Anda di halaman 1dari 15

Rekayasa Pengendalian Waktu dengan Menggunakan Metode Fast

Track pada Proyek Grand Dharmahusada Lagoon Surabaya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan Negara berkembang yang saat ini sedang gencar
mengembangkan pembangunan infrastruktur untuk menunjang kemajuan Negara.
Pembangunan infrastruktur yang semakin pesat, maka tingkat kesulitan untuk
mengelola dan menjalankan sebuah proyek juga semakin tinggi. Semakin tinggi
kesulitannya, akan semakin panjang durasi untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Perencanaan yang tepat memungkinkan seluruh kegiatan proyek dapat dimulai dan
selesai tepat waktu. Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu
adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan
dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah dibuat,
karena kondisi kenyatan tidak sama sesuai dengan kondisi saat jadwal tersebut dibuat
(Arditi dan Patel, 1989).
Proyek sangat memerlukan rekayasa waktu untuk meningkatan efisiensi dan
efektifitas pengelolaan proyek agar mencapai tujuan yang memenuhi kriteria waktu
dan biaya yang sudah di rencanakan. Proyek dapat terlaksana sesuai rencana dan
jadwal pelaksanaan yang telah disusun jika rekayasa waktu berjalan sesuai rencana.
Permasalahan yang masih dihadapi saat ini adalah sering bertambahnya waktu
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana awal dan berakibat pada
pembengkakan biaya. Kenyataan menunjukkan bahwa 80% pembangunan yang
dilakukan mengalami keterlambatan waktu dan terjadi pembengkakan biaya
(Soeharto, 2001).
Perpres No.54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
disebutkan bahwa keterlambatan waktu pembangunan akan dikenakan denda/sanksi
administrasi. Hal ini pasti akan merugikan pemilik proyek dan pasti berdampak pada
kontraktor pelaksana karena pasti akan terkena sanksi administrasi, dan citra
perusahaan akan turun dan pasti berpengaruh pada daya saing pada industri
konstruksi. Demikian halnya yang terjadi pada proyek pembangunana apartement
Grand Dharmahusada Lagoon yang mengalami keterlambatan dalam pelaksanaan
proyek yang disebabkan oleh penyediaan material yang terlambat, dan keadaan
cuaca.
Proyek Grand Dharmahusada Lagoon memerlukan rekayasa penjadwalan
yang tepat untuk melakukan percepatan waktu pelaksanaan proyek tanpa
meningkatan biaya proyek. Salah satu metode yang dapat dilakukan tanpa terjadinya
peningkatan biaya proyek adalah dengan menggunakan metode Fast Track, yaitu
dengan melakukan pelaksanaan aktivitas secara parallel/tumpang tindih pada
penjadwalan proyek sehingga lebih efektif dan effisien. Penerapan metode Fast Track
ini telah dilakukan oleh Tjaturono (2009) dan menghemat waktu pembangunan
hingga 30% dari waktu normal dan biaya sebesar 2,53% dari perencanaan. Jadi
Proyek Grand Dharmahusada Lagoon di Kota Surabaya Jawa Timur, akan
menerapkan metode ini dan diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pemilik proyek
maupun kontraktor pelaksana agar tidak lagi terjadi keterlambatan pada proyek
pembangunan yang akan datang.

1.2 Identifikasi masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dari itu dapat memberikan
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Masih banyak keterlambatan pada pembangunan proyek yang tidak sesuai
dengan perencanaan awal sehingga mengakibatkan pembengkakan biaya
2. Pemakaian metode kontruksi yang kurang tepat, sehingga terjadi
keterlambatan pada proyek.

1.3 Batasan masalah


Penelitian hanya dibatasi pada manajemen rekayasa waktu yang digunakan
dalam pembangunan Apartemen Grand Dharmahusada Lagoon.
1.4 Rumusan masalah
Pembahasan mengarah pada bagaimana penerapan manajemen waktu
proyek pembangunan Apartement Grand Dharmahusada Lagoon sehingga
bisa mengurangi keterlambatan.

1.5 Tujuan penelitian


Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui metode apa yang tepat utuk di gunakan saat
pembangunan proyek.
2. Untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien metode fast track pada
pembangunan proyek Grand Dharmahusada Lagoon.
3. Menghindari terjadinya pembengkakan anggaran biaya yang disebabkan
karena keterlambatan dalam pelaksanaan proyek.

