Anda di halaman 1dari 72

1

JUDUL :
PENGARUH KETEBALAN ZEOLIT ALAM TERHADAP PENURUNAN
KANDUNG ZAAT BESI (FE) DALAM AIR TANAH SUMUR GALI

Oleh :

Frit Imanuel Maukira

441221011

PROGRAM STUDI D4 ANALIS LABORATORIUM MEDIS

UNIFERSITAS MAARIF HASYIM LATIF

SIDOARJO

2023
2

I.
Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan
Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

1. Abstrak
Salah satu syarat kimia yang harus dipenuhi dalam air bersih adalah kesadahan.
Salah satu penyebab utama terjadinya kesadahan adalah kandungan Ca2+ (kesadahan
kalsium) atau biasanya disebut air kapur. Selain kandungan air kapur yang tinggi,
penyebab air tanah tidak dapat langsung digunakan adalah kadungan besi dan mangan
yang tinggi pula. Untuk itu, dibutuhkan unit filter skala rumah tangga yang dapat
menjadi pengolahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan komposisi media filter yang efektif dan effisien untuk
penyisihan kesadahan kalsium, Fe, dan Mn dalam air tanah dan mendapatkan waktu
breakthrough. Media filter yang digunakan pada penelitian ini adalah media zeolit alam
dan karbon aktif disusun secara stratifikasi dengan perbandingan ketinggian pada
masing-masing reaktor filter. Media filter tersebut akan dialiri dengan tiga variasi
konsentrasi kesdahan kalsium. Hasil dari penelitian ini, didapatkan komposisi media
yang paling efektif dalam menurunkan kandungan kesadahan kalsium adalah
komposisi III dengan perbandingan ketinggian media zeolit alam dan karbon aktif
sebesar 30 cm: 60 cm. Pada variasi konsentrasi 1 mampu melakukan penyisihan
sebesar 96,52%, konsentrasi 2 mampu melakukan penyisihan sampai 94,67%, dan
konsentrasi 3 mampu melakukan penyisihan sebesar 90,22%.
2. Pendahuluan
persyaratan air yang layak konsumsi atau air sehat adalah dapat memenuhi syarat
kimia, fisik, dan biologis. Salah satu syarat kimia dalam persyaratan kualitas air adalah
jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya biasa disebut
dengan kesadahan air [1]. Kesadahan yang tinggi biasanya terdapat pada air tanah di
daerah yang bersifat kapur, dimana Ca2+ dan Mg2+ berasal.
3

Air kapur dapat menyebabkan beberapa masalah, misalnya dalam penggunaan di


rumah tangga dan industri. Penggunaan dalam rumah tangga mengakibatkan konsumsi
sabun lebih banyak. Hal ini disebabkan karena salah satu bagian dari molekul sabun
diikat oleh unsur Ca. Penggunaan air kapur untuk industri dapat menyebabkan kerak
pada dinding peralatan sistem pemanasan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
peralatan industri dan menghambat proses pemanasan. Selain kerugian dalam rumah
tangga dan industri. Menurut WHO air yang kesadahannya tinggi dapat menimbulkan
dampak terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah
jantung (cardiovascular desease) dan batu ginjal (urolithiasis).
Hasil pemeriksaan sampel di laboratorium Teknik Lingkungan yang berasal dari air
tanah atau air sumur gali di kawasan perumahan warga Kelurahan Singosari
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik memiliki kadar kesadahan sebesar 643 mg/L
kadar kalsium sebesar 400 mg/L. Kesadahan air sumur di daerah ini melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum kadar maksiumum
untuk kesadahan adalah 500 mg/L. Sehingga, diperlukannya pengolahan agar air tanah
ini dapat memenuhi baku mutu. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan upaya
peningkatan kualitas air tanah yang mengandung zat kapur menjadi air bersih. Salah
satu metode yang banyak digunakan untuk air bersih yang layak kosumsi yaitu dengan
proses filtrasi (penyaringan). Media filter yang biasa digunakan adalah pasir, kerikil,
ijuk, karbon aktif, dan zeolit. Dalam penelitian ini, penurunan kandungan zat kapur
dilakukan dengan menggunakan filter dengan media zeolit alam dan karbon aktif.
Zeolit memiliki muatan negatif yang mampu mengikat kation-kation dalam air seperti
Ca, Mg, Fe, dan Al yang umumnya terdapat pada air tanah. Sedangkan, karbon aktif
dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan zat organik, polutan mikro, dan
dapat menjernihkan air karena memiliki luas permukaan yang sangat luas.
4

3. Uraiyan penelitian
a) Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk pengujian karakteristik awal sampel yaitu
analisa kesadahan total dan analisa kalsium (Ca2+). Sampel yang akan digunakan
adalah air tanah di kawasan perumahan warga Kelurahan Singosari Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Karakteristik air sampel ini akan digunakan
sebagai acuan untuk pembuatan air sampel buatan (artificial) yang digunakan untuk
proses running. Untuk analisis besi (Fe), mangan (Mn), dan derajat keasaman (pH)
dijadikan sebagai parameter tambahan dan pembuatan sampel buatan parameter besi
(Fe) dan mangan (Mn) mengikuti kandungan air tanah yang digunakan
b) Persiapan Rancangan Penelitian
Parameter penelitian ini adalah kalsium (Ca2+), besi (Fe), mangan (Mn), dan
derajat keasaman (pH). Variabel penelitian yang digunakan adalah komposisi media
yang terdiri dari lima yaitu Komposisi I dengan perbandingan ketinggian media zeolit
alam dan karbon aktif adalah 60 cm : 30 cm. Komposisi II dengan perbandingan
ketinggian media zeolit alam dan karbon aktif adalah 45 cm: 45 cm. Komposisi III
dengan perbandingan ketinggian media zeolit alam dan karbon aktif adalah 30 cm: 60
cm. Komposisi kontrol I dengan perbandingan ketinggian media zeolit alam dan
karbon aktif adalah 90 cm: 0. Komposisi kontrol II dengan perbandingan ketinggian
media zeolit alam dan karbon aktif adalah 0: 90 cm. Fungsi dari komposisi kontrol
adalah pembanding untuk komposisi I, II, dan III. Variabel kedua yaitu konsentrasi
kalsium. Konsentrasi 1 dengan range 385 - 414 mg/L, konsentrasi 2 dengan range 507
- 535 mg/L, dan konsentrasi 3 dengan range 628 - 657 mg/L. Angka konsentrasi
kalsium dipilih berdasarkan dari hasil analisa laboratorium di perumahan warga
Kelurahan Singosari Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik, Jawa Timur dan
berdasarkan data sekunder BLH Kabupaten Gresik.
c) Persiapan Alat dan Bahan
Debit yang yang digunakan untuk filter ini adalah 1,67 L/jam. Jenis filter untuk
penelitian ini adalah constant head dengan tipe filter pasir lambat dan kecepatan
filtrasi 0,32 m/jam. Alat yang dibutuhkan yaitu reservoir 3 buah dengan kapasitas 50
5

L untuk kebutuhan 5 buah filter. Selain itu, kran, pipa PVC diameter 4 inch dengan
tinggi 1 m.
Dalam penelitian ini digunakan air sampel buatan disesuaikan dengan variasi
konsentrasi kalsium. Pembuatan air sampel buatan untuk masing-masing
konsentrasi dilakukan dengan membubuhkan bubuk kapur. Selanjutnya,
dibutuhkan media zeolit alam sebanyak 48 kg dan karbon aktif sebanyak 32 kg
untuk kebutuhan 15 filter.
d) Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan secara kontinyu, di mana penelitian
dilakukan pada reaktor dengan pemberian input maupun pengeluaran output selama
proses penelitian berlangsung. Pengukuran terhadap parameter dilakukan di influent
pada saat awal running dan hasil proses pengolahan pada outlet filter sebanyak 2 kali
karena pengukuran parameter dilakukan setiap 3 jam sekali selama 6 jam dalam
sehari dan hasil proses pengolahan dianalisa di Laboratorium Teknik Lingkungan ITS.
Sehingga jumlah sampel yang akan dianalisa sebanyak 33 sampel per hari.
e) Analisis Data dan Pembahasan
Analisis data dan pembahasan dilakukan berdasarkan pada hasil penelitian yang
telah dilakukan dimana pembahasannya mengacu pada teori yang ada. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah media filter telah berhasil memenuhi tujuan
penelitian dan parameter yang digunakan dapat memenuhi standar kualitas air bersih
yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010.
4. Analisa dan pembahasan
Dalam penelitian ini, dilakukan penelitian menggunakan filter zeolit alam dan
karbon aktif yang disusun secara stratifikasi untuk meningkatkan kualitas air tanah
menjadi air yang siap minum. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi
media yang paling efektif dan efisien dalam penyisihan kalsium (Ca2+), besi (Fe), dan
mangan (Mn) dan mendapatkan waktu breakthrough untuk media filter. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat menciptakan filter sederhana dan hemat energi dengan
skala rumah tangga.
6

Pada filter zeolit alam dan karbon aktif ini terjadi proses adsorpsi. Adsorpsi
merupakan proses perpindahan massa dan menghasilkan kesetimbangan distribusi dari
satu atau lebih larutan antara fasa cair dan partikel. Pada proses adsorpsi, zat-zat
pencemar yaitu kalsium (Ca2+), besi (Fe), dan mangan (Mn) menempel dan mengisi
pori-pori adsorben (zeolit alam dan karbon aktif) yang mengakibatkan tebentuknya
lapisan pada adsorben. Lapisan ini makin lama akan menebal dan mengakibatkan
kejenuhan pada adsorben.
5. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada filter dengan menggunakan media zeolit
alam dan karbon aktif, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a) Komposisi III yang memiliki perbandingan ketinggian media zeolit alam dan
karbon aktif sebesar 30 cm: 60 cm merupakan komposisi media yang paling
efektif untuk penyisihan kesadahan kalsium dan besi (Fe) pada penelitian ini
karena memiliki ketinggian karbon aktif lebih tebal dibandingkan dengan
komposisi lainnya. Berikut merupakan efisiensi penyisihan kesadahan kalsium
(Ca2+) dan besi (Fe) yang mampu dilakukan komposisi III:
 Konsentrasi 1 = 96,52% dan 62%
 Konsentrasi 2 = 94,67% dan 90%
 Konsentrasi 3 = 90,22% dan 83%

b) Total waktu breakthrough berdasarkan perhitungan pendekatan konstanta


mekanika yang dicapai media filter pada masing-masing komposisi sebagai
berikut:
 Komposisi I pada konsentrasi 1 pada hari ke-30, konsentrasi 2 pada hari
ke-31, dan konsentrasi 3 pada hari ke-29.
 Komposisi II pada konsentrasi 1 pada hari ke-30, konsentrasi 2 pada hari
ke-30, dan konsentrasi 3 pada hari ke-29.
 Komposisi III pada konsentrasi 1 pada hari ke-20, konsentrasi 2 pada hari
ke-30, dan konsentrasi 3 pada hari ke-29.
7

 Komposisi kontrol I pada konsentrasi 1 pada hari ke30, konsentrasi 2


pada hari ke-31, dan konsentrasi 3 pada hari ke-87.
 Komposisi kontrol II pada konsentrasi 1 pada hari ke95, konsentrasi 2
pada hari ke-76, dan konsentrasi 3 pada hari ke-29.

6. Daftar pustaka
a) ] Alaerts, G., dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional.
b) Said, N.I. 2008. Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan Pengalaman
Praktis”. Jakarta Pusat: Pusat Teknologi Lingkungan.
c) Ristiana, N., Astuti, D., Kurniawan, T.P. 2010. Keefektifan Ketebalan Kombinasi
Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur Di
Karangtengah Weru Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621,
Vol.2, No.1: 91-102.
d) Setyawan, F.L., Darjito., dan Khunur, M.M. 2013. Pengaruh pH dan Lama
Kontak Pada Adsorpsi Ca2+ Menggunakan Adsorben Kitin Terfosforilasi Dari
Limbah Cangkang Bekicot. Jurnal Mahasiswa Kimia, Vol. 1, No. 2, pp. 201-207
Universitas Brawijaya Malang.
8

II.

PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR


BERTEKANAN (PRESURE SAND FILTER) UNTUK MENURUNKAN KADAR BESI
(Fe) DAN MANGAN (Mn)

1. Abstrak
pengolahan air sumur gali Menggunakan saringan pasir bertekanan (presure sand
filter) untuk menurunkan kadar besi (fe) dan mangan (mn). Air tanah seperti air sumur
gali merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan. Permasalahan yang
dijumpai, kualitas air tanah maupun air sungai kurang memenuhi syarat sebagai air
bersih seperti adanya Zat Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Fe dan Mn dalam air
menyebabkan warna air berubah menjadi kuning-coklat setelah kontak dengan udara.
Disamping dapat mengganggu kesehatan, menimbulkan bau yang kurang enak serta
menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada
pakaian. Untuk itu dilakukan penelitian pengolahan air sumur gali menggunakan
saringan pasir bertekanan (pressure sand filter) dalam menurunkan kadar Fe, Mn,
Kekeruhan dan Mikrobiologi (coliform) pada air sumur gali di Desa Banjar Negoro
Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Populasi dan sampel dalam penelitian
ini adalah air sumur gali salah satu rumah penduduk di Desa Banjar Negoro Kecamatan
Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Sampel diambil dengan pendekatan grab sampel.
Sampel air baku yang digunakan untuk pengolahan diambil dari satu sumur gali
penduduk,sedangkan sampel air baku dan sampel air hasil olahan diambil satu titik di
bak penampungan sebelum diolah dan satu titik di kran outlet saringan. Hasil penelitian
dapat disimpulkan :1) Kadar Fe mengalami penurunan 11,7% pada sampel I (debit 0,5
9

lt/menit), sampel II 28,6% (debit 1 lt/menit) dan sampel III sebesar 30,4% (debit 2
lt/menit), 2) Kadar mangan (Mn) mengalami penurunan 23,3% pada sampel I (debit 0,5
lt/menit), sampel II 28,6% (debit 1 lt/menit) dan sampel III 29,1% (debit 2 lt/menit), 3)
Kadar kekeruhan turun sebesar 57,9% pada sampel I (debit 0,5 lt/menit), sampel II
43,2% (debit 1 lt/menit) dan sampel III 28,2% (debit 2 lt/menit), 4) Kadar bakteriologis
(coliform) turun 54,7% pada sampel I (debit 0,5 lt/menit), sampel II 71,9% (debit 1
lt/menit) dan sampel III 73,4% (debit 2 lt/menit). Untuk lebih mengoptimalkan hasil
pengolahan disarankan pada penelitian selanjutnya agar menambah ketebalan media
saring, menambah jumlah kolom filter atau mengkombinasikan dengan proses
pengolahan lain seperti koagulasi dan sedimentasi sebelum proses filtrasi.
2. Pendahuluan
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, oleh karena
itu jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak
yang besar terhadap kerawanan bagi masyarakat baik dari aspekkesehatan maupun
sosial. Mengingat begitu pentingnya peranan air, maka masyarakat selalu berusaha
mendapatkannya dengan cara yang mudah dan murah, namun demikian perlu
diperhatikan bahwa air yang didapatkan dan dipergunakan harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan yaitu kuantitasnya memadai, kualitasnya aman dan sehat serta
kontinuitasnya terjamin dan dapat diterima oleh masyarakat (Sanropie, 1984).
Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang besar masih terpusat di
daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang
bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi
dan dapat dikatakan relatif kecil. Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air
bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hu
Dari data statistik 1995, prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber air minum
yang digunakan di berbagai daerah di Indonesia sangat bervariasi tergantung dari
kondisi geografisnya. Secara nasional yakni sebagai berikut : Yang menggunakan air
leding 16,08 %, air tanah dengan memakai pompa 11,61 %, air sumur (perigi) 49,92 %,
mata air (air sumber) 13,92 %, air sungai 4,91 %, air hujan 2,62 % dan lainnya 0,80 %
(Said dan Hidayat, 2000). Air tanah alias air sumur merupakan sumber air bersih
terbesar yang digunakan. Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa
10

kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi
syarat sebagai air bersih yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak
untuk digunakan. Air yang layak digunakan, mempunyai standar persyaratan tertentu
yakni persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu
kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air
tesebut tidak layak untuk digunakan. Pemakaian air bersih yang tidak memenuhi
standar kualitas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung
dan cepat maupun tidak langsung dan secara perlahanjan, air sumber (mata air) dan
lainnya.
Dari data statistik 1995, prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber air minum
yang digunakan di berbagai daerah di Indonesia sangat bervariasi tergantung dari
kondisi geografisnya. Secara nasional yakni sebagai berikut : Yang menggunakan air
leding 16,08 %, air tanah dengan memakai pompa 11,61 %, air sumur (perigi) 49,92 %,
mata air (air sumber) 13,92 %, air sungai 4,91 %, air hujan 2,62 % dan lainnya 0,80 %
(Said dan Hidayat, 2000). Air tanah alias air sumur merupakan sumber air bersih
terbesar yang digunakan. Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa
kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi
syarat sebagai air bersih yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak
untuk digunakan. Air yang layak digunakan, mempunyai standar persyaratan tertentu
yakni persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu
kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air
tesebut tidak layak untuk digunakan. Pemakaian air bersih yang tidak memenuhi
standar kualitas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung
dan cepat maupun tidak langsung dan secara perlahan.
Kendala yang paling sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah masalah
kandungan Zat Besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku. Baik besi
maupun mangan, dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam
bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk kolloid atau dalam keadaan
bergabung dengan senyawa organik. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air
menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat
kontak dengan udara. Disamping dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau
11

yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-
bercak kuning pada pakaian.

