Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TUGAS AKHIR.

KINERJA CONSTRUCTED WETLAND (TYPHA) DAN BAKTERIA ENDOFIT DALAM


MENGOLAH AIR LINDI DI TPA PIYUNGAN.

Diajukan Oleh : Denny Febrianto (19513173)

Dosen Pembimbing Proposal : Dr. Joni Aldilla Fajri, S.T., M. Eng

Proposal ini sudah diperiksa dan layak untuk diajukan ke tahapan evaluasi proposal.

Yogyakarta, 23 Juli 2022.

Dr. Joni Aldilla Fajri, S.T., M. Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN, UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TAHUN 2022
A. LATAR BELAKANG.

Air lindi yang menjadi salah satu permasalahan dan sering terjadi di masyarakat sekitar menjadi
salah satu sumber pencemaran yang terjadi sekarang ini, setiap tahunnya sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat dapat menyebabkan bau yang tidak sedap dan dapat mengganggu kesehatan. Penyebab
sampah yang mulai mengalami penumpukan yang semakin lama akan menghasilkan leachate atau air
lindi. Air lindi dapat mengalir dan terjadi polusi dan dapa mencemari permukaan tanah yang telah
dilewati dan pencemaran tersebut dapat menimbulkan pencemaran tanah yang berdapak pada kerusakan
ekosistem (Ali, 2011). Air lindi yang dihasilkan dari pengolahan sampah memiliki kandungan organic
yang tinggi dan mempunyai dampak lingkugan yang cukup besar dan tingkat konsentrasi yang
dihasilkan mempunyai nilai COD dan BOD yang sangat tinggi yang diakibatkan penumpukan sampah
yang dibiarkan akan menghasilkan sumber polusi berupa bau. Problematika yang sering ditemukan
penyebab terjadi pencemaran air lindi dan bayak ditemukan berbagai macam masalah akibat dari air
lindi tersebut dan faktor penyebab utama dalam pengurugan timbunan sampah plastik di dalam tanah
merupakan penyebab utama dan berdampak pada pencemaran air maupun pencemaran tanah (Damahuri,
2008).
Peningkatan jumlah penduduk salah satu faktor utama dari peningkatan air lindi dikarenakan
sampah yang dihasilkan oleh setiap orang semakin banyak dan menimbulkan permasalahan lingkungan.
Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan dari pertambahan
timbulan sampah yang dihasilkan, semakin banyak sampah yang tertumpuk, maka air lindi yang
dihasilkan akan bertambah banyak dan peristiwa tersebut tidak boleh terjadi. Apabila hal itu terjadi
maka akan terjadi permasalahan lingkungan yang selanutnya yang mencakup kerusakan, kelestarian, dan
kesehatan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya masyarakat sekitar masih menerapkan pengurugan
sampah dengan sistem open dumping atau secara terbuka, masalah tersebut timbul karena kurangnya
perhatian dari masyarakat dalam ikut ambil menjaga kebersihan dan tatanan khususnya tempat
pengolahan sampah (Fitri, 2012).
Menanggulanggi terjadinya air lindi yang dihasilkan dari penimbunan sampah cara mengatasi
permaslahan tersebut dengan pencegahan terjadinya penimbunan sampah secara terbuka dan juga
apabila penumpukan sampah sudah menghasilkan air lindi maka perlu pengolahan dengan teknologi
yang diterapkan sebelum di buah ke daerah aliran air agar tidak terjadi pencemaran yang dapat
berbahaya bagi lingkungan. Oleh karena itu air lindi merupakan sumber permasalahan yang harus
dicegah dan diatasi segera, karena apabila tidak ada penangan dan juga koordinasi masyarakat dan
pemerintah setempat, maka pencemaran yang disebabkan air lindi tersebut akan terus berlanjut dan perlu
ada pencegahan dan teknologi yang dapat mengatasi air lindi yang dapat mencemari lingkungan (Sabari
dan Wibisono, 2010).

2
1.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah sistem kinerja constructed wetland dengan menggunakan tanaman typha dapat
menurunkan konsentrasi logam yang terkandung dalam dalam air lindi?
2. Berapakah penurunan konsentrasi logam pada air lindi setelah dengan constructed wetland?

2.Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi proses kinerja constructed wetland dan bakteria endofit dalam pengolahan air
lindi di TPA Piyungan

3.Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengambilan sampel yang berupa air lindi diambil dari unit pengolahan air lindi di TPA
Piyungan
2. Parameter yang akan diteliti adalah BOD, COD, logam, dan NH 3
3. Analisis dan metode yang dimanfaatkan dalam penelitian adalah constructed wetland dalam
pengolahan air lindi.

4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Memberikan informasi terkait kinerja Constructed Wetland dalam pengolahan air lindi di TPA
Piyungan

3
5. Kerangka Berpikir Penelitian

4
.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1.TPA (Tempat Pengolahan Akhir)

TPA (Tempat Pengolahan Akhir) merupakan tempat yang dimanfaatkan masyarakakt sekitar
untuk lahan tempat sampah dengan mengumpulkan di suatu tempat yang cukup luas untuk memuat
sampah yang dihasilkan masyarakat khususnya yang paling banyak sampah domestik yang merupakan
penghasil sampah yang signifikan. Perencanaan TPA dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan
dengan cara memisahkan sampah menjadi bebrapa bagian sebelum lanjut ke proses selanjutnya
mencakup pengumpulan, pemisahan, sampai dengan pengolahan limbah secara berkelanjutan.
Pengolahan sampah di TPA dilakukan beberapa tahapan yang mencakup penimbunan, pengurugan
tanah, pengolahan air lindi, dan penanganan gas timbulan sampah. Ada beberapa metode yang
dimanfaatkan dalam pengolahan akhir sampah mencakup Metode Canyon, Metode Trench, dan Metode
Area.
a) Metode Canyon
Metode ini menggunakan jurang sebagai sistem pembuangan akhirnya, tetapi kelebihan
dalam metode ini adalah tanah yang digunakan dalam penimbunan sampah masih tersedia
dan sebelumnya sudah memanfaatkan sistem yang memiliki lapisan dasar.
b) Metode Trench
Metode yang memanfaatkan sistem sanitary landfill untuk lahan tempat penimbunan
sampah yang telah disiapkan dan kondisi air tanah sudah berada dalam jarak yang sudah
aman dari permukaan tanah.
c) Metode Area
Metode ini tidak cocok dimanfaatkan di daerah yang memilki permukaan tanah yang relatif
tinggi dan mempunyai kekurangan dalam pengurugan tanah sebagai penutup.

