Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN MANAJEMEN PROYEK

2.1. Pengertian Manajemen Proyek


Manajemen proyek adalah suatu rangkaian proses yang dikelola
sedemikian rupa meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
pengendalian dan penggunaan sumber daya tertentu untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan, proyek adalah suatu rangkaian
kegiatan yang memiliki dimensi waktu, biaya, dan mutu untuk mewujudkan suatu
rencana. Dengan demikian dapat dikatakan, manajemen proyek adalah usaha
untuk memelihara suatu kerja sama kelompok dengan berusaha untuk
memanfaatkan sumber daya tertentu sebagai suatu pencapaian tujuan.
Dilihat dari komponen kegiatan utamanya, macam proyek dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1.

Proyek Engineering-konstruksi, merupakan jenis kegiatan yang terdiri dari


pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan alat, dan proses
konstruksi. Contoh proyek jenis ini adalah pembangunan gedung, jembatan,
pelabuhan, jalan raya, dan fasilitas industri.

2.

Proyek Engineering-Manufaktur, merupakan proses untuk menghasilkan


produk

baru.

Kegiatan

utamanya

meliputi

desain

engineering,

pengembangan produk (product development), pengadaan, manufaktur,


perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. Contohnya
pembuatan ketel uap, generator uap, mesin listrik, mesin pabrik, kendaraan.
Bila kegiatan manufaktur dilakukan berulang-ulang rutin dan menghasilkan
produk yang sama dengan terdahulu, maka kegiatan ini tidak lagi
diklasifikasikan sebagai kegiatan proyek.
3.

Proyek Penelitian dan Pengembangan, merupakan proyek yang bertujuan


melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu
produk tertentu. Dalam mengejar hasil akhir, proyek ini seringkali
menempuh proses yang berubah-rubah, demikian pula dengan lingkup
5

kerjanya. Agar tidak melebihi anggaran atau jadwal secara substansial maka
perlu diberikan batasan yang ketat perihal masalah tersebut.
4.

Proyek Pelayanan Manajemen, merupakan proyek yang bergerak dalam


bidang perancangan sistem informasi manajemen meliputi perangkat lunak
maupun keras, merancang program efisiensi dan penghematan, melakukan
diversifikasi, penggabungan dan pengambil alihan. Proyek tersebut tidak
membuahkan hasil akhir dalam bentuk fisik, tetapi dalam bentuk laporan
akhir.

5.

Proyek Kapital, merupakan proyek penggunaan dana kapital untuk investasi.


Proyek capital umumnya meliputi pembelian tanah, penyiapan lahan,
pembelian material dan peralatan (mesin-mesin), manufaktur (pabrikasi),
dan konstruksi pembangunan fasilitas produksi.

6.

Proyek Radio-Telekomunikasi, merupakan proyek yang dimaksudkan untuk


membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas
dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Berbeda dengan proyek-proyek yang
mendirikan instalasi industri yang terkonsentrasi di satu atau banyak lokasi,
proyek radio telekomunikasi umumnya terdiri dari banyak lokasi dan
terpencar di seantero wilayah yang berjauhan. Oleh karena, itu aspek logistik
dan kordinasi seringkali harus mendapatkan perhatian utama.

7.

Proyek Konservasi Bio-Diversity, merupakan proyek yang berkaitan dengan


usaha pelestarian lingkungan.

2.2. Pengertian Kontraktor


Kontraktor merupakan

perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

konstruksi, jasa konstruksi dapat di definisikan sebagai layanan pekerjaan


konstruksi. Sedangkan pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud
fisik lainnya (Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 15).
Kontraktor atau yang juga dikenal dengan istilah Penyedia Jasa Pelaksana
Konstruksi, merupakan salah satu bidang usaha yang memberikan jasa
pelaksanaan dalam bidang pembangunan. Pada sebagian masyarakat istilah
6

"kontraktor" lebih lekat dengan usaha "Jasa Pemborongan Bangunan" atau


diartikan orang atau badan usaha yang melayani pengerjaan konstruksi bangunan
dengan sistem pembayaran "borongan" atau satu paket pekerjaan bukan harian.
Jenis usaha yang dikerjakan oleh kontraktor bisa sangat bermacammacam. Menurut Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), badan usaha
jenis Jasa Pelaksana Konstruksi dapat dibagi menjadi 6 (enam) bidang, antara lain
:
1. Arsitektur,
2. Mekanikal
3. Elektrikal,
4. Sipil,
5. Tata Lingkungan.