3. Metode
a) Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (pre-eksperiment), yaitu melihat
kemampuan saringan pasir bertekanan (pressure sand filter) dalam menurunkan
kandungan Fe dan Me dalam air sumur gali, serta parameter lain yaitu kekeruhan
dan angka bakteriologis.
gka bakteriologis. Penelitian dilakukan di bulan November s.d. Desember 2012
dengan lama waktu kurang lebih 20 (dua puluh) hari kerja dengan tempat
penelitian di 3 (tiga) tempat yaitu :
 Perancangan dan pembuatan alat saringan di Bengkel Kerja Jurusan
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang.
 Pengambilan sampel di lakukan di Desa Banjar Negoro Kecamatan
Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
 Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang.
b) Populasi dan sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini air sumur gali salah satu rumah
penduduk di Desa Banjar Negoro Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
Sampel diambil dengan pendekatan grab sampel yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan terhadap sebagian dari populasi dan dianggap representasi parameter
populasi karena dianggap homogen dalam populasi tersebut (Slamet, 1994).
Sampel air baku yang digunakan untuk pengolahan diambil dari satu sumur gali
penduduk yang memenuhi persyaratan sampel air baku, sedangkan sampel air
untuk pemeriksaan baik sampel air baku maupun sampel air hasil olahan diambil
12

satu titik di bak penampungan sebelum diolah dan satu titik di kran outlet
saringan.

c) Variabel penelitian
Variabel penelitian yang akan diperiksa dan diamati adalah :
 Variabel kualitas air sumur gali sebelum pengolahanadalah kadar zat
polutan pada air sumur gali sebelum diolah dengan saringan pasir
bertekanan dilihat dari kandungan Fe, Mn, Kekeruhan dan Angka
Bakteriologis.
 Variabel kualitas air sumur gali sesudah pengolahan adalah kadar zat
polutan pada air sumur gali sesudah diolah dengan saringan pasir
bertekanan dilihat dari kandungan Fe, Mn, Kekeruhan dan Angka
Bakteriologis.
4. Alat dan bahan
Jenis alat saringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis filter tunggal
dengan kombinasi media saring yaitu pasir silika, mangan zeolit dan media karbon
aktif dari arang batok kelapa.Untuk membuat saringan menggunakan bahan sesuai
dengan material yang ada yaitu pipa PVC ataupun bahan lainnya.
5. Prosedur kerja alat
Sebelum digunakan untuk proses pengolahan air baku, seperangkat alat saringan
yang telah dibuat dilakukan uji fungsi terlebih dahulu menggunakan air bersih untuk
menyakinkan bahwa alat berfungsi dengan baik dan sekaligus melakukan pencucian
media dari kemungkinan terjadinya pengotoran pada saat pembuatan alat. Setelah di
ketahui berfungsi dengan baik maka alat kemudian digunakan untuk proses penelitian
dengan prosedur singkat sebagai berikut :“Air baku dituangkan ke bak penampung
kemudian dari bak penampung air dipompa kesaringan dengan media campuran yaitu
13

pasir silika, mangan zeolit dan karbon aktif untuk menyaring atau menghilangkan zat
besi atau mangan yang ada dalam air serta menghilangkan padatan tersuspensi dan
menghilangkan kandungan zat organik, bau, rasa serta polutan mikro lainnya. Air yang
keluar dari saringan sudah dapat digunakan sebagai sumber air bersih untuk keperluan
sehari-hari”.

6. Cara pengumpulan data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel air
sumur gali sebelum dan sesudah pengolahan kemudian dilakukan pemeriksaan di
laboratorium dengan parameter adalah kadar Fe, kadar Mn, Kekeruhan dan angka
Bakteriologis. Sampel yang akan diperiksa diambil masing-masing sebanyak2 (dua)
sampel pada titik-titik sebagai berikut :
a) Air baku diambil dari bak penampung sebelum dilakukan proses pengolahan.
b) Air hasil olahan setelah melewati saringan pasir bertekanan dengan kombinasi
media campuran pasir silika, mangan zeolit dan karbon aktif.
7. Pengolahan dan analisa data
Data hasil penelitian di olah secara manual dengan perhitungan statistik sederhana
yaitu mean, median, standar deviasi dan persentase penurunan. Data hasil olahan
kemudian disajikan dalam tabel dan diintepretasikan secara kualitatif berdasarkan
rujukan dan standar baku kualitas air bersih yang berlaku Permenkes No.
416/PER/MENKES/IX/1990.
8. Hasil dan pembahasan
a) Hasil
Pengambilan sampel air baku hanya dilakukan satu kali pada sumur gali
yang sama yaitu sumur gali milik Ibu Siti Nurani, SKM dengan pertimbangan
agar diperoleh komposisi kualitas air baku yang sama (homogen). Pada saat
mengambil sampel kondisi cuaca hujan dan memang pada saat itu musim
penghujan sehingga kualitas air baku relative lebih baik dibandingkan kualitas air
baku pada saat musim kemarau karena adanya infiltrasi dari air hujan yang
14

masuk ke dalam tanah kemudian keluar dalam bentuk mata air dalam sumur gali.
Sampel baku air diambil sebanyak 200 liter yang ditempatkan pada jerigen
berukuran 20 liter sebanyak 10 buah jerigen, kemudian sampel diangkut ke lokasi
penelitian yaitu di Bengkel Kerja Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Tanjungkarang.
b) Saringan pasir bertekanan
Alat penyaringan yang digunakan dalam penelitian ini saringan pasir
bertekanan (pressure sand filter) merupakan filter tunggal dengan kombinasi
media filter pasir silika, mangan zeolit dan karbon aktif. Komponen peralatan
yang digunakan merupakan bahan lokal kecuali mangan zeolit merupakan produk
dari Korea
c) Kualitas Air Baku (Sebelum Pengolahan)
Sebelum dilakukan pengolahandilakukan pemeriksaan kualitas air bakudan
didapatkan hasil sebagaimana tabel1 berikut ini.
d) Kualitas Air Hasil Olahan (Sesudah Pengolahan)
Sesudah dilakukan pengolahan air baku kemudian pemeriksaan kualitas air hasil
olahan dan didapatkan hasil sebagaimana tabel 2 berikut ini.
e) Kemampuan Saringan Pasir Bertekanan
Melalui perhitungan dengan membandingkan kualitas air bakudan kualitas air
hasil olahan dalam persen didapatkan hasil sebagaimana table 3 sampai dengan
tabel 5 berikut ini.
9. Pembahasab
a) Sampel Air Baku
Berdasarkan waktu pengambilan sampel dilakukan bertepatan pada saat musim
penghujan sehingga didapatkan sampel air baku yang tidak sama kondisinya
dengan pada saat musim kemarau atau dengan kata lain kualitas air baku lebih
baik karena adanya proses pengenceran oleh air hujan baik yang melalui proses
infiltrasi maupun air hujan yang langsung masuk ke dalam sumur gali penduduk.
Kondisi ini tentu saja tidak bisa dikendalikan atau diantisipasi oleh peneliti,
namum demikian karena sumber air baku diambil dari satu sumur gali yang sama
maka homogenitas kualitas air baku jelas tetap terjaga. Hal ini sesuai dengan
15

teori tentang teknik pengambilan sampel dengan cara grab sampel. Pengambilan
sampel teknik grab sampel yaitu pengambilan sampel yang dilakukan terhadap
sebagian dari populasi dan dianggap representasi parameter populasi karena
dianggap homogen dalam populasi tersebut (Slamet, 1994).
Secara teknis kualitas air baku sumur gali yang digunakan dalam penelitian ini
sudah memenuhi persyaratan karena beberapa parameter utama yang analisis
berada diatas standar yang dipersyaratkan sesuai Permenkes RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990, yaitu pada parameter kekeruhan, Fe, Mn dan
coliform baik pada sampel I, II dan sampel III.
Adanya perbedaan kualitas air baku pada sampel I, II dan III seperti terlihat pada
tabel 1 terutama pada parameter kekeruhan dan coliform disebabkan sampel dari
sumur gali setelah diambil tidak langsung dilakukan pengolahan, melainkan
terpaksa diinapkan selama satu malam karena jarak tempuh tempat pengambilan
sampel cukup jauh dengah tempat pengolahan. Hal ini menyebabkan sampel air
baku sudah mengalami pengendapan di dalam jerigen masing-masing sesuai
dengan berat jenis partikel koloidalnya, sehingga pada saat sampel air baku
dituangkan dalam bak penampung dan diambil sampel untuk diperiksa
kualitasnya berbeda antara sampel yang satu dengan sampel lainnya. Untuk
mengantisipasi perbedaan kualitas sampel tersebut peneliti membagi 3 (tiga)
tahap waktu pengolahan dengan debit pengolahan yang berbeda, sampel I dengan
debit 0,5 lt/menit, sampel II dengan debit 1 lt/menit dan sampel III dengan debit 2
lt/menit dan setiap tahapan pengolahan diambil sampel air hasil olahannya untuk
dilakukan pemeriksaan sehingga hasilnya tidak tercampur antara sampe I, sampel
II dan sampel III.
b) Saringan Pasir Bertekanan (Pressure Sand Filter)
Alat saringan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan sistem filter
tunggal dengan kombinasi media kerikil, pasir silica, mangan zeolit dan karbon
aktif. Sistem ini dipilih dengan pertimbangan jika terbukti alat tersebut efektif
dalam memperbaiki kualitas air yang mengandung Fe dan Mn agar dapat
diaplikasikan dalam skala rumah tangga karena cukup sederhana dalam
pembuatan dan terjangkau dari aspek biaya pembuatan.
16

Disisi lain secara teknis penggunaan sistem filter tunggal terbukti kurang efektif
dalam menurunkan parameter kualitas air baku sehingga hasil akhir air olahan
masih belum memenuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai Permenkes RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990, tetapi dari kuantitas air hasil olahan terbukti cukup
banyak penurunnya atau lebih cepat jika dibandingkan dengan saringan pasir
lambat yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat.
c) Kemampuan Saringan Pasir Bertekanan (Pressure Sand Filter)
Saringan pasir bertekanan (pressure sand filter)dalam penelitian ini bekerja
melalui mekanisme filtrasi seperti pada saringan filter yang lain, yaitu proses
pemisahan zat padat dari cairan yang membawanya melalui media berpori atau
bahan berpori lainnya untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus
yang tersuspensi dan koloid. Secara teori proses filtrasi disamping dapat
mereduksi kandungan zat padat yang tersuspensi, dapat juga mereduksi
kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan mangan.
10. Kesimpulan
a) Kadar besi (Fe) mengalami penurunan sebesar 11,7% pada sampel I (debit 0,5
lt/menit), sampel II sebesar 28,6% (debit 1 lt/menit) dan sampel III sebesar
30,4% (debit 2 lt/menit).
b) Kadar mangan (Mn) mengalami penurunan sebesar 23,3% pada sampel I (debit
0,5 lt/menit), sampel II sebesar 28,6% (debit 1 lt/menit) dan sampel III sebesar
29,1% (debit 2 lt/menit).
c) Kadar kekeruhan mengalami penurunan sebesar 57,9% pada sampel I (debit 0,5
lt/menit), sampel II sebesar 43,2% (debit 1 lt/menit) dan sampel III sebesar
28,2% (debit 2 lt/menit). 4. Kadar bakteriologis (coliform) mengalami penurunan
sebesar 54,7% pada sampel I (debit 0,5 lt/menit), sampel II sebesar 71,9% (debit
1 lt/menit) dan sampel III sebesar 73,4% (debit 2 lt/menit).
11. Daftar pustaka
 Taufan, Annas, Model Alat Pengolahan Fe dan Mn Menggunakan Sistem
Venturi Aerator Dengan Variabel Kecepatan aliran dan Jumlah Pipa Venturi,
ITS Surabaya, 2010.
17

 Pembuatan Filter Untuk Menghilangkan Zat Besi dan Mangan Di Dalam Air,
Direktorat Teknologi Lingkungan Kedeputian Bidang Teknologi Informasi,
Energi dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, 2000

.
III.

ANALISIS PERBEDAAN KADAR BESI (Fe) MENGGUNAKAN SERBUK


CANGKANG TELUR PADA AIR SUMUR GALI

1. Abstrak
Air.merupakan zat yang dibutuhkan bagi tubuh manusia selain udara. Selain itu manfaat
air untuk mencuci, memasak, minum dan lain-lain. Tujuan untuk menganalisis perbedaan
kadar Besi (Fe) menggunakan serbuk cangkang telur sebagai adsorben pada air sumur gali.
Metode penelitian dilakukan dengan metode Eksperimen dengan menggunakan desain True
Eksperimental Design. menggunakan pendekatan rancangan Posttest Only Design. Hasil
penelitian dari pemberian serbuk cangkang telur sebesar 5 gram ,7 gram dan 9 gram pada
sampel A, B dan C (p-value 0,952 , 0,729 dan 0,118) mampu menurunkan kadar besi (Fe)
dalam air. Tetapi belum memenuhi syarat air bersih yang telah ditetapkan karena hasil yang
didapatkan angka kadar besi (Fe) masih diatas 1 mg/l. Dapat disimpulkan bahwa pemberian
serbuk cangkang telur sebesar 5 gram, 7 gram dan 9 gram pada air sumur mampu
menurunkan angka kadar besi (Fe) . Disarankan bagi masyarakat untuk mampu
memanfaatkan serbuk cangkang telur dalam penurunan.kadar besi (Fe) pada air sumur.
2. Pendahuluan
18

Air merupakan zat yang diperlukan penting bagi tubuh manusia setelah udara. Air
digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti untuk mencuci, memasak, minum dan lain-
lain. Namun, kualitas air yang digunakan untuk minum harus lebih tinggi dari pada air yang
digunakan untuk mencuci, memasak dan kebutuhan lainnya. Hal ini. disebabkan karena air
tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia (Wahyu Febriwani, Elliyanti, & Reza, 2017).
Sumber air bersih salah satunya yang dimanfaatkan oleh manusia, dan sumur gali masih ada
Masyarakat Sebagian besar yang menggunakan. Air tanah merupakan sebagian air hujan
yang mencapai permukaan bumi dan meresap.ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah.
Proses ini mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan
tanah dan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tertentu. Zatzat
mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium dan logam berat seperti besi. Jika
menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun tidak akan berbusa serta mengakibatkan
terbentuk endapan semacam kerak (Mashadi, Surendro, Rakhmawati, & Amin, 2018).
Tubuh manusia jika kelebihan kadar besi (Fe) mengakibatkan rusaknya organ-organ
penting dalam tubuh seperti pankreas, otot jantung dan ginjal. Air yang mengandung besi.
(Fe) sangat tidak diinginkan pada kebutuhan rumah tangga karena dapat menimbulkan bekas
karat pada pakaian, porselin dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak
pada air minum (Suharno, 2018).
Potensi limbah cangkang telur di Indonesia cukup besar. Produksi telur ayam ras petelur
dan buras di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 220.224,03 ton per tahunnya. Sekitar 10%
dari telur merupakan cangkangnya, sehingga dihasilkan sekitar 22.022,403 ton cangkang
telur per tahun. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan atau
Kementerian Pertanian, pada tahun 2019 jumlah produksi telur ayam buras di Provinsi
Sumatera Barat mencapai angka 2.581,11 ton pertahunnya (Kementan, 2019).
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa efektifitas cangkang telur pada mengadsorpsi
logam.Fe menyatakan bahwa efisiensi tertinggi cangkang telur pada mengadsopsi logam
berat (Fe) yaitu 99,82% pada waktu pengadukan 60 menit dengan.ukuran 1000 mesh. Selain
itu proses adsorpsi dengan peningkatan jumlah adsorben berdampak pada penurunan efisiensi
jika tidak diimbangi dengan peningkatan waktu pengadukan (Faisol dkk., 2008 dalam
(Satriani & Ningsih, 2016)
3. Metode penelitian
19

Penelitian ini dilakukan dengan metode Eksperimen dengan menggunakan desain True
Eksperimental Design. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan Posttest Only
Design untuk melihat Analisis Perbedaan Kadar Besi (Fe) Menggunakan Cangkang Telur
Sebagai Adsorben Pada Air Sumur. Objek penelitiannya yaitu 3 air sumur gali. Setelah
dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus maka didapat jumlah pengulangan yaitu
sebanyak 9 kali pengulangan setiap sampel, karena pada penelitian ini jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 3 sampel. Jadi didapatkan 27 kali pengulangan pada 3 sampel yang
digunakan.

