Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ASPEK HUKUM JASA KONSTRUKSI

RESUME PERUBAHAN UU NO.18 TAHUN 1999 DAN UU NO.02 TAHUN 2017

Dosen Pengampu : Muhamad Arifin S.M,Eng.

OLEH

1.NILLA RAHMANIA FAJAR (2050100057)

2.FAKHRIZUL RIFAI (2050100047)

3.YOOGI ALDI MAULANA (2050100048)

4.GREGORIUS FANI (2050100060)

5.KLEMENSIUS DARVISAY (2050100059)

FAKULTAS TEKNIK

PRODI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA

2022

1
RESUME PERUBAHAN
UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999
DENGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017


TENTANG JASA KONSTRUKSI

A. PENDAHULUAN
Sektor Jasa Konstruksi merupakan salah satu sektor strategis dalam
mendukung tercapainya pembangunan nasional. Hal tersebut karena Jasa
Konstruksi memiliki keterkaitan dengan sektor lain.
Seiiring dengan pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia maka
terhadap Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
tersebut dilakukan evaluasi dan perbaikan yang kemudian diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
Dengan banyaknya perubahan substansi atau materi dan sistematika
perundangan maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dalam lampiran Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 angka 237 disebutkan bahwa: ”Jika suatu Peraturan
Perundang-undangan mengakibatkan:
1. sistematika Peraturan Perundang-undangan berubah;
2. materi Peraturan Perundang-undangan berubah lebih dari 50% (lima puluh
persen); atau
3. esensiny berubah

B. PERMASALAHAN
Dengan diubahnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
2
Konstruksi maka terjadi banyak perubahan baik dari segi sistematika dan materi
peraturan perundangan tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan resume ini yaitu bagaimana
perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi?

C. PEMBAHASAN
Konstruksi secara umum dipahami sebagai segala bentuk
pembuatan/pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, bendung, jaringan
irigasi, gedung, bandara, pelabuhan, instalasi telekomunikasi, industri proses,
dan sebagainya) serta pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur.
Namun demikian, konstruksi dapat juga dipahami berdasarkan kerangka
perspektif dalam konteks jasa, industri, sektor atau kluster.
Dengan perubahan peundang-undangan tentang Jasa Konstruksi maka
pengertian Jasa Konstruksi mengalami perubahan yang awalnya Jasa Konstruksi
meliputi layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan
pekerjaan konstruksi saat ini Jasa Konstruksi hanya meliputi layanan jasa
konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi.
I. Sistematika Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 terdiri dari 12 bab dan 46 pasal
sedangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 terdiri dari 14 bab dan 106 pasal.
Peubahan dari segi sistematika dapat dilihat pada tabel berikut.

Undang-Undang Nomor Undang-Undang Nomor 2


18 Tahun 1999 tentang Tahun 2017tentang Jasa
Jasa Konstruksi Konstruksi
BAB I Ketentuan Umum BAB I Ketentuan Umum
BAB II Asas dan Tujuan BAB II Asas dan Tujuan
BAB III Usaha Jasa Konstruksi BAB III Tanggung Jawab dan
Kewenangan
BABIV Pengikata Pekerjaan BAB IV Usaha Jasa Konstruksi
Konstrusi
BAB V Penyelenggaa Pekerjaan BAB V Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Konstrusi n
BAB VI Kegagalan Bangunan BAB VI Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan dan Keberlanjutan Konstruksi
BAB VII Peran Masyarakat BAB VII Tenaga Kerja Konstruksi
BAB VIII Pembinaan BAB VIII Pembinaan
BAB IX Penyelesaian Sengketa BAB IX Sistem Informasi Jasa
Konstruksi
BAB X Sanksi BAB X Partisipasi Masyarakat 3
BAB XI Ketentuan Peralihan BAB XI Penyelesaian Sengketa
BAB XII Ketentuan Penutup BAB XII Sanksi Administrasi
BAB XIII Ketentuan Peralihan
D.KESIMPULAN

Dapat disimpulkan perbandingan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999


dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
melalui tabel berikut :

Undang-Undang Nomor 18 Undang-Undang Nomor 2 Tahun


Tahun 1999 2017
1. Sistematika Undang – Undang
Terdiri dari 12 Bab dan 46 Pasal Terdiri dari 14 Bab dan 106 Pasal

