan, serta meningkatkan
performa kerja. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa (ceteris paribus) kepuasan pengguna yang semakin
meningkat akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manfaat bersih SAKTI dalam kaitannya dengan kinerja
individu para penggunanya. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka hipotesis keempat yang diajukan dalam
penelitian ini yaitu:
H4 : Kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap manfaat bersih

3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian causal explanatory dengan pendekatan
kuantitatif karena penelitian ini menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen melalui
pengujian hipotesis dan secara umum data yang disajikan dalam bentuk angka-angka dihitung melalui uji statistik.
Populasi penelitian adalah para pengguna SAKTI pada seluruh satuan kerja vertikal DJPb yang melaksanakan
piloting SAKTI tahap IIA di wilayah provinsi Jawa Timur sebanyak 15 (lima belas) KPPN dan 1 (satu) Kantor Wilayah
DJPb. Sampel pada penelitian ini adalah para pengguna SAKTI yang memiliki level kewenangan operasional modul
yaitu operator, validator dan approver. User dengan level kewenangan administrator lokal tidak disertakan sebagai
sampel penelitian dengan pertimbangan bahwa user tersebut memiliki kewenangan yang terbatas dengan intensitas
penggunaan sistem yang rendah sehingga tidak dapat menjelaskan kepuasan pengguna dan manfaat bersih SAKTI
terhadap kinerja individu dalam pengelolaan keuangan negara secara tepat.
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah nonprobability method dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dibatasi hanya pada orang-orang tertentu yang dapat memberikan
informasi yang diinginkan, baik karena hanya merekalah yang memiliki informasi tersebut maupun karena mereka
memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti (Sekaran dan Bougie, 2016).
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode self-administrative survey dengan alat
bantu kuesioner. Penyebaran kuesioner penelitian dilakukan secara online kepada seluruh responden dengan perangkat
Google Forms melalui tautan internet yang dikirimkan ke alamat e-mail masing-masing KPPN dan Kanwil. Sebelum
digunakan dalam penelitian, pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui
keterbacaan dan keterpahaman instrumen serta validitas dan realibilitas instrumen melalui pretest. Menurut Cooper
dan Schindler (2011), jumlah responden minimal untuk dapat menguji keterpahaman dan validitas instrumen
penelitian adalah sebanyak 25 responden.
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi variabel eksogen dan variabel endogen.
Variabel eksogen terdiri dari Kualitas Informasi, Kualitas Sistem, dan Kualitas Layanan, sementara variabel endogen
terdiri dari Kepuasan Pengguna dan Manfaat Bersih. Item pengukuran yang mewakili indikator untuk mengukur
variabel eksogen dan endogen dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi pemanfaatan SAKTI agar relevan
dengan tujuan penelitian. Berikut adalah definisi operasional variabel yang digunakan dalam pembuktian hipotesis
dalam penelitian ini:
3.1.1. Variabel Eksogen
Variabel eksogen, atau variabel independen, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
perubahan variabel lain (variabel dependen) dalam model. Dalam penelitian ini, terdapat tiga varibel eksogen yaitu:
Kualitas Sistem
Kualitas sistem dalam penelitian ini didefinisikan sebagai karakteristik yang melekat pada aplikasi SAKTI
berdasarkan interpretasi pengguna atas pengalamannya menggunakan sistem informasi tersebut (interpretasi ex-post).
Kualitas sistem berkaitan dengan fleksibilitas sistem, integrasi sistem, kemudahan dan kenyamanan penggunaan,
keandalan sistem, serta adanya fitur sistem yang intuitif, canggih, dan responsif. Indikator-indikator yang digunakan
untuk mengukur variabel kualitas sistem diadopsi dari penelitian Bailey dan Pearson (1983). Indikator-indikator
tersebut antara lain flexibility, integration, reliability, ease of use, response time, security dan language. Ketujuh
indikator pengukuran dituangkan dalam 7 (tujuh) butir pernyataan dalam kuesioner yang menggunakan skala likert 5
(lima) titik, yaitu dari 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Kualitas sistem dalam path diagram
penelitian ini diberi notasi KS. Berikut adalah daftar pernyataan yang telah disesuaikan dan digunakan dalam kuesioner
penelitian:

Tabel 1
Item Pengukuran Variabel Kualitas Sistem
Indikator Pernyataan
Aplikasi SAKTI dapat diperbarui (di-update) menyesuaikan perkembangan dan perubahan
Flexibility
kebutuhan dalam pekerjaan
Aplikasi SAKTI terintegrasi dengan baik terhadap sistem lain yang menjalankan fungsi yang
Integration
berbeda
Reliability Aplikasi SAKTI dapat diandalkan (kemungkinan terjadi kesalahan sistem/error rendah)
Ease of Use Aplikasi SAKTI mudah dan nyaman digunakan (user-friendly)
Response Time Aplikasi SAKTI merespon segala perintah dan permintaan yang saya ajukan dengan cepat
Aplikasi SAKTI memiliki fitur keamanan yang baik sehingga mampu melindungi kerahasiaan
Security
data dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan
Menu-menu dan pilihan perintah dalam aplikasi SAKTI menggunakan bahasa/istilah yang
Language
mudah dipahami

Kualitas Informasi
Kualitas informasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai karakteristik dari informasi (output) yang dihasilkan
oleh SAKTI, termasuk diantaranya informasi berupa dokumen transaksi dan pelaporan, berdasarkan interpretasi
pengguna atas pengalamannya menggunakan sistem informasi tersebut (interpretasi ex-post). Kualitas informasi
berkaitan dengan keakuratan, kelengkapan, ketepatan waktu, kemudahan dipahami, kemutakhiran, dan bentuk
keluaran (output) yang dihasilkan SAKTI. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kualitas
informasi diadopsi dari penelitian Bailey dan Pearson (1983). Indikator-indikator tersebut antara lain accuracy,
completeness, timeliness, understandibility, currency dan format. Keenam indikator pengukuran dituangkan dalam 6
(enam) butir pernyataan dalam kuesioner yang menggunakan skala likert 5 (lima) titik, yaitu dari 1 (sangat tidak setuju)
sampai dengan 5 (sangat setuju). Kualitas informasi dalam path diagram penelitian ini diberi notasi KI. Berikut adalah
daftar pernyataan yang telah disesuaikan dan digunakan dalam kuesioner penelitian:

Tabel 2
Item Pengukuran Variabel Kualitas Informasi
Indikator Pernyataan
Accuracy Aplikasi SAKTI menghasilkan informasi berupa laporan/dokumen yang benar dan akurat
Completeness Aplikasi SAKTI menghasilkan laporan/dokumen yang berisi informasi yang lengkap
Aplikasi SAKTI menghasilkan informasi berupa laporan/dokumen secara tepat waktu sesuai
Timeliness
dengan kebutuhan
Understandability Aplikasi SAKTI menghasilkan informasi berupa laporan/dokumen yang mudah dipahami
Aplikasi SAKTI mampu menghasilkan informasi berupa laporan/dokumen yang mutakhir (up-
Currency
to-date) sebagai hasil pengolahan data terkini
Bentuk (format) informasi berupa laporan/dokumen yang dihasilkan aplikasi SAKTI memiliki
Format
tampilan desain dan tata letak yang baik dan sesuai dengan kebutuhan

Kualitas Layanan
Kualitas layanan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai persepsi pengguna SAKTI mengenai karakteristik
layanan bantuan dan dukungan yang diberikan oleh Direktorat SITP dan layanan helpdesk terintegrasi HAI-DJPb yang
secara nyata diterima selama menggunakan sistem informasi tersebut (ex-post). Kualitas layanan berkaitan dengan
dukungan fisik, keandalan, responsivitas, sikap serta kompetensi teknis dan empati dari petugas pemberi layanan.
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kualitas layanan diadopsi dari penelitian Parasuraman
et al. (1988). Indikator-indikator tersebut antara lain tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.
Kelima indikator pengukuran dituangkan dalam 9 (sembilan) butir pernyataan dalam kuesioner yang menggunakan
skala likert 5 (lima) titik, yaitu dari 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Kualitas layanan dalam
path diagram penelitian ini diberi notasi KL. Berikut adalah daftar pernyataan yang telah disesuaikan dan digunakan
dalam kuesioner penelitian:

Tabel 3
Item Pengukuran Variabel Kualitas Layanan
Indikator Pernyataan
Aplikasi SAKTI didukung dengan pengadaan perangkat keras (CPU, Keyboard, Mouse, Monitor,
Tangibles
dsb), perangkat jaringan serta alat-alat lainnya yang memadai
Layanan bantuan SAKTI dari Direktorat SITP dan HAI DJPb dapat diandalkan
Reliability Direktorat SITP dan HAI-DJPb mampu memberikan layanan bantuan SAKTI sesuai dengan apa
yang dijanjikan, dalam rentang waktu yang dijanjikan
Direktorat SITP dan HAI-DJPb selalu bersedia memberikan layanan bantuan manakala saya
menemui masalah yang berkaitan dengan aplikasi SAKTI
Responsiveness
Direktorat SITP dan HAI-DJPb memberikan layanan bantuan dengan cepat dan sigap manakala
saya menemui masalah yang berkaitan dengan aplikasi SAKTI
Saya merasa yakin dan percaya dengan kemampuan petugas pemberi layanan bantuan SAKTI
dari Direktorat SITP dan HAI-DJPb dalam menyelesaikan suatu masalah
Assurance
Petugas pemberi layanan bantuan SAKTI dari Direktorat SITP dan HAI-DJPb bersikap ramah
terhadap saya
Petugas pemberi layanan bantuan SAKTI dari Direktorat SITP dan HAI-DJPb berupaya
memberikan perhatian dan memahami permasalahan yang saya alami
Empathy
Petugas pemberi layanan bantuan SAKTI dari Direktorat SITP dan HAI-DJPb berupaya
mengedepankan kepentingan saya

3.1.2. Variabel Endogen


Variabel endogen, atau variabel dependen, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas dalam suatu model. Dalam penelitian ini, terdapat dua varibel endogen yaitu:
Kepuasan Pengguna
Kepuasan pengguna dalam penelitian ini mengacu pada interpretasi “Information System Satisfactoriness”,
sebagaimana dikemukakan oleh Goodhue (1986), yaitu persepsi pengguna SAKTI mengenai kesesuaian antara atribut
sistem yang dipersyaratkan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pengelolaan keuangan negara dengan
kapabilitas SAKTI secara nyata. Kepuasan pengguna secara keseluruhan berkaitan dengan kepuasan terhadap sistem,
informasi (output) dan layanan dukungan SAKTI. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
kepuasan pengguna diadopsi dari penelitian Seddon dan Yip (1992). Indikator-indikator tersebut antara lain system fit
for need, system effectiveness, system efficiency dan overall satisfaction. Keempat indikator pengukuran dituangkan
dalam 4 (empat) butir pernyataan dalam kuesioner yang menggunakan skala likert 5 (lima) titik, yaitu dari 1 (sangat
tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Kepuasan Pengguna dalam path diagram penelitian ini diberi notasi
KP. Berikut adalah daftar pernyataan yang telah disesuaikan dan digunakan dalam kuesioner penelitian:

Tabel 4
Item Pengukuran Variabel Kepuasan Pengguna
Indikator Pernyataan
Kapabilitas aplikasi SAKTI sudah sesuai dengan kebutuhan pekerjaan saya yang berkaitan
System Fit For Need
dengan pengelolaan keuangan negara
Saya menilai aplikasi SAKTI mampu menjalankan fungsinya secara efektif sesuai dengan
System Effectiveness
tujuan yang telah ditetapkan
System Efficiency Saya menilai aplikasi SAKTI mampu menjalankan fungsinya secara efisien
Overall Satisfaction Secara keseluruhan, saya merasa puas terhadap aplikasi SAKTI
Manfaat Bersih
Manfaat bersih dalam penelitian ini didefinisikan sebagai persepsi para pengguna mengenai kemampuan SAKTI
dalam memberikan kontribusi yang berdampak pada kinerja individu berupa peningkatan produktivitas, kemudahan
dan kecepatan penyelesaian pekerjaan, peningkatan performa kerja serta efektivitas pengambilan keputusan.
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel manfaat bersih SAKTI terhadap kinerja individu
diadopsi dari penelitian Segars dan Grover (1993). Indikator-indikator tersebut yaitu usefulness dan effectiveness.
Kedua indikator pengukuran dituangkan dalam 5 (lima) butir pernyataan dalam kuesioner yang menggunakan skala
likert 5 (lima) titik, yaitu dari 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Manfaat bersih dalam path
diagram penelitian ini diberi notasi MB. Berikut adalah daftar pernyataan yang telah disesuaikan dan digunakan dalam
kuesioner penelitian:

Tabel 5
Item Pengukuran Variabel Manfaat Bersih
Indikator Pernyataan
Aplikasi SAKTI memudahkan penyelesaian pekerjaan saya
Usefulness Aplikasi SAKTI mempercepat penyelesaian pekerjaan saya
Aplikasi SAKTI meningkatkan produktivitas kerja saya
Aplikasi SAKTI meningkatkan performa kerja saya
Effectiveness
Aplikasi SAKTI meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan saya

3.2. Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif, yakni metode yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Analisis ini berguna untuk
memberikan gambaran mengenai pemusatan nilai-nilai observasi sehingga mempermudah pengamatan hasil
penelitian.
Teknik analisis statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM)
berbasis varian dengan metode Partial Least Square (PLS). Ghozali (2008) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis
pemodelan persamaan struktural, yaitu SEM berbasis kovarian (covariance based) dan SEM berbasis varian (variance
based). SEM berbasis kovarian membutuhkan banyak asumsi parametrik, misalnya variabel yang diobservasi harus
memiliki multivariate normal distribution yang dapat terpenuhi hanya jika ukuran sampel yang digunakan besar, yaitu
antara 200-800. Lebih lanjut, Ghozali (2008) mengemukakan bahwa pada SEM berbasis kovarian, ukuran sampel
yang kecil akan memberikan hasil parameter dan model statistik yang tidak baik. Sementara itu, SEM berbasis varian
dengan metode PLS tidak membutuhkan banyak asumsi. Data tidak harus terdistribusi normal multivariate dan jumlah
sampel tidak harus besar, yaitu direkomendasikan antara 30-100.
PLS adalah teknik statistika multivariate yang melakukan pembandingan antara variabel dependen berganda dan
variabel independen berganda (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Peneliti menggunakan metode PLS mengingat jumlah
sampel dalam penelitian ini tergolong kecil. PLS dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori dan menjelaskan ada
atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Model spesifikasi dalam PLS terdiri dari model pengukuran (outer model)
dan model struktural (inner model). Outer model digunakan untuk menilai validitas dan reliabilitas model, sementara
inner model digunakan untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten (Abdillah dan Jogiyanto, 2015).
Adapun software yang digunakan untuk membantu pengujian dalam penelitian ini adalah aplikasi SmartPLS 3.2.7.
3.3. Evaluasi Model
Evaluasi model dalam PLS dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi outer model dan inner model. Evaluasi outer model
dilakukan dengan pengukuran nilai dari uji validitas konvergen dan validitas diskriminan serta uji reliabilitas. Evaluasi
inner model dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinan.
3.3.1. Model Pengukuran (Outer Model)
Evaluasi model pengukuran atau outer model terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Melalui iterasi algoritma,
parameter model pengukuran yang terdiri dari validitas konvergen, validitas diskriminan, composite reliability dan
cronbach’s alpha dapat diperoleh (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). a. Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik instrumen penelitian dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Uji validitas yang sering digunakan untuk pengukuran model adalah analisis faktor
konfirmatori dengan pendekatan MTMM (Multi Trait – Multi Method) dengan menguji validitas konvergen dan
diskriminan (Ghozali dan Latan, 2015). Validitas konvergen pada prinsipnya menjelaskan bahwa indikator dari
suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi, sedangkan validitas diskriminan menjelaskan bahwa indikator pada
konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi.
1) Validitas konvergen
Validitas konvergen mengukur besarnya korelasi antara indikator dengan konstruknya. Validitas konvergen
dapat ditentukan dari nilai loading factor dan Average Variance Extracted (AVE). Nilai loading factor
menunjukkan besarnya korelasi antara setiap item indikator dengan konstruknya, sementara nilai AVE
menggambarkan besarnya varian atau keragaman variabel manifes yang terdapat pada variabel laten. Nilai
loading factor suatu item pengukuran yang berada diatas 0,7 dinyatakan memiliki validitas yang baik. Rule
of thumbs selanjutnya menyatakan nilai AVE harus > 0,5 untuk mencapai tingkat validitas yang baik (Chin,
1998 dalam Ghozali dan Latan, 2015).
2) Validitas diskriminan
Validitas diskriminan mengukur gabungan indikator-indikator yang diharapkan tidak bersifat dimensi
tunggal (unidimensional). Validitas diskriminan didasarkan pada nilai cross loading yang diperoleh dengan
membandingkan korelasi suatu indikator dengan konstruknya dan konstruk dari blok lain. Suatu model
pengukuran memiliki validitas diskriminan yang baik apabila korelasi antara suatu indikator dengan
konstruknya lebih tinggi daripada korelasi indikator tersebut dengan konstruk dari blok lainnya (Yamin dan
Kurniawan, 2011). Selanjutnya validitas diskriminan memenuhi rule of thumb apabila nilai cross loading
> 0,70 dalam satu variabel (Ghozali dan Latan, 2015).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui akurasi dan konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas dapat ditentukan dari nilai cronbach’s alpha dan composite
reliability. Cronbach’s alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk sedangkan composite
reliability mengukur nilai reliabilitas sesungguhnya atas suatu konstruk. Suatu konstruk dikatakan reliabel
apabila nilai cronbach’s alpha dan composite reliabilty > 0,7 (Ghozali dan Latan, 2015).
3.3.2. Model Struktural (Inner Model)
Evaluasi model struktural (inner model) digunakan untuk memprediksi hubungan antar konstruk. Evaluasi ini
dilakukan dengan melihat nilai R-square dan nilai Q-square. Nilai R-square digunakan untuk mengukur tingkat variasi
perubahan variabel independen terhadap variabel dependen atau dengan kata lain menjelaskan pengaruh konstruk
eksogen terhadap konstruk endogen. Semakin tinggi nilai R-square berarti semakin baik model prediksi dari model
penelitian yang diajukan (Abdillah dan Jogiyanto, 2015). Nilai R-square sebesar 0,75; 0,50; dan 0,25 secara
berturutturut mengindikasikan bahwa model tersebut kuat, moderat, dan lemah (Ghozali dan Latan, 2015).
Selanjutnya, nilai Q-square pada model struktural digunakan untuk mengukur seberapa baik nilai observasi yang
dihasilkan model serta estimasi parameternya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan bahwa model memiliki predictive
relevance, sebaliknya jika nilai Q-square < 0 menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive relevance.
Besaran Q-square memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 <1, dimana nilai Q-square yang semakin mendekati 1 berarti
model tersebut semakin baik (Chin, 1998).
3.4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada model struktural merupakan uji satu arah (one-tailed) di mana tingkat signifikansi yang
dipakai sebesar 5% (α = 0,05). Uji satu arah (one-tailed) dilakukan karena arah hipotesis dalam penelitian ini sudah
diketahui. Selanjutnya untuk menentukan apakah hipotesis didukung atau ditolak, peneliti melihat apakah nilai
koefisien jalur (path) sesuai dengan hipotesis (positif) serta nilai t-statistics dan nilai p-value yang diperoleh melalui
metode bootstrapping menggunakan aplikasi SmartPLS. Apabila nilai t-statistics lebih besar dari t-tabel dan nilai
pvalue lebih kecil dari alpha, maka hipotesis dinyatakan diterima.
Bootstrapping adalah metode berbasis komputer yang digunakan untuk pengukuran akurasi dari taksiran statistik
(pendugaan besaran statistik dan selang kepercayaan). Bootstrapping merupakan teknik nonparametrik secara
inferensial. Penerapan metode resampling dalam bootstrapping memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas,
tidak memerlukan asumsi distribusi normal, serta tidak memerlukan sampel yang besar dimana direkomendasikan
minimum sampel berjumlah 30.
Dalam penelitian ini, hubungan antar variabel dinyatakan signifikan dan hipotesis penelitian didukung apabila
skor koefisien path yang ditunjukkan oleh nilai t-statistics > nilai t-tabel serta nilai p-value < α (α = 0,05).
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Sebanyak 61 responden telah mengisi kuesioner dan seluruh hasil kuesioner tersebut dinyatakan layak untuk
digunakan. Sekaran dan Bougie (2016) berpendapat bahwa untuk mendapatkan kekuatan observasi statistik sebesar
80% dengan kesalahan 5%, jumlah sampel yang dibutuhkan setidaknya 10 kali variabel dalam model yang digunakan.
Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 variabel, sehingga dibutuhkan sedikitnya 50
sampel penelitian. Sampel penelitian yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 61 responden, jumlah minimal yang
dibutuhkan telah terpenuhi.

4.2. Karakteristik Demografi Responden


Dari 61 orang responden, sebanyak 52 orang pengguna bekerja di KPPN, sementara 9 orang lainnya bekerja di
Kantor Wilayah DJPb Provinsi Jawa Timur. Sebagian besar responden berusia lebih dari 40 tahun dengan persentase
sebesar 57,4% atau sebanyak 35 orang. 23 orang responden berusia antara 30-40 tahun sementara responden yang
berusia dibawah 30 tahun hanya sebanyak 3 orang pengguna. Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin terdiri
dari 42 orang laki-laki (68,9%) dan 19 orang perempuan (31,1%).
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, sebanyak 37 orang responden memiliki level kewenangan operator
modul SAKTI, sedangkan responden yang memiliki level kewenangan validator dan approver masing-masing
berjumlah 7 orang dan 12 orang pengguna. Selain ketiga jenis responden yang memiliki kewenangan tunggal
sebagaimana telah disebutkan, terdapat 5 orang responden yang memiliki kewenangan ganda yaitu terdiri dari 4 orang
responden berwenang sebagai operator sekaligus validator dan 1 orang responden berwenang selaku operator
sekaligus approver. Sebanyak 44 orang atau setara dengan 72,1% responden tercatat telah menggunakan SAKTI
selama lebih dari satu tahun, sementara 27,9% lainnya atau sebanyak 17 orang memiliki pengalaman kurang dari satu
tahun.
Data statistik responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai
berikut:
Tabel 6
Statistik Demografi Responden
Komposisi Responden Berdasarkan Unit Kerja
KPPN 82,5% 52 orang
Kanwil 14,8% 9 orang
Komposisi Responden Berdasarkan Usia
< 30 Tahun 4,9% 3 orang
30 – 40 Tahun 37,7% 23 orang
> 40 Tahun 57,4% 35 orang
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki 68,9% 42 orang
Perempuan 31,1% 19 orang
Komposisi Responden Berdasarkan Kewenangan Penggunaan SAKTI
Operator 60,7% 37 orang
Validator 11,5% 7 orang
Approver 19,7% 12 orang
Operator sekaligus Validator 6,6% 4 orang
Operator sekaligus Validator 1,6% 1 orang
Komposisi Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Menggunakan
SAKTI
< 1 Tahun 27,9% 17 orang
> 1 Tahun 72,1% 44 orang
Sumber: Data primer yang diolah
4.3. Analisis Deskriptif
4.3.1. Deskripsi Tanggapan
Responden Terhadap Konstruk
Kualitas Sistem Tabel 7
Statistik Tanggapan Responden Terhadap Konstruk Kualitas Sistem
Item N Min Max Std. Deviasi Mean
KS1 61 3 5 0,513 4,639
KS2 61 3 5 0,597 4,344
KS3 61 3 5 0,666 4,311
KS4 61 3 5 0,618 4,246
KS5 61 3 5 0,524 4,410
KS6 61 2 5 0,677 4,033
KS7 61 3 5 0,588 4,311
Grand Mean 4,327

Sumber: Data primer yang diolah

Pada tabel 7 terlihat bahwa grand mean menunjukkan angka 4,327 sehingga dapat disimpulkan bahwa responden
secara umum memberikan tanggapan setuju terhadap pernyataan yang diajukan sehubungan dengan kualitas sistem
SAKTI. Item pernyataan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah KS1 yang berkaitan dengan indikator flexibility,
kemudian diikuti dengan item KS5 yang berkaitan dengan indikator security. Hal tersebut menunjukkan bahwa,
menurut persepsi pengguna, aplikasi SAKTI mampu diperbarui (di-update) menyesuaikan perkembangan dan
perubahan kebutuhan dalam pelaksanaan tugas pengelolaan keuangan negara. Selain itu, responden juga menilai
bahwa aplikasi SAKTI memiliki fitur keamanan yang baik sehingga mampu melindungi kerahasiaan data dari
pihakpihak yang tidak berkepentingan. Fitur keamanan yang baik pada aplikasi SAKTI diketahui dari adanya
pembatasan akses menggunakan kata sandi dan jaringan khusus intranet serta adanya login session timeout after
inactivity yang membuat suatu akun pengguna otomatis keluar dari sistem apabila tidak aktif selama beberapa waktu
tertentu.
4.3.2. Deskripsi Tanggapan
Responden Terhadap Konstruk
Kualitas Informasi Tabel 8
Statistik Tanggapan Responden Terhadap Konstruk Kualitas Informasi
Item N Min Max Std. Deviasi Mean
KI1 61 3 5 0,605 4,377
KI2 61 3 5 0,608 4,393
KI3 61 3 5 0,527 4,426
KI4 61 2 5 0,601 4,361
KI5 61 3 5 0,529 4,443
KI6 61 3 5 0,605 4,164
Grand Mean 4,360

Sumber: Data primer yang diolah

Pada tabel 8 terlihat bahwa grand mean menunjukkan angka 4,360 sehingga dapat disimpulkan bahwa responden
secara umum memberikan tanggapan setuju terhadap pernyataan yang diajukan sehubungan dengan kualitas informasi
SAKTI. Item pernyataan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah KI5 yang berkaitan dengan indikator currency,
kemudian diikuti dengan item KI3 yang berkaitan dengan indikator timeliness. Hal tersebut menunjukkan bahwa,
menurut persepsi pengguna, aplikasi SAKTI mampu menghasilkan informasi berupa laporan atau dokumen transaksi
yang mutakhir (up-to-date) sebagai hasil pengolahan data terkini. Kemutakhiran informasi yang dihasilkan oleh
aplikasi SAKTI merupakan suatu keunggulan dibandingkan dengan aplikasi pendahulunya. SAKTI telah
mengintegrasikan beberapa aplikasi yang memiliki fungsi dan basis data yang berbeda-beda sehingga saat ini proses
pemutakhiran data untuk menyusun suatu laporan dapat dilakukan secara serentak tanpa perlu meng-import data dari
sistem yang lain. Selain itu, berdasarkan nilai rata-rata pada item KI3, ditemukan bahwa responden menilai aplikasi
SAKTI menghasilkan informasi secara tepat waktu ketika dibutuhkan.
4.3.3. Deskripsi Tanggapan
Responden Terhadap Konstruk
Kualitas Layanan Tabel 9
Statistik Tanggapan Responden Terhadap Konstruk Kualitas Layanan
Item N Min Max Std. Deviasi Mean
KL1 61 1 5 0,715 4,525
KL2 61 1 5 0,725 4,361
KL3 61 2 5 0,636 4,295
KL4 61 1 5 0,691 4,459
KL5 61 1 5 0,718 4,328
KL6 61 1 5 0,705 4,377
KL7 61 1 5 0,744 4,344
KL8 61 2 5 0,654 4,361
KL9 61 1 5 0,786 4,148
Grand Mean 4,355

Sumber: Data primer yang diolah

Pada tabel 9 terlihat bahwa grand mean menunjukkan angka 4,355 sehingga dapat disimpulkan bahwa responden
secara umum memberikan tanggapan setuju terhadap pernyataan yang diajukan sehubungan dengan kualitas layanan
SAKTI. Item pernyataan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah item KL1, kemudian diikuti dengan item KL4.
Item KL1 mewakili indikator tangibles, sedangkan item KL4 bersama-sama dengan item KL5 mewakili indikator
responsiveness. Tingginya nilai yang diberikan responden terhadap item KL1 menunjukkan bahwa, menurut persepsi
pengguna, aplikasi SAKTI didukung dengan pengadaan perangkat keras, perangkat jaringan serta alat-alat pendukung
lainnya yang memadai. Selain itu, responden juga menilai bahwa Direktorat SITP dan layanan helpdesk HAI-DJPb
bersedia memberikan layanan bantuan dengan cepat dan sigap manakala para pengguna SAKTI menemukan masalah.
Kemajuan teknologi turut mendorong terwujudnya layanan bantuan yang responsif pada masa implementasi SAKTI.
Hal ini dapat terlihat dari tersedianya fitur layanan bantuan online, seperti live chat, bagi para pengguna SAKTI.
4.3.4. Deskripsi Tanggapan Responden
Terhadap Konstruk Kepuasan
Pengguna Tabel 10
Statistik Tanggapan Responden Terhadap Konstruk Kepuasan Pengguna
Item N Min Max Std. Deviasi Mean
KP1 61 3 5 0,516 4,279
KP2 61 3 5 0,529 4,311
KP3 61 2 5 0,657 4,377
KP4 61 1 5 0,690 4,311
Grand Mean 4,319

Sumber: Data primer yang diolah

Pada tabel 10 terlihat bahwa grand mean menunjukkan angka 4,319 sehingga dapat disimpulkan bahwa
responden secara umum memberikan tanggapan setuju terhadap pernyataan yang diajukan sehubungan dengan
kepuasan pengguna SAKTI. Item pernyataan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah item KP3 yang mewakili
indikator system efficiency. Tingginya nilai yang diberikan responden terhadap item KP3 menunjukkan bahwa,
menurut persepsi pengguna, aplikasi SAKTI mampu menjalankan fungsinya secara efisien sehingga memberikan
kepuasan bagi para penggunanya.
4.3.5. Deskripsi Tanggapan Responden
Terhadap Konstruk Manfaat
Bersih Tabel 11
Statistik Tanggapan Responden Terhadap Konstruk Manfaat Bersih
Item N Min Max Std. Deviasi Mean
MB1 61 3 5 0,615 4,443
MB2 61 2 5 0,689 4,426
MB3 61 3 5 0,637 4,410
MB4 61 2 5 0,705 4,377
MB5 61 3 5 0,650 4,262
Grand Mean 4,383

Sumber: Data primer yang diolah

Pada tabel 11 terlihat bahwa grand mean menunjukkan angka 4,383 sehingga dapat disimpulkan bahwa
responden secara umum memberikan tanggapan setuju terhadap pernyataan yang diajukan sehubungan dengan
manfaat bersih SAKTI. Item pernyataan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah item MB1. Item MB1
bersamasama dengan item MB2 dan MB3 mewakili indikator usefulness. Tingginya nilai yang diberikan responden
terhadap item MB1 menunjukkan bahwa, menurut persepsi pengguna, aplikasi SAKTI memudahkan penyelesaian
pekerjaan penggunanya dalam mengelola keuangan negara. Selain itu, secara umum responden memiliki persepsi
bahwa aplikasi SAKTI mempercepat penyelesaian pekerjaan, meningkatkan produktifitas dan performa kerja, serta
meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.
4.4. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Evaluasi model pengukuran terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan menilai
validitas kovergen dan validitas diskriminan, sedangkan reliabilitas konstruk dinilai menggunakan parameter
composite reliability dan cronbach’s alpha.
Validitas konvergen dapat ditentukan dari nilai loading factor dan Average Variance Extracted (AVE). Hasil
pengujian data untuk mengetahui nilai loading factor dari masing-masing item pengukuran terhadap konstruk
disajikan dalam lampiran 6. Hasil pengujian outer loading pada lampiran 6 menunjukkan bahwa terdapat beberapa
item pengukuran yang memiliki nilai loading factor di bawah 0,7 yaitu KS1 sebesar 0,609 yang mewakili indikator
flexibility, KI6 sebesar 0,680 yang mewakili indikator format dan KL9 sebesar 0,690 yang mewakili indikator
emphaty. Oleh karenanya, peneliti melakukan kalkulasi ulang dengan mengeluarkan tiga item pengukuran yang
memiliki nilai loading factor kurang dari 0,7 tersebut. Pengujian ulang atas validitas konvergen menghasilkan nilai
loading factor > 0,7 pada setiap item pengukuran sebagaimana disajikan dalam lampiran 7.
Pengujian validitas konvergen selanjutnya dilakukan dengan menemukan nilai AVE atas setiap konstruk dalam
model penelitian. Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa seluruh konstruk mempunyai nilai AVE lebih dari
0,5. Ringkasan hasil pengujian validitas konvergen disajikan pada tabel 13 sebagai berikut:
Tabel 13
Hasil Uji Validitas Konvergen
Konstruk Item Loading Factor AVE
KS2 0,746
KS3 0,817
KS4 0,852
Kualitas Sistem 0,622
KS5 0,768
KS6 0,763
KS7 0,781
KI1 0,854
KI2 0,869
Kualitas Informasi KI3 0,896 0,750
KI4 0,838
KI5 0,872
KL1 0,799
Kualitas Layanan KL2 0,894 0,780
KL3 0,847
KL4 0,916
KL5 0,934
KL6 0,927
KL7 0,862
KL8 0,879
KP1 0,862
KP2 0,878
Kepuasan Pengguna 0,771
KP3 0,898
KP4 0,874
MB1 0,898
MB2 0,919
Manfaat Bersih MB3 0,929 0,842
MB4 0,949
MB5 0,893
Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 13 di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator yang digunakan dalam penelitian ini
telah memenuhi kriteria validitas konvergen yang telah ditetapkan yaitu memiliki nilai loading factor > 0,7 dan nilai
AVE > 0,5.
Uji validitas selanjutnya dilakukan untuk mengevaluasi validitas dikriminan atas seluruh indikator yang
digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian validitas diskriminan secara lengkap disajikan dalam lampiran 8.
Berdasarkan tabel nilai cross loading pada lampiran 8, dapat diketahui bahwa seluruh item pengukuran memiliki
validitas diskriminan yang baik karena memiliki nilai loading yang paling tinggi ketika berkorelasi terhadap variabel
yang dibentuknya (nilai yang dicetak tebal) dibandingkan dengan korelasinya terhadap variabel yang lain. Sebagai
contoh, item KI1 memiliki korelasi sebesar 0.854 terhadap variabel Kualitas Informasi sedangkan korelasinya terhadap
variabel Kualitas Sistem, Kualitas Layanan, Kepuasan Pengguna dan Manfaat Bersih berturut-turut sebesar 0.714,
0.428, 0.680, dan 0.716. Selain itu, dapat terlihat pada lampiran 8 bahwa seluruh nilai loading yang paling tinggi pada
suatu item pengukuran memiliki nilai lebih dari 0,7 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator dalam
penelitian ini telah memenuhi kriteria validitas diskriminan.

Langkah berikutnya setelah mengetahui bahwa indikator penelitian memiliki validitas konvergen dan validitas
diskriminan yang baik adalah melakukan uji reliabilitas. Tabel 14 di bawah ini menyajikan nilai cronbach’s alpha dan
composite reliabilty atas masing-masing variabel penelitian.
Tabel 14
Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability
Konstruk Cronbach’s Alpha Composite Reliability
Kualitas Sistem 0,878 0,908
Kualitas Informasi 0,916 0,937
Kualitas Layanan 0,959 0,966
Kepuasan Pengguna 0,901 0,931
Manfaat Bersih 0,953 0,964
Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 14 menunjukkan bahwa seluruh konstruk penelitian memiliki nilai Cronbach’s Alpha dan Composite
Reliability > 0,7 sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria reliabilitas telah terpenuhi.
4.5. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Evaluasi model struktural dilakukan untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai R-square dari variabel dependen dan nilai Q-square model penelitian. Nilai R-square
dan Q-Square disajikan pada tabel 15

Tabel 15
Nilai R-Square dan Q-square
Q2 1-(1-R12)(1-
R2 1-R2 (1-R12)(1-R22)
R22)
Kepuasan Pengguna 0,778 0,222
0,07548 0,92452
Manfaat Bersih 0,660 0,340
Sumber: Data primer yang diolah

Nilai R-square untuk variabel Kepuasan Pengguna adalah sebesar 0,778. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
77,8% dari variabel Kepuasan Pengguna dipengaruhi oleh variabel Kualitas Sistem, Kualitas Informasi dan Kualitas
Layanan, sementara 22,2% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Selanjutnya diketahui
bahwa R-square untuk variabel Manfaat Bersih adalah sebesar 0,660, sehingga dapat diartikan bahwa variabel Manfaat
Bersih dipengaruhi oleh variabel Kepuasan Pengguna sebesar 66% sementara sisanya sebesar 34% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar model penelitian ini.
Berdasarkan tabel 15, dapat diketahui bahwa nilai Q-square model penelitian ini adalah sebesar 0,92452. Nilai
tersebut lebih besar dari 0 dan mendekati angka 1. Hal ini menunjukkan bahwa model penelitian ini masuk dalam
kategori kuat atau dengan kata lain memiliki predictive relevance yang baik.
4.6. Pengujian Hipotesis
Nilai t-tabel untuk pengujian satu arah dengan derajat bebas (n-k) sebesar 56 dan alpha sebesar 5% sebagaimana
digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,672. Hasil pengujian dengan metode bootstrapping menghasilkan
nilai koefisien jalur sebagai berikut:
Tabel 16
Nilai Koefisien Jalur
Standard
Original Mean Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
KS → KP 0,479 0,486 0,136 3,508 0,000
KI → KP 0,290 0,302 0,127 2,280 0,012
KL → KP 0,217 0,193 0,112 1,934 0,027
KP → MB 0,812 0,812 0,052 15,495 0,000
Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan dalam tabel 16 di atas, dapat dijelaskan bahwa:
Hipotesis 1 (H1) menyatakan bahwa variabel kualitas sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna.
Hubungan variabel kualitas sistem terhadap kepuasan pengguna memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,479 dan nilai
t-statistics sebesar 3,508. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur adalah positif dan nilai t-statistics
lebih besar dari nilai t-tabel (1,672). Selain itu, nilai p-value juga diketahui sebesar 0,000 atau dengan kata lain lebih
kecil dari α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas sistem memiliki pengaruh yang
signifikan secara positif terhadap kepuasan pengguna sehingga dinyatakan H1 diterima.
Hipotesis 2 (H2) menyatakan bahwa variabel kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kepuasan
pengguna. Hubungan variabel kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna memiliki nilai koefisien jalur sebesar
0,290 dan nilai t-statistics sebesar 2,280. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur adalah positif dan
nilai t-statistics lebih besar dari nilai t-tabel (1,672). Selain itu, nilai p-value juga diketahui sebesar 0,012 atau dengan
kata lain lebih kecil dari α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas informasi
memiliki pengaruh yang signifikan secara positif terhadap kepuasan pengguna sehingga dinyatakan H2 diterima.
Hipotesis 3 (H3) menyatakan bahwa variabel kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna.
Hubungan variabel kualitas layanan terhadap kepuasan pengguna memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,217 dan nilai
t-statistics sebesar 1,934. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur adalah positif dan nilai t-statistics
lebih besar dari nilai t-tabel (1,672). Selain itu, nilai p-value juga diketahui sebesar 0,027 atau dengan kata lain lebih
kecil dari α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan memiliki pengaruh
yang signifikan secara positif terhadap kepuasan pengguna sehingga dinyatakan H3 diterima.
Hipotesis 4 (H4) menyatakan bahwa variabel kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap manfaat bersih.
Hubungan variabel kepuasan pengguna terhadap manfaat bersih memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,812 dan nilai
t-statistics sebesar 15,495. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur adalah positif dan nilai t-statistics
lebih besar dari nilai t-tabel (1,672). Selain itu, nilai p-value juga diketahui sebesar 0,000 atau dengan kata lain lebih
kecil dari α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan pengguna memiliki pengaruh
yang signifikan secara positif terhadap manfaat bersih sehingga dinyatakan H4 diterima.
4.7. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis mendukung seluruh hipotesis yang diajukan dengan arah hubungan yang positif.
Variabel kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan dinyatakan berpengaruh positif terhadap kepuasan
pengguna. Selain itu, hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa variabel kepuasan pengguna berpengaruh
positif terhadap manfaat bersih. Berdasarkan nilai koefisien jalur (original sample) yang disajikan pada tabel 16,
variabel kualitas sistem memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kepuasan pengguna dibandingkan dengan
variabel kualitas informasi dan kualitas layanan. Pada tatanan praktis, kemampuan kualitas sistem, kualitas informasi
dan kualitas layanan untuk memprediksi kepuasan pengguna dengan baik, sebagaimana ditemukan dalam penelitian
ini, dapat dimanfaatkan oleh DJPb sebagai suatu alat diagnosis untuk mengevaluasi karakteristik sistem yang
menimbulkan ketidakpuasan pengguna.
4.7.1. Pengaruh Kualitas Sistem terhadap Kepuasan Pengguna
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kualitas sistem berpengaruh secara positif terhadap kepuasan
pengguna. Arah pengaruh yang positif, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur, memiliki arti bahwa
semakin tinggi kualitas sistem maka semakin tinggi pula kepuasan pengguna SAKTI. Tanggapan responden terhadap
kualitas sistem SAKTI secara empiris dapat dijelaskan dari pernyataan yang diajukan dalam kuesioner penelitian ini.
Pengguna memberikan penilaian yang positif terhadap kualitas sistem SAKTI. Hasil penelitian ini mengindikasikan
bahwa persepsi pengguna terhadap kualitas sistem yang memenuhi karakteristik sistem yang terintegrasi dengan baik,
dapat diandalkan, aman, mudah dan nyaman digunakan, responsif, serta menggunakan istilah yang mudah dipahami
pada menu-menunya akan mendorong kepuasannya terhadap sistem tersebut. Hasil ini mendukung model kesuksesan
SI DeLone dan McLean (2003) yang menyatakan bahwa kualitas sistem merupakan salah satu dimensi yang
menentukan kesuksesan sistem informasi. Apabila atribut kualitas sistem informasi yang dibangun oleh suatu
organisasi dapat memenuhi apa yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan pekerjaannya, maka kesuksesan
implementasi sistem informasi tersebut dapat tercapai.
DeLone dan McLean (1992) menggunakan empat indikator yang diadopsi dari penelitian Bailey dan Pearson
(1983) untuk mengobservasi variabel kualitas sistem dan merumuskan model kesuksesan sistem informasi, yaitu ease
of access, flexibility of the system, integration of the system dan response time. Hasil penelitian terhadap SAKTI
menunjukkan bahwa karakteristik system reliability, security dan language juga dapat digunakan sebagai indikator
yang valid untuk mengukur kualitas sistem IFMIS yang bersifat mandatory.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Iivari (2005) terhadap sistem informasi akuntansi dan
keuangan yang diimplementasikan secara mandatory pada dewan kota Oulu, Finlandia. Penelitian tersebut
menemukan bahwa persepsi pengguna terhadap kualitas sistem memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan
pengguna. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Iskandar et al. (2016) terhadap aplikasi
SAIBA yang menyatakan bahwa semakin tinggi kualitas sistem, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasa pengguna.
Hasil penelitian serupa juga ditemukan pada penelitian lain yang dilakukan oleh McGill et al. (2003), Wixom dan
Todd (2005), dan Noviyanti (2016) yang berhasil membuktikan bahwa kualitas sistem berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan pengguna.
4.7.2. Pengaruh Kualitas Informasi terhadap Kepuasan Pengguna
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kualitas informasi berpengaruh secara positif terhadap kepuasan
pengguna. Arah pengaruh yang positif, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur, memiliki arti bahwa
semakin tinggi kualitas informasi maka semakin tinggi pula kepuasan pengguna SAKTI.
Tanggapan responden terhadap kualitas informasi yang dihasilkan oleh SAKTI secara empiris dapat dijelaskan
dari pernyataan yang diajukan dalam kuesioner penelitian ini. Pengguna memberikan penilaian yang positif terhadap
kualitas informasi yang dihasilkan SAKTI. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa persepsi pengguna terhadap
kualitas informasi yang memenuhi karakteristik informasi yang akurat, lengkap, tepat waktu, mudah dipahami, dan
mutakhir akan mendorong kepuasannya terhadap sistem tersebut. Hasil ini mendukung model kesuksesan SI DeLone
dan McLean (2003) yang menyatakan bahwa kualitas informasi merupakan salah satu dimensi yang menentukan
kesuksesan sistem informasi. Kesuksesan sebuah SI dapat tercapai ketika pengembang sistem mampu menciptakan SI
yang menghasilkan informasi yang memenuhi atribut yang dibutuhkan oleh pengguna untuk melakukan pengambilan
keputusan dengan baik.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Seddon dan Kiew (1996) terhadap 96 pengguna Departmental
Accounting System (DAS) yang menyatakan bahwa kualitas informasi memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan
pengguna. Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Abdillah (2017) terhadap
100 pengguna Sistem Aplikasi Satker (SAS) pada instansi pemerintah di wilayah Kota Bengkulu yang menemukan
bukti empiris bahwa kualitas informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna. Hasil
penelitian serupa juga ditemukan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Rai et al., 2002; Chiu et al., 2007; serta
Tam dan Oliveira (2017).
4.7.3. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pengguna
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kualitas layanan berpengaruh secara positif terhadap kepuasan
pengguna. Arah pengaruh yang positif, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur, memiliki arti bahwa
semakin tinggi kualitas layanan maka semakin tinggi pula kepuasan pengguna SAKTI.
Tanggapan responden terhadap kualitas layanan SAKTI secara empiris dapat dijelaskan dari pernyataan yang
diajukan dalam kuesioner penelitian ini. Pengguna memberikan penilaian yang positif terhadap kualitas layanan
SAKTI. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa persepsi pengguna terhadap kualitas layanan yang memenuhi
karakteristik layanan dukungan fisik (perangkat keras dan jaringan) yang memadai, dapat diandalkan, responsif,
meyakinkan dan penuh empati akan mendorong kepuasannya terhadap sistem tersebut. Hasil tersebut mendukung
model kesuksesan SI DeLone dan McLean (2003) yang menyatakan bahwa kualitas layanan merupakan salah satu
dimensi kesuksesan sistem informasi. Kesuksesan implementasi sebuah SI, termasuk sistem yang penggunaannya
bersifat mandatory seperti SAKTI, tidak hanya diukur melalui atribut yang melekat pada sistem itu sendiri dan
informasi yang dihasilkannya, namun juga perlu memperhatikan kualitas layanan dukungan yang diberikan oleh
penyedia atau pengelola sistem tersebut kepada para penggunanya.
DeLone dan McLean (2003) dalam penelitiannya menggunakan tiga indikator untuk mengobservasi variabel
kualitas layanan sistem e-commerce, yaitu assurance, emphathy dan responsiveness. Hasil penelitian terhadap SAKTI
menunjukkan bahwa karakteristik tangibles dan reliability juga dapat digunakan sebagai indikator yang valid untuk
mengukur kualitas sistem IFMIS yang bersifat mandatory.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tam dan Oliveira (2017) terhadap 305 pengguna
sistem mobile banking di Eropa Selatan. Penelitian tersebut menemukan bukti empiris bahwa kualitas layanan
berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sistem. Hasil penelitian serupa juga ditemukan pada penelitian
Kettinger dan Lee (1994), Halawi et al. (2007), Chiu et. al (2007), dan Noviyanti (2016).
4.7.4. Pengaruh Kepuasan Pengguna terhadap Manfaat Bersih
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kepuasan pengguna berpengaruh secara positif terhadap manfaat
bersih. Arah pengaruh yang positif, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur, memiliki arti bahwa semakin
tinggi kepuasan pengguna SAKTI maka semakin tinggi pula manfaat bersih SAKTI terhadap kinerja individu para
penggunanya.
Tanggapan responden mengenai kepuasannya terhadap SAKTI secara empiris dapat dijelaskan dari pernyataan
yang diajukan dalam kuesioner penelitian ini. Kepuasan pengguna dalam penelitian ini merupakan persepsi mengenai
kesesuaian antara atribut sistem yang dipersyaratkan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pengelolaan
keuangan negara dengan kapabilitas SAKTI secara nyata. Pengguna menilai bahwa mereka merasa puas terhadap
SAKTI. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kepuasan terhadap sistem yang memenuhi atribut usefulness dan
effectiveness akan mendorong kemampuan SI tersebut dalam memberikan kontribusi yang berdampak pada kinerja
individu. Hasil tersebut mendukung model kesuksesan SI DeLone dan McLean (2003) yang menyatakan bahwa
kepuasan pengguna dan manfaat bersih merupakan dimensi dalam mengukur kesuksesan sistem informasi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Gatian (1994), Etezadi-Amoli
dan Farhoomand (1996), Iivari (2005), serta Noviyanti (2016) yang menyatakan bahwa kepuasan pengguna sistem
informasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap manfaat bersih yang diterima dari sistem tersebut.

5. KESIMPULAN
Seluruh hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, sehingga penelitian ini mendukung model
kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sistem, kualitas
informasi dan kualitas layanan, yang merupakan bagian dari dimensi kesuksesan SI, memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap kepuasan pengguna. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi kualitas sistem, kualitas
informasi dan kualitas layanan SAKTI maka semakin tinggi pula kepuasan penggunanya. Selanjutnya, penelitian ini
juga memberikan bukti empiris bahwa kepuasan pengguna berpengaruh positif dan signifikan terhadap manfaat bersih
SAKTI yang ditinjau dari persepsi pengguna mengenai kemampuan sistem dalam memberikan kontribusi yang
berdampak pada peningkatan kinerjanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila kepuasan pengguna meningkat
maka manfaat bersih SAKTI pun akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil analisis terhadap persepsi pengguna SAKTI, seluruh dimensi kesuksesan sistem informasi
yang diukur dalam penelitian ini masuk ke dalam kategori yang baik. Aplikasi SAKTI telah membantu pengguna
meningkatkan produktivitas dan performa kerja, memudahkan dan mempercepat penyelesaian pekerjaan, serta
meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa implementasi
SAKTI di wilayah provinsi Jawa Timur pada piloting tahap kedua dapat dinyatakan sukses.
Secara teoritis, penelitian ini berhasil mendukung model kesuksesan SI DeLone dan McLean (2003). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model kesuksesan SI DeLone dan McLean dapat digunakan untuk mengevaluasi SI
pemerintahan terintegrasi yang penggunaannya bersifat mandatory. Dalam perspektif praktis, hasil penelitian ini
menekankan betapa pentingnya perbaikan secara terus menerus terhadap kualitas sistem informasi secara menyeluruh.
Apabila suatu organisasi menginginkan sistem informasi yang diimplementasikan dapat memberi manfaat bagi
penggunanya berupa peningkatan produktivitas dan performa kerja, kemudahan dan kecepatan dalam penyelesaian
pekerjaan, serta peningkatan efektivitas pengambilan keputusan, maka sudah sepatutnya organisasi tersebut
memperhatikan bagaimana kepuasan pengguna terhadap sistem informasi yang dimaksud.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ilmiah bagi organisasi, khususnya Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, dalam pengambilan keputusan perbaikan sistem serta penentuan langkah-langkah
peningkatan kesuksesan implementasi IFMIS. Karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kualitas
sistem yaitu integration, reliability, ease of use, response time, security dan language. Selanjutnya karakteristik yang
perlu diperhatikan dalam pengembangan kualitas informasi yaitu accuracy, completeness, timeliness,
understandibility, dan currency. Sedangkan karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kualitas
layanan yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang tidak dapat dihindari.
Penelitian ini menggunakan instrumen pengukuran yang merupakan persepsi pribadi masing-masing pengguna
sehingga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif yang mungkin tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya
secara objektif. Selanjutnya, lingkup penelitian yang meliputi pengguna SAKTI pada kantor-kantor dalam wilayah
yang cukup luas dan tersebar mengakibatkan peneliti tidak dapat menjangkau responden secara langsung karena
keterbatasan waktu dan biaya. Hal tersebut menjadikan kontrol terhadap responden menjadi rendah sehingga
memungkinkan terdapat pengguna SAKTI pada suatu kantor tidak mengisi kuesioner yang telah dikirimkan secara
online melalui alamat e-mail kantor tersebut. Selain itu, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini belum
menanggulangi adanya respon bias dari responden.
Saran bagi penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya penelitian menggunakan teknik pengumpulan data secara
langsung (offline) agar response rate dan tingkat kontrol terhadap penyebaran dan pengisian kuesioner menjadi lebih
baik. Apabila penyebaran kuesioner tetap dilakukan secara online, maka tautan kuesioner sebaiknya dikirimkan
langsung ke alamat email atau kontrak pribadi para pengguna sistem. Kuesioner penelitian selanjutnya disarankan
menggunakan pernyataan yang bersifat konfirmatori untuk menanggulangi adanya respon yang bias. Selain itu,
penelitian selanjutnya dapat menambahkan indikator-indikator lainnya untuk mengobservasi variabel penelitian
sehingga memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai sistem informasi yang diteliti, seperti misalnya
system ease of learning, information conciseness, dan information relevance. Kemudian mengingat implementasi
SAKTI pada awal tahun 2018 memasuki fase piloting tahap ketiga, penelitian selanjutnya terhadap kesuksesan
implementasi SAKTI dapat mengikutsertakan para pengguna dari satuan kerja di luar instansi vertikal DJPb. Penelitian
selanjutnya untuk mengevaluasi implementasi SAKTI dapat pula dilakukan menggunakan pendekatan selain model
kesuksesan SI DeLone dan McLean, seperti misalnya Technology Acceptance Model (TAM) yang bertujuan untuk
mengetahui keberterimaan SAKTI dan menjelaskan apakah SAKTI lebih siap diterima oleh pengguna dibandingkan
dengan SI yang lain.
Peneliti mendorong agar Direktorat Jenderal Perbendahaan, selaku penanggungjawab implementasi SAKTI,
untuk melakukan perbaikan terhadap kualitas SAKTI secara menyeluruh dan berkelanjutan sehingga manfaat SAKTI
dapat diperoleh secara maksimal. Peningkatan kualitas SAKTI secara terus menerus penting untuk dilakukan
mengingat tidak lama lagi aplikasi SAKTI akan diimplementasikan pada seluruh satuan kerja pemerintah pusat di
Indonesia yang jumlahnya jauh lebih besar dari satuan kerja yang mengikuti tahapan piloting. Perbaikan kualitas
SAKTI dapat difokuskan pada karakteristik yang dianggap masih memiliki kekurangan oleh para pengguna.
Kekurangan-kekurangan tersebut, berdasarkan perhitungan statistik, antara lain ialah system reliability, information
understandability, dan service reliability.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, W., & Jogiyanto, H. M. (2015). Partial Least Square (PLS): Alternatif Structural Equation Modeling (SEM)
dalam penelitian bisnis. Yogyakarta: Andi.
Aggelidis, V. P., & Chatzoglou, P. D. (2012). Hospital information systems: Measuring end user computing
satisfaction (EUCS). Journal of biomedical informatics, 45(3), 566-579.
Almutairi, H. (2001). Evaluating information system success in public organizations: A theoretical model and
empirical validation (Disertasi Doktor, The Pennsylvania State University). Diakses dari:
http://eresources.perpusnas.go.id
Astuti, P., & Abdillah, W. (2017). An empirical examination of success model SAS application on territory of
Bengkulu Treasury Office. AFEBI Accounting Review, 1(01).
Andarwati (2016). Analisis faktor yang mempengaruhi kesuksesan penggunaan Core Banking System (CBS) dengan
menggunakan model DeLone dan Mclean. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 20(3), 458-467.
Azmia, N. U. (2017). Pengaruh kualitas layanan, kualitas sistem, kualitas informasi SIKPD berbasis web pemerintah
Kota Malang terhadap kepuasan pengguna dan kinerja individu (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.
Bailey, J. E., & Pearson, S. W. (1983). Development of a tool for measuring and analyzing computer user satisfaction.
Management science, 29(5), 530-545.
Bodnar, G. H., & Hopwood, W. S. (2006). Accounting Information System (J. A. Saputra, & L. Setiawati, Penerjemah).
Yogyakarta: Andi Offset.
Chin, W. W. (1998). The partial least squares approach to structural equation modeling. Modern methods for business
research, 295(2), 295-336.
Chiu, C. M., Chiu, C. S., & Chang, H. C. (2007). Examining the integrated influence of fairness and quality on
learners’ satisfaction and Web‐ based learning continuance intention. Information systems journal, 17(3),
271287.
Bossen, C., Jensen, L. G., & Udsen, F. W. (2013). Evaluation of a comprehensive EHR based on the DeLone and
McLean model for IS success: approach, results, and success factors. International journal of medical
informatics, 82(10), 940-953.
Cooper, D. R., dan Schindler, P. S. (2011). Business research methods (11th edition). New York: McGraw Hill
Companies Inc.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of information technology. MIS
quarterly, 319-340.
DeLone, W. H., & McLean, E. R. (1992). Information systems success: The quest for the dependent variable.
Information systems research, 3(1), 60-95.
Delone, W. H., & McLean, E. R. (2003). The DeLone and McLean model of information systems success: a ten-year
update. Journal of management information systems, 19(4), 9-30.
Diamond, J., dan Khemani, P. (2005). IMF working papper: Introduction financial management information system
in developing countries. International Monetary Fund. Diakses dari:
https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2005 /wp05196.pdf
Eggers, W. D., dan Bellan, J. (2015). The journey to government’s digital transformation. Deloitte University Press.
Etezadi-Amoli, J., & Farhoomand, A. F. (1996). A structural model of end user computing satisfaction and user
performance. Information & management, 30(2), 65-73.
Fink, A. (2003). The survey kit (2nd edition). Thousand Oaks, CA: Sage.
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior: An introduction to theory and research.
MA: Addison-Wesley Reading.
Gatian, A. W. (1994). Is user satisfaction a valid measure of system effectiveness?. Information & Management, 26(3),
119-131.
Ghozali, I. (2008). Structural Equation Modeling: Metode alternatif dengan Partial Least Square (edisi 2). Semarang:
