Disusun oleh :
Kelompok 6
Eka Sulistyowati
P07120213015
Elsa Anggrahini
P07120213016
Nuraini Maghfuroh
P07120213027
Nia Handayani
P07120213028
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan
Pembimbing Lapangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa
tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi,
obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis (Dahlan, 2004).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis,
salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptur saluran cerna, komplikasi post
operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Dahlan, 2004).
Angka kejadian penyakit peritonitis di Amerika pada tahun 2011
diperkirakan 750 ribu pertahun dan akan meningkat bila pasien jatuh dalam
keadaan syok. Dalam setiap jamnya didapatkan 25 pasien mengalami syok dan
satu dari tiga pasien syok berakhir dengan kematian. Angka insiden ini meningkat
91,3% dalam sepuluh tahun terakhir dan merupakan penyebab terbanyak kematian
di ICU di luar penyebab penyakit peritonitis. Angka insidensi syok masih tetap
meningkat selama beberapa dekade, rata-rata angka mortalitas yang disebabkan
juga cenderung konstan atau hanya sedikit mengalami penurunan. Kejadian
peritonitis tersebut dapat memberikan dampak yang sangat kompleks bagi tubuh.
Adanya penyakit peritonitis menjadikan kasus ini menjadi prognosis yang buruk.
Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian peritonitis di sebagian besar
wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang
menderita penyakit peritonitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di
Indonesia atau sekitar 179.000 orang (Depkes, 2008). Hasil survey Jawa Tengah
tahun 2009, jumlah kasus peritonitis dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177
asuhan
keperawatan
pada
pasien
gangguan
sistem
serta
permasalahan
yang
yang
menghambat
muncul
dari
dan
asuhan
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
B. Etiologi
Penyebab peritonitis menurut Hughes, 2012 adalah :
1. Infeksi bakteri
a.
b.
c.
d.
Tukak thypoid.
e.
f.
g.
Salpingitis
h.
b.
c.
d.
C. Klasifikasi
1. Peritonitis Primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum, kuman
masuk kedalam rongga peritoneum melalui aliran darah/pada pasien
perempuan melalui alat genital.
2. Peritonitis Sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup
banyak.
3. Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga peritoneum, misalnya
pemasangan kateter
a.
b.
c.
D. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen kedalam rongga
abdomen, biasanya diakibatkan dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi
tumor (Dahlan, 2004).
Awalnya mikroorganisme masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril tetapi
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.akibatnya timbul edema jaringan dan
pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan
bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.Respon
yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik
dengan penimbunan udara dan cairan didalam usus besar.
Timbulnya peritonitis peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena
kapiler dan membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi
secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan
berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon
hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari
kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan
cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut
menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal
begitu terjadi hipovolemia.
Organ-organ di dalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler
organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum
dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem
dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada,
serta muntah. Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih
lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh
menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul
peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara
lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya
pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus. Peritonitis adalah komplikasi
berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi. Reaksi awal peritoneum
terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah
(abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan
permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. (Padila, 2012)
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Kowalak dan Hughes, 2010) Manifestasi klinis yang sering muncul pada
pasien peritonitis adalah :
1. Distensi abdomen
2. Rigiditas abdomen
3. Nyeri tekan pada abdomen
4. Bising usus menurun bahkan hilang
5. Demam
6. Mual bahkan muntah
7. Takikardia
8. Takipnea
F. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan pasien peritonitis penggantian cairan, koloid dan
elektrolit adalah fokus utama. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri
antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen
dengan kanul nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat,
tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan.
Terapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi
hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan terapi
modulasi respon peradangan.
G. Pathways
Mikroorganisme, apenddiksitis,
tukak peptik, disentri, divertilikus,
dan operasi yg tidak steril
Inflamasi pada
peritonium
peritonitis
Depolarisasi bakteri
dan virus kesistem GE
Gangguan pada lambung
(meningkatan HCl)
Perangsangan
Pelepasan berbagai mediator kimiawi
(histamine,pirogen di
hipotalamus
bradikinin, serotonin)
Menyebabkan edema pada dinding abdomen
Memicu pengeluaran prostaglandin
Pengumpulan cairan di rongga peritoneum
Memacu kerja thermostat
Merangsang
hipotalamus
saraf
Kehilangan sejumlah besar cairan
perasa nyeri
Nyeri
Hipertermi
dengan:
Kehilangan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status :
Food and Fluid
volume cairan
Intake
Setelah dilakukan
secara aktif
Kegagalan
tindakan keperawatan
mekanisme
pengaturan
DS :
- Haus
DO:
- Penurunan turgor
-
Rencana
keperawatan
kulit/lidah
Membran
selama.. defisit
volume cairan teratasi
dengan kriteria hasil:
Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan
BB, BJ urine
Intervensi
NIC :
Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
Monitor hasil lab yang
sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas
urin, albumin, total
protein )
Monitor vital sign setiap
15menit 1 jam
mukosa/kulit
-
kering
Peningkatan
denyut nadi,
penurunan
tekanan darah,
penurunan
volume/tekanan
menurun
Perubahan status
yang berlebihan
Orientasi terhadap
waktu dan tempat
mental
Konsentrasi urine
meningkat
Temperatur tubuh
meningkat
Kehilangan berat
output
HMT meningkat
Kelemahan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan
:
Ketidakmampuan
untuk memasukkan
atau mencerna nutrisi
oleh karena faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.
DS:
100cc/jam)
Dorong keluarga untuk
Elastisitas turgor
tanda dehidrasi,
nadi
Pengisian vena
tiba
Penurunan urine
IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian
normal,
Tekanan darah,
baik
Jumlah dan irama
meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam
pernapasan dalam
batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
pH urin dalam batas
normal
Intake oral dan
intravena adekuat
NOC:
a.
Nutritio
of nutrient
b.
Nutritio
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
tindakan keperawatan
selama.nutrisi
dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
harian.
Monitor adanya penurunan BB
Nyeri abdomen
Muntah
Kejang perut
Rasa penuh tiba-
yang berlebih
Kurang nafsu
makan
Bising usus
berlebih
Konjungtiva pucat
Denyut nadi
indikator:
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
capacity
Jumlah limfosit
kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
lemah
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
Nyeri akut
NOC :
Pain Level,
berhubungan dengan:
pain control,
Agen injuri (biologi,
comfort level
kimia, fisik,
Setelah dilakukan
psikologis),
tinfakan keperawatan
kerusakan jaringan
DS:
- Laporan secara
verbal
DO:
- Posisi untuk
-
menahan nyeri
Tingkah laku
berhati-hati
Gangguan tidur
(mata sayu, tampak
capek, sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri
sendiri
Fokus menyempit
mengalami nyeri,
nyeri, mampu
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
Tingkah laku
dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri berkurang
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala,
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
gangguan tidur
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
suhu ruangan, pencahayaan
mengurangi nyeri,
dengan menggunakan
dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga
nonfarmakologi untuk
persepsi waktu,
penurunan
menggunakan tehnik
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
intensitas, frekuensi
berpikir,
Mampu mengontrol
(penurunan
kerusakan proses
Hipertermia
Berhubungan dengan
:
NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan
NIC :
mungkin
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tekanan darah,
penyakit/
trauma
peningkatan
metabolisme
aktivitas yang
menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat
berlebih
kesadaran
tindakan keperawatan
selama..pasien
dehidrasi
DO/DS:
kenaikan suhu
tubuh diatas
rentang normal
serangan atau
konvulsi
(kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
Kulit teraba
panas/ hangat
hasil:
Suhu 36 37C
Nadi dan RR
dalam rentang
normal
Tidak ada
perubahan warna
..
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat
dan nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Jam
: 18.40 WIB
Oleh
Sumber Data
Metode
dokumen.
1.
Identitas Klien
Nama
: Tn.S
Tanggal Lahir/Usia
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Alamat
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Petani
Dx. Medis
: Peritonitis
No.RM
: 87.90.XX
2.
Penanggung Jawab
Nama
: Ny. S
: istri
Alamat
Pekerjaan
: IRT
b. AMPLE
1) Alergy
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat
2) Medication
Klien mengatakan tidak punya obat rutin
3) Post medical history
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat sakit
4) Last meal
Klien mengatakan terakhir makan pagi hari pukul 07.30 WIB dengan
menu nasi sayur dan lauk
5) Event leading up to illnes
Klien mengatakan setelah ashar perutnya keras dan membesar
kemudian diantar oleh adiknya ke IGD RSST pukul 18.40.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM, dan jantung.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan Maksilofasial
Kepala mesosepal, mukosa lembab, tidak terdapat tanda cidera, tidak ada
jejas di sekitar wajah dan belakang kepala/leher, konjungtiva merah muda,
dan tidak ada perdarahan/ secrte keluar dari hidung, telinga, mulut.
2. Vertebra Servikalis dan Leher
Tidak terdapat deviasi trakhea, tidak terdapat lesi/ jejas, dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, nadi karotis teraba kuat.
3. Thoraks
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
4. Abdomen
a.
Inspeksi
c.
Perkusi
d.
Palpasi
5. Genetalia / Rektum
Tidak ada bengkak, tidak ada jejas, tidak ada massa dan tidak ada
perdarahan.
6. Muskuloskeletal
a. Ekstremitas atas
Tidak ada odem pada ekstrimitas atas, tidak ada jejas, akral dingin,
CRT >2 detik. Teraba nadi radialis 88 kali/menit lemah dan irreguler.
b. Ekstrimitas bawah
Tidak ada odem pada ekstrimitas bawah, tidak ada jejas, akral hangat
CRT >2 detik. Teraba nadi dorsalis pedis tidak teraba.