4. Hasil dan pembahasan


a) Sampel A
Pada sampel A, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang diberi serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar 1,34 dengan
standar deviasi 0,158. Pada sampel A, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang
diberi serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar
1,33 dengan standar deviasi 0,198. Pada sampel A, dari 3 kali pengulangan pada air
sumur gali yang diberi serbuk cangkang telur sebanyak 9 gram didapatkan rerata kadar
besi (Fe) sebesar 1,37 dengan standar deviasi 0,100.
Pada sampel A, rerata kadar besi (Fe) setelah pemberian serbuk cangkang telur
sebanyak 5 gram sebesar 1,34 dengan standar deviasi 0,158, setelah pemberian serbuk
cangkang telur 7 gram sebesar 1,33 dengan standar deviasi 0,198 dan setelah
pemberian serbuk cangkang telur 9 gram sebesar 1,37 dengan standar deviasi 0,100
dengan hasil uji statistik didapatkan P-value sebesar 0,952.
b) Sampel B
Pada sampel B, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang diberi serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar 1,30 dengan
standar deviasi 0,184. Pada sampel B, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang
diberi serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar
1,16 dengan standar deviasi 0,090. Pada sampel B, dari 3 kali pengulangan pada air
20

sumur gali yang diberi serbuk cangkang telur sebanyak 9 gram didapatkan rerata kadar
besi (Fe) sebesar 1,24 dengan standar deviasi 0,300. Pada sampel B, rerata kadar besi
(Fe) setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 1,30 dengan
standar deviasi 0,184, setelah pemberian serbuk cangkang telur 7 gram sebesar 1,16
dengan standar deviasi 0,090 dan setelah pemberian serbuk cangkang telur 9 gram
sebesar 1,24 dengan standar deviasi 0,300 dengan hasil uji statistik didapatkan P-value
sebesar 0,729.
c) Sampel C
Pada sampel C, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang diberi serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar 0,78 dengan
standar deviasi 0,165. Pada sampel C, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang
diberi serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar
0,62 dengan standar deviasi 0,026. Pada sampel C, dari 3 kali pengulangan pada air
sumur gali yang diberi serbuk cangkang telur sebanyak 9 gram didapatkan rerata kadar
besi (Fe) sebesar 0,57 dengan standar deviasi 0,096. Pada sampel C, rerata kadar besi
(Fe) setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 0,78 dengan
standar deviasi 0,165, setelah pemberian serbuk cangkang telur 7 gram sebesar 0,62
dengan standar deviasi 0,026 dan setelah pemberian serbuk cangkang telur 9 gram
sebesar 0,57 dengan standar deviasi 0,096 dengan hasil uji statistik didapatkan P-value
sebesar 0,118.
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
a) Kadar besi (Fe) air sumur sebelum pemberian serbuk cangkang telur adalah sampel A
sebesar 4,28 mg/l, sampel B sebesar 7,80 mg/l dan sampel C sebesar 4,42 mg/l.
b) Pada sampel A, rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 1,34 mg/l, rata- rata kadar besi (Fe) air
sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram sebesar 1,33 mg/l
dan rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur
sebanyak 9 gram sebesar 1,37 mg/l.
c) Pada sampel B, rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 1,30 mg/l, rata- rata kadar besi (Fe) air
21

sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram sebesar 1,16 mg/l
dan rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur
sebanyak 9 gram sebesar 1,24 mg/l.
d) Pada sampel C, rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 0,78 mg/l, rata- rata kadar besi (Fe) air
sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram sebesar 0,62 mg/l
dan rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur
sebanyak 9 gram sebesar 0,57 mg/l.
e) Pada sampel A, tidak adanya perbedaan yang signifikan kadar besi (Fe) antara
pemberian serbuk cangkang telur sebesar 5 gram, 7 gram dan 9 gram dengan P-value
sebesar 0,952 mg/l. Tetapi ada perbedaan kadar besi (Fe) antara sebelum dan sesudah
diberikan serbuk cangkang telur.
f) Pada sampel B, tidak adanya perbedaan yang signifikan kadar besi (Fe) antara
pemberian serbuk cangkang telur sebesar 5 gram, 7 gram dan 9 gram dengan P-value
sebesar 0,729 mg/l. Tetapi ada perbedaan kadar besi (Fe) antara sebelum dan sesudah
diberikan serbuk cangkang telur
g) Pada sampel C, tidak adanya perbedaan yang signifikan kadar besi (Fe) antara
pemberian serbuk cangkang telur sebesar 5 gram, 7 gram dan 9 gram dengan P-value
sebesar 0,118 mg/l. Tetapi ada perbedaan kadar besi (Fe) antara sebelum dan sesudah
diberikan serbuk cangkang telur.
6. Daftar pustaka
a) Ariyani, S. B. (2019). Karakteristik Bioadsorben dari Limbah Kulit Durian untuk
Penyerapan Logam Berat Fe dan Zn pada Air Sumur. Jurnal Teknologi Proses Dan
Inovasi Industri, 4(1), 23–28.
b) Auliah, I. N. (2019). Efektivitas Penurunan Kadar Besi (Fe) pada Air Sumur dengan
Filtrasi Serbuk Cangkang Kerang Variasi Diameter Serbuk. Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes, 10, 25–33.
c) BPS. (2019). Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Sumber Air Minum Bersih.
d) Budiman, C. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. Damanik, S. E. (2019). Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
22

e) Dian Pradana, T., Suharno, & Kamarullah, A. (2018). Efektivitas Koagulan Bubuk
Kapur Dan Filtrasi Dengan Metode Up Flow dan Down Flow Untuk Menurunkan Fe.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa, 5(1), 32–41.
f) file:///C:/Users/-ASUS-/Downloads/1731-7479-1-PB.pdf

IV.
LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate) SEBAGAI
BIOFILTER ZAT BESI (Fe) DAN ZAT KAPUR (CaCO3)

A. Abstrak
Air tanah atau air sumur merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan. Kendala
yang paling sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah masalah kandungan zat besi
(Fe) dan zat Kapur (CaCO3) yang terdapat dalam air baku. Air yang tercemar logam Fe dan
zat kapur yang tinggi, bila akan dikonsumsi maka perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahan air untuk menurunkan kadar Fe dan zat kapur dalam air dapat dilakukan
secara kimia dan fisika. Proses adsorpsi zat besi (Fe) dan zat kapur (CaCO3) dalam air secara
alami dapat dilakukan menggunakan tempurung kelapa, arang sekam padi, biji kelor, maupun
kulit pisang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah limbah kulit
pisang Kepok (Musa acuminate) dapat digunakan sebagai biofilter zat besi dan zat kapur
pada air. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang akan melihat efektifitas
perlakuan limbah kulit pisang kepok sebagai biofilter zat besi dan zat kapur pada air bersih.
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
mulai dari bulan Januari sampai Juli tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Limbah kulit pisang Kepok (Musa acuminate) efektif sebagai biofilter zat besi (Fe) dan tidak
efektif sebagai biofilter zat kapur (CaCO3).
23

B. Pendahuluan
Air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota digunakan untuk berbagai keperluan.
Seperti untuk air minum, memasak, mencuci dan sebagainya yang harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak air yang tercemar limbah rumah
tangga maupun limbah industri. Permasalahan ekologis yang menjadi perhatian utama pada
saat ini adalah menurunnya kualitas perairan oleh masuknya bahan pencemar yang berasal
dari berbagai kegiatan manusia seperti sampah pemukiman, sedimentasi dan siltrasi, industri,
pemupukan serta pestisida (Endra, 2013).
Air tanah atau air sumur merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan. Kendala
yang paling sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah masalah kandungan zat besi
(Fe) dan zat Kapur (CaCO3) yang terdapat dalam air baku. Zat besi maupun zat kapur, dalam
air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam bikarbonat, garam sulfat, hidroksida
dan juga dalam bentuk koloid atau dalam keadaan bergabung dengan senyawa organik
(Setiyono, 2014).
Senyawa besi dalam jumlah kecil didalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-
sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air,
tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi
mereka yang sering mendapat transfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena
akumulasi Fe.
Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi.
Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan
oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan
terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan
dimana terjadi muntah, kerusakan usus, penuaan dini, kematian mendadak, mudah marah,
radang sendi, cacat lahir, kanker, hepatitis, hipertensi, infeksi, insomnia, sakit liver, masalah
mental, rasa logam di mulut, rematik, sikoprenia, sariawan perut, sickle-cell anemia, keras
kepala sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam-hitaman,
sakit kepala, gangguan penyerapan vitamin dan mineral, serta hemokromatis (Parulian,
2009). Selain kandungan zat besi (Fe) yang tinggi dalam air tanah masyarakat, zat kapur
(CaCO3) juga merupakan salah satu senyawa yang banyak ditemukan dalam kondisi yang
24

melebihi batas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/ IV/2010


tentang persyaratan kualitas air minum kadar maksimum untuk kadar kapur pada air adalah
500 mg/L. Sehingga, diperlukan pengolahan agar air tanah ini dapat memenuhi baku mutu.
Air yang tercemar logam Fe dan zat kapur yang tinggi, bila akan dikonsumsi maka perlu
dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan air untuk menurunkan kadar Fe dan zat
kapur dalam air dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Secara kimia, air diolah
menggunakan koagulan, seperti: tawas, dan Poly Alumunium Chloride (PAC), sedangkan
secara fisika, air diolah dengan proses aerasi, sedimentasi, filtrasi, dan adsorpsi. Proses
adsorpsi logam Fe dan zat kapur dalam air secara alami dapat dilakukan menggunakan
tempurung kelapa, arang sekam padi, biji kelor, maupun kulit pisang (Mirwan, 2011).
Kulit pisang merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar
zat besi dan zat kapur secara alamiah karena kulit pisang merupakan bahan buangan atau
limbah buah pisang yang cukup banyak jumlahnya. Umumnya kulit pisang belum
dimanfaatkan secara nyata dan hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan
sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi dan kerbau. Jumlah dari kulit pisang cukup
banyak yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kulit pisang juga menjadi
salah satu limbah dari industri pengolahan pisang, namun bisa dijadikan teknologi dalam
penjernihan air (Lubis, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nirmala, dkk (2015) menunjukkan bahwa waktu
optimum yang diperlukan biocharcoal kulit pisang raja untuk menyerap ion tembaga adalah
60 menit dengan serapannya sebesar 99,64% sedangkan untuk ion besi adalah 45 menit
dengan serapannya sebesar 99,54%. Kulit pisang Kepok (Musa acuminate) memiliki
kandungan vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, selulosa, hemiselulosa, pigmen klorofil,
lemak, arabinosa, galaktosa, rhamnosa, dan asam galacturonic. Pisang Kepok dipilih karena
pisang ini memiliki kulit yang tebal dibandingkan dengan kulit pisang lainnya, dan pada kulit
pisang kepok terkandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Castro, dkk (2011) menyebutkan bahwa
selulosa dapat mengikat beberapa logam seperti
Hasil observasi awal yang dilakukan di sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kelurahan Talise khususnya di jalan Domba mempunyai ciri-ciri air tanah yang berwarna
kuning kecoklatan dan terdapat noda kuning pada bak penampungan air dan pada pakaian.
25

Selain itu, masyarakat juga mengeluh mengalami gatal-gatal pada kulit mereka. Kondisi ini
dimungkinkan karena air tersebut memiliki kadar besi yang tinggi. Sedangkan dari hasil
pemeriksaan sampel awal zat kapur (CaCO3) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah, dari 3 sampel yang diteliti yaitu Kelurahan Mamboro sebanyak 182,07 mg/l,
Kelurahan Talise sebanyak 585,45 mg/l, Kelurahan Birobuli Selatan sebanyak 333 mg/l yang
berasal dari sumur pompa dan sumur gali, menunjukan bahwa Kelurahan Talise yang
memiliki kadungan zat kapur melebihi kadar maksimum yang ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 492/ Menkes/Per/IV/2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah limbah Kulit Pisang Kepok (Musa
acuminate) dapat digunakan sebagai biofilter zat besi (Fe) dalam air
C. Bahan dan metode
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen pada dasarnya suatu usaha
penyelidikan yang hati-hati dan secara teratur terhadap suatu objek tertentu untuk
memperoleh suatu kebenaran atau bukti kebenaran (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (kulit pisang kepok) terhadap variabel terikat
(air sumur, kadar besi, kadar kapur). Sampel air diambil di Jalan Domba Kelurahan Talise
Kecamatan Mantikulore Kota Palu dan Pemeriksaan sampel air yang sudah diberi perlakuan
dilaksankanan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini
telah dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai Agustus 2018. Objek dalam penelitian ini
adalah sampel air bersih yang mengandung zat besi dan zat kapur yang diberi perlakuan
dengan menggunakan limbah kulit pisang Kepok.
D. Hasil
Sampel air dalam penelitian ini diambil dari sumur warga yang tinggal di jalan Domba
Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu sebanyak 10 Liter. Hasil pemeriksaan
kulit pisang Kepok (Musa acuminate) sebagai biofilter zat besi (Fe) dan zat kapur (CaCO3)
pada air sumur gali dapat dilihat pada tabel 1 (lampiran). Dari tabel tersebut menunjukkan
bahwa hasil rata-rata tingkat penurunan zat besi setelah diberi penambahan kulit pisang
Kepok sebanyak 20 gr yaitu untuk waktu pengamatan 5 menit terjadi penurunan dari 0,05
mg/L menjadi 0,0167 mg/L. Untuk waktu pengamatan 10 menit terjadi penurunan dari 0,05
mg/L menjadi 0,0147 mg/L dan untuk waktu pengamatan 15 menit terjadi penurunan dari
0,05 mg/L menjadi 0,0153 mg/L. Dari tabel 2 (lampiran) mengenai hasil pemeriksaan zat
26

kapur (CaCO3) menunjukkan bahwa hasil rata-rata tingkat zat kapur yang diperoleh
mengalami peningkatan. Untuk perlakuan waktu 5 menit mengalami kenaikan kadar zat
kapur dari 605,13 grL menjadi 700 mg/L; waktu 10 menit juga mengalami kenaikan dari
605,13 mg/L menjadi 706,6 mg/L. Sedangkan untuk waktu 15 menit juga masih mengalami
peningkatan kadar zat kapur dari 605,13 mg/L menjadi 695,8 mg/L
E. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan eksperimen sederhana yaitu dengan menambahkan limbah
kulit pisang Kepok pada air yang memikili kandungan zat Fe dan CaCO3 yang melebihi
Nilai Ambang Batas (NAB). Setelah dilakukan uji pendahuluan ternyata air sumur tersebut
memiliki kandungan ion logam zat besi sebesar 0,05 mg/L dan zat kapur sebesar 605,13
mg/L. Dari hasil penelitian limbah kulit pisang Kepok sebagai biofilter zat Fe dan CaCO3
yang telah diperoleh, dapat dijelaskan seperti di bawah ini:
a) Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate) Sebagai Biofilter zat Besi (Fe)
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian maka diketahui kandungan Fe
pada air sumur sebelum dilakukan perlakuan adalah sebesar 0,05 mg/L, jika
dibandingkan setelah perlakuan menggunakan limbah kulit pisang Kepok maka hasil
rata-rata yang diperoleh menunjukkan penurunan kandungan zat besi. Dari hasil
penelitian juga diketahui bahwa penurunan kandungan zat besi pada waktu kontak 10
menit lebih banyak dibandingkan penuruanan dengan kontak selama 15 menit. Hal ini
menunjukkan bahwa waktu efektif yang digunakan untuk menurunkan kandungan zat
besi pada air sumur gali dengan menggunakan biofilter limbah kulit pisang Kepok
adalah 10 menit. Selain terjadi penurunan kandungan zat Fe pada air sumur yang
disaring, dapat dilihat perbedaan dari segi fisik juga, air yang sebelumnya berbau
seperti karat menjadi tidak berbau lagi, karena pada perendaman kulit pisang Kepok
dapat menyerap ion Fe dengan efektif. Ditinjau dari struktur kulit pisang Kepok di
setiap perendaman yang berbeda dapat mempengaruhi sifat dan muatan elektrostatis
dari partikel kulit pisang Kepok. Waktu kontak yang diberikan membuat banyak
kesempatan partikel kulit pisang Kepok untuk bersinggungan dengan logam Fe yang
terikat di dalam pori-pori kulit pisang Kepok. Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sitanggang (2010) meskipun dengan menggunakan media yang
27

berbeda yaitu karbon aktif sekam padi yang dapat menurunkan kadar Fe pada air
sumur gali sebesar 77,24%.
b) Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate) sebagai Biofilter zat Kapur (CaCO3)
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian maka diketahui kandungan
CaCO3 pada air sumur sebelum dilakukan perlakuan adalah sebesar 605,13 mg/L,
jika dibandingkan setelah perlakuan menggunakan limbah kulit pisang Kepok, hasil
rata-rata yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kandungan zat CaCO3
baik untuk waktu 5 menit, 10 menit maupun 15 menit sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa limbah kulit pisang Kepok tidak efektif sebagai biofilter
kandungan zat kapur pada air sumur bahkan justru dapat menambah kandungan zat
kapurnya.
Kulit pisang kepok tidak cocok untuk digunakan sebagai biofilter zat kapur karena
ternyata buah pisang dalam 100 gram daging buahnya mengandung zat kapur
sebanyak 358 mg. Hal ini menyebabkan kandungan zat kapur yang ada pada air
sumur berakumulasi/bertambah dengan zat kapur yang ada pada kulit pisang kepok.
Sedangkan bila dibandingkan dengan kandungan zat besi dalam 100 gram daging
buah pisang hanya mengandung 0,26 mg zat besi (Anonim, 2007).
7). Dari penelitian ini diketahui bahwa untuk menurunkan kandungan zat kapur
dibutuhkan media lain seperti penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Cahya
(2015) yang menggunakan media Abu Sekam Padi dengan ketebalan 15 cm dapat
menunurnkan kandungan zat kapur sebesar 67,78%. Selain itu banyak penelitian lain
yang telah berhasil menurukan senyawa kimia dengan menggunakan media abu
sekam padi dan arang aktif seperti penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan
Amirsan (2015) yang menunjukkan bahwa arang aktif lebih efektif dibandingkan abu
sekam padi dalam menurunkan kandungan BOD dan COD limbah cair Industri Tahu
dengan penurunan kandungan masing-masing 39,2 mg/L dan 78,9 mg/L.
c) Perbandingan Efektifitas Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate) dalam penurunan Fe
dan CaCO3.
Kandungan Fe dan CaCO3 setelah perlakuan mendapatkan hasil yang bertolak
belakang. Penurunan kandungan Fe lebih signifikan dibandingkan kandungan CaCO3
yang mengalami peningkatan. Adanya perbedaan nilai pengamatan pada Fe dan
28