1.6 Manfaat penelitian


Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa dan masyarakat adalah menambah
pengetahuan dan wawasan dengan membaca tugas akhir ini. Sedangkan bagi
lembaga atau instansi di bidang kontraktor diharapkan paling tidak bisa
membantu sebagai acuan untuk pertimbangan pelaksanaan pembangunan
proyek yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek kontruksi


2.1.1 Definisi proyek kontruksi
Proyek Kontruksi adalah gabungan dari sumber daya seperti manusia,
material, peralatan dan biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi
sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.(Abrar Husen, 2009). Proses
mencapai tujuan proyek ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya
(anggaran), jadwal (waktu), serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut
merupakan parameter penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai
sasaran proyek. Triple Constraint yang dimaksud yaitu:
1. Biaya. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak boleh melebihi
anggaran. Untuk proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan
jadwal pengerjaan Cukup lama, anggaran nya tidak hanya ditentukan
dalam total proyek, tetapi dipecah atas komponennya atau per periode
tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan.
2. Waktu. Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal
akhir yang telah ditentukan.
3. Mutu. Produk atau hasil kegiatan harus memenuhi spesifikasi dan criteria
yang syaratkan. Jadi, memenuhi persyaratan mutu berarti mampu
memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit
fortheintendeduse.

2.1.2 Ciri-ciri proyek kontruksi


Dari pengertian dan batasan di atas, maka dapat dijabarkan beberapa ciri
proyek kontruksi sebagai berikut :
1. Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai (awal proyek
dan waktu finish (akhir proyek) sudah tertentu.
2. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan
produk rutin/berulang (Pabrikasi).
3. Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di awal
sedikit, berkembang makin banyak, menurun dan berhenti.

4. Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, tahapan perancangan


dan pelaksanaan).

5. Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga beragam pula.

6. Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah


ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat.

7. Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan


bahan, alat, tenaga dan metoda pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan
harus memenuhi prosedur persyaratan tersebut.

2.1.3 Jenis proyek kontruksi


Proyek konstruksi berkembang sejalan dengan perkembangan
kehidupan manusia dankemajuan teknologi. Bidang-bidang kehidupan
manusia yang makin beragam. Proyek konstruksi untuk bangunan pabrik tentu
berbeda dengan bangunan gedung untuk sekolah. Proyek konstruksi
bendungan, terowongan, jalan, jembatan dan proyek teknik sipil lainnya
membutuhkan spesifikasi, keahlian dan teknologi tertentu, yang tentu berbeda
dengan proyek perumahan/pemukiman (Real Estate). Memang agak sulit
mengkategorikan jenis-jenis proyek dalam kategori-kategori /jenis yang rinci
dan tegas, namun secara umum (garis besar) klasifikasi/jenis proyek
konstruksi dapat dibagi menjadi.
1. Proyek konstruksi bangunan gedung (Building Construction)
Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung
perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan sebagainya.
Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yang berskala rendah, menengah,
dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek bangunan gedung lebih
lengkap dan detail. Untuk proyek-proyek pemerintah (di Indonesia) proyek
bangunan gedung ini dibawah pengawasan/pengelolaan DPU sub Dinas Cipta
Karya.
2. Proyek bangunan perumahan/pemukiman (Residential Contruction/Real
Estate)
Proyek pembangunan perumahan/pemukiman (real estate) dibedakan
denganproyek bangunan gedung secara rinci yang didasarkan pada klase
pembangunannya serempak dengan penyerahan prasarana-prasarana
penunjangnya, jadi memerlukan perencanaan infrastruktur dari perumahan
tersebut (jaringan transfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya). Proyek
pembangunan pemukiman ini dari rumah yang sangat sederhana sampai
rumah mewah, dan rumah susun. Di Indonesia pengawasan di bawah Sub
Dinas Cipta Karya.
3. Proyek konstruksi teknik sipil/proyek
Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction) umumnya
proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang bersifat infrastruktur
seperti proyek bendungan, proyek jalan raya, jembatan, terowongan, jalan
kereta api, pelabuhan, dan lain-lain. Jenis proyek ini umumnya berskala besar
dan membutuhkan teknologi tinggi.
4. Proyek konstruksi industri (Industrial Construction)
Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri
yang membutuhkan spesifikasi dan persyaratan khusus seperti untuk kilang
minyak, industri berat/industri dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya.
Perencanaan dan pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian/
teknologi yang spesifik.

