Anda di halaman 1dari 11

J. Tek. Kim. Ling.

2022, 6 (1), 9-19


p-ISSN : 2579-8537, e-ISSN : 2579-9746
www.jtkl.polinema.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.33795/jtkl.v6i1.259

Kualitas Karbon Aktif Kulit Pisang Kepok Menggunakan


Aktivator Kimia dengan Variasi Konsentrasi dan Waktu
Aktivasi
Khalimatus Sa’diyah, Cucuk Evi Lusiani*
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta No. 9, Malang 65141, Indonesia
*
Email: lusiani1891@polinema.ac.id

ABSTRAK
Buah pisang adalah sumber pangan yang banyak dikonsumsi karena memiliki kandungan karbohidrat yang
tinggi. Bagian lain dari buah pisang yaitu bagian kulit dapat dimanfaatkan sebagai karbon aktif karena
mengandung selulosa sebesar 14,4%. Karbon aktif dari kulit pisang khususnya Pisang Kepok (Musa acuminate
L.) dapat digunakan sebagai zat penyerap bahan pencemar dan logam berat dari limbah industri. Pemanfaatan
kulit pisang sebagai karbon aktif ini diharapkan dapat menjadi alternatif dari solusi pengolahan limbah padat
organik sebagai zat penyerap logam berat dari limbah industri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kualitas dari karbon aktif dengan bahan baku kulit Pisang Kepok setelah diaktifkan menggunakan larutan basa
dan asam. Karbon aktif dibuat dari kulit Pisang Kepok yang diaktivasi menggunakan aktivator basa kuat
(NaOH) dan asam kuat (H2SO4) dengan konsentrasi 0,5 dan 1 N selama waktu aktivasi 1, 3, dan 5 jam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivator basa menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi aktivator 0,5 N
selama waktu aktivasi 1 jam dapat menghasilkan karbon aktif dengan karakteristik yang sesuai dengan SII No.
0258-88. Karbon aktif yang dihasilkan dari kulit Pisang Kepok pada kondisi tersebut mampuf menurunkan
kandungan logam Nikel pada larutan NiSO4 sampai 100%. Karbon aktif yang dihasilkan pada konsentrasi
rendah dan waktu aktivasi yang singkat dapat mengurangi biaya produksi.

Kata kunci: aktivator, karbon aktif, kulit pisang, limbah.

ABSTRACT
Because of their high carbohydrate content, bananas are a popular food source. The skin of a banana can be used
as activated carbon because it contains 14.4 percent cellulose. Activated carbon from banana peels, specifically
Pisang Kepok (Musa acuminate L.), can be used as an adsorbent for pollutants and heavy metals emitted by
industrial waste. The use of banana peels as activated carbon as a heavy metal absorbent from industrial waste is
expected to be an alternative solution for treating organic solid waste. The purpose of this research is to ensure
that the quality of activated carbon made from banana (Musa acuminate L.) peel after it's been activated with
alkaline and acid solutions. Activated carbon is generated from banana (Musa acuminate L.) peel that has been
activated with 0.5 and 1 N concentrations of strong base activator (NaOH) and strong acid activator (H 2SO4)
over activation times of 1, 3, and 5 hours. The results indicate that an alkaline activator using NaOH solution
with an activator concentration of 0.5 N for 1 hour can produce activated carbon with SII No. 0258-88-
compliant properties. Under these conditions, activated carbon derived from banana (Musa acuminate L.) peel
was able to reduce the nickel concentration in the NiSO4 solution by up to 100 %. Using activated carbon with
low concentrations and short activation durations can minimize costs of production.

Keywords: activator, activated carbon, banana peel, wastewater.

1. PENDAHULUAN dan Direktorat Jendral Holtikultura,


Pisang merupakan salah satu hasil produksi pisang di Indonesia pada tahun
perkebunan Indonesia yang setiap tahunnya 2019 mencapai 7,28 juta ton [1]. Sejauh ini,
dihasilkan dalam jumlah banyak. pemanfaatan buah pisang adalah sebagai
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik penyedia pangan karena memiliki

Corresponding author: Cucuk Evi Lusiani Diterima: 22 Oktober 2021


Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang Disetujui: 6 Maret 2022
Jl. Soekarno Hatta No. 9, Malang 65141, Indonesia
E-mail: lusiani1891@polinema.ac.id
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

kandungan karbohidrat yang tinggi. Bagian memiliki kualitas baik dengan biaya
lain dari buah pisang yang juga dapat produksi yang minimal [6].
dimanfaatkan adalah bagian kulit yang Wardani, dkk. [7] melakukan penelitian
mengandung selulosa sebesar 14,4%. tentang pemanfaatan limbah kulit Pisang
Beberapa tahun terakhir, kulit pisang banyak Kepok sebagai karbon aktif yang diaktivasi
diteliti untuk digunakan sebagai bahan menggunakan asam sulfat. Hasil dari
penyerap (karbon aktif). Karbon aktif penelitian tersebut adalah karbon aktif yang
merupakan adsorben yang mampu menyerap dihasilkan memenuhi Standar Industri
logam berat 3.22 kali lebih besar dari pada Indonesia (SII) No. 0258-88 tentang kualitas
silica gel [2]. Prayitno, dkk. [3] melakukan karbon aktif dengan nilai kadar air sebesar 2
penelitian tentang pemanfaatan limbah kulit – 13%, kadar abu sebesar 2 – 8%, volatile
pisang menjadi karbon aktif untuk matter sebesar 9 – 17%, fixed carbon
pengolahan air sumur kota Banjarbaru yang sebesar 55 - 84% dan daya adsorpsi terhadap
mengandung logam. Hasil dari penelitian ini Iodin sebesar 914 mg/g. Karbon aktif dari
menunjukkan bahwa aktivasi kimia dapat kulit pisang juga diteliti oleh Wardani dan
memengaruhi karakteristik dari karbon aktif Wulandari (2018) untuk mengurangi kadar
yang dihasilkan, salah satunya adalah daya Timbal (II) pada larutan Pb(NO3)2.
adsorpsi yang lebih optimum. Selain itu, Aktivator yang digunakan dalam penelitian
kandungan logam pada karbon aktif yang tersebut diaktivasi menggunakan asam
telah mengalami aktivasi kimia menjadi nitrat. Karbon aktif yang dihasilkan dalam
lebih rendah dibandingkan dengan karbon penelitian tersebut mampu menyerap Timbal
aktif tanpa dilakukan aktivasi [4]. (II) pada larutan Pb(NO3)2 sebesar 41,78%
Karbon aktif yang telah diaktivasi dapat [8]. Selain Timbal (II), karbon aktif dari kulit
digunakan sebagai adsorben dari logam Pisang Kepok yang sudah diaktivasi juga
berat yang ada di perairan. Salah satu logam mampu menurunkan kadar Tembaga (Cu)
berat yang sering mencemari perairan adalah pada limbah elektroplating dengan persen
Nikel (Ni). Batas aman kandungan Nikel penyisihan tertinggi yaitu sebesar 81,78% [9],
yang diizinkan dibuang ke lingkungan dan juga mampu menghilangkan pewarna
adalah 1 mg/L. Banyak industri masih dalam limbah tekstil sebesar 14,12% [10].
menghasilkan limbah dengan kandungan Proses aktivasi karbon aktif dari kulit pisang
Nikel yang tinggi, diantaranya adalah juga dapat dilakukan menggunakan larutan
industri elektroplating. Saat ini, industri basa. Nasir, dkk. [11] melakukan penelitian
tersebut berkembang pesat sehingga tentang penggunaan karbon aktif kulit
menyebabkan limbah Nikel yang dihasilkan pisang untuk menurunkan angka peroksida
juga meningkat [5]. Berdasarkan dan asam lemak bebas setelah proses
permasalahan lingkungan tersebut, dapat aktivasi menggunakan NaOH. Komposisi
dibuat karbon aktif dari kulit Pisang Kepok terbaik dari karbon aktif yang mampu
sebagai adsorben dari logam berat seperti menurunkan angka peroksida dan asam
Nikel yang mencemari perairan. lemak bebas minyak goreng bekas adalah 10
Karbon aktif dari kulit Pisang Kepok % dengan konsentrasi NaOH 1 N. Penelitian
memiliki sifat fisika-kimia yang baik dan lain yang juga melaporkan bahwa karbon
efektif untuk menghilangkan berbagai aktif dapat diaktivasi dengan aktivator kimia
macam polutan limbah organik dan (larutan asam dan basa) telah dilakukan oleh
anorganik, termasuk pewarna organik, Sa’diyah, dkk. [12]. Penelitian tersebut
senyawa fenolik, pestisida, dan logam berat. melaporkan bahwa karbon aktif dari kulit
Berbagai penelitan tentang karbon aktif dari Pisang Kepok yang telah diaktivasi basa
kulit Pisang Kepok terus dikembangkan (larutan NaOH) pada konsentrasi 2 N selama
untuk mendapatkan hasil karbon aktif yang 5 jam memiliki nilai kadar air, abu, dan
volatile matter yang lebih tinggi

