(BIOREMEDIASI)
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas paper bioteknologi tanah ini dengan baik dan
tepat waktu.
Paper bioteknologi tanah ini membahas limbah organik dan pengelolaannya. Tugas ini
bertujuan untuk mengasah softskill yang dimiliki masing-masing mahasiswa serta
mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah bioteknologi tanah.
Akhir kata, kami berharap semoga paper bioteknologi tanah ini akan bermanfaat bagi
pengembangan pengetahuan serta meningkatkan sistem pertanian. Diharapkan tugas paper
bioteknologi tanah ini dapat menjadi inspirasi mahasiswa untuk mendorong peran aktif
memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan pengelolaan limbah.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis bioremediasi
2. Untuk mengetahui tujuan dari bioremediasi
3. Untuk mengetahui proses dari bioremediasi
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bioremediasi
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan bioremediasi
6. Untuk mengetahui mikroorganisme apa saja yang berperan dalam bioremediasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No.
P.68/Menlhk-Setjen/2016 air limbah merupakan air sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Air limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair yang mengandung bahan kimia
yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya, sehingga air limbah tersebut harus diolah agar
tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. (Khaliq, 2015)
Keberadaan air limbah yang mengandung minyak pelumas apanila tidak disertai dengan
pengelolaan yang tepat, dapat menimbulkan permasalahan jika terpapar ke lingkungan.
Minyak yang meresap ke dalam tanah dapat menyebabkan tertutupnya suplai oksigen dan
meracuni mikroorganisme tanah sehingga mengakibatkan kematian mikroorganisme tersebut.
Tumpahan minyak di lingkungan juga dapat mencemari perairan hingga ke daerah sub-surface
dan lapisan aquifer tanah. (B. Yudono, 2010)
Air limbah pencucian lokomotif di UPT. Industri X memiliki kandungan logam berat,
minyak, oli ataupun pelumas dengan debit per harinya mencapai 0,01 m3/detik. (Tawakal,
2018)
BAB III
PEMBAHASAN
Bakteri yang biasa digunakan untuk mendegradasi hidrokarbon adalah bakteri aerob, yaitu bakteri
yang membutuhkan oksigen dalam aktivitasnya. Oksigen dalam tanah dapat diperoleh dari proses
difusi antara udara dengan tanah. Oksigen ini mudah habis terutama jika jumlah mikroorganisme
yang memanfaatkan oksigen tersebut sangat banyak sedangkan proses difusi sendiri membutuhkan
waktu yang lama. Keterbatasan jumlah oksigen diperkirakan dapat menjadi faktor penghambat
biodegradasi minyak bumi di bawah tanah (Nugroho, 2006). Pada proses pengolahan yang
dilakukan secara aerob, pemberian oksigen (aerasi) perlu dilakukan dengan cara mengalirkan
oksigen melalui pipa-pipa, pengadukan manual atau dengan alat berat (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2003). Kebutuhan oksigen juga dapat diperoleh melalui proses pengadukan dan
pembalikan secara berkala yang bertujuan untuk menjaga suhu tanah tetap ideal serta untuk
menghomogenitaskan campuran pada tanah (Thapa et al., 2012).
b. Kadar Air
Kondisi tanah yang lembab mengakibatkan degradasi bakteri dapat optimal karena terpenuhinya
nutrient dan substrat. Kelembaban ideal bagi pertumbuhan bakteri adalah 25-28% (Thapa et al.,
2012), sedangkan kelembaban optimum untuk bioremediasi tanah tercemar adalah sekitar 80%
kapasitas lapang atau sekitar 15% air dari berat tanah. Ketika kelembaban tanah mencapai 70%,
hal tersebut dapat mengganggu proses transfer gas oksigen secara signifikan sehingga mengurangi
aktivitas aerobik (Cookson, 1995). Kadar air yang terkandung dalam tanah juga akan
mempengaruhi keberadaan dan tingkat toksisitas kontaminan, transfer gas, serta pertumbuhan dan
distribusi dari mikroorganisme (Cookson, 1995).
c. Suhu
Suhu tanah dapat memberi efek pada aktivitas mikroorganisme dan laju biodegradasi kontaminan
senyawa hidrokarbon. Suhu optimum bagi hampir semua mikroorganisme tanah umumnya pada
kisaran 10-40°C, walaupun ada beberapa yang dapat hidup hingga suhu 60°C (bakteri termofilik)
(Retno dan Mulyana, 2013). Pada keadaan suhu rendah (< 5°C) maka akan memperlambat atau
menghentikan proses biodegradasi (Antizar et al., 2007). Pada suhu rendah hanya fraksi
hidrokarbon tertentu yang didegradasi, sedangkan pada suhu hangat berbagai fraksi dapat
didegradasi pada kecepatan yang sama (Atlas dan Bartha, 1995).
d. pH
Kekurangan bioremediasi
Tidak semua bahan kimia yang dapat membuat lingkungan tercemar dapat diolah
secara bioremediasi.
