JENJANG SARJANA
FAKULTAS TEKNIK
KOTA SERANG
2019
KATA PENGANTAR
Kelompok 5
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
DAFTAR ISI
iv
2.5.2 Jumlah Timbulan Sampah Di Perumahan Serang Hijau .............................21
LAMPIRAN .............................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR SINGKATAN
H = Hari
BS = Berat Sampah
KG = Kilogram
KK = Kepala Keluarga
L = Liter
M = Meter
RT = Rukun Tetangga
RW = Rukun Warga
= Karbon Dioksida
CO = Karbon Monoksida
= Sulfur Dioksida
= Hidrogen Sulfida
viii
DAFTAR SINGKATAN
UU = Undang undang
BR = Bromium
Cl = Chlor
Pb = Plumbum
PU = Pekerjaan Umum
= Meter persegi
Db = Desibell
O = Orang
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB 1. PENDAHULUAN
Sehubungan dengan topik yang penulis ambil dalam penelitian ini yaitu
“memproyeksikan jumlah timbulan sampah domestik”. Pencemaran lingkungan yang
di akibatkan oleh sampah, maka penulis melakukan studi penelitian terhadap
timbulan sampah dan menganalisa serta memproyeksikan jumlah timbulan sampah
tersebut terhadap pertumbuhan penduduk khususnya di Perumahan Serang Hijau
RT.01/14, RT.03/14 dan RT. 04/14.
Benda-benda sisa aktifitas manusia dan alam yang dirasa sudah tidak
diperlukan atau dianggap tidak memiliki nilai atau fungsi oleh orang pertama yang
membuangnya disebut dengan istilah Sampah.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai
saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi Bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan
dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-
apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar
dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi bibit
penyakit di kemudian hari.
1
Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik,
tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi
masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat.
Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari masyarakat untuk
mengelolanya. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan karena
sampah, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses
pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan
itu sendiri.
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan
hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan
ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan
kualitas sampah yang dihasilkan. Peningkatan produksi sampah telah menimbulkan
masalah pada lingkungan seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk.
Sementara itu, lahan tempat pembuangan sementara (TPS) sampah juga semakin
terbatas.
2
meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, keberagaman karakteristik sampah,
dan juga budaya masyarakat yang masih belum sadar untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Meningkatnya volume timbulan sampah sangat memerlukan
pengelolaan. Namun pengelolaan sampah masih kurang efektif, efisien, dan tidak
terkoordinasi dengan baik. Jika pengelolaan sampah belum dilaksanakan dengan baik
maka akan menjadi sumber masalah, baik sosial maupun lingkungan yang muncul di
masyarakat. Munculnya berbagai penyakit akibat pencemaran tanah, dan polusi
udara hanya sebagian kecil masalah akibat dari buruknya pengelolaan sampah
tersebut.
Untuk itu, butuh kesadaran dari setiap manusia itu sendiri untuk berperilaku
bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam, melakukan tindakan tepat untuk
membantu alam dalam recovery dengan melakukan pemilahan sampah sesuai dengan
karakteristiknya, serta dapat menanggulangi dampak yang dihasilkan dengan tepat.
Sehingga SDA yang merupakan sumber kehidupan utama setiap manusia tidak akan
habis.
Dari latar belakang yang di kemukakan di atas, maka penulis melakukan studi
penelitian terhadap timbulan sampah dan menganalisa serta memproyeksikan jumlah
timbulan sampah tersebut terhadap pertumbuhan penduduk khususnya di Perumahan
Serang Hijau RT.01/14, RT.03/14 dan RT. 04/14.
3
Namun ketika terdapat kendala dalam pengangkutannya, seperti petugas yang
terlambat dalam melaksanakan pekerjaan dan rentang waktu pengambilan yang
cukup lama atau alat kerja yang mengalami kerusakan, mengakibatkan petugas
pengangkut sampah menjadi terhambat. Kondisi ini dapat menimbulkan penumpukan
sampah di area rumah warga khususnya di RT.01/14, RT.03/14 dan RT. 04/14, yang
menimbulkan beberapa dampak negatif bagi warga sekitar.
1. Berapa jumlah sampah yang dihasilkan tiap warga di Perumahan Serang Hijau
RT. 01/14, RT.03/14 dan RT. 04/14 dalam satu hari ?
2. Bagaimana karakteristik sampah yang dihasilkan oleh warga di Perumahan
Serang Hijau RT.01/14, RT.03/14 dan RT. 04/14?
3. Bagaimana prediksi jumlah sampah dalam 28 tahun yang akan datang di
Perumahan Serang Hijau RT.01/14, RT.03/14 dan RT. 04/14 seiring
bertambahnya jumlah penduduk ?
