Anda di halaman 1dari 47

REKAYASA SANITASI LINGKUNGAN

BIOFILTER MEDIA SARANG TAWON DARI BOTOL YAKULT

LAPORAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Rekayasa Sanitasi Lingkungan

Disusun Oleh:

Haifannisa Mahran Noviyani P17333113426


Ropa Robiatul Adawiah P17333113427
Indah Permatasari P17333113428
Ahmad Maulana Yusuf P17333113429
Dinda Astrini Putri P17333113430
Suci Fibrianty Mardanus P17333113431

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T raja bagi seluruh alam, yang telah memberikan
rahmat, taufiq, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Mata Kuliah Rekayasa Lingkungan dengan lancar. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah limpahkan kepada Rasul utusan Allah Muhammad S.A.W,
kepada keluarganya sahabatnya serta umatnya yang selalu istiqomah dijalannya.
Penulis menyampaikan terimakasih atas bimbingan Bapak Bambang Yulianto,
ST. MT dan Bapak Dr. Elanda Fikri, SKM.M.Kes sebagai Pembimbing s dan
dukungan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data
dan memberikan informasi tentang segala sesuatu hal dalam mengerjakan proposal
ini.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proosal ini
masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun dari sistematika penulisan
yang di gunakan, hal ini di sebabkan karena kemampuan dan pengalaman penulis
yang masih dangkal. Untuk itulah penulis mengharapkan bimbingan dan arahan, agar
dapat memperbaiki dan menyampaikannya di masa yang akan datang. Akhirnya
penulis berharap semoga proposal ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

Cimahi, Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
DAFTAR TABEL

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai dapat berbentuk
cair, padat dan gas. Menurut Anonim dalam Hasanah (2013), air limbah domestik
adalah air yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman (real estate), rumah
makan (kantin), perkantoran, perniagaan, apartement dan asrama. Menurut Kurt dkk
dalam Hasanah (2013), air limbah domestik menjadi salah satu pencemar yang paling
banyak masuk ke badan air dan menyebabkan pencemaran di badan air. Limbah cair
domestik mengandung bahan organik yang tinggi dan dapat menyebabkan akumulasi
nutrien di badan air apabila limbah domestik dibuang ke badan air tanpa melalui
pengolahan terlebih dahulu sehingga membuat kualitasnya menurun.
Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh pencemaran pada air limbah
adalah dengan mengukur BOD (Biological Oxygen Demand) (Masturi, 1997 dalam
Aryani 2015). BOD adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa organik yang ada dalam limbah. Nilai
BOD menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 adalah 100
mg/l.
Selain BOD, kandungan lain yang dapat menyebabkan pencemaran air limbah
domestik adalah kekeruhan. Kekeruhan air erat sekali hubungannya dengan nilai TSS
karena kekeruhan air salah satunya memang disebabkan oleh adanya kandungan zat
padat tersuspesnsi. Kekeruhan air dapat berdampak buruk terhadap nilai estetika air,
sebab penilaian air pertama kali dapat terlihat dari kekeruhannya. Jika dilihat dari
dampak TSS terhadap perairan, TSS dapat menyebabkan proses masuknya sinar
matahari kedalam perairan tersebut menjadi berkurang, sehingga hal ini dapat
menghambat proses fotosintesis dalam badan air yang berdampak pada berkurangnya
kadar oksigen dalam perairan.
Salah satu cara pengolahan limbah domestik untuk menurunkan parameter BOD
dan TSS adalah pengolahan dengan menggunakan biofilter. Media biofilter yang sering
digunakan adalah batuan dan kerikil. Berbagai ukuran kerikil dan batuan telah
digunakan dalam biofilter sejak abad ke 19 untuk berbagai penggunaan, dapat dipakai
baik untuk biofilter tercelup ataupun untuk trickling filter. Masih tetap digunakan untuk

1
berbagai keperluan termasuk akuarium, akuakultur dan pengolahan air buangan rumah
tangga. Batu dan kerikil bersifat inert dan tidak pecah dengan kekuatan mekanikal yang
baik, serta bahan tersebut mempunyai sifat kebasahan yang baik. Salah satu kelemahan
media dari kerikil adalah fraksi volume rongganya sangat rendah dan berat, yang
mengakibatkan media ini mudah terjadi penyumbatan. Untuk menghindari masalah
tersebut, maka dipilih alternatif media lain yaitu media terstruktur dari bahan botol
yakult karena memiliki luas permukaan yang besar dan volume rongga (porositas) yang
besar, sehingga dapat melekatkan mikroorganisme dalam jumlah yang besar dengan
risiko penyumbatan yang sangat kecil.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuatlah biofilter dengan media botol
yakult untuk menurunkan parameter BOD dan TSS pada limbah cair domestik.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah "Bagaimana pengaruh lama waktu kontak biofilter botol yakult terhadap
penurunan kadar BOD dan TSS pada limbah cair domestik”.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh lama waktu kontak biofilter botol yakult terhadap
penurunan kadar BOD dan TSS pada limbah cair domestik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kandungan BOD pada limbah cair domestik sebelum dan
sesudah proses pengolahan dengan biofilter botol yakult.
2. Untuk mengetahui kandungan TSS pada limbah cair domestik sebelum dan
sesudah proses pengolahan dengan biofilter botol yakult.
1.4. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Untuk mengatasi permasalahan limbah cair domestik dan memberikan informasi
alternatif media biofilter pengolahan limbah cair domestik
2. Bagi institusi
Untuk mengatasi permasalah limbah cair domestik dan menjadi referensi dalam
proses pembelajaran.

2
3. Bagi mahasiswa
Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan mengenai pengolahan limbah.
1.5. Ruang Lingkup
Tujuan ruang lingkup dalam penelitian ini adalah untuk membatasi agar dalam
pemecahan masalah nantinya tidak menyimpang dari ruang lingkup yang telah
ditentukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Limbah yang digunakan berasal dari limbah cair domestik, dengan tujuan Untuk
mengetahui pengaruh biofilter botol yakult terhadap penurunan kadar BOD dan TSS
pada limbah cair domestik. Penelitian ini mengambil objek tentang pengolahan limbah
cair terhadap kandungan BOD dan TSS pada limbah cair domestik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah
Hampir disetiap aktivitas yang kita lakukan kita menghasilkan limbah, mulai dari
proses metabolism didalam tubuh hingga proses proses industry yang berbasis
teknologi tinggi menurut UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, pengertian limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah adalah sisa
dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia baik berbentuk padat, cair ataupun gas yang
dipandang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang.
Terdapat 3 jenis limbah yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Berikut
ini merupakan karakteristik limbah, yaitu;
a. Berukuran mikro
b. Dinamis
c. Berdampak luas (penyebaran)
d. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

2.2. Limbah Cair


Menurut Qasim (1985), air limbah adalah cairan atau limbah yang dibawa melalui
air yang berasal dari rumah tangga, komersial, atau proses industry, bersama dengan air
permukaan, air hujan atau infiltrasi air tanah. Sedangkan menurut Metcalt dan Eddy
(2003), air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari
daerah pemukiman, perkantoran, dan industry yang kadang kadang hadir bersama air
tanah, air permukaan dan air hujan. Menurut Tjokrokusumo (1998), air limbah dapat
juga diartikan sebagai suatu keadaan masuknya atau dimasukkannya benda padat, cair
dan gas kedalam air dengan sifat yang dapat berupa endapan atau padat tersuspensi,
terlalu atau koloid, emulsi yang menyebabkan air sehingga harus dipisahkan atau
dibuang.
Limbah merupakan cairan atau limbah yang terbawa kedalam air, baik berupa
benda padat, cair dan gas dengan sifat yang dapat berupa endapan atau padat, padat
tersuspensi, terlarut dari koloid, emulsi, yang berasal dari rumah tangga, komersial atau
proses industry yang kadang terdapat bersama dengan air tanah, air permukaan, air
hujan atau infiltrasi air tanah.

4
Sugiharto (1987), membagi klasifikasi sumber air limbah menjadi dua bagian,
yaitu air limbah rumah tangga (Domestic wastewater) dan air limbah industry. Limbah
domestic mengandung bahan-bahan pencemar organic, non-organik, dan baktri yang
sangat potensial untuk mencemari sumber-sumber air. Sumber utama air limbah
domestic (rumah tangga) dari masyarakat adalah berasal dari daerah perumahan,
perdagangan, kelembagaan, dan rekreasi. Limbah non-domestik adalah limbah yang
berasal dari industry pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber
lain. Limbah ini sangat bervariasi terlebih lagi untuk limbah industry. Limbah pertanian
biasanya terdiri atas bahan padat bekas, tanaman yang bersifat organic, pestisida, bahan
pupuk yang mengandung nitrogen dan sebagainya.

2.3. Limbah Ciar Domestik


Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, air limbah domestic adalah air limbah yang
berasal dari usaha dan tau kegiatan pemukiman (realstate), rumah makan (restauran),
perkantoran , peeniagaan, apartemen, dan asrama. Limbah cair domestic terbagi dalam
2 kategori, yaitu :
1. Limbah cair domestik yang berasal dari air cucian seperti sabun, detergen, minyak
dan pestisida.
2. Limbah cair yang berasal dari kakus, seperti sabun, shampo, tinja dan air seni.

Limbah cair domestik menghasilkan senyawa organik berupa protein,


karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Bahan-bahan organic dalam limbah cair dapat
terurai menjadi nitrat, fosfat, dan karbonat, sedangkan detergen dapat terurai menjadi
fosfat. Limbah cair domestic dapat mencemari badan air dan mengakibatkan penurunan
kualitas air bila dibuang begitu saja tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal ini
terjadi terutama pada musim kemarau saat debit air turun. Penyebab penurunan kualitas
air pada badan air dijelaskan sebagai berikut :
a. Pertama, badan air memerlukan oksigen ekstra untuk menguraikan ikatan dalam
senyawa organic (dekomposisi), akibatnya membuat badan air miskin oksigen,
sehingga membuat jatah oksigen bagi biota air lainnya berkurang jumlahnya.
Pengurangan kadar oksigen dalam air sering mengakibatkan peristiwa kematian
masal pada ikan.