Membutuhkan pemantauan yang intensif.
Pada bioremediasi tanah, proses bisa terjadi sangat lambat dan tujuan akhir agar
(polutan dapat dikurangai tidak tercapai.
Adanya gangguan yang menyebabkan proses bioremediasi
3.6 Jenis-Jenis Mikroorganisme Yang Berperan Dalam Bioremediasi
1. Pseudomonas
Pseudomonas berbentuk batang dengan diameter 0,5 – 1 x 1,5 – 5,0 mikrometer. Bakteri
ini merupakan organisme gram negatif yang motilitasnya dibantu oleh satu atau beberapa
flagella yang terdapat pada bagian polar. Akan tetapi ada juga yang hampir tidak mampu
bergerak. Bersifat aerobik obligat yaitu oksigen berfungsi sebagai terminal elektron aseptor
pada proses metabolismenya. Kebanyakan spesies ini tidak bisa hidup pada kondisi asam pada
pH 4,5 dan tidak memerlukan bahan-bahan organik. Bersifat oksidasi negatif atau positif,
katalase positif dan kemoorganotropik. Dapat menggunakan H2 dan CO sebagai sumber
energi. Bakteri pseudomonas yang umum digunakan sebagai pendegradasi hidrokarbon antara
lain Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, dan Pseudomonas diminuta.
Bakteri ini, oksidase positif, katalase positif, nonfermenter dan tumbuh dengan baik pada
suhu 4oC atau dibawah 43oC. Pseudomonas banyak ditemukan pada tanah, tanaman dan air.
Beberapa spesies Pseudomonas seperti Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas sp,
Pseudomonas putida, Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas syringae, Pseudomonas stutzeri
dan lain-lain.
Pseudomonas sp mampu menyerap logam krom (VI) dan kadmium (Cd), aeruginosa untuk
logam tembaga (Cu), kadmium (Cd) dan timbal (Pb). Pseudomonas putida, logam kadmium
(Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb) dan seng (Zn). Pseudomonas sp, logam krom (VI) dan
kadmium (Cd). Pseudomonas stutzeri, logam tembaga (Cu). Kondisi proses biosorpsi, pH
mendekati netral (4-7) dan waktu kontak mulai 1 jam hingga 24 jam.
2. Acinetobacter
Memiliki bentuk seperti batang dengan diameter 0,9 – 1,6 mikrometer dan panjang 1,5- 2,5
mikrometer. Berbentuk bulat panjang pada fase stasioner pertumbuhannya. Bakteri ini tidak
dapat membentuk spora. Tipe selnya adalah gram negatif, tetapi sulit untuk diwarnai. Bakteri
ini bersifat aerobik, sangat memerlukan oksigen sebagai terminal elektron pada metabolisme.
Semua tipe bakteri ini tumbuh pada suhu 20-300 C, dan tumbuh optimum pada suhu 33-35o
C. Bersifat oksidasi negatif dan katalase positif. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk
menggunakan rantai hidrokarbon sebagai sumber nutrisi, sehingga mampu meremidiasi tanah
yang tercemar oleh minyak. Bakteri ini bisa menggunakan amonium dan garam nitrit sebagai
sumber nitrogen, akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan. D-glukosa adalah satu-
satunya golongan heksosa yang bisa digunakan oleh bakteri ini, sedangkan pentosa D-ribosa,
D-silosa, dan L-arabinosa juga bisa digunakan sebagai sumber karbon oleh beberapa strain
3. Bacillus
Bacillus merupakan bakteri gram positif yang secara alami mengandung dinding yang
bermuatan negative. Ini dikarenakan kandungan fosfat dan asam teikoat yang mengikat dan
mengatur pergerakan kation melewati membrane. Sehingga logam-logam bermuatan positif
yang terlarut di dalam limbah akan terikat oleh membram bakteri
Umumnya bakteri ini merupakan mikroorganisme sel tunggal, berbentuk batang pendek
(biasanya rantai panjang). Mempunyai ukuran lebar 1,0-1,2 ?m dan panjang 3-5 m. Bacillus
sp. adalah salah satu genus bakteri yang merupakan bakteri yang bersifat aerob obligat atau
aerob fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.
