Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN BEBERAPA FILLER PENGGANTI PADA

CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS)


(Used of Several Filler Changging to Hot Rooled Sheed (HRS) Asphalt Mixture)
Fatma Balany 1, Edward Ngii 2

Program Studi D3 Teknik Sipil


Universitas Haluoleo Kendari

R I NG KASAN

Hot Rolled Sheet adalah salah satu jenis campuran beraspal yang banyak
digunakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan HRS mempunyai ketahanan terhadap
cuaca/pelapukan, cukup tahan dan awet dalam menerima beban lalu lintas berat
tanpa menyebabkan terjadinya retak. Campuran Hot Rolled Sheet merupakan suatu
campuran bergradasi senjang (gap graded) di mana kekuatannya tergantung pada
kekuatan mortarnya (campuran agregat halus, filler dan aspal) oleh karenanya
campuran HRS akan lebih banyak menggunakan agregat halus sehingga
memerlukan suatu kadar aspal yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran
aspal lain. Dengan demikian jelas bahwa agregat halus khususnya filler sangat
menentukan kinerja dari campuran HRS.
Penelitian ini mencoba memanfaatkan limbah slag nikel dan kapur padaman
sebagai filler pengganti debu batu pada campuran HRS. Slag nikel diperoleh dari
pabrik nikel PT. Antam Pomalaa sedangkan kapur padaman diperoleh ditoko bahan
bangunan. Penelitian terdahulu terhadap slag nikel menunjukkan bahwa bahan
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi jalan (Kurniadji, 2000)
adapun kapur padaman merupakan bahan lokal yang masih relatif murah dan mudah
didapat, dan sebagai bahan filler dapat bertindak sebagai bahan anti-stripping
dengan mengambil air dari agregat dan dengan demikian akan meningkatkan adesi
bitumen dengan agregat, ia juga mempunyai efek kimia yang bermanfaat terhadap
bitumen karena meningkatkan durabilitas (CQCMU, 1988).

vi
Penelitian ini ditujukan untuk menentukan kadar filler yang memberikan
nilai kadar aspal optimum berdasarkan spesifikasi kimpraswil 2002 pada campuran
HRS dengan filler debu batu, kapur padaman dan slag nikel serta menganalisis
karakteristik Marshall berupa stabilitas, flow dan Marshall Quotient pada kondisi
kadar aspal optimum dari masing-masing filler pengganti pada campuran HRS.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari agregat kasar, agregat
halus, filler dan aspal. Agregat berasal dari batu moramo sedangkan filler digunakan
debu batu moramo, kapur padaman dan slag nikel. Aspal yang digunakan adalah
penertrasi 60/70. Filler slag nikel perlu diproduksi terlebih dahulu di laboratorium
karena bahan yang diperoleh sebelumnya masih berupa bongkahan-bongkahan.
Setelah dihaluskan kemudian disaring dengan ayakan No. 200 sehingga diperoleh
hasil yang diinginkan.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengujian dan Konstruksi Teknik
Sipil Universitas Haluoleo. Uji pendahuluan bahan susun HRS (agregat, filler dan
aspal) dilakukan dengan mengikuti standar AASTHO/ASTM. Campuran HRS yang
digunakan adalah HRS-WC berdasarkan spesifikasi kimpraswil 2000 dengan target
gradasi ideal. Rancangan dan jumlah benda uji untuk mendapatkan kadar filler dan
kadar aspal optimum, diperoleh dengan melakukan variasi kadar filler dan kadar
aspal. Kadar filler debu batu yang akan digunakan dalam rancangan campuran HRS
ditentukan berdasarkan filler debu batu sesuai target gradasi yang telah ditentukan
yaitu 9% dengan variasi kadar aspal aspal 6; 6,5; 7; 7,5; 8%.
Pengujian dengan filler kapur padaman dan slag nikel digunakan kadar filler
dengan variasi kadar filler 1%, 3%,5%, 7%,dan 9% dengan variasi kadar aspal 6;
6,5; 7; 7,5; 8%. Pembuatan benda uji dan pengujian marshall didasarkan standar The
American Society for Testing Materials (ASTM D 1559) sedangkan penentuan kadar
aspal optimum menggunakan metode narrow range dengan mengacu pada
spesifikasi kimpraswil 2002. Karakteristik Marshall yang dianalisis adalah nilai
stabilitas, flow dan Marshall Quotient campuran dari masing-masing filler
pengganti.
Dari hasil penelitian diperoleh untuk filler dengan debu batu moramo pada
kadar filler 9% didapat kadar aspal optimum 6,70%. Kadar filler kapur padaman