5
b. Kedua, limbah organic mengandung padatan trlarut yang tinggi sehingga
menimbulkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi cahaya matahari bagi biota
fotosintik.
c. Ketiga, puluhan ton padatan terlarut yang dibuang akan mengendap dan merubah
karakteristik dasar badan air, akibatnya beberapa biota yang menetap di dasar
badan air akan terkontaminasi atau bahkan punah
Indicator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air bedasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, dan adanya perubahan warna, baud an
rasa.
b. Pengamatan secra kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut dan perubahan Ph.
c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah Ph atau
konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (dissolved oxygen, Do), kebutuhan biokimia
(biochemichal oxygen demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemichal
Oxygen Dmenad, COD).

2.3.1 Karakteristik Limbah Cair Domestik


Komposisi limbah cair sebagian besar merupakan air, sisanya adalah
partikel-partikel dari padatan terlarut (dissolved solid) dan partikel padat tidak
terlarut (suspended solids). Limbah cair perkotaan mengandung lebih dari 99,9%
cairan dan 0,1% padatan. Padatan dalam limbah cair ini terdiri dari padatan
organik dan non-organik. Zat organic terdiri dari protein (65%), karbohidrat
(25%) dan lemak (10%). Sedangkan, padatan non-organik terdiri dari grit
chamber, garam-garam dan logam berat, zat ini merupakan bahan pencemar
utama bagi lingkungan (Sugiharto, 1987). Zat-zat tersebutlah yang memberi ciri
kualitas air buangan dalam sifat fisik, kimiawi maupun biologi.
Karakter limbah cair domestik, baik secara fisik, kimia maupun biologis ,
adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik fisik limbah cair

6
Karakteristik awal limbah cair yang sangat mudah terlihat dengan mata
telanjang adalah karakteristik fisik limbah cair. Penentuan derajat
pencemaran air limbah juga sangat mudah terlihat dari karakteristik fisiknya.
Salah satu hal yang mempengaruhi karakteristik karakteristik fisik ini adalah
aktivitas penguraian bahan-bahan organik pada air buangan oleh
mikroorganisme. Penguraian ini akan menyebabkan kekeruhan. Selain itu,
kekeruhan juga dapat terjadi akibat lumpur, tanah liat, zat koloid dan benda-
benda terapung yang tidak mengendap.
Pernguraian bahan-bahan organik juga menimbulkan terbentuknya
warna. Selain itu, penguraian bahan bahan ornagik yang tidak sempurna dan
menyebabkan menjadi bususk dapat menimbulkan bau. Beberapa
karakteristik fisik yang penting dalam limbha cair, antara lain warna, bau
adanya endapan atau zat tersuspensi dari lumpur limbah dan temperature
(Siregar, 2005)
b. Karakteristik biologis limbah cair
Karakteristik biologis limbah cair biasanya dipengaruhi oleh kandungan
mikroorganisme dalam limbah cair tersebut. Karakteristik biologis terdiri
dari mikroorganisme dalam limbah cair tersebut. Karakteristik biologis
terdiri dari mikroorganisme yang terdapat di dalam air limbah, seperti
bakteri, virus, jamur, ganggang, protozoa, rotifer (hewan bertulang belakang)
dan crustacean (kerang-kerangan) (siregar, 2005). Karakteristik biologis ini
penting, terutama dalam hubungannya denagn air minum serta untuk
keperluan kolam renang.
Mikroorganisme yang berperan dalam proses penguraian bahan-bahan
organic dalam limbah cair domestik, antara lain bakteri, jamur, protozoa dan
algae. Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu yang menggunakan bahan
organic dan anorganik sebagau makanannya. Bakteri yang memerlukan
oksigen untuk mengoksidasi bahan orgnaik disebut aerob, sedangkan yang
tidak memerlukan oksigen disebut bakteri anaerob.
Selain bakteri, jamur juga termasuk pengurai pada limbah cair domestik.
Jamur adalah mikroorgganisme non-fotosintesis, bersel banyak, bersifat
aerob dan bercabang atau berfilamen yang berfungsi untuk metabolisme
makanan. Protozoa adalah kelompok mikroorganisme yang umumnya motil,

7
bersel tunggal dan tidak berdinding sel. Kebanyakan protozoa merupakan
predator yang sering kali memangsa bakteri. Peranan protozoa penting bagi
penanganan limbah organik karena protozoa dapat menekan jumlah bakteri
yang berlebihan. Selain itu, protozoa dapat mengurangi bahan organik yang
tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri ataupun jamur dan membantu
menghasilkan effluent yang lebih baik (Sugiharto, 1987).
c. Karaktersiti kimia limbah cair
Karakteristik kimia limbah cair dipengaruhi oleh kandungan bahan
kimia dalam limbah cair. Kandungan bahan kimia ini pada umumnya dapat
merugikan lingkungan melalui berbagai cara. Bahan kimia yang umumnya
terkandung dalam limbah cair, antara lain bahan organic, protein,
karbohidrat, lemak dna minyak, fenol, bahan anorganik, pH, klorida, sulfur,
zat beracun, logam berat (Ni, Zn, Mg, Cd, Pb, Cu, Fe, Hg), metana, nitrogen,
fosfor dan gas (O2) (Siregar, 2005).
Kandungan bahan kimia dalam air dapat memberikan efek positif
maupun negaif dalam limbah cair. Salah satu contohnya adalah bahan
organik terlarut yang dapat menghasilkan DO atau oksigen terlarut, tetapi
juga dapat menimbulkan bau akibat penguraian yang tidak sempurna.
Pernyebab bau ini adalah struktur protein sangat kompleks dan tidak stabil
serta mudah terurai, sedangkan kanji dan selulosa leih bersifat stabil dan
tahan terhadap pembusukan (Sugiharto, 1987)
Lemak dan minyak merupakan komponen bahan makana dan
pembersih yang banyak terdapat didalam air buangan domestic. Kedua bahan
tersebut berbahaya bagi kehidupan biota air dan keberadaannya tidak
diinginkan secara estetika. Selain itu, lemak merupakan sumber masalah
utama dalam pemeliharaan saluran air buangan. Dampak negative yang
ditimbulkan oleh kedua bahan ini adalah terbentuknya lapisan tipis yang
menghalangi ikatan antara udara dan air, sehingga menyebabkan kekurangan
DO. Kedua senyawa juga menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen
untuk oksidasi sempurna (Sugiharto, 1987).

8
2.3.2. Baku Mutu Limbah Cair Domestik
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 mengenai baku mutu air limbah yaitu :
Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair Domestik
Parameter Satuan Kadar Paling Tinggi
pH - 6-9
BOD Mg/L 100
TSS Mg/L 100
Minyak dan Lemak Mg/L 10

2.4. Biofilter
Biofilter adalah reaktor biologis dengan unggun tetap (fixed bed film) dimana
mikroorganisme tumbuh dan berkembang menempel pada permukaan media yang kaku
misalnya plastik atau batu. Influen air limbah dimasukkan ke dalam reaktor yang di
dalamnya diisi dengan media penyangga (media biofilter) dimana mikroorganisme akan
tumbuh menempel pada permukaan media. Dengan adanya lapisan mikroorganisme
yang tumbuh menempel pada permukaan media tersebut maka polutan organik yang
ada di dalam air limbah akan diuraikan menjadi produk respirasi yakni CO2 dan H2O.
Di dalam aplikasinya, efektifitas proses biofilter sangat dipengaruhi oleh jenis
serta bentuk media yang digunakan. Penting sekali untuk diketahui bahwa media
biofilter berfungsi untuk menyediakan area permukaan tempat bakteri atau
mikroorganisme berkoloni. Dalam hal ini bakteri mempunyai peranan yang penting di
dalam sistem biofilter. Agar supaya bakteri bekerja secara efektif, disain biofilter serta
media penyangga selain harus mampu menyediakan distribusi nutrient dan oksigen,
tetapi harus mampu juga menghilangkan produksi buangan baik yang terlarut maupun
yang tersuspensi. Pada umumnya biofilter menggunakan bakteri aerobik namun dapat
pula didisain dan dioperasikan untuk bakteri anaerobik.

2.4.1. Proses Biofilter


Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter dapat
dilakukan secara aerobik, anerobik, atau gabungan proses anaerob-aerob. Proses
aerobik dilakukan dengan kondisi adanya oksigen terlarut di dalam reaktor air
limbah, dan proses anaerobik dilakukan dengan tanpa adanya oksigen dalam

9
reaktor air limbah. Sedangkan proses kombinasi anaerob-aerob adalah merupakan
gabungan proses anaerobik dan proses aerobik. Proses ini biasanya digunakan
untuk menghilangan kandungan nitrogen di dalam air limbah. Pada kondisi
aerobik terjadi proses nitrifikasi yakni nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat
(NH4+ - --> NO3 ) dan pada kondisi anaerobik terjadi proses denitrifikasi yakni
nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen (Hikami, 1992).
Menurut Lim dan Grady (1980) mekanisme yang terjadi pada reaktor
biologis biakan melekat diam terendam adalah sebagai berikut :
1. Transportasi dan adsorpsi zat organik dan nutrien dari fasa liquid ke fasa
biofilm.
2. Transportasi mikroorganisme dari fasa liquid ke fasa biofilm.
3. Adsorpsi mikroorganisme yang terjadi dalam lapisan biofilm.
4. Reaksi metabolisme mikroorganisme yang terjadi dalam lapisan biofim,
memungkinkan terjadinya mekanisme pertumbuhan, pemeliharaan, kematian
dan lysis sel.
5. Penempelan (attachment) dari sel, yaitu pada saat lapisan biofilm mulai
terbentuk dan terakumulasi secara kontinyu dan bertahap (gradual) pada
lapisan biofim.
6. Mekanisme pelepasan (detachment biofilm) dan produk lainnya (by product).
Mekanisme proses metabolisme di dalam sistem biofilm secara aerobik secara
sederhana dapat diterangkan seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Mekanisme proses metabolisme di dalam sistem biofilm. (Arvin.dan


Harremoes,1990.).

10
Gambar tersebut menunjukkan suatu sistem biofilm yang yang terdiri dari
medium penyangga, lapisan biofilm yang melekat pada medium, lapisan alir
limbah dan lapisan udara yang terletak di luar. Senyawa polutan yang ada di
dalam air limbah misalnya senyawa organik (BOD, COD), ammonia, phospor
dan lainnya akan terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis yang melekat pada
permukaan medium. Pada saat yang bersamaan dengan menggunakan oksigen
yang terlarut di dalam air limbah senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh
mikroorganisme yang ada di dalam lapisan biofilm dan energi yang dihasilhan
akan diubah menjadi biomasa. Sulpai oksigen pada lapisan biofilm dapat
dilakukan dengan beberapa cara misalnya pada sistem RBC yakni dengan cara
kontak dengan udara luar, pada sistem “TricklingFilter ” dengan aliran balik
udara, sedangkanpada sistem biofilter tercelup dengan menggunakan blower
udara atau pompa sirkulasi.
Jika lapisan mikrobiologis cukup tebal, maka pada bagian luar lapisan
mikrobiologis akan berada dalam kondisi aerobik sedangkan pada bagian dalam
biofilm yang melekat pada medium akan berada dalam kondisi anaerobik. Pada
kondisi anaerobik akan terbentuk gas H2S, dan jika konsentrasi oksigen terlarut
cukup besar maka gas H2S yang terbentuk tersebut akan diubah menjadi sulfat
(SO4 ) oleh bakteri sulfat yang ada di dalam biofilm.
Selain itu pada zona aerobik nitrogen– ammonium akan diubah menjadi
nitrit dan nitrat dan selanjutnya pada zona anaerobik nitrat yang terbentuk
mengalami proses denitrifikasi menjadi gas nitrogen. Oleh karena di dalam sistem
bioflim terjadi kondisi anaerobik dan aerobik pada saat yang bersamaan maka
dengan sistem tersebut maka proses penghilangan senyawa nitrogen menjadi
lebih mudah. Hal ini secara sederhana ditunjukkan seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Mekanisne penghilangan Ammonia di dalam proses biofilter.


11
Di dalam pengolahan air limbah, proses biofilter mempunyai beberapa
kemampuan antara lain yakni merubah amonia menjadi nitrit dan selanjutnya
menjadi nitrat dan akhirnya menjadi gas nitrogen, menghilangkan polutan organik
(BOD, COD), menambah oksigen (untuk proses aerobik), menghilangkan
kelebihan nitrogen dan gas inert lainnya, menghilangkan kekeruhan dan
menjernihkan air, serta dapat menghilangkan bermacam-macam senyawa
organik. Pada umumnya proses biofilter dirancang untuk mengubah dan
menghilangkan polutan organik dan senyawa ammonia.
Pengolahan air limbah dengan proses biofilter mempunyai beberapa keunggulan
antara lain :
a. Pengoperasiannya mudah
Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm, tanpa dilakukan
sirkulasi lumpur, tidak terjadi masalah “bulking” seperti pada proses lumpur
aktif (Activated sludgeprocess). Oleh karena itu pengelolaaanya sangatmudah.
b. Lumpur yang dihasilkan sedikit
Dibandingakan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan pada
proses biofilm relatif lebih kecil. Di dalam proses lumpur aktif antara 30 – 60
% dari BOD yang dihilangkan (removal BOD) diubah menjadi lumpur aktif
(biomasa) sedangkan pada proses biofilm hanya sekitar 10-30 %. Hal ini
disebabkan karena pada proses biofilm rantai makanan lebih panjang dan
melibatkan aktifitas mikroorganisme dengan orde yang lebih tinggi
dibandingkan pada proses lumpur aktif.
c. Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah
maupun konsentrasi tinggi. Oleh karena di dalam proses pengolahan air limbah
dengan sistem biofilm mikroorganisme atau mikroba melekat pada permukaan
media penyangga maka pengontrolan terhadap mikroorganisme atau mikroba
lebih mudah. Proses biofilm tersebut cocok digunakan untuk mengolah air
limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi.
d. Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi. Di
dalam proses biofilter mikro-organisme melekat pada permukaan unggun
media, akibatnya konsentrasi biomasa mikro-organisme per satuan volume
relatif besar sehingga relatif tahan terhadap fluktuasi beban organik maupun
fluktuasi beban hidrolik.

12
e. Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil.
Jika suhu air limbah turun maka aktifitas mikroorganisme juga berkurang,
tetapi oleh karena di dalam proses biofilm substrat maupun enzim dapat
terdifusi sampai ke bagian dalam lapisan biofilm dan juga lapisan biofilm
bertambah tebal maka pengaruh penurunan suhu (suhu rendah) tidak begitu
besar.

2.4.2. Karakteristik Media Biofilter


Media penyangga adalah merupakan bagian yang terpenting dari biofilter, oleh
karena itu pemilihan media harus dilakukan dengan seksama disesuaikan dengan
kondisi proses serta jenis air limbah yang akan diolah. Di dalam prakteknya ada
beberapa kriteria media biofilter ideal yang perlu diperhatikan antara lain yakni :
1. Mempunyai Luas permukaan spesifik besar
Luas permukaan spesifik adalah ukuran seberapa besar luas area yang
aktif secara biologis tiap satuan volume media. Satuan pengukuran adalah
meter persegi per meter kubik media. Luas permukaan spesifik sangat
bervariasi namun secara umum sebagian besar media biofilter mempunyai
nilai antara 30 sampai dengan 250 sq.ft/cu,ft atau 100 hingga 820 m2/m3.
Satu hal yang penting adalah membedakan antara total luas permukaan
teoritis dengan luas permukaan yang tersedia sebagai substrate untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Luas permukaan yang terdapat pada pori-pori
yang halus tidak selalu dapat membuat mikroorganisme hidup. Pada saat
biofilter sudah stabil/matang, biomasa bakteri akan bertambah secara stabil
dan lapisan bakteri yang menutupi permukaan media menjadi tebal. Selama
organisme yang berada pada bagian dalam lapisan hanya mendapat makanan
dan oksigen secara difusi, maka bakteri ini memperoleh makanan dan oksigen
semakin lama semakin sedikit sejalan dengan bertambah tebalnya lapisan.
Secara umum hanya bakteri yang berada dilapisan paling luar yang bekerja
secara maksimal.
Apabila lapisan bakteria sudah cukup tebal, maka bagian dalam lapisan
menjadi anaerobik. Jika hal ini terjadi, lapisan akan kehilangan gaya adhesi
terhadap substrat dan kemudian lepas. Apabila bakteri yang mati terdapat
dalam celah kecil, maka tidak dapat lepas dan tetap berada dalam biofilter. Hal

13
ini akan menambah beban organik (BOD) dan amoniak dalam biofilter.
Luas permukaan total yang tersedia untuk pertumbuhan bakteri
merupakan indikator dari kapasitas biofilter untuk menghilangkan polutan.
Luas permukaan spesifik merupakan variabel penting yang mempengaruhi
biaya reaktor biofilter dan mekanisme penunjangnya. Apabila media tertentu
A mempunyai luas permukaan per unit volume dua kali lipat dari media B,
maka media B memerlukan volume reaktor dua kali lebih besar untuk dapat
melakukan tugas yang sama yang dilakukan media A. Ditinjau dari sudut
ekonomi maka lebih baik menggunakan reaktor yang lebih kecil. Jadi secara
umum makin besar luas permukaan per satuan volume media maka jumlah
mikroorganisme yang tumbuh dan menempel pada permukaan media makin
banyak sehingga efisiensi pengolahan menjadi lebih besar, selain itu volume
rekator yang diperlukan menjadi lebih kecil sehingga biaya reaktor juga lebih
kecil.
2. Mempunyai Fraksi Volume Rongga Tinggi
Fraksi volume rongga adalah prosentasi ruang atau volume terbuka
dalam media. Dengan kata lain, fraksi volume rongga adalah ruang yang tidak
tertutup oleh media itu sendiri. Fraksi volume rongga bervariasi dari 15 %
sampai 98 %. Fraksi volume rongga tinggi akan membuat aliran air atau udara
bebas tidak terhalang. Untuk biofilter dengan kapasitas yang besar umumnya
menggunakan media dengan fraksi volume rongga yang besar yakni 90 % atau
lebih.
3. Diameter Celah Bebas Besar (Large freepassage diameter)
Cara terbaik untuk menjelaskan pengertian diameter celah bebas
adalah dengan membayangkan suatu kelereng atau bola yang dijatuhkan
melalui media. Ukuran bola yang paling besar yang dapat melewati media
adalah diameter celah bebas.
4. Tahan terhadap Penyumbatan
Parameter ini ini sangat penting namun sulit untuk diangkakan.
Penyumbatan pada biofilter dapat terjadi melalui perangkap mekanikal dari
partikel dengan cara sama dengan filter atau saringan padatan lainnya bekerja.
Penyumbatan dapat juga disebabkan oleh pertumbuhan biomasa dan
menjembatani ruangan dalam media. Kecenderungan penyumbatan untuk

14
berbagai macam media dapat diperkirakan atau dibandingkan dengan melihat
fraksi rongga dan diameter celah bebas. Diameter celah bebas merupakan
variabel yang lebih penting.Penyumbatan merupakan masalah yang serius
pada sistem biofilter. Masalah yang paling ringan adalah masalah
pemeliharaan yang terus menerus, dan yang paling buruk adalah hancurnya
kemampuan filter untuk bekerja sesuai dengan disain. Penyebab lain
penyumbatan adalah ketidak-seragaman volume rongga dari media. Apabila
sebagian dari unggun media mempunyai volume rongga yang lebih kecil dari
yang lainnya maka dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan sebagian di
dalam unggun media. Unggun media yang lebih padat dapat terjadi
penyumbatan dan sebagian unggun media yang lainnya terdapat celah yang
dapat mengalirkan aliran air limbah. Hal ini dapat menurunkan kinerja
biofilter.Oleh karena itu di dalam pemilihan jenis media biasanya dipilh media
yang mempunyai luas permukaan spesifik yang besar serta mempunyai fraksi
volume rongga yang besar. Dengan demikian jumlah mikroba yang dapat
tumbuh menempel pada permukaan media cukup besar sehingga efisiensi
biofilter juga menjadi lebih besar. Selain itu, karena fraksi volume rongga
media besar maka sistem biofilter menjadi tahan terhadap penyumbatan.
Media yang digunakan untuk biofilter juga harus mudah diangkat, dibersihkan
dan dapat diganti dengan usaha dan tenaga kerja yang minimal.Pilihan lain
adalah media yang dapat diangkat sebagian. Sebagian kecil media dapat
diangkat dan diganti dengan media yang baru, sementara itu bagian yang
tersumbat dibersihkan. Apabila hanya sebagian kecil dari seluruh sistem yang
diangkat, pengaruhnya terhadap sistem biofilter akan sangat kecil.
5. Dibuat Dari Bahan Inert
Kayu, kertas atau bahan lain yang dapat terurai secara biologis tidak
cocok digunakan untuk bahan media biofilter. Demikian juga bahan logam
seperti besi, alumunium atau tembaga tidak sesuai karena berkarat sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikro-organisme. Media biofilter yang dijual
secara komersial umumnya terbuat dari bahan yang tidak korosif, tahan
terhadap pembusukan dan perusakan secara kimia. Namun demikian beberapa
media dari plastik dapat dipengharuhi oleh radiasi ultraviolet. Plastik yang
tidak terlindung sehingga terpapar oleh matahari akan segera menjadi rapuh.

15
Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan penghalang UV yang dapat
disatukan dengan plastik pelindung UV.
6. Harga per unit luas permukaannya murah
Seperti telah diterangkan di atas, media biofilter pada hakekatnya adalah
jumlah luas permukaan yang menyediakan tempat untuk bakteri berkembang
biak. Oleh karena itu untuk media biofilter sedapat mungkin dipilih jenis
media yang mempunyai harga per unit satuan permukaan atau per unit satuan
volume yang lebih murah.
7. Mempunyai kekuatan mekaniknya yang baik
Salah satu syarat media biofilter yang baik adalah mempunyai kekuatan
mekaniknya yang baik. Untuk biofilter yang berukuran besar sangat penting
apabila media mampu menyangga satu atau dua orang pekerja. Disamping
untuk mendukung keperluan pemeliharaan, media dengan kekuatan mekanik
yang baik berarti mempunyai stabilitas bentuk baik, mengurangi keperluan
penyangga bejana atau reaktor dan lebih tahan lama.
8. Ringan
Ukuran berat media dapat mempengaruhi biaya bagian lain dari sistem.
Semakin berat media akan memerlukan penyangga dan bejana atau reaktor
yang lebih kuat dan lebih mahal. Apabila media dari seluruh biofilter harus
dipindahkan maka akan lebih baik jika medianya ringan. Secara umun makin
ringan media biofilter yang digunakan maka biaya konstruksi reaktor menjadi
lebih rendah.
9. Fleksibilitas
Karena ukuran dan bentuk reaktor biofilter dapat bermacam-macam,
maka media yang digunakan harus dapat masuk kedalam reaktor dengan
mudah, serta dapat disesuaikan dengan bentuk reaktor.
10. Pemeliharaan mudah
Media biofilter yang baik pemeliharaannya harus mudah atau tidak perlu
pemeliharaan sama sekali. Apabila diperlukan pemeliharaan sehubungan
dengan penyumbatan maka media harus mudah dipindahkan dengan
kebutuhan pegawai yang sedikit. Selain itu media juga harus dengan cepat
dapat dipindahkan dan dibersihkan.
11. Kebutuhan energi kecil

16
Proses biofilter mengkonsumsi energi secara tidak langsung, namun
secara keseluruhan diperlukan pompa untuk mengalirkan air. Energi
diperlukan juga untuk mensuplai oksigen kepada bakteri. Sejalan dengan
semakin canggihnya teknologi biofilter maka biaya energi merupakan salah
satu faktor utama dari keseluruhan perhitungan keuntungan. Oleh Karena itu
disain biofilter yang memerlukan tenaga kerja dan energi minimum akan
menjadi standar industri.
12. Reduksi Cahaya
Bakteri nitrifikasi sensitif terhadap cahaya. Oleh kerena itu untuk biofilter
yang digunakan untuk penghilangan senyawa nitrogen (ntrifikasi) maka media
yang digunakan sebaiknya berwarna gelap dan bentuknya harus dapat
menghalangi cahaya masuk ke dalam media.
13. Sifat Kebasahan (wetability)
Agar bakteri atau mikroorganisme dapat menempel dan berkembang
biak pada permukaan media, maka permukaan media harus bersifat hidrophilic
(suka air). Permukaan yang berminyak, permukaan yang bersifat seperti lilin
atau permukaan licin bersifat hidrophobic (tidak suka air) tidak baik
sebagaimedia biofilter.
Media biofilter yang ideal adalah media yang harganya murah namun
memberikan solusi bagi pemenuhan kebutuhan proses biofilter. Hal ini karena:
- Diperoleh luas permukaan yang besar dengan harga yang murah.
- Diperoleh biaya konstruksi reaktor yang lebih rendah karena luas
permukaan spesifik tinggi, ringan, kekuatan mekanikal baik dan
kemampuan menyesuaikan dengan bentuk reaktor baik.
- Biaya pemeliharaan rendah karena tidak ada penyumbatan.
- Biaya pompa dan energi lain rendah karena disainnya fleksibel.

2.4.3. Jenis - Jenis Biofilter


Media biofilter yang digunakan secara umum dapat berupa bahan material
organik atau bahan material anorganik. Untuk media biofilter dari bahan organik
misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring, bentuk butiran tak teratur (
randompacking), bentuk papan (plate), bentuk sarangtawon dan lain-lain.
Sedangkan untuk media dari bahan anorganik misalnya batu pecah (split), kerikil,

17
batu marmer, batu tembikar, batu bara (kokas) dan lainnya.
Biasanya untuk media biofilter dari bahan anorganik, semakin kecil
diameternya luas permukaannya semakin besar, sehingga jumlah mikroorganisme
yang dapat dibiakkan juga menjadi besar pula, tetapi volume rongga menjadi
lebih kecil. Jika sistem aliran dilakukan dari atas ke bawah (down flow) maka
sedikit banyak terjadi efek filtrasi sehingga terjadi proses penumpukan lumpur
organik pada bagian atas media yang dapat mengakibatkan penyumbatan. Oleh
karena itu perlu proses pencucian secukupnya. Jika terjadi penyumbatan maka
dapat terjadi aliran singkat (short pass) dan juga terjadi penurunan jumlah aliran
sehingga kapasitas pengolahan dapat menurun secara drastis.
Untuk media biofilter dari bahan organik banyak yang dibuat dengan cara
dicetak dari bahan tahan karat dan ringan misalnya PVC dan lainnya, dengan luas
permukaan spesifik yang besar dan volume rongga (porositas) yang besar,
sehingga dapat melekatkan mikroorganisme dalam jumlah yang besar dengan
resiko kebuntuan yang sangat kecil. Dengan demikian memungkinkan untuk
pengolahan air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggi serta efisiensi
pengolahan yang cukup besar. Salah Satu contoh media biofilter yang banyak
digunakan yakni media dalam bentuk sarang tawon (honeycomb tube) dari bahan
PVC. Beberapa contoh perbandingan luas permukaan spesifik dari berbagai
media biofilter dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Batuan dan Kerikil
Berbagai ukuran kerikil dan batuan telah digunakan dalam biofilter sejak abad
ke sembilan belas untuk berbagai penggunaan. Dapat dipakai baik untuk
biofilter tercelup ataupun untuk trickling filter. Masih tetap digunakan untuk
berbagai keperluan termasuk akuarium, akuakultur dan pengolahan air
buangan rumah tangga. Bahan-bahan yang terbuat dari tanah liat banyak
tersedia, murah dan relatif mempunyai luas permukaan spesifik tinggi. Batu
dan kerikil bersifat inert dan tidak pecah dengan kekuatan mekanikal yang
baik, serta bahan tersebut mempunyai sifat kebasahan yang baik.
Tabel 2.2 Perbandingan luas permukaan spesifik media biofilter
Luas
No Jenis Media permukaan
spesifik (m2/m3)

18
1 Trickling Filter dengan batu pecah 100-200
2 Modul sarang tawon 150-240
3 Tipe jaring 50
4 RBC 80-150
5 Bio-ball (random) 200-240

Salah satu kelemahan media dari kerikil adalah fraksi volume rongganya
sangat rendah dan berat. Akibat dari fraksi volume rongga rendah jenis media ini
mudah terjadi penyumbatan. Untuk mencegah penyumbatan , jumlah ruangan
diantara kerikil harus relatif besar. Secara umum diameter celah bebas sebanding
dengan ukuran kerikil. Tetapi luas permukaan spesifik berbanding terbalik
dengan ukuran kerikil. Apabila kita menggunakan media kerikil dengan ukuran
yang besar untuk mencegah terjadinya penyumbatan, maka luas permukaan
spesifik menjadi kecil. Dengan luas permukaan spesifik yang kecil, maka volume
reaktor yang diperlukan untuk tempat media menjadi besar.
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menanggulangi masalah
kekurangan biofilter dengan media kerikil. Salah satu metoda yang diusulkan
adalah untuk menggunakan bahan yang dapat memperbesar luas permukaan
media yang tersedia tanpa merubah ukuran keseluruhan satuan volume media.
Salah satu aplikasinya adalah menggunakan batu apung, karbon aktif dan keramik
berpori. Bahan -bahan tersebut mempunyai luas permukaan yang besar.
Permasalahan yang timbul adalah akibat pengoperasian biofilter dalam jangka
waktu yang lama. Pada umumnya pertumbuhan bakteri terjadi pada bagian luar
permukaan media kerikil. Hal ini akan dapat menahan nutrient dan menghambat
difusi oksigen kedalam bagian dalam pori media. Walaupun media kerikil ini
mempunyai luas permukaan yang besar, namun hanya sebagian kecil fraksi dari
permukaan area yang dapat digunakan untuk tempat tumbuhnya bakteri aerobik.
Kelemahan lain dari media kerikil adalah masalah berat. Batu kerikil
mempunyai berat jenis yang cukup besar, sehingga jika digunakan sebagai media
biofilter akan memerlukan konstruksi reaktor, penyangga dan sistem pengeluaran
di bagian bawah yang kuat untuk menyangga beban media. Selain itu media
kerikil relatif merupakan media biofilter permanen, dan sulit untuk dipindahkan.
Akibatnya biaya pemeliharaan menjadi besar dan biaya konstruksi menjadi lebih

19
mahal. Oleh karena itu media kerilil kurang cocok untuk dipakai untuk media
biofilter skala komersial. Salah satu contoh media kerikil atau batu pecah untuk
media biofilter dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 media kerikil atau batu pecah untuk media biofilter.
2. Fiber Mesh Pads
Ada beberapa jenis bantalan saringan serat (fiber) saat ini digunakan
sebagai media biofilter. Bantalan ini menggunakan serat tipis menyerupai
filter pendingin udara, namun dibentuk sedemikian rupa menjadi bantalan
yang berat dan tebal. Bahan ini dapat berperan baik sebagai filter fisik
maupun sebagai filter biologis. Beratnya cukup ringan dan mempunyai luas
permukaan per unit volume yang lebih besar dibanding jenis media yang lain.
Sayangnya, bantalan kawat saringan fiber mempunyai kelemahan sama
dengan media kerikil. Bahan ini mempunyai diameter celah bebas sangat
kecil dan cenderung cepat tersumbat, sehingga efektifitas pengolahan
berkurang. Kecenderungan penyumbatan selanjutnya diperparah oleh sulitnya
proses pembersihan dan regenerasi bantalan. Umumnya bantalan saringan
serat memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk proses pembersihan.
Kelemahan lainnya pada jenis media ini adalah kesulitan pemasangan
media dalam jumlah besar. Media jenis ini memerlukan penyangga tambahan
agar dapat tetap dijaga dalam aliran air yang benar.
3. Brillo Pads
Jenis media atau packing yang sama dengan mesh pad adalah “ribbon
bundle” atau packing jenis “brillo pad”. Packing ini ringan dan relatif
mempunyai luas permukaan besar dengan harga yang murah. Walaupun
Ribbon tidak serapat seperti fiber mesh pad, namun mempunyai beberapa
kekurangan sama seperti pada mesh pads. Salah satu kekurangan brillopads
adalah kekuatan mekanikalnya kecil. Tidakmungkin untuk menumpuk
packing ini tanpa menekan lapisan bawah. Pada saat lapisan bawah tertekan,
20
maka akan menahan laju alir menjadi mudah tersumbat. Birllo pad dan
meshpads kedua-duanya berhasil dalam penerapanuntuk akuarium kecil,
namun untuk kapasitas yang besar untuk produksi akuakultur sulit dan tidak
ekonomis.
4. Random atau Dumped Packing
Media jenis ini ditiru dari packing yang digunakan pada industri kimia.
Terdapat bermacam jenis yang berbeda dari cetakan plastik yang tersedia
dalam berbagai luas permukaan spesifik. Media jenis ini dimasukkan secara
acak ke dalam reaktor sehingga dinamakan random packing. Umumnya
media ini mempunyai fraksi rongga yang baik dan relatif tahan terhadap
penyumbatan dibandingkan mesh pads atau unggun kerikil. Karena setiap
bagian packing atau media dapat disesuaikan pada setiap bentuk tanki atau
vessel. Beberapa contoh jenis media ini dapat dilihat pada Gambar 2.5 :

Gambar 2.5 Beberapa contoh jenis media “Random Packing”

Media tipe random packing harus dipasang di atas penyangga jenis


grid atau screen. Packing ini harus memakai wadahkarena tidak mempunyai
kekuatan struktur dasar. Secara umum packing random kekuatan
mekanikanya relatif kecil. Seseorang tidak dapat berjalan di atas packing
random tanpa menumpuk atau merapatkan unggun filter.
Walaupun packing random relatif ringan namun sulit untuk
dipindahkan dari vessel besar apabila sudah terpasang. Hal ini karena untuk
mengeluarkan packing harus dikeruk. Pembersihan harus dilakukan ditempat.
Kekurangan lain packing random, adalah pemasangannya sulit. Apabila
pemasangan unggun kurang hati-hati, terjadi beberapa hal yang tidak sesuai
pada kerapatan packing di seluruh unggun. Unggun packing random akan
cenderung turun dan merapat.
Kekurangan lain dari media kerikil dan packing random yaitu operator
21
tidak dapatmelihat apa yang terjadi dalam unggun biofilter. Sangat sulit
untuk menggeser material untuk mengetahui apa yang terjadi dalam unggun.
Bagian atas unggun yang terlihat beroperasi normal, sementara bagian bawah
unggun tersumbat dan tidak beroperasi dengan benar.
Packing random tersedia dari bahanstainless steel, keramik, porselein
dan berbagai bahan termoplastik. Pada umumnya packing untuk akuakultur
merupakan cetakan injeksi dari PP (polypropylene) atau HDPE (high
densitypolyethylene). PP dan HDPE merupakan polimeryang cukup bagus
dengan ketahanan panasnya tinggi dan tahan terhadap bahan kimia.
Sayangnya banyak senyawa PP dan HDPE yang digunakan untuk
packing tidak cukup bercampur dengan penahan ultraviolet untuk menjaga
packing dari paparan sinar matahari. Masalah lain bahan polimer PP dan
HDPE ini sangat hidrophobik (tidak suka air). Sifat dapat basah (wetability)
rendah, sehingga memerlukan waktu berbulan-bulan untuk dapat basah total.
Packing random relatif merupakan mediabiofilter modern, salah satu
kekurangannya adalah harganya relatif mahal. Cara pencetakan injeksi
merupakan cara yang mahal untuk pembentukkan permukaan. Media tipe
random tersebut sangat baik digunakan untuk instalasi kecil karena pada
sistem kecil biaya yang tinggi tidak menjadi masalah. Packing ini mudah di
pasang dalam reaktor yang berbentuk silinder, dalam hal ini pemasangan
tidak perlu dilakukan pemotongan atau adanya bahan yang terbuang.
5. Media tersturktur (Structured Packings)
Media terstruktur dapat digunakan untuk berbagai keperluan selain
biofilter. media ini memiliki semua karakteristik yang ada pada media “ideal”.
Media terstruktur telah digunakan pada biofilter selama lebih dari 25 tahun
untuk pengolahan air buangan rumah tangga maupun air limbah industri.
Salah satu jenis media terstruktur yang sering digunakan adalah media dari
bahan plastik tipe sarang tawon. Salah satu contoh spesifikasi media
terstruktur tipa sarang tawon dapat dilihat pada Tabel 2.3. Sedangkan bentuk
media dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Tabel 2.3 Contoh spesifikasi media tipe sarang tawon.

Tipe : Sarang Tawon, cross flow.

22
Material : PVC
Ukuran Modul : 30cm x 25cm x 30cm
Ukuran Lubang : 2 cm x 2 cm
Ketebalan : 0,5 mm
Luas Spesifik : 150 -220 m2/m3
Berat : 30-35 kg/m3
Porositas Ronga : 0,98
Warna : bening transparan atau
Hitam

Konstruksi media terstruktur biasanya merupakan lembaran dari bahan PVC


(polyvinyl chlorida) yang dibentuk secara vacum. Pembentukan dengan cara
vakum kontinyu adalah proses otomatis kecepatan tinggi yang dapat
memproduksi material dalam jumlah besar. Metoda konstruksi ini memungkinkan
media terstruktur diproduksi dengan harga yang lebih murah per unit luas
permukaan dibandingkan pencetakan secara injeksi. PVC relatif merupakan resin
murah dengan sifat mekanik yang lebih baik dibandingkan PP atau HDPE. PVC
pada awalnya bersifat hidrophobic namun biasanya menjadi basah atau
mempunyai sifat kebasahan yang baik dalam waktu satu sampai dua minggu.

Gambar 2.6 : Bentuk media terstruktur tipe sarang tawon (cross flow) yang banyak
digunakan untuk biofilter.

23
Lembaran-lembaran PVC disambung membentuk blok segi-empat. Beberapa
media mempunyai “tube/saluran” dalam yang hanya megalirkan sepanjang satu axis.
Jenis lain dari media terstruktur yang dikenal sebagai cross corrugated packing yang
memungkinkan aliranmengalir sepanjang dua axis. Hampir semua media terstruktur
digunakan untuk biofilter adalah adalah jenis aliran silang (cross crosflow).
Media terstruktur misalnya media tipe sarang tawon corosflow mempunyai luas
permukaan spesifik yang bervariasi tergantung dari diameter celah bebas atau volume
rongganya. Salah satu contoh media tipe sarang tawon dari bahab PVC dengan ukuran
lubang 2 cnm x 2 cm mempunyai luas spesifik 150 – 220 m2/m3, berat 30 – 35 kg/m3,
dan porositas rongga 98 %. Selain itu mempunyai kekuatan mekanik ( mechanical
strength) yang cukup besar mencapai lebih dari 2000 lbs. per sq.ft.
Untuk mengkaji secara keseluruhan dapat dilakukan dengan cara pembobotan
(scoring). Skoring dilakukan dengan skala 1(satu) untuk yang terburuk sampai dengan
5 (lima) untuk yang terbaik. Hasil pembobotan untuk beberapa jenis tipe media
ditunjukkan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Pembobotan terhadap beberapa tipe media biofilter.