Bacillus memiliki resistensi terhadap logam Cu dan Pb. Kemampuan Bacillus tumbuh pada
medium mengandung Pb disebabkan karena adanya transport aktif logam Pb. Genera Bacillus
cereus resisten terhadap logam Cu karena logam Cu merupakan logam esensial bagi bakteri.
Kemampuan bakteri Bacillus cereus resisten terhadap Cu karena adanya gen dalam plasmid
dan kromosom yang mengkode resistensi terhadap logam Cu yaitu gen cop-operon.
4. Desulfotomaculum
Dalam melakukan reduksi sulfat, bakteri ini menggunakan sulfat sebagai sumber energi
yaitu sebagai akseptor elektron dan menggunakan bahan organik sebagai sumber karbon.
Karbon tersebut selain berperan sebagai sumber donor elektron dalam metabolismenya juga
merupakan bahan penyusun selnya.
5. Spirulina
Merupakan salah satu jenis alga dengan sel tunggal yang termasuk dalam kelas
Cyanophyceae. Sel Spirulina sp. berbentuk silindris, memiliki dinding sel tipis. Alga ini
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengikat ion-ion logam dari larutan dan
mengadsorpsi logam berat karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan
pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil,
amina, sulfudril imadazol, sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam
sitoplasma.
6. Arthrobacter
Pada kultur yang masih muda Arthrobacter berbentuk batang yang tidak teratur 0,8 – 1,2 x
1 – 8 mikrometer. Pada proses pertumbuhan batang segmentasinya berbentuk cocus kecil
dengan diameter 0,6 – 1 mikrometer. Gram positif, tidak berspora, tidak suka asam, aerobik,
kemoorganotropik. Memproduksi sedikit atau tidak sama sekali asam dan gas yang berasal dari
glukosa atau karbohidrat lainnya. Katalase positif, temperatur optimum 25 – 30oC.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bioremediasi adalah strategi atau proses detoksifikasi (menurunkan tingkat racun) dalam
tanah atau lingkungan lainnya dengan menggunakan mikroorganisme,tanaman, atau enzim
mikroba atau enzim tanaman yang digunakan untuk membersihkan dan menetralkan bahan –
bahan kimia dan limbah secara aman dan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah
lingkungan bertujuan untuk memecah atau mendegrasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun. Ini biasa dilakukan dengan teknik ex situ dan in situ
dengam dibantu berbagai mikroorganisme seperti Pseudomonas, Acinetobacter, Bacillus, dan
masih banyak lagi. Efektivitas mikroogranisme dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
seperti substrat (senyawa yang didegradasi), suhu dan kelembaban sesuai kebutuhan
mikroorganisme dapat dibedakan menjadi 2 yaitu proses dan anerob.
4.2 Saran
Sebaiknya pada perencanaan pembersihan lingkungan tanah dan air dapat menggunakan
bioremediasi sebagai penggunaan mikroba yang dapat digunakan untuk menghilangkan
senyawa yang membuat tanah, air permukaan sehingga lingkungan dapat kembali bersih dan
tidak tercemar.
DAFTAR PUSTAKA
Perdana, J. n.d.). Skripsi . Uji Resistensi dan Uji Biodegradasi , 6-23.
Darmayati. Yeti. 2013. Pengenalan Tentang Bioremediasi Untuk Perairan Pantai Tercemar Minyak.
Oseana. Vol. XXXVIII, No 2
Hidayati, Nuril. 2005. Ulasan: Fitoremediasi dan Potensi Tumbuhan Hiperakumulator. Hayati Vol. 12(1)
35-40 (online) http://journal.ipb.ac.id/index.php/hayati/article/download/169/36 diakses 9
September 2018,
ICSS. 2006. Manual For Biological Remediation Technique. Dessau: International Centre for Soil and
Contaminated Sites.
Surtikanti, H.K. (2011). Toksikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati Bandung Rizky press. No. 145.
Suryani, Yani. 2011. Bioremediasi Limbah Merkuri Dengan Menggunakan Mikroba Pada Lingkungan yang
Tercemar. Istek. Vol.5 No. 1-2
Rahayu, S. P. 2005. PERANAN MIKROORGANISME DALAM BIOREMEDIASI TANAH YANG TERCEMAR
LOGAM BERAT DARI LIMBAH INDUSTRI. Bulletin Penelitian Vol. 27. No. 2 Hal 21-29.
Wardhana. Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi) Yogyakarta: Andi Offset.
Vytarawan, L. 2015. Bioremediation Oil Contaminated Soil With Soil Washing And Biostimulation
Methods. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Universitas Institut Teknologi
Sepuluh Nopember