4. Bagaimana dampak dan solusi yang ditimbulkan dari timbulan sampah yang ada
di Komplek BAP 1 RT. 01/18, dan RT. 02/18 ?
4
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
:
Ada dua (2) manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
5
2. Manfaat Praktis
6
BAB 2. ISI
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang
sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat lingkungan
masyarakat sekitar dan limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam
berat.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan, yang
salah satu contohnya adalah sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia
menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada
konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama
proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia
didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
7
Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, baku mutu lingkungan adalah
ukuran batas atau kadar mahkluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu
sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain
merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan
dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi
alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa
Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya.
8
Penyebab pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi 2 hal, yaitu karena
faktor alam dan karena faktor manusia. Contoh faktor alam misalnya, kebakaran
hutan dan gunung meletus. Sedangkan contoh faktor manusia, misalnya pembakaran
sampah, kegiatan indusri pabrik yang menghasilkan asap, kegiatan pertanian
(penggunaan pestisida), dan penggunaan bahan bakar fosil untuk kendaraan.
Misal, ketika suatu udara tercemar oleh partikel debu dalam jumlah banyak,
maka manusia akan mengalami sesak, kesulitan bernapas, dan keterbatasan jarak
pandang. Atau yang lebih parah, ketika udara tercemari oleh gas atau CO dalam
jumlah tinggi, maka manusia atau hewan tertentu yang menghirup udara tersebut
akan keracunan dan tewas.
Beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi lingkungan, dan masuk
ke lingkungan udara, dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup. Pencemar udara
yang berbentuk gas adalah karbon monoksida, senyawa belerang ( dan ),
seyawa nitrogen ( ), dan chloroflourocarbon (CFC).
9
2. Pencemar Udara Berbentuk Partikel Cair atau Padat
Partikel yang mencemari udara terdapat dalam bentuk cair atau padat. Partikel
dalam bentuk cair berupa titik-titik air atau kabut. Kabut dapat menyebabkan sesak
napas jika terhiap ke dalam paru-paru.
Partikel dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu vulkanik. Selain itu,
dapat juga berasal dari makhluk hidup, misalnya bakteri, spora, virus, serbuk sari,
atau serangga-serangga yang telah mati. Partikel-partikel tersebut merupakan sumber
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Partikel yang mencemari udara dapat berasal dari pembakaran bensin. Bensin
yang digunakan dalam kendaraan bermotor biasanya dicampur dengan senyawa
timbal agar pembakarannya cepat mesin berjalan lebih sempurna. Timbal akan
bereaki dengan klor dan brom membentuk partikel PbClBr. Partikel tersebut akan
dihamburkan oleh kendaraan melalui knalpot ke udara sehingga akan mencemari
udara.
10
di badan air. Akibat apabila badan air yang tercemar limbah Organik dipakai sebagai
sumber air konsumsi, maka akan menyebabkan gatal-gatal, alergi, hingga keracunan
bagi manusia yang menggunakannya.
Penyebab pencemaran suara bisa bersumber dari suara yang dihasilkan mesin-
mesin kendaraan bermotor, deru mesin pabrik, atau bunyi speaker yang terlalu keras.
Suara dengan intensitas tinggi, seperti yang dikeluarkan oleh banyak mesin industri,
kendaraan bermotor, dan pesawat terbang bila berlangsung secara terusmenerus
dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan
cacat pendengaran yang permanen. Pengukurannya menggunakan alat yang bernama
Sound Level Meter.
11
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep
48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan.
2.3 Sampah
Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,
perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak
berbahaya (non hazardous).
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat, baik
berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak
12
terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan.
(Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003).
Menurut Slamet (2002), sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
besifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang ke lingkungan.
1. Sampah Organik
Samapah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa
terurai secara alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah
jenis ini juga biasa disebut sampah basah.
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit
terurai secara biologis. Proses penghancurannya membutuhkan penanganan lebih
lanjut di tempat khusus, misalnya : Plastik, Kaleng dan Styrofoam. Sampah jenis ini
juga biasa disebut sampah kering.
Sampah ini berupa limbah dari bahan-bahan berbahaya dan beracun seperti
limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-lain. Jenis sampah bisa dibagi 2 (dua),
yaitu berdasarkan asalnya dan berdasarkan bentuknya.
13
2.3.2 Sampah Berdasarkan Asalnya
1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur,
sisa-sisa makanan, pembungkus (selain ketas, karet dan plastik), tepung, sayuran,
kulit buah, daun dan ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik yakni sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati,
baik sebagai produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi bahan tambang,
hasil olahan baan hayati dan sebagainya. Sampah anorganik dibedakan menjadi :
Sampah logam dan produk-produk olahanya, sampah plastik, sampah kertas, sampah
kaca dan keramik, sampah deterjen
1. Sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan/atau fasilitas lainnya.
3. Sampah spesifik meliputi : Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah
yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara
teknologi belum dapat diolah dan sampah yang timbul secara tidak periodi.