10
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

dibandingkan karbon aktif yang diaktivasi 2.1. TAHAP PRE-TREATMENT


dengan aktivator asam (H2SO4). BAHAN BAKU
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk Tahap pre-treatment bahan baku dilakukan
menghasilkan kualitas karbon aktif yang dengan cara menjemur kulit Pisang Kepok
sesuai SII No. 0258-88 diantaranya, yaitu yang diperoleh dari pasar Turen di bawah
waktu dan suhu karbonasi, ukuran bahan sinar matahari untuk mengurangi kadar air
(karbon), waktu aktivasi, jenis dan rasio yang terkandung dalam kulit pisang. Kadar
aktivator, dan konsentrasi aktivator. Waktu air dalam kulit pisang dapat menghambat
dan suhu karbonasi menjadi faktor yang proses karbonisasi. Selanjutnya, kulit Pisang
perlu diperhatikan agar proses pemanasan Kepok yang telah dijemur dipotong dengan
tidak menghasilkan abu. Selain itu, ukuran ± 2 cm agar dapat memperluas area
pemilihan jenis aktivator kimia (basa dan permukaan dan mempercepat proses
asam) serta konsentrasi dari aktivator yang karbonisasi.
digunakan juga dapat memengaruhi
karakteristik dari karbon aktif yang 2.2. TAHAP KARBONISASI
dihasilkan. Tahap karbonisasi pada kulit pisang kering
Oleh karena itu, berdasarkan beberapa yang telah diseragamkan ukurannya
penelitian yang telah dilakukan maka dilakukan menggunakan furnace pada suhu
penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dari 400°C selama 1,5 jam.
pemilihan jenis aktivator dengan variasi
konsentrasi dan waktu aktivasi pada 2.3. TAHAP AKTIVASI KARBON
pembuatan karbon aktif dari kulit Pisang Setelah proses karbonisasi, hasil karbon
Kepok perlu dilakukan. Pembuatan karbon diaktivasi menggunakan aktivator basa dan
aktif dari kulit Pisang Kepok (Musa asam. Aktivator basa yang digunakan adalah
acuminate L.) dengan aktivator basa dan larutan NaOH dan aktivator asam yang
asam pada berbagai waktu aktivasi digunakan adalah larutan H2SO4. Aktivasi
dilakukan untuk mengetahui kualitas dari dilakukan dengan melarutkan 80 g karbon di
karbon aktif dengan bahan baku kulit Pisang dalam 1000 ml aktivator dengan variasi
Kepok (Musa acuminate L.) setelah konsentrasi 0,5 N atau 1 N selama 1 jam, 3
diaktifkan menggunakan larutan basa atau jam dan 5 jam. Setelah itu, karbon disaring
asam. Jenis aktivator kimia yang digunakan menggunakan pompa vakum dan dicuci
dalam penelitian ini adalah larutan NaOH menggunakan aquadest hingga pH netral.
dan H2SO4 dengan konsentrasi 0,5 N dan 1 Karbon dikeringkan di dalam oven pada
N selama 1, 3, dan 5 jam. Analisis karbon suhu 110°C selama 24 jam dan selanjutnya
aktif yang dilakukan adalah uji kadar air, dianalisis.
kadar abu, kadar volatile matter, kadar fixed
carbon, dan daya serap iodin untuk 2.4. TAHAP ANALISIS
dihasilkan kualitas karbon aktif yang sesuai Analisis karbon aktif yang dilakukan dalam
SII No. 0258-88. penelitian ini adalah uji kadar air, kadar abu,
kadar volatile matter, kadar fixed carbon,
2. METODE PENELITIAN daya serap iodin, dan penurunan kadar
Penelitian ini dilakukan dengan tahap dan Nikel.
bahan yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sa’diyah, dkk. [12]. Tahapan 2.4.1. UJI KADAR AIR
proses yang dilakukan terdiri dari: tahap Uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar air
pre-treatment bahan baku, karbonisasi, pada karbon aktif dengan mengacu pada SNI
aktivasi, dan analisis karbon aktif yang 1965:2019. Persamaan untuk menghitung
dihasilkan. kadar air pada karbon aktif dapat dilihat
pada Persamaan (1).

11
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

m2 −m3 (V1 N1 − V2 N2 ) ∗ BAIodin ∗ VIodin


kadar air (%) = ∗ 100% .... (1) Daya serap Iodin (%) =
m2 −m1 bkarbon aktif ∗ 1000 ∗ Vsampel
Dimana m1 adalah massa cawan kosong (g); .... (5)
m2 adalah massa cawan dan sampel sebelum
dimasukkan ke dalam oven (g); dan m3 Dimana V1 adalah volume larutan Iodin
adalah massa cawan dan sampel setelah dari yang dianalisis (ml); V2 adalah volume
oven (g). larutan Na2 S2O3 yang diperlukan (ml); N1
adalah normalitas larutan Iodin (N); N2
2.4.2. UJI KADAR ABU adalah normalitas larutan Na2S2O3 (N);
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar BAIodin adalah berat atom Iodin (g/gmol);
abu pada karbon aktif yang mengacu pada bkarbon aktif adalah berat dari karbon aktif (g);
SNI 3478:2010 dengan perhitungan yang dan Vsampel adalah volume dari larutan
dapat dilihat pada Persamaan (2). sampel (ml) [12].
m −m
kadar abu (%) = 3 1 ∗ 100% .... (2)
m2 −m1
Dimana m1 adalah massa cawan kosong (g); 2.4.6. UJI PENURUNAN KADAR
m2 adalah massa cawan dan sampel sebelum NIKEL
dimasukkan ke dalam furnace (g); dan m3 Uji ini dilakukan untuk mengetahui
adalah massa cawan dan sampel setelah dari penurunan kadar Nikel pada limbah buatan
furnace (g) [12]. yang mengandung logam Nikel. Aplikasi
dalam penurunan kadar Nikel dilakukan
2.4.3. UJI KADAR VOLATILE MATTER menggunakan larutan NiSO4 yang
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar mengandung kadar Nikel 1,348 mg/L.
volatile matter pada karbon aktif yang Larutan NiSO4 dimasukkan ke dalam beaker
mengacu pada ISO 562-2010. Perhitungan glass sebanyak 100 ml dan ditambahkan
untuk kadar volatile matter dapat dilihat karbon aktif sebanyak 10 % massa/volume
pada Persamaan (3). larutan NiSO4. Selanjutnya, campuran
(m2 −m1 )−m3 −m1
kadar 𝑣𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑚𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟 (%) = ∗ 100% tersebut diaduk hingga homogen lalu
m2 −m1
.... (3) diendapkan selama 1,5 jam. Cairan yang
Dimana m1 adalah massa cawan kosong (g); jernih dan endapan dipisahkan kemudian
m2 adalah massa cawan dan sampel sebelum dianalisis kadar Nikel yang tersisa. Analisis
dimasukkan ke dalam furnace (g); dan m3 kadar Nikel dilakukan menggunakan metode
adalah massa cawan dan sampel setelah dari Atomic Absorption Spectrophotometry
furnace (g) [12]. (AAS) di Perum Jasa Tirta I, Malang.
Persamaan untuk menghitung penurunan
2.4.4. UJI KADAR FIXED CARBON kadar Nikel pada limbah buatan dengan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar adanya karbon aktif dari kulit Pisang Kepok
fixed carbon dengan mengacu pada ASTM dapat dilihat pada persamaan (6).
Penurunan kadar Nikel (%)
D 3172-89 R02. Persamaan untuk (kadar Nikel awal − kadar Nikel akhir)
menghitung kadar fixed carbon pada karbon = ∗ 100%
kadar Nikel awal
aktif dapat dilihat pada Persamaan (4). .... (6)
Kadar 𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛(%) = 100% − (kadar air +
kadar abu + kadar 𝑣𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑚𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
.... (4)
Karbon aktif yang dihasilkan dari kulit
Pisang Kepok yang telah diaktivasi
2.4.5. UJI DAYA SERAP IODIN
menggunakan larutan NaOH dan asam sulfat
Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya
(H2SO4) pada penelitian ini dibandingkan
serap karbon aktif terhadap Iodin dapat
dengan standar mutu karbon aktif (SII No.
dilihat pada Persamaan (5).
0258-88) seperti pada Tabel 1.

12
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

Tabel 1. Syarat Mutu Karbon Aktif (SII No. 0,5 N selama waktu aktivasi 5 jam,
0258-88) [8,9] sedangkan kadar air terendah yaitu 1,0%
Jenis Uji Nilai terjadi pada karbon aktif dengan aktivator
- Kadar air Maks. 15% NaOH 0,5 N selama waktu aktivasi 1 jam.
- Kadar abu Maks. 10% Pada keadaan basa kuat (NaOH), kadar air
- Kadar volatile matter Maks. 25% yang diperoleh semakin meningkat.
- Kadar fixed carbon Min. 65% Sedangkan untuk aktivasi kimia dengan
- Daya serap terhadap 75% asam kuat (H2SO4), kadar air semakin
Iodin menurun dengan semakin tingginya
konsentrasi larutan asam [13]. Aktivasi
3.1. HASIL UJI KADAR AIR secara kimia menyebabkan penurunan kadar
Hasil uji kadar air pada karbon aktif dari air akibat sifat higroskopis dari aktivator
kulit Pisang Kepok yang telah diaktivasi [14]. Molekul air yang ada pada karbon aktif
menggunakan larutan NaOH dan H2SO4 mengikat aktivator sehingga menyebabkan
dengan konsentrasi 0,5 N dan 1 N selama 1, pori-pori pada karbon aktif semakin besar.
3, dan 5 jam dapat dilihat pada Gambar 1(a) Dengan demikian, luas permukaan dari
dan 1(b). karbon aktif semakin bertambah yang
menyebabkan kemampuan adsorpsi dari
8,0
karbon aktif juga semakin meningkat. Hal
7,0 tersebut menunjukkan bahwa kualitas dari
Kadar Air (%)

6,0 NaOH 0,5 N karbon aktif semakin baik [15]. Oleh karena
5,0 itu, dapat diketahui bahwa pada aktivator
NaOH 1 N
4,0
NaOH, semakin tinggi konsentrasi aktivator
3,0
2,0
maka daya serap air pada karbon aktif
1,0 semakin kecil. Sebaliknya pada aktivator
0,0 H2SO4, daya serap air pada karbon aktif
1 3 5 berbanding lurus dengan konsentrasi
Waktu Aktivasi (jam)
aktivator.
(a) