Anda di halaman 1dari 18

REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR YANG


DITERAPKAN DI NEGARA DENMARK

DOSEN PENGAMPUH : Agustan, S.T., M.Si

OLEH :
1. Muhammad Ashri Fadhel (E1A122021)
2. Tariska Novia Widyaningsih (E1A122029)
3. Aan Ashari Saputra (E1A122035)
4. Fhanny Riska Alfadillah (E1A122055)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat


rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Rekayasa
Penyehetan Lingkungan ini yang berjudul “Sistem Pengelolaan Limbah Cair
Yang Diterapkan Di Negara Denmark“. Kami juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak dosen yang telah memberikan kepercayaan
kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini hingga pada akhirnya kami bisa
menyelesaikan tugas ini.

Dalam penulisan ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai


dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa kami tidak luput dari
kesalahan baik dari segi penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian
kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat
sederhana.Demikian semoga bermanfaat bagi kami dan para pembaca pada
umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.

Maret, 2023

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dengan lingkungan atau alam memiliki hubungan timbal balik.
Manusia dapat memanfaatkan lingkungan atau alam sebagai sumber hidup yang
memiliki nilai ekonomis dan praktis. Lingkungan atau alam sangat kaya akan
sumberdaya alamnya seperti air, tanah, udara hutan dan lainya yang sangat
membentang luas di muka bumi ini untuk dimanfaatkan oleh manusia.

Kondisi kehidupan manusia dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan


sekitar. Seperti halnya kondisi kesehatan manusia. Banyak aspek kesehatan
manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit yang dapat
dimulai, didukung, dan timbul oleh faktor-faktor lingkungan itu sendiri. Bagi
orang-orang yang belum sadar terhadap akibat buangan mencemarkan lingkungan,
tidak memiliki program pengendalian dan pencegahan pencemarann yang
mengakibatkan bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung dibuang ke alam
bebas.

Limbah membutuhkan pengolahan yang tepat jika ternyata mengandung


senyawa pencemaran yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan
atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Dengan adanya perkiraan
tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan pencemaran perlu
dibuat. Karena limbah tersebut baik dalam jumlah besar atau sedikit jika dalam
jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan yang besar terhadap
lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak
sampai mengganggu struktur lingkungan.

Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk memaparkan bagaimana proses
pengolahan limbah cair yang dapat merusak lingkungan yang di terapkan di
negara Denmark, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana seharusnya
menangani limbah tersebut dengan tepat dan dapat menjadi contoh bagi negara
kita sendiri.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi limbah cair dan darimana sumber limbah cair diperoleh ?

2. Apa dampak dari limbah cair terhadap lingkungan ?

3. Bagaimana sistem pengelolaan limbah cair yang di terapkan di negara


Denmark?

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami dan mengetahui definisi limbah cair dan darimana sumber
limbah cair diperoleh

2. Untuk memahami dan mengetahui dampak dari limbah cair terhadap


lingkungan

3. Untuk memahami dan mengetahui sistem pengelolaan limbah cair yang di


terapkan di negara Denmark
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Limbah Cair Dan Sumber Limbah Cair

2.1.1 Definisi Limbah Cair

Air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga
yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya, dengan
demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.

Gambar 1
Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah tangga dan
air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak terkandung
zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan antara
limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak.
2.1.2 Sumber Limbah Cair

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :

a. Rumah tangga, contoh : air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi,
dan lain sebagainya.

b. Perkotaan, contoh : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari
tempat-tempatibadah.
c. Industri, contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat dan pabrik
karet.

Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik


sehingga memudahkan di dalam pengolahannya. Sebaliknya, limbah industri lebih
sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat
organik yang bersifat toksik. Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Kebiasaan manusia, makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air
limbah yang dihasilkan.

b. Penggunaan sistem pembuangan kombinasi atau terpisah, pada sistem


kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih per kapita,
sedangkan pada sistem terpisah volume limbah mencapai rata-rata 25-50 galon
per kapita.

c. Waktu, air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi
bergantung pada waktu dalam sehari dan musim.

2.2 Dampak Limbah Cair Terhadap Lingkungan

a. Dampak terhadap kesehatan

Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia karena dapat


ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai
media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, serta schitosomiasis.
Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat
bakteri patogen penyebab penyakit seperti:

1. Virus

Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus


penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil
pengolahan (effluent) pengolahan air.

2. Vibrio Cholera
Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air
limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio
cholera.

3. Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b

Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak


terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah
melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang banyak
berpenyakit typhus.

4. Salmonella Spp

Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat


pada air hasil pengolahan.

5. Shigella Spp

Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang
tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan
kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.

b. Dampak Terhadap Kehidupan Biotik


Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah.
Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan
oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain
kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam
air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah
tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. 
Gambar 2
c. Dampak Terhadap Keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan
yang memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan
dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat
besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu
yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses
pembusukan dari zat organik yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya
adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organik yang sangat menusuk
hidung.

Gambar 3

Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas


akanmemerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat
sekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh perusahaan yang
menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga menyebbkan
tempat di sekitarnya menjadi licin.

2.3 Sistem Pengelolaan Limbah Cair Yang Di Terapkan Di Negara Denmark

2.3.1 Denmark
Denmark dinobatkan sebagai negara yang paling ramah lingkungan
dengan skor 82.5 EPI tertinggi menjadikannya negara paling hijau sedunia dalam
Environmental Performance Index (EPI) 2022. Ini merupakan skor tertinggi
habitat dan keanakearagaman hayati serta kualitas udara dari 180 negara diseluruh
dunia.

Gambar 4
Denmark berupaya menjadi negara yang berkomitmen di hampir semua
lini kesehatan lingkungan. Denmark terus meningkatkan kualitas udara, memiliki
sistem sanitasi yang canggih dan air minum yang aman. Kopenhagen sebagai ibu
kota Denmark, dikenal sebagai kota yang paling layak huni dan warganya sering
dikatakan sebagai orang paling bahagia karena dikelilingi oleh perairan dan ruang
terbuka seperti taman dengan banyak udara segar dan air bersih dari sekitar dunia
untuk minum dan berenang.

2.3.2 Pengelolaan Limbah Cair Yang Di Negara Denmark

Dengan maraknya isu limbah cair yang banyak terjadi dan dengan sumber
daya air yang mulai langka, Denmark mempunyai The Marselisborg Pabrik
Pengolahan Air Limbah di Aarhus yang telah menjadi terkenal di seluruh dunia
untuk mengubah air limbah dan limbah menjadi air layak pakai. Sedangkan
Pemerintah sendiri mempunyai solusi pengolahan limbah air paling inovatif yaitu
optimalisasi proses dan komponen baru seperti nitrifikasi dan denitrifikasi secara
bersamaan. Serta adanya Constructed Wetlands (CWs) atau lahan basah.
Gambar 5

Sistem lahan basah skala penuh yang dibangun untuk pengolahan air
limbah telah beroperasi di Denmark sejak tahun 1983, terutama untuk pengolahan
limbah rumah tangga dari desa-desa kecil. Sistem dibangun sebagai sistem aliran
bawah permukaan horizontal berbasis tanah, tetapi karena konduktivitas hidrolik
tanah yang rendah, limpasan permukaan terlihat jelas di sebagian besar sistem.
Pengalaman selama dua dekade menunjukkan bahwa sistem berbasis tanah
umumnya efisien dalam menghilangkan padatan tersuspensi dan BOD, tetapi
penyisihan nitrogen dan fosfor lebih rendah (biasanya 30–50%) dan sistem tidak
melakukan nitrifikasi amonium.

2.3.3 Skema Kerja Pengelolaan Limbah Cair dengan Teknologi Lahan Basah

Lahan basah buatan atau CWs merupakan sistem enjinering pengolahan


limbah cair yang menirukan proses alam dalam memperbaiki kualitas air dengan
menyisihkan polutan yang terkandung di dalam air limbah melalui proses fisik
(penyaringan dan sedimentasi), proses biologi (pertumbuhan mikroba dan
tanaman air), dan proses mekanik (Kadleck dan Knight,1996). Proses dinamis
yang terjadi di dalam CWs melibatkan beberapa unsur antara lain: air, media filter
atau substrate (pasir, kerikil, atau media filtrasi lainnya), tanaman air
(macrophyte), litter (daun atau batang tanaman yang gugur), dan beragam
mikroorganisme (Kadlec dan Wallace, 2009). Dengan demikian, CWs merupakan
sistim yang komplek dan sulit dipahami karena proses fisik, biologi, mekanik dan
bahkan kimia terjadi secara aktif dan masing-masing komponen saling
mempengaruhi.
Gambar 6

Kelebihan teknologi CWs dibanding teknologi lainnya adalah mengolah


limbah cair sekaligus menciptakan estetika lingkungan, yang dikenal dengan
istilah ecosan (ekologi sanitasi), dimana teknologi ini menggunakan tanaman air
sebagai salah satu media pengolahan limbah (Hoffmann et al., 2011). Komponen
CWs terdiri dari air, media lolos air (substrate), tanaman air, dan mikroorganisme
yang tumbuh di dalam lahan basah. Komponen air menghubungkan semua fungsi
di dalam lahan basah, dan efisiensi pengolahan limbah di CWs tergantung pada
sifat-sifat air (limbah cair) yang bersangkutan. Komponen media lolos air yang
digunakan biasanya substrate alami seperti pasir, kerikil, atau pecahan batu.
Substrate tersebut disyaratkan bersih, keras, durabel, dan tidak berubah bentuk
untuk menjaga permeabilitas tanah dalam jangka panjang (USEPA, 2000).

Lapisan media bertindak sebagai filter mekanik dan filter biologi. Filter
mekanik menyaring polutan suspended dan microbial solid, sedangkan polutan
organik diserap oleh biofilm. Melalui proses biologi, semua kandungan organik
dihancurkan oleh mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan partikel
tanah/pasir dan akar- akar tanaman air (Hoffmann et al., 2011). Komponen
tanaman air merupakan komponen utama dalam ekosistim lahan basah di alam,
termasuk lahan basah buatan (Vymazal, 2011). Karena keberadaan tanaman air
tersebut, sistem lahan basah (CWs) disebut dengan green technology. Meskipun
tanaman air merupakan komponen utama di dalam ekosistem lahan basah,
pengolahan limbah mencakup beragam proses fisik, kimia, biologi, dan proses
diantara tanaman-media substrate-mikroorganisme.

Tanaman yang digunakan dalam CWs adalah tanaman yang terdapat di


perairan atau lahan basah seperti di bantaran sungai atau rawa. Terdapat 4
kelompok tanaman air berdasarkan bentuk atau lokasi pertumbuhannya, yaitu:
emergent plants, floating leaved plants, submerged plants, and free floating plants.
Tanaman emergent tumbuh pada tanah yang jenuh air. Sebagian dari batang
tanaman berada diatas tanah dan terendam air, sisanya di udara bebas. Tanaman
floating leaved mempunyai akar di tanah yang submerged, semua batangnya
berada di dalam air. Tanaman submerged tumbuh dengan batang & daun di dalam
air. Tanaman free floating tidak berakar di media tanah. (Kadlecand Wallace,
2009).

Terdapat dua macam tipe lahan basah, yaitu: Free Water Surface (FWS)
atau Surface Flow (SF), dan SubSurface Flow (SSF). Pada sistem SF, aliran air
berada di atas permukaan tanah. Pada sistm SSF, permukaan air berada di bawah
muka tanah. Berdasarkan arah aliran limbah, terdapat dua tipe SSF, yaitu arah
horizontal dan arah vertical (Kadlec dan Wallace, 2009) seperti terlihat
pada gambar berikut.

Gambar 7. Tipe Surface Flow (Kadlec & Wallace, 2009)

Gambar 8. (a) Tipe Horizontal SubSurface Flow;


(b) Tipe Vertical SubSurface Flow (Morel & Diener, 2006

Beberapa parameter polutan dan proses penyisihannya di dalam CWs disajikan


pada tabel berikut (Hoffmann et al., 2011). 

Tabel 1. Polutan dan proses penyisihannya dalam CWs

Polutan Proses Penyisihan


Suspended solid (TSS)  Filtrasi, dekomposisi oleh bakteri sepanjang masa
Material organik (diukur retensi.
sebagai COD/BOD)  Penyisihan material organik oleh proses sedimentasi atau
filtrasi kemudian menjadi BOD terlaut.
 Organik terlarut terperangkap pada biofilm dan
disisihkan melalui proses degradasi dengan adanya
bakteri (biofilm di akar-akar tanaman,batang, dan
partikel pasir, dll.)
Nitrogen Nitrifikasi dan denitrifikasi pada biofilm, dan diserap oleh
tanaman(pengaruhnya terbatas)
Phosporus Retensi/adsorpsi di tanah dan penyisiran tanaman
(pengaruhnya terbatas)
Pathogen Filtrasi, adsorpsi, dimakan oleh protozoa, mati dalam masa
retensi, degradasi oleh ultra violet
Logam berat Sedimentasi dan adsorpsi
Kontaminan organik lain Adsorpsi oleh biofilm, dekomposisi dalam masa retensi
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai negara yang paling ramah lingkungam denmark memepunyai cara


tersendiri dalam mengolah limbah cair. Denmark mempunyai The
Marselisborg pabrik ,pemerintah denmark sendiri mempunyai solusi
pengolahan limbah air yaitu optimalisasi proses dan komponen baru seperti
nitrifikasi dan denitrifikasi secara bersamaan dan juga constructed wetland
(CWs) atau lahan basah. Dimana cara pengolahan limbah ini mampu
mengurangi limbah cair dan sekaligus menambah sumber daya air yang
lumayan langka
DAFTAR PUSTAKA

Brändlin, A.-S., & Rooks, T. (2022, February 4). Made For Minds. Retrieved from Dunia
yang Menakjubkan dari Lahan Basah: https://www.dw.com/id/dunia-yang-
menakjubkan-dari-lahan-basah/g-60646857

Brix, H., Schierup, H.-H., & Arias, C. (2007). Twenty years experience with constructed
wetland systems in Denmark – what did we learn? Water Sci Technol, 63-68.
Emawari, P. S. (2012). Makalah Pengolahan Limbah Cair. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, 3-
4.

Naftalia, A. (2017). MAKALAH LIMBAH CAIR. Jurnal Kimia, 6-7.

Permata, K. S. (2022, February 17). Denmark Negara Paling Ramah Lingkungan.


Retrieved from Greentastik: https://www.greentastik.com/2022/03/denmark-
negara-paling-ramah-lingkungan.html

Siti, Q., Sobriyah, Kosdaryani, & Adi, Y. (2017). Lahn Basah Buatan Sebagai Pengolah
Limbah Cair dan Penyedia Air Non-konsumsi. Riset Rekayasa Sipil, 25-28.

Anda mungkin juga menyukai