14
2.3.3 Sampah Berdasarkan Bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan
dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi menjadi 4 (empat) :
1. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga : Sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah dapat
dibagi lagi menjadi 2 (dua) :
1. Biodegradable yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti : Sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua) :
1. Recyclable : Sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
2. Non-recyclable : sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal
dan lain-lain.
15
2. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Sampah hitam yaitu sampah
cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah ini mengandung patogen yang
berbahaya.
Sampah rumah tangga sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi
dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen. Dalam kehidupan
manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan
jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah
sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya
membuang ke selokan.
3. Sampah Alam
4. Sampah Manusia
16
2.4 Tempat Sampah
17
Begitupun tempat yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan
cara paling umum untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah
tempat di dunia.
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan
dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU,
2004). Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain
peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan
fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah.
1. Satuan berat : kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram per meter-persegi
bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat-tidur per hari (kg/bed/h).
2. Satuan volume : liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi bangunan
per hari (l/m2/h) atau liter per tempat-tidur per hari (kg/bed/h).
18
Rata- rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah
lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain (Damanhuri, 2004) : Jumlah penduduk dan tingkat
pertumbuhannya, tingkat hidup, perbedaan musim, cara hidup dan mobilitas
penduduk, iklim, cara penanganan makanannya.
19
Gambar 2.2 Flow Chart Proyeksi Timbulan Sampah
20
2.5.2 Jumlah Timbulan Sampah Di Perumahan Serang Hijau
Sebelum kami menentukan jam dan hari pelaksanaan, kami terlebih dahulu
menentukan berapa jumlah rumah yang ada di Perumahan Serang Hijau RT.01/14,
RT.03/14 dan RT. 04/14 untuk kita lakukan pengambilan sampah. Setelah
mengetahui jumlah warga dari masing-masing RT yang mana jumlah warga yang ada
di RT.01/14 adalah 75 KK dan 205 jiwa, jumlah warga di RT.03/14 adalah 45 KK
dan 155 jiwa, dan jumlah warga di RT.04/14 adalah 56 KK dan 157 jiwa. Maka
didapat total populasinya adalah 176 KK dan 517 jiwa. Dari perhitungan Contoh
Timbulan Sampah yang dilakukan maka didapat jumlah sampel warga sebanyak 28
rumah yang dimana 11 rumah di RT 01/14, 8 rumah di RT.03/14 dan 9 rumah untuk
RT 04/14. Perhitungan terlampir pada Lampiran 1.
4 2,3
1 Rudi
4 0,7
2 Tanto
5 4,5
3 Irfan
21
Anggota Keluarga Berat Sampah
NO Nama
(Jiwa) RT 02 (Kg)
4 Suryansyah 4 0,5
5 Iwan 6 2
6 Chevi 4 1,2
7 Wahyu 5 0,4
8 Amar 5 0,5
9 Mul 2 0,7
10 Sukarta 2 0,5
11 Iwan F 5 0,3
TOTAL 46 13,8
Sumber: Data Penulis, 2019
22
Tabel 2.3 Pengamatan Jumlah Timbulan Sampah RT 04/14
AnggotaKeluarga
NO Nama KK (Jiwa) RT 01, 03 Berat Sampah (Kg)
& 04
1 Rudi 4 2,3
2 Sutanto 4 0,7
3 Irfan 5 4,5
4 Suryanyah 4 0,5
5 Iwan 6 2
6 Chevi 4 1,2
7 Wahyu 5 0,4
8 Amar 5 0,5
9 Mul 2 0,7
10 Sukarta 2 0,5
23
AnggotaKeluarga
NO Nama KK (Jiwa) RT 01, 03 Berat Sampah (Kg)
& 04
11 Iwan F 5 0,3
12 Umi Ain 4 0,57
13 Kiki 5 1,3
14 Iroh 5 1,1
15 Ahmad 5 1,6
16 Eni 3 0,6
17 Iwan 5 1,7
18 Sapta 4 0,3
19 Wika 3 3,9
20 Agus 4 4
21 Yahya 5 1,3
22 Ubai 5 2,4
23 Ismiyanti 5 1,2
24 Deni 4 1,1
25 Nina 3 0,1
26 Rodiah 4 0,2
27 Fahmi 3 0,3
28 Dendi 3 0,7
TOTAL 116 35,97
Sumber: Data Penulis, 2019
24
2.6 Karakteristik Timbulan Sampah
1. Organik 2. Anorganik
b) Kertas b) Aluminium
c) Karbon c) Kaleng
d) Kayu d) Logam
e) Abu dan Debu
Sampah bisa dikelompokan menjadi dua, yaitu organik dan anorganik. Sampah
organik adalah sampah yang cepat terdegradasi (cepat membusuk), terutama yang
berasal dari sisa makanan. Sampah yang membusuk (garbage) adalah sampah yang
dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian
pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan, pemerosesan,
maupun pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat menghasilkan yang berbau
tidak enak, seperti ammoniak dan asam-asam volatil lainnya. Selain itu, dihasilkan
pula gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan sejenisnya, yang dapat
membahaykan keselamatan bila tidak ditangani secara baik. Penumpukan sampah
yang cepat membusuk perlu dihindari. Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai
sampah basah, atau juga dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang
25
berpotensi untuk diproses dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam
pengomposan atau gasifikasi, atau cara-cara lain seperti sebagai pakan ternak.
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak membusuk atau refuse pada
umumnya terdiri atas bahanbahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain.
Refuse sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk
memusnahkannya, seperti pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga
memerlukan penanganan lebih lanjut, dan berpotensi sebagai sumber pencemaran
udara yang bermasalah, khususnya bila mengandung plastik. Kelompok sampah ini
dikenal pula sebagai sampah kering.
26
Sampah pelayanan kota terdiri atas sampah penyapuan jalan, sampah taman,
pantai, dan sampah sarana rekreasi.
6. Sampah industri
Macam dan jenis sampah yang dihasilkan tergantung kepada jenis industri.
Sampah pertanian. Sampah jenis ini berasal dari aktivitas pertanian seperti
kegiatan penanaman, panen, peternakan, dan pemupukan. Pada umumnya
sampah jenis ini bukan merupakan tanggung jawab dari pihak persampahan
kota.
1. Sampah Organik; yang dapat terdiri dari sisa makanan dan daun
2. Sampah Kertas; yang dapat berupa kardus, karton, kertas HVS, kertas Koran,
dll.
3. Sampah Plastik; baik berupa kantung plastik, botol plastik bekas
kemasan,jerigen,dll.
4. Sampah Kayu; baik berupa potongan kayu, furnitur bekas, dll
5. Sampah Karet; baik berupa ban bekas, lembaran karet, dll
6. Sampah Kulit; yang dapat berupa lembaran, potongan kulit dll
7. Sampah Kaca/beling; baik berupa potongan kaca, botol kaca, gelas kaca, dll.
8. Sampah kain/perca; yang dapat berupa potongan kain, atau pakaian
bekas/rusak,dll
9. Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa sampah yang
tidak termasuk dalam kategori diatas
10. Sampah B3 rumah tangga; dapat berupa batu baterai bekas, kaleng bekas
kemasan insektisida, lampu TL/Neon, kaleng bekas cat, hair spray,
obatobatan kedaluarsa, dan lain sebagainya.
Dalam penelitian yang kami lakukan kami bukan hanya menghitung JTS &
TSK tapi kami melakukan penelitian karakteristik sampah di Perumahan Serang
Hijau RT.01/14, RT.03/14 dan RT. 04/14, sebelumnya kami telah meletakan Trash
bag berwarna merah untuk sampah organik dan anorganik.
27
No Sampah Jumlah
1 HVS 0,40
2 Kertas Nasi 0,71
3 Karton 1,91
4 Kardus 0,82
5 PET Bottle 0,66
6 PP CUP 0,38
7 Plastik 4,18
8 Softex 1,08
9 Sterofoam 0,07
10 Tissue 0,43
11 Kawat 0,18
12 Pempers 2,40
13 Botol beling 1,60
14 Plastik alumunium 0,09
15 HDPE 0,22
16 Selang plastik 0,13
Jumlah 15,26
Sumber: Data Penulis, 2019
28
RT 01 Organik Non Organik
5 Iwan 6 0,5 1,5
6 Cepi 4 0,6 0,6
7 Wahyu 5 0,5 0,5
8 Amar 5 0 0,5
9 Mulyana 2 0,4 0,3
10 Sukarta 2 0 0,5
11 Ivan F 5 0 0,3
Jumlah 5,6 8,6
Sumber: Data Penulis, 2019
29
Tabel 2.8 Data Sampah RT 04/14
2 Yahya 5 0,3 1
4 Ismiyanti 5 1 0,2
6 Fahmi 3 0 0,3
7 Rodiah 4 0 0,2
30
Dapat dilihat bahwa persentase antara sampah organik dan anorganik di RT
01/14 Perumahan Serang Hijau adalah sebesar 39% dan 61%, untuk RT 03/14
adalah sebesar 31% dan 69% dan untuk RT 04/14 adalah sebesar 56% dan 44%.