24
Dari hasil pembobotan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tipe
media biofilter terstruktur misalnya tipe sarang tawon (cross flow) secara teknis paling
baik untuk digunakan sebagai media biofilter untuk pengolahan air limbah.
Walaupun secara pembobotan tipe media terstruktur mempunyai bobot paling
tinggi dibandingkan dengan tipe media yang lain artinya secara teknis mempunyai
keunggulan yang paling baik, tetapi di dalam aplikasinya di lapangan perlu juga
dipertimbangkan aspek ketersediaan bahan di lokasi serta kapasitas biofilter. Jika
lokasinya jauh dari produsen media dan kapasitas biofilter kecil maka harga media serta
biaya transportasinya akan menjadi mahal sekali sehingga menjadi tidak ekonomis.
Oleh karena itu walaupun sarang tawon secara teknis mempunyai persyaratan yang
paling baik, perlu dipertimbangkan pemilihan media tipe lain yang lebih sesuai dengan
kondisi di lapangan.

2.5. Botol Yakult


Pengemas produk yakult berupa wadah gelas dengan leher sempit yang disebut
botol. Pemilihan bentuk wadah derupa botol dengan tujuan untuk memudahkan
konsumen dalam mengkonsumsi yakult. Botol yakult ini terbuat dari plastik, yang
ringan, aman, mudah didaur ulang dan mudah dipakai untuk transportasi. Jenis plastik
yang digunakan untuk membuat botol produk yaitu PS (Polistirena resin). Menurut
Bachriansyah (1997), jenis plastik ini aman untuk sekali pakai dan menunjukkan warna
alami yang dimiliki produk. Selain itu, jenis plastic ini memiliki sifat transparansi yang
tinggi dan daya serap air yang rendah juga termasuk kedalam kemasan food grade.
Polistirena adalah sebuah polimer dengan monomer stirena,sebuah hidrokarbon
cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan, polistirena
biasanya bersifat termoplastik padat dapat mencair pada suhu yang lebih tinggi. Stirena
juga termasuk golongan senyawa aromatik. Karakteristik polistirena yaitu memiliki
25
temperatur operasi maksimal < 90°C, tahan terhadap air, bahan kimia non-organik,
alkohol, dan rapuh (perpanjangan 1-3%), tidak cocok untuk aplikasi luar ruangan,serta
mudah terbakar. Polistiren (PS) yang digunakan berbeda dengan polistiren busa yang
biasa digunakan untuk sterefoam. Polistiren ini bersifat jernih seperti kaca, kaku,
buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, melunak pada suhu 950C. Dan
digunakan sebagai wadah makanan beku, sendok, garpu (Suyitno,1998). Polistirena
pada kemasan yakult ini sangat cocok untuk mengemas bahan yakult yang tidak
mengandung alkohol dan lemak.

2.6. BOD
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem
pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan
untuk mendegradasi bahan organic yang dikandungnya, sekaligus merupakan gembaran
bahan organic yang mudah diurai (biodegredable) yang ada dalam air atau perairan
yang bersangkutan. Bila uji BOD dilakukan tanpa perlakuan tertentu dan dengan suhu
inkubasi setara suhu perairan, maka BOD dapat menggambarkan kemempuan perairan
dalam mendegradasi bahan organic.
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan
suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang
digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organic yang
ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang hamper sama dengan kondisi yang ada di
aam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar
untuk mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air
buangan atau sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran
tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan.
Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya
berkisar +- 9 ppm pada suhu 20oC (Sawyer & Mc Carty, 1978)

26
2.7. TSS (Total Suspended Solid)
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah
setelah mengalami penyaringan dengan membrane berukuran 0,45 mikron (Sugiharto,
1087). Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan
pencemaran air limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit
pengolahan air (BAPPEDA, 1997)
Bahan padat tersuspensi adalah bahan padat yang dihilangkan pada penyaringan
(filtration) melalui media standar halus dengan diameter 1 mikron. Bahan padat
tersuspensi dikelompokkan lagi dalam bahan padat yang tetap (fixed solids) dan yang
menguap (volatile solids). Bahan padat yang menguap merupakan bahan yang bersifat
organic yang diharapkan dapat dihilangkan melalui penguraian secara biologis
(biological degradation) atau pembakaran (incinerator). Fixed solid merupakan bahan
padat yang bersifat tetap. Bahan padat tersuspensi selanjutnya dapat dikelompokkan
kembali berdasarkan sifat atau kemampuan pengendapannya. Bahan padat yang dapat
diendapkan (settleable solids) secara normal dapat dihilangkan dalam ukuran besar
pada tanki sedimentasi. Bahan padat yang tidak dapat mengendap (nonsettleable solids)
memerlukan perlakuan tambahan, baik secara kimia ataupun biologis, untuk
menghilangkannya dari limbah cair. Kandungan bahan padat tersuspensi penting dalam
perencanaan dan pembuangan, sebab menentukan persyaratan bangunan untuk
penanganan lumpur, termasuk persyaratan untuk menghilangkan air (dewatering) dan
pengeringan (dry-ing) lumpur untuk pembuangan air.
Total Suspended Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi adalah segala macam
zat padat dari padatan total yang tertahan pada saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2,0 μm dan dapat mengendap (Standard Methods, 2005)
Kekeruhan air erat sekali hubungannya dengan nilai TSS karena ekeruhan pada
air salah satunya memang disebabkan oleh adanya kandungan zat padat tersuspensi. Zat
tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat misalnya pasir halus,
tanah liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat pula
berupa bahan-bahan oraganik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan organic
yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti selulosa,
lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa
mikroorganisme, seperti makteri, algae, dan sebagainya.

27
Kekeruhan air dapat berdampak buruk terhadap nilai estetika air, sebab penilaian
air bersih pertama kali dapat terlihat dari kekeruhannya. Oleh karena itu, untuk
kebutuhan air minum, nilai TSS penting untuk diperhatikan, jika dilihat dari dampak
TSS terhadap perairan, TSS dapat menyebabkan terhambatnya proses masuknya sinar
matahari ke dalam perairan tersebut. Sehingga hal ini dapat menghambat proses
fotosintesis dalam badan air yang berdampak pada berkurangnya kadar oksigen dalam
perairan. Jika oksigen berkurang dan maka bekteri aerobic akan cepat mati karena
suplai oksigennya sedikit dan bekteri anaerobic mulai tumbuh. Bakteri anaerobic akan
mendekomposisi dan menggunakan oksigen yang disimpan dalam moleku-molekul
yang sedang dihancurkan. Hasil dari kegiatan bakteri anaerobic dapat membentuk
hydrogen sulfide (H2S), gas yang berbau bususk dan berbahaya, serta beberapa produk
lainnya.
Penentuan TSS dilakukan dengan menggunakan glass-fiber filter. Glass-fiber
filter (filter gelas-fiber) adalah filter yang terbuat dari serabut kaca yang halus dan
bersifat inorganic, sehingga tidak perlu dikeringkan dahulu sebelum analisa
zattersuspensi, analisa zat tersuspensi organis dan inorganic. Cara pengukuran total
padatan terendap pada perinsipnya adalah dengan mengeringkan residu sampel yang
tertahan pada kertas sering hingga sushu 103oC-105oC selama 1 jam.

2.8. Sistem Pengolahan Limbah


Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan dua system, tergantung pada aliran air
limbah yaitu:
1. system batch
Pengolahan dengan system batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kualitas
air buangan cukup tinggi sehingga dengan system ini, proses pengolahan tidak
berlangsung secara terus menerus.
2. system continue
pengolahan dengan system continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu
dilengkapi dengan control otomatis sehingga dengan system ini, proses pengolahan
berlangsung secara terus menerus.

28
2.9. Pompa Peristaltik
Pompa peristaltic merupakan sebuah pompa biologis dimana bekerja secara periodik
gerakan seperti gelombang bertekanan yang mana berjalan maju melalui pembuluh
dengan kekuatan yang terkandung dalam pembuluh maju. Tujuan dari dua demonstrasi
yang terkait adalah untuk menunjukkan bahwa pompa peristaltic merupakan bagian dari
pompa viscositas, hal ini tidak akan bekerja jika :
a. Pertama, mari kita mempertimbangkan suatu bagian dari pipa (tube) yang mana
menutup secara otomatis untuk membentuk sebuah lingkaran saperti yang di
tunjukan pada gambar:

Gambar 2.7 Pipa


Sebuah palang berjari-jari panjang dari bagian tengah lingkaran dan memiliki
dua roda yang terkait dan bersifat bebas gesek. Dua roda menarik pipa, dengan
menghasilkan sebuah tekanan. Palang bebas unutk berotasi bebas dalam
gesekanmenahan di pusat dari lingkaran, maka dari itu roda bergerak maju dalam
pipa. Pipa terisi dengan sebuah cairan yang tidak dapat dikempa. Mari kita asumsikan
bahwa batang berputar kaku dengan kecepatan konstan, dalam hitungan waktu yang
tepat. mari kita asumsikan bahwa cairan bersifat inviscid. kemudian kita bertanya:
akankah pompa peristaltic memberikan tekanan kepada cairan? berdasarkan alur dari
argument yang dipaparkan maka jawabannya adalah tidak. Jika kita mnegubah sistem
kooordinat dengan berdiri di batang dan berotasi dengan itu, maka gelombang akan
muncul untuk diselesaikan dengan mengikuti pada sistem koordinat baru. Faktanya,
sistem akan menjadi sebuah sistem yang kuat: tidak ada sifat dari sistem yang akan
berubah dengan menghargai waktu. Selanjutnya, jika kita ber asumsi bahwa gaya
grafitasi bukan merupakan akibat, lalu aliran didalam pipa menjadi sebuah Simple
Bernoulli Flow dimana tekanan berhubungan langsung dengan keceptana scalar dari

