Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai Mata Kuliah Tugas
Akhir Pada Program Studi Teknik Lingkungan
Oleh :
2201181031
FAKULTAS TEKNIK
2022
BAB I
PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses dimana fluida (baik cair maupun gas) akan
mengalami pengikatan pada suatu padatan sehingga permukaan padatan tersebut
akan membentuk lapisan tipis. Proses adsorpsi terbagi menjadi dua yaitu adsorpsi
secara fisika dan secara kimia. Adsorpsi fisika terjadi akibat dari pengaruh gaya
Van der Waals. Apabila molekul yang terdapat pada zat terlarut mengalami gaya
tarik menarik yang lebih besar dengan adsorben dari pada gaya tarik antara
molekul dengan pelarutnya maka zat terlarut tersebut akan teradsorpsi. Ikatan
yang dihasilkan dari proses ini sangat lemah, sehingga dapat dipisahkan jika
konsentrasi zat terlarut yang teradsorbsi diubah. Proses adsorpsi fisik terjadi
secara bolak balik. Untuk proses adsorpsi secara kimia, ikatan antara adsorben dan
zat terlarut yang teradsorbsi sangat kuat. Adsorpsi ini dapat terjadi diakibatkan
terbentuknya ikatan kimia antara molekul yang terdapat dalam media dengan
substansi terlarut dalam larutan. Adsorbat yang akan teradsorpsi akan semakin
banyak jika permukaan adsorben semakin luas. Luas permukaan adsorben
ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben. Adsorpsi secara kimia
tidak mudah diputuskan, yang menjadikan adsorbat sulit untuk dilepaskan dan
proses hampir tidak mungkin untuk bolak-balik (Sari & Afdal, 2017). Adsorpsi
dapat terjadi karena adanya energi pada permukaan dan gaya tarikmenarik
permukaan. Setiap permukaan mempunyai sifat yang berbeda,tergantung susunan
yang terdapat pada molekul-molekul adsorben. Setiap molekul yang terdapat 10
didalam interior dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya, sehingga gaya tarik
menarik antar molekul akan sama besar, setimbang ke segala bagian. Pada
molekul yang terdapat dipermukaan hanya mampu melakukan gaya tarik menarik
kearah dalam. Adapun istilah yang sering dipakai pada proses adsorpsi yakni
adsorbat dan adsorben, dimana adsorbat merupakan zat yang diserap sedangkan
adsorben merupakan media penyerapnya (Pratama dkk., 2017).
2.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
Adsorpsi dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:
a. Luas permukaan
Pengaruh luas permukaan adsorben terhadap proses adsorpsi adalah
semakin luas permukaanya yang ditentukan oleh ukuran partikel, maka
semakin banyak zat yang teradsorpsi karena proses adsorpsi terjadi
pada permukaan adsorben (Adinata, 2013). Menurut Ismiyati (2020),
luas permukaan dengan ukuran adsorben berbanding terbalik yaitu
semakin kecil ukuran diameter adsorben maka luas permukaan semakin
besar.
b. Temperatur
Pemanasan dan pengaktifan adsorben dapat menyebabkan peningkatan
daya serap karena terbukanya pori-pori adsorben. Tetapi tingginya
pemanasan akan menyebabkan rusaknya adsorben sehingga daya
serapnya menurun (Adinata, 2013).
c. Waktu Kontak
Lamanya waktu kontak pada proses penyerapan sangat diperlukan
karena jika larutan diam yang berisikan adsorben, maka proses adsorpsi
berjalan lambat. Untuk mempercepat proses adsorpsi diperlukan proses
pengadukan sehingga lamanya waktu kontak pengadukan akan
menyebabkan jumlah ion yang terkandung dalam air akan semakin
berkurang (Ismiyati, 2020).
d. Massa Adsorben
Massa adsorben dengan jumlah partikel dan luas permukaan sebanding,
sehingga efisiensi penyisihan logam yang terdapat dalam air juga
meningkat (Ismiyati, 2020).
e. Pengadukan
Proses pengadukan yang cepat menyebabkan molekul-molekul adsorbat
akan saling bertumbukan dengan adsorben sehingga mempercepat
proses adsorpsi (Widayatno dkk., 2017).
2.6 Sistem Adsorpsi
Pada umumnya metode adsorpsi yang digunakan yaitu adsorpsi secara batch
dengan sistem pengadukan dan adsorpsi secara kontinyu dengan sistem kolom.
Adsorpsi secara batch, sistem pengadukannya menggunakan bejana sedangkan
sistem kolom menggunakan kolom tunggal, banyak, paralel, maupun secara seri
yang dapat beroperasi secara kontinyu. Perbedaan dari sistem batch dan kontinyu
terdapat pada penggunaan ukuran partikel adsorben. Pada sistem pengadukan
umumnya menggunakan ukuran partikel adsorben lebih kecil dibandingkan
dengan sistem kolom (Zaini, 2017).
2.8 Aktivasi
Aktivasi merupakan proses perlakuan terhadap karbon aktif yang bertujuan
agar membuka pori-pori pada karbon yakni dengan cara memisahkan ikatan
hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul pada permukaan karbon aktif
hingga berubah sifatnya, baik fisika maupun kimia, sehingga permukaan karbon
aktif dapat bertambah luas dan berpengaruh terhadap daya serap adsorpsi. Luas
permukaan berhubungan erat dengan aktivasi dikarenakan reaksi terjadi pada
permukaan. Semakin besar luas permukaan maka semakin banyak molekul-
molekul pada zat pereaksi yang teradsorpsi pada permukaan sehingga aktivitas
nya akan bertambah besar.
Proses aktivasi dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Prinsip aktivasi
kimia adalah melakukan perendaman adsorben dengan senyawa kimia sebelum
dipanaskan. Proses ini diawali dengan perendaman adsorben dalam larutan
pengaktivasi selama 24 jam, lalu disaring dan dipanaskan dengan suhu 600-900
°C selama 1 hingga 2 jam tanpa oksigen. Suhu yang panas akan menyebabkan
bahan pengaktif masuk diantara renggangan lapisan heksagonal dan selanjutnya
membuka permukaan yang masih tertutup. Adapun aktivator yang umum
digunakan untuk aktivasi kimia yakni HCl, NH 4Cl, H3PO4, HNO3, AlCl3, NaOH,
KOH, SO3, KMnO4, K2S dan H2SO4 (Muji dkk., 2018).
Proses aktivasi secara fisika yakni akan berlangsung pemisahan rantai
karbon dari senyawa-senyawa organik dengan bantuan suhu yang tinggi.
Pemanasan diatas temperatur 800°C sampai 1100°C dapat mengeluarkan molekul-
molekul air yang 11 terjebak pada rangka kristal, dimana dua gugus OH yang
berdampingan akan membebaskan satu molekul air. Aktivasi fisika disebut juga
dengan aktivasi termal. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir
aktivasi yakni laju kenaikan suhu, suhu proses, activating agent, dan alat yang
diaplikasikan pada proses tersebut.
1. Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif digunakan untuk menjelaskan mengenai
kemampuan dari kulit pisang kepok dalam menurunkan kandungan logam
besi (Fe) pada air lindi dengan variasi waktu kontak. Analisa deskriptif
menggunakan gambar dan grafik untuk mempermudah dalam
pembahasan. Untuk mengetahui persentase penurunan konsentrasi besi
(Fe) dengan menggunakan rumus berikut (Widayatno, 2017):
p awal− p akhir
Efisiensi x100%
p awal
Keterangan:
P awal = konsentrasi awal sampel
P akhir = konsentrasi akhir sampel
3. Diagram Alir Penelitian
Digiling menggunakan
blender listrik Kadar logam
Fe 5,03 mg/l
Karakteristik karbon
aktif
Adinata, M.R. (2013). Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Karbon Aktif.
Skripsi. Jawa Timur. Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”
Jawa Timur.
Agustina, T. (2014). Kontaminasi logam berat pada makanan dan dampaknya
pada kesehatan. Teknobuga, Jurnal Fakultas Teknik, UNNES. 1(1).
Arba, HN. (2017). Identifikasi Logam Besi (Fe) pada Zonasi Radius 1-5 KM
Tempat pembuangan Akhir (TPA) Antang Makassar terhadap Pengaruh
Kualitas Sumur Air Gali.
Arif, A. R. (2014). Adsorpsi Karbon Aktif Dari Tempurung Kluwak (Pangium
Edule) Terhadap Penurunan Fenol. Skripsi Universitas Islam Negeri (Uin)
Alauddin Makassar, 1-77.
Asmaningrum, H. P. (2016). Penentuan Kadar Besi (Fe) Dan Kesadahan Pada Air
Minum Isi Ulang Di Distrik Merauke. MAGISTRA, 3(2).
Damanhuri, E., dan P. Tri. (2015). Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Kedua.
Bandung : Institut Tekonologi Bandung.
Dewi, A. S. (2019). Penentuan Kadar Besi (Fe) Dan Kesadahan (CaCO 3) Pada Air
Tanah Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Karya Tulis Ilmiah.
Dewi, M.S. (2015). Pemanfaatan Arang Kulit Pisang Raja Teraktivasi H 2SO4
untuk Menurunkan Kadar Ion Pb2+ dalam Larutan. Skripsi. Semarang.
Universitas Negeri Semarang.
Dimas, A., Istirokhatun, T., & Swastika. (2017). Pemanfaatan Air Lindi TPA
Jatibarang sebagai Media Alternatif Kultivasi Mikroalga untuk Perolehan
Lipid. Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (1), 1-15.
Dwirani, F., Ariesmayana, A., Nurhakim, I. (2020). The Efficiency of The
Phytoremediation Process Combination of Horsetail Plants (Equisetum
Hyemale) and Natural Filtration Media to Reduce The Concentration of
Iron (Fe) in The Leachate of Cilowong’s Landfill Area of Banten Province.
J. Phys.: Conf. Ser. 1477 052060.
Fajariah, C. (2017). Studi Literatur Pengolahan Lindi Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah Dengan Teknik Constructed Wetland Menggunakan
Tumbuhan Air. Tugas Akhir – RE 141581, 1-149.
Huda, S., Dwi, R., & Kurniasari, L. (2017). Karakterisasi Karbon Aktif Dari
Bambu Ori (Bambusa Arundinacea) Yang Di Aktivasi Menggunakan Asam
Klorida (HCL). Inovasi Teknik Kimia, 5(1), 22–27.
Ibrahim, Martin, A., & Nasruddin. (2015). Pembuatan dan karaktrisasi karbon
aktif berbahan dasar cangkang sawit dengan metode aktivasi fisika
menggunakan rotary autoclave. Jom Fteknik, 1(2), 1–11.
Ifa, L., Agus, M. A., Kasmudin, K., & Artiningsih, A. (2019). Pengaruh
Penambahan Volume Kitosan dari Cangkang Bekicot terhadap Penurunan
Kadar Tembaga Air Lindi. Jurnal Teknik: Media Pengembangan Ilmu dan
Aplikasi Teknik, 18(2), 109-113.
Ika, L. W. B. P. (2017). Aktivasi Karbon Dari Sekam Padi Dengan Aktivator
Asam Klorida (HCL) Dan Pengaplikasiannya Pada Limbah Pengolahan
Baterai Mobil Untuk Mengurangi Kadar Timbal (pb). In Agricultural and
Biological Chemistry. Universitas Sumatera Utara.
Irhamni, Pandia S., Purba E., & Hasan W. (2017). Kandungan Logam Berat pada
Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kota Banda Aceh. In
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Universitas Syiah Kuala.
Ismiyati, M. (2020). Pemanfaatan Sabut Kelapa dan Tempurung Kelapa sebagai
Bioadsorben untuk Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan Sistem Batch.
Skripsi. Surabaya. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Kamarati, K. F., Ivanhoe , M., & Sumaryono, M. (2018). Kandungan Logam
Berat Besi (Fe), Timbal (Pb) Dan Mangan (Mn) Pada Air Sungai Santan .
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 4(1), 49-56.
Mawaddah, S. (2016). pengaruh air lindi tpa sampah terhadap kualitas air tanah
dangkal dan kesehatan masyarakat disekitarnya (studi pada masyarakat di
sekitar tpa batu layang pontianak). fakultas ilmu kesehatan.
Mr. Vivek S. Damal, And Mrs. V. U. Khanapure. (2017). Adsorptive Removal of
Zinc from Electroplating Effluent by Using Banana peels as bio-sorbent.