2.1.4 Tahapan Proyek Kontruksi


Proyek konstruksi dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yang masing masing
tahap proyek tersebut dibagi lagi dalam beberapa kegiatan yang detail yaitu :
1. Tahapan Perencanaan (Planning)
Merupakan penetapan garis-garis besar rencana proyek, mencakup:
recruitment konsultan (MK, perencana) untuk menterjemahkan kebutuhan
pemilik, pembuatan TOR, survey, feasibility studies studi kelayakan proyek,
pemilihan design, schematic design, program dan budget, financing. Disini
merupakan tahap pengelolaan (briefing), studi, evaluasi dan program yang
mencakup teknis ekonomis, lingkungan, dll. Hasil dari tahap ini adalah :
1) Laporan Survey
2) Studi Kelayakan
3) Program dan Budget
4)TOR ( Term Of Reference )
5) Master Plan
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap Perancangan pada proyek kontruksi terdiri dari :
a. Prelimenery Design (Pra Rancangan) yang mencakup kriteria desain,
skematik desain, proses diagram blok plan, rencana tapak, potongan,
denah, gambar situasi/site plan tata ruang, estimasi cost (kerja global).
b. Design Development (Pengembangan Rancangan) merupakan tahap
pengembangan dari pra rancangan yang sudah dibuat dan perhitungan-
perhitungan yang lebih detail, mencakup :
 Perhitungan-perhitungan detail (struktural maupun non struktural)
secara terperinci
 Gambar-gambar detail (gambar arsitektur, elektrikal, struktur,
mekanikal, dsb)
 Outline specification (garis besar)
 Estimasi cost untuk konstruksi secara terperinci.
c. Disain akhir dan penyiapan dokumen pelaksanaan merupakan tahap
akhir dari perencanaan dan persiapan untk tahap pelelangan,
mencakup :
 Gambar-gambar detail, untuk seluruh bagian pekerjaan
 Detail spesifikasi
 Bill of quantity (daftar volume)
 Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci)
 Syarat-syarat umum administrasi dan peraturan umum (dokumen
lelang)
3. Tahap Pengadaan atau Pelelangan
Pada tahap pengadaan atau pelelangan dilakukan untuk :
a. Pengadaan konsultan
 Konsultan Perencanaan/MK setelah gagasan awal/TOR ada
 Konsultan pengawas/supervisi setelah dokumen lelang ada
b. Pengadaan kontraktor setelah dokumen lelang ada
4. Tahap Pelaksanaan (construction)
Merupakan pelaksanaan pembangunan konstruksi fisik yang telah
dirancang pada tahap design. Pada tahap ini, setelah kontrak ditandatangani,
SPK dikeluarkan, maka pekerjaan pelaksanaan dilakukan. Pekerjaan
pelaksanaan mencakup :
a. Rencana kerja (time schedule)
b. Pembagian waktu secara terperinci
c. Rencana lapangan (site plan/instalation) rencana peletakan bahan, alat
dan bangunan-bangunan pembantu lainnya
d. Organisasi lapangan
e. Pengadaan bahan/material
f. Pengadaan dan mobilisasi alat
g. Pengadaan dan mobilisasi tenaga
h. Pekerjaan persiapan dan pengukuran (stake out)
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk gedung berbeda dengan
pekerjaan konstruksi jalan atau konstruksi bendungan, pelabuhan, dsb. Pada
pekerjaan konstruksi 4 target yang harus dicapai kontraktor yaitu :
a. Selesai dengan mutu/kualitas paling tidak asma dengan yang
ditentukan dalam spec/perencanaan
b. Selesai dengan waktu ≤ waktu perencanaan
c. Selesai dengan biaya ≤ biaya yang direncanakan
d. Selesai dengan tidak menimbulkan dampak lingkungan (sosial, fisik,
dan administratif)
e. Pemeriksaan lab/testing
f. Penyerahan pertama
g. Masa pemeliharaan
h. Penyerahan kedua
Secara skematis tahapan atau proses proyek konstruksi dapat dijabarkan
dalam Gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Tahapan proyek konstruksi

