ABSTRAK
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suwarsito dan Esti Sarjanti (2014), menyatakan
bahwa air Sungai Serayu telah mengalami pencemaran logam berat terutama Fe yang telah melewati
batas yang ditentukan oleh RNO, WHO, dan Direktorat Jenderal POM No. 03725/B/SK/VII/89.
Tempurung kelapa adalah salah satu limbah yang keberadaannya belum dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan arang tempurung kelapa dengan
berbagai ukuran arang dan efektifitasnya sebagai media adsorben terhadap kadar besi dalam air di
Sungai Serayu Banjarnegara sehingga dapat mengurangi pencemaran yang ada di Sungai Serayu
Banjarnegara. Pengolahan dilakukan dengan metode filtrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa
penggunaan arang dengan media tempurung kelapa memberikan perbedaan yang nyata terhadap
penurunan kandungan besi (Fe) total di dalam Sungai Serayu Banjarnegara.
ABSTRACT
From the results of research conducted by Suwarsito and Esi Sarjanti (2014), stated that the Serayu
River water has experienced heavy metal pollution especially Fe that has passed the limit set by the
RNO, WHO and the Directorate General of POM No. 03725 / B / SK / VII / 89. Coconut shell is one of
the waste whose existence cannot be utilized optimally. The purpose of this study to determine the use
of coconut shell charcoal with various sizes of charcoal and its effectiveness as an adsorbent medium
for iron content in water in the Serayu River in Banjarnegara so that it can reduce pollution in the
Serayu River in Banjarnegara. Processing is carried out with a filtration method. The results show
that the use of charcoal with coconut shell media makes a real difference to the reduction in total iron
(Fe) content in the Serayu River Banjarnegara.
Sungai Serayu adalah salah satu sungai yang berada di Pulau Jawa, tepatnya
di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang dilewati Sungai Serayu yaitu Kabupaten
Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas
dan Kabupaten Cilacap. Luas daerah Sungai Serayu sebesar 4.375 km 2. Sungai
utamanya mempunyai panjang 180 km dengan 11 anak sungainya. Sungai Serayu
berasal dari lereng barat laut Gunung Prahu dan mengalir hingga bermuara di
Samudera Hindia (Munir, 2009 dalam Suwarsito dan Sarjanti, 2014).
Sampai saat ini Sungai Serayu telah digunakan oleh masyarakat sekitar untuk
memenuhi kebutuhannya terutama pada Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut.
Beberapa pemanfaatan yang ada yaitu untuk pengairan, tempat rekreasi (arung
jeram), dan lain sebagainya.
Menurut laporan pengujian kualitas air dan sumber air Kabupaten Banyumas
(2010), sumber utama pencemaran di sepanjang Sungai Serayu yaitu limbah kegiatan
industri, kegiatan pertanian, dan rumah tangga. Selain itu, penambangan liar juga
salah satu sumber utama pencemaran. Pencemaran yang semakin meningkat tersebut
menyebabkan Daerah Aliran Sungai Serayu semakin rusak sehingga kualitas air
Sungai Serayu menurun.
Air permukaan adalah air yang berada dan terkumpul di atas tanah atau mata
air, seperti sungai, danau, waduk, rawa, mata air, lahan basah, atau laut yang tidak
mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Air permukaan merupakan sumber terbesar air
bersih.
Sungai Serayu adalah sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar. Oleh karena
itu, diperlukan upaya untuk mengatasi tingkat pencemaran air sungai tersebut dengan
diteliti agar dapat mengatasi sekaligus mengantisipasi bahaya pencemaran logam
berat yang ada di Sungai Serayu. Berdasarkan hasil penelitian Suwarsito dan Sarjanti
(2013) bahwa kandungan logam air muara Sungai Serayu telah melewati batas yang
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 dan Keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 02 tahun 1998 tentang baku
mutu kualitas air dan lingkungan. Kandungan logam berat Cd, Pb, dan Fe pada ikan
yang tertangkap telah melampau ambang batas ketentuan yang ditetapkan oleh WHO
ataupun oleh POM No.03725/B/SK/VII/89 tentang kelayakan bahan pangan dan
kehidupan di perairan.
Penyerapan karbon aktif adalah metode yang efektif dan efisien dalam proses
filtrasi logam berat karena karbon aktif dapat bekerja dua kali yaitu menyerap
anorganik serta organik yang tercemar. Tempurung kelapa dapat dijadikan salah satu
alternatif untuk pengolahan air bersih dan sangat menarik untuk dikembangkan dalam
penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka yang
diperoleh dari berbagai literatur.
Pada penelitian ini saat proses uji pendahuluan didapatkan bahwa pada filter
dengan ukuran media arang yang berukuran kecil, yang dihasilkan pada outlet, sangat
kecil menurun drastis dari debit pada inlet sehingga tidak masuk dalam kategori
saringan cepat dan tidak memungkinkan untuk diambil sampel pada outlet, oleh
karena itu filter yang dipakai pada penelitian ini hanya filter dengan ukuran media
arang lebih besar (Erwinsyah., et al, 2018)
Jadi, air hasil filtrasi memenuhi persyaratan kualitas air bersih sekaligus air
minum berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
SIMPULAN
Dari hasil uji laboratorium yang telah dilakukan terhadap sampel outlet filter
dengan media arang dihasilkan kadar besi dalam air yang sudah dibawah baku mutu,
sedangkan untuk filter dengan ukuran media arang berukuran kecil tidak dapat diuji
karena akan terjadi penyumbatan atau clogging pada media filter. Adsorben arang
tempurung kelapa dapat menurunkan kadar besi dalam air Sungai Serayu dengan
tingkat efisiensi yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA