Anda di halaman 1dari 63

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Kerja Praktek Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kerja praktek pada dasarnya, yaitu: 1. Pembangunan mempunyai pengalaman visual dalam bentuk kegiatan fisik pada di bidang rekayasa sipil. 2. Mengetahui tahapan kegiatan fisik pembangunan. 3. Mengetahui manajemen pelaksanaan di lapangan. 4. Memahami praktek di lapangan sebagai hasil penerapan teori. 5. Membuat laporan kerja praktek. 6. Membuat dokumentasi proyek yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk belajar.

I.2

Data Proyek Data-data proyek pembangunan Ruko dan perkantoran Surabaya adalah sebagai berikut : Nama Proyek Lokasi Pondas i Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor Pelaksanaan : Pembangunan Apartement VIA dan VUE : Jl.Mayjend Sungkono : Tiang Pancang : PT. Arkonin dan PT. Davis Langdon Seah : PT. Win-Win Realty Center : PT. Tatamulia Nusantara Indah

I.3

Latar Belakang Dibangun Apartement VIA dan VUE Ciputra World Surabaya Surabaya merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang dapat kita sebut sebagai kota metropolitan dengan adanya berbagai macam aktivitas penduduknya. Surabaya telah banyak dilaksanakan berbagai proyek besar untuk memdirikan gedung gedung yang siap berdiri dan bersaing dengan yang lain. Hal itu kian memicu keinginan banyak pemilik bangunan untuk melibatkan perusahaan-perusahaan jasa konstruksi untuk dapat mewujudkan kenginan mereka. Seiring dengan perkembangan jaman yang pesat ini menjadikan semakin sempitnya lahan yang tersisa di Surabaya ini karena telah berdiri bermacam-macam bangunan yang besar dan tinggi oleh berbagai macam perusahaan yang saling berlomba untuk lebih mengembangkan segala aktivitasnya. Secara tidak langsung hal itu menjadikan suatu tuntunan bagi para designer bangunan untuk lebih memaksimalkan pemanfaatan lahan yang tersedia sesuai dengan fungsi operasional dengan bangunan itu sendiri. Pembangunan Apartement VIA dan VUE Ciputra World Surabaya direncanakan berlantai 30 (tiga puluh) yang fungsinya merupakan pusat hunian yang berstandar internasional di daerah Surabaya. Dengan adanya keterbatasan lahan yang tersedia pada perencanaan proyek gedung sekaligus untuk memaksimalkan fungsi operasional pada gedung itu sendiri, maka pemanfaatan basement sebagai lantai dasar sekaligus sebagai lahan parkir merupakan salah satu langkah alternatif yang sangat baik dan sangat menunjang tercapainya kemaksimalan pada aktivitas di dalam gedung tersebut.

I.4

Maksud dan Tujuan Berawal dari latar belakang pembangunan apartement VIA dan VUE Ciputra World Surabaya tentunya pihak yang terkait dalam proyek ini khususnya pemilik proyek mempunyai maksud dan tujuan untuk menyediakan hunian yang berstandar internasional di wilayah Surabaya.

BAB II MANAJEMEN PROYEK 2.1. Tinjauan Umum Di dalam menangani proyek, sangat dibutuhkan suatu program rencana kerja yang baik sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, rapi dan terpadu yaitu dengan menyusun suatu rencana kerja beserta penanggung jawab pekerjaan tersebut agar dapat dipahami dengan jelas sistem pekerjaan tersebut. Sehingga dengan cara demikian sangat diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan dapat mengerti dan memahami tugas serta tanggung jawab masing-masing sesuai dengan jabatannya dalam struktur organisasi proyek. Di dalam manajemen proyek ada 3 (tiga) hal utama yang harus dikendalikan oleh pengelola proyek, yaitu : 1. Kualitas 2. Waktu pelaksanaan 3. Biaya (cost) 2.2. Struktur Organisasi Owner: PT. Win-Win Realty Center

Konsultan Perencana: PT. Arkonin

Kontraktor: PT. Tatamulia Nusantara Indah

Konsultan Pengawas: PT. Win-Win Realty Center

PT. Davis Langdon Seah Dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan segala kegiatan yang diperlukan untuk mencapai penyelesaian pembangunan proyek perlu diorganisir secara jelas dan baik, agar dapat dicapai hasil yang optimal dengan efisiensi kerja yang teratur dengan baik.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengorganisasi tersebut adalah : Penggolongan aktivitas menurut jenis dan sifat pekerjaan. Menyusun organ atau wadah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah digolongkan. Melengkapi organ atau wadah yang sesuai dengan tugas, kewajiban serta otoritasnya yang jelas. Melengkapi organ-organ tersebut dengan alat-alat serta perlengkapan yang diperlukan. Jadi dengan bantuan struktur organisasi dapatlah diketahui hubungan yang satu dengan yang lainnya, sehingga dapat pula untuk mengawasi dan mengontrol kekurangan yang ada pada organisasi. Keberhasilan suatu proyek sangat di pengaruhi prestasi kerja yang dilakukan oleh Sistem Manajemen Proyek yang bersangkutan yang lebih ditentukan dengan sistem organisasi proyek itu sendiri. Dalam suatu organisasi yang baik, setiap personil harus tahu ruang lingkup dan tanggung jawab masing-masing, sadar akan batas-batas wewenang sehingga dengan demikian setiap personil akan menyadari kepada siapa mereka akan bertanggung jawab. 2.3. Tugas dan Wewenang Keberhasilan suatu proyek sangat dipengaruhi prestasi kerja yang dilakukan oleh Sistem Manajemen Proyek yang bersangkutan yang lebih ditentukan dengan Sistem Organisasi Proyek itu sendiri. Dalam suatu organisasi yang baik, setiap personil harus tahu ruang lingkup dan tanggung jawab masing-masing, sadar akan batas-batas wewenang sehingga dengan demikian setiap personil akan menyadari kepada siapa mereka akan bertanggung jawab.

2.3.1. Owner / Pemilik Proyek Mengumumkan acara pelelangan tender di Media masa. Membuat jadwal acara pelelangan. Pemilik proyek adalah orang / badan usaha yang memberi tugas, memiliki dan menguasai. Pemilik ini mempunyai wewenang antara lain : menyediakan biaya bagi realisasi fisik proyek, termasuk pembayaran untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah di setujui oleh masing-masing pihak. Menunjuk konsultan dan kontraktor dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek. Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan Surat Perjanjian Kerja dan kontraktor. Mengesahkan dokumen pembayaran dengan kontraktor. Menolak perjanjian yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak dan berhak memerintah pemeriksaan khusus terhadap pekerjaan tertentu yang meragukan atas biaya kontraktor serta menolak bahan bangunan yang tidak memenuhi persyaratan. Menyetujui atau menolak dalam pelaksanaan perubahan rencana kerja dalam suatu proyek. Bertanggung jawab memberikan biaya borongan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

2.3.2. Perencana Perencana proyek menuangkan ide pemilik ke dalam bentuk dimensi, yaitu gambar pekerja yang melibatkan suatu tim badan profesional perencanaan dan desain dengan mengadakan survey. Di mana perencana yang terlibat antara lain, Arsitektur, Teknik Sipil, Mekanikal / Elektrikal, dll.

Tanggung jawab dan wewenang perencana adalah : Meninjau lapangan secara berkala untuk melihat kemajuan pekerjaan dan menilai kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar tidak menyimpang dari ketentuan- ketentuan dari dokumen kontrak. Membuat penjelasan mengenai isi dokumen kontrak apabila diperlukan sebagai transaksi kepada kontraktor melalui konsultan pengawas. Perencana harus bisa menentukan hasil-hasil yang harus dicapai sebagai sasaran pelaksanaan proyek. Menentukan kebijakan pelaksanaan program, jadwal waktu dan prosedur pelaksanaan dalam administrasi serta operasi anggaran biaya kepada masing-masing pos anggaran. 2.3.3. Pengawas Mewujudkan ide pemilik ke dalam bentuk bangunan sesuai dengan gambar kerja dan melaksanakan perhitungan konstruksi serta rencana anggaran biaya dari seluruh proyek. Meninjau lapangan secara berkala untuk melihat kemampuan pekerjaan dan ikut menilai kualitas pekerjaan yang dilaksanakan agar tidak menyimpang dari ketentuan dokumen kontrak. 2.3.4. Kontraktor Pengertian kontraktor dalam hal ini adalah perseorangan atau badan usaha yang ditunjuk oleh pemilik proyek sebagai pelaksana sekaligus penanggung jawab pembangunan yang sesuai gambar dan syarat kerja. Kontraktor yang ditunjuk oleh pemilik adalah kontraktor yang telah melalui seleksi pemilihan oleh pemilih dan telah dinyatakan memenuhi persyaratan. Dalam hal ini kontraktor yang memenuhi syarat dan telah ditunjuk oleh pemilik untuk bertanggung jawab penuh pada bangunan yang dimiliki adalah PT. Tatamulia Nusantara Indah.