CaCO3 disebabkan gugus karboksilat dianggap sebagai asam dan memiliki afinitas
yang lebih tinggi untuk basa menengah atau kuat. Ion Fe merupakan basa menengah
sedangkan CaCO3 dianggap sebagai basa lemah karena tingginya polarisabilitas lebih
besar dari radius ion dan meyebabkan penurunan lebih rendah. Limbah kulit pisang
kepok dapat menyerap ion logam Fe lebih baik dibandingkan menyerap CaCO3. Hal
ini diakibatkan karena polaritas ion logam Fe yang lebih besar jika dibandingkan
dengan CaCO3 sehingga ion logam ini akan lebih mudah berikatan dengan adsorben
yang bersifat polar (Apriliani, 2010). Berdasarkan tabel periodik unsur Fe juga
memiliki keeloktronegatifan yang lebih besar dibandingkan CaCO3 karena itulah
diperoleh hasil bahwa penyerapan logam Fe lebih tinggi dari CaCO3. Pada penelitian
ini limbah kulit pisang kepok lebih efektif untuk menurunkan kandungan zat Fe
karena Fe dapat membentuk kompleks yang stabil dengan zat organik yang larut
dalam air, dimana secara kimia Fe merupakan logam yang cukup aktif, hal ini karena
Fe dapat bersenyawa dengan unsur lain seperti fosfor. Sedangkan kandungan zat
kapur tidak efektif karena CaCO3 di alam jarang sekali berada dalam keadaan unsur,
umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan berbagai macam valensi
(Widowati, 2008). Hewett (2011), menyebutkan bahwa kulit pisang kepok (Musa
acuminate) didalamnya mengandung beberapa komponen biokimia antara lain
selulosa, hemiselulosa, pigmen klorofil dan zat pektin yang mengandung asam
galacturonic, arabinosa, galaktosa dan rhamnosa. Asam galacturonic dapat mengikat
ion logam berat, asam ini dapat mengikat logam yang ada di air. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Jusmanizah (2011), menunjukkan bahwa karbon aktif
kulit singkong dengan kadar 2 gr untuk setiap 500 ml air sumur dapat menurunkan
tingkat kadar Fe dan Mn. Kadar Fe yang sebelumnya 2,33 mg/L turun menjadi 0,08
mg/L, sedangkan kadar Mn sebelum pengolahan yaitu 2,59 mg/L turun menjadi 0,81
mg/L.
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini antara lain:
a) Limbah kulit pisang Kepok (Musa acuminate) efektif dalam menurunkan kandungan
zat besi (Fe).
29

b) Limbah kulit pisang Kepok (Musa acuminate) efektif dalam menurunkan kandungan
zat besi (Fe)

G. Daftar pustaka
a) Adinata MR. 2013. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Karbon Aktif, Skripsi:
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya.
b) Budiman dan Amirsan. 2015. Efektivitas Abu Sekam Padi dan Arang Aktif Dalam
Menurunkan Kadar BOD dan COD pada Air Limbah Cair Industri Tahu Super Afifah
Kota Palu. Jurnal Healthy Tadulako. Vol. 1 No. 2
c) Budiman dan Cahya. 2015. Efektivitas Abu Sekam Padi sebagai Biofilter Zat Kapur
(CaCO3) pada Air Sumur Gali di Jalan Domba Kelurahan Talise. Jurnal Higine, Vol 1
No 1.
d) Castro, Laercio caetano, Guilherme ferreira, Pedro, Margarida, Luiz, Marco antonio
and Gustavo. 2011. Banana Peel Applied to the Solid Phase Extraction of Copper and
Lead from River Water: Preconcentration of Metal Ions with a Fruits Waste, Industrial
and Engineering Chemistry Research, 50: 3446-3451.
e) Jusmanizah. 2011. Efektivitas Karbon Aktif Kulit Singkong Dalam Menurunkan
Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn) Air Sumur Gali Di Desa Amplas Kecamatan
f) Setiyono A, 2014, Studi Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Gali Di Desa
Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, Jurnal
Kesehatan Komu nitas Indonesia Vol.
30

g) Qurrata. G. 2013. Penurunan kandungan zat kapur dalam air tanah dengan
menggunakan media zeolit alam dan karbon aktif menjadi air bersih. Jurnal Tekni

V.

Efektivitas Metode Filtrasi dan Adsorpsi dalam Menurunkan Kesadahan Air Sumur di
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi

A. Abstrak
Penggunaan air dengan kesadahan tinggi dan pH tidak netral dapat mengakibatkan
kerusakan pada peralatan rumah tangga dan juga akan mengakibatkan gangguan kesehatan
seperti cardiovascular desease dan urolithalisis. Air sumur yang digunakan masyarakat di
wilayah kerja Kecamatan Kota Baru Kota Jambi memiliki kesadahan yang tinggi dengan ciri-
ciri menimbulkan kerak pada peralatan masak, endapan warna putih pada tempat
penampungan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode filtrasi dan
adsorpsi terhadap derajat pH air dan tingkat kesadahan air. Penelitian ini merupakan
penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan time series design. Sampel penelitian ini
yaitu air sumur. Pengambilan data dengan melakukan pengukuran pH menggunakan pH
meter dan kesadahan air dengan metode titrimetri. Data di analisis dengan cara melihat
perubahan derajat keasaman (pH) dan persentase perubahan kesadahan air. Hasil penelitian
menunjukkan pH air sebelum pengolahan yaitu 4 dan meningkat pada lama kontak
31

B. Pendahuluan
Air merupakan salah satu komponen utama pembentuk jasmani manusia. Tubuh laki-laki
dewasa mengandung air sebayak 60% berat badan, sedangkan perempuan sebanyak 50%
berat badannya. Sebanyak 55% sampai 75% persen air di dalam tubuh berada di bagian intra
seluler dan 25% sampai 45% berada di bagian ekstraseluler. Sebagai komponen yang sangat
penting bagi kehidupan manusia, air menjadi faktor dasar penentu tingkat kesehatan
masyarkat atau kelompok masyarakat (1). Air yang digunakan untuk konsumsi sebaiknya
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya tidak berwarna, temperatur normal, rasanya
tawar, tidak berbau, jernih atau tidak keruh serta tidak mengandung zat padatan (2). Masalah
yang sering dihadapi dalam pengelolaan air tanah adalah kesadahan. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan dalam proses pengambilannya dari dalam tanah melewati berbagai lapis tanah
diantaranya adalah tanah kapur yang mengandung Ca dan Mg, sehingga air tersebut menjadi
sadah. Air sadah banyak dijumpai pada daerah yang lapisan tanah atas tebal dan ada
pembentukan batu kapur (3). Standar kesadahan air berdasarkan Permenkes
No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Kualitas Air Minum yaitu maksimum 500 mg/l. Air
dengan kadar kesadahan yang tinggi atau yang melebihi nilai ambang batas apabila di
konsumsi tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu akan mengakibatkan berbagai masalah
kesehatan. Dampak yang ditimbulkan akibat air sadah bagi kesehatan antara lain adalah
dapat menyebabkan cardiovascular Desease (penyumbatan pembuluh darah jantung) dan
urolithiasis (batu ginjal) (4). Salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh manusia
sebagian besar masih menggunakan air dari sumur gali. Air tanah merupakan sebagian air
hujan yang mencapai permukaan bumi dan meresap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air
tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa
lapisan tanah dan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tertentu.
Zat-zat mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium dan logam berat seperti besi.
Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun tidak akan berbusa dan
akan terbentuk endapan semacam kerak (5). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
derajat keasaman (pH) dan tingkat kesadahan pada air sumur sebelum dan sesudah dilakukan
pengolahan dengan proses filtrasi dan adsorpsi dengan media pasir, batu, ijuk, arang aktif dan
zeolit.
C. Metode
32

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan time series
design. Pengukuran pada subjek dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakukan.
Kemudian di cari perbedaan antara hasil pengukuran keduanya. Perbedaan tersebut dianggap
sebagai efek dari perlakuan. Sampel dalam penelitian ini yaitu air sumur masyarakat di
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi. Metode pengukuran pH berdasarkan aktifitas ion
hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan alat yaitu pH meter dan
pengukuran kesadahan air dengan metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L air.
Data di analisis dengan cara melihat perubahan derajat keasaman pH dan persentase
perubahan kesadahan air.

D. Hasil dan pembahasan


Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan air sumur dengan proses filtrasi dan adsorpsi
dengan lama kontak bervariasi yaitu selama Standar derajat pH air berdasarkan Permenkes
No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Kualitas Air Minum yaitu 6,5 – 8,5. Kondisi ini
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mashadi dkk pada tahun 2018 dengan
menggunakan tiga media yaitu pasir, karbon aktif dan zeolit pada metode filtrasi dapat
menaikkan kualitas air untuk pH, sekaligus menurunkan Fe, menurunkan kekeruhan. Hasil
penelitian Rusdiana dkk pada tahun 2017 menunjukkan ada pengaruh yang nyata pada
penggunaan kombinasi filter terhadap peningkatan pH air sumur. Salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai kualitas air minum yang aman untuk dikonsumsi adalah derajat
keasaman (pH). Penyimpangan standar kualitas air minum dibawah nilai ambang batas dalam
hal ini pH yang lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar dari 8,5 dapat menyebabkan senyawa
kimia yang ada di dalam air dapat berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan.
Bahan-bahan kimia yang terdapat di dalam air akan memberikan pengaruh terhadap
kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas
kation dan anion terlarut dan kesadahan air (10). pH digunakan untuk menyatakan sebagai
intesitas atau derajat keasaman suatu cairan encer dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya.
33

pH merupakan salah satu parameter yang sangat penting yang digunakan untuk mengalisa
kualitas air, hal ini karena pengaruhnya terhada berbagai proses biologis dan kimia di
dalamnya. Air yang digunakan untuk keperluan konsumsi manusia sebaiknya memiliki pH
netral, karena nilai pH berhubungan dengan efektifitas klorinasi. pH pada prinsipnya dapat
mengontrol keseimbangan proporsi kandungan antara senyawa karbon dioksida, karbonat
dan bikarbonat.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan derajat
keasaman (pH) air sumur setelah dilakukan pengolahan dengan cara filtrasi dan adsorpsi dan
terjadi penurunan pada tingkat kesadahan air setelah dilakukan pengolahan dan setelah
dilakukan pengolahan dengan cara filtrasi dan adsorpsi. Semakin lama kontak dalam proses
filtrasi dan adsorpsi akan semakin efektif terhadap peningkatan derajat keasaman (pH) air
sumur dan penurunan tingkat kesadahan air sumur.

F. Daftar pustaka
1. Purwana R. Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan Dalam Kejadian Bencana.
1st ed. Jakarta: Rajawali Press; 2013.
2. Kusnaedi. Mengelola Air Kotor Menjadi Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya; 2010.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum. Jakarta; 2010.
4. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC; 2007.
5. Bobihu R. Uji Kadar Kesadahan Sumber Air Minum pada Kejadian Penyakit Batu
Saluran Kemih di Desa Barakati Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo [tesis].
2012.
6. Mashadi A, Surendro B, Rakhmawati A, Amin M. Peningkatan Kualitas pH, Fe dan
Kekeruhan Dari Air Sumur Gali Dengan Metode Filtrasi. Jurnal Riset Rekayasa Sipil.
2018;
7. Putra NU. Manajemen Kualitas Air Pada Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan
Dan Perikanan; 2011.
34

8. Fauziah, A., Notoadmodjo, S., & 2 , Masyitah, S., (2018) Determinan kejadian difteri
di rumah sakit umum (rsu) kabupaten tangerang determinants of the occurrence of
diphtheria in the tangerang district general hospital, Jurnal Formil (forum ilmiah)
kesmas respati, volume 3, nomor 2, oktober 2018.
9. file:///C:/Users/-ASUS-/Downloads/323-792-1-SM.pdf

VI.

PERBEDAAN VARIASI KETEBALAN MEDIA FILTER ARANG AKTIF TERHADAP


PENURUNAN

A. Abstrak
Total Dissolved Solids (TDS) merupakan benda padat terlarut yaitu semua mineral, logam,
garam serta anion-kation yang terlarut dalam air. Metode filtrasi dapat menurunkan
kadar Total Dissolved Solids (TDS) dan dapat menggunakan media filter arang aktif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar Total Dissolved Solids (TDS)
dengan perbedaan variasi ketebalan media filter arang aktif.
B. Metode
Penelitian ini bersifat eksperimen dengan desain penelitian pretest-postest without control.
Penelitian ini dilakukan dengan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan sebanyak 6 kali
35

pengulangan. Populasi dalam penelitian ini adalah air bersih yang berasal dari sumur di PT.
X dengan sampel sebanyak 36 sampel.
C. Hasil
Penurunan kadar Total Dissolved Solids (TDS) pada air bersih menggunakan media filter
arang aktif dengan ketebalan 100 cm didapatkan rata–rata 909 mg/l, ketebalan 110 cm
didapatkan rata–rata 700,5 mg/l, dan ketebalan 120 cm didapatkan rata–rata 608,8 mg/l.
D. Kesimpulan
Filter dengan media arang aktif pada tiga ukuran ketebalan yang berbeda efektif menurunkan
kadar Total Dissolved Solids (TDS) pada air bersih di Industri Susu X. Peneliti selanjutnya
dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai timelife media filter arang aktif dalam
mengadsorpsi kadar Total Dissolved Solids (TDS).
E. Daftar pustaka
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/50475

VII.
PENGARUH KOMBINASI KETEBALAN MEDIA FILTER PASIR DAN ZEOLIT
TERHADAP PENURUNAN KADAR KESADAHAN PADA AIR SUMUR DI DESA
KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI

A. Abstrak
Kadar kesadahan di Desa Kismoyoso melebihi standar sehingga perlu diolah terlebih
dahulu sebelum dikonsumsi. Salah satu pengolahan air sumur dengan cara filtrasi
menggunakan media filter pasir dan zeolit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit terhadap penurunan kadar
kesadahan air sumur. Metode penelitian ini eksperimen dengan menggunakan rancangan
pretest-posttest dengan kelompok kontrol. Populasi penelitian ini adalah seluruh sumur gali
yang ada di Desa Kismoyoso. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 72 liter, air sumur
36

diambil dari rumah Bapak Burhan ditentukan dengan teknik purposive sampling. Hasil uji
laboratorium menunjukkan pada kontrol kadar kesadahan ratarata sebesar 562 mg/l.
Perlakuan dengan ketebalan 50 cm rata-rata penurunan sebesar 366 mg/l, ketebalan 55 cm
sebesar 417 mg/l, dan ketebalan 60 cm sebesar 445 mg/l. Ketebalan yang paling efektif
adalah ketebalan 60 cm dengan efektivitas sebesar 79,18%. Uji statistik menggunakan anova
satu jalur menunjukkan bahwa ada pengaruh kombinasi ketebalan media filter pasir dan
zeolit terhadap penurunan kadar kesadahan air sumur (p = 0,000 ≤
B. Pendahuluan
Air merupakan salah satu komponen pembentuk lingkungan sehingga tersedianya air
yang berkualitas akan menciptakan lingkungan yang baik. Bagi manusia, air berperan
penting dalam kegiatan pertanian, industri, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Air
yang digunakan harus memenuhi syarat baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara
kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat
ditinjau dari segi fisika, kimia, dan biologi (Kusnaedi, 2010). Peningkatan kuantitas air
merupakan syarat kedua setelah kualitas air, karena semakin maju tingkat hidup seseorang,
maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk
keperluan minum dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara
keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia
diperkirakan sebesar 120 liter/hari (Asmadi, dkk, 2011). Perkembangan peradaban dan
bertambahnya jumlah penduduk di dunia menyebabkan bertambahnya aktivitas kehidupan
manusia, yang mau tidak mau menambah pengotoran dan pencemaran air yang pada
hakikatnya dibutuhkan. Beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan
air (khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber-sumber air yang ada di dekatnya
dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Namun sekarang ini, khususnya di
kota yang sudah langka akan sumber air minum yang bersih, masyarakat tidak mungkin
menggunakan cara demikian Air di bumi terutama di Indonesia sudah banyak tercemar,
sehingga tidak layak konsumsi lagi. Bahkan untuk dipakai mandi pun dapat menyebabkan
gatal-gatal dan masalah pada kulit. Air yang sudah tercemar tersebut dapat digunakan, namun
sebelum digunakan harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan air dimaksudkan untuk
mendapatkan kualitas air yang layak dan aman dikonsumsi (Kumalasari dan Yogi, 2011).
Filtrasi merupakan salah satu proses pengolahan air, yang merupakan proses penghilangan
37

partikel-partikel atau flok-flok halus yang lolos dari unit sedimentasi, dimana partikel-
partikel atau flok-flok tersebut akan tertahan pada media penyaring selama air melewati
media tersebut. Filtrasi diperlukan untuk penyempurnaan penurunan kadar kontaminan
seperti bakteri, warna, bau, dan rasa, sehingga diperoleh air bersih yang memenuhi standar
kualitas air minum (Asmadi, dkk, 2011). Berdasarkan hasil survei pendahuluan peneliti di
Dukuh Banjarejo Desa Kismoyoso Ngemplak Boyolali diketahui bahwa air di daerah
tersebut berkapur atau air sadah. Warga banyak yang mengeluh airnya berkapur dan
berwarna putih bila diendapkan, pada waktu dimasak menimbulkan kerak di ketel. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai air minum warga membeli air isi ulang dan untuk
memasak masih tetap menggunakan air yang berkapur.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit terhadap
penurunan kesadahan pada air sumur di Desa Kismoyoso, Ngemplak Boyolali
2. Tujuan Khusus
 Mengetahui kadar kesadahan pada air sumur
 Mengetahui kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit yang paling
efektif terhadap penurunan kesadahan pada air sumur
D. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen (Experiment) dengan rancangan
penelitian pretest-posttest dengan kelompok kontrol (pretest-posttest with control group).
Dalam rancangan ini dilakukan pengelompokkan anggota kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen berdasarkan acak atau random. Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua
kelompok dan diikuti intervensi atau perlakuan (X) pada kelompok eksperimen. Setelah itu
dilakukan posttest (02) pada kedua kelompok tersebut. Penelitian akan dilaksanakan pada
bulan Juli 2014. Lokasi tempat pengambilan sampel dalam penelitian ini di rumah Bapak
Burhan di Dukuh Banjarejo RT.03 RW.10 Desa Kismoyoso Ngemplak Boyolali, sedangkan
untuk pemeriksaan kesadahan dilakukan di Laboraturium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Air sumur yang digunakan sebagai sampel dalam
penelitian ini sebanyak 60 liter. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
purposive sampling. kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit. Analisis bivariat ini
38

bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit
dalam menurunkan kadar kesadahan pada air sumur. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan uji anova. Analisis dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS dengan
tingkat kepercayaan 99%, dengan interpretasi jika p value ≤ 0,01 maka hipotesis penelitian
diterima dan jika p value > 0,01 maka hipotesis penelitian ditolak.
E. Hasil
1) Hasil pengukuran pH
Hasil pengukuran pH tidak ada perubahan baik sebelum perlakuan, pada kontrol,
maupun setelah mendapatkan perlakuan dengan media filter pasir dan zeolit dengan
ulangan 3 kali yaitu pH sebesar 7,2.
2) Hasil pengukuran suhu
Hasil pengukuran suhu tidak ada perubahan baik sebelum perlakuan, pada kontrol,
maupun setelah mendapatkan perlakuan dengan media filter pasir dan zeolit dengan
ulangan 3 kali yaitu suhu 25 ˚C.
3) Hasil pengukuran kesadahan
Ada penurunan kadar kesadahan setelah mendapatkan perlakuan filtrasi dengan media
filter pasir dan zeolit perbandingan (1:1). Rata-rata kadar kesadahan sebelum filtrasi
562 mg/l sebagai CaCO3, rata-rata sebagai kontrol 562 mg/l sebagai CaCO3, dan
rata-rata kadar kesadahan yang paling rendah adalah setelah perlakuan dengan filtrasi
dengan ketebalan 60 cm yaitu sebesar 116 mg/l sebagai CaCO3.
4) Keefektifan kombinasi media filter terhadap penurunan kadar kesadahan
Keefektifan kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit yang paling tinggi
adalah pada ketebalan 60 cm yaitu sebesar 79,18%.
5) Hasil uji anova
Diketahui nilai p = 0,000 ≤ α = 0,01 sehingga Ho ditolak yang artinya ada pengaruh
yang signifikan berbagai kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit terhadap
penurunan kadar kesadahan air sumur di Desa Kismoyoso, Ngemplak, Boyolali.
F. Pembahasan
1) Pengukuran pH
Berdasarkan hasil pengukuran pH diperoleh pH sebelum perlakuan, pada kontrol
maupun setelah perlakuan dengan media filter pasir dan zeolit dengan 3 kali
39

pengulangan besarnya sama yaitu 7,2. Menurut Kusnaedi (2010) pH air minum harus
netral yaitu 7, apabila pH < 7 bersifat asam dan pH > 7 bersifat basa. Dampak yang
timbul apabila air yang bersifat asam dikonsumsi terus-menerus akan menyebabkan
meningkatnya asam lambung dan air yang bersifat basa bila dikonsumsi terus
menerus akan menyebabkan perubahan patologis pada otot sel jantung dan
meningkatkan risiko serangan jantung (Asmadi, dkk, 2011).
2) Pengukuran suhu
Hasil pengukuran suhu yang dilakukan sebelum dan setelah perlakuan dengan 3 kali
pengulangan, diketahui suhu air tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 25˚C. Air
yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26˚C). Air
yang mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara, berarti
mengandung zat-zat tertentu (misalnya, fenol yang terlarut di dalam air cukup
banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap
energi dalam air (Kusnaedi, 2010).

G. Kesimpulan
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
 erdapat pengaruh kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit
perbandingan (1:1) dengan berbagai ketebalan terhadap penurunan kadar
kesadahan pada air sumur di Desa Kismoyoso Ngemplak Boyolali.
 Kadar kesadahan air sumur di Desa Kismoyoso Ngemplak Boyolali sebelum
dilakukan perlakuan sebesar 562 mg/l sebagai CaCO3.
 Kadar kesadahan air sumur di Desa Kismoyoso Ngemplak Boyolali setelah
dilakukan perlakuan dengan media filter pasir dan zeolit perbandingan (1:1)
untuk ketebalan 50 cm rata-rata kadar kesadahan sebesar 196 mg/l, ketebalan
55 cm sebesar 145 mg/l dan untuk ketebalan 60 cm sebesar 116 mg/l.
40

 Kombinasi ketebalan media filter pasir dan zeolit yang paling efektif dalam
menurunkan kadar kesadahan pada air sumur di Desa Kismoyoso Ngemplak
Boyolali adalah ketebalan 60 cm dengan keefektivan sebesar 79,18%
H. Daftar pustaka
1. Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta.: Andi Offset. Alaerts, G dan Sri
Sumestri, S. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.
2. Asmadi, Khayan, dan Heru, SK. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Yogyakarta :
Gosyen Publishing. Depkes RI. 2010. Peraturan Ment
3. Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum: Jakarta.
4. Joko, T. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
5. Kumalasari, F dan Yogi, S. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air
Bersih Hingga Layak Minum. Bekasi : Laskar Aksara.
6. Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mubarak dan Nurul, C. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Amplikasi. Jakarta
: Salemba Medika
7. Ristiana, N, Dwi Astuti, dan Tri Puji, K. 2009. Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit
dengan Arang Aktif dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah
Weru Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan. Vol. 2. No. 1 : 91-102.
8. Suyono dan Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : EGC.
9. file:///C:/Users/-ASUS-/Downloads/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
41

VIII.
PENGARUH PENGGUNAAN FILTER MULTIMEDIA TABUNG SILINDER
TERHADAP KEMAMPUAN MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR
GALI DESA KLAHANG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN
BANYUMAS TAHUN 2017

A. Abstrak
Air yang mengandung kadar besi akan berwarna keruh, menimbulkan rasa, bau logam
yang amis pada air.. Salah satu cara untuk menurunkan kadar Fe adalah dengan cara filtrasi.
Filter multimedia tabung silinder merupakan gabungan media pasir aktif, zeolit dan karbon
aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan filter multimedia
tabung silinder dalam menurunkan kadar Fe air sumur gali desa Klahang kecamatan Sokaraja
Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperiment dengan
42

rancangan pre test dan post test control group design. penelitian menggunakan 4 alat dengan
masing alat terdapat ketebalan masing-masing filter 10 cm, 20 cm, 30 cm dan 40 cm. Jumlah
unit percobaan dalam penelitian ini 4 sampel dengan 3 replikasi. Kadar Fe sebelum perlakuan
sebesar 3,38 mg/L setelah perlakuan dengan ketebalan 10 cm, 20 cm, 30 cm dan 40 cm kadar
Fe adalah 3,03 m/L, 1,88 mg/L, 0,75 mg/L dan 0,42 mg/L. Hasil uji paired t test menunjukan
nilai sig 0,232, 0,038, 0,022 dan 0,016 (nilai sig
B. Pendahuluan
Air merupakan konstituent atau unsur yang sangat pokok di alam serta merupakan kebutuhan
yang sangat vital bagi kebutuhan seluruh mahluk hidup. Sejalan dengan perkembangan
penduduk dunia serta perkembangan industri yang sangat pesat, maka banyak sumber air
yang mulai tercemar oleh limbah domestik maupun limbah industri. Keberadaan air di bumi
ini perlu kita lestarikan dan perlu kita jaga dari dampak pencemaran baik yang disebabkan
karena kegiatan manusia maupun pencemaran secara alami (Nusa Idaman Said, 2002). Air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memiliki kualitas yang memenuhi syarat
kesehatan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatn Republik Indonesia
No.416/Menkes/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Air bersih
harus memenuhi syarat kualitas yang meliputi syaratfisika, kimia, biologi, dan radioaktif.
Syarat fisik air bersih yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Syarat kimia air
bersih yaitu air tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan
manusia. Syarat biologi yaitu air tidak mengandung mikroorganisme atau kuman. Sedangkan
syarat radioaktif yaitu tidak mengandung unsur radioaktif dalam air yang dapat mengganggu
kesehatan. Air yang tidak memenuhi syarat fisik dapat dilihat dari bau dan tingkat kekeruhan.
Kekeruhan dalam air dapat disebabkan oleh pertumbuhan fitoplankton, kegiatan manusia
yang mengganggu tanah seperti konstruksi dapat menyebabkan tingkat sedimen yang tinggi
ketika memasuki perairan selama musim hujan karena limpasan air hujan sehingga
menciptakan air keruh. Menurut Permenkes 416/Menkes/IX/ Tahun 1990 kekeruhan yang
memenuhi standar baku mutu yaitu kurang dari 5 NTU. Air yang mengandung kadar besi
akan berwarna keruh, menimbulkan rasa, bau logam yang amis pada air, terdapat warna
coklat pada pakaian putih, muncul noda coklat pada dinding bak, dan mengakibatkan
penyumbatan pada pipa (Sasandra,Mahawati,Hartini, 2013).
43

Berbagai macam cara dilakukan untuk menurunkan kadar Fe seperti yang dilakukan oleh Ika
Ayuningtyas (2014) menyebutkan dengan pemakaian bahan kimia pemutih pakaian. Namun
dampak yang ditimbulkanapabila bereaksi dengan zat organik akan membentuk senyawa
karsinogenik. Disamping itu pengolahan air sumur untuk pengurangan kadar Fe pada skala
rumah tangga dapat dilakukan dengan menggunakan filter yaitu mangan zeolit dan karbon
aktif (Nusa Idaman Said,1999).
C. Tinjauan pustaka
Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan
sumur, terowongan atau sistem drainase. Dapat juga disebut aliran yang secara alami
mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan Robert J Kodate,1996,h 7).
Menurut Basuki Hardjojo (2008, h. 1.6) menyebutkan bahwa air tanah tersedia dengan
kedalaman layak dengan sebagian atau seluruh kebutuhan penggunaan dapat disuplai dari air
pompa. Air tanah dipengaruhi air hujan yang sama, seperti air permukaan maka perlakuan
yang sama harus dilakukan dalam merencanakan pengelolaannya. Pengambilan air tanah
untuk digunakan harus hati-hati karena selama pengambilan itu tidak melebihi pengisian
kembali selama periode waktu yang layak dan tidak menurunkan tingkat ketinggian air tanah
atau melebihi pemulihan kembali sehingga mengganggu penggunaan air lainnya.
Menurut Nusa Idaman Said (2008) pengertian besi adalah “Besi atau Ferrum (Fe) adalah
metal berwarna abu-abu, liat, dan dapat di bentuk termasuk unsur logam golongan VII,
dengan berat atom 55,85, berat jenis 7,86 dan mempunyai titik lebur 2450 0 C”. Besi ditemui
pada hampir setiap tempat tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air.
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/L, tetapi di dalam air tanah
kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Jika air yang mengandung besi dibiarkan terkena udara atau
oksigen maka reaksi oksidasi besi akan timbul secara perlahan mambentuk endapan atau
gumpalan koloid dari oksida besi. Endapan koloid akan menempel atau tertinggal dalam
sistem perpipaan menyebabkan noda kain, perkakas dapurdan menimbulkan bau.
Besi di dalam air menimbulkan efek diantaranya bau, warna kuning, rasa, pengendapan pada
din dng pipa, bersifat korosif, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Air akan terasa tidak
enak bila konsentrasi besi terlarutnya > 1,0 mg/L. Menurut Nusa Idaman Said ( 2008, h. 30)
Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe didalam tubuh
dikendalikan pada fase absorsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeskresikan Fe. Sekalipun Fe
44

itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian
seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe dapat di akumulasikan di
dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru.
D. Bahan dan metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah Pra Eksperiment dengan rancangan pre test and
post test control group design. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Paried t
test untuk mengetahui pengaruh penggunakan filter multimedia tabung silinder dalam
menurunkan kadar Fe dan dilanjutkan anova one way untuk mengetahui perbedaan efektifitas
masing-masing ketebalan filter dan regresi untuk mengetahui ketebalan yang paling efektif
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah filter multimedia tabung silinder, Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kadar kadar Fe, variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah
pH, suhu, bau, rasa, kekeruhan, variabel kontrol dalam penelitian ini adalah lama kontak,
panjang pipa, diameter pipa. Waktu penelitian pada persiapan sampai penyelasaian dilakukan
bulan Oktober- Juni 2017. Lingkup dalam penelitian ini adalah pengolahan air sumur gali
dengan kadar Fe menggunakan filter multimedia meliputi dakron,karbon aktif, zeolit dan
pasir aktif dengan metode gravitasi. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu di
Desa Klahang, Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.
E. Kesimpulan
Kadar Fe sebelum dilakukan perlakuan dengan melewatkan air sumur gali pada filter
multimedia tabung silinder ketebalan masing-masing filter yang berbeda yaitu 3,38 mg/L.
Kadar Fe sesudah dilakukan perlakuan dengan filter multimedia tabung silinder dengan
ketebalan 10 cm sebesar 30,3 mg/L, ketebalan 20 cm sebesar 1,88 mg/L, ketebalan 30 cm
sebesar 0,75 mg/L, ketebalan 40 cm sebesar 0.42 mg/L.
Hasil analisis pengaruh penurunan kadar Fe air sumur gali sebelum dan sesudah perlakuan
menggunakan filter multimedia tabung silinder ketebalan masing-masing filter 10 cm, 20 cm,
30 cm dan 40 cm menggunakan uji Paired T test nilai sig
F. Daftar pustaka
1. Abdur Rahman, Budi Hartono, “Penyaringan Air Tanah Dengan Zeolit Alami Untuk
Menurunkan Kadar Besi dan Mangan”, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia. Journal.ui.ac/id Diakses pada tanggal 10 Mei 2017
45

2. Andi Pratama Kurniawan, Sunarto Kadir, Lia Amalia, 2014 “Studi Penelitian Di Desa
Beringin Jaya Kecamatan Bolano Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi
Tengah”, Jurusan Kesehatan Masyarakat ,Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Dan
Keolahragaan ,Universitas Negeri Gorontalo.
kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/.../10 72. diakses 21 desember 2016 pukul
15.23 WIB
3. Imam Teguh Prabowo, 2011,“Efektivitas Kombinasi Aerasi dan Adsorpsi Terhadap
Penurunan Kadar Besi (Fe) Pada Sumur Gali” Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Universitas Jendral Soedirman
4. file:///C:/Users/-ASUS-/Downloads/ANIKE%20CAHYA%20W.pdf

IX.

VARIASI DIAMETER ZEOLIT UNTUK MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR
SUMUR GALI

A. Pendahuluan
Pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya aktifitas di bidang pembangunan dan
industri, memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap peningkatan kebutuhan air
bersih. Sementara sumberdaya yang tersedia tidak berubah dari waktu ke waktu bahkan
cenderung berkurang oleh karena perubahan pemanfaatan lahan,dll.
Ferrum ( Fe ) merupakan salah satu parameter kimiawi air tanah yang mempunyai nilai
esensial bagi manusia tetapi sekaligus juga memberikan efek toksik. Adanya kandungan besi
dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa
46

lama kontak dengan udara. Selain dapat mengganggu kesehatan, juga menimbulkan bau yang
kurang enak dan menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning
pada pakaian.
Zeolit merupakan salah satu bahan adsorben sekaligus bahan penukar ion alami yang telah
dikenal luas dan banyak terdapat di alam Indonesia. Dengan mengalirkan air pada filter
zeolit, kation akan diikat oleh zeolit yang memiliki muatan negatif. Zeolit memiliki muatan
negatif karena keberadaan atom alumunium di dalamnya. Muatan negatif inilah yang
menyebabkan zeolit dapat mengikat kationkation pada air, Fe, Al, Ca dan Mg yang umumnya
terdapat pada air tanah.3 Selain itu zeolit juga mudah melepaskan kation dan digantikan
dengan kation lainnya, misalnya zeolit melepas natrium dan digantikan dengan mengikat
kalsium atau magnesium. Dengan demikian, zeolit berfungsi sebagai ion exchanger dan
adsorben dalam pengolahan air. Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan suatu
penelitian tentang penggunaan berbagai variasi diameter zeolit untuk menurunkan kadar besi
(Fe) pada sumur gali di Desa Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.

B. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah True Experiment dengan rancangan penelitian
Pretest – Postest with Control Group. Tujuan Penelitian yaitu Untuk mengetahui diameter
zeolit yang paling efektif dan efisien dalam menurunkan kadar besi (Fe) pada sumur gali
Desa Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
Kemudian bahan terdiri dari zeolit diameter 0,1-0,5 mm, 0,51-1,0 mm, 1,1-2,8 mm dan 2,81-
4,75 mm,kerikil, aquadest, HCl 0,1N dan air sampel. Pemeriksaan sampel dilakukan di
Laboratorium Wahana Semarang dengan metode spektrofotometri. Sampel yang digunakan
diambil dari salah satu sumur gali di Desa Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Semarang dengan kadar Fe melebihi standar. Agar sampel yang diambil dapat mewakili serta
mengurangi terjadinya kesalahan dalam penelitian, maka dilakukan pengulangan. Jumlah
pengulangan sebanyak 6 kali sehingga jumlah sampel yang diperiksa sebesar 30 sampel.3
47

C. Hasil dan pembahasan


Kadar Fe sebelum perlakuan :
Uji kadar Fe pada sampel air sumur gali sebelum perlakuan adalah sebesar 2,4 mg/l.
Kadar Fe pad air sumur gali ini sudah melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan
dalam Permenkes RI No 492 Tahun 2010 tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu batas
maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/l. Sedangkan untuk parameter pH dan suhu,
air sumur gali masih memenuhi standar kualitas yang ditentukan. Secara fisik, kondisi air
sumur gali berwarna kuning kecoklatan, keruh dan berbu amis/anyir dan meninggalkan noda
kuning kecoklatan pada porcelain. Hasil pemeriksaan kadar Fe pada saat uji pendahuluan
adalah 4,2 mg/l. Sementara uji kadar Fe pada saat pelaksanaan penelitian adalah 2,4 mg/l.
Perbedaan kadar Fe yang cukup jauh ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi musim pada
saat pengambilan sampel. Pengambilan sampel untuk uji pendahuluan dilakukan pada saat
musim kemarau, sedangkan pengambilan sampel pada saat pelaksanaan penelitian dilakukan
pada saat musim hujan, bahkan sebelumnya terjadi hujan lebat yang terjadi sepanjang malam.
Sehingga, kemungkinan besar kadar Fe dalam sumur gali telah mengalami pengenceran yang
disebabkan oleh karena adanya tambahan air hujan yang meresap kedalam air sumur
sehingga kadar Fe menjadi lebih rendah dibandingkan pada saat uji pendahuluan.