2. Asas Jasa Konstruksi


Pengaturan Jasa Konstruksi Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
berlandaskan pada asas kejujuran berlandaskan pada asas kejujuran dan
dan keadilan, manfaat, keserasian,keadilan, manfaat, kesetaraan,
keseimbangan, kemandirian, keserasian, keseimbangan,
keterbukaan, kemitraan, keamanan, profesionalitas, kemandirian,
dan keselamatan demi kepentingan keterbukaan, kemitraan, keamanan dan
masyarakat, bangsa, dan negara. keselamatan, kebebasan, pembangunan
berkelanjutan dan wawasan lingkungan.
3. Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Pengaturan Jasa Konstruksi Penyelenggaraan jasa konstruksi
bertujuan untuk : bertujuan untuk:
a. Memberikan arah pertumbuhan a. Memberikan arah pertumbuhan dan
an perkembangan Jasa perkembangan Jasa Konstruksi
Konstruksi untuk untuk mewujudkan struktur usaha
mewujudkan struktur usaha yang kokoh, handal, berdaya saing
yang kokoh, handal, berdaya tinggi, dan hasil pekerjaan jasa
saing tinggi, dan hasil konstruksi yang berkualitas.
pekerjaan jasa konstruksi yang b. Mewujudkan ketertiban
berkualitas. penyelenggaraan Jasa Konstruksi
b. Mewujudkan tertib yang menjamin kesetaraan
penyelenggaraan pekerjaan kedudukan antara Pengguna Jasa dan
konstruksi yang menjamin Penyedia Jasa dalam menjalankan
kesetaraan kedudukan antara hak dan kewajiban, serta
Pengguna Jasa dan Penyedia meningkatkan kepatuhan sesuai
Jasa dalam hak dan kewajiban, dengan ketentuan peraturan
serta meningkatkan kepatuhan perundang – undangan.
pada ketentuan peraturan c. Mewujudkan peningkatan partisipasi
perundang– undangan yang masyarakat di bidang Jasa
berlaku. Konstruksi.
c. Mewujudkan peningkatan peran d. Menata system Jasa Konstruksi
masyarakat di bidang Jasa yang mampu mewujudkan
4
Konstruksi. keselamatan publik dan
menciptakan kenyamanan
lingkungan terbangun.
e. Menjamin tata kelola
penyelenggaraan jasa konstruksi
yang baik.
f. Menciptakan integrasi nilai tambah
dari sepuluh tahapan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
4. Tanggung Jawab dan Kewenangan
Belum membahas mengenai Membahas mengenai tanggung jawab
tanggung jawab dan kewenangan dan kewenangan yang dimiliki
yang dimiliki Pemerintah Pusat, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang Jasa
Kabupaten/Kota di bidang Jasa Konstruksi.
Konstruksi.
5. Jenis Usaha Jasa Konstruksi
Jenis usaha konstruksi terdiri dari Jenis usaha konstruksi meliputi :
usaha perencanaan konstruksi, a. Usaha jasa konsultansi konstruksi
usaha pelaksanaan konstruksi,
b. Usaha pekerjaan konstruksi
dan usaha pengawasan konstruksi
c. Usaha pekerjaan konstruksi
yang masing-masing
terintegrasi
dilaksanakan oleh perencana,
pelaksana, dan pengawas
konstruksi.
6. Sifat, Klasifikasi, dan Layanan Usaha
a. Usaha perencanaan konstruksi a. Sifat usaha jasa konsultansi
memberikan layanan jasa konstruksi: umum dan spesialis.
perencanaan meliputi: b. Klasifikasi usaha jasa konsultansi
rangkaian kegiatan dari studi konstruksi meliputi arsitektur,
pengembangan sampai dengan rekayasa, rekayasa terpadu, dan
penyusunan document kontrak arsitektur lanskap dan perencanaan
kerja konstruksi. wilayah.
b. Usaha pelaksanaan konstruksi c. Layanan usaha jasa konsultansi
memberikan layanan jasa konstruksi bersifat umum:
pelaksanaan meliputi: pengkajian, perencanaan,
rangkaian kegiatan dari perancangan, pengawasan, dan/atau
penyiapan lapangan sampau manajemen penyelenggaraan
dengan penyerahan hasil akhir konstruksi.
pekerjaan konstruksi. d. Layanan usaha jasa konsultansi