5. Terapi
1. IVFD makro RL 24 tpm
2. Sotatic 12 jam
3. Ketorolac 8 jam/30 mg
4. Ranitidine 12 jam/50 mg
5. Ceftriaxone 12 jam/1 gr
6. O2 nasal kanul 3 lt/menit
6. Data Laboratorium
1. Darah Lengkap
Hari, tanggal
Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Satuan
12,0 16,0
g/dL
Eritrosit
5,34
4,20 5,20
106/uL
Leukosit
14,5
4,80 10,8
103/uL
Trombosit
263
150 450
103/uL
Hematokrit
44,3
37,0 52,0
MCV
83,0
80,0 99,0
fL
MCH
27,7
27 31
fL
MCHC
33,4
33,0 37,0
g/dL
Neutrofil
91,8
50 70
Limfosit
4,6
20 40
MXD
3,6
1,0 12,0
RDW
46,1
35,0 45,0
fL
DIEF COUNT
C. Analisa Data
No
1
-
2
3
DATA
DS
MASALAH
Ketidakefektifan
PENYEBAB
Obstruksi jalan
DO
nafas: mokus
Terdapat sekret
Suara nafas ronkhi
pernafasan dada 30 x/menit
tampak retraksi dinding dada saat inspirasi
pasien tidak sadar
Keadaan umum buruk
kesadaran Stupor
GCS 6 (E:1, M:3, V:2)
DS
dalam jumlah
Ketidakefektifan
Penurunan jumlah
DO
perfusi jaringan
Hb
perifer
berlebihan
Risiko
ketidakstabilan kadar
gula darah
(hiperglikemia)
Status kesehatan
fisik
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Obstruksi jalan
nafas: mokus dalam jumlah berlebihan ditandai dengan:
DS
DO
-
Terdapat sekret
Suara nafas ronkhi
pernafasan dada 30 x/menit
tampak retraksi dinding dada saat inspirasi
pasien tidak sadar
Keadaan umum buruk
kesadaran Stupor
GCS 6 (E:1, M:3, V:2)
Nama
Dx medis
E. PERENCANAAN KEPERAWATAN
: Tn.S
: Susp Peritonitis
Diagnosa Keperawatan
1. Hari, tanggal :
Tujuan
Rencana Tindakan
Rasional
Selasa, 24 Mei
pengembangan dada,
2016, pukul:
WIB
saturasi oksigen
18.40 WIB
Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
keperawatan selama 1 x 3
jam diharapkan
ketidakefektifan pola
nafas teratasi dengan
kriteria hasil:
-
x/menit)
Tidak ada otot nafas
tambahan
Tinggikan kepala
Elsa
semifowler
Kelola
pemberian
Pemberian
oksigen
dapat
Anjurkan keluarga
dapat
bernafas (minimalkan
bernafas
pengunjung)
Kolaborasi pemberian
memudahkan
dalam
: Tn.S
: Susp Peritonitis
Diagnosa
Ketidakefektifan
pola nafas b.d
penurunan
ekspansi paru
Implementasi
Evaluasi Proses
S:
Nuraini O:
-
Evaluasi Hasil
Hari, tanggal : Selasa, 24 Mei
2016 pukul 21.00 WIB
S:
- Keluarga mengatakan akan
membatasi pengunjung yang
datang
O: Nuraini
S:
-
O:
-
dangkal
RR: 26 x/menit
Terdapat retraksi dinding
dada
S: O:
18. 50 : Mengelola pemberian oksigen 3
- Pasien menggunakan nasal
lpm
kanule dengan kecepatan 3
Elsa
lpm
Elsa
18. 55 : Meninggikan kepala semifowler
Elsa
S:
- Pasien mengatakan posisinya
sudah nyaman
O:
- Pasien dalam posisi
semifowler
Elsa
S:
-
Eka O:
-
2.
S:
-
O:
-
S:
-
Nuraini
-
S:
- Pasien mengatakan sudah
Elsa O:
O:
O: -
S:
-
Ansietas b.d
kurang
pengetahuan
3.
O:
19.45 : Mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan cemas,ketakutan
Eka
O:
- Pasien sering menanyakan
penyakitnya dan kondisinya
saat ini
Eka
TTV
TD: 140/85 x/menit
N: 85 x/menit
RR: 26 x/menit
S: 36C
Pasien tampak gelisah
S:
- Pasien mengatakan lebih
paham tindakan yang akan
dilakukan tetapi masih cemas
O:
- Rencana tindakan yaitu
pemasangan NGT dan kateter
Nuraini
Nuraini
BAB IV
KESIMPULAN
Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa
tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi,
obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis (Dahlan, 2004).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis,
salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptur saluran cerna, komplikasi post
operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Dahlan, 2004).
Asuhan keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa medis suspect peritonitis
yang dilakukan pada tanggal 24 Mei 2016 mendapatkan 3 diagnosa keperawatan
antara lain :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
teratasi sebagaian
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (suspect peritonitis)
teratasi sebagaian
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan teratasi sebagaian