International Research Journal of Engineering and Technology.
Muji, T., Setiawan, A., & Pamungkas, G. (2018). Pembuatan Karbon Aktif dari
Hasil Pirolisis Ban Bekas Production of Activated Carbon from Waste
Rubber Tyres Pyrolisis. Jurnal Teknik Kimia, 15(2), 54–58.
N B Sumanik, E Nurvitasari, R Z Maarebbia, and J Langkong. (2019). Decrease
of Lead levels of Leachate With Banana Skin Adsorbent. IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science. 343, (2019) 012172.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang Baku Mutu Air Lindi Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pada Kawasan TPA.
Permadi, Muhammad Ilham. (2019). Pemanfaatan Bambu Air (Equisetum Sp)
Untuk Menurunkan Kadar Timbal (Pb) Menggunakan Fitoremediasi Sistem
Batch. Uin Sunan Ampel Surabaya.
Pratama, D. A., Noor, A. M. A., & Sanjaya, A. S. (2017). Efektivitas Ampas Teh
Sebagai Adsorben Alternatif Logam Fe Dan Cu Pada Air Sungai Mahakam.
Jurnal Integrasi Proses, 6(3), 131–138.
Putra, I.P.K.A., Narwati., Hermiyanti, P., dan Trisyanti, H. (2019). Bioadsorben
Kulit Pisang Kepok (Musa Acuminate L.) dalam Menurunkan Kadar Timbal
(Pb) pada Larutan Pb. Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 10(4), 1–7.
Putri, TA., Yudhastuti, R. (2013). Kandungan Besi (Fe) pada Air Sumur dan
Gangguan Kesehatan Masyarakat di Sepanjang Sungai Porong. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 7(1):64-70.
Ragazzi, M., Ferronato, N., Toretta, V., and Rada, E., E. (2017). Waste
Management in Devloping Countries: A Case Study of Enviromental
Contamination. Italia. UPB Scientific Bulletin, ISSN 1454-2358, Vol. 79.
Taronto University and Insumbri University.
Said, N. I., & Hartaj, D. K. (2018). Pengolahan Air Lindi dengan Proses Biofilter
Anaerob-aerob dan Denitrifikasi. Jurnal Air Indonesia, 8(1).
Sari, R. N., & Afdal. (2017). Karakteristik Air Lindi (Leachate) di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang. Jurnal Fisika Unand,
6(1), 93–99.
Sarwono, E., Azis, W. A., & Widarti, B. N. (2017). Pengaruh Variasi Waktu
Tinggal Terhadap Kadar BOD, COD, Dan TSS Pada Pengolahan Lindi TPA
Bukit Pinang Samarinda Menggunakan Sistem Aerasi Bertingkat dan
Sedimentasi. Teknologi Lingkungan, 1(2), 20-26.
Silvia R, Nasra E, Oktavia B, Etika B S. (2018). Penyerapan Zat warna Malachite
Green Menggunakan Kulit Pisang Kepok Sebagai Biosorben Dengan
Metode Batch. Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang, Vol 9, No
2, ISSN : 2339-1197.
Suryono, C. A. (2016). Akumulasi Logam Berat Cr, Pb dan Cu dalam Sedimen
dan Hubungannya dengan Organisme Dasar di Perairan Tugu Semarang.
Jurnal Kelautan Tropis, 19(2), 143-149.
Supriyantini, E., dan Endrawati, H. (2015). Kandungan logam berat besi (Fe) pada
air, sedimen, dan kerang hijau (Perna viridis) di Perairan Tanjung Emas
Semarang. Jurnal Kelautan Tropis, 18(1).
Suyani, H., dan Alif, A. (2015). Analisis Sebaran Logam Berat Pada Aliran Air
Dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Air Dingin. Jurnal Riset
Kimia, 8(2), 101.
Widayatno, T., Yuliawati, T., Susilo, A.A. (2017). Adsorpsi Logam Berat (Pb)
dari Limbah Cair dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi
Bahan Alami. 1(1), 17-23.
Zaini, Halim, dan Muhammad Sami. (2017). Penyisihan Pb (II) dalam Air Limbah
Laboratorium Kimia Sistem Kolom dengan Bioadsorben Kulit Kacang
Tanah. ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian). 5(1): 8–14.