Tanggung jawab dan Wewenang Kontraktor : Menyampaikan permasalahan yang ada pada konsultan. Membuat time Schedule proyek. Menyusun laporan pekerjaan. Kontraktor menyediakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan keahlian yang diperlukan. Kontraktor bertanggung jawab untuk menilai gambar dan rencana kerja serta syaratsyarat dokumen kerja. Melaksanakan kerja pembangunan proyek sesuai dengan bestek, desain dan rencana anggaran biaya yang sudah ditetapkan dan disepakati. 2.3.5 Dalam melaksanakan pekerjaannya, PT. Tatamulia Nusantara Indah membagi pekerjaan kedalam beberapa job description, yaitu: 1. Project Manager Merencanakan jadwal pekerjaan, NWP, anggaran proyek, kebutuhan SDM dan OPM, penggunaan material dan peralatan, metode kerja, sub kontraktor, supplier dan pengembangan karyawan. Melakukan koordinasi dengan pihak internal (struktur organisasi dibawahnya) dan pihak eksternal (owner, konsultan, sub kontraktor, NSC, masyarakat) Melaksanakan dan mengontrol kegiatan operasional pelaksanaan proyek. Mengusulkan perubahan status karyawan (rotasi,mutasi,promosi dan demosi) sejauh wewenang yang dimiliki. 2. Site Manager Merencanakan sub jadwal pekerjaan, SDM dan teknologi, penggunaan material dan peralatan, metode kerja bersama dengan engineering. Melakukan koordinasi dengan internal lain (GA, QMR, Cost Control, Safety, logistik dan mekanik, QC) dan pihak eksternal (owner, konsultan, supplier, sub kontraktor) Melaksanakan dan mengontrol kegiatan operasional pelaksanaan proyek.

3. Chief Engineer Merencanakan sasaran dan program kerja engineering (review kontrak, shop drawing, asbuilt drawing, approval material, rencana subkontraktor, material take-off, variation order) Mengkoordinasi staff engineer di bawahnya dan melakukan koordinasi dengan pihak internal dan pihak eksternal. Memastikan pembuatna shop drawing sesuai kontrak dan progress payment dan laporan kegiatan proyek 4. Chief Supervisor Structural and Architectural Merencanakan jadwal kerja, kebutuhan dan penempatan material serta penggunaan peralatan. Melakukan koordinasi dengan GA, QMR, Safety. Melakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan

(owner/konsultan) 5. Chief Mechanic Merencanakan kebutuhan dan penempatan peralatan proyek serta pemasangan dan perawatannya. Merenncanakan alat-alat bantu sesuai dengan permintaan. Melakuakan koordinasi dengan GA,QMR,Safety,Chief Supervisor dan Gudang. 6. Chief Surveyor Merencanakan kebutuhan tenaga survey, pengdaan dan penggunaan peralatan survey, schedule dan metode kerja survey. Memastikan hasil kerja dan pemilihan peralatan sesuai dengan spesifikasi. 7. Chief Warehouse Mengusulkan pengadaan material dan peralatan untuk kebutuhan proyek Merencanakan teknis pengiriman dan penempatan material dan peralatan. Melakukan koordinasi dengan supplier,logistik dan chief mekanik Melakukan dan mengontrol stock opname, dokumentasi dan

pengarsipan dan pemeliharaannya.

8. Quality Control Merencanakan standar mutu hasil pekerjaan dan tahapan pemeriksaan. Melakukan koordinasi dengan Project Manager, Site Manager, Supervisor, Engineer, Safety dan Owner/konsultan. Merekap, menyimpan dan mendistribusikan dokumen hasil pekerjaan (check list) kepada bagian lain. Mengajukan usulan pengembangan sistem pengelolaan berkaitan dengan efektivitas dan kendala yang dialami oleh QC. Mengontrol hasil uji/ tes terkait dengan QC Mengontrol pelaksanaan dan hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan standard kualitas yang ditentukan. Mengontrol akuasi dan validasi dokumen hasil pekerjaan, kualitas material dan ketersediaan peralatan kerja. 9. Quantity Surveyor Merencanakan program kerja (cash flow, tagihan, kemajuan proyek, pekerjaan tambah/kurang, evaluasi anggaran. Melakukan koordinasi dengan Site Manager(kebutuhan material dan biaya), Project Manager(progress claim project), Chief

Enginner(variation order), Cost Control (evaluasi proyek berjalan), Sub kontraktor (volume dan kemajuan pekerjaan) 10. General Affair Officer Melaksanakan pemenuhan kebutuhan stationeri proyek Melaksanakan dokumentasi inventarisasi proyek Merekapitulasi data jam kerja staff Mengontrol penugasan pekerjaan lembur karyawan proyek Memonitor masa berlakunya asuransi proyek 11. Quality Management Representative Melakukan kegiatan audit internal Mengendalikan penerapan sistem ISO

12. Safety Officer Menjamin dipatuhinya penggunaan peralatan K3L Memotivasi dan mengarahkan karyawan dan tenaga kerja dalam penggunaan peralatan K3 di proyek. Menginventarisasi perlengkapan K3 dan peralatan pengamanan di proyek. Melakukan pembuangan sampah proyek keluar area proyek 13. Administration Menerima,menyimpan, merekap dan mendistribusikan dokumen Melaksanakan pengetikan dan memperlancar pengiriman surat-surat untuk internal maupun eksternal serta pengiriman fax. Merekap absensi karyawan tiap hari dan meminta kelengkapan dan meminta kelengkapan administrasinya jika ada yang tidak hadir. 14. Cashier Melakukan pembayaran opname dan kas bon mandor Melakukan pembyaran untuk keperluan pembelian tunai (kecil dan mendesak) Melakukan verifikasi dan membuat Ikhtisar Pengeluaran Kas Proyek (IPKP) Mendokumentasikan bukti-bukti pendukung penerimaan dan

pengeluaran kas proyek. 15. Structural Engineer, Mechanical, Electrical and Plumbing Engineer, Architectural Engineer Melakukan pembuatan shop drawing dan schedule shop drawing. Melakukan pemilihan material sesuai dengan spesifikasi. Menganalisa hasil pelaksanaan kegiatan proyek kesesuaian rencana dan realisasinya. 16. Drafter Melakukan pembuatan gambar hasil design 17. Supervisor Structural and Architectural Mengendalikan kegiatan pelaksanaan strutural proyak guna mencapai standar safety, target waktu dan biaya. Mengendalikan penerapan sistem, prosedur dan instruksi kerja, tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek
10

untuk melihat

18. Surveyor Melakukan kegiatan survey sesuai dengan jadwal dan metode kerja 19. Warehouse Staff Melakukan penataan dan pengeluaran material maupun peralatan dengan tepat (safety, waktu, item dan jumlah) Mengontrol pemanfaatan material dan peralatan dengan kebutuhan lapangan. 20. Mechanic Staff Melakukan kegiatan operasional pemenuhan kebutuhan peralatan consumable project. Melakukan penempatan peralatan proyek sesuai prosedur. 21. Tower Crane Operator Mengoperasikan tower crane Membantu mekanik untuk untuk perbaikan dan penggatian spare part tower crane. 22. BBS Melakukan pengawasan jadwal pelaksanaan operasional BBS sesuai dengan jadwal secara keseluruhan Melakukan penjauan material sesuai dengan spesifikasi 23. Driver Melakukan pengiriman barang sesuai dengan surat jalan dan daya angkut kendaraan 2.4. Rencana Anggaran Proyek Yang dijadikan pertimbangan dalam merencanakan membuat rencana anggaran proyek adalah : 1. Bestek dan Gambar. 2. Daftar Harga Satuan dan Upah yang berlaku. 3. Daftar Analisa Perhitungan satuan untuk tiap jenis pekerjaan berdasarkan buku pedoman. 4. Daftar Perhitungan Volume tiap jenis pekerjaan. 5. Daftar Rencana Anggaran Biaya Proyek

11

Daftar Rencana Anggaran Biaya Proyek secara keseluruhan rencana anggaran dapat dibuat dengan 2 (dua) cara : 1. Perhitungan taksiran kasar dengan memperhitungkan biaya secara cepat dengan mempertimbangkan luas bangunan dan macam bangunan. 2. Perhitungan taksiran secara teliti adalah memperhitungkan secara anggaran biaya secara teliti dihitung berdasarkan volume bangunan secara nyata dan sebenarnya.

12

BAB III BAHAN, PERALATAN, DAN TENAGA KERJA

3.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu pembangunan proyek konstruksi, bahan bangunan, peralatan kerja dan tenaga kerja merupakan tiga hal yang sangat penting. Karena hal ini sangat menunjang kelancaran pelaksanaan agar dapat sesuai dengan waktu dan mutu yang diharapkan. Bahan, peralatan dan tenaga kerja harus efisien, baik yang digunakan secara manual maupun mekanis. Untuk penyediaan bahan konstruksi, dapat didatangkan dari wilayah sekitarnya ataupun dari luar daerah. Kelancaran dan kemudahan penyediaan bahan sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan proyek itu sendiri, sehingga sebaiknya didatangkan dari lokasi yang tidak jauh dari proyek agar dapat menghemat waktu dan biaya dengan tetap mengutamakan kualitas dari bahan-bahan tersebut. Peralatan kerja yang digunakan terdiri dari alat-alat berat dan alat-alat pelengkap lainnya, baik yang digerakkan secara manual atau mekanis. Pemilihan jenis peralatan yang akan digunakan dalam suatu pekerjaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses penyelesaian suatu pekerjaan secara cepat dan tepat, tetapi pertimbangan dari segi biaya sehubungan dengan penggunaan alat tersebut harus tetap ada, artinya harus ada optimasi dari harga produksi persatuan waktu untuk setiap peralatan yang digunakan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjamin berlangsungnya suatu proyek. Tenaga kerja yang terlibat dapat terdiri dari tenagatenaga profesional dari pihak kontraktor dan konsultan atau tenaga kerja pemborong/ buruh.
13

3.2

BAHAN Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek persyaratan mutunya harus sesuai dengan dokumen kontrak. Adapun bahan yang bermutu baik harus memenuhi persyaratan dan peraturan yang ditetapkan, antara lain : Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971) Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan Indonesia (PUBI 1982) Peraturan Muatan/Pembebanan Indonesia (PMI 1981) Peraturan Semen Portland Indonesia (SNI-08) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1970) Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL 1977) Selain bahan-bahan tesebut harus memenuhi persyaratan dan peraturan diatas, bahan-bahan tersebut juga mudah diperoleh sehingga akan menghemat waktu dan biaya serta menjaga kelancaran pekerjaan. Pengiriman bahan harus disesuaikan dengan

keperluan dan jadwal pelaksanaan proyek, sehingga bahan disimpan tidak terlalu lama dan memakan tempat yang nantinya dapat merusak kualitas dari bahan. Bahan-bahan konstruksi yang dipakai dalam pelaksaan proyek Apartment THE VIA and THE VUE ini adalah : 3.2.1. Semen Semen merupakan bahan pengikat yang berfungsi untuk mengikat agregat halus dan agregat kasar dengan air dalam suatu adukan, seperti adukan beton atau plesteran. Pada proyek Apartment THE VIA and THE VUE ini, kontraktor harus membuat berita acara untuk persetujuan pemakaian tipe atau merk semen yang digunakan.

14

Kontraktor tidak boleh merubah tipe atau merk yang digunakan tanpa alasan yang kuat dan khusus serta persetujuan dari pihak konsultan. Semen yang digunakan adalah semen Gersik yang sesuai dengan syarat-syarat : Peraturan Semen Portland Indonesia ( SNI 8-1972 ) Peraturan Beton Indonesia ( SNI 2-1971 ) Mempunyai sertifikasi uji ( test sertificate ) Mendapat Pernyataan Perencana / Pengawas

o Primer mortar 2-10 digunakan untuk pemsangan bata dan plesteran o M.U 301 digunakan khusus plesteran o M.U untuk penghalusan setelah plesteran (Acian) o M.U 300 digunakan khusus untuk pemasangan hebel 3.2.2 Agregat Agregat merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam dan merupakan salah satu bahan material beton. Dalam pengambilan agregat pihak kontraktor harus memberikan bukti mengenai mutu dan tetap terjaminnya mutu tersebut kepada konsultan. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : Agregat halus Agregat halus dalam hal ini adalah pasir. Adapun syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan harus sesuai dengan PBI 1971, antara lain :

15

Pasir harus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Bersifat kekal tidak mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian-bagian yang bisa melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk membuat bahan beton.

Tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Harder. Agregat yang tidak memenuhi syarat percobaan ini bisa dipakai apabila kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan beton dengan agregat yang sama tapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci dengan air hingga bersih pada umur yang sama. Pasir yang digunakan pada proyek ini adalah pasir dari

Agregat kasar Agregat kasar pada umumnya adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari 5 mm. Agregat kasar yang digunakan dapat berupa kerikil sebagai disintegrasi alam atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. 1. Batu Belah harus mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Batu belah yang dipakai harus dari jenis yang keras, permukaan kasar, tidak berpori, tidak keropos bersifat kekal artinya tidak hancur karena pengaruh cuaca, tanpa cacat dan belah-belah, dengan minimal tiga muka pecah dengan ukuran maksimal 30 cm.

16

Batu-batu yang berisi bulat, dengan permukaan yang licin maupun dari gunung yang masih terbungkus oleh tanah, begitu pula dengan cadas tidak diperkenankan untuk dipakai / dipergunakan. 2. Kerikil, dalam penggunaannya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan hujan. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila melebihi maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti zat-zat yang reaktif terhadap alkali. Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan. 3.2.3 Air Fungsi air dalam proyek pembangunan ini sangat penting karena air merupakan bahan untuk pengikat atau menyatukan bahan pengikat semen terhadap bahan lain (pasir, split). Air yang digunakan dalam campuran pasangan atau campuran beton harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971 antara lain, air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung unsur minyak, asam alkali, garam-garaman, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak atau menurunkan mutu pekerjaan (merusak beton dan atau baja tulangan). Sebaiknya air yang digunakan adalah air yang dapat diminum. Dalam proyek ini sumber air berasal dari PDAM dilokasi proyek.

17

3.2.4

Zat Aditif Pemakaian bahan kimia atau admixtures/additif bertujuan meningkatkan mutu

dan memudahkan pelaksanaan pembuatan konstruksi beton disamping optimasi dari konstruksi beton dengan kondisi khusus. Zat aditif harus sesuai dengan spesifikasi yang telah disetujui oleh konsultan pada saat pemakaian. Zat adiktif yang digunakan adalah retarder. Retarder merupakan set control admixtures yang digunakan untuk mengontrol waktu pengikat semen. Setiap beton ready mix pada suatu proyek menggunakan bahan aditif ini sejak dari tempat pembuatan hingga lokasi pengecoran. 3.2.5 Baja Tulangan Baja tulangan beton adalah baja berbentuk batang berpenampang berupa lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan beton dan menghindari patah getas pada beton. Dalam struktur beton bertulang , baja tulangan merupakan unsur utama yang menahan kekuatan tarik yang terjadi akibat beban yang bekerja. Hal ini dikarenakan sifat beton adalah lemah terhadap gaya tarik sehingga dipergunakan tulangan baja untuk menahan gaya tarik tersebut. Selain hal tersebut tulangan baja juga dipakai untuk menahan gaya geser, tulangan yang dipakai untuk menahan gaya geser tersebut biasanya disebut begel atau sengkang. Berdasarkan bentuk, baja tulangan dibedakan atas baja tulangan polos dan baja tulangan ulir. Baja tulangan ulir digunakan untuk memperoleh perletakan pada beton dan lebih baik dibanding baja tulangan polos dengan luas tulangan yang sama.

18

Baja tulangan yang dipakai pada proyek Apartment THE VIA and THE VUE adalah : Baja tulangan ulir ( BJTD ) dengan mutu baja yang berbeda beda pada lantai 9 kebawah fy 500 MPa ( U 50 ) dan mutu baja lantai 9 hingga 33 adalah fy 400 MPa ( U 40 ) 3.2.6 Kawat Bendrat Kawat bendrat ini digunakan dalam pemasangan tulangan sebagai pengikat antar besi tulangan agar bisa membentuk suatu bentuk struktur yang dikehendaki. Kawat ini mempunyai diameter 1 mm dan dalam penggunaannya dipakai tiga lapis kawat supaya lebih kuat. Dengan adanya pengikat ini, maka besi tulangan dapat menahan beban yang direncanakan dengan optimal. Agar tujuan tersebut tercapai maka harus digunakan kawat bendrat dengan kualitas yang baik dan tidak mudah putus. 3.2.7 Beton Readymix Karena bangunan gedung ini volumenya besar, maka tidak mungkin efisien jika pengecorannya dilakukan secara manual, dan yang lebih penting adalah menjaga kualitas campuran, maka digunakan sistem campuran beton siap pakai (readymix). Beton readymix adalah beton siap pakai yang dibuat dan diolah sesuai mutu pesanan sehingga pemesan dapat langsung menggunakannya untuk keperluan pengecoran. Beton yang dipakai adalah sesuai dengan spesifikasi kekuatan karakteristik (mutu beton ) dari PBI 1971. Pekerjaan ready mixed concrete pada proyek Pembangunan Apartement THE VIA and THE VUE ini disuplai oleh PT. dengan syarat nilai slum test antara 12 2cm. Pengangkutan dari tempat pembuatan beton ready mix ( batching plant ) ke proyek menggunakan truck mixer yang disediakan oleh PT. sebagai pihak pembuat beton.
19

Keuntungan dari pemakaian beton readymix diantaranya adalah : 1. Jaminan keseragaman mutu beton. 2. Efektifitas dan efesiensi kerja dalam pelaksanaan. 3.2.8 Bekisting Bekisting digunakan sebagai cetakan agar struktur beton sesuai dengan dimensi, bentuk, posisi, serta alingmen yang direncanakan. Bekisting harus mampu berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan beban peralatan kerja. Perencanaan dan pembuatan bekisting harus mempertimbangkan kemudahan pemasangan dan pembongkaran, kuat dan kokoh, tidak berubah bentuk, memenuhi persyaratan permukaan serta tidak bocor. Bahan bekisting yang digunakan yaitu : Bekisting Shearwall dan Retaining Wall Bahan yang digunakan dalam pekerjaan bekisting kolom antara lain : Sateco Tie rod, wing nut Stek base plate, busa

Bekisting balok dan lantai Bahan-bahan yang digunakan dalam pekrjaan bekisting balok dan lantai antara lain : perancah scaffolding, kayu ( kaso 8/12 - 4m ), paku.

20

3.2.9 Kayu dan Multipleks Kayu dan mulipleks digunakan untuk pembuatan bekisting kolom, balok dan pelat lantai. Kayu dan multipleks yang digunakan harus sesuai dan memenuhi syaratsyarat dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1971), yaitu : 1. Semua kayu yang dipakai harus berkualitas baik, tua, tidak bergetah, tidak berayap, tidak berbubuk, kering udara, tidak cacat, tidak bermata kayu besar, dan harus dikeringkan minimal 3 bulan. 2. Untuk ukuran kayu yang telah diserut mempunyai toleransi penyimpangan 3mm. Kayu yang digunakan dalam proyekn ini adalah kayu Meranti dengan dimensi sebagai berikut : 3.3 Kayu untuk bekisting balok dan pelat lantai menggunakan ukuran 8/12. Multipleks menggunakan ukuran 12 mm

PERALATAN Suatu proyek agar memenuhi target mutu dan lancar dalam pelaksanaan harus didukung dengan peralatan yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bisa berfungsi secara optimal perlu adanya manajemen peralatan yang tertib. Dalam manajemen ini perlu diperhatikan masalah pengelolaan peralatan proyek yang terdiri dari penyewaan, pembelian, dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk mengefektifkan keberadaan alat dilapangan. Adapun data-data yang perlu diperhatikan adalah waktu pendatangan alat, lama penggunaan, dan kondisi alat baik melalui peminjaman, maupun pembelian atau milik sendiri. Khusus alat-alat yang dipinjam harus dicek kesesuaiannya dengan perjanjian peminjaman. Dan dalam pembuatan perjanjian peminjaman harus jelas sehingga tidak merugikan salah satu pihak.
21

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jenis peralatan yang diperlukan dalam suatu proyek adalah sebagai berikut : Besar kecilnya proyek Metode pelaksanaan yang digunakan di lapangan Jenis pekerjaan Jenis dan besarnya volume pekerjaan yang ada Jumlah waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut Kondisi dan keberadaan di lapangan Kualitas hasil pekerjaan yang dihasilkan sehingga sesuai dengan keinginan pemilik proyek Sedangkan pertimbangan biaya yang diperlukan menyangkut peralatan yaitu : Efektifitas dan produktifitas alat Lama operasi peralatan Ketahanan alat dan tersedianya suku cadang Pengisian bahan bakar dan pelumas Pemilihan operator

Peralatan yang digunakan dalam proyek THE VIA and THE VUE Apartment adalah sebagai berikut : 3.3.1 Tower Crane (TC) Tower crane berfungsi sebagai alat untuk mengangkat alat dan material dari suatu tempat ke tempat yang lain baik vertikal maupun horisontal, dengan prinsip kerja berdasarkan kekuatan mesin, keseimbangan beban, momen dan tegangan tarik kabel, serta sifatnya dapat berputar 360 derajat.

22

3.3.2

Pompa Air Pompa air ini berfungsi untuk menyedot air yang ada pada saat dilakukan penggalian tanah atau jika terjadi hujan untuk mengatasi genangan air.

3.3.3

Theodolit Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan koordinat suatu titik. Cara kerja alat ini adalah untuk mengecek kondisi dalam arah vertikal. Dapat juga untuk menentukan ketinggian suatu titik. Obyek theodolit dalam ini antara lain as-as bangunan, titik penggalian, dan elevasi-elevasi bangunan.

3.3.4

Waterpass / Levelling Meter Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menentukan elevasi/ peil lantai, balok, dan lain-lain yang membutuhkan elevasi. Alat ini sangat berguna untuk mengecek ketebalan lantai saat pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar. Selain itu juga dapat digunakan untuk pengecekan pemasangan bekisting pada kolom.

3.3.5 Bar Cutter Bar Cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yang diinginkan. 3.3.6 Concrete Mixer Concreate Mixer digunakan untuk proses pencampuran agregat yang akan digunakan dalam proses pembuatan spesi atau untuk plesteran dan acian.

23

3.3.7

Tangki Tangki disini digunakan untuk menampung air yang akan digunakan sebagai agregat campuran dalam proses pembuatan spesi atau untuk plesteran dan acian.

3.3.8

Gunting Besi Sebagaimana namanya gunting ini digunakan untuk memotong besi sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan di lapangan selama proses pengerjaan.

3.3.9

Bar Bender Alat ini digunakan untuk membengkokkan besi tulangan yang digunakan dalam proses penulangan balok,kolom maupun penulangan plat sesuai dengan bentuk dan kebutuhan di lapangan.

3.3.10 Concrete Vibrator Berfungsi untuk menggetarkan campuran beton pada saat pengecoran berlangsung dan untuk mengatur kepadatan dari beton agar beton tidak keropos. 3.3.11 Concrete Pump Berfungsi sebagai pengangkut adukan dari ready mixer ke tempat yang dicor baik lantai maupun balok. Spesifikasi Concretae Pump yang digunakan.

24

BAB IV PELAKSANAAN PROYEK 4.1 PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan, kontraktor harus mengetahui kondisi lapangan dan yang berhubungan dengan struktur proyek agar dapat melakukan tugasnya dengan baik. kontraktor juga harus memiliki dokumen awal pelaksanaan seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS dan dokumen lainnya. Selanjutnya kontraktor membuat shop drawing sebagai gambar detail pelaksanaan dan as built drawing sebagai laporan akhir gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan setelah adanya pekerjaan tambah maupun kurang. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang ditinjau selama pelaksanaan kerja praktek adalah pelaksanaan pekerjaan struktur bawah yang meliputi pekerjaan : Pemancangan dan Pondasi Lantai Kerja ( Bekisting ) Pembesian Pengecoran Langkah-langkah dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut : 4.1.1 Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran dimaksudkan untuk menentukan set-out bangunan sesuai gambar bestek. Pekerjaan bangunan ini meliputi : Batas bangunan dengan daerah sekitarnya. Batas kedalaman galian. Penentuan pile bangunan dan as-as bangunan.
25

Pengukuran yang dilakukan pada

bangunan pada dasarnya meliputi pengukuran

vertikal dan horisontal. Alat-alat yang digunakan untuk pengerjaan pengukuran adalah antara lain : Waterpass Theodolit Bak ukur Tali benang Patok Unting-unting Meteran Cat semprot 4.1.2 Penentuan Tinggi Pile Pada proyek The Via and The Vue apartement ini ketinggian jalan yang berada di depan lokasi proyek ditetapkan sebagai pile dasar dengan ketinggian 0,00. Sedangkan ketinggian rencana pada The Via and The Vue apartement ini terletak pada ketinggian 3 m dari Universitas Empat Lima. Ketinggian pile ini kemudian ditetapkan secara permanen untuk penentuan pile - pile selanjutnya. 4.1.3 Penentuan As - As Bangunan Pada pengukuran ke arah horisontal yang meliputi penentuan as - as bangunan serta penentuan bentuk bangunan yang tetap, maka perlu dipasang bowplank. Dalam penentuan as - as bangunan diperlukan perlengkapan dengan pemasangan bowplank. Bowplank ini dipasang di sekeliling area letak bangunan. bowplank ini harus dijaga dari segala macam gangguan atau kerusakan selama pekerjaan berlangsung. Baik as - as bangunan maupun titik-titik ketinggian dicantumkan pada papan tersebut dengan menggunakan cat warna merah.

26

4.2 PELAKSANAAN PEMANCANGAN 4.2.1 Persiapan Lahan Dan Jalan Masuk

Lahan pemancangan maupun jalan masuk area pemancangan harus kering, rata dan padat supaya pelaksanaan pemancangan dapat dilaksanakan dengan dengan baik. Lahan pemancangan harus bebas dari keberadaan utilitas - utilitas baik yang tertanam di dalam tanah maupun yang terpasang di atas tanah seperti jaringan kabel PLN / Telkom / Pipa gas / PDAM Akses untuk mencapai lokasi harus cukup lebar dan padat agar angkutan tidak ambles dan tidak menyangkut karena dapat menggolor waktu pelaksanaan. Titik pancang harus disiapkan secara keseluruhan agar tidak mengganggu pemancangan. 4.2.2 Mobilisasi Alat dan Pengiriman Tiang Pancang Mobilisasi peralatan dilaksanakan jika persiapan lahan sudah memadai dan ijin ijin yang berhubungan dengan pelaksanaan mobilisasi sudah diperoleh 4.2.3 Pelaksanaan Pemancangan

Crane pancang diletakkan ke posisi titik pancang yang akan dipancang Pengambilan tiang pancang yang akan dipancang diusahakan dari tumpukan tiang terdekat pekerjaan lebih efisien dan cepat. Sebelum pile cap dipasang, maka terlebih dahulu dipasang pelindung pile cap sebagai pelindung kepala tiang dari benturan. Tiang diturunkan perlahan sehingga ujung tiang tepat duduk pada titik pancang Setelah posisi tiang sudah tepat, maka tiang dicek oleh surveyor dari dua arah menyilang pada kondisi tiang harus sejajar dan harus tegak lurus.

27

Pemancangan dapat berhenti jika beberapa ketentuan tercapai: Top level yang ditentukan Selama pemancangan maka selalu diperhatikan agar garis sumbu hammer dan garis sumbu tiang senantiasa pada posisi lurus satu garis. Hal ini untuk menghindari pukulan yang dapat mematahkan tiang. Untuk menjaga supaya maneuver alat tidak kesulitan pada pemancangan berikutnya, maka sebaiknya pemencangan selalu diutamakan titik yang terjauh jangkauaannya, secara berurutan kearah mundur. 4.2.4 Pemotongan tiang pancang Setelah tiang pancang mencapai final set, tentunya panjang tiang pancang tidak seragam dikarenakan dalamnya tanah keras yang dicapai tidak sama Pemotongan tiang pancang pada proyek ini menggunakan tenaga manusia Menggunakan alat gerinda, palu dan betel Pengecekan tulangan oleh Konsultan Menejemen Konstruksi. 4.3. PEKERJAAN BEKISTING Sebelum dilakukan pekerjaan bekisting dilakukan dulu pembuatan lantai kerja sebagai dasar bekisting agar pekerjaan bekisting dapat dilakukan dengan optimal nantinnya. Bekisting pada proyek east coast apartement menggunakan batako dalam pekerjaan awalnya. Bekisting ( form work ) atau cetakan beton adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk mencetak sesuai dengan ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi serta alignment yang dikehendaki lengkap dengan konstruksi pendukungnya. Bekisting banyak digunakan untuk pekerjaan pada struktur beton.

28

Pada umumnya, sebuah bekisting merupakan sebuah konstruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi utama, yaitu : a. Untuk memberi bentuk kepada sebuah konstruksi beton. b. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan. c. Untuk memikul beton, hingga konstruksi tersebut cukup keras untuk memikul dirinya sendiri. Konstruksi- konstruksi bekisting beserta alat penopangnya terus menerus diteliti selama berlangsungnya pelaksanaan dan terutama sekali selama berlangsungnya pengecoran beton, karena bekisting berpengaruh besar terhadap pembentukan beton / dalam pekerjaan pengecoran. Bekisting harus mampu berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan beban peralatan kerja. Perencanaan dan pembuatan bekisting harus mempertimbangkan kemudahan pemasangan dan pembongkaran, kuat dan kokoh, tidak berubah bentuk, memenuhi persyaratan permukaan serta tidak bocor agar beton tidak keluar area bekisting. Yang harus diperhatikan dalam perencanaan bekisting adalah : 1. Struktur bekisting dibuat harus memenuhi syarat kekuatan. 2. Bekisting harus dibuat dan dipasang sesuai dengan bentuk, ukuran dan posisi yang disyaratkan dalam gambar. 3. Bekisting harus direncanakan cukup kuat untuk dapat memikul tekanan atau beban yang diakibatkan oleh beton basah, beban pelaksanaan dan beban-beban lainnya 4. Bekisting harus cukup kaku (stabil) artinya dapat menghasilkan bentuk yang tetap bagi struktur beton sesuai dengan yang direncanakan, sehingga bila diberi beban bekisting tidak berubah bentuk maupun posisi. 5. Sambungan bekisting harus direncanakan baik sehingga tidak rusak / bocor pada saat pelaksanaan pengecoran yang dapat mengakibatkan berkurangnya air semen. 6. Bahan bekisting harus terbuat dari bahan yang tidak menyerap air semen dan juga tidak merusak beton.

29

Bahan bahan yang digunakan untuk bekisting antara lain : 1. Multiplek Digunakan sebagai bahan bekisting karena akan menghasilkan permukaan beton yang halus. 2. Balok Kayu Digunakan sebagai perkuatan dan pengaku pada bekisting. Penguat / pengaku ini digunakan untuk mencegah lendutan multiplek akibat pembebanan selama pelaksanaan agar didapat hasil pengecoran yang sempurna. 3. Perancah Besi ( Scafolding ) dan Pipe Suppport Berfungsi sebagai tiang penyangga. Pipe support mempunyai ketinggian terbatas, tetapi perancah ini lebih praktis dibandingkan perancah kayu. Panjang Pipe Support dapat diatur sesuai kebutuhan. 4. Form Tie Merupakan penahan untuk bekisting balok dan kolom. Alat ini terbuat dari besi dan digunakan untuk menjepit bekisting. bekisting sangat berguna sekali untuk pembentukan beton maka dibutuhkan suatu bekisting yang bersifat presisi ( ketika dilakukan pengecoran tidak terjadi perubahan bentuk, tidak bocor, mudah dipasang dan dibongkar, memenuhi persyaratan permukaan dan dapat dipakai berulang ( bersifat ekonomis ). Pemasangan bekisting pada The Via and The Vue apartment Sebelum pemasangan bekisting dilakukan pembuatan lantai kerja dulu agar pemasangan bekisting lebih mudah dilakukan. Bekisting ini menggunakan sistem dibongkar Bekisting yang berada di pelat disangga oleh scafolding

30

4.4

PELAKSANAAN PEMBESIAN Penulangan merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan memasang

besi tulangan sebagai kerangka struktur pada konstruksi beton agar sesuai dengan gambar rencana. Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tarik, gaya geser dan momen torsi yang timbul akibat beban - beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah direncanakan oleh perencana struktur yaitu dalam hal : Ukuran diameter baja tulangan Kualitas baja tulangan Kuantitas baja tulangan Penempatan/ pemasangan baja tulangan Semua pekerjaan pembesian ini didasarkan pada gambar penulangan yang telah ditentukan. Fungsi gambar penulangan adalah : 1 Sebagai acuan di dalam pelaksanaan pekerjaan dan pengawasan pekerjaan tulangan 2 Memberikan kemudahan dalam pekerjaan tulangan

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan pembesian / penulangan pada proyek ini antara lain : 4.4.1 Pabrikasi Besi

Besi-besi tulangan yang di produksi di pabrik adalah besi dengan panjang 12 m. Jadi perlu adanya pemotongan dan pembengkokan yang dilakukan dalam proses Pabrikasi besi karena panjang tulangan elemen struktur bermacam-macam. Pemotongan besi dilakukan dengan mesin pemotong ( bar cutter ) dan pembengkokan dilakukan dengan mesin pembengkok (bar bender)

31

4.4.2

Pemotongan Tulangan

Pada pekerjaan pemotongan tulangan, harus diperhatikan panjang penyaluran batang tulangan. Agar beton bertulang dapat berfungsi dengan baik sebagai bahan komposit maka perlu diusahakan supaya penyaluran gaya yang baik dari satu bahan ke bahan yang lain. 4.4.3 Pembengkokan Tulangan Setelah tulangan dipotong, maka besi dibengkokkan menurut bentuk tulangan yang disesuaikan dengan gambar perencanaan. Pembengkokan dilakukan dengan bantuan mesin Bar Bender untuk diameter 12 mm keatas dan dengan pembengkokan manual untuk diameter 10 mm kebawah. Pembengkokkan tersebut dapat berupa : Pembengkokkan pada ujung- ujungnya Pembengkokkan sengkang 4.4.4 Pemasangan tulangan Jumlah dan Jenis Tulangan harus sesuai dengan gambar shop drawing Tulangan utama sudah dibentuk di tempat pembentukan tulangan, jadi tinggal dipasang. Antar tulangan dikaitkan dengan kawat bendrat, pemasangan menggunakan tang dan catut Tulangan diberi tahu beton / beton decking untuk membentuk selimut beton. 4.5 PEKERJAAN PENGECORAN pekerjaan pengecoran pada proyek The Via and The Vue apartment dilakukan setelah melalui beberapa tahap pekerjaan. Sebelum pengecoran dilaksanakan ada beberapa tahap yang harus dilakukan terlebih dahulu antara lain :
32

1. Bekisting Posisi, jarak dan bentuk dari bekisting harus sesuai dengan gambar rencana 2. Pembesian Hal- hal yang perlu diperiksa yaitu jumlah, jarak, kebersihan, diameter tulangan, beton decking dan lain - lain yang sesuai dengan gambar. 3. Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran yaitu timba, concrete pump, vibrator, truck mixer. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan pada siang hari sampai malam hari, untuk menghindari panas matahari yang dapat mempengaruhi proses penguapan beton. 4. Pembersihan Saat pengecoran permukaan bekisting dan tulangan dibersihkan dari segala jenis sampah dan kotoran dengan menggunakan udara ( kompresor ) dan air yang disemprotkan. 5. Tenaga kerja Tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja yang telah berpengalaman dalam pekerjaan pengecoran untuk menjamin ketelitian pekerjaan yang akan berpengaruh pada mutu beton. Jumlahnya juga memperhitungkan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan Tahap - tahap dalam pekerjaan pengecoran adalah : 1. Pengadukan, dilakukan di concrete mixer yang berada tidak jauh dari lokasi proyek. 2. Pengangkutan, menggunakan truck mixer sebagai sarana pengangkut adukan 3. Pelaksanaan pengecoran Berdasarkan keadaan dan kondisi yang ditemui di lapangan, maka cara- cara pengecoran dilaksanakan dengan bantuan concrete pump. Untuk pengecoran dengan concrete pump biasanya digunakan jika volume kerjaan pengecoran banyak dan dapat dijangkau dengan lengan concrete pump.
33

BAB V TEKNIK PENGAWASAN 5.1. UMUM Dalam rangka mencapai hasil yang maksimal baik dari segi biaya, waktu dan mutu pekerjaan pada suatu proyek diperlukan pengawasan dan koordinasi semua pihak yang terkait terhadap proyek yang dilaksanakan. Tugas konsultan pengawas adalah untuk mengawasi, mengarahkan dan mengkoordinir kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya. Sistem pengawasan timbul karena tuntutan akan kebutuhan bagaimana pengelolaan proyek secara cermat, waktu dan biaya serta menghasilkan mutu pekerjaan yang baik sesuai dengan rencana anggaran. Dengan adanya sistem pengawasan, maka kegiatan yang dijalankan dapat diatur sesuai dengan jadwal pelaksanaan perencanaan sampai selesai proyek tersebut dapat dikoordinasikan secara efektif, karena dengan adanya pengawasan, maka pengelolaan seluruh tahapan pelaksanaan dilakukan sebagai satu bagian yang utuh dan terpadu. A. keuntungan dari segi biaya : Biaya proyek secara keseluruhan dapat dihemat. Biaya proyek dapat diatur dari tahap awal pelaksanaan proyek. Total biaya keseluruhan proyek lebih terkendali dan dapat diperkirakan, serta selalu diikuti dan diperbaiki terus-menerus sesuai dengan perkembangan desain.

34

B. Keuntungan dari segi waktu : Waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan dapat dipersingkat karena adanya koordinasi kerja yang teratur. Waktu desain lebih panjang, sehingga proyek dapat direncanakan seoptimal mungkin. Penyediaan bahan material dapat dilakukan secepatnya tanpa menunggu desain selesai, sehingga keterlambatan kerja dapat dihindari. C. Keuntungan dari segi mutu : Mutu pekerjaan lebih terjamin karena konsultan pengawas yang mempunyai pengalaman dibidang pelaksanaan ikut membantu kontraktor dalam hal metode pelaksanaan implementasi dan quality control. 5.2. PENGAWASAN KUALITAS BAHAN Beton terdiri dari semen, pasir, kerikil atau batu pecah, dimana campuran ini menghasilkan beton yang baik ataupun beton yang kurang bermutu. Dan perbedaan dari mutu beton tersebut terletak pada pengetahuan dalam memilih bahan-bahan dasar yang akan dipakai serta dalam cara penggabungannya. Oleh karena itu pengetahuan ini mutlak diperlukan bagi yang melaksanakan pekerjaan beton. Dalam mrencanakan campuran beton biasanya untuk mencapai salah satu atau lebih mempunyai tujuan sebagai berikut : Kekuatan tekan ( compressive strength ) pada umur tertentu ( 28 hari ) bagi beton yang sudah mengeras. Mudahnya pengerjaan ( work ability ) adukan beton yang dalam praktek ditentukan dengan tingginya slump.

35

Keawetan ( durability ) bagi beton harus ekonomis, dimana dari campuran beton ( mix design ) yang baik menghasilkan spesi dalam keadaan plastis. Bahan-bahan untuk keperluan bangunan harus diisi dalam formulir sebelum digunakan sebagai bahan campuran baik beton atau bahan lain. Karena itu contoh bahan harus mendapat persetujuan dari direksi / pengawas dengan disertai bukti ( sertifikat pengujian ). Menurut Algeme Voorwarden ketentuan mengenai pengujian bahan-bahan bangunan adalah sebagai berikut :

Dalam segala hal bahan-bahan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

Bahan-bahan yang digunakan untuk kepeluan pekerjaan harus diuji dulu sebelum digunakan.

Bila ternyata bahan bahan tersebut tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan maka bila direksi/pengawas menganggap tidak mungkin, maka bahan-bahan tersebut ditolak.

5.3. PENGAWASAN PENGENDALI WAKTU Suatu proyek bangunan yang akan dilaksanakan atau sudah dikerjakan, perlu adanya waktu rencana kerja yang mempunyai arti pokok bagi pelaksanaan pekerjaan dari masing-masing jenis disesuaikan dengan pembiayaan dan pemakaian sumber daya waktu pelaksanaan dengan kebutuhan proyek. Pengawasan pengendalian waktu/time schedulle memerlukan analisa serta pengalama-pengalaman dilapangan, baik teknis maupun non teknis sehingga mendekati keadaan waktu sebenarnya.

36

Adapun mata rantai pekerjaan tergantung pada hal-hal yang dominan, meliputi : 1. Time schedulle Time schedulle atau rencana kerja proyek merupakan rencana waktu untuk memulai suatu pekerjaan sampai selesainya pekerjaan tersebut. Time schedulle disusun berdasarkan urutan pekerjaan. Time schedulle merupakan pedoman bagi kontraktor dalam pekerjaan sehari-hari. Agar pekerjaan berjalan lancar, efisien dan selesai tepat waktunya. Data yang diperlukan dalam menyusun time schedulle adalah : Gambar-gambar konstruksi dan arsitektur. Peraturan dan syarat dalam bestek/RKS Situasi lokasi proyek Waktu yang tersedia Jenis pekerjaan Material dan alat-alat yang tersedia Jumlah tenaga kerja dan keahliannya.

Dengan berdasarkan pada jangka waktu yang ditentukan oleh pihak owner, maka pihak kontraktor membuat time schedulle yang teliti dan mendetail, yang nantinya digunakan sebagai dasar bagi kontraktor untuk melaksakan pekerjaan. Adapun time schedulle yang dibuat kontraktor adalah Barchart Schedulle yaitu mencakup waktu rencana kerja diawali dan diakhirinya suatu aktivitas secara terperinci, baik rencana maupun kenyataan yang ada.

37

Dalam membuat barchart ini pelu diperhatikan sebagai berikut : Jangka waktu yang telah ditentukan oleh pemberi tugas/owner. Hubungan ketergantungan antar aktivitas dalam proyek Modal yang ada Kemampuan dari pekerja dan peralatan Keadaan lingkungan dan cuaca pada saat pelaksanaan proyek Spesifikasi mutu yang diminta Kemampuan kontraktor untuk menyediakan tenaga kerja, material, dan peralatan yang dibutuhkan Bila pekerjaan mulai dilaksanakan maka grafik realisasi prosentase pekerjaan harus digambarkan pada data-data kemajuan fisik. Hasil penggambaran ini merupakan dasar untuk mengukur kemajuan fisik dilapangan terhadap rencana yang telah dijadwalkan sebelumnya. Jika grafuk ini terletak diatas kurve S, berarti kemajuan pekerjaan melampaui target yang telah direncanakan, sebaliknya jika grafik realisai terletak dibawah kurve S, atau memotong kurve S maka terjadi perlambatan pekerjaan dan harus dicari jalan keluarnya, misalnya dengan penambahan alat-alat pendukung, kerja lembur dan lain-lain. 2. Curve S Kurva S adalah grafik yang diplot pada barchart time schedulle, dimana grafik tersebut menggambarkan besarnya prosentase dari jumlah bobot nilai pekerjaan yang dicapai setiap minggu dibanding dengan jumlah biaya secara keseluruhan yang dapat dirumuskan : X = Y/Z X 100 %

38

Dimana : X = prosentase pekerjaan yang telah dicapai Y = jumlah komulatif nilai pekerjaan yang dicapai setiap minggu Z = jumlah biaya secara keseluruhan Bilamana titik yang menggambarkan besarnya prosentase pekerjaan yang telah dicapai tersebut dihubungkan satu sama lainnya, maka akan didapat suatu grafik yang berbentuk S yang terdapat dalam suatu barchat time schedulle. Dalam pelaksanaannya ada 2 ( dua ) kurva S : 1. Kurva S dari presentase pekerjaan yang direncanakan untuk dicapai dalam setiapminggu, yang disebut kurva S rencana. 2. Kurva S dari presentase pekerjaan yang dilaksanakan dalam tiap minggu, maka kurva tersebut kurva S pelaksanaan. Dengan demikian dapat dibandingkan antar kurva S rencana dangan kurva S pelaksanaan dan tempatnya berada dibawah kurva S rencana, hal itu berarti pekerjaan tersebut mengalami keterlambatan dan kemungkinan pula sebaliknya. Faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah pertimbanganpertimbangan : Tenaga-tenaga kerja Volume pekerjaan Jenis pekerjaan Cuaca Kelancaran dana Hubungan antara kepala pelaksana dengan tenaga-tenaga kerja.