c. Usaha pengawasan konstruksi konstruksi bersifat spesialis: survey,
memberikan layanan jasa pengujian teknis, dan/atau analisis.
5
pengawasan meliputi:
pengawasan baik keseluruhan
maupun sebagian pekerjaan
pelaksanaan muai dari
penyiapan lapangan sampai
penyerahan hasil akhir
konstruksi.
7. Bentuk dan Kualifikasi Usaha
a. Bentuk usaha perseorangan a. Usaha Jasa Konstruksi berbentuk
selaku pelaksana hanya dapat usaha perseorangan atau badan
melaksanakan pekerjaan usaha, baik berbadan hukum maupun
konstruksi yang beresiko kecil, tidak.
teknologi sederhana, biaya b. Kualifikasi usaha bagi badan usaha:
kecil. kecil, menengah, besar; dinilai
b. Bentuk usaha perseorangan berdasarkan penjualan tahunan,
selaku perencana hanya dapat kemampuan keuangan, ketersediaan
melaksanakan pekerjaan sesuai tenaga kerja konstruksi, kemampuan
bidang keahliannya. penyediaan peralatan konstruksi.
c. Pekerjaan beresiko besar c. Kualifikasi usaha menentukan
dan/atau beteknologi tinggi batasan kemampuan dan segmentasi
dan/atau biaya besar hanya pasar usaha.
dapat dilaksanakan oleh badan
usaha berbentuk perseroan
terbatas atau badan usaha asing
yang dipersamakan.
8. Segmentasi Pasar Jasa Konstruksi
Belum membagi segmentasi Segmentasi pasar Jasa Konstruksi
pasar Jasa Konstruksi dibagi secara jelas berdasarkan bentuk
secara jelas. dan kualifikasi usaha Jasa Konstruksi.
9. Persyaratan Usaha, Keahlian, dan Keterampilan Jasa Konstruksi
Perencana, pelaksana, dan a. Setiap usaha perseorangan wajib
pengawas konstruksi berbentuk memiliki Tanda Daftar Usaha
badan usaha harus: Perseorangan.
a. Memenuhi ketentuan tentang b. Setiap badan usaha wajib memiliki
perizinan usaha bidang Jasa Izin Usaha dan Sertifikat Badan
Konstruksi. Usaha.
b. Memiliki sertifikat, klasifikasi,
dan
kualifikasi perusahaan Jasa
Konstruksi.
10. Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing dan Usaha Perseorangan Jasa
Konstruksi Asing
Belum membahas mengenai Membahas mengenai kewajiban badan
6
kewajiban badan usaha Jasa usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha
Konstruksi asing atau usaha perseorangan asing yang melakukan
perseorangan asing yang usaha di wilayah Indonesia.
melakukan usaha di wilayah
Indonesia.
11. Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi
a. Usaha perencanaan dan a. Pengembangan jenis usaha Jasa
pengawasan konstruksi Konstruksi dapat dilakukan melalui
dikembangkan ke arah usaha usaha penyediaan bangunan gedung
yang bersifat umum dan dan usaha peyediaan bangunan sipil.
spesialis. b. Usaha penyediaan bangunan
b. Usaha pelaksanaan dibiayai melalui investasi yang
konstruksi dikembangkan ke bersumber dari pemerintah pusat,
arah usaha yang bersifat pemerintah daerah, badan usaha,
umum dan spesialis, dan dan/atau masyarakat.
perseorangan yang
berketerampilan kerja.
c. Pengembangan usaha Jasa
Konstruksi diperlukan
dukungan melalui
peningkatan akses terhadap
sumber pendanaan serta
kemudahan persyaratan
dalam pendanaan.
d. Pengembangan jenis usaha
pertanggungan untuk
mengatasi resiko yang timbul
dan tanggung jawab hukum
kepada pihak dalam
pelaksanaan pekerjaan
konstruksi atau akibat dari
Kegagalan Bangunan.
12. Pengembangan Usaha Berkelanjutan
Belum membahas mengenai a. Pengembangan usaha berkelanjutan
pengembangan usaha bertujuan :
berkelanjutan, pengembangan 1) Meningkatkan tata kelola usaha
usaha dan tanggung jawab hukum yang baik.
kepada pihak lain telah disebutkan 2) Memiliki tanggung jawab
dalam pengembangan usaha Jasa professional termasuk tanggung
Konstruksi. jawab badan usaha terhadap
masyarakat.