2. Air Lindi

Air lindi dijelaskan sebagai cairan yang disebabkan dari hasil penimbunan sampah maupun
limbah yang menumpuk sekian lama. Air lindi dapat dipengaruhi oleh bebrapa aspek yang mencakup
bahan atau komposisi. Air lindi akan semakin bertambah banyak atau signifikan apabila komponen dari
komposisi sampah menumpuk semakin banyak dan terdekomposisi dan juga kadar kandungan air lindi
akan lebih meningkat sebelum masuk kedalam daerah lanfill (Naminata &Marcellin, 2018). Kandungan
dari air lindi memiliki bahan zat organik yang signifikan dan tingkat konsentrasi air lindi di tempat
pembuangan akhir memiliki komposisi kandungan yang berbeda-beda dalam setiap tingkatannya dan
dapat mecemari lingkungan yang berdampak kerusakan dengan skala yang cukup besar karena
kandungan air lindi yang tersimpan mencakup BOD (Biological Oxigen Demand), Chemical Oxygen
Demand (COD), Logam, dan NH3 (Ammonia). Air lindi yang dihasilkan dari penumpukan sampah
apabila tidak ada penanganan akan menimbulkan pencemaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan
dan lingkungan yanga ada disekitar termasuk kehidupan dan kesehatan manusia. 5
Air lindi apabila terjadi pencemaran di darah permukaan tanah akan mencemari air tanah yang
berada pada tempat tersebut. Air lindi yang mempunyai kadar bahan organik yang cukup tinggi dan
mempunyai dampak dalam rentang waktu yang tidak sedikit, konsentrasi pada air lindi akan membatasi
dan mengurangi kadar oksigen dalam tanah yang dapat menimbulkan air tanah menjadi tercemar. Air
lindi juga mengandung padatan yang telah tersuspensi dari bahan organik mapun anorganik yang
terdapat pada tumpukan sanpah yang mempunyai kandungan yang signifikan dan dengan kandungan air
lindi yang mempunyai komposisi dan konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan pencemranan atau
polusi bagi lingkungan dan perlu adanya teknologi yang dapat memebantu dalam pengolhan air lindi
dengan tujuan air lindi yang telah diolah melalui beberapa tahapan proses dapat mengurangaikan atau
menanggulangi tingkat konsentrasi berbahaya yang terkandung di air lindi (Ojoawo et al., 2011).
Air lindi dapat mengalami peningkatan ketika hujan turun dan membasahi tumpukan sampah
yang tertumpuk yang dapat meningkatkan laju dan jumlah air lindi yang dihasilkan. Masalah tersebut
sulit untuk dicegah dalam kondisi apapun, karena pada dasanya air lindi dikategorikan limbah yang sulit
sekali untuk mengalami degradasi, disebabkan karena air lindi mengandumg bahan makro molekul
seperti kandungan polimer dan bahan organik yang tinnggi yang memilki sifat sintetik. Air lindi
memiliki tingkat dengan kadar nilai rasio dari BOD dan COD kurang dari 0,4. Hal tersebut dapat
diidentifikasikan bahwa air lindi memiliki nilai rasio yang rendah dan bahan organik di dalam air lindi
tersebut sangat sulit untuk mengalami proses degradasi (Payandeh et al., 2017).

3. Pengolahan Air Lindi

Pengolahan air lindi mempunyai maksud dan tujuan untuk mengurangi dampak yang
berbahaya dan dapat mencemari lingkungan sekitar yang mencakup tanah dan aliran air yang
merupakan tempat berlansungnya kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang saling berhubungan.
Pengolahan air lindi ada beberapa cara yaitu dengan pengolahan secara kimia, fisika, dan biologi proses
ini mencakup pengolahan secara organik dan anorganik. Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi
pengolahan air lindi yang dilakukan di TPA yang mencakup kualitas dan kuantitas air lindi yang
dihasilkan menggunakan berbagai media dan teknologi yang diterapkan dalam mengurangi dan
meminimalisir kandungan air lindi yang menimbulkan sumber polutan, akan tetapi beberapa teknologi
yang diterapkan dalam pengolahan air lindi membutuhkan tahapan dan waktu yang cukup lama dalam
menentukan teknologi yang sesuai dengan karakteristik air lindi tersebut (Oktiawan et al., 2021)

4. Parameter Pencemar Air Lindi


Pengolahan air lindi dalam menrunkan tingkat kandungan pencemra mencakup BOD, COD,
Logam, dan NH3 .

6
a) BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand) merupakan suatu proses yang diperlukan O 2 yang bersifat
biokimia yang mencakup tingkat kandungan susunan organik yang mengalami pemecahan atau
penguraian secara biologi dengan jumlah oksigen yang diperlukan mikroorganisme yang
bersifat aerob dilakukan oksidasi secara organik menjadi CO 2 dan H2O.

b) COD (Chemical Oxygen Demand)


COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan suatu proses yang diperlukan O 2 yang memiliki
sifat kimia yang dideskripsikan jumlah secara keseluruhan O 2 yang dilakukan uktuk proses
oksidasi susunan organic dan dapat mengalami proses degradasi secara biologi dari CO 2 dan
H2O didalamnya.

c) Logam
Logam merupakan salah satu unsur pencemar yang berdamapak pada kerusakan dan ekosistem
lingkungan. Logam yang dapat menimbulkan bahaya mencakup Hg, As, Pb. Cd, dan Cr.
Kandungan dari logam tersebut apabila terjadi suatu akumulasi maka berdampak pada
kerusakan yang parah. Adapuan karakteristik logam diantaranya mempunyai spesifikasi
gravitasi yang cukup besar >4 dan memiliki spesifik atau resopn secara biokimia.

d) NH3 (Ammonia)
NH3 (Ammonia) merupakan salah satu susunan yang mencakup peguraian, reduksi kandungan
nitrat yang terdapat pada bahan organic limbah yang dihasilkan dan berbahaya bagi lingkungan
apabila konsentrasi dalam kandungan tersebut tinggi akan bersifat beracun.

5. Baku Mutu Air Lindi

Baku mutu air lindi merupakan suatu batasan yang ditetapkan yang mencakup tingkat
kandungan bahan yang mengalami pencemaran dalam jumlah yang dibatasi timbulan air lindi yang
telang dialirkan ke dalam perairan dalam penerapan TPA (Tempat Pengolahan Akhir). Air lindi yang
telah mengalami proses pengolahan terlebih dahulu, dala ketentuannya diperbolehkan dialirkan
kedalam aliran sungai maupupn perairan harus sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah berdasarkan Peraturan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 mengenai Baku Mutu Lindi Bagi Usaha dan
Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.

7
Tabel Baku Mutu Air Lindi
Kadar Paling Tinggi
Parameter
Nilai Satuan
Ph 6-9 -
BOD 150 mg/L
COD 300 mg/L
TSS 100 mg/L
N Total 60 mg/L
Merkuri 0,005 mg/L
Kadmium 0,1 mg/L
Sumber: Permen LHK No. 59/2016

6. Constructed Wetland

Constructed Wetland salah satu sistem pengolahan yang telah di lakukan perencanaan yang
diatur dari berbagai macam desain dengan penerapan proses yang alamiah. Proses ini memanfaatkan
komposisi atau gabungan media, vegetasi, dan mikroorganisme dalam pengolahan air lindi. Pengolahan
dengan memanfaatkan sistem ini dapat melakukan penguraian air lindi dengan maksimal. Sistem
constructed wetland memanfaatkan proses secra fisiska, kimia, dan biologi melalui berbagai macam
proses termasuk dengan biodegradasi dalam mengurangi kadar bahan organik yang cukup signifikann
dan mencakup biotik dan abiotik.
a) Settling dan pengendapan salah satu upaya yang dilakukan dalam meminimalisir kandungan
zat partikel padatan yang sudah mengalami proses percampuran anatara senyawa.
b) Proses dapat dilakukan dengan kimia pada tumbuhan yang mencakupbahan kandungan
organic, dan air lindi yang memliki tingkat konsentrasi.
c) Proses pengikatan air lindii pada kandungan logam yang berbahaya dilakukan dengan oksidasi
dan reduksi pada pengolahan.
d) Pengurangan kandungan bahan pencemar sebagai salah satu proses penguraian senyawa
e) Penurunan tingkat pencemran air lindi yang dilakukan dengan proses penguapan.

8
7. Media Tanaman Typha (Typha angustifolia)

Tanaman Typha angustifolia termasuk tanaman yang masuk kedalam rhizomatous tegak dan
memiliki rimpang yang bercabang-cabang luas, membuat tanaman tersebut memiliki tunas udara dan
berkembang pada kedalaman yang cukup dangkal., mempunyai daun bsal tipis, dan memliki Panjang
dan juga lebar sekitar 4 -12 mm. Kemudian bentuk dan struktur bunga seperti paku memliki warna
coklat berbentuk tabung dengan dengan Panjang 15-50 cm. Tanaman ini dapat menghasilkan kuran
lebih 200.000 bibit. Memiliki struktur bunga seperti berbenuk paku berukuran besar sebanyak 2 buah ,
bagiannya tersusun ada yang ditas dan dibawah yang menghubungkan oleh bebrapa sumbu. Sumbu ini
dimanfaatkan oleh tanaman tersebut sebagai pembeda anatar bunga jantan dan bunga betina memiliki
panjang sekitar 1-8 cm pada masing-masing bunganya. Pada dasarnya tanaman Typha (Typha
angustifolia) merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan dalam constructed wetland dalam
mengolah air lindi memliki masa detensi 3-15 hari, efisiensi penyisihan dalam BOD 47,4%-91,6%, dan
BOD 77,6% -91,8%, Tanaman Typha angustifolia ini dapat menurunkan kadar kandungan air lindi
secara signifikan dengan tingkat penurunan COD dan BOD rata-rata 95% (Zubair et al., 2020)

8. Bakteria Endofit

Bakteria Endofit salah satu bakteri yang dapat bertahan hidup di dilama jaringan tanaman yang
mempunyai inang dan tidak menyebabkan penyakit. Pada dasarnya bakteria endofit ini dapat masuk
kedalam jaringan melewati sistem perakaran, akan tetapi banyak Sebagian tanaman yang terkean paran
udara secara kontak mencakup bunga, sampai dengan jalur masuk bakteria endofit. Bakteria endofit
pada tanaman memiliki jumlah yang belum dapat ditentukan, akan tetapi dapat melakukan isolasi
memanfaatkan media agar. Memiliki sifat yang obligattmaupun fakultatif mencakup kolonisasi pda
tanaman yang memiliki inang. Mikrooganisme dapat dijadikan bakteria endofit ketika mikroba yang
terdapat pada jaringan suatu tanaman. Bakteria endofit bermanfaat sebagi pengendalian pathogen
dalam tanaman, juga dapat dilakukan induksi pada daya tahan tanaman dan dapat memaksimalkan
perkembangan tanaman yang dilalui berbagai senyawa yang bersifat bioaktif (Shehzad et,al 2016).

9
C. METODE

`1. Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel uji lindi dilakukan di lokasi TPA Piyungan yang beralamat di Kp. Bendo,
RT 04/RW 44, Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo. Bendo, Ngablak, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, D.I.
Yogyakarta. Pengujian penelitian Laboratorium Bioteknologi Lingkungan, Fakultas Tenik Sipil dan
Perencanaan, Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia.

2. Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan untuk penelitian anatar lain gelas beaker 250 mL, hot plate, pipet
ukur 10 ml, labu ukur 25 mL, spektrofotometri, botol sampling, sarung tangan karet, masket, alat
pengambil contoh sederhana, kertas label, buku catatan, corong kaca. Bahan yang akan digunakan untuk
penelitian diantaranya sampel air lindi, akuades, dan tanaman Typha angustifolia.

4. Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan untuk menganlisis kandungan BOD, COD, Logam, dan NH 3 air
lindi dilokasi TPA Piyungan

a) Metode Pengolahan Data


Data yang dibutuhkan berupa data yang didapatkan dari kadar BOD, COD, Logam, dan
NH3 didalam air lindi dilakukan dengan sistem constructed wetland (Typha angustifolia)

b) Metode Pengujian Karateistik Air Lindi


Pengujian karakteristik air lindi ini dilakukan dengan melakukan pengujian tingkat dar
konsentrasi awal meliputi BOD, COD, Logam, dan NH 3 pada sampel air lindi yang
dimanfaatkan sebelum dilakukan proses reduksi.

c) Metode Aklimatisasi Tanaman Typha (Typha angustifolia)


Tanaman Typha (Typha angustifolia) tahapan pertama yang perlu dilakukan
aklimatisasi sebelum proses penelitian berlangsung. Aklimatisasi dapat diterapkana dengan
tahapan penambahan air dimulai dari top water dan kemudian dilakukan penambahan pupuk
dimasukkan ke reactor. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan tanaman tersebut dapat melakukan
adaptasi dan penyesuana kondisi lingkungan sekitar yang masih tergolong baru

d) Metode Culture Bakteri


Bakteri yang sesuai dan sudah terpilih akan digunakan untuk pengujian parameter air
lindi akan dikembangbiakan sesuai dengan norfologi didasarkan peneliatan yang ada (Shehzadi
et al., 2016). Bakteri yang mengalami pertumbuhan akan mengalami peningkatan jumlah dan m
enumbuhkan inoculum bakteri pada media tanaman.

e) Metode Reaktor Batch


Bakteri kemudian mulai dipindah pada masing-masing media sekitar 5ml/media,
kemudian akan dilakukan proses kultur dengan waktu 24 jam dengan memanfaatkan alat yang
berupa sterrer dengan kecepatan minimum 250 rpm, dengan rata-rata suhu sekitar 38◦C. Bakteri
yang sudah mengalami masing-masing pertumbuhan diambil sebanyak 250 ml dan kemudian
dimasukan kedalam sebuah reactor batch yang memilki kompartemen yang mencakup tahapan
floating dan constructed. 1
0
f) Metode Running & Sampling
Metode ini menggunakan reaktor yang akan dipisahkan menjadi setiap reaktor batch
dengan menggunakan kode. Debit yang akan digunakan pada setiap reaktor akan dibedakan,
dan setelah selesai proses tersebut hasil sampling akan setiap 2 hari sekali akan dibawa, pada
hari ke 2, 4, 6, dan 8. Air lindi yang telah dilakukan pengolahan yang dibantu dengan tanaman
Typha (Typha angustifolia), kemudian dialirkan menuju bak atau wadah yang telah disterilkan
dengan cara dilalui dengan keran outlet.

g) Pengujian
Metode ini dilakukan dengan pengukuran kadar BOD, COD, Logam, dan NH 3, dengan
proses pengeceran hasil sampel , kemudian dilakukan proses secara inkubasi kurang lebih
selam 5 hari dan kemudian dilanjutkan pengukuran oksigen yang telah terlarut selama inkubasi
dapat ditunjukan jumlah oksigen yang dibutuhkan pada sampel.

h) Analisi data
Analisis data yang telah didapatkan penelitian sebelumnya dilakukan untuk
mengidentifikasi berapa tingkat konsentrasi BOD, COD, Logam, dan NH 3 yang terdapat pada
air lindi setelah dilakukan pengolahan secara constructed wetland memanfaatkan tanama
Typha (Typha angustifolia)

1
1
5. Diagram Alir Penelitian

1
2
D. JADWAL TUGAS AKHIR.

Penelitian Tugas Akhir akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal penelitian yang dibuat

Waktu Penelitian
No Deskripsi Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Laporan
2 Pendaftaran Laporan
3 Penentuan Pembimbing
4 Masa Review dan Revisi Proposal
5 Pengurusan Izin dan Observasi Lokasi
6 Persiapan Pengambilan Sampel
7 Pengambilan Sampel
8 Pengujian Laboratorium
9 Pengolahan Dan Analisis Data
10 Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Diskusi Laporan Dengan Dosen
11 Pembimbing
12 Revisi Laporan Tugas Akhir
13 Pendaftaran Seminar Hasil
14 Pelaksanaan Seminar Hasil
15 Revisi Tugas Akhir
16 Ekshibisi Tugas Akhir
17 Pendaftaran Pendadaran

E. RENCANA ANGGARAN BIAYA TUGAS AKHIR.

RAB PENELITIAN
No Keperluan Satuan Harga Satuan Jumlah Biaya
1 Sekop buah Rp60.000 1 Rp60.000
2 Cangkul buah Rp45.000 1 Rp45.000
3 Sarung Tangan buah Rp60.000 2 Rp120.000
4 Masker buah Rp50.000 1 Rp50.000
5 Container Box Kecil buah Rp40.000 2 Rp80.000
6 Wadah Alumunium foil pcs Rp55.000 3 Rp165.000
7 Plastik ziplock pcs Rp5.000 4 Rp20.000
8 Sampling orang Rp100.000 1 Rp100.000
9 Alat Gelas buah Rp500.000 4 Rp2.000.000
10 Buku Catatan buah Rp5.500 2 Rp11.000
Jumlah Total Rp2.651.000

1
3
F. DAFTAR PUSTAKA.

Abdel Sattar A.M., Bonakdari H., Negm A., Gharabaghi B., Elhakeem M. (2018) Soil
Aquifer Treatment System Design Equation for Organic Micropollutant Removal. In:
Negm A. (eds) Groundwater in the Nile Delta. The Handbook of Environmental
Chemistry, vol 73. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/698_2017_136

Amy, G., & Drewes, J. (2007). Soil aquifer treatment (SAT) as a natural and sustainable
wastewater reclamation/reuse technology: Fate of wastewater effluent organic Matter
(EfoM) and trace organic compounds. Environmental Monitoring and Assessment,
129(1–3), 19–26. https://doi.org/10.1007/s10661-006-9421-4

Ali Munawar. 2011. Rembesan Air Lindi (Leachate) Dampak pada Tanaman Pangan dan
Kesehatan. Veteran Jawa Timur. UPN Pres. Surabaya.

Bringer, L. M., dos Reis, J. A. T., & Mendonça, A. S. F. (2018). Wastewater treatment
systems selection inside watersheds by using multiobjective analysis. Revista Brasileira
de Recursos Hidricos, 23. https://doi.org/10.1590/2318-0331.231820170140

Crites, R. W., Middlebrooks, J., & Reed, S. C. (2006). Natural Treatment Wastewater
Systems. In Book:

Damanhuri,Enri.2008.Diktat: Landfilling Limbah.Fakultas Teknik Sipil dan


Lingkungan.ITB.Bandung

Dervišević, I., Đokić, J., Elezović, N., Milentijević, G., Ćosović, V., & Dervišević, A. (2016).
The Impact of Leachate on the Quality of Surface and Groundwater and Proposal of
Measures for Pollution Remediation. Journal of Environmental Protection, 07(05), 745–
759. https://doi.org/10.4236/jep.2016.75067
Fitri, R., 2007, Studi Kualitas Air Tanah Dangkal di Kawasan Lokasi Pembuangan Akhir
(TPA) Air Dingin Kota Padang dengan Parameter Logam Berat (Hg, Pb, Cr, Cu, Zn),
Skripsi, Fakultas Teknik, Padang.

Gorgoglione, A., & Torretta, V. (2018). Sustainable management and successful application
of constructed wetlands: A critical review. Sustainability (Switzerland), 10(11), 1–19.
https://doi.org/10.3390/su10113910

Grisa, A. M. C., Paese, C., Dotto, O. J., Nicola, R., & Zeni, M. (2012). Chemometric Analysis
of an Sanitary Landfill Leachate. Journal of Water Resource and Protection, 04(01),
16–24. https://doi.org/10.4236/jwarp.2012.41003
Hijosa-Valsero, M., Matamoros, V., Martín-Villacorta, J., Bécares, E., & Bayona, J. M.
(2010). Assessment of full-scale natural systems for the removal of PPCPs from
wastewater in small communities. Water Research, 44(5), 1429–1439.
https://doi.org/10.1016/j.watres.2009.10.032

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.Jakarta.

KEMENPU. (2013). Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam


Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 35.

1
4
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2019). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.75/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019
Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen. Permen KLHK
No75/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 TENTANG PETA JALAN PENGURANGAN
SAMPAH OLEH PRODUSEN, 53(9), 1689–1699.

Mendieta-Pino, C. A., Pérez-Báez, S. O., Ramos-Martín, A., León-Zerpa, F., & Brito-Espino,
S. (2021). Natural treatment system for wastewater (NTSW) in a livestock farm, with
five years of pilot plant management and monitoring. Chemosphere, 285.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2021.131529

Ministry of Environment and Forestry Indonesia. (2012). Ministerial Regulation No 13/2012


Concerning Guidelines for the Implementation of Reduce, Reuse, and Recycle through
Waste Banks.

Moyo, W., Chaukura, N., Msagati, T. A. M., Mamba, B. B., Heijman, S. G. J., & Nkambule,
T. T. I. (2019). The properties and removal efficacies of natural organic matter fractions
by South African drinking water treatment plants. Journal of Environmental Chemical
Engineering, 7(3), 103101. https://doi.org/10.1016/j.jece.2019.103101

Muftiana, M., Izzati, M., & Soeprobowati, T. R. (2020). Survival and Performance of
Hydrilla verticillata (L.f.) Royle and Eichhornia crassipes (Mart.) Solms as
Phytoremediator on Leachate of Jatibarang Landfill in Semarang, Central Java. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 477(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/477/1/012008
Naminata, S., Kwa-Koffi, K. E., Marcel, K. A., & Marcellin, Y. K. (2018). Assessment and
Impact of Leachate Generated by the Landfill City in Abidjan on the Quality of Ground
Water and Surface Water (M’Badon Bay, Côte d’Ivoire). Journal of Water
Resource and Protection, 10(01), 145–165. https://doi.org/10.4236/jwarp.2018.101009
Noerfitriyani, E., Hartono, D. M., Moersidik, S. S., & Gusniani, I. (2018). Impact of Leachate
Discharge from Cipayung Landfill on Water Quality of Pesanggrahan River, Indonesia.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 120(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/120/1/012002
Nyame, F. K., Tigme, J., Kutu, J. M., & Armah, T. K. (2012). Environmental Implications of
the Discharge of Municipal Landfill Leachate into the Densu River and Surrounding
Ramsar Wetland in the Accra Metropolis, Ghana. Journal of Water Resource and
Protection, 04(08), 622–633. https://doi.org/10.4236/jwarp.2012.48072
Ojoawo, S., Agbede, O., & Sangodoyin, A. (2011). On the Physical Composition of Solid
Wastes in Selected Dumpsites of Ogbomosoland, South-Western Nigeria. Journal of
Water Resource and Protection, 03(09), 661–666.
https://doi.org/10.4236/jwarp.2011.39076
Pinninti, R., Kasi, V., Landa, S. R., Rathinasamy, M., Sangamreddi, C., & Radha, P. R. D.
(2021). Investigating the working efficiency of natural wastewater treatment systems: A
step towards sustainable systems. Water Practice and Technology, 16(3), 1012–1025.
https://doi.org/10.2166/wpt.2021.049

1
5
Payandeh, P. E., Mehrdadi, N., & Dadgar, P. (2017). Study of Biological Methods in Landfill
Leachate Treatment. Open Journal of Ecology, 07(09), 568–580.
https://doi.org/10.4236/oje.2017.79038

Priyambada, I. B., & Oktiawan, W. (2020). Impact of Leachate Recirculation on Stabilization


of Solid Wastes Leachate in Simulated Anaerobic Bioreactors. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 448(1). https://doi.org/10.1088/1755-
1315/448/1/012127
Renou, S., Givaudan, J. G., Poulain, S., Dirassouyan, F., & Moulin, P. (2008). Landfill
leachate treatment: Review and opportunity. Journal of Hazardous Materials, 150(3),
468–493. https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2007.09.077
Russo, T., Alfredo, K., & Fisher, J. (2014). Sustainable water management in urban,
agricultural, and natural systems. Water (Switzerland), 6(12), 3934–3956.
https://doi.org/10.3390/w6123934

Zakaria, S. N. F., & Aziz, H. A. (2018). Characteristic of leachate at Alor Pongsu Landfill
Site, Perak, Malaysia: A comparative study. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 140(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/140/1/012013
Sabari, Imam., Wibisosno, Lukman. 2010. Pemanfaatan Lindi (Limbah Cair Sampah) Untuk
Produksi Biogas Sebagai Upaya Menanggulangi Dampak Pencemaran Sampah.
Tugas Akhir. Fakultas Telnologi. ITS. Surabaya

Smahi, D., Hammoumi, O. El, & Fekri, A. (2013). Assessment of the Impact of the Landfill
on Groundwater Quality: A Case Study of the Mediouna Site, Casablanca, Morocco.
Journal of Water Resource and Protection, 05(04), 440–445.
https://doi.org/10.4236/jwarp.2013.54043

1
6
LAMPIRAN.

1
7

Anda mungkin juga menyukai