29
cairan. Dalam sistem yang kuat, kecepatan scalar langsung berhubungan dengan area
crossectional. Karena pipa memiliki area crossectional yang hamper simetris dengan
batang penahan dan tegak lurus terhadap kertas, lalu seharusnya kecepatan scalar juga
bersifat simetris. Tetapi jika kecepatan scalar bersifat simetris, kemudian tekanan juga
hasur bersifat simetris. Jika tekanan bersifat simetris dengan mengutamakan pada
bidang, lalu tidak aka nada tekanan resultan dalam roda tegak lurus pada bidang, dan
karena itu akan menjadi tegak lurus dengan batang. Sekarang kita kembali ke sistem
koordinat asli laboratorium, jika tidak ada gaya resultan menindak garis tegak lurus ke
batang, kemudian tidak ada tidak memerlukan perintah bekerja untuk batang tetap
berotasi. Tetapi, jika batang tetap berotasi tanpa siapapun yang mengoperasikannya,
lalu pastinya batang tidak melakukan pekerjaan apapun terhadap cairan. Jika batang
tidak melakukan pekerjaan apapun terhadap cairan, artinya itu bukanlah cairan
terpompa.
Kita sadar bahhwa jika cairan telah lekat, kemudian penyaluran tekanan belum
bisa simetris dan sebuah tekanan akan terjadi secara tegak lurus terhadap batang.
Dalam kasus ini, batang akan memancarkan energy terhadap cairan. Pemompaan akan
terjadi.
b. Demonstrasi kedua akan memberikan pembacan sebuah pemikiran fisika bagaimana
agar sebuah pompa peristaltic dapat bekerja. Mengingat sebuah pipa menyambungkan
dua reservoir sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.8. Tekanan dalam pipa akan
berpindah secara baik dengan kecepatan c.

Gambar 2.8 rangkaian pipa


Jika tekanan benar-benar tertutup didalam pipa, lalu itu akan jelas bahwa semua
cairan dalam pipa akan terdorong ke reservoir dengan baik. On the other hand, jika
tekanan tidak cukup tertutup secara benar, tetapi meninggalkan sebuah jalan sempit,
lalu kebanyakan dari cairan akan terdorong ke reservoir dengan baik tetapi sedikit
jumlahnya yang akan meresap kembali ke jalan. Hanya sedikit jumlah akan meresap
kembali karena besarnya tekanan viskositas yang akan terjadi dijalan sempit.

30
Demonstrasi ini merupakan sebuah karakteristik dasar dari pompa oeristaltik. Sebuah
bagian kecil dari cairan akan berpindah mundur kambali dibawah memberikan
cubitan dengan tekanan yang cukup cukup untuk mendorong bagian yang lebih besar
dari cairan menuju tonjolan.

31
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Fungsi
Alat yang akan kami buat bernama “BIOKULT” yang memiliki fungsi untuk
mengolah air limbah domestic jenis grey water yang bertujuan untuk:
1. menurunkan kandungan BOD dalam air limbah
2. menurunkan kandungan TSS dalam air limbah

3.2. Metode
Alat yang kami ajukan merupakan salah satu metode rekayasa pengelolaan limbah
cair. Dimana limbah cair domestik mengandung berbagai perameter pencemar yang tidak
memenuhi baku mutu, berasal dari kegiatan rumah tangga. Limbah cair domestik
tersebut biasanya langsung dibuang ke badan air tanpa dilakukan pengolahan. Sehingga
perlu dilakukan pengolahan agar kandungan dalam limbah cair domestik tersebut aman
dibuang ke badan air dan tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

3.3.Prinsip
Proses pengolahan air limbah menggunakan sistem batch dengan proses biofilter
tercelup dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah kedalam reaktor biologis yang
didalamnya diisi dengan media penyangga untuk pengembangbiakan mikroorganisme
dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses anaerobik dilakukan tanpa pemberian udara atau
oksigen. Posisi media biofilter tercelup dibawah permukaan air. Reaktor tersebut dibagi
menjadi beberapa zona, yaitu ruang pengendapan awal, zona anaerob, zona aerob, dan
ruang pengendapan akhir. Air limbah yang digunakan untuk percobaan dikumpulkan dari
saluran pembuangan limbah yang merupakan limbah rumah tangga ditampung dalam
suatu bak, kemudian dialirkan ke ruang (bak pengendapan awal), dari ruang
pengendapan awal air limbah di alirkan ke zona anaerob, dengan arah aliran dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas. Selanjutnya air limpasan dari zona anaerob tersebut
dialirkan ke zona aerob, dengan arah aliran dari atas ke bawah sambil di aerasi dengan
menggunakan pompa udara (air pump). Air yang keluar dari biofilter aerob selanjutnya
dialirkan ke ruang pengedapan akhir dengan aliran dari bawah ke atas. Air limpasan dari
ruang pengendapan akhir adalah merupakan air hasil olahan.

32
Laju air pengolahan air diatur sedemikian rupa sehingga waktu tinggal di dalam
reaktor sekitar 3 hari. Setelah operasi berjalan 1 minggu pada permukaan media pada
zona anaerob maupun zona aerob akan diselimuti oleh lapisan mikroorganisme yang
disebut biofilm. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan
organik yang ada di dalam air limbah. Setelah operasi berjalan 2 minggu, waktu tinggal
di dalam reaktor diubah menjadi 2 hari dan setelah 2 minggu operasi waktu tinggal di
dalam reaktor diubah menjadi 1 hari. Parameter senyawa polutan yang diukur adalah
BOD dan TSS.

3.4. Desain Rancangan Alat

3.4.1. Alat:
a. Bor
b. Pemotong kaca
c. Obeng

3.4.2. Bahan:
a. Fiber glass
b. Kaca
c. Botol yakult bekas
d. Pipa aquarium transparan
e. Pipa elbow transparan
f. Selang aquarium
g. Lem kaca
h. Penutup pipa
i. Karet dop pipa aquarium
j. Lem pipa pvc tangit
k. Lem pipa kaleng asahi
l. Kran
m. Sirculation pump
n. Aquarium pump
o. Pompa peristaltic
p. Clip
q. cutter

33
3.4.3. Cara Membuat
a. Siapkan alat dan bahan
b. Membuat sarang tawon menggunakan botol yakult sesuai dengan ukuran bak
aerob dan anaerob.
c. Memotong kaca dan fiber glass sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan
d. Menyusun potongan kaca dan fiber glas sesuai dengan desain
e. Masukan media sarang tawon kedalam bak aerob dan anaerob
f. Memasang pipa transaparan dan pipa elbow
g. Memasanag pompa sirkulasi ada bagian bak pengendapan awal
h. Memasang pompa peristaltic pada bagian bak anaerob
i. Memasang blower pada bagian bak aerob
j. Memasang kran pada masing-masing bak
k. Alat siap di operasikan

3.4.4. Desain gambar

Gambar 3.1. Biofilter Media Sarang Tawon Dari Bahan Botol yakult 1

Keterangan:

Kapasitas Disain yang direncanakan :

Kebutuhan air bersih per orang/hari di kota sedang adalah 110 liter/orang/hari.
34
Jumlah limbah = 80% (asumsi limbah yang dihasilkan) x 110 liter/orang/hari x
4 orang
= 352 liter/hari
Prototype = 352 liter/hari : 4
= 88 liter/hari
= 0,088 m 3 /hari
= 0,09 m3/ hari
Debit air limbah yang diolah = 0,09 m3 per hari
BOD Air Limbah rata-rata = 300 mg/l
Konsentrasi SS = 300 mg/l
Total Efisiensi Pengolahan = 90-95 %
BOD Air Olahan = 20 mg/l
TSS Air Olahan = 20 mg/l

Perhitungan disain
1. Bak Pengendap Awal
Debit Air Limbah : 0,09 m3/hari
BOD Masuk : 300 mg/l
Efisiensi : 25 %
BOD Keluar : 225 mg/l
Volume bak yang diperlukan : 0,027 m3
Waktu tinggal di dalam bak : (0,027 m3 x 24 jam) / 0,09 m3 = 7,2 jam
Dimensi Ditetapkan :
Lebar : 0,4 m
Kedalaman air : 0,3 m
Panjang : 0,23 m
Tinggi ruang bebas : 0,08 m
2. Bak Anaerob
BOD Masuk : 225 mg/l
Efisiensi : 80 %
BOD Keluar : 45 mg/l
Debit Limbah : 0,09 m3/hari

35
Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar Beban BOD per
volume media 0,4 – 4,7 kg BOD /m3.hari. Ditetapkan beban BOD yang
digunakan = 1,0 kg BOD /m3.hari.
Beban BOD di dalam air limbah = 0,09 m3/hari x 225 g/m3 = 20,25 g/hari =
0,02025 kg/hari
Volume media yang diperlukan
0,02025 kg/hari : 1,0 kg/m3.hari = 0,02025 m3
Volume Media = 60 % dari total Volume rekator, Volume Reaktor yang
diperlukan = 100/60 x 0,02025 m3 = 0,03375 m3
Waktu Tinggal Di dalam Reaktor Anaerob
(0,03375 m3 : 0,09 m3/hari) x 24 jam/hari = 9 jam
Dimensi Ditetapkan :
Lebar : 0,4 m
Kedalaman air : 0,3 m
Panjang : 0,29 m
Tinggi ruang bebas : 0,08 m
3. Bak Aerob
Debit Limbah : 0,09 m3/hari
BOD Masuk : 45 mg/l
Efisiensi : 60 %
BOD Keluar : 18 mg/l
Beban BOD di dalam air limbah = 0,09 m3/hari x 45 g/m3 = 4,05 g/hari =
0,00405 kg/hari.
Jumlah BOD yang dihilangkan = 0,6 x 0,00405 kg/hari = 0,00243 kg/hari.
Beban BOD per volume media yang digunakan = 0,5 kg/m3.hari.
Volume media yang diperlukan = (0,00243/0,5 ) = 0,00486 m3
Volume media = 40 % dari Volume Reaktor, Volume Reaktor Biofilter
Aerob Yang diperlukan = 100/40 x 0,00486 m3 = 0,01215 m3
Biofilter Aerob terdiri dari dua ruangan yakni ruang aerasi dan ruang bed
Media.
Dimensi Ditetapkan :
- Ruang Bed Media
Lebar : 0,4 m

36
Kedalaman air : 0,3 m
Panjang : 0,17 m
Tinggi ruang bebas : 0,08 m
- Ruang Aerasi
Lebar : 0,4 m
Kedalaman air : 0,3 m
Panjang : 0,06 m
Tinggi ruang bebas : 0,08 m
4. Bak Pengendapan Akhir
Debit Limbah : 0,09 m3/hari
BOD Masuk : 20 mg/l
BOD Keluar : 20 mg/l
Volume bak yang diperlukan : 0,027 m3
Waktu tinggal di dalam bak : (0,027 m3 x 24 jam) / 0,09 m3 = 7,2 jam
Dimensi Ditetapkan :
Lebar : 0,4 m
Kedalaman air : 0,3 m
Panjang : 0,23 m
Tinggi ruang bebas : 0,08 m

Unit reactor pengolahan terdiri dari 5 (lima) buah ruangan, yakni ruangan
pertama adalah bak pengendapan awal yang berfungsi untuk mengendapkan
partikel-partikel tersuspesi yang masih terbawa dan juga sebagai bak
pengurai.Ruangan kedua dan ketiga merupakan biofilter yang berisi media dari
media plastik sarang tawon yang merupakan zona anaerob (tanpa udara). Air
limbah masuk keruangan kedua melalui bagian atas dengan arah aliran dari atas
ke bawah dan kemudian masuk ke rungan ke tiga dengan arah aliran dari bawah
keatas. Selanjutnya air limpasan dari ruangan ketiga (zona anaerob) masuk
keruangan keempat melalui weir pada bagian atas.
Didalam ruangan keempat tersebut juga diisi dengan media plastik sarang
tawon sambil dihembus dengan udara. Udara yang digunakan disuplai dengan
menggunakan blower dengan daya listrik 60 watt. Ruangan keempat ini disebut
dengan zona aerobik. Dari zona aerobic air limbah masuk keruangan kelima

37
melalui bagian bawah. Ruangan ke lima tersebut berfungsi sebagai bak
pengendapan akhir. Air limbah pada bak pengendapan akhir sebagian
disirkulasikan kembali keruangan pertama atau bak pengendapan awal dengan
menggunakan pompa celup 25 watt. Air limpasan dari bak pengendapan akhir
adalah merupakan air olahan yang sudah dapat dibuang ke saluran umum.

3.4.5. Prosedur Kerja Alat


1. Seeding (Pengembangbiakan bakteri)
1.1. Menampung air limbah domestic yang bersumber dari asrama ke dalam
jerigen
1.2.Mencampurkan lumpur dari septictank
1.3.Mencampurkan limbah cair domestic dengan lumpur yang berasal dari
septictank
1.4.Menyaring limbah yang sudah tercampur agar tidak terjadi penyumbatan
pada saat seeding
1.5.Memasukan limbah cair kedalam bak aerob dan bak anaerob
1.6.Perbandingan antara lumpur septictank dan limbah cair adalah 1:9
1.7.Diamkan selama 7 hari
2. Operasi system
1.1.Mengeluarkan air limbah pada proses seeding
1.2.Memasukan air limbah domestic kedalam bak pengendapan awal selama
7 jam 12 menit
1.3.Nyalakan pompa untuk memindahkan air limbah dari bak pengendapan
awal menuju bak anaerob, diamkan selama 9 jam
1.4.Setelah 9 jam, nyalakan pompa peristaltic untuk memindahkan air limbah
ke bak aerob diamkan selama 8 jam 25 menit
1.5.Air limbah dari bak aerob akan mengalir dengan sendirinya menuju bak
pengendapan akhir, diamkan selama 7 jam 12 menit.
3. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui hasil kinerja alat

3.5. Rekapitulasi Anggaran Dana


Tabel 3.1. Rancangan anggaran biaya biofilter media sarang tawon dari botol yakult

38
Pengaluaran:

No Nama Barang Jumlah Harga Total


Barang Satuan
1 Pembuatan aquarium: Rp750,000
- Jasa pembuatan
- Kaca
- Pipa aquarium transparan
- Pipa elbow transparan
- Selang aquarium
- Lem kaca
- Penutup pipa
- Karet dop pipa aquarium
2 Fiber glass Rp 95.000
3 Botol yakult bekas 7,5 kg Rp15,000 Rp112,500
4 Lem pipa pvc tangit 10 buah Rp10,000 Rp100,000
5 Lem pipa pvc tangit 2 buah Rp 10,600 Rp 21,200
6 Lem Pipa kaleng asahi 1 buah Rp35,000 Rp35,000
7 Kran 4 buah Rp25,000 Rp100,000
8 Sirkulation pump 1 buah Rp35,000 Rp35,000
9 Aquarium pump 1 buah Rp35,000 Rp35,000
10 Pompa peristaltik 1 buah Rp550,000 Rp550,000
11 Clip 2 pack Rp3,000 Rp6,000
12 Cutter 5 buah Rp4,000 Rp20,000
13 pemeriksaan parameter limbah domestik (BOD5, TSS serta minyak dan lemak) Rp72,000
Jumlah Rp1,931,700

39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian I

Tabel 4.1. Hasil Pengujian I

parameter satuan Baku Mutu Hasil Awal Hasil Akhir Persentase (%)

pH 6-9 8,14 7,32 10,07

BOD Mg/l 100 140,3 37,45 73,3

TSS Mg/l 100 83 10 87,95

* Baku mutu PermenLH Nomor 05 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah – bagi usaha
dan/atau kegiatan domestik.

Pembahasan:
Berdasarkan hasil pengujian limbah cair domestic, pada tabel di atas dapat terlihat
bahwa hasil pengujian awal yaitu sebelum dilakukan pengolahan menggunakan
“BIOKULT” didapatkan nilai pH awal 8,14, BOD awal 140,3 mg/l dan TSS awal 83
mg/l. nilai pH awal dan TSS awal sudah memenuhi baku mutu sedangkan nilai BOD awal
tidak memenuhi baku mutu.
Setelah limbah cair domestic dilakukan pengolahan dengan menggunakan
“BIOKULT” didapatkan nilai pH akhir 7,32, BOD akhir 37,45 mg/l dan TSS akhir 10
mg/l. ke-tiga nilai parameter ini sudah memenuhi baku mutu.
Perbandingan antara hasil awal dan akhir yaitu bahwa ke-tiga parameter terdapat
penurunan, dengan persentase penurunan untuk pH 10,07%, BOD 73,3 % dan TSS
87,95%.
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa alat Biokult apabila dioperasikan
dengan benar, maka dapat menurunkan parameter pencemar yang terdiri dari BOD dan
TSS.

1
4.2. Hasil Pengujian II

Tabel 4.2. Hasil Pengujian II

Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Awal Hasil Akhir Presentase (%)

pH 6-9 6.57 6.64 1.07

TSS Mg/l 100 158 64 59,49

COD Mg/l - 55 25 54

* Baku mutu PermenLH Nomor 05 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah – bagi usaha
dan/atau kegiatan domestik.

Pembahasan:
Berdasarkan hasil pengujian limbah cair domestic, pada tabel di atas dapat terlihat
bahwa hasil pengujian awal yaitu sebelum dilakukan pengolahan menggunakan
“BIOKULT” didapatkan nilai pH awal 6,57, TSS awal 158 mg/l dan COD awal 55 mg/l.
nilai pH awal awal sudah memenuhi baku mutu, nilai TSS awal tidak memenuhi baku
mutu sedangkan nilai COD tidak terdapat di baku mutu limbah cair domestic.
Setelah limbah cair domestic dilakukan pengolahan dengan menggunakan
“BIOKULT” didapatkan nilai pH akhir 6,64, TSS akhir 64 mg/l dan COD akhir 25 mg/l.
ke-tiga nilai parameter ini sudah memenuhi baku mutu.
Perbandingan antara hasil awal dan akhir yaitu bahwa ke-tiga parameter terdapat
penurunan, dengan persentase penurunan untuk pH 1,07%, TSS 59,49% dan COD 54%.
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa alat Biokult apabila dioperasikan
dengan benar, maka dapat menurunkan parameter pencemar yang terdiri dari COD dan
TSS.

2
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati dan Azizah. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS dan MPN Coliform pada
Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk. Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat Bagian Kesehatan Lingkungan. Dapat di akses di
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-10.pdf
Soeparman dan Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar.
EGC.
Widyaningsihy, Vini. 2011. Pengolahan Limbah Cair Kantin Yongma FISIP UI. Fakultaltas
Teknik Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia. Dapat di akses di
http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20283531&lokasi=lokl
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia (UI-Press);
Jakarta.
Said, Nusa IDaman dan Uliasih. 2005. Tinjauan aspek teknis pemilihan Media Biofilter untuk
pengolahan air limbah. Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknik Lingkungan, BPPT.
Latham, Thomas Walker.1964.Fluid Motion In Peristaltic Pump.Massachuset tersedia:
https://dspace.mit.edu/bitstream/handle/1721.1/17282/25514457-MIT.pdf?sequence=2

Anda mungkin juga menyukai