UNDIP.
Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial Least Squares: konsep, teknik dan aplikasi menggunakan Program SmartPLS
3.0 untuk penelitian empiris. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Goodhue, D. L. & Thompson, R. L. (1995). Task-technology fit and individual performance. MIS Quarterly, 19(2),
213-236.
Gordon, S. & Gordon, J. (2004). Information systems: A management approach (3rd edition). New Jersey, USA: Wiley.
Halawi, L. A., McCarthy, R. V., & Aronson, J. E. (2008). An empirical investigation of knowledge management
systems' success. Journal of Computer Information Systems, 48(2), 121-135.
Hanum, L., Djamhuri, A., Kamayanti, A. (2013). Determinan efektifitas sistem e-banking di mata nasabah: Pendekatan
model kesuksesan sistem informasi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 4(1), 1-13.
Hartono, M. J. (2007). Metodologi penelitian bisnis: salah kaprah dan pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Hiller, J. S., & Bélanger, F. (2001). Privacy strategies for electronic government. E-government, 200, 162-198.
Iivari, J. (2005). An empirical test of the DeLone and McLean model of information system success. DATABASE for
Advances in Information Systems, 36(2), 8-27.
Indriantoro, N., & Supomo, B. (2012). Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi dan manajemen. Yogyakarta:
BPFE.
Irani, Z., Love, P. (2008). Evaluating information systems, public and private sector. Diakses dari:
http://citeseerx.ist.psu.edu/
Iskandar A., Amriani T. N., dan Subekan A. (2016). Evaluasi atas implementasi Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi
Basis Akrual (SAIBA) dengan pendekatan DeLone & Mclean information system success model (studi kasus
mitra kerja KPPN Gorontalo dan Marisa). Jurnal Tata Kelola & Akuntabilitas Keuangan Negara, 2(2), 111135.
Ives, B., Olson, M. H., & Baroudi, J. J. (1983). The measurement of user information satisfaction. Communications of
the ACM, 26(10), 785-793.
Jumardi, R., Nugroho, E., Hidayah I. (2015). Analisis kesuksesan implementasi Sistem Informasi Skripsi pada
program studi teknik informatika Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi (SNATi), 1(1).
Jogiyanto, H. M. (2005). Sistem informasi strategik untuk keunggulan kompetitif (edisi 2). Yogyakarta: Andi Offset.
Jogiyanto, H. M., & Abdillah, W. (2009). Konsep dan aplikasi PLS (Partial Least Square) untuk penelitian empiris.
Yogyakarta: BPFE.
Kader, M. A. R. A., Ali, R. (2012). Evaluating the Provision of Information System Performance in the Public
Education Sector: An Extension of DeLone and McLean Model. Gading Business and Management Journal,
16(1), 1-22.
Kettinger, W. J., & Lee, C. C. (1994). Perceived service quality and user satisfaction with the information services
function. Decision sciences, 25(5‐ 6), 737-766.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2014). Management Information Systems: Managing the Digital Firm (L. Sugito, M.
R. Antika, & R. Saraswati, Penerjemah) (edisi 13). Jakarta: Salemba Empat.
Li, E. Y. (1997). Perceived importance of information system success factors: A meta-analysis of group differences.
Information & management, 32(1), 15-28.
Lin, H. C. K., Chuang, T. Y., Lin, I. L., & Chen, H. Y. (2014). Elucidating the role of IT/IS assessment and resource
allocation in IT/IS performance in hospitals. Information & Management, 51(1), 104-112.
Marble, R. P. (2003). A system implementation study: Management commitment to project management. Information
& Management, 41(1), 111-123.
Markus, M. L., & Keil, M. (1994). If we build it, they will come: Designing information systems that people want to
use. Sloan Management Review, 35(4), 11.
Mason, R. O. (1978). Measuring information output: A communication systems approach. Information &
management, 1(4), 219-234.
McClure, D. L. (2000). Federal Initiatives Are Evolving Rapidly But They Face Significant Challenges. Statement of
David L. McClure, U.S. General Accounting Office, before the Subcommittee on Government Management,
Information and Technology, Committee on Government Reform, House of Representatives. Diakses dari:
https://www.gao.gov/new.items/a200179t.pdf
McGill, T. J., Hobbs, V. J., & Klobas, J. E. (2003). User developed applications and information systems success: A
test of DeLone and McLean's model. Information Resources Management Journal, 16(1), 24-45.
McGill, T. J., & Klobas, J. E. (2005). The role of spreadsheet knowledge in user-developed application success.
Decision Support Systems, 39(3), 355-369.
McLeod, R. & Schell, G.P. (2007). Management Information Systems (10th edition). New Jersey: Pearson.
Munindra, M. (2017). Belanja ICT Indonesia sepanjang 2016 sebesar Rp320 triliun. International Data Corporation.
Diakses dari: https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=belanja-ict-indonesia
Noviyanti. (2016). Mengukur kesuksesan Sistem Akuntansi Instansi Basis Akrual (SAIBA) menggunakan model
DeLone & Mclean. Jurnal Tata Kelola & Akuntabilitas Keuangan Negara. 2(2), 151-173.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L. (1988). Servqual: A multiple-item scale for measuring consumer
perc. Journal of retailing, 64(1), 12.
Petter, S., DeLone, W., & McLean, E. (2008). Measuring information systems success: models, dimensions, measures,
and interrelationships. European journal of information systems, 17(3), 236-263.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 223 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Piloting Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat
Instansi. Diakses dari: http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2015/223~PMK.05~2015Per.pdf
Peraturan Menteri Keuangan nomor 131 tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan nomor
223/PMK.05/2015 tentang Pelaksanaan Piloting Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi. Diakses dari:
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2016/131~PMK.05~2016Per.pdf
Pitt, L. F., Watson, R. T., & Kavan, C. B. (1995). Service quality: a measure of information systems effectiveness.
MIS quarterly, 173-187.
Purwanto, A. (2007). Rancangan dan implementasi model pemeriksaan kinerja Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia atas aplikasi E-Government di pemerintah daerah: Studi Kasus Kabupaten Sragen. (Tesis,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta). Diakses dari: https://www.researchgate.net/ profile/Arie_Purwanto
Rai, A., Lang, S. S. & Welker, R. B. (2002). Assessing the validity of IS success models: An empirical test and
theoretical analysis. Information Systems Research, 13(1), 50–69. Rammutloa, M. W. (2017). Application of the
DeLone and McLean’s model to assess the effectiveness of an intranet in an open distance learning library (Disertasi
Doktor, Universitas Stellenbosch, Afrika Selatan). Diakses dari: https://scholar.sun.ac.za/ Robey, D. (1979). User
attitudes and management information system use. Academy of Management Journal, 22(3), 527-538.
Sauer, C., & Cuthbertson, C. (2003). The state of IT project management in the UK 2002-2003. Diakses dari:
http://www.bestpracticehelp.com/
Sedera, D., & Gable, G. (2004). A factor and structural equation analysis of the enterprise systems success
measurement model. ICIS 2004 Proceedings, 36.
Seddon, P. B. (1997). A respecification and extension of the DeLone and McLean’s model of IS success.
Information System Research, 8(3), 240-253. Seddon P. B., & Kiew M. Y. (1996). A partial test and development of
DeLone and McLean’s model of IS success. Australian Journal of Information Systems, 4(1), 90–109.
Seddon, P., & Yip, S. K. (1992). An empirical evaluation of user information satisfaction (UIS) measures for use with
general ledger accounting software. Journal of Information Systems, 6(1), 75-92.
Segars, A. H., & Grover, V. (1993). Re-examining perceived ease of use and usefulness: A confirmatory factor
analysis. MIS quarterly, 517-525.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research methods for business: A skill building approach (7th Edition). United
Kingdom: John Wiley & Sons.
Shannon, C.E., & Weaver, W. (1949). The Mathematical Theory of Communication. Urbana, IL: University of Illinois
Press.
Spreng, R. A., MacKenzie, S. B., & Olshavsky, R. W. (1996). A reexamination of the determinants of consumer
satisfaction. The Journal of Marketing, 15-32.
Sugiarto, S. (2017). Analisis kepuasan pengguna e-filing DJP dengan model kesuksesan sistem informasi DeLone &
McLelan (studi kasus wajib pajak di wilayah Kota Semarang) (Skripsi tidak dipublikasikan). Politeknik
Keuangan Negara STAN, Tangerang Selatan.
Tam, C., & Oliveira, T. (2017). Understanding mobile banking individual performance: The DeLone & McLean model
and the moderating effects of individual culture. Internet Research, 27(3), 538-562.
Wibowo, Dedye Priyo (2017). Analisis kepuasan pengguna Integrated Financial Management Information System
(IFMIS) dengan gabungan Technology Acceptance Model dan Information System Success Model (studi pada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan) (Tesis tidak dipublikasikan). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Brawijaya, Malang.
Wilkin, C., & Hewitt, B. (1999). Quality in a respecification of DeLone and McLean’s IS success model. Proceedings
of 1999 IRMA international conference (pp. 663-672).
Wixom, B.H. & Todd, P.A. (2005). A theoretical integration of user satisfaction and technology acceptance.
Information Systems Research, 16(1), 85–102.
Welke, R. J., & Konsynski, B. R. (1982). Technology, methodology & information systems: a tripartite view. ACM
SIGMIS Database: the DATABASE for Advances in Information Systems, 14(1), 41-57.
Lampiran 1