D. Kesimpulan
1. Kadar Fe sebelum perlakuan adalah 2,4 mg/l. setelah perlakuan kadar fe ratarata turun
menjadi 0,31 mg/l pada perlakuan kelompok A, 0,51 mg/l pada perlakuan kelompok B,
1 mg/l pada kelompok perlakuan C dan 1,04 mg/l pada perlakuan dngan kelompok D
2. Perlakuan dengan berbagai variasi diameter zeolit memberikan penurunan kadar Fe
sebesar 2,09 mg/l (87,08) pada kelompok perlakuan A, 1,9 mg/l (79,16) pada kelompok
perlakuan B, 1,4 mg/l (58,33%) pada kelompok perlakuan C, 1,36 mg/l (56,66%) pada
kelompok perlakuan D.
3. Zeolit yang paling efisien untuk menurunkan kadar besi (Fe) air sumur gali adalah
zeolit dengan diameter zeolit, diameter 0,1-0,5 mm (diameter terkecil yaitu 0,1-0,5 mm
dengan nilai efisiensi terbesar 86,73%, akan tetapi secara efektifitas hanya baru
48

mendekati efektif, karena penurunan yang terjadi hanya sampai pada kadar Fe rata-rata
0,31 mg/l sementara batas maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/l
E. Daftar Pustaka
 Tri J. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010
 Kusnaedi. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya, 2010
 Supranto J. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta.
2000.
 Elfiana. Penurunan Konsentrai Besi Dalam Air Secara Oksidasi Kimia Lanjut
( Fotokimia Sinar UV dan UVPeroksida). Jurnal Reaksi (Journal of Science and
Technology) Vol.8 No.17, April 2010. ISSN 1693-248X.
 Purwadio, Jatmiko A, Masduki A. Penurunan Kadar Besi Oleh Media Zeolit Alam
Ponorogo Secara Kontinyu. Jurnal Purifikasi vo.5 No 4. Oktober 2004:169-174.
 Abidin Z, Masra F, Santosa I. Pengaruh Kombinasi Resin (Mangan zeolit) Dan Pasir
Dalam Menurunkan Kadar Besi (Fe) Pada Air. Jurnal Kesehatan Volume 1. No 2
Desember 2008. Hal 165-174. ISSN: 1979-7621
 Nugroho W, Purwoto S. Removal Klorida, TDS Dan Besi Pada Air Payau Melalui
Penukar Ion Dan Filtrasi Campuran Zeolit Aktif Dan Karbon Aktif. Jurnal Teknik
Waktu Vol 11 No.1. Januari 2013. ISSN: 1412-1867

X.

VARIASI DIAMETER ZEOLIT UNTUK MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR
SUMUR GALI

A. Pendahuluan
Tingkatnya aktifitas di bidang pembangunan dan industri, memberikan dampak yang
cukup signifikan terhadap peningkatan kebutuhan air bersih. Sementara sumberdaya yang
tersedia tidak berubah dari waktu ke waktu bahkan cenderung berkurang oleh karena
perubahan pemanfaatan lahan,dll. Di Indonesia, secara umum cakupan pelayanan air bersih
masih tergolong rendah. Hingga saat ini, perusahaan penyedia air bersih (PAM) atau PDAM
49

(Perusahahaan Air Minum) baru bisa memasok kebutuhan air bersih di wilayah kota dengan
kuantitas yang belum maksimal. Akibatnya, sebagian masyarakat yang belum terjangkau oleh
pelayanan air bersih tersebut umumnya menggunakan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan
air sehari-hari. Desa Lodoyong merupakan salah satu desa di Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Semarang yang hampir sebagian besar masyarakatnya menggunakan air sumur
gali untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Sementara, data dari UPTD Puskesmas
Ambarawa menyebutkan bahwa Desa Lodoyong merupakan Desa dengan jumlah sumur
tidak sehat yang terbanyak di Wilayah Kerja Puskemas Ambarawa. Hasil uji pendahuluan
terhadap pemeriksaan kadar Fe pada salah satu sumur gali di Desa Lodoyong hasilnya adalah
4,2mg/l. Nilai ini sudah cukup jauh melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan dalam
PERMENKES No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syaratsyarat kualitas air yaitu 0,3 mg/l.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengolahan air untuk menurunkan kadar besi (Fe)
sehingga aman untuk dikonsumsi. Ferrum ( Fe ) merupakan salah satu parameter kimiawi air
tanah yang mempunyai nilai esensial bagi manusia tetapi sekaligus juga memberikan efek
toksik. Adanya kandungan besi dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi
kuning-coklat setelah beberapa lama kontak dengan udara. Selain dapat mengganggu
kesehatan, juga menimbulkan bau yang kurang enak dan menyebabkan warna kuning pada
dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Ion besi akan memberikan rasa amis
dalam air dan memberi kesempatan tumbuhnya bakteri besi.1 Zeolit merupakan salah satu
bahan adsorben sekaligus bahan penukar ion alami yang telah dikenal luas dan banyak
terdapat di alam Indonesia. Dengan mengalirkan air pada filter zeolit, kation akan diikat oleh
zeolit yang memiliki muatan negatif. Zeolit memiliki muatan negatif karena keberadaan atom
alumunium di dalamnya. Muatan negatif inilah yang menyebabkan zeolit dapat mengikat
kationkation pada air, Fe, Al, Ca dan Mg yang umumnya terdapat pada air tanah.3 Selain itu
zeolit juga mudah melepaskan kation dan digantikan dengan kation lainnya, misalnya zeolit
melepas natrium dan digantikan dengan mengikat kalsium atau magnesium. Dengan
demikian, zeolit berfungsi sebagai ion exchanger dan adsorben dalam pengolahan air
B. Matri dan metode
ue Experiment dengan rancangan penelitian Pretest – Postest with Control Group. Tujuan
Penelitian yaitu Untuk mengetahui diameter zeolit yang paling efektif dan efisien dalam
menurunkan kadar besi (Fe) pada sumur gali Desa Lodoyong Kecamatan Ambarawa
50

Kabupaten Semarang. Kemudian bahan terdiri dari zeolit diameter 0,1-0,5 mm, 0,51-1,0 mm,
1,1-2,8 mm dan 2,81-4,75 mm,kerikil, aquadest, HCl 0,1N dan air sampel. Pemeriksaan
sampel dilakukan di Laboratorium Wahana Semarang dengan metode spektrofotometri.
Sampel yang digunakan diambil dari salah satu sumur gali di Desa Lodoyong Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang dengan kadar Fe melebihi standar. Agar sampel yang
diambil dapat mewakili serta mengurangi terjadinya kesalahan dalam penelitian, maka
dilakukan pengulangan. Jumlah pengulangan sebanyak 6 kali sehingga jumlah sampel yang
diperiksa sebesar 30 sampel.
C. Hasil dan pembahasan
Kadar Fe sebelum perlakuan Uji kadar Fe pada sampel air sumur gali sebelum perlakuan
adalah sebesar 2,4 mg/l. Kadar Fe pad air sumur gali ini sudah melebihi nilai ambang batas
yang telah ditentukan dalam Permenkes RI No 492 berdiameter 0,1-0,5 mm, 0,51-1 mm, 1,1-
2,81 mm, dan 2,81-4,75 mm, ph, suhu, waktu kontak, debit, dan ketebalan media serta kadar
besi (Fe) pada air setelah mendapatkan perlakuan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
labortorium. Tahun 2010 tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu batas maksimum yang
diperbolehkan adalah 0,3 mg/l. Sedangkan untuk parameter pH dan suhu, air sumur gali
masih memenuhi standar kualitas yang ditentukan. Secara fisik, kondisi air sumur gali
berwarna kuning kecoklatan, keruh dan berbu amis/anyir dan meninggalkan noda kuning
kecoklatan pada porcelain. Hasil pemeriksaan kadar Fe pada saat uji pendahuluan adalah 4,2
mg/l. Sementara uji kadar Fe pada saat pelaksanaan penelitian adalah 2,4 mg/l. Perbedaan
kadar Fe yang cukup jauh ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi musim pada saat
pengambilan sampel. Pengambilan sampel untuk uji pendahuluan dilakukan pada saat musim
kemarau, sedangkan pengambilan sampel pada saat pelaksanaan penelitian dilakukan pada
saat musim hujan, bahkan sebelumnya terjadi hujan lebat yang terjadi sepanjang malam.
Sehingga, kemungkinan besar kadar Fe dalam sumur gali telah mengalami pengenceran yang
disebabkan oleh karena adanya tambahan air hujan yang meresap kedalam air sumur
sehingga kadar Fe menjadi lebih rendah dibandingkan pada saat uji pendahuluan.
D. Kesimpulan
1. Kadar Fe sebelum perlakuan adalah 2,4 mg/l. setelah perlakuan kadar fe ratarata turun
menjadi 0,31 mg/l pada perlakuan kelompok A, 0,51 mg/l pada perlakuan kelompok B,
1 mg/l pada kelompok perlakuan C dan 1,04 mg/l pada perlakuan dngan kelompok D
51

2. Perlakuan dengan berbagai variasi diameter zeolit memberikan penurunan kadar Fe


sebesar 2,09 mg/l (87,08) pada kelompok perlakuan A, 1,9 mg/l (79,16) pada kelompok
perlakuan B, 1,4 mg/l (58,33%) pada kelompok perlakuan C, 1,36 mg/l (56,66%) pada
kelompok perlakuan D.
3. Zeolit yang paling efisien untuk menurunkan kadar besi (Fe) air sumur gali adalah
zeolit dengan diameter zeolit, diameter 0,1-0,5 mm (diameter terkecil yaitu 0,1-0,5 mm
dengan nilai efisiensi terbesar 86,73%, akan tetapi secara efektifitas hanya baru
mendekati efektif, karena penurunan yang terjadi hanya sampai pada kadar Fe rata-rata
0,31 mg/l sementara batas maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/l
E. Daftar pustaka
 Tri J. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010
 Kusnaedi. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya, 2010
 Supranto J. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta.
2000.
 Elfiana. Penurunan Konsentrai Besi Dalam Air Secara Oksidasi Kimia Lanjut
( Fotokimia Sinar UV dan UVPeroksida). Jurnal Reaksi (Journal of Science and
Technology) Vol.8 No.17, April 2010. ISSN 1693-248X 5. Purwadio, Jatmiko A,
Masduki A. Penurunan Kadar Besi Oleh Media Zeolit Alam Ponorogo Secara
Kontinyu. Jurnal Purifikasi vo. Oktober 2004:169-174.
 Abidin Z, Masra F, Santosa I. Pengaruh Kombinasi Resin (Mangan zeolit) Dan Pasir
Dalam Menurunkan Kadar Besi (Fe) Pada Air. Jurnal Kesehatan Volume 1. No 2
Desember 2008. Hal 165-174. ISSN: 1979-7621 7. Nugroho W, Purwoto S. Removal
Klorida, TDS Dan Besi Pada Air Payau Melalui Penukar Ion Dan Filtrasi Campuran
Zeolit Aktif Dan Karbon Aktif. Jurnal Teknik Waktu Vol 11 No.1. Januari 2013.
ISSN: 1412-1867
52

XI.

EFEKTIFITAS VARIASI KETEBALAN ZEOLIT DAN PECAHAN GENTENG DALAM


MENURUNKAN KADAR Fe DAN Mn AIR SUMUR GALI DUSUN WARU RANGKANG
DI SAPEN, MANISRENGGO, KLATEN

A. Abstrak
Air memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pencemaran air bersih
oleh bahan kimia seperti besi dan mangan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Kadar besi dan mangan dalam air dapat diturunkan dengan sistem filtrasi menggunakan
media penukaran ion seperti zeolit dan pecahan genteng. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui variasi ketebalan dua media tersebut yang paling efektif dalam menurunkan
53

kadar Fe dan Mn air sumur gali di Dusun Waru Rangkang, di Sapen, Manisrenggo, Klaten,
dengan melakukan eksperimen dengan desain pre-test post-test with control group. Tiga
variasi ketebalan media yang digunakan adalah: Filter A, yaitu zeolit 60 cm dan pecahan
genteng 60 cm; Filter B, yaitu zeolit 80 cm dan pecahan genteng 40 cm; dan Filter C, yaitu
pecahan genteng 40 cm dan zeolit 80 cm. Air sumur milik seorang warga dusun yang
memiliki kadar Fe dan Mn tinggi adalah air baku yang digunakan untuk penelitian. Air
tersebut diambil secara grab sampling untuk enam kali ulangan. Data penelitian
menunjukkan bahwa Filter A, B, dan C, mampu menurunkan kadar Fe, berturut-turut sebesar
78,76 %, 85,51%, dan 75,77 %, serta mampu menurunkan kadar mangan sebesar 78,46 %,
79,50 %, dan 77,73 %. Hasil analisis data dengan uji one way anova pada taraf signifikansi 5
% menetapkan bahwa perbedaan penurunan yang terjadi tersebut bermakna secara statistik (p
< 0,001), dan uji LSD lanjutan menyimpulkan bahwa Filter B adalah yang paling efektif.
B. Pendahuluan
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan
mahluk hidup lainnya. Fungsi air bagi kehidupan tidak akan digantikan oleh senyawa
lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia akan membutuhkan air, mulai dari
membersihkan diri atau mandi, membersihkan rua- ngan tempat tinggal, menyiapkan
makanan dan minuman, sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya 1) . Volume air dalam
tubuh manusia rata-rata 65 % dari total berat badan dan volume tersebut sangat bervariasi
pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang 2) .
Kualitas air yang meliputi parameter fisika, kimia, biologi dan radioaktif, harus sesuai
dengan batas atau syarat yang tercantum dalam standar kualitas air bersih yang dituangkan
dalam Permenkes R. I. No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air
Bersih, sebagai usaha untuk mencegah gangguan kesehatan atau kerugian teknis dan estetika
yang mungkin timbul. Kegiatan pengawasan kualitas air, mencakup pengamatan lapangan
dan pengambilan contoh air, termasuk pada proses produksi dan distribusi, pemeriksaan
contoh air, analisis hasil pemeriksaan, perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang
timbul, dan kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya perbaikan termasuk kegiatan
penyuluhan. Beberapa parameter kimia yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan antara lain adalah pH, besi (Fe), nitrit, nitrat, fluorida, dan mangan (Mn) 3) .
Masalah zat besi dan mangan di dalam air minum lebih sering terjadi jika sumber air baku
54

yang digunakan berasal dari air tanah. Untuk air permukaan, masalah zat besi dan mangan
juga terjadi jika sumber air yang digunakan berasal dari danau yang mempunyai tingkat
kedalaman cukup tinggi atau danau yang telah mengalami eutrofikasi di mana terjadi kondisi
reduksi di bagian dasar danau. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan terlarutnya kembali
endapan senyawa oksida besi dan mangan yang ada di dasar danau atau reservoir tersebut.
Sering juga masalah seperti ini terjadi secara musiman atau terjadi dalam perioda waktu
tertentu saja.
C. Metode
Jenis penelitian yang dilakukan adalah experiment dengan menggunakan rancangan
penelitian pre-test post-test with control group yang hasilnya dianalisis secara deskriptif dan
analitik 5) . Banyaknya sampel air sumur gali yang digunakan untuk setiap satu kali
pengolahan adalah 100 liter, dengan pengulangan untuk tiap variasi ketebalan media filtrasi
dilakukan sebanyak enam kali 6) . Sampel air baku diambil saat pagi hari dengan metoda
grab sampling. Variabel bebas penelitian berupa ketebalan media filter zeolit dan pecahan
genteng, meliputi tiga variasi, yaitu: Filter A, yang terdiri dari 60 cm zeolit dan 60 cm
pecahan genteng; Filter B, yang terdiri dari 80 cm zeolit dan 40 cm pecahan genteng; dan
Filter C, yang terdiri dari 40 cm genteng dan 80 cm zeolit. Analisis inferensial terhadap data
hasil penelitian untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
menggunakan uji parametrik one way anova, karena berdasarkan hasil pengujian sebelumnya
dengan uji kolmogorov-smirnov, diketahui bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
Selanjutnya, untuk mengetahui ketebalan zeolit dan pecahan genteng yang paling efektif,
digunakan uji statistik LSD. Semua uji statistik yang dipakai menggunakan derajat
kepercayaan 95 %.
D. Hasil
Kadar Besi (Fe) Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa pada kelompok
perlakuan Filter A, kadar Fe di air sumur gali mengalami penurunan rata-rata dari 5,09 mg/l
menjadi 1,08 mg/l, yang berarti ada rerata selisih penurunan sebesar 4,01 mg/l atau 78,76 %.
Persentase penurunan yang tertinggi terjadi pada ulangan ke-empat yaitu 81,8 %; dan
terrendah ada pada ulangan ke-enam yaitu sebesar 70,5 %.
Kadar Mangan (Mn) Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa pada kelompok
perlakuan Filter A, kadar Mn di air sumur gali mengalami penurunan rata-rata dari 2,1 mg/l
55

menjadi 0,4 mg/l, yang berarti ada rerata selisih penurunan sebesar 1,6 mg/l atau 78,46 %.
Persentase penurunan yang tertinggi terjadi pada ulangan ke-enam yaitu sebesar 86,3 %; dan
terrendah ada pada ulangan ke-lima yaitu 72,3 %.
E. Pembahasan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyaringan air sumur gali dengan Filter A dapat
menurunkan kadar Fe sebesar 4,0 mg/l atau 78,7 %, dengan Filter B dapat menurunkan kadar
Fe sebesar 4,3 mg/l atau 85,5 %, dan dengan Filter C dapat menurunkan kadar Fe sebesar 3,8
mg/l atau 75,7 %. Penyaringan air sumur gali dengan Filter A juga dapat menurunkan kadar
Mn sebesar 1,66 mg/l atau 78,4 %, sementara dengan Filter B kadar Mn mampu diturunkan
sebanyak 1,93 mg/l atau 79,5 %, dan dengan menggunakan Filter C, kadar Mn dapat turun
sebesar 1,625 mg /l atau 77,73 %. Dari perbandingan-perbandingan di atas, terlihat bahwa
penurunan kadar Fe dan Mn, dalam satuan mg/l, yang paling tinggi terjadi pada kelompok
perlakuan dengan Filter B, dan yang paling rendah adalah hasil penyaringan dengan
perlakuan Filter C. Filter B paling efektif untuk menurunkan kadar Fe, dikarenakan pada
filter ini berisi media zeolit dengan ketinggian 80 cm dan media pecahan genteng dengan
ketinggian 40 cm. Air baku akan melewati media zeolit yang dapat mengoksidasi senyawa Fe
di dalam air. Zeolit akan menukar ion dengan senyawa Fe di dalam air sehingga akan
terbentuk endapan. Peristiwa pertukaran ion tersebut dikenal dengan sebutan ion-exchange 7)
. Sifat sebagai ion-exchange dari zeolit menyebabkan media ini dapat digunakan sebagai
penyerap dan penyaring untuk molekul-molekul tertentu. Selain itu, dengan sifat ini, zeolit
juga mudah untuk melakukan pertukaran ion-ion alkalinya dengan ion-ion yang berasal dari
elemen lain
F. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) variasi
ketebalan media filtrasi yang terdiri dari zeolit dan pecahan genteng, mempengaruhi
penurunan kadar Fe dan Mn dari air sumur gali di Dusun Waru Maryani, Purwanto &
Kadarusno, Efektifitas Variasi Ketebalan … Rangkang, Sapen, Manisrenggo, Klaten; 2)
Filter B yang terdiri dari zeolit berketinggian 80 cm dan pecahan genteng berketinggian 40
cm, adalah variasi media filtrasi yang paling efektif dalam menurunkan kadar Fe dan Mn di
air sumur gali, yaitu ma-singmasing parameter tersebut mampu diturunkan sebesar 85,51 %
dan 79,50 %.
56

G. Daftar pustaka
 Achmad, R., 2004. Kimia Lingkungan, Andi, Yogyakarta.
 Chandra, B., 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
 Departemen Kesehatan R. I., 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 1990. tentang
Persyaratan Kualitas Air Bersih, Depkes R. I., Jakarta.
 Asmadi, Khayan dan Kasjono, H. S., 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum,
Gosyen Publishing, Yogyakarta.
 Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
 Hanafiah, A.K. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Grafindo Ilmu,
Jakarta
 Joko, T., 2010. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
 Rahman, A., dan Hartono, B., 2004. Penyaringan air tanah dengan zeolit alami untuk
menurunkan kadar besi dan mangan, Jurnal Kesehatan, 8 (1): hal 1 – 6. 9. Ningsih,
R., dkk., Kajian penggunaan zeolit alam untuk menurunkan kadar Fe (besi), Mn
(mangan)

XII.
EFEKTIVITAS PENURUNAN KADAR BESI (Fe) DAN KEKERUHAN PADA
AIR TANAH DENGAN PENAMBAHAN MEDIA KULIT UBI KAYU

A. Abstrak
57

Air merupakan zat penting kedua untuk hidup setelah oksigen. Air bersih harus meme
nuhi syarat kualitas kimia, fisik dan biologi. Salah satu parameter kimia yang cukup tinggi
yaitu Besi (Fe). Masyarakat Kelurahan Lembo Kecamatan Tallo Kota Makassar memiliki air
sumur gali yang mengandung kadar Besi (Fe) dan nilai kekeruhan cukup tinggi. Kulit ubi
kayu (Manihot esculenta crantz) merupakan salah satu bahan alternatif yang digunakan untuk
mengurangi kadar Besi dan kekeruhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas kulit ubi kayu dalam menurunkan kadar Besi (Fe) dan kekeruhan air umur gali.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan kadar Fe dan kekeruhan dengan masing-masing nilai sigifikan untuk pengaruh
media kulit ubi terhadap penurunan kadar Fe sebesar 0,022
B. Pendahuluan
Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia maupun
kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air merupakan bahan yang sangat vital bagi
kehidupan dan juga merupakan sumber dasar untuk kelangsungan kehidupan di atas bumi.
Selain itu air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama hidupnya
selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagiaan besar terdiri atas air. Pada tubuh orang
dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi
sekitar 80% (Rahma, 2013). Data yang diperoleh dari WHO menunjukkan bahwa 663 juta
penduduk masih sangat sulit dalam memperoleh air bersih. Berkaitan dengan krisis air bersih,
di prediksi bahwa pada tahun 2025 hampir dua pertiga penduduk di dunia akan sulit
memperoleh akses terhadap air bersih (Utami & Handayani, 2017). Pada tahun 2012
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan bahwa Indonesia menduduki
peringkat yang paling buruk dalam pelayanan terhadap penyediaan air bersih dan layak untuk
dikonsumsi di kawasan Asia Tenggara. Indonesia Juga diprediksi bahwa sekitar 321 juta
penduduk akan kesulitan dalam mengakses air bersih yang disebabkan permintaan terhadap
air bersih naik sebesar 1,33 kali (Utami & Handayani, 2017). Data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan bahwa saat ini Indonesia sudah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan terkait dengan persentase rumah tangga dengan sumber air bersih yang layak.
Namun, jika di bandingkan dengan tujuan yang tertera dalam Sustainable Development
58

Goal’s (SDGs) saat ini Indonesia masih belum mencapai target dalam hal penyediaan air
bersih (Utami & Handayani, 2017).
Air dalam kebutuhan sehari-hari dipakai untuk minum, memasak dan keperluan lainnya.
Secara umum jumlah atau kuantitas sumber daya air relatif tetap sedangkan kualitasnya dari
air sendiri makin hari makin memburuk termasuk kualitas air bersih untuk kebutuhan hidup
manusia. Manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial memerlukan air tidak saja
untuk keperluan hayati, melainkan juga kehidupan budayanya seperti mandi, mencuci
pakaian dan mengepel lantai. Dalam kehidupan keagamaan seringkali kita memerlukan air
untuk digunakan berwudhu. Sumber-sumber air yang ada di bumi ini antara lain adalah air
laut, air atmosfer, air permukaan, dan air tanah. Manusia dan makhluk hidup lainnya yang
tidak hidup dalam air, senantiasa mencari tempat tinggal dekat air supaya mudah untuk
mengambil air untuk keperluan hidupnya. Selain itu pemenuhan kebutuhan air bersih dapat
tercukupi sehingga 3 mereka dapat hidup sehat dan tidak mudah terkena penyakit. Air
merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air
merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Air bersih adalah air
yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau. Dalam pemenuhan kebutuhan air di
masyarakat selain memanfaatkan PDAM juga memanfaatkan sumber air yang berasal dari
dalam tanah, yaitu mata air. Secara umum air tanah terbagi menjadi 3, yaitu air tanah
dangkal, air tanah dalam dan mata air. Mata air adalah air di dalam tanah mengalir pada
lapisan batuan yang mengalami pengisian terus menerus oleh alam. Bila aliran air terhalang
lapisan kedap air (tanah liat, tanah padat, batu atau cadas) maka air ini akan mengalir ke
permukaan tanah. Tempat keluarnya air ke permukaan tanah ini disebut mata air (Rahma,
2013). Ditinjau dari aspek ilmu kesehatan masyarakat penyediaan air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena Penyediaan Air Bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat. Dari data WHO (World Health Organisation)
menunjukkan angka kematian sekitar 10 juta penduduk setiap tahun di karenakan penyakit
yang berkaitan dengan pencemaran air (Susilawaty & Amansyah, 2015). Kadar besi (Fe)
dalam air yang berlebihan dapat membahayakan manusia apabila sampai dikonsumsi. Efek
dari mengonsumsi zat besi secara berlebihan disebut dengan hemokromatosis yang dapat
menimbulkan gangguan pada organ hati, jantung dan pankreas. Saat ini belum ditemukan
data yang menunjukan secara spesifik mengenai gangguan hemokromatosis.
59

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Kadar Fe air sumur gali sebelum dilakukan perlakuan adalah 5,59 mg/l dan nilai
kekeruhan air sumur gali sebelum dilakukan perlakuan sebesar 45 NTU, belum
memenuhi syarat Permenkes No. 32 tahun 2017.
2) Kadar Fe air sumur gali setelah dilakukan penyaringan dengan media kulit ubi kayu
dengan ketebalan 15 Cm adalah rata-rata sebesar 0,03 mg/l atau terjadi penurunan
sampai 99,5% dan nilai kekeruhannya adalah rata-rata sebesar 1,18 NTU atau terjadi
penurunan sampai 97,4%
3) Kadar Fe air sumur gali setelah dilakukan penyaringan dengan media kulit ubi kayu
ketebalan 30 Cm adalah rata-rata sebesar 0,046 atau terjadi penurunan sampai 99,2%
dan nilai kekeruhannya adalah adalah rata-rata sebesar 3,6 NTU atau terjadi
penurunan sampai 92%
4) Kadar Fe air sumur gali setelah dilakukan penyaringan dengan media kulit ubi kayu
ketebalan 60 Cm adalah rata-rata sebesar 0,28 atau terjadi penurunan sampai 95% dan
nilai kekeruhannya adalah rata-rata sebesar 1,79 NTU atau terjadi penurunan sampai
96,1%
5) Dengan pengujian statistik terbukti bahwa ada perbedaan yang bermakna antar
penurunan kadar Fe dan kekeruhan setelah melewati penyaringan media kulit ubi
kayu dengan waktu perendaman selama 60 menit.
D. Daftar pustaka
 Candra. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta.
 Daud, A. (2005). Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar: Hasanuddin
University Press (LEPHAS).
 Daud, A. (2007). Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih. Makassar: CV Healthly
And Sanitation.
 Departemen Agama RI. (2010). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema.
 Efendi. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: PT. Kanisius. Febriana, L. (2017). STUDI PENURUNAN
KADAR BESI (FE) DAN MANGAN (MN) DALAM AIR TANAH
60

MENGGUNAKAN SARINGAN KERAM. Jurnal FT UMJ, (January 2015).


https://doi.org/10.24853/jurtek.7.1.35-44
 Govint, A. M. (2017). Efektivitas Sekam Padi dan Kulit Pisang Kepok Sebagai
Karbon Aktif Dalam Menurunkan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Gali Di Desa
Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bagadai tahun 2017
 Hadi, S. (2004). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
 Jusmaniah. (2011). Efektivitas Karbon Aktif Kulit Singkong Dalam Menurunkan
Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Air Sumur Gali Di Desa Amplas Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
 Larasati, A. I. (2015). Efektivitas Adsorpsi Logam Berat Pada Air Lindi
Menggunakan Media Karbon Aktif, Zeolit, Dan Silika Gel Di Tpa Tlekung, Batu.
Jurnal Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 44–48.

XIII.

PERBEDAAN PENURUNAN KANDUNG FE (BESI) DI SUMUR GALI


MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BIJI KAPUK (CEIBA PENTANDRA) SEBAGAI
ADSORBEN
61

A. Abstrak
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Salah satu pencemar kimia yang paling banyak ditemukan dalam air adalah
Fe. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar Fe adalah dengan proses
adsorbsi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketebalan arang aktif biji kapuk (ceiba
pentandra) paling efektif dalam menurunkan Fe pada air sumur gali. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah quasi experiment, subjek penelitian ini adalah air sumur gali dan biji kapuk,
dan objek adalah kadar Fe. Analisis data menggunakan uji One Way Anova dan uji
Benferroni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penurunan kadar Fe pada Air
Sumur Gali setelah dilakukan adsorbsi, yaitu sebesar 44,54% - 74,09% pada setiap ketebalan.
Dari hasil analisis data maka didapatkan ketebalan arang aktif biji kapuk paling efektif untuk
menurunkan kadar Fe adalah 50 cm. Diharapkan peneliti lain juga memeriksa dan
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses adsorbsi.
B. Pendahuluan
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya serta fungsinya dalam kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa
lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Oleh karena itu
pemenuhan kebutuhan air bersih bagi permukiman menjadi salah satu persyaratan. Sumber
air yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi permukiman
penduduk berasal dari berbagai sumber antara lain adalah air permukaan, air sungai, air
rawa/danau, air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air (Sutrisno, 2010). Meningkatnya
aktivitas pembangunan dan jumlah penduduk, berakibat pada peningkatan kebutuhan
masyarakat akan air bersih. Terlebih lagi tidak semua sumber air dalam kualitas yang layak
untuk digunakan. Penurunan kualitas air menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkan atau fungsinya. Hal ini dibebabkan karena
banyaknya air bersih yang sudah tercemar, baik itu cemaran fisik, kimia, dan biologi. Salah
satu pencemar kimia yang paling banyak ditemukan adalah Fe. Fe merupakan logam
essensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme
hidup, salah satunya yaitu dalam pembentukan hemoglobin. Namun dalam jumlah berlebih
dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, seperti kelelahan, fatigue, sulit bernapas
62

waktu berolahraga, kepala pusing, diare, penurunan nafsu makan, kulit pucat, kuku berkerut,
kasar dan cekung serta terasa dingin pada tangan dan kaki (Rumapea, 2009 dan Siregar
2009).
C. Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 dapat terlihat perbedaan penurunan kadar Fe pada sampel air sumur
gali setelah diadsorbsi. 3 sampel air sumur gali yang diadsorbsi dengan menggunakan arang
aktif biji kapuk dengan ketebalan 20 cm tidak memenuhi syarat dikarenakan kadar Fe yang
terkandung pada sampel air sumur gali tersebut masih melebihi standar baku mutu yang telah
ditetapkan. Kemudian 6 sampel air sumur gali yang diadsorbsi dengan arang aktif biji kapuk
dengan ketebalan 30 cm dan 50 cm memenuhi syarat karena kadar Fe yang terkandung pada
sampel air sumur gali di bawah standar baku mutu. Berdasarkan Grafik 1, 2, dan 3, kadar Fe
pada air sumur gali setelah melewati proses adsorbsi dengan arang aktif biji kapuk (ceiba
pentandra) mengalami penurunan. Arang aktif dapat mengadsorbsi gas dan senyawasenyawa
kimia tertentu atau sifat adsorbsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori
dan luas permukaan. Pori-pori akan terbentuk karena adanya proses aktivasi pada saat proses
pembuatan arang aktif. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat
arang aktif (Darmawan, 2008). Hasil uji One Way Anova diketahui bahwa nilai p = 0,000 <
0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap masing-masing perlakuan ketebalan
arang aktif biji kapuk (ceiba pentandra) yang digunakan untuk menurunkan kadar Fe pada air
sumur gali. Kemudian dilanjutkan dengan uji Benferroni didapatkan nilai p = 0,000 < 0,05
yang berarti ada perbedaan yang signifikan penggunaan arang aktif terhadap penurunan
kadar Fe pada air sumur gali dengan berbagai perlakuan. Perlakuan yang paling efektif untuk
menurunkan kadar Fe pada air sumur gali yaitu menggunakan ketebalan arang aktif biji
kapuk (ceiba pentandra) 50 cm. Perbedaan ketebalan arang aktif tentu akan mempengaruhi
penurunan kadar Fe pada air sumur gali. Seperti yang terlihat pada tabel 1, kadar Fe air
sumur gali pada masingmasing ketebelan arang akif berbeda-beda. Perlakuan ketebalan arang
aktif 20 cm ratarata kadar Fe yang berhasil diturunkan adalah sebanyak 48,03%, perlakuan
ketebalan arang aktif 30 cm yaitu 62,42%, dan perlakuan ketebalan arang aktif 50 cm yaitu
71,81%. Hal ini disebabkan karena proses adsorbsi dipengaruhi oleh luas permukaan
adsorben. Semakin banyak adsorben yang digunakan maka semakin luas pula permukaan
adsorbennya, sehingga kadar Fe yang diserap pun akan semakin banyak. Hal ini bisa dilihat
63

pada tabel 1 dimana kadar Fe pada ketebalan arang aktif biji kapuk 50 cm jauh lebih kecil
dibandingkan dengan ketebalan 20 cm dan 30 cm. Faktor lain yang mempengaruhi proses
adsorbsi diantaranya, ukuran partikel adsorben (bahan penyerap), konsentrasi adsorbat
(bahan yang diserap), temperatur, pH, dan waktu kontak (Purnama, H. 2016).
D. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1) Diketahui kadar Fe setelah perlakuan ketebalan 20 cm yaitu 1,22 mg/l, 1,13 mg/l, dan
1,08 mg/l.
2) Diketahui kadar Fe setelah perlakuan ketebalan 30 cm yaitu 0,87 mg/l, 0,88 68
Journal of Nursing and Public Health Vol. 8 No. 2 Oktober 2020 mg/l, dan 0,73 mg/l.
3) Diketahui kadar Fe setelah perlakuan ketebalan 50 cm yaitu 0,57 mg/l, 0,62 mg/l,
dan 0,67 mg/l.
4) Diketahui perbedaan kadar Fe setelah kontak dengan arang aktif biji kapuk ketebalan
20 cm, 30 cm, dan 50 cm yaitu ada perbedaan, dengan nilai p = 0,000 < 0,05.
5) Diketahui ketebalan arang aktif biji kapuk paling efektif dalam menurunkan Fe yaitu
50 cm.
E. Daftar pustaka
 Adeko, R. 2018. Pengaruh Cangkang Kopi sebagai Adsorben dalam Mnenurunkan
Kadar Besi (Fe) pada Air Sumur Gali. Journal of Nursing and Public Healt. 6(2), 87.
 Antika, R. 2019. Efektivitas Karbon Aktif Tongkol Jagung dalam Menurunkan Kadar
Besi (Fe) dan Mangan (Mn) pada Air Sumur Gali. Jurnal Kesehatan Global, 2(2).
Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2018. Publikasi Statistik Air Bersih Povinsi
Bengkulu.
 Fatma, F. 2018. Kombinasi Saringan Pasir Lambat Dalam Penurunan Kadar Fe
(Besi) Air Sumur Gali Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lasi Kabupaten
Agam. Jurnal Menara Ilmu, 7(7), 36. Gustina K. 2012. Pemanfaatan arang aktif
cangkang buah.
XIV.