39

5.4. PENGAWASAN TERHADAP KUALITAS PEKERJAAN Tenaga pelaksaan pada proyek ini umumnya mempunyai keahlian pada pekerjaan masing-masing. Mengenai pengawasan tehadap tenaga kerja, pelaksanaanya menentukan terhadap menilai jumlah kemampuan dari tenaga kerja, baik dalam hal keahliannya maupun efektifitasnya berbeda satu sama lain. Perbedaan ini besar pengaruhnya terhadap kecepatan dan mutu dari pekerjaan yang dihasilkan, maka dari itu hal-hal diatas harus dicapai kontraktor sebagai penanggung jawab, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu serta mempunyai mutu yang tinggi, dan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan oleh pemilik bangunan tersebut. Hal itu dapat dilakukan dengan cara : 1. Buku rencana kerja dan gambar pelaksanaan Gunanya untuk mengawasi pekerjaan sesuai dengan perencanaan, bila dilapangan terjadi pelaksanaan yang tidak sesuai dengan bestek, perlu diadakan perundingan dan perencanaan ulang paket pekerjaan tersebut. a. Gambar Arsitektur Gunanya untuk mengawasi pekerjaan sesuai dengan perencanaan. Bila dilapangan terjadi pelaksanaan yang tidaksesuai dengan bestek, perlu diadakan perundingan dan perencanaan ulang paket pekerjaan tersebut. b. Gambar struktur Gambar ini menyangkut type struktur yang dipakai seperti gambar penulangan kolom, plat dan hubungan-hubungan antara tulangan tersebut dan sebagainya.

40

2. Dengan pertongan grafik presentasi kerja Grafik presentasi kerja ini dibuat berdasarkan laporan harian dan mingguan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan jenis dan pekerjaan dilapangan. Dari grafik ini dapat diketahui sejauh mana kemajuan fisik dilapangan dibandingkan dengan yang direncanakan. Dan dari hasil perbandingan ini pengawas/direksi harus segera memberikan peringatan bila grafik prestasi kerja menunjukkan memberikan peringatan bila grafik prestasi kerja menunjukkan suatu keterlambatan pekerjaan dilapangan. 3. Dengan Laporan Harian Dan Mingguan a. Laporan Harian Laporan Harian dibuat setiap hari secara tertulis rangkap empat serta ditanda tangani oleh pihak pengawas. Laporan harian ini berisikan : Pekerjaan yang dilakukan hari itu Jumlah tenaga kerja yang bekerja hari itu Alat-alat yang digunakan Waktu kerja Jenis dan volume bahan yang didatangkan Keterangan lain tentang jalannya pelaksanan pekerjaan b. Laporan Mingguan Laporan inibertujuan untuk melaporkan pekerjan yang telah dikerjakan pada minggu tersebut dan disajikan dalam bentuk angka untuk besarnya bobot dari pekerjaan yang diselesaikan. Sehingga kemajuan dan keterlambatan proyek dapat dipantau keadaannya.

41

Adapun isi laporan mingguan : Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan Volume dan bobot pekerjaan selama satu minggu Catatan lain yang diperlukan. Tenaga kerja yang harus disediakan oleh pihak kontraktor terdiri dari beberapa bagian : Pekerja Kasar Tenaga kerja kasar yang dipekerjakan untuk melayani hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dilapangan. Pekerja dengan keahlian tertentu Tenaga yang melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, sepeti tukang kayu, tukang besi dan lain-lainnya. Pengawas lapangan ( mandor ) Tenaga kerja yang mempunyai pengalaman/pendidikan yang cukup dalam pengawasan pelaksanaan suatu pekerjaan dan bertanggung jawab atas mutu pekerjaan yang dihasilkan.

42

BAB VI PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK CIPUTRA WORLD SURABAYA 6.1 Pembekistingan Pembekistingan menurut peraturan perencanaan percetakan ditulis dalam SNI 032847-2002 pasal 8.1 : a. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang diisyaratkan pada gambar rencana spesifikasi. b. Cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar. c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi bentuknya. d. Cetakan dan tumpuannya garus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya. Kondisi pekerjaan pembekistingan di proyek ciputra world Surabaya, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 6.1 Pembekistingan tanpa menggunakan ikatan

43

Gambar 6.1 Pembekistingan dengan menggunakan ikatan Pembekistingan yang sesuai dengan SNI adalah pembekistingan yang diikat dengan baik untuk mempertahankan bentuk beton yang sesuai dengan gambar rencana dan untuk menghindari kebocoran material serta terjadinya kegagalan saat pengecoran.

44

6.2 Kondisi permukaan tulangan baja Kondisi permukaan tulangan baja menurut peraturaan SNI harus memenuhi syarat yang diatur dalam SNI 03-2847-2002 pasal 9.4 yaitu : a. Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak atau segala jenis zat pelapis bukan logam yang dapat mengurangi kapasitas lekatan. b. Tulangan harus bersih dan bebas dari minyak, kotoran, kulit giling, cacat permukaan dan karat yang berlebihan. Kondisi pekerjaan pembesian di proyek ciputra world Surabaya, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 6.2 Pembesian Kondisi pembesian menurut gambar diatas yaitu keadaan besi yang sudah berkarat namun tidak mengandung minyak yang dapat mempengaruhi kelekatan material beton ketika sedang dicetak, penyebab perkaratan besi diatas adalah karena penyimpanan besi yang tidak diperhatikan terhadap cuaca dan suhu sekitar yang mempengaruhi karat. Tindakan pencegahan yang baik adalah dengan menyimpan besi di tempat yang terlindung dari cuaca dan suhu yang dapat mempengaruhi pengaratan.
45

6.3 Kondisi Kolom Kolom yang baik adalah kolom yang sesuai dengan gambar rencana dan ketika pelaksanaan pengecoran harus diperhitungkan dengan baik agar tidak membuat kolom tidak sentris. Kondisi pekerjaan kolom di proyek ciputra world Surabaya, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 6.3 Kolom yang tidak sentris Kondisi kolom seperti gambar diatas terlihat tidak sentris hal ini disebabkan karena penembakan dengan menggunakan theodolit yang tidak tepat selain itu dapat disebabkan karena pemasangan tulangan yang miring dan tidak ditahan oleh kayu sehingga kolom terlihat tidak sentris. Perbaikan yang seharusnya dilakukan adalah dengan cara pemberian kayu penjanggal pada saat pengecoran.

46

6.4 Scaffolding Pemasangan scaffolding yang benar adalah pemberian bantalan pada kaki scaffolding dengan menggunakan karet atau kayu agar floor hardener tidak rusak ketika ditumpu oleh scaffolding Kondisi pekerjaan pemasangan scaffolding di proyek ciputra world Surabaya, seperti gambar dibawah ini :

Gamabr 6.4 Kaki scaffolding yang tidak diberi bantalan Kondisi scaffolding seperti gambar diatas tidak diberi bantalan yang dapat memungkinkan floor hardener rusak. Perbaikan yang seharusnya dilakukan dengan memberikan bantalan kayu atau karet pada kaki scaffolding

47

6.5 Kondisi Kayu Kondisi kayu menurut Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1971), yaitu : 1. Semua kayu yang dipakai harus berkualitas baik, tua, tidak bergetah, tidak berayap, tidak berbubuk, kering udara, tidak cacat, tidak bermata kayu besar, dan harus dikeringkan minimal 3 bulan. 2. Untuk ukuran kayu yang telah diserut mempunyai toleransi penyimpangan 3mm. Kondisi kayu di proyek ciputra world Surabaya, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 6.5 Kayu yang cacat dan lapuk Kayu yang digunakan dalam pembekistingan seharusnya tidak cacat dan lapuk seperti gambar diatas, hal ini disebabkan karena pemilihan kayu yang kurang bagus dan penggunaan kayu kayu sisa ketika pembekistingan. Perbaikan yang seharusnya dilakukan adalah dengan cara pemilihan kayu yang berkualitas baik, tua, tidak bergetah, tidak berayap, tidak berbubuk, kering udara, tidak cacat, tidak bermata kayu besar, dan harus dikeringkan minimal 3 bulan.