b. Pengembangan usaha berkelanjutan
diselenggarakan oleh asosiasi badan
7
usaha Jasa Konstruksi.
13. Pihak dalam pekerjaan konstruksi
a. Pihak dalam pekerjaaan a. Pihak dalam pekerjaan konstruksi :
konstruksi: Pengguna Jasa dan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa. b. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
b. Pengguna Jasa dapat menunjuk terdiri atas orang perseorangan atau
wakil untuk badan.
melaksanakan kepentingannya c. Tidak membahas mengenai
dalam pekerjaan konstruksi. kemampuan membayar biaya Jasa
c. Pengguna Jasa harus memiliki Konstruksi Pengguna Jasa.
kemampuan membayar biaya d. Tidak membahas mengenai
Jasa Konstruksi yang didukung layanan jasa yang dilakukan
dengan dokumen pembuktian Penyedia Jasa
dari lembaga perbankan
dan/atau lembaga keuangan
bukan bank.
d. Layanan jasa dilakukan oleh
tiap- tiap Penyedia Jasa secara
terpisah dalam pekerjaan
konstruksi.
14. Pemilihan Penyedia Jasa
a. Pemilihan yang didasarkan atas a. Pemilihan Penyedia Jasa
persaingan menggunakan sumber pembiayaan
yang sehat dilakukan secara dari keuangan Negara dilakukan
umum, terbatas, ataupun dengan cara tender atau seleksi,
langsung. Dalam pelelangan
umum
setiap penyedia jasa yang pengadaan secara elektronik,
memenuhi kualifikasi yang penunjukan langsung, dan
diminta dapat mengikutinya. pengadaan langsung sesuai dengan
b. Pemilihan Penyedia Jasa harus ketentuan peraturan perundang-
mempertimbangkan kesesuaian undangan.
bidang, keseimbangan antara b. Pemilihan Penyedia Jasa dan
kemampuan dan beban kerja, penetapan Penyedia Jasa dalam
serta kinerja Penyedia Jasa. pengikatan hubungan kerja Jasa
Konstruksi dilakukan dengan
mempertimbangkan kesesuaian
antara bidang usaha dan ruang
lingkup pekerjaan, kesetaraan
antara kualifikasi usaha dan beban
kerja, kinerja Penyedia.
c. Jasa, pengalaman menghasilkan
produk konstruksi sejenis.
8
15. Kontrak Kerja Konstruksi
Kontrak Kerja Konstruksi Kontrak Kerja Konstruksi paling
sekurang- kurangnya harus sedikit harus mencakup uraian
mencakup uraian mengenai : mengenai:
a. para pihak; a. para pihak;
b. rumusan pekerjaan; b. rumusan pekerjaan;
c. masa pertanggungan dan/atau c. masa pertanggungan;
pemeliharaan; d. hak dan kewajiban yang setarai;
d. tenaga ahli; e. penggunaan tenaga kerja konstruksi;
e. hak dan kewajiban; f. cara pembayaran;
f. cara pembayaran; g. wanprestasi;
g. cidera janji; h. penyelesaian perselisihan;
h. penyelesaian perselisihan; i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi;
i. pemutusan Kontrak Kerja j. keadaan memaksa;
Konstruksi; k. Kegagalan Bangunan;
j. keadaan memaksa (force l. pelindungan pekerja;
majeure);
m. pelindungan terhadap pihak ketiga
k. Kegagalan Bangunan; selain para pihak dan pekerja;
l. perlindungan pekerja; n. aspek lingkungan;
m. aspek lingkungan. o. jaminan atas risiko yang timbul dan
tanggung jawab hukum kepada
pihak lain dalam pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi atau akibat
dari Kegagalan Bangunan; dan
p. pilihan penyelesaian sengketa
konstruksi.
16. Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa
Belum diatur untuk wajib Dalam penyelenggaraan Jasa
menyerahkan hasil pekerjaannya Konstruksi, Penyedia Jasa dan/atau
Subpenyedia Jasa wajib menyerahkan
hasil pekerjaannya secara tepat biaya,
tepat mutu, dan tepat waktu
sebagaimana tercantum dalam Kontrak
Kerja Konstruksi.
17. Pembiayaan Jasa Konstruksi
Tidak diatur secara spesifik Diatur dengan cukup jelas dan rinci.
tentang pembiayaan Jasa
Konstruksi.
18. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan

9
Tidak diatur secara spesifik Diatur dengan cukup jelas dan rinci.
tentang Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan konstruksi.
19. Kegagalan Bangunan
a. Pengguna Jasa dan Penyedia a. Dalam hal penyelenggaraan Jasa
Jasa wajib bertanggung jawab Konstruksi tidak memenuhi Standar
atas Kegagalan Bangunan. Keamanan, Keselamatan,
b. Kegagalan Bangunan yang Kesehatan, dan Keberlanjutan,
menjadi tanggung jawab Pengguna Jasa dan/atau Penyedia
Penyedia Jasa ditentukan Jasa dapat menjadi pihak
terhitung sejak penyerahan yang bertanggung jawab
akhir pekerjaan konstruksi dan terhadap Kegagalan Bangunan.
paling lama 10 (sepuluh) b. Kegagalan Bangunan ditetapkan
tahun. oleh penilai ahli.
c. Kegagalan Bangunan
c. Penilai ahli ditetapkan oleh Menteri.
ditetapkan oleh pihak ketiga
selaku penilai ahli.
d. Menteri harus menetapkan penilai
ahli dalam waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak diterimanya laporan mengenai
terjadinya Kegagalan Bangunan.
20. Penilai Ahli
Tidak diatur secara spesifik tentang Diatur dengan cukup jelas dan rinci.
penilai ahli.
21. Jangka Waktu dan Pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan
Tidak diatur secara spesifik Diatur dengan cukup jelas dan rinci.
tentang jangka waktu dan
pertanggungjawaban Kegagalan
Bangunan.
22. Tenaga Kerja Konstruksi
Tidak diatur secara spesifik Diatur dengan cukup jelas dan rinci.
tentang tenaga kerja konstruksi.
23. Peran Masyarakat
Diatur dengan cukup jelas dan rinci. Menggunakan istilah Partisipasi
Masyarakat.
24. Pembinaan
Pemerintahan melakukan Pemerintahan melakukan pembinaan
pembinaan dalam bentuk dalam bentuk penetapan pedoman,
pengaturan, pemberdayaan, dan penyelenggaraan kebijakan,
pengawasan. pemantauan dan evaluasi,
penyelenggaraan pemberdayaan.
25. Penyelesaian Sengketa
10
Sengketa yang terjadi dalam a. Sengketa yang terjadi dalam Kontrak
Kontrak Kerja Konstruksi Kerja Konstruksi diselesaikan
diselesaikan dengan prinsip dengan prinsip dasar musyawarah
dasar musyawarah untuk untuk mencapai kemufakatan.
mencapai kemufakatan. b. Tahapan upaya penyelesaian
sengketa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
1) mediasi;
2) konsiliasi; dan
3) arbitrase.
26. Sanksi
a. Tidak diatur secara spesifik a. Mengatur secara spesifik tentang
tentang sanski pihak-pihak sanksi pihak-pihak yang terlibat
yang terlibat dalam pekerjaan dalam pekerjaan konstruksi.
konstruksi. b. Tidak menjelaskan tentang akibat,
b. Menjelaskan tentang akibat, hukuman, dan denda akibat sanksi.
hukuman, dan denda akibat
sanksi
27. Ketentuan Peralihan
a. Ketentuan peraturan Lembaga yang dibentuk berdasarkan
perundang-undangan yang peraturan pelaksanaan dari Undang-
mengatur kegiatan jasa Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang
konstruksi yang telah ada Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
sepanjang tidak bertentangan Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
dengan Undang-Undang ini 54, Tambahan Lembaran negara
dinyatakan tetap berlaku Republik Indonesia Nomor 3833), tetap
sampai diadakan Peraturan menjalankan tugas sertifikasi dan
Pelaksanaan yang baru registrasi badan usaha dan tenaga kerja
Undang-Undang ini. konstruksi sampai dengan terbentuknya
b. Penyedia Jasa yang telah lembaga sebagaimana dimaksud dalam
memperoleh perizinan sesuai Undang-Undang ini.
dengan bidang usahanya dalam
waktu 1 (satu) tahun
menyesuaikan dengan
ketentuan Undang-Undang ini,
terhitung sejak diundangkannya.
28. Ketentuan Penutup
a. Penyedia jasa yang telah a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
memperoleh perizinan sesuai 1999 tentang Jasa Konstruksi
dengan bidang usahanya dalam (Lembaran Negara Republik
waktu 1 (satu) tahun Indonesia Tahun 1999 Nomor 54,
menyesuaikan dengan Tambahan Lembaran negara
11
ketentuan dalam Undang- Republik Indonesia Nomor 3833),
Undang ini, terhitung sejak dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
diundangkannya. b. Peraturan pelaksanaan dari Undang-
b. Undang-Undang ini mulai Undang ini harus ditetapkan paling
berlaku 1 (satu) tahun terhitung lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
sejak diundangkannya. Undang-Undang ini diundangkan.
Undang-Undang ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.

12

Anda mungkin juga menyukai