Dosen Pengajar:
Ir. Eliatun, S.T., M.T. IPM
NIP. 19750525 200501 2 004
Oleh:
Muhammad Faisal Rijani
NIM. 1810811110026
Dalam Pasal 39 Ayat (3) pada UUJK Bagian Kedua tentang Pengikatan Para
Pihak dinyatakan bahwa pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan
cara pelelangan umum atau terbatas. Pada Pasal 42 Ayat (1) UUJK dinyatakan pula
bahwa dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara
pemilihan langsung atau penunjukan langsung. Selanjutnya pada Pasal 46 Ayat (1)
UUJK menyatakan bahwa pengguna jasa dan penyedia jasa harus menindaklanjuti
penetapan tertulis dengan suatu Kontrak Kerja Konstruksi untuk menjamin
terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak yang secara adil dan seimbang serta
dilandasi dengan itikad baik dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pada Pasal
46 Ayat (1) UUJK Bagian Ketiga Kontrak Kerja Konstruksi dinyatakan bahwa
pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum harus dituangkan dalam Kontrak
Kerja Konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Pada Pasal 47 Ayat (1)
UUJK dinyatakan pula bahwa Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya harus
mencakup uraian mengenai:
a. Para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
b. Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja,
nilai pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan;
c. Masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan
pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
d. Hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh
hasil jasa konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan, serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan
jasa serta kewajibannya melaksanakan layanan jasa konstruksi;
e. Penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan tenaga
kerja konstruksi bersertifikat;
f. Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil layanan jasa konstruksi, termasuk di dalamnya
jaminan atas pembayaran;
g. Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
h. Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan
kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban
salah satu pihak;
j. Keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar
kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu
pihak;
k. Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban kegagalan bangunan;
l. Pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial;
m. Pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat
kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan
kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
n. Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan
tentang lingkungan;
o. Jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari kegagalan bangunan; dan
p. Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
SOAL 3
Jelaskan pengertian tentang Keinsinyuran dan ruang lingkupnya menurut UU No. 11
tahun 2014!
Jawab:
Dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2014 tentang
Keinsinyuran disebutkan bahwa Keinsinyuran adalah kegiatan teknik dengan
menggunakan kepakaran dan keahlian berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya guna secara berkelanjutan
dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta kesejahteraan
masyarakat dan kelestarian lingkungan. Praktik Keinsinyuran adalah
penyelenggaraan kegiatan Keinsinyuran, dan Insinyur adalah seseorang yang
mempunyai gelar profesi di bidang Keinsinyuran.
Lingkup pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang
Keinsinyuran mencakup aturan tentang Keinsinyuran, standar Keinsinyuran, Program
Profesi Insinyur, Registrasi Insinyur, Insinyur Asing, Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan, hak dan kewajiban, kelembagaan Insinyur, organisasi profesi Insinyur,
dan pembinaan Keinsinyuran. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang
Keinsinyuran mengatur bahwa Keinsinyuran mencakup disiplin teknik Keinsinyuran
dan bidang Keinsinyuran. Sementara itu, untuk menjamin mutu kompetensi dan
profesionalitas layanan profesi Insinyur, dikembangkan standar profesi Keinsinyuran
yang terdiri atas standar layanan Insinyur, standar kompetensi Insinyur, dan standar
Program Profesi Insinyur.
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran bertujuan untuk
meningkatkan daya saing bangsa dan negara dalam menggali dan memberikan nilai
tambah atas berbagai potensi yang dimiliki tanah air, menjawab kebutuhan mengatasi
segala kendala dan masalah dari perubahan global yang dihadapi dan selanjutnya
dapat menyumbang banyak bagi kemajuan dan kemandirian bangsa.
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran
adalah:
a. bahwa keinsinyuran merupakan kegiatan penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk memajukan peradaban dan meningkatkan kesejahteraan umat
manusia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945;
b. bahwa upaya memajukan peradaban dan meningkatkan kesejahteraan umat
manusia dicapai melalui penyelenggaraan keinsinyuran yang andal dan
profesional yang mampu meningkatkan nilai tambah, daya guna dan hasil guna,
memberikan pelindungan kepada masyarakat, serta mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan;
c. bahwa untuk ketahanan nasional dalam tatanan global, penyelenggaraan
keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam huruf b memerlukan peningkatan
penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan, pengembangan keprofesian berkelanjutan dan riset, percepatan
penambahan jumlah insinyur yang sejajar dengan negara teknologi maju,
peningkatan minat pada pendidikan teknik, dan peningkatan mutu insinyur
profesional;
d. bahwa saat ini belum ada pengaturan yang terintegrasi mengenai penyelenggaraan
keinsinyuran yang dapat memberikan pelindungan dan kepastian hukum untuk
insinyur, pengguna keinsinyuran, dan pemanfaat keinsinyuran;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Keinsinyuran;
SOAL 4
Jelaskan Dokumen apa saja yang harus merupakan bagian dari Dokumen Kontrak
Kerja Konstruksi dan Elemen Esensial apa yang terdapat dalam suatu perjanjian!
Jawab:
Sesuai Pasal 22 Peraturan Pemerintah 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya
memuat dokumen-dokumen yang meliputi:
a. Surat Perjanjian;
b. Dokumen Lelang;
c. Usulan atau Penawaran;
d. Berita Acara berisi kesepakatan antar pengguna jasa dan penyedia jasa selama
proses evaluasi oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang
menimbulkan keragu-raguan;
e. Surat Perjanjian dari pengguna jasa menyatakan menerima atau menyetujui
usulan penawaran dari penyedia jasa; dan
f. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan.
- Perjanjian/Kontrak - Perjanjian/Kontrak
- Syarat-syarat kontrak (umum & khusus) - Syarat-syarat kontrak (umum & khusus)
- Lampiran-lampiran - Lampiran-lampiran
- Spesifikasi Teknis - Spesifikasi Teknis
- Gambar-gambar kontrak - Gambar-gambar kontrak
Kadang-kadang masih diselesaikan melalui Standar kontrak internasional tak ada yang
pengadilan. memilih pengadilan, semuanya diselesaikan
melalui Badan Arbitrase.
Istilah Masa Pemeliharaan yang biasa kita kenal Istilah Masa Pemeliharaan yang biasa kita kenal
diganti dengan Masa Tanggung Jawab atas Cacat diganti dengan Masa Tanggung Jawab atas Cacat
(Defect Liability Period) (Defect Liability Period)
Istilah Denda yang lazim kita ketahui tidak lagi Istilah Denda yang lazim kita ketahui tidak lagi
digunakan diganti dengan Ganti Rugi digunakan diganti dengan Ganti Rugi
Kelambatan (Liquidity Damages for Delay). Kelambatan (Liquidity Damages for Delay).