2.1.5 Faktor permasalahan dalam proyek kontruksi


Proyek kontruksi didalamnya pasti terdapat banyak faktor yang menyebabkan
permasalahan dalam pelaksanaanya, faktor tersebut antara lain :
1. Kondisi lapangan berbeda dengan perencanaan
Pelaksanaan proyek ada kalanya kondisi dilapangan tidak sesuai
dengan apa yang sudah direncanakan baik dalam hal gambar kerja maupun
penggunaan jenis material sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang
dengan melakukan perhitungan terlebih dahulu apabila lokasi perbedaan
merupakan struktur bangunan, serta diperlukan pengawasan pelaksanaan agar
pekerjaan sesuai dengan shop drawing sehingga setiap penyimpangan dapat
dihindari.Proyek sering mengalami keterlambatan.
2. Tempat pembuangan (disposal area)
Pekerjaan proyek yang berkaitan dengan pembuangan tanah galian
atau sampah membutuhkan tempat pembuangan yang terkadang sulit untuk
mencarinya, untuk pembuangan tanah mungkin masih mendapat kemudahan
karena material terbuang tersebut masih laku untuk dijual lalu bagaimana
dengan sampah proyek yang kehadiranya mengganggu area sekitar
pembuangan sehingga terjadi kesulitan dalam menemukan disposal area,
untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menjual hasil pembuangan
kepihak yang membutuhkan misalnya untuk urugan pembangunan
perumahan, menggunakan tanah hasil galian sebagai urugan, melakukan daur
ulang dan penghancuran sampah atau mencari tempat pembuangan sampah
akhir (TPA).
3. Kebocoran bekisting
Pekerjaan struktur beton bertulang membutuhkan cetakan bekisting
yang benar-benar rapid an rapat sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat
menyebabkan keluarnya air semen, untuk menutup selah-celah kebocoran
bekisting dapat dilakukan dengan cara penutupan menggunakan sobekan
bekas zak semen yang dicelupkan air terlebih dahulu.
4. Keterlambatan pengadaan material dan alat proyek
Keberadaan bahan bangunan dan perlatan merupakan hal vital dalam
pelaksanaan proyek untuk menjamin setiap pekerjaan dapat selesai sesuai
waktu yang dijadwalkan. Keterlambatan dalam pengadaanya berarti terjadi
kemunduran waktu pelaksanaan, untuk mengatasinya pihak kontraktor dapat
bekerja sama dan menjalin hubungan baik dengan supplier yang siap
mengirim bahan dan alat tepat waktu sesuai kesepakatan kedua belah
pihak.Proyek sering mengalami keterlambatan. Bahkan bisa dikatakan hampir
80% proyek mengalami keterlambatan. Jeleknya, keterlambatan proyek sering
berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang mempengaruhi.
Seringnya terjadi keterlambatan proyek dan berulangnya kejadian ini, menarik
perhatian untuk ditulis. Tulisan ini adalah bagian pertama dari beberapa
tulisan yang akan mengulas mengenai keterlambatan proyek.
Dari semua uraian diatas, metode yang dapat dilakukan tanpa terjadinya
peningkatan biaya proyek adalah dengan menggunakan metode Fast Track, yaitu
dengan melakukan pelaksanaan aktivitas secara parallel/tumpang tindih pada
penjadwalan proyek sehingga lebih efektif dan effisien.

2.2 Metode fast track


Proyek Terkadang dimungkinkan untuk melakukan penyusunan ulang
logika jaringan kerja sehingga kegiatan-kegiatan kritis dilakukan secara paralel
menggantikan cara pengerjaan yang seri. Salah satu metode yang paling umum dalam
melakukan penyusunan ulang hubungan kegiatan-kegiatan ini adalah dengan
mengganti hubungan finish-to-start menjadi hubungan start-to-start (Nurhayati,
2010). Metode fast track merupakan metode pengelolaan penjadwalan proyek
konstruksi dengan melakukan pelaksanaan aktivitas secara paralel sehingga waktu
pelaksanaan lebih cepat dari perencanaan awal (Tjaturono and Indrasurya, 2002;
Tjaturono and Mochtar, 2009).
2.2.1 Ketentuan dalam menerapkan fast track
Langkah-langkah atau ketentuan yang harus dilakukan dalam penerapan
metode fast track terhadap aktivitas-aktivitas pada lintasan kritis (Tjaturono,
2014) :
1. Aktivitas pada lintasan kritis diterapkan prinsip parallel system atau
penyelesaian aktivitas satu dengan aktivitas lain yang didasarkan pada
prinsip start to start.
2. Penjadwalan harus logis antara aktivitas satu dengan aktivitas lainnya
sehingga cukup realistis untuk dilaksanakan (meliputi: tenaga kerja,
produktivitas, bahan, alat, teknis, dan dana).
3. Melakukan fast-track hanya pada lintasan kritis saja, terutama pada
aktivitas berdurasi panjang.
4. Waktu terpendek yang akan dilakukan fast-track ≥ 2 hari.
5. Hubungan antara aktivitas kritis yang akan di fasttrack:
a. Apabila durasi i < durasi j, maka aktivitas kritis j dapat
dilakukan setelah durasi aktivitas i telah ≥ 1 hari dan aktivitas i
harus selesai lebih dulu atau bersama-sama.
b. Apabila durasi i > durasi j, maka aktivitas j dapat dimulai bila
sisa durasi aktivitas i ≤ durasi aktivitas j. Kedua aktivitas
tersebut selayaknya dapat selesai secara bersama-sama.
6. Periksa float yang ada pada aktivitas yang tidak kritis, apakah masih
memenuhi syarat dan tidak kritis setelah fast-track dilakukan.
7. Apabila setelah dilakukan fast-track tahap awal, lintasan kritis bergeser,
lakukan langkah-langkah yang sama pada aktivitas-aktivitas di lintasan
kritis yang baru. hal ini dilakukan secara berulang-ulang sampai
beberapa tahap dan mencapai waktu jenuh.
8. Percepatan selayaknya dilakukan tidak lebih dari 50% dari waktu
normal. Penerapan fast-track untuk mereduksi durasi lebih dari 50%
seringkali justru menghasilkan pembengkakan biaya yang sangat besar
sehingga fast-track menjadi tidak lagi ekonomis dan efisien.
Perlu diperhatikan bahwa pada pembiayaan proyek dengan penerapan
metode fast track dihitung adalah pembiayaan pelaksanaan
aktivitasaktivitas pada lintasan kritis maupun aktivitas pada lintasan yang
tidak kritis seperti halnya pada pembiayaan normal. Tidak ada penambahan
jumlah tenaga kerja dan biaya pada masing-masing aktivitas baik pada
aktivitas pada lintasan kritis maupun pada aktivitas tidak kritis (Tjaturono
and Mochtar, 2009).
 Keuntungan Fast Track :
1. Mempercepat fungsi infrastruktur yang bersangkutan
2. Memberikan keuntungan finansial dari pemanfaatan
infrastruktur tersebut
3. Mereduksi penjadwalan
 Kelemahan Fast Track:
1. Menambah risiko kesalahan pekerjaan.
2. Menambah sumber daya