48

6.6 Kondisi Balok Kondisi balok berdasarkan pada peraturan perencanaan percetakan ditulis dalam SNI 03-2847-2002 pasal 8.1 : a. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang diisyaratkan pada gambar rencana spesifikasi. b. Cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar. c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi bentuknya. d. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya. Kondisi balok di proyek ciputra world Surabaya, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 6.6 Balok yang miring Balok yang baik seharusnya lot dan menerus tanpa adanya miring namun yang terjadi pada gambar diatas adalah balok yang miring dan tidak sama dengan balok yang lainnya hal ini disebabkan karena pembekistingan yang salah dan kurang baik saat pengecoran. Pencegahan yang seharusnya dilakukan adalah balok dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga agar tidak merusak struktur diatasnya
49

6.7 Kondisi Dinding Struktur Kondisi dinding struktur yang baik adalah solid dan tidak mengalami cacat baik karena pembekistingan maupun karena tulangan, apabila kerusakan karena tulangan dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dinding struktur. Kondisi shearwall di proyek ciputra world Surabaya, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 6.7 Dinding struktur yang keropos Kondisi dinding struktur yang baik seharusnya tidak mengalami keropos namun dalam gambar diatas sherwall terlihat keropos hal ini disebabkan karena tulangan yang pemasangannya sangat rapat yang dapat mengakibatkan kerikil tidak mampu melampaui rongga tulangan yang ada hanya terisi oleh pasta akibat dari hal ini maka dapat menyebabkan perkuatan dinding struktur kurang. Perbaikan yang seharusnya dilakukan adalah dengan cara kontrol terhadap perletakan jarak antar tulangan dan perubahan shop drawing

50

BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Perhitungan Balok Kantilever Balok kantilever bentang 3.5 m mempnyai penampang berbentuk persegi, yang memikul beban merata dan beban terpusat terfaktor (dianggap berat sendiri sudah termasuk dalam spesifikasi beban yang diberikan). Jika digunakan mutu beton fc 28 MPa dan mutu baja tulangan fy 400 MPa (lentur) dan fy 240 MPa (sengkang), desain penulangan menurut. Dari analisa struktur dapat diperoleh momen dan gaya geser rencana seperti pada gambar berikut:

51

Catatan : = 0.6

52

53

54

7.2 PEMBEKISTINGAN KOLOM

Gambar 7.2 Pembekistingan kolom 7.2.1 Perhitungan kekuatan bekisting kolom 1. Multiplek tebal = 12 mm 2. Rangka penguat dari kayu 5 / 7 3. Tiang penyangga 8 / 12 4. jarak rangka penguat bekisting 60cm 5. Kayu kelas kuat II meranti 6. Modulus elastisitas E 100.000 kg/cm2 7. lt = 100 kg / cm 8. Kontruksi tak terlindung B 5/6 9. Lendutan ijin 1 / 400 L 10. Beban sementara 5 / 4 11. Berat jenis beton = 2400 kg/cm 12. Berat jenis kayu = 550 kg/cm 13. Berat jenis multiplek = 100 kg/cm 14. Dimensi kolom = 60 cm x 60 cm 15. Tinggi kolom = 4 m P = b x h = 24 x 4 = 96 kg/m

55

Perhitungan Momen Bekisting kayu

56

P = b x h = 2400 x 4 = 9600 kg/cm

W = 1/6 b h2 = 1/6 x 5 x 72 = 40,83 cm3

M =PxL = 9600 x 1/3 h = 9600 x 1,33 = 12768 kg/cm2

= M/2W = 12768/ 2 x 40,83 = 55.34 kg/cm<100 kg/cm

= 1/12 b h3 = 1/12 x 5 x 73 = 142,92 cm3

Kontrol Lendutan Kayu ijin = 1/400 x L = 400/400 = 1 cm hitung =

= 0,22 cm < ijin = 1 cm

Perhitungan Momen Multiplek Bekisting kolom P = b x h = 24 x 4 = 96 kg/m M =PxL = 96 x 1/3 h = 96 x 1.33 m = 127,68 kg/m W = 1/6 b h2 = 1/6 x 0,12 x 42 = 32 m2 = M/W = 127,68 / 32 = 3,99 kg/m

57

7.2.2 Perhitungan bekisting balok

Perhitungan Kekuatan Bekisting Balok Multiplek tebal = 12 mm Rangka penguat dari kayu 5 / 7 Tiang penyangga 8 / 12 jarak rangka penguat beksting 40 cm Kayu klas kuat II meranti Modulus elastisitas E = 100.000 kg/cm2 lt = 100 kg / cm Kontruksi tak terlindung B 5/6 Lendutan ijin 1 / 400 L Beban sementara 5 / 4 Berta jenis beton = 2400 kg/cm Berat jenis kayu = 550 kg/cm Berat jenis multiplek = 100 kg/cm Dimensi balok = 60 cm x 60 cm Panjang balok = 8 m

58

= b x b

= 24 x 8

= 192 kg/cm

Jenis kayu meranti kelas kuat II dengan tegangan ijin berdasarkan PKKI lt b = 100 kg/cm = 5 cm E = 1.105 kg/cm = 12 kg/cm tk h = 25 kg/cm = 7 cm

Perhitungan Momen Balok

8.000 P = 192 kg/cm

= 1/8. q. L2 = 1/8.192 .82 = 1536 kg/cm Kontrol lentur olt =


M 2.W

= 1/6 . b. h2 = 1/6 . 5 . 72 = 40.83 cm2

= 1/12 . b . h3 = 1/12 . 5 . 73 = 142,9 cm2

1536 2.40.83

= 18,8 kg/cm <100 kg/cm`

Kontrol Lendutan =
1 xL 400

1 x 800 = 2 cm 400

hitung =

= 1.22 cm < ijin = 2 cm


59

Perhitungan momen triplek bekesting balok P = b x h = 24 x 3.6 = 86,4 kg/m W = 1/6 . b. h2 = 1/6 .1,2 . 402 = 3,2 m2
M W

= P.L = 86,4 . 0,8 = 69.12 kg/m

69 .12 3,2

= 11.6 kg/m <12 kg/m

60

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan. Dari pengalaman yang kami peroleh selama menjalankan kerja praktek di proyek pembangunan The VIA & VUE Apartement Ciputra World Surabaya Jl Mayjend Sungkono, maka dapat kami simpulkan bahwa: 1. Ditinjau dari segi teknik pelaksanaan di lapangan sudah cukup baik karena dilaksanakan sesuai peraturan dan mengarah pada bestek yang telah ada. 2. Penggunaan alat dan bahan pekerjaan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi kerja secara optimal. 3. Adanya sedikit keterlambatan bahan material pada pekerjaan meskipun tidak menjadi kendala yang berarti. 4. Material yang dibutuhkan harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup agar pelaksanaan pekerjaan tidak terlambat. 5. Pada setiap jenis pekerjaan amatlah diperlukan ketelitian kerja dan tanggung jawab yang sangat besar, karena hal tersebut sangat menentukan kualitas dan kerapian hasil pekerjaan

61

8.2

Saran. Pada umunya pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lancar dan baik, Adapun saran saran yang ingin disampaikan guna acuan untuk meningkatkan proyek terebut adalah sebagai berikut: 1. Perlu perhatikan faktor keamanan dan kenyamanan dalam hal ini keselamatan kerja. 2. Perlu peningkatan iklim kerja yang baik antara pelaksana, pengawas dan pekerja agar nantinya kelancaran dan mutu pekerjaan dapat

dipertanggungjawabkan. 3. Perlu diperhatikan ketersediaan dan kelayakan alat tukang agar sesuai dengan peraturan yang ada dan meminimalkan resiko kerja dilapangan . 4. material yang dibutuhkan harus tersedia sesuai dengan jenis dan waktu pengerjaannya di lapangan.

8.2

Penutup Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa maka dengan ini kami akhiri laporan kerja praktek (KP), yang kami lakukan di Jln. Mayjend Sungkono Surabaya. Berakhirnya kerja praktek (KP) kami pada tanggal 31 Desember 2010 serta penyelesaian laporan kami yang mana dalam laporan tersebut membahas (Teknik Pengawasan, Pelaksanaan, Peralatan dan Bahan, serta Menejemen Proyek). Tentunya untuk lebih memahami maka kami harus terjun langsung ke lapangan dan itu telah kami laksanakan bersama rekan - rekan. Ucapan Terima kasih juga kami sampaikan atas kesempatan yang telah di berikan oleh PT. Tatamulia Nusantara Indah kepada kami, untuk menjalankan kerja
62

praktek pada proyek pembangunan The VIA & VUE Apartement Ciputra World Surabaya dan mengetahui secara langsung keadaan di lapangan dan dari pihak proyek secara langsung mau memberikan bimbingan pekerjaan yang tidak kami mengerti. Demikian laporannya dan kami mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan oleh kami baik secara sengaja atau tidak sengaja selama kami menjalankan kerja praktek.

63

Anda mungkin juga menyukai