Dari tiap-tiap bidang itu masih dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi
pekerjaan. Klasifikasi pekerjaan Jasa Pelaksana Konstruksi jika dilihat dari bidang
arsitektur itu meliputi pekerjaan :
1. Perumahan tunggal dan koppel, termasuk perawatannya;
2. Perumahan multi hunian, termasuk perawatannya;
3. Bangunan pergudangan dan industri, termasuk perawatannya;
4. Bangunan komersial, termasuk perawatannya;
5. Bangunan-bangunan non perumahan lainnya, termasuk perawatannya;
6. Fasilitas pelatihan sport diluar gedung, fasilitas rekreasi, termasuk
perawatannya;
7. Pertamanan, termasuk perawatannya;
8. Pekerjaan pemasangan instalasi asesori bangunan, termasuk perawatannya;
9. Pekerjaan dinding dan jendela kaca, termasuk perawatannya;
10. Pekerjaan interior, termasuk perawatannya;
11. Pekerjaan kayu;
12. Pekerjaan logam;
13. Perawatan Gedung / Bangunan.

2.3. Pemberi Tugas (Bouwheer)


2.3.1. Pengertian
Dalam hal ini pemberi tugas (bouwheer) yang dimaksudkan adalah berupa
badan hukum atau badan usaha atau perorangan yang memberikan penugasan dan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan serta
pelaksanaan suatu pekerjaan dengan cara menugaskan dan mengangkat pihak
arsitek sebagai penasehat yang mewakilinya.
2.3.2. Kewajiban Pemberi Tugas
Kewajiban daripada pemberi tugas adalah memberikan keteranganketerangan yang jelas atas macam jenis, luas dan batasan-batasan yang diinginkan
dalam penugasan serta program dan persyaratan pembangunan yang diinginkan.
Turut dicantumkan juga didalamnya golongan dan tingkatan pekerjaan
yang bagaimana cara penentuan imbalan jasa dan penggantian biaya yang akan
dilakukan. Dan sebagai acuan atas tugas ini, juga akan disertakan surat pernyataan
penerimaan tugas yang akan dibuat oleh pihak arsitek. Selain daripada itu, pihak
pemberi tugas juga berkewajiban menyediakan atau mengadakan data-data
mengenai tanah, peta maupun hal-hal yang diperlukan oleh pihak arsitek.
Disamping itu juga berkewajiban untuk menyelesaikan masalah tanah, perizinan
dan lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan yang juga akan
dibantu oleh para arsitek didalam masalah teknis bangunan.
Sementara kewajiban lainnya dari pihak pemberi tugas adalah masalah
pembayaran kepada pihak arsitek yaitu berupa imbalan jasa atau penyelesaian
tugasnya serta penggantian atas segala bentuk biaya yang telah dikeluarkan oleh
pihak arsitek selama masa pengembangan dan penugasan. Besarnya pembayaran
ini tidak boleh kurang dari jumlah pembayaran imbalan jasa yang telah
diperhitungkan sebelumnya. Dipihak lain, pihak pemberi tugas juga berkewajiban
untuk memberikan kepuasan-kepuasan yang diperlukan oleh arsitek, agar pihak
arsitek dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
atau disepakati bersama sebelumnya. Pihak arsitek, didalam menyelesaikan
8

tugasnya, diharapkan sesauai dengan waktu yang telah disepakati bersama


sebelumnya. Dan apabila harus terjadi pengunduran, maka lamanya waktu
penyelesaian diperuntukkan bagi setiap penugasan.
2.3.3. Hak Pemberi Tugas
Pihak pemberi tugas memiliki hak untuk mendapatkan tiga rangkap
salinan copy setiap dokumen pelaksanaan secara cuma-cuma. Dan hal ini berlaku
mulai dari masa penugasan sampai dengan 5 (lima) tahun setelah selesainya masa
penugasan. Dan apabila pihak pemberi tugas menginginkan salinan tersebut.
Disamping itu, pihak pemberi tugas juga memilki hak dalam meminta
perubahan-perubahan atas rancangan dari pihak arsitek, dengan catatan tidak
melebihi 2 (dua) kali perubahan Tetapi hal ini dapat dilakukan oleh pihak pemberi
tugas sepanjang belum memasuki tahap perancangan bagi pelaksanaan. Dan
apabila terjadi keterlambatan penyelesaian tugas daripada pihak arsitek yang
semata-mata disebabkan oleh kesalahan ataupun kelalaian dari pihak arsitek,
maka dalam hal ini pihak pemberi tugas berhak untuk menuntut ganti rugi dari
pihak arsitek.
2.3.4. Hubungan Kerja
Suatu hubungan kerja dianggap telah terjadi sejak suatu penugasan diberi
oleh pihak pemberi tugas kepada pihak arsitek yang dilaksanakan secara tertulis
maupun tidak tertulis. Selanjutnya pihak arsitek harus menegaskan penugasan
tersebut secara tertulis untuk disetujui oleh kedua belah pihak, dalam hal dimana
pihakl arsitek akan memberikan jawabannya secara resmi. Adapun jawaban resmi
ini menyatakan pemberian tugas dari pihak pemberi tugas tersebut atas dasar
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam hubungan kerja tersebut.
Untuk mengetahui secara persis bagaimana hak pemberi tugas dan
kewajiban pihak pemberi tugas/berhak mendapatkan 1 (satu) jilid salinan buku
pedoman yang telah ditentukan. Hubungan kerja yang baik antar pihak pemberi
tugas dan pihak arsitek adalah yang selalu terikat dengan satu perjanjian tertulis
yang mempunyai kekuatan hukum, dimana didalamnya tercantum semua
9

keterangan yang jelas dan tegas mengenai jenis, luas, lingkup pekerjaan, batas
waktu penugasan, besarnya anggaran biaya yang diberikan/diperlukan dan
penggantian atas segala macam biaya serta tata cara pembayaran (biasanya dibagi
dalam beberapa termyn sesuai dengan skala dari proyek yang diinginkan). Dari
sinilah diharapkan pihak pemberi tugas dapat mengetahui dan memanfaatkan
lingkup pekerjaan perancangan bangunan, mengadakan pengawasan terpadu
sampai dengan pemecahan masalah apabila terjadi perselisihan.
2.4. Pengertian Tender (Pelelangan)
Tender adalah sebuah penawaran resmi untuk memasok atau membeli
barang atau jasa. Di Inggris, istilah ini digunakan untuk menyebutkan isu
Treasury Bill mingguan.
Menurut Nugraha (1985), tender adalah proses pemilihan konsultan
perencana, pengawas, maupun kontraktor uang meliputi proses pra kualifikasi,
pengumuman pelelangan, penjelasan pekerjaan, pembukaan tender, proses
evaluasi tender, penetapan, dan penunjukan pemenang.
Menurut Soeharto (1997), tender adalah proses pemilihan kontraktor yang
meliputi rangkaian kegiatan mulai dari mengidentifikasi keperluan jasa kontraktor
oleh pemilik, mempersiapkan paket lelang, sampai tanda tangan kontrak untuk
menangani implementasi fisik proyek.
2.4.1. Jenis-jenis Pelelangan
Pelelangan Umum atau Terbuka
Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat,
(Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 23).
Pelelangan Terbatas
Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas

10

dan untuk pekerjaan yang kompleks, (Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun


2012, pasal 1 ayat 24).
Pelelangan Sederhana
Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah), (Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 25).
Pemilihan Langsung
Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah), (Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 26).
Penunjukan Langsung
Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa, (Peraturan
Presiden RI nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 31).
Pengadaan Langsung
Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi/Penunjukan Langsung,
(Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 32).
2.4.2. Tata Cara Pelelangan
Dokumen lelang terdiri dari Gambar-gambar perencanaan, Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) dan keterangan lainnya mengenai pekerjaan. Dokumen
lelang untuk pekerjaan konstruksi disiapkan oleh Konsultan Perencana atau dapat
juga oleh pejabat instansi teknis yang ditunjuk. Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut :
1.

Syarat Umum :
a.

keterangan mengenai pemberi tugas ;

b.

keterangan mengenai perencanaan ;

c.

keterangan mengenai direksi dan pengawasan ;

d.

syarat peserta pelelangan ;

e.

bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya.


11

2.

Syarat Administratif
a.

jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ;

b.

tanggal penyerahan pekerjaan / barang ;

c.

syarat pembayaran ;

d.

denda atas kelambatan ;

e.

besarnya jaminan penawaran ;

f.

besarnya jaminan pelaksanaan.

3.

Syarat Teknis
a.

jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan ;

b.

jenis dan mutu bahan, antara lain bahwa semaksimal


mungkin harus menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan potensi nasional ;

c.

gambar detail, gambar konstruksi, dan sebagainya.


Tahap persiapan dalam pelaksanaan lelangan dimulai dengan menyiapkan

daftar kontraktor yang akan diseleksi menurut paket kontrak pekerjaan, tata cara
prosedur pelelangan dan estimasi biaya wajar terperinci untuk setiap paket.
Kemudian dilanjutkan dengan prakualifikasi terhadap para kontraktor terpilih
berdasarkan persyaratan dan kriteria kualifikasi. Hasil seleksi prakualifikasi
segera diumumkan kepada kontraktor sekaligus mengundangnya sebagai peserta
lelangan menurut paket kontrak pekerjaan.
2.5. Kontrak
2.5.1. Pengertian
Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dengan Penyedia Barang/Jasa (Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun
2012, pasal 1 ayat 31).

12

2.5.2. Jenis Kontrak Berdasarkan Pembayaran


a. Kontrak Lump Sum
Kontrak lump sum merupakan kontrak jasa konstruksi atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang
pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses
penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa
sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah, (Pasal 21 ayat (1) PP Nomor
29 Tahun 2000).
b. Kontrak Harga Satuan
Kontrak Harga Satuan

adalah kontrak di mana volume pekerjaan yang

tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang
untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan.
c. Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan
Kontrak yang merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1
(satu) pekerjaan yang diperjanjikan.
d. Kontrak Persentase
Penyedia Jasa Konsultansi/ Jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan
persentase dari nilai pekerjaan tertentu, pembayarannya didasarkan pada
tahapan produk/ keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.
e. Kontrak Terima Jadi (Turnkey)
Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan,
pembayaran

dilakukan

berdasarkan

hasil

penilaian

bersama

yang

menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria


kinerja yang telah ditetapkan.
2.6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.6.1. Pengertian K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dibagi menjadi 2 pengertian,
yaitu :

13

2.6.1.1.

Secara Filosofis
Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan
makmur.
2.6.1.2.

Secara Keilmuan
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.