2.3 Pengendalian proyek


2.3.1 Definisi pengendalian proyek
Pengendalian menurut R. J. Mockler sebagaimana dikutip Soeharto
(1995) adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai
dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan
pelaksanaan dengan standar, menganalisa kemungkinan adanya penyimpangan
antara standar dan pelaksanaan, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang
diperlukan agar sumber daya digunakan efektif dan efisien dalam rangka
mencapai sasaran. Bertitik tolak dari definisi ini, maka proses pengendalian dapat
diuraikan menjadi langkahlangkah sebagai berikut :
a. Menentukan sasaran
b. Definisi lingkup kerja
c. Menentukan standar dan kriteria sebagai patokan dalam rangka mencapai
sasaran
d. Merancang/menyusun sistem informasi, pemantauan, dan pelaporan
pelaksanaan pekerjaan
e. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria, dan
sasaran yang telah ditentukan
f. Mengadakan tindakan pembetulan
2.3.2 Tujuan dan fungsi pengendalian proyek
DAFTAR PUSTAKA

Asnuddin, S., Tjakra, J., & Sibi, M. (2018). Penerapan Manajemen Kontruksi pada
tahap Contolling Proyek (Studi Kasus : Bangunan Laboratorium Fakultas Tenik
Universitas Sam Ratulangi Manado ). Jurnal Sipil Statik, 6(11).
Atmaja, J., Wijaya, Y. P., & Hartati. (2016). Pengendalian Biaya dan Waktu Pada
Proyek Konstruksi Dengan Konsep Earned Value ( Studi Kasus Proyek
Pembangunan Jembatan Beringin – Kota Padang ). Rekayasa Sipil, XIII(April),
23–30.
Gerung, O. J., Dundu, A. K. T., & Mangare, J. B. (2016). Anallisa Penerapan
Manajemen waktu pada Pembangunan Jaringan Daerah Irugasi Sangkup Kiri.
Jurnal Sipil Statik, 4(7), 441–446.
N, R. A., S, D. R., & Kistiani, F. (2017). Pengendalian Biaya dan waktu Proyek
dengan Metode Konsep Nilai Hasil( Earned Value ). JURNAL KARYA TEKNIK
SIPIL, 6(4), 460–470.
Stefanus, Y., Wijatmiko, I., & Suryo, E. A. (2017). Analisis Percepatan waktu
Penyelesaian Proyek menggunakan Metode Fast Track dan Crash Program.
Media Teknik Sipil, 15(1), 74–81.
Sudarsana, K. D. (2008). Pengendalian Biaya dan Jadual terpadu pada Proyek
Kontruksi. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol., 12(2), 117–125.

(Atmaja, Wijaya, & Hartati, 2016)


(Stefanus, Wijatmiko, & Suryo, 2017)
(Asnuddin, Tjakra, & Sibi, 2018)
(N, S, & Kistiani, 2017)
(Gerung, Dundu, & Mangare, 2016)
(Sudarsana, 2008)

Anda mungkin juga menyukai