Daftar Satuan Kerja Pengguna SAKTI Wilayah Provinsi Jawa Timur

No Nama Kantor Alamat


1 Kantor Wilayah Direktorat Jl. Indrapura No. 5 Surabaya – 60175
Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Jawa Timur
2 KPPN Surabaya I Jl. Diyono No.111 Surabaya – 60265
3 KPPN Surabaya II Jl. Diyono No.111 Surabaya – 60265
4 KPPN Mojokerto Jl. Gajah Mada No. 147 Mojokerto – 61314
5 KPPN Madiun Jl. Salak No. 52 Madiun – 63131
6 KPPN Sidoarjo Jl. Monginsidi No. 69A Sidoarjo
7 KPPN Malang Jl. Merdeka Selatan No. 2 Malang
8 KPPN Pamekasan Jl. Joko Tole No. 141 Pamekasan
9 KPPN Banyuwangi Jl. Jend A. Yani No. 120 Banyuwangi
10 KPPN Jember Jl. Kalimantan No. 35 Jember – 68121
11 KPPN Bondowoso Jl. Jend. A. Yani No. 86 Bondowoso – 68125
12 KPPN Kediri Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa No.95 Kediri – 64124
13 KPPN Blitar Jl. Raya Garum Km 4 Blitar – 66182
14 KPPN Bojonegoro Jl. Untung Suropati No. 63 Bojonegoro – 62115
15 KPPN Tuban Jl. HOS Cokroaminoto Tuban
16 KPPN Pacitan Jl. Letjen S. Parman No. 47 Pacitan
Lampiran 2
Model Struktural
Lampiran 3
Path Diagram Hasil PLS Algorithm Tahap 1

Path Diagram Hasil Pls Algorithm Tahap 2


Lampiran 4

Path Diagram Hasil Bootstrapping


Lampiran 5
Lampiran 6 Tabel Outer Loading Tahap 1

KP KI KL KS MB
KI1 0,848
KI2 0,859
KI3 0,885
KI4 0,820
KI5 0,871
KI6 0,680
KL1 0,790
KL2 0,894
KL3 0,847
KL4 0,915
KL5 0,926
KL6 0,922
KL7 0,873
KL8 0,884
KL9 0,690
KP1 0,863
KP2 0,878
KP3 0,898
KP4 0,874
KS1 0,609
KS2 0,751
KS3 0,818
KS4 0,839
KS5 0,775
KS6 0,748
KS7 0,765
MB1 0,898
MB2 0,919
MB3 0,929
MB4 0,949
MB5 0,893
Lampiran 7 Tabel Outer Loading Tahap 2

KP KI KL KS MB
KI1 0,854
KI2 0,869
KI3 0,896
KI4 0,838
KI5 0,872
KL1 0,799
KL2 0,894
KL3 0,847
KL4 0,916
KL5 0,934
KL6 0,927
KL7 0,862
KL8 0,879
KP1 0,862
KP2 0,878
KP3 0,898
KP4 0,874
KS2 0,746
KS3 0,817
KS4 0,852
KS5 0,768
KS6 0,763
KS7 0,781
MB1 0,898
MB2 0,919
MB3 0,929
MB4 0,949
MB5 0,893
Lampiran 8 Tabel Cross Loading

Konstruk
Item Kualitas Sistem Kualitas Kualitas Kepuasan Manfaat
Informasi Layanan Pengguna Bersih
KS2 0,746 0,624 0,372 0,659 0,544
KS3 0,817 0,672 0,547 0,754 0,754
KS4 0,852 0,749 0,408 0,662 0,601
KS5 0,768 0,542 0,376 0,614 0,580
KS6 0,763 0,627 0,479 0,595 0,539
KS7 0,781 0,652 0,636 0,699 0,660
KI1 0,714 0,854 0,428 0,680 0,716
KI2 0,654 0,869 0,421 0,622 0,652
KI3 0,717 0,896 0,416 0,699 0,642
KI4 0,746 0,838 0,451 0,712 0,666
KI5 0,709 0,872 0,521 0,718 0,691
KL1 0,646 0,517 0,799 0,625 0,607
KL2 0,487 0,453 0,894 0,578 0,450
KL3 0,457 0,416 0,847 0,555 0,452
KL4 0,468 0,415 0,916 0,565 0,556
KL5 0,614 0,500 0,934 0,623 0,530
KL6 0,594 0,547 0,927 0,645 0,581
KL7 0,379 0,304 0,862 0,427 0,436
KL8 0,534 0,449 0,879 0,553 0,511
KP1 0,777 0,707 0,394 0,862 0,657
KP2 0,769 0,740 0,492 0,878 0,695
KP3 0,687 0,715 0,643 0,898 0,741
KP4 0,745 0,633 0,753 0,874 0,756
MB1 0,772 0,741 0,451 0,769 0,898
MB2 0,680 0,707 0,639 0,736 0,919
MB3 0,710 0,799 0,421 0,726 0,929
MB4 0,704 0,702 0,624 0,783 0,949
MB5 0,728 0,619 0,566 0,708 0,893

Anda mungkin juga menyukai