ANALISIS PERBEDAAN KADAR BESI (Fe) MENGGUNAKAN SERBUK


CANGKANG TELUR PADA AIR SUMUR GALI
64

7. Abstrak
Air merupakan zat yang dibutuhkan bagi tubuh manusia selain udara. Selain itu manfaat
air untuk mencuci, memasak, minum dan lain-lain. Tujuan untuk menganalisis perbedaan
kadar Besi (Fe) menggunakan serbuk cangkang telur sebagai adsorben pada air sumur gali.
Metode penelitian dilakukan dengan metode Eksperimen dengan menggunakan desain True
Eksperimental Design. menggunakan pendekatan rancangan Posttest Only Design. Hasil
penelitian dari pemberian serbuk cangkang telur sebesar 5 gram ,7 gram dan 9 gram pada
sampel A, B dan C (p-value 0,952 , 0,729 dan 0,118) mampu menurunkan kadar besi (Fe)
dalam air. Tetapi belum memenuhi syarat air bersih yang telah ditetapkan karena hasil yang
didapatkan angka kadar besi (Fe) masih diatas 1 mg/l. Dapat disimpulkan bahwa pemberian
serbuk cangkang telur sebesar 5 gram, 7 gram dan 9 gram pada air sumur mampu
menurunkan angka kadar besi (Fe) . Disarankan bagi masyarakat untuk mampu
memanfaatkan serbuk cangkang telur dalam penurunan.kadar besi (Fe) pada air sumur.
8. Pendahuluan
Air merupakan zat yang diperlukan penting bagi tubuh manusia setelah udara. Air
digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti untuk mencuci, memasak, minum dan lain-
lain. Namun, kualitas air yang digunakan untuk minum harus lebih tinggi dari pada air yang
digunakan untuk mencuci, memasak dan kebutuhan lainnya. Hal ini. disebabkan karena air
tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia (Wahyu Febriwani, Elliyanti, & Reza, 2017).
Sumber air bersih salah satunya yang dimanfaatkan oleh manusia, dan sumur gali masih ada
Masyarakat Sebagian besar yang menggunakan. Air tanah merupakan sebagian air hujan
yang mencapai permukaan bumi dan meresap.ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah.
Proses ini mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan
tanah dan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tertentu. Zatzat
mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium dan logam berat seperti besi. Jika
menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun tidak akan berbusa serta mengakibatkan
terbentuk endapan semacam kerak (Mashadi, Surendro, Rakhmawati, & Amin, 2018).
65

Tubuh manusia jika kelebihan kadar besi (Fe) mengakibatkan rusaknya organ-organ
penting dalam tubuh seperti pankreas, otot jantung dan ginjal. Air yang mengandung besi.
(Fe) sangat tidak diinginkan pada kebutuhan rumah tangga karena dapat menimbulkan bekas
karat pada pakaian, porselin dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak
pada air minum (Suharno, 2018).
Potensi limbah cangkang telur di Indonesia cukup besar. Produksi telur ayam ras petelur
dan buras di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 220.224,03 ton per tahunnya. Sekitar 10%
dari telur merupakan cangkangnya, sehingga dihasilkan sekitar 22.022,403 ton cangkang
telur per tahun. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan atau
Kementerian Pertanian, pada tahun 2019 jumlah produksi telur ayam buras di Provinsi
Sumatera Barat mencapai angka 2.581,11 ton pertahunnya (Kementan, 2019).
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa efektifitas cangkang telur pada mengadsorpsi
logam.Fe menyatakan bahwa efisiensi tertinggi cangkang telur pada mengadsopsi logam
berat (Fe) yaitu 99,82% pada waktu pengadukan 60 menit dengan.ukuran 1000 mesh. Selain
itu proses adsorpsi dengan peningkatan jumlah adsorben berdampak pada penurunan efisiensi
jika tidak diimbangi dengan peningkatan waktu pengadukan (Faisol dkk., 2008 dalam
(Satriani & Ningsih, 2016)
9. Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode Eksperimen dengan menggunakan desain True
Eksperimental Design. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan Posttest Only
Design untuk melihat Analisis Perbedaan Kadar Besi (Fe) Menggunakan Cangkang Telur
Sebagai Adsorben Pada Air Sumur. Objek penelitiannya yaitu 3 air sumur gali. Setelah
dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus maka didapat jumlah pengulangan yaitu
sebanyak 9 kali pengulangan setiap sampel, karena pada penelitian ini jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 3 sampel. Jadi didapatkan 27 kali pengulangan pada 3 sampel yang
digunakan.

10. Hasil dan pembahasan


a) Sampel A
66

Pada sampel A, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang diberi serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar 1,34 dengan
standar deviasi 0,158. Pada sampel A, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang
diberi serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar
1,33 dengan standar deviasi 0,198. Pada sampel A, dari 3 kali pengulangan pada air
sumur gali yang diberi serbuk cangkang telur sebanyak 9 gram didapatkan rerata kadar
besi (Fe) sebesar 1,37 dengan standar deviasi 0,100.
Pada sampel A, rerata kadar besi (Fe) setelah pemberian serbuk cangkang telur
sebanyak 5 gram sebesar 1,34 dengan standar deviasi 0,158, setelah pemberian serbuk
cangkang telur 7 gram sebesar 1,33 dengan standar deviasi 0,198 dan setelah
pemberian serbuk cangkang telur 9 gram sebesar 1,37 dengan standar deviasi 0,100
dengan hasil uji statistik didapatkan P-value sebesar 0,952.
b) Sampel B
Pada sampel B, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang diberi serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar 1,30 dengan
standar deviasi 0,184. Pada sampel B, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang
diberi serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar
1,16 dengan standar deviasi 0,090. Pada sampel B, dari 3 kali pengulangan pada air
sumur gali yang diberi serbuk cangkang telur sebanyak 9 gram didapatkan rerata kadar
besi (Fe) sebesar 1,24 dengan standar deviasi 0,300. Pada sampel B, rerata kadar besi
(Fe) setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 1,30 dengan
standar deviasi 0,184, setelah pemberian serbuk cangkang telur 7 gram sebesar 1,16
dengan standar deviasi 0,090 dan setelah pemberian serbuk cangkang telur 9 gram
sebesar 1,24 dengan standar deviasi 0,300 dengan hasil uji statistik didapatkan P-value
sebesar 0,729.
c) Sampel C
Pada sampel C, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang diberi serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar 0,78 dengan
standar deviasi 0,165. Pada sampel C, dari 3 kali pengulangan pada air sumur gali yang
diberi serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram didapatkan rerata kadar besi (Fe) sebesar
0,62 dengan standar deviasi 0,026. Pada sampel C, dari 3 kali pengulangan pada air
67

sumur gali yang diberi serbuk cangkang telur sebanyak 9 gram didapatkan rerata kadar
besi (Fe) sebesar 0,57 dengan standar deviasi 0,096. Pada sampel C, rerata kadar besi
(Fe) setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 0,78 dengan
standar deviasi 0,165, setelah pemberian serbuk cangkang telur 7 gram sebesar 0,62
dengan standar deviasi 0,026 dan setelah pemberian serbuk cangkang telur 9 gram
sebesar 0,57 dengan standar deviasi 0,096 dengan hasil uji statistik didapatkan P-value
sebesar 0,118.
11. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
h) Kadar besi (Fe) air sumur sebelum pemberian serbuk cangkang telur adalah sampel A
sebesar 4,28 mg/l, sampel B sebesar 7,80 mg/l dan sampel C sebesar 4,42 mg/l.
i) Pada sampel A, rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 1,34 mg/l, rata- rata kadar besi (Fe) air
sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram sebesar 1,33 mg/l
dan rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur
sebanyak 9 gram sebesar 1,37 mg/l.
j) Pada sampel B, rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 1,30 mg/l, rata- rata kadar besi (Fe) air
sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram sebesar 1,16 mg/l
dan rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur
sebanyak 9 gram sebesar 1,24 mg/l.
k) Pada sampel C, rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk
cangkang telur sebanyak 5 gram sebesar 0,78 mg/l, rata- rata kadar besi (Fe) air
sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur sebanyak 7 gram sebesar 0,62 mg/l
dan rata- rata kadar besi (Fe) air sumur setelah pemberian serbuk cangkang telur
sebanyak 9 gram sebesar 0,57 mg/l.
l) Pada sampel A, tidak adanya perbedaan yang signifikan kadar besi (Fe) antara
pemberian serbuk cangkang telur sebesar 5 gram, 7 gram dan 9 gram dengan P-value
sebesar 0,952 mg/l. Tetapi ada perbedaan kadar besi (Fe) antara sebelum dan sesudah
diberikan serbuk cangkang telur.
68

m) Pada sampel B, tidak adanya perbedaan yang signifikan kadar besi (Fe) antara
pemberian serbuk cangkang telur sebesar 5 gram, 7 gram dan 9 gram dengan P-value
sebesar 0,729 mg/l. Tetapi ada perbedaan kadar besi (Fe) antara sebelum dan sesudah
diberikan serbuk cangkang telur
n) Pada sampel C, tidak adanya perbedaan yang signifikan kadar besi (Fe) antara
pemberian serbuk cangkang telur sebesar 5 gram, 7 gram dan 9 gram dengan P-value
sebesar 0,118 mg/l. Tetapi ada perbedaan kadar besi (Fe) antara sebelum dan sesudah
diberikan serbuk cangkang telur.
12. Daftar pustaka
g) Ariyani, S. B. (2019). Karakteristik Bioadsorben dari Limbah Kulit Durian untuk
Penyerapan Logam Berat Fe dan Zn pada Air Sumur. Jurnal Teknologi Proses Dan
Inovasi Industri, 4(1), 23–28.
h) Auliah, I. N. (2019). Efektivitas Penurunan Kadar Besi (Fe) pada Air Sumur dengan
Filtrasi Serbuk Cangkang Kerang Variasi Diameter Serbuk. Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes, 10, 25–33.
i) BPS. (2019). Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Sumber Air Minum Bersih.
j) Budiman, C. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. Damanik, S. E. (2019). Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
k) Dian Pradana, T., Suharno, & Kamarullah, A. (2018). Efektivitas Koagulan Bubuk
Kapur Dan Filtrasi Dengan Metode Up Flow dan Down Flow Untuk Menurunkan Fe.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa, 5(1), 32–41.

XV.
69

VARIASI DIAMETER ZEOLIT UNTUK MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR
SUMUR GALI (Studi Kasus Pada Sumur Gali Desa Lodoyong Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Semarang)

A. Abstrak
Desa Lodoyong merupakan salah satu desa di Kabupaten Ambarawa Semarang dengan
jumlah sumur gali paling tidak sehat di wilayah Puskesmas Ambarawa. Hasil uji
pendahuluan pada salah satu sampel air tanah menunjukkan kadar zat besi (Fe) sebesar
4,2mg/l. Hal ini melebihi baku mutu sesuai peraturan Kementerian Kesehatan RI Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010, sehingga perlu adanya upaya untuk mengatasinya dengan metode
pengolahan air yang murah dan dapat diterapkan pada media zeolit. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui diameter zeolit yang paling efisien dalam mereduksi kandungan besi (Fe)
airtanah.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen sejati, dengan rancangan pretest-
posttest with control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah salah satu airtanah di
Desa Lodoyong yang kandungan Fe melebihi baku mutu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa diameter zeolit yang memberikan nilai efisiensi terbesar dalam menurunkan kadar Fe
air tanah adalah diameter zeolit terkecil (0,1-0,5 mm) dengan nilai efisiensi sebesar
86,73%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa zeolit yang paling efisien dalam
menurunkan kandungan Fe adalah zeolit dengan diameter paling kecil (0,1-0,5mm), namun
zeolit tersebut belum sepenuhnya efektif (pendekatan efektif) karena hanya mampu
menurunkan kadar Fe. Kandungan Fe hingga 0,31 mg/l.
B. Pendahuluan
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya serta fungsinya dalam kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa
lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Oleh karena itu
pemenuhan kebutuhan air bersih bagi permukiman menjadi salah satu persyaratan. Sumber
air yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi permukiman
penduduk berasal dari berbagai sumber antara lain adalah air permukaan, air sungai, air
rawa/danau, air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air (Sutrisno, 2010).
70

Air merupakan zat yang diperlukan penting bagi tubuh manusia setelah udara. Air digunakan
untuk kehidupan sehari-hari seperti untuk mencuci, memasak, minum dan lain-lain. Namun,
kualitas air yang digunakan untuk minum harus lebih tinggi dari pada air yang digunakan
untuk mencuci, memasak dan kebutuhan lainnya. Hal ini. disebabkan karena air tersebut
akan masuk ke dalam tubuh manusia (Wahyu Febriwani, Elliyanti, & Reza, 2017).
Sumber air bersih salah satunya yang dimanfaatkan oleh manusia, dan sumur gali masih ada
Masyarakat Sebagian besar yang menggunakan. Air tanah merupakan sebagian air hujan
yang mencapai permukaan bumi dan meresap.ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah.
Proses ini mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan
tanah dan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tertentu. Zatzat
mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium dan logam berat seperti besi. Jika
menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun tidak akan berbusa serta mengakibatkan
terbentuk endapan semacam kerak (Mashadi, Surendro, Rakhmawati, & Amin, 2018).
dalam penggunaan di rumah tangga dan industri. Penggunaan dalam rumah tangga
mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak. Hal ini disebabkan karena salah satu bagian
dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca. Penggunaan air kapur untuk industri dapat
menyebabkan kerak pada dinding peralatan sistem pemanasan sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan industri dan menghambat proses pemanasan. Selain kerugian dalam
rumah tangga dan industri. Menurut WHO air yang kesadahannya tinggi dapat menimbulkan
dampak terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung.
Dalam penelitian ini, penurunan kandungan zat kapur dilakukan dengan menggunakan filter
dengan media zeolit alam dan karbon aktif. Zeolit memiliki muatan negatif yang mampu
mengikat kation-kation dalam air seperti Ca, Mg, Fe, dan Al yang umumnya terdapat pada air
tanah. Sedangkan, karbon aktif dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan zat
organik, polutan mikro, dan dapat menjernihkan air karena memiliki luas permukaan yang
sangat luas.
71

C. Metode
 filtrasi (penyaringan). Media filter yang biasa digunakan adalah pasir, kerikil, ijuk,
karbon aktif, dan zeolit.
 quasi experiment, dengan rancangan penelitian postest with control group design
(Sugiyono, 2010).
 eksperimen (pre-eksperiment)
 True Eksperimental Design
D. Hasil pembahasan
Dalam penelitian ini, dilakukan penelitian menggunakan filter zeolit alam dan karbon
aktif yang disusun secara stratifikasi untuk meningkatkan kualitas air tanah menjadi air yang
siap minum. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media yang paling efektif
dan efisien dalam penyisihan kalsium (Ca2+), besi (Fe), dan mangan (Mn) dan mendapatkan
waktu breakthrough untuk media filter. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
menciptakan filter sederhana dan hemat energi dengan skala rumah tangga.
Pada filter zeolit alam dan karbon aktif ini terjadi proses adsorpsi. Adsorpsi merupakan
proses perpindahan massa dan menghasilkan kesetimbangan distribusi dari satu atau lebih
larutan antara fasa cair dan partikel. Pada proses adsorpsi, zat-zat pencemar yaitu kalsium
(Ca2+), besi (Fe), dan mangan (Mn) menempel dan mengisi pori-pori adsorben (zeolit alam
dan karbon aktif) yang mengakibatkan tebentuknya lapisan pada adsorben. Lapisan ini makin
lama akan menebal dan mengakibatkan kejenuhan pada adsorben.
E. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada filter dengan menggunakan media zeolit alam dan
karbon aktif, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Komposisi III yang memiliki perbandingan ketinggian media zeolit alam dan karbon
aktif sebesar 30 cm: 60 cm merupakan komposisi media yang paling efektif untuk
penyisihan kesadahan kalsium dan besi (Fe) pada penelitian ini karena memiliki
ketinggian karbon aktif lebih tebal dibandingkan dengan komposisi lainnya. Berikut
merupakan efisiensi penyisihan kesadahan kalsium (Ca2+) dan besi (Fe) yang mampu
dilakukan komposisi III:
Konsentrasi 1 = 96,52% dan 62%
72

Konsentrasi 2 = 94,67% dan 90%


Konsentrasi 3 = 90,22% dan 83%
2. Total waktu breakthrough berdasarkan perhitungan pendekatan konstanta mekanika
yang dicapai media filter pada masing-masing komposisi sebagai berikut:
. Komposisi I pada konsentrasi 1 pada hari ke-30, konsentrasi 2 pada hari
ke-31, dan konsentrasi 3 pada hari ke-29.
Komposisi II pada konsentrasi 1 pada hari ke-30, konsentrasi 2 pada hari
ke-30, dan konsentrasi 3 pada hari ke-29.
Komposisi III pada konsentrasi 1 pada hari ke-20, konsentrasi 2 pada hari
ke-30, dan konsentrasi 3 pada hari ke-29.
Komposisi kontrol I pada konsentrasi 1 pada hari ke30, konsentrasi 2 pada
hari ke-31, dan konsentrasi 3 pada hari ke-87.
Komposisi kontrol II pada konsentrasi 1 pada hari ke95, konsentrasi 2
pada hari ke-76, dan konsentrasi 3 pada hari ke-29.
F. Daftar pustaka
1) Ristiana, N., Astuti, D., Kurniawan, T.P. 2010. Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit
Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur Di
Karangtengah Weru Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol.2,
No.1: 91-102.
2) Setyawan, F.L., Darjito., dan Khunur, M.M. 2013. Pengaruh pH dan Lama Kontak
Pada Adsorpsi Ca2+ Menggunakan Adsorben Kitin Terfosforilasi Dari Limbah
Cangkang Bekicot. Jurnal Mahasiswa Kimia, Vol. 1, No. 2, pp. 201-207 Universitas
Brawijaya Malang

Anda mungkin juga menyukai