Berdasarkan data yang ada, maka sampah yang dominan adalah sampah organik. Hal
ini disebabkan sampah yang dihasilkan oleh warga didominasi oleh sampah dari sisa-
sisa makanan, daun kering dan rumput liar. Walaupun sampah anorganik
persentasenya sedikit, tetapi cukup banyak pula sampah dari sisa kemasan yang
terbuat dari plastik. Pada umumnya berat sampah bekas kemasan plastik mempunyai
berat yang relatif ringan, sehingga hal ini juga menjadi salah satu faktor rendahnya
persentase sampah anorganik. Perhitungan persentase sampah organik dan anorganik
terlampir pada Lampiran 1.
1. Jumlah Penduduk
Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan
sampah ini pun berpacu dengan laju pertumbuhan penduduk. Seperti yang
dilihat, luas daratan yang terbatas saat ini terasa makin sempit dengan
bertambahnya jumlah penduduk yang memerlukan lahan untuk daerah
pemukiman.
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah
perkapita sampah yang dibuang, kualitas sampahnya pun semakin banyak
bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini tergantung
pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat
akan persoalan sampah.
3. Kemajuan Teknologi
Menurut Juli Soemirat S dalam Ashidiqy (2009) kemajuan teknologi akan
menambah jumlah maupun kualitas sampah karena pemakaian bahan baku
yang semakin beragam.
31
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, faktor yang mempengaruhi
bertambahnya sampah disebabkan oleh faktor globalisasi,semakin berkembangnya
zaman maka membuat volume sampah di dunia semakin bertambah. Hal ini
diperparah dengan sampah yang diproduksi oleh masyarakat sebagian besar adalah
sampah yang sulit terurai (sampah anorganik).
1. Letak Geografis
Letak geografis mempengaruhi tumbuh-tumbuhan yang dapat ditanam, di
dataran tinggi umumnya banyak ditumbuhi sayur-sayuran, buah-buahan
dan jenis tanaman tegalan yang akhirnya akan mempengaruhi jenis dan
jumlah sampah.
2. Iklim
Iklim yang banyak hujan menyebabkan kandungan airnya tinggi sehingga
kelembapan sampah pun juga akan cukup tinggi. Jika intensitas hujan
cukup sering terjadi, maka akan membuat tumbuhan lebih banyak
bertahan hidup dibandingkan di daerah kering sehingga sampah berupa
daun-daunan akan akan menjadi lebih banyak.
3. Tingkat sosial ekonomi
Jika seseorang memiliki tingkat ekonomi yang baik, maka daya beli
masyarakat akan tinggi umumnya menghasilkan sampah anorganik lebih
banyak dibanding daeraqh dengan tingkat ekonomi rendah. Sampah
anorganik tersebut dapat terdiri atas bahan kaleng, logam, dsb.
4. Kepadatan penduduk
Jika kepadatan penduduk suatu kota jumlahnya tinggi maka akan
menghasilkan sampah yang banyak pula. Pertumbuhan penduduk
sebanding dengan sampah yang dihasilkan, semakin banyak penduduk
maka semakin banyak orang yang akan menghasilkan sampah.
32
5. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi dapat memengaruhi industri, karena industri dapat
menggunakan peralatan yang lebih baik seiring dengan kemajuan
teknologi, sebagai contoh adalah dalam hal kemasan produk. Menurut
Damanhuri (2010), kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari akan
mempengaruhi komposisi sampah yang dihasilkan. Negara maju
cenderung semakin banyak menggunakan kertas sebagai pengemas,
sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan
plastik sebagai pengemas.
1. Rumus Aritmatika
Pn = P0 + r (n)
Dimana, Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun kedepan
Jumlah
TSK JTS JTS
No Tahun penduduk
(Kg/Jiwa/Hari) (Kg//Hari) (Kg/Tahun)
(jiwa)
1 2017 480 0,38 182 66576
2 2018 498 0,38 189 69073
3 2019 517 0,38 196 71708
4 2020 535 0,38 203 74205
5 2021 553 0,38 210 76701
33
Jumlah
TSK JTS JTS
No Tahun penduduk
(Kg/Jiwa/Hari) (Kg//Hari) (Kg/Tahun)
(jiwa)
6 2022 571 0,38 217 79198
7 2023 589 0,38 224 81694
8 2024 608 0,38 231 84330
9 2025 626 0,38 238 86826
10 2026 644 0,38 245 89323
11 2027 662 0,38 252 91819
12 2028 681 0,38 259 94455
13 2029 699 0,38 266 96951
14 2030 717 0,38 272 99448
15 2031 735 0,38 279 101945
16 2032 754 0,38 287 104580
17 2033 772 0,38 293 107076
18 2034 790 0,38 300 109573
19 2035 808 0,38 307 112070
20 2036 827 0,38 314 114705
21 2037 845 0,38 321 117202
22 2038 863 0,38 328 119698
23 2039 881 0,38 335 122195
24 2040 900 0,38 342 124830
25 2041 918 0,38 349 127327
26 2042 936 0,38 356 129823
27 2043 954 0,38 363 132320
28 2044 972 0,38 369 134816
29 2045 991 0,38 377 137452
30 2046 1009 0,38 383 139948
31 2047 1027 0,38 390 142445
Sumber: Data Penulis, 2019
2. Rumus Geometrik
Pn = P0( 1 + r )n
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun kedepan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
34
Tabel 2.11 Proyeksi Jumlah Timbulan Sampah Metode Geometrik
Jumlah
TSK JTS JTS
No Tahun penduduk
(Kg/Jiwa/Hari) (Kg/Hari) (Kg/Tahun)
(jiwa)
1 2017 480 0,38 182 66576
2 2018 498 0,38 189 69073
3 2019 517 0,38 196 71708
4 2020 537 0,38 204 74482
5 2021 557 0,38 212 77256
6 2022 578 0,38 220 80169
7 2023 600 0,38 228 83220
8 2024 623 0,38 237 86410
9 2025 647 0,38 246 89739
10 2026 671 0,38 255 93068
11 2027 697 0,38 265 96674
12 2028 723 0,38 275 100280
13 2029 751 0,38 285 104164
14 2030 779 0,38 296 108047
15 2031 809 0,38 307 112208
16 2032 840 0,38 319 116508
17 2033 872 0,38 331 120946
18 2034 905 0,38 344 125524
19 2035 939 0,38 357 130239
20 2036 975 0,38 371 135233
21 2037 1012 0,38 385 140364
22 2038 1050 0,38 399 145635
23 2039 1090 0,38 414 151183
24 2040 1132 0,38 430 157008
25 2041 1175 0,38 447 162973
26 2042 1219 0,38 463 169075
27 2043 1266 0,38 481 175594
28 2044 1314 0,38 499 182252
29 2045 1364 0,38 518 189187
30 2046 1416 0,38 538 196399
31 2047 1469 0,38 558 203750
Sumber: Data Penulis, 2019
35
3. Rumus Eksponensial
Pn = P0 . er.n
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun kedepan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
e = Bilangan Eksponensial (2,7182818)
Jumlah
TSK JTS JTS
No Tahun penduduk
(Kg/Jiwa/Hari) (Kg/Hari) (Kg/Tahun)
(jiwa)
1 2017 480 0,38 182 66576
2 2018 498 0,38 189 69073
3 2019 517 0,38 196 71708
4 2020 538 0,38 204 74621
5 2021 559 0,38 212 77533
6 2022 581 0,38 221 80585
7 2023 603 0,38 229 83636
8 2024 626 0,38 238 86826
9 2025 651 0,38 247 90294
10 2026 676 0,38 257 93761
11 2027 702 0,38 267 97367
12 2028 729 0,38 277 101112
13 2029 758 0,38 288 105135
14 2030 787 0,38 299 109157
15 2031 817 0,38 310 113318
16 2032 849 0,38 323 117756
17 2033 882 0,38 335 122333
18 2034 916 0,38 348 127049
19 2035 952 0,38 362 132042
20 2036 989 0,38 376 137174
21 2037 1027 0,38 390 142445
36
Jumlah
TSK JTS JTS
No Tahun penduduk
(Kg/Jiwa/Hari) (Kg/Hari) (Kg/Tahun)
(jiwa)
22 2038 1067 0,38 405 147993
23 2039 1108 0,38 421 153680
23 2039 1108 0,38 421 153680
24 2040 1151 0,38 437 159644
25 2041 1196 0,38 454 165885
26 2042 1242 0,38 472 172265
27 2043 1290 0,38 490 178923
28 2044 1340 0,38 509 185858
29 2045 1392 0,38 529 193070
30 2046 1446 0,38 549 200560
31 2047 1502 0,38 571 208327
Sumber: Data Penulis, 2019
1400
1200
1000
Aritmatik
800
Geometric
600 Eksponesial
400
200
0
2017
2019
2021
2023
2025
2027
2029
2031
2033
2035
2037
2039
2041
2043
2045
2047
Tahun
37
Dari gambar 2.2 diatas didapat angka pertumbuhan penduduk yang dihitung
menggunakan tiga metode yaitu metode Aritmatika, Geometrik, dan Eksponensial.
Masing-masing metode didapat hasil yang berbeda. Aritmatika menghasilkan nilai
paling rendah, geometrik (midest), dan hasil dari metode eksponensial lebih tinggi.
200000
150000
Aritmatika
100000 Geometric
Eksponesial
50000
0
2029
2035
2017
2019
2021
2023
2025
2027
2031
2033
2037
2039
2041
2043
2045
2047 Tahun
38
2.8 Dampak dan Solusi Timbulan Sampah
39
4. Menyebabkan Banjir Tumpukan sampah yang berada di saluran air (irigasi)
dapat menyumbat pintu-pintu air sehingga air sulit mengalir. Maka tak heran
jika di kota-kota besar, banjir sering terjadi akibat masyarakatnya
menyepelekan sampah.
5. Menimbulkan Bau Busuk Sampah-sampah yang menumpuk di darat atau
yang terendam di air akan mengalami pembusukan. Bau busuk yang
menyebar di udara akan tercium dan menganggu pernapasan. Sarana
pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat
bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di
TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan
berbagai gas seperti CO, , , dan lain-lain yang secara langsung
akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya
pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan
manusia di sekitarnya.
6. Sebagai Sumber Bibit Penyakit
Sampah yang menimbulkan bau busuk akan mengundang lalat. Pada sampah
yang busuk, bersarang bermacam-macam bakteri penyebab penyakit. Lalat
tersebut dapat memindahkan bibit penyakit dari sampah ke dalam makanan
atau minuman.
Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut :
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur
dengan air m inum. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia).
Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
40
4. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kirakira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa
(Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.
41
Dalam menanggapi hal tersebut, ada beberapa faktor penyebab pada masalah
ini, yaitu manusia, metode, dan lingkungan.
a) Faktor Manusia
1. Masih belum peduli terhadap sampah di sekitar rumahnya
2. Belum mengetahui jenis-jenis dan bahaya sampah
3. Belum semua warga menyediakan tempat sampah di depan rumahnya
42
2.8.4 Solusi Penanganan Sampah Teknologi Pengomposan Heap
Sistem ini juga tergolong murah dan mudah untuk diterapkan. Masyarakat
hanya perlu memilah sampah mereka antara yang organik dan non-organik. Sampah
organik berupa sersah daun, kotoran hewan, dan sisa makanan. Sebelum
dikomposkan akan lebih baik jika sampah organik dicacah hingga berukuran 5-7 cm
untuk mempercepat proses pengomposan. Sampah yang sudah dicacah diaduk
terlebih dahulu dengan cairan MOL (mikro organisme lokal) dan tetes tebu yang
diencerkan menggunakan air dengan perbandingan 1:1. Setelah merata adonan
sampah ditumpuk diatas bangunan windrow. Bangunan windrow terbuat dari bambu
yang diberi celah di tengahnya.
2.8.6 Pengomposan
43
proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, dan dapat dimaanfatkan untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah. Pada penelitian kali ini bahan kompos yang digunakan
berasal dari sampah rumah tangga dan daun-daun kering. Sampah tersebut terdiri
dari sampah sisa sayuran dan sisa makanan. Untuk mempercepat proses kompos
digunakan kotoran sapi dan EM4 sebagai penambah mikroorganisme. Komposisi
kompos yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.12.
No Bahan Berat
1 Sampah Sayuran 4 kg
2 Kotoran sapi 1 kg
3 EM4 100 ml
4 Daun Kering 1 kg
(Sumber : Penulis, 2019)
Minggu Ke-
Parameter
1 2 3 4
Suhu 22C 34 1 C 33 2 C 30,8
Rh 58% 55% 56% 63%
Ph - - - 6
Sumber: Data Penulis, 2019
44
Pada saat proses pengomposan terjadi penyusutan volume bahan yang
digunakan. Penyusutan bahan ini diakibatkan dari proses dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai dan disebut sebagai laju reduksi. Laju dekomposisi
merupakan banyaknya bahan yang telah mengalami proses pembusukan dan
penghancuran yang dapat menghasilkan kompos. Laju dekomposisi dan laju reduksi
dapat dihitung menggunakan rumus:
1. Laju reduksi
Keterangan:
2. Laju dekomposisi
Keterangan :
R : Laju dekomposisi
45
2.8.7 Nilai Ekonomi
Hasil kompos yang dihasilkan juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Kompos organik dapat dijual. Selain itu kompos ini juga dapat dibuat dengan
skala kecil seperti rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pupuk sehingga
masyarakat lebih tertarik untuk menanam dan memenuhi kebutuhan sayuran
keluarga. Jika diasumsikan, total sampah organik yang dihasilkan mencapai 60%
dari total sampah yang diproduksi setiap harinya. Lalu saat sampah organik itu
diolah dengan sistem pengomposan diperkirakan menghasilkan 50% kompos dari
total sampah organik.
46
BAB 3.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penetilitan yang dilakukan di Perumahan Serang
Hijau RT 01/14, RT 03/14 dan RT 04/14 adalah sebagai berikut:
1. Dalam satu hari jumlah sampah yang dihasilkan per warga beratnya adalah 0,3
Kg.
