Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SAMPAH-B

SANITARY LANDFILL

OLEH

AGI NOFRIMON

DOSEN PEMBIMBING

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadiran Allah SWT,karena atas rahmat-Nya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Shalawat beriring salam tak lupa pula kita ucapkan kepada nabi besar kita Muhammad
SAW,dimana beliaulah yang membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu
pengetahuan yang kita rasakan saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Begitu pula halnya
dalam makalah ini,tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu,penulis membuka diri
untuk menerima kritik,saran dan pendapat dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah
ini.

Padang, Mei 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

TPA merupakan komponen penting dari setiap sistem pengelolaan limbah


padat. Pengelolaan limbah padat perkotaan melibatkan sistem terpadu mulai dari
minimalisasi limbah dalam proses produksi, menggunakan kembali produk-produk
untuk memperpanjang kegunaannya sebelum masuk ke aliran limbah, pemulihan
bahan dan energi dari limbah misalnya daur ulang, kompos, panas dari pembakaran,
dan pengumpulan bahan sisa di landfill (Leao et al., 2004). Ada beberapa tipe TPA,
yaitu open dumping, controlled landfill, dan sanitary landfill. Menurut He et al
(2005), sanitary landfill merupakan cara yang paling dapat diterima secara ekonomi
maupun lingkungan untuk pembuangan sampah perkotaan.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang belum mengoptimalkan fungsi
TPA dengan baik. Hampir semua TPA di Indonesia menerapkan TPA dengan cara
open dumping, yaitu semua sampah yang masuk ke TPA hanya ditumpuk sampai
ketinggian maksimal yang diperbolehkan. Sedangkan dalam Undang-Undang No.18
Tahun 2008, semua TPA harus sudah menerapkan sanitary landfill.

Indonesia merupakan negara yang komposisi sampah basahnya lebih banyak dari
sampah kering, sehingga kebanyakan pengolahan sampah basah yang masuk ke TPA
dijadikan kompos dan biogas, begitu juga dengan TPA Batuan. Sampah basah
mempunyai kandungan air yang sangat tinggi, sehingga akan menghasilkan lindi dalam
jumlah yang besar pula. Lindi yang dihasilkan dari sampah tersebut seharusnya
dapat dilakukan pengelolaan terlebih dahulu karena jika tidak ada pengelolaan, maka
lindi berpotensi sekali untuk mencemari lingkungan mengingat lindi merupakan salah
satu air limbah yang mengandung ammonium, bahan organik, serta garam dalam
konsentrasi yang tinggi (Laconi et al, 2011). TPA Batuan sebenarnya sudah
mempunyai kolam pengolahan lindi, tetapi tidak berfungsi karena tidak ada lindi
yang dikumpulkan kemudian dialirkan ke kolam tersebut sehingga diperlukan sumur
pantau untuk memantau pergerakan lindi dan kemungkinan terjadinya pencemaran
air tanah oleh lindi.

Selain menghasilkan lindi, TPA juga menghasilkan gas. Gas-gas yang timbul di TPA
berasal dari biodegradasi dari sampah biodegradable yang mengandung hidrogen
dan karbon dioksida pada tingkatan awal, kemudian diikuti dengan gas metana dan
karbon dioksida pada tingkatan selanjutnya (Williams, 2005). Oleh karena itu, gas
yang diperkirakan timbul di TPA, harus dilepaskan melalui ven ataupun dikumpulkan
yang kemudian akan dimanfaatkan lebih lanjut (Guyer, 2009)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penngertian sanitary landfill

Landfill adalah penimbunan sampah pada suatu lubang tanah, dan ini bukanlah
metode yang berdiri sendiri. Karena dapat juga sistem campuran, yang disebabkan
oleh air mengalir, menembus tempat ini, ketika air hujan berinfiltrasi ke permukaan
landfill, dan ketika air ini mengalir keluar dari landfill akan membawa berbagai
mineral dan zat organik dalam bentuk suspensi yang tak dapat dipisahkan.

Jumlah dari hasil saringan berhubungan dengan suhu dan sifat geologi tanah, maka
aliran air akan cenderung berbentuk vertikal dan tak mempengaruhi sumber air
tanah dan tidak akan menyebabkan polusi yang berasal dari landfill.

Leaching secara horizontal sampai pada titik celah kedap air dan menyebabkan
terkontaminasinya air permukaan, sanitary landfill sebagai suatu tempat untuk
pembuangan sampah padat tanah tanpa menimbulkan bahaya atau gangguan
kesehatan dan keselamatan masyarakat.

Leaching secara horizontal sampai pada titik celah kedap air dan menyebabkan
terkontaminasinya air permukaan, sanitary landfill sebagai suatu tempat untuk pembuangan
sampah padat tanah tanpa menimbulkan bahaya atau gangguan kesehatan dan keselamatan
masyarakat.
A. Prosedur

Ada dua metode yaitu “area method” dan trench method”. Metode “trench” disebut sebagai
metode pemotongan dan pengisian.

Sebuah trench (Parit) digali di bawah permukaan tanah dan sampah ditempatkan dalam parit dan
ditutup. Cara lain yaitu dua buah parit digali sekaligus, sampah diisikan pada salah satu parit dan
lumpur dari salah satu lubang galian digunakan sebagai material penutup.

Jika lokasi landfill yang direncanakan terletak di bawah tanjakan seperti lembah atau ngarai,
metode “area” digunakan. Lokasi landfill lebih tinggi dari tempat lain yang ada disekitarnya,
maka metode pengisian area landfill digunakan.

Gambar Area Method

Gambar Trench Method


B.  Pemilihan letak dan struktur geologi

Suatu hal yang perlu dipertimbangkan suatu sanitary landfill adalah struktur geologi dan
topografi serta permeabilitas dari tanah. Pertimbangan lain adalah kedalaman air tanah, lapisan
tanah sampai lapisan batuan. Lokasi landfill akan menimbulkan efek yang merugikan bagi air
permukaan dan air tanah yang terletak di bawah dasar landfill. Dalam keadaan demikian, maka
tanah dapat diberikan beberapa renovasi untuk menghadapi leachate. Dengan cara demikian
dapat ditingkatkan kualitasnya sebelum dipisahkan dengan air permukaan atau air tanah, aliran
dari tanah ini dapat membentuk suatu materiil penutup. Sehingga dapat menciptakan suatu
renovasi yang optimum menghadapi leachate.

Lokasi landfill harus dipilih secara teliti dari lokasi yang tersedia yaitu basah dan berlumpur
dapat digunakan sebagai tempat yang baik dan cukup luas bagi santary landfill.

Ketika sebuah sanitary landfill ditempatkan pada area yang tersebar dekat dengan suplay air
bersih, hal yang perlu diperhatikan adalah kedalaman dari tempat bebatuan dan air tanah.

Mekanisme dari formasi leachate tak diketahui secara pasti, penelitian terakhir yang dilakukan
oleh Fungaroli dan Stuiner (1969). Bahwa leachate sebagian besar merupakan akibat dari
sanitary landfill. Metode hidrologi menunjukkan dengan sedikit air hujan maka leachate akan
terbentuk, maka sanitary landfill dipikirkan keberadaannya sebagai sumber polusi.

C. Peralatan untuk penimbunan limbah dan pengoperasiannya

Culham (1969), Stone dan Courad (1969) menyelidiki suatu jenis landfill yang lebih besar
diperoleh suatu peralatan tambah untuk mengerjakan hal-hal tertentu, alat pengikis yang cepat
untuk mengangkut dan menyingkirkan material yang menutupinya, sebuah alat penyiram
pengontrol/debu, jenis peralatan tanah yang langsung dioperasikan, traktor, bulldozer.

Sanitary landfill mempunyai potensi untuk dimanfaatkan tanah-tanah yang sebelumnya tidak
dapat dipakai. Sehingga besar dimanfaatkan kembali, sehingga menambah nilai ekonomis.

D. Aktifitas biologi

Dari sisi kehidupan sebuah sanitary landfill akan mengalami, proses dekomposisi, secara aerob
maupun anaerob ketika pertama kali material diletakkan dalam pengisian, maka proses
dekomposisi mengarah pada peristiwa aerob, ketika komponen oksigen dikonsumsi, maka
landfill dianggap mengalami kondisi anaerob, lamanya tergantung pada suhu dan oksigen yang
tersedia. Periode dekomposisi aerob lebih cepat dibanding dengan periode anaerob dalam proses
ini.
Hasil yang diperoleh dari dekomposisi aerob adalah asam dan alkohol, yang dikonsumsi oleh
mikroorganisme yang akan menghasilkan methana dan karbon dioksida. Gas methana
menyebabkan kondisi gas masuk ke rumah. Fist (1967) melaporkan konsentrasi ledakan dalam
penelitiannya gas lain yang diproduksi secara anaerob adalah hidrogen sulfida yang berbau
busuk dan mudah meledak.

Untuk itu pada system Sanitary Landfill terdapat pipa-pipa yang akan menyalurkan Gas Metana
yang terbentuk ke udara bebas agar menghindari menumpuknya Gas Metana di dalam timbunan
yang akan menyebabkan terjadinya ledakan sewaktu-waktu.

2.2 Perencanaan Landfill

Persyaratan Tehnis Sanitary Landfill

1. Pemadatan sampah setiap hari, kemiringan 30 0 (daily cell of refuse)

2. Penimbunan tanah setiap hari 15 cm setelah dipadatkan

3. Sp ketinggian ttt, max 250 cm (sesuaikan dgn tata guna tanah). Penutup akhir
70 cm sesdh dipadatkan (top earth cover)

4. Memerlukan ventilasi pipa berlubang-lubang utk proses kimiawi, biologi &


fisik selama pembusukan & penstabilan.
Pd hr ke 4 sesudah pemadatan terjadi perubahan suhu 55 0C- 65 0C
(bertahan 60 hari) 10 bulan kemudian suhu turun

Sanitary Land Fill akan mengalami :

penstabilan à stabil sesdh 2 thn

Penurunan/reduksi à kira2 10% dr tinggi semula

Gas yang timbul dari SLF : CO2, N2, CH4, NH3 & H2S

2.3 Reaksi2 yg terjadi di dalam landfill

1. Dekomposisi secara biologis bhn organik (aerobik & anaerobik)àdihslkn gas &
cairn

2. Reaksi oksidasi bahan2 tertentu

3. Gerakan gas yg menuju keluar

4. Gerakan cairan

5. Larutnya zat org/inorg dlm cairn yg bergrk

6. Gerakan zat2 yg larut (kaidah osmosis)

7. Berubahnya dataran permukaan (proses berlangsung tdk merata)

2.4 Keuntungan dan kerugian sanitary landfill :

Keuntungan Kerugian
1. Paling ekonomis, bl areal tanah 1. Di daerah padat, sanitary landfill di luar
cukup kota biaya/tdk ekonomis

2. Investasi permula-an rendah \ 2. Lapsn penutup dapat terbuka, sanitasi ter


ganggu
3. Metode paling sem-purna
dibandingkan komposting & incen
3. Harus jauh dari pemukiman
4. Dpt utk semua jenis sampah
5. Sanitary landfill yg komplek masih perlu
perawatn yg periodik

6. Daerah sekitar dapat digarap Pada Pembangunan gedung sesudah tanah stabil
untuk
6. Gas methan & gas lain :
 Lapangan golf  Mengganggu lingk
 Lapangan parkir  Membahayakan
 Lapangan terbang dll

2.5 Kegiatan sanitary landfill

1. Monitoring terhadap kualitas limbah yang harus ditimbun


Penempaan dan pemadatan sampah.

2. Penutupan sampah dengan tanah penutup harian


3. Instalasi fasilitas pemantau & pengon-trol kualifikasi lingkungan (air, tanah,
pembentukan gas methan)

Bagian-bagian sanitary landfill :

Cell : sampah yang dipadatkan oleh tanah penutup harian di sanitary landfill.

Lift : lapisan cell pada area kerja sanitary landfill > 1.5 – 2.25

Tanah penutup harian : ditimbunkan untuk setiap kali operasi (harian)


Fungsi lift :

a) Mempertahankan stabilitas slope

b) Untuk penempatan saluran drainase

c) Untuk penempatan pipa gas methan

d) Tanah penutup akhir : ditimbun pada seluruh permukaan landfill setelah masa
operasi landfill berakhir

Hal-hal yang berkaitan dengan pengoperasian landfill

Leachate : cairan rembesan sampah yang terkumpul di dasar landfill timbul akibat
proses perkolasi dan masuknya run off dan air irigasi ke dalam landfill

Sifat-sifatnya : - BOD, COD sangat tinggi

- SS tinggi

- Ion logam tinggi

- salinitas tinggi

- faecal coliform tinggi

Gas landfill : gas yang terbentuk dlm land-fill akibat proses dekomposisi anaerobik
dr fraksi sampah organik yg biodegradable

Liner : bahan alam atau sintetik yang digunakan sebagai pencegah terjadinya
migrasi leachate dan gas landfill

Liner alam : clay (tanah liat) yang dipadatkan

Liner sintetik : geomembran, PVC, PET

Fasilitas pengendali pencemaran dari sanitary landfill berupa :

 Liner

 Sistem pengumpulan leachate


 Lapisan tanah penutup harian dan akhir
Cell dan Lift

Kegiatan operasi landfill :

 Sistem penimbunan : sampah dikeluarkan dari truk dan disebar diatas tanah
dengan tebal 45-60 cm .Pemadatan sampah dengan buldozer (working face) :
 Tinggi 1 cell : 2.4-9.6 m
 Lebar 1 cel : 3-9 m

 Penutupan sampah dengan tanah penutup harian (15-30 cm)


 Saluran gas dipasang apabila timbunan sampah sudah ³ 1 lift. Pemasangan pipa
gas (plastik berporforasi) dilakukan dalam media kerikil.
 Pipa saluran leachate dipasang diantara lift
 Penutupan dengan lapisan tanah penutup akhir dan vegetasi
Mempersiapkan lokasi Landfill :

 Mengatur kondisi drainase : memungkinkan run off menuju daerah luar


landfill
Konstruksi jalan masuk, jembatan timbang dan pagar

 Penggalian dan persiapan bagian dasar landfill, tanah galian ditimbun untuk
persediaan tanah penutup
 Instalasi fasilitas untuk monitoring kualitas air tanah
 Pembentukan permukaan dasar landfill untuk drainase leachate, dilanjutkan
dengan pemasangan “liner”. Pipa saluran leachate dipasang didalam atau diatas
liner. Liner dipasang hingga mencapai dinding landfill
 Pipa saluran gas untuk pemanfaatan dipasang di dasar landfill
 Sebelum operasi landfill dimulai, tanggul menentang arah angin. Fungsinya utk
me-ngendalikan sampah yang berterbangan.

2.6 Methode Landfill .

Metode operasi pd lahan kering:

1. Methode trench (galian) : sampah ditimbun pada lubang galian : sesuai untuk
lahan dengan lapangan tanah yang dalam, dengan muka air tanah yang dalam pula.

2. Methode Area : sampah ditimbun pada permukaan tanah

Digunakan bila methode galian tidak mungkin diterapkan (antara lain karena muka
air tanah tinggi)

Tanah penutup berasal dan diangkut dari lokasi lain

Sebagai pengganti tanah penutup seringkali di gunakan

kompos.

Sampah diletakan di atas tanah disusun berbanjar-banjar. Tebal


banjar2 sampah 50 – 75 cm à padatkan.

3. Methode Depression (cekungan) : sampah ditimbun pada ujung lubang bekas


pertambangan
Pemilihan lokasi landfill :

Faktor yg dipertimbangkan :

1) Areal tanah

minimal untuk 1 tahun. Perhitungan luas areal tanah :

luas areal yg dibutuhkan ditambah 20 – 40 % dari hasil yang digunakan utk :

 Areal untuk pertapakan bangunan

2) Pengaruh aktivitas recovery :

 Tingkat aktivitas recovery à kuantitas sampah dan kondisi bahan residu à


mempengaruhi luas areal yg dibutuhkan.

 Dimana recovery dilakukan

3) Jarak lokasi landfill

 Jarak menentukan pembiayaan ope-rasional (jarak tempuh 22 – 30 km)

 Perlu dipertimbangkan :

 transferstation bermanfaat/tidak

 Bila bermanfaat, jumlah ? Lokasi ?

4) Geografi dan kondisi tanah setempat :

 Landfill butuh tanah penutup setiap hari

 Topografi areal sekitar à mempengaruhi

 Cara operasi yg akan dipilih

 Jenis peralatan yg akan dipakai.

5) Kondisi iklim, terutama di daerah iklim dingin :

à sulit menggali tanah


à tanah penutup disiapkan.

6) Situasi air permukaan :

 Arah aliran run off waktut hujan diperhitungkn

 Run off yg melewati landfill tidak boleh menuju sumber-sumber air


permukaan

 Areal tidak boleh tercapai banjir

7) Kondisi geologi & hidrogeologi

Luluran --/--> merusak/ mengkontaminasi air tanah

8) Kondisi lingkungan :

 Landfill tdk boleh dekat permukiman / industri

 Gangguan bau & debu yg berterbangan, vektor.

 Gangguan bising, pengawasan gas (mudah terbakar)

BAB 111
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Landfill adalah penimbunan sampah pada suatu lubang tanah, dan ini bukanlah metode
yang berdiri sendiri. Karena dapat juga sistem campuran, yang disebabkan oleh air
mengalir, menembus tempat ini, ketika air hujan berinfiltrasi ke permukaan landfill, dan
ketika air ini mengalir keluar dari landfill akan membawa berbagai mineral dan zat
organik dalam bentuk suspensi yang tak dapat dipisahkan.

Kegiatan sanitary landfill

1. Monitoring terhadap kualitas limbah yang harus ditimbun


Penempaan dan pemadatan sampah.

2. Penutupan sampah dengan tanah penutup harian


3. Instalasi fasilitas pemantau & pengon-trol kualifikasi lingkungan (air, tanah,
pembentukan gas methan)
Bagian-bagian sanitary landfill :

Cell : sampah yang dipadatkan oleh tanah penutup harian di sanitary landfill.

Lift : lapisan cell pada area kerja sanitary landfill > 1.5 – 2.25

Tanah penutup harian : ditimbunkan untuk setiap kali operasi (harian)

Fungsi lift :

a) Mempertahankan stabilitas slope

b) Untuk penempatan saluran drainase

c) Untuk penempatan pipa gas methan

d) Tanah penutup akhir : ditimbun pada seluruh permukaan landfill setelah masa
operasi landfill berakhir

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmusipil.com/sistem-sanitary-landfill

http://ciricowokcinta.blogspot.com/2014/04/pengertian-sanitary-landfill.html

Anda mungkin juga menyukai