OLEH :
1. Muhammad Ashri Fadhel (E1A122021)
2. Tariska Novia Widyaningsih (E1A122029)
3. Aan Ashari Saputra (E1A122035)
4. Fhanny Riska Alfadillah (E1A122055)
Maret, 2023
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dengan lingkungan atau alam memiliki hubungan timbal balik.
Manusia dapat memanfaatkan lingkungan atau alam sebagai sumber hidup yang
memiliki nilai ekonomis dan praktis. Lingkungan atau alam sangat kaya akan
sumberdaya alamnya seperti air, tanah, udara hutan dan lainya yang sangat
membentang luas di muka bumi ini untuk dimanfaatkan oleh manusia.
Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk memaparkan bagaimana proses
pengolahan limbah cair yang dapat merusak lingkungan yang di terapkan di
negara Denmark, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana seharusnya
menangani limbah tersebut dengan tepat dan dapat menjadi contoh bagi negara
kita sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi limbah cair dan darimana sumber limbah cair diperoleh ?
1. Untuk memahami dan mengetahui definisi limbah cair dan darimana sumber
limbah cair diperoleh
PEMBAHASAN
Air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga
yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya, dengan
demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
Gambar 1
Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah tangga dan
air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak terkandung
zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan antara
limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak.
2.1.2 Sumber Limbah Cair
a. Rumah tangga, contoh : air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi,
dan lain sebagainya.
b. Perkotaan, contoh : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari
tempat-tempatibadah.
c. Industri, contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat dan pabrik
karet.
a. Kebiasaan manusia, makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air
limbah yang dihasilkan.
c. Waktu, air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi
bergantung pada waktu dalam sehari dan musim.
1. Virus
2. Vibrio Cholera
Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air
limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio
cholera.
4. Salmonella Spp
5. Shigella Spp
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang
tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan
kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.
Gambar 3
2.3.1 Denmark
Denmark dinobatkan sebagai negara yang paling ramah lingkungan
dengan skor 82.5 EPI tertinggi menjadikannya negara paling hijau sedunia dalam
Environmental Performance Index (EPI) 2022. Ini merupakan skor tertinggi
habitat dan keanakearagaman hayati serta kualitas udara dari 180 negara diseluruh
dunia.
Gambar 4
Denmark berupaya menjadi negara yang berkomitmen di hampir semua
lini kesehatan lingkungan. Denmark terus meningkatkan kualitas udara, memiliki
sistem sanitasi yang canggih dan air minum yang aman. Kopenhagen sebagai ibu
kota Denmark, dikenal sebagai kota yang paling layak huni dan warganya sering
dikatakan sebagai orang paling bahagia karena dikelilingi oleh perairan dan ruang
terbuka seperti taman dengan banyak udara segar dan air bersih dari sekitar dunia
untuk minum dan berenang.
Dengan maraknya isu limbah cair yang banyak terjadi dan dengan sumber
daya air yang mulai langka, Denmark mempunyai The Marselisborg Pabrik
Pengolahan Air Limbah di Aarhus yang telah menjadi terkenal di seluruh dunia
untuk mengubah air limbah dan limbah menjadi air layak pakai. Sedangkan
Pemerintah sendiri mempunyai solusi pengolahan limbah air paling inovatif yaitu
optimalisasi proses dan komponen baru seperti nitrifikasi dan denitrifikasi secara
bersamaan. Serta adanya Constructed Wetlands (CWs) atau lahan basah.
Gambar 5
Sistem lahan basah skala penuh yang dibangun untuk pengolahan air
limbah telah beroperasi di Denmark sejak tahun 1983, terutama untuk pengolahan
limbah rumah tangga dari desa-desa kecil. Sistem dibangun sebagai sistem aliran
bawah permukaan horizontal berbasis tanah, tetapi karena konduktivitas hidrolik
tanah yang rendah, limpasan permukaan terlihat jelas di sebagian besar sistem.
Pengalaman selama dua dekade menunjukkan bahwa sistem berbasis tanah
umumnya efisien dalam menghilangkan padatan tersuspensi dan BOD, tetapi
penyisihan nitrogen dan fosfor lebih rendah (biasanya 30–50%) dan sistem tidak
melakukan nitrifikasi amonium.
2.3.3 Skema Kerja Pengelolaan Limbah Cair dengan Teknologi Lahan Basah
Lapisan media bertindak sebagai filter mekanik dan filter biologi. Filter
mekanik menyaring polutan suspended dan microbial solid, sedangkan polutan
organik diserap oleh biofilm. Melalui proses biologi, semua kandungan organik
dihancurkan oleh mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan partikel
tanah/pasir dan akar- akar tanaman air (Hoffmann et al., 2011). Komponen
tanaman air merupakan komponen utama dalam ekosistim lahan basah di alam,
termasuk lahan basah buatan (Vymazal, 2011). Karena keberadaan tanaman air
tersebut, sistem lahan basah (CWs) disebut dengan green technology. Meskipun
tanaman air merupakan komponen utama di dalam ekosistem lahan basah,
pengolahan limbah mencakup beragam proses fisik, kimia, biologi, dan proses
diantara tanaman-media substrate-mikroorganisme.
Terdapat dua macam tipe lahan basah, yaitu: Free Water Surface (FWS)
atau Surface Flow (SF), dan SubSurface Flow (SSF). Pada sistem SF, aliran air
berada di atas permukaan tanah. Pada sistm SSF, permukaan air berada di bawah
muka tanah. Berdasarkan arah aliran limbah, terdapat dua tipe SSF, yaitu arah
horizontal dan arah vertical (Kadlec dan Wallace, 2009) seperti terlihat
pada gambar berikut.
PENUTUP
Kesimpulan
Brändlin, A.-S., & Rooks, T. (2022, February 4). Made For Minds. Retrieved from Dunia
yang Menakjubkan dari Lahan Basah: https://www.dw.com/id/dunia-yang-
menakjubkan-dari-lahan-basah/g-60646857
Brix, H., Schierup, H.-H., & Arias, C. (2007). Twenty years experience with constructed
wetland systems in Denmark – what did we learn? Water Sci Technol, 63-68.
Emawari, P. S. (2012). Makalah Pengolahan Limbah Cair. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, 3-
4.
Siti, Q., Sobriyah, Kosdaryani, & Adi, Y. (2017). Lahn Basah Buatan Sebagai Pengolah
Limbah Cair dan Penyedia Air Non-konsumsi. Riset Rekayasa Sipil, 25-28.