2.6.2. Tujuan K3:

a) Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga kerja.


b) Meningkatkan efisiensi kerja.
c) Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.6.3. Sasaran K3 :
a)

Menjamin keselamatan pekerja

b) Menjamin keamanan alat yang digunakan


c)

Menjamin proses produksi yang aman dan lancar

2.6.4. Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3 :

a) Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja


b) Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
c) Resiko kecelakaan dan penyakit kerja
Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan dari pihak perusahaan
dapat menjamin keselamatan pekerja.
2.6.5. Dasar Hukum K3 :

Beberapa dasar hukum yang mengatur mengenai K3 adalah :


a) UU No.1 tahun 1970
b) UU No.21 tahun 2003
14

c) UU No.13 tahun 2003


d) Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996
2.6.6. Hambatan Dari Penerapan K3 :

a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :

Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar

Banyak pekerja tidak menuntut jaminan K3 karena SDM yang


masih rendah

b) Hambatan dari sisi perusahaan:


Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau
operasional dan meningkatkan efisiensi pekerja untuk menghasilkan
keuntungan yang sebesar-besarnya.
2.6.7. Jenis-Jenis Bahaya dalam K3

Jenis-jenis dan bahaya dalam K3 dibagi menjadi 3, yaitu:


2.6.7.1.

Jenis Kimia
Terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia

berbahaya. Contohnya ialah :

Abu sisa pembakaran bahan kimia

Uap bahan kimia

Gas bahan kimia

2.6.7.2.

Jenis Fisika

Suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin.

Keadaan yang sangat bising.

Keadaan udara yang tidak normal.

Contohnya ialah :

Kerusakan pendengaran
15

Suatu suhu tubuh yang tidak normal

2.6.7.3.

Jenis Proyek/ Pekerjaan

Pencahayaan atau penerangan yang kurang.

Bahaya dari pengangkutan barang.

Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.

Contoh:

Kerusakan penglihatan

Pemindahan barang yang tidak hati-hati sehingga melukai pekerja

Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai pekerja

2.6.8. Cara Pengendalian Ancaman Bahaya Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3)
2.6.8.1.

Pengendalian Teknik

Contoh:
a) Mengganti prosedur kerja
b) Menutup atau mengisolasi bahan bahaya
c) Menggunakan otomatisasi pekerja
d) Ventilasi sebaga pengganti udara yang cukup.

2.6.8.2.

Pengendaan Administrasi

Contoh:
a) Mengatur waktu yang pas/ sesuai antara jam kerja dengan istirahat
b) Menyusun peraturan K3
c) Memasang tanda-tanda peringatan
d) Membuat data bahan-bahan yang berbahaya dan yang aman
e) Mengadakan dan melakukan pelatihan system penanganan darurat
2.6.8.3.

Standar Keselamatan Kerja


16

Pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja.


a) Perlindungan badan yang meliputi seluruh badan.
b) Perlindungan mesin.
c) Pengamanan listrik yang harus mengadakan pengecekan berkala.
d) Pengamanan ruangan , meliputi sistem alarm, alat pemadam kebakaran,
penerangan yang cukup, ventilasi yang cukup, jalur evakuasi yang khusus.
2.6.8.4. Alat Pelindung Diri
Adalah perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan
resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
disekelilingnya.
Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:
a.

Safety helmet
Berfungsi: sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat melukai

kepala.
b.

Safety belt
Berfungsi: sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat trasportasi.

c.

Penutup telinga
Berfungsi: sebagai penutu telinga ketika bekerja di tempat yang bising.

d.

Kaca mata pengamanan


Berfungsi: sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari percikan.

e.

Pelindung wajah
Berfungsi: sebagai pelindung wajah ketika bekerja.

f.

Masker
Berfungsi: sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas

udaranya kurang bagus.

17

2.7. Kerja Praktek sebagai Pemagangan bagi Mahasiswa


2.7.1. Pengertian Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga
pendidik perguruan tinggi disebut dosen.
Menurut jenisnya, perguruan tinggi dibagi menjadi dua :
1. Perguruan tinggi negeri
Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
2. Perguruan tinggi swasta
Perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
pihak swasta.
2.7.2. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani
pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.
2.7.3. Pengertian Praktikum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Praktikum adalah sebuah bagian
dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji
dan melaksanakan keadaan nyata dari teori yang telah diperoleh. Praktikum dapat
disebut juga dengan pelajaran praktik.

18

Anda mungkin juga menyukai