2. Sebagian besar sampah yang dihasilkan oleh warga adalah sampah organik.
Dengan persentase antara sampah organik dan anorganik adalah 42% % dan 58%.
3. Jumlah timbulan sampah pada tahun 2047 dengan menggunakan metode
peritungan aritmatika sebanyak 142445 kg, geometri 203750 kg dan eksponensial
adalah sebesar 208327 Kg.
4. Dampak positif dari sampah yang dihasilkan di area tersbut adalah bisa digunakan
untuk pupuk atau kompos, bisa dijadikan biogas, menjadi mata pencarian dan bisa
dijadikan produk baru. Dampak negatif dari sampah yang dihasilkan di area
tersebut adalah dapat mengganggu estetika, mencemari tanah dan air, mencemari
perairan, menyebabkan tersumbatnya saluran air, menimbulkan bau busuk, dan
menjadi sumber bibit penyakit .
Solusi dari masalah yang ada adalah dengan mensosialisasikan jenis, karakteristik,
dan bahaya dari sampah kepada para penduduk setempat. Agar masyarakat
mengetahui dan tidak mencampur bahan berbahaya ke sampah yang mudah terurai
tanah karena dapat merusak tanah dan lingkungan hidup bagi tumbuhan dan hewan.
47
3.2 Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
49
Kementerian Pekerjaan Umum. (2008). Perencanaan Teknis Pengelolaan Sampah
Terpadu 3r
Ricky Febriyanto. S.Si., M.Si (2019). Pedoman penulisan tugas makalah. Serang:
Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Banten Jaya.
Suryati, Teti. 2014. Bebas Sampah dari Rumah. Jakarta. PT.Agromedia Pustaka.
50
Lampiran 1
Rumus Slovin
Keterangan ; N = Populasi
n = Sample
( )
( )
51
b) Mencari rata-rata penduduk per kapita
BS
TSK
U
Keterangan : BS = Berat Sampah (Kg)
U = Jumlah Jiwa
TSK
= 0 3100 Kg/jiwa/hari
52
Tabel 2.3 Data Sampah RT 01/14
Berat Sampah
Jumlah Jiwa
No Nama Non
RT 03 Organik
Organik
1 Umi Ain 4 0,57 2,5
2 Kiki 5 0,9 0,4
3 Iroh 5 0,6 0,5
4 Iwan 5 0,3 1,4
5 Ahmad 3 0,6 1
6 Eni 5 0 0,6
7 Sapta 4 0 0,3
8 Tika 3 0,2 0,4
Jumlah 3,17 7,1
53
Tabel 2.6 Data Sampah RT 04/14
2 Yahya 5 0,3 1
4 Ismiyanti 5 1 0,2
6 Fahmi 3 0 0,3
7 Rodiah 4 0 0,2
54
( )
( )
( )
( )
( )
( )
= 3,66%
55
Tahun Jumlah penduduk
2017 480
2018 498
2019 517
a). Aritmatika
Pn = Po x 1 + r(n)
Keterngan : Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun kedepan
Jumlah
TSK JTS JTS
No Tahun penduduk
(Kg/Jiwa/Hari) (Kg//Hari) (Kg/Tahun)
(jiwa)
1 2017 480 0,38 182 66576
2 2018 498 0,38 189 69073
3 2019 517 0,38 196 71708
4 2020 535 0,38 203 74205
5 2021 553 0,38 210 76701
b) Rumus Geometrik
Pn = P0( 1 + r )n
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun kedepan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
56
Jumlah
TSK JTS JTS
No Tahun penduduk
(Kg/Jiwa/Hari) (Kg/Hari) (Kg/Tahun)
(jiwa)
1 2017 480 0,38 182 66576
2 2018 498 0,38 189 69073
3 2019 517 0,38 196 71708
4 2020 537 0,38 204 74482
5 2021 557 0,38 212 77256
c) Rumus Eksponensial
Pn = P0 . er.n
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun kedepan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
e = Bilangan Eksponensial (2,7182818)
Jumlah
TSK JTS JTS
No Tahun penduduk
(Kg/Jiwa/Hari) (Kg/Hari) (Kg/Tahun)
(jiwa)
1 2017 480 0,38 182 66576
2 2018 498 0,38 189 69073
3 2019 517 0,38 196 71708
4 2020 538 0,38 204 74621
5 2021 559 0,38 212 77533
57
2. Perhitungan laju Reduksi dan Laju Dekomposisi
1. Laju reduksi
W0 = 6kg
Wt = 4kg
= 40,3 %
Keterangan:
2. Laju dekomposisi
W0 = 8 kg
Wt = 5,7 kg
= 0,07 kg/hari
Keterangan :
R : Laju dekomposisi
58
Lampiran 2
a. Pemilahan Sampah Organik, Non Organik dan penimbangan
59
c. Pengomposan dan hasil kompos
60