Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air memiliki peran yang sangat penting sebagai sumber daya alam

bagi kehidupan dan kelangsungan semua makhluk hidup, termasuk

manusia. Air merupakan asal mula dari berbagai bentuk kehidupan di

planet ini. Kehidupan tumbuh dan berkembang berkat adanya air. Tanpa

air, berbagai proses kehidupan tidak dapat terjadi. Oleh karena itu,

penyediaan air yang cukup untuk kebutuhan domestik, irigasi dan industri

menjadi perhatian utama.

Sebagian besar air terdapat di laut dan lapisan-lapisan es di kutub,

menutupi hampir 71% permukaan bumi, sementara sisanya ada pada

awan, hujan, sungai, muka air tawar, dan uap air. Objek-objek ini berperan

dalam siklus air yang melibatkan penguapan, hujan dan aliran air di atas

permukaan tanah, seperti mata air dan sungai, yang akhirnya mengalir

menuju laut. Dari keseluruhan badan air di bumi, 97% berada di laut,

sementara 3% sisanya adalah air tawar yang mendukung kehidupan dan

menjadikan air bersih sebagai kebutuhan dasar manusia (Wicaksono et

al., 2019).

Air yang baik dan sehat bagi kesehatan manusia adalah air yang tidak

mengandung bahan kimia berbahaya atau terkontaminasi oleh racun, zat,

mineral yang berlebihan dan tidak dapat menyebabkan penyakit pada


manusia. Dengan bertambahnya kebutuhan penduduk dalam

menggunakan air maka semakin sulit untuk mencari kualitas air yang baik,

karena pada saat ini air bersih sudah banyak tercemar akibat dari

kegiatan manusia ataupun dari alam itu sendiri (Putri & Yudhastuti, 2013).

Di daerah perkotaan, banyak penduduk yang tidak mendapatkan

pelayanan air ledeng. Sebagai gantinya, sebagian besar dari mereka

menggunakan sumber air tanah, baik melalui sumur gali maupun sumur

pompa, sebagai sumber air bersih mereka. Sumber air tanah dipilih

karena kualitasnya relatif lebih baik daripada air sungai, terutama dalam

hal kekeruhannya. Air tanah umumnya dapat langsung digunakan untuk

keperluan sehari-hari. Namun, seringkali tidak disadari bahwa air tanah

mengandung banyak unsur logam yang larut di dalamnya, seperti kalsium,

magnesium, sodium, kalium, bikarbonat, sulfat, klorida, nitrat, pH (derajat

keasaman), besi (Fe) dan mangan (Mn), yang dapat mengganggu

kesehatan tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi (Aba, 2017).

Besi merupakan salah satu unsur kimia yang dapat ditemukan

dihampir semua lokasi di Bumi, termasuk berbagai lapisan geologi dan

sumber air. Biasanya, besi yang terdapat dalam air dapat ada dalam

bentuk larut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri); tersuspensi dalam bentuk

partikel koloidal dengan diameter kurang dari 1 µm atau lebih besar

seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)2, Fe(OH)3, dan lain sebagainya; atau terikat

dengan materi organik atau padat anorganik seperti tanah liat. Pada air

permukaan, jarang ditemukan konsentrasi Fe yang melebihi 1 mg/L, tetapi


dalam air tanah, kadar Fe bisa jauh lebih tinggi. Tingkat konsentrasi Fe

yang tinggi ini bisa terasa dan dapat menyebabkan noda pada pakaian

dan peralatan dapur (Febrina & Ayuna, 2015).

Unsur besi merupakan komponen alami utama dalam tanah dan

batuan. Adanya kandungan besi dalam air tanah biasanya terkait dengan

larutnya batuan dan mineral, terutama oksida, sulfida, karbonat, dan silikat

yang mengandung unsur-unsur tersebut. (Yusniartanti, 2019).

Adanya konsentrasi yang tinggi dari zat pencemar seperti Fe dalam

air tidak lagi merupakan sesuatu yang baru. Perubahan warna air setelah

terpapar udara dalam periode waktu tertentu menunjukkan adanya

kandungan Fe yang tinggi dalam air. Cara yang paling sederhana untuk

mendeteksi keberadaan kedua kandungan ini dalam air adalah dengan

mengamati bau yang tercium dan perubahan warna menjadi kuning-

kekuningan pada bak dan pakaian (Al Kholif et al., 2020).

Untuk mengatasi permasalahan pencemaran air, diperlukan solusi

atau teknik dalam pengolahan air yang tercemar agar dapat digunakan

atau dikonsumsi kembali. Salah satu teknik yang digunakan dalam

mengatasi permasalahan pencemaran air adalah adsorpsi. Dalam teknik

ini, karbon aktif atau arang digunakan sebagai adsorben yang sangat

efektif dalam menyerap zat terlarut dalam air, baik yang bersifat organik

maupun anorganik (Bujawati et al., 2014).

Kelurahan Bangkala adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan

Manggala, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kelurahan


Bangkala memiliki kode wilayah 73.71.12.1002. Kelurahan ini memiliki

luas wilayah 2,72 km2 yang terdiri dari 55 RT dan 10 RW. Pada kelurahan

ini terdapat sebuah Pondok Pesantren yaitu Pondok Pesantren Tahfizhul

Qur’an Al-Imam Ashim Kampus II. Pondok pesantren merupakan salah

satu tempat untuk menciptakan SDM yang berkulitas. Namun, jika airnya

bermasalah maka akan menimbulkan suatu penyakit. Di dalam Pondok

Pesantren terdiri dari banyak santri yang membutuhkan banyak air

dengan kualitas yang baik (Damayati et al., 2016). Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan oleh Damayati dkk, sumur gali Pondok Pesantren

Tahfizhul Qur’an Al-Imam Ashim Kampus II mengandung kadar Besi (Fe)

yang melebihi baku mutu. Salah satu proses penurunan kadar yaitu

menggunakan arang aktif sebagai filtrasi. Ada banyak cara dan metode

yang digunakan dalam proses pengolahan air, salah satunya adalah

dengan absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan bahan-bahan

tertentu di mana penyerapan tersebut membuat air menjadi jernih karena

zat-zat di dalamnya diikat oleh absorben. Absorpsi umumnya

menggunakan bahan adsorben dari karbon aktif (Kusnaedi, 2010;

Kumalasari, 2011).

Karbon aktif adalah suatu substansi padat berpori yang mengandung

sekitar 85-95% karbon. Substansi ini dihasilkan melalui pemanasan

bahan-bahan yang mengandung karbon pada suhu tinggi, dengan

menggunakan gas, uap air, dan bahan kimia tertentu sehingga pori-

porinya terbuka. Karbon aktif memiliki kemampuan absorpsi yang sangat


baik dan banyak digunakan karena memiliki luas permukaan dan volume

mikropori yang besar, serta dapat diregenerasi dengan relatif mudah.

Dengan demikian, karbon aktif memiliki daya adsorpsi yang lebih tinggi

terhadap zat warna dan bau (Maulinda et al., 2017).

Bahan karbon aktif sering digunakan secara luas untuk membersihkan

dan memisahkan zat-zat terkontaminasi dalam bentuk cairan atau uap.

Tahap awal dalam proses pembuatan karbon aktif melibatkan pemilihan

bahan mentah yang tepat. Beberapa bahan mentah yang umum

digunakan untuk membuat karbon aktif meliputi kayu, gambut, batu bara,

tempurung kelapa, bakau dan sisa-sisa minyak bumi (Heriyani & Mugisidi,

2016).

Tempurung kelapa adalah lapisan keras luar yang melindungi daging

kelapa. Ini terdiri dari serat-serat keras yang kuat dan biasanya berwarna

coklat. Tempurung kelapa dapat digunakan untuk berbagai tujuan,

termasuk sebagai bahan baku dalam pembuatan barang-barang seperti

arang aktif, kerajinan tangan, atau bahan untuk aplikasi pertanian dan

industri lainnya. Tempurung kelapa memiliki mikropori yang banyak, kadar

abu yang rendah, kelarutan dalam air yang tinggi dan reaktivitas yang

tinggi (Gilar S. Pambayun et al., 2013). Karakteristik ini yang membuat

tempurung kelapa sering dijadikan pilihan dalam membuat karbon aktif.

Kayu bakau (Rhizophora mucronata) merupakan tanaman yang

tumbuh di lingkungan air payau maupun perairan pantai dengan

kandungan garam yang rendah sampai tinggi. Tanaman ini umumnya


digunakan untuk mempertahankan pantai dari abrasi. Kayu bakau

memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya cocok sebagai bahan

baku dalam pembuatan karbon. Salah satu keunggulannya adalah

keberadaan komponen aktif seperti saponin, flavonoid, quinon, dan tannin,

seperti yang telah dijelaskan oleh Yusro pada tahun 2011. Senyawa tanin

yang terdapat dalam kayu bakau mengandung fenol yang memiliki gugus

OH, yang memungkinkannya untuk berikatan dengan logam berat, sesuai

dengan temuan yang diungkapkan oleh Hardyanti pada tahun 2011.

Selain itu, kayu bakau memiliki struktur yang padat dan keras, seperti

yang dicatat oleh Masthura dan Zulkarnain pada tahun 2018. Kayu bakau

juga memiliki nilai kalor yang tinggi, berkisar antara 4.400 hingga 7.300

kkal/kg. Dengan berbagai keunggulan ini, kayu bakau dapat digunakan

untuk menghasilkan karbon aktif dengan kualitas yang sangat baik.

Penggunaan karbon aktif sudah terbukti mampu mengurangi kadar

besi dalam air. Pada penelitan yang telah dilakukan oleh Sappewali

menggunakan karbon aktif berbahan tempurung kelapa menunjukkan

penurunan kadar besi hingga 40,68% dengan lama waktu filtrasi 21 hari.

Selain itu, penelitian yang telah dilakukan oleh Winanda Putri

menunjukkan penurunan kadar besi sebesar 86% menggunakan karbon

aktif berbahan kayu bakau (Rhizophora mucronate). Kedua penelitian

tersebut melakukan metode yang agak berbeda dalam menguji daya

absorpsi masing-masing karbon aktif. Penelitian pertama melakukan uji

dengan menggunakan retensi waktu 7, 14 dan 21 hari. Sedangkan


penelitian kedua menguji dengan melakukan pengulangan sebanyak 10

kali. Walaupun kedua bahan tersebut terbukti mampu mengurangi kadar

besi dalam air, pengujian dengan metode yang sama diperlukan untuk

mengetahui perbandingan kemampuan kedua bahan tersebut dalam

menurunkan besi dalam air.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Perbandingan Kemampuan Karbon Aktif Berbahan

Tempurung kelapa dan Kayu Bakau Sebagai Biosorben Untuk

Menurunkan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Gali Pondok Pesantren

Tahfizhul Qur’an Al-Imam Ashim Kampus II, Makassar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini, yaitu:

1. Berapa penurunan kadar besi (Fe) dalam air dengan menggunakan

media arang aktif tempurung kelapa dan kayu bakau sebagai

biosorben?

2. Bagaimana perbandingan efektifitas biosorben arang aktif tempurung

kelapa dan kayu bakau terhadap penurunan kadar besi (Fe) dalam

air?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Mengetahui penurunan kadar besi (Fe) dalam air dengan

menggunakan media arang aktif tempurung kelapa dan kayu bakau

sebagai biosorben?
2. Mengetahui perbandingan efektifitas biosorben arang aktif tempurung

kelapa dan kayu bakau terhadap penurunan kadar besi (Fe) dalam

air?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam

memperluas cakrawala pengetahuan melalui penelitian.

2. Diharapkan dapat menjadi masukan dan membawa wawasan dan

pengalaman bagi peneliti melalui penelitian lapangan.

Anda mungkin juga menyukai