vii
yang memenuhi persyaratan kimprawil 2002 diperoleh pada kadar filler 7% dengan
nilai kadar aspal optimum 7,63% dan kadar filler slag nikel diperoleh pada kadar
filler 1% dengan kadar aspal optimum 6,75%. Nilai stabilitas dan kekakuan
campuran dengan filler debu batu masih lebih tinggi (1910,41 kg dan 496 kg/mm)
dibandingkan dengan filler kapur padaman (1489,20 kg dan 335,82 kg/mm) dan
filler slag nikel (1525,40 kg dan 435,33 kg/mm) namun nilai tersebut masih
memenuhi spesifikasi kimpraswil 2002 dimana nilai stabilitas disyaratkan > 800 kg
dan kekakuan disyaratkan > 200 kg/mm.
Secara umum penggunaan filler kapur padaman pada kadar filler 7% dan
slag nikel pada kadar 1% dapat digunakan karena telah memenuhi spesifikasi
kimpraswil 2002, walaupun kualitas campuran masih dibawah dari filler debu batu
moramo.

viii
Penelitian ini menggunakan agregat kasar, halus dan filler debu batu moramo
sedangkan filler pengganti debu batu digunakan slag nikel yang diperoleh dari stone
crusher di Pomalaa sedangkan filler kapur padaman diperoleh dari toko bahan
bangunan. Penggunaan filler pengganti dirancang dan dari batu moramoBerdasarkan
kajian pustaka yang telah ada maka penelitian kali ini akan menggunakan model
tersebut dan mengaplikasikannya pada campuran HRS dengan memanfaatkan bahan
pengisi ekstrak asbuton (dari daerah lawelw) dan lag nikel (dari derah Pomalaa)
melalui perancangan campuran Superpave. Oleh karenanya penggunaan masing-
masing filler dalam campuran HRS diberikan perlakukan sebagai agregat
pokok/utama dan pengganti dengan lingkup kajian meliputi karakteristik Marshall
campuran, ketahanan terhadap air, dan kadar rongga setelah pemadatan mutlak
(refusel density).
Analisis terhadap sifat-sifat campuran HRS dilakukan terhadap nilai
stabilitas, fleksibilitas (flow), Marshall Quotient (MQ), density, Void in the Mineral
Agregate (VMA), Void in total Mix (VIM), Voids Filled with Asphalt (VFWA) yang
diperoleh dari pengujian Marshall (ASTM D 1559-62T). Ketahan campuran HRS
terhadap pengaruh kehadiran air, dianalisis terhadap nilai Indeks Perendaman (IP)
yang dihasilkan dari pengujian Immersion (ASTM D 1075-94) sedangkan kadar
rongga setelah pemadatan mutlak akan dibandingkan dengan Spesifikasi
Kimpraswil 2000.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja
filler sebagai agreagat pengganti maupun sebagai agregat pokok. Sebagai bahan
limbah maka penelitian ini akan memberikan nilai ekonomis sehingga bahan
tersebut dapat tereksploitasi sebgai bahan konstruksi yang diharapkan dapat
membuka peluang kerja masyarakat setempat.

ix
Bahan filler yang sering digunakan adalah debu batu, namun mengingat
semakin langkanya material alam tersebut, maka inovasi perancangan aspal dengan
filler pengganti semakin dikembangkan. Bahan filler pengganti yang akan diteliti
adalah filler slag nikel dari PT. Antam Pomalaa dan kapur padaman. Hasil penelitian
terdahulu terhadap slag nikel menunjukkan bahwa bahan tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi jalan (Kurniadji, 2000). Sedangkan filler
kapur padaman adalah salah satu dari bahan lokal yang masih relatif murah dan
mudah didapat, merupakan bahan konstruksi jalan (khususnya sebagai filler) yang
cukup baik karena ia bertindak juga sebagai bahan anti-stripping dengan mengambil
air dari agregat dan dengan demikian akan meningkatkan adesi bitumen dengan
agregat, ia juga mempunyai efek kimia yang bermanfaat terhadap bitumen karena
meningkatkan durabilitas (CQCMU, 1988).

PEMANFAATAN BEBERAPA FILLER PENGGANTI PADA


CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS)
(Used of Several Filler Changging to Hot Rooled Sheed (HRS) Asphalt Mixture)
Fatma Balany 1, Edward Ngii 2

Program Studi D3 Teknik Sipil


Universitas Haluoleo Kendari

R I NG KASAN

Hot Rolled Sheet (HRS) adalah salah satu jenis campuran beraspal yang
banyak digunakan di Indonesia. Untuk mencapai kekuatan yang memadai,
campuran beraspal ini dibuat dengan menggunakan bitumen yang relatif keraas dan
kandungan filler yang tinggi (Whiteoak, 1990). Bahan filler yang sering digunakan
adalah debu batu, namun mengingat semakin langkanya material alam tersebut,

x
maka inovasi perancangan aspal dengan filler pengganti semakin dikembangkan
salah satunya adalah dengan pemanfaatan limbah slag nikerl dan asbuton yang
banyak terdapat di Sulawesi Tenggara.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa slag nikel yang berada di
Sultra dapat digunkaan sebagai agregat pengganti (Kurniadji, 2000) demikian pula
dengan ekstrak asbuton (totomiharjo, 1999). Permasalahan yang muncul bahwa
spesifikasi campuran beraspal mensyaratkan bahwa bahan agregat harus berasal dari
sumber, kualitas serta memiliki berat jenis yang sama atau hampir sama.
Berdasarkan hal tersebut Totomiharjo (1999), membuat rancangan model campuran
dengan bahan pengisi ekstrak asbuton (dari daerah Kabungka) yang diaplikasikan
pada campuran Beton Aspal.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah ada maka penelitian kali ini akan
menggunakan model tersebut dan mengaplikasikannya pada campuran HRS dengan
memanfaatkan bahan pengisi ekstrak asbuton (dari daerah lawelw) dan lag nikel
(dari derah Pomalaa) melalui perancangan campuran Superpave. Oleh karenanya
penggunaan masing-masing filler dalam campuran HRS diberikan perlakukan
sebagai agregat pokok/utama dan pengganti dengan lingkup kajian meliputi
karakteristik Marshall campuran, ketahanan terhadap air, dan kadar rongga setelah
pemadatan mutlak (refusel density).
Analisis terhadap sifat-sifat campuran HRS dilakukan terhadap nilai
stabilitas, fleksibilitas (flow), Marshall Quotient (MQ), density, Void in the Mineral
Agregate (VMA), Void in total Mix (VIM), Voids Filled with Asphalt (VFWA) yang
diperoleh dari pengujian Marshall (ASTM D 1559-62T). Ketahan campuran HRS
terhadap pengaruh kehadiran air, dianalisis terhadap nilai Indeks Perendaman (IP)
yang dihasilkan dari pengujian Immersion (ASTM D 1075-94) sedangkan kadar
rongga setelah pemadatan mutlak akan dibandingkan dengan Spesifikasi
Kimpraswil 2000.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja
filler sebagai agreagat pengganti maupun sebagai agregat pokok. Sebagai bahan
limbah maka penelitian ini akan memberikan nilai ekonomis sehingga bahan

xi
tersebut dapat tereksploitasi sebgai bahan konstruksi yang diharapkan dapat
membuka peluang kerja masyarakat setempat.

xii

Anda mungkin juga menyukai