Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN “KEBUTUHAN DASAR MANUSIA” ( KDM ) PADA

KLIEN DENGAN DENGAN KASUS “PERITONITIS” DI RUANG FLAMBOYAN


RUMAH SAKIT KRISTEN MOJOWARNO

Oleh :
B. TIMON ALEXANDER WALLY

2020.01.007

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN Tk 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Peritonitis menjadi masalah infeksi intraabdominal yang sangat serius dan merupakan
masalah kegawatan abdomen, peritonitis dapat mengenai semua 2 umur dan terjadi pada
pria dan wanita. apabila tidak diatasi peritonitis dapat menimbulkan komplikasi. Syok
sepsis sering menjadi komplikasi dari peritonitis difus yang menyebabkan kegagalan organ
hingga kematian. Jitowiyono dan Kristiyanasari (2018). Peritonitis merupakan peradangan
rongga peritoneum yang diakibatkan oleh penyebaran infeksi dari organ abdomen seperti
appendik, pancreatitis, rupture appendiks, perforasi atau trauma lambung dan kebocoran
anastomosis.
Puspitadewi, Farhanah dan Mughni (2018) menyebutkan bahwa berdasarkan survei
World Health Organization (WHO) angka kejadian peritonitis, sebagai bentuk dari
Complicated Intra Abdominal Infections, mencapai 5,9 juta kasus di dunia. Penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Hamburg-Altona Jerman, ditemukan 73% penyebab tersering
peritonitis adalah perforasi dan 27% terjadi pasca operasi (Japanesa, Zahari dan Rusdji,
2017). Di Indonesia angka kejadian peritonitis hanya 3,5 % dari seluruh penyakit saluran
pencernaan (Depkes RI, 2017). Berdasarkan hasil rekam medik RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya pada tahun 2019 kasus peritonitis mencapai 21 kasus dengan puncaknya pada
bulan Juli yang masuk ke dalam kategori 10 penyakit terbesar dengan jumlah 10 kasus.
Sebagian besar pasien peritonitis mendapatkan tatalaksana bedah berupa laparatomi
eksplorasi (Japanesa, Zahari, dan Rusdji, 2019). Laparatomi merupakan jenis operasi bedah
mayor yang dilakukan di daerah abdomen. Pembedahan dilakukan dengan penyayatan pada
lapisanlapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian abdomen yang mengalami
masalah. Sayatan pada operasi laparatomi menimbulkan luka yang berukuran besar dan
dalam sehingga membutuhkan waktu penyembuhan yang lama, perawatan berkelanjutan,
dan beresiko menimbulkan komplikasi (Ningrum dan Isabela, 2019). Masalah keperawatan
yang muncul pada klien dengan Post Operasi Laparatomi atas indikasi peritonitis yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penurunan kemampuan batuk
efektif, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (invasi bedah laparatomi), resiko
infeksi berhubungan dengan port de entre pasca bedah dan disfungsi motilitas
gastrointestinal berhubungan dengan kerusakan jaringan pasca bedah (Nurarif dan Kusuma,
2018).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien Tn. F dengan diagnose medis peritonitis ?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum Menjelaskan asuhan keperawatan pada Tn. F dengan diagnose peritonitis
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengkajian masalah keperawatan pada Tn.F dengan masalah peritonitis
2. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang tepat pada pasien Tn.F dengan massalah
peritonitis
3. Menjelaskan intervensi dan implamentasi apa saja yang di lakukan untuk masalah
keperawatan pada Tn. F
4. Menjelaskan masalah keperawatan pada Tn.F dengan diagnosa peritonitis
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajia
Secara teori peritonitis adalah peradangan yang di sebabkan oleh infeksi pada
selaput organ perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut bagian sebelah dalam. Peritonitis merupakan
suatu kegawat daruratan yang biasanya di sertai dengan baktericemia atau sepis. Akut
peritonitis sering menular dan di kaitkan dengan perfusi viksus (secondary peritonitis).
Apa bila tidak di temukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis di kategori
sebagai primary peritonitis (Fancy et tal, 2018).
Secara kasus nyata peritonitis yang di alami pasien berupa berbagai keluhan yang
dialaminya, pasien merasakan nyeri perut, mual muntah dan sulit tidur. Dengan ini dapat
di simpulkan bahwa secara kasus nyata dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan.
4.2 Diagnosa
Ada 3 diagnosa yang muncul secara teori yaitu, nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik, hipertemi berhubungan dengan proses penyakit, nausea
berhubungan dengan distensi lambung. Sedangkan pada kasus nyata terdapat 3 diagnosa
yaitu, nyeri akut berhubungan dengan proses pencedera fisik, hipertemi berhubungan
dengan proses penyakit, nausea berhubungan dengan distensi lambung. Jadi dari diagnosa
secara teori dan kasus nyata tidak terdapat kesanjangan.
4.3

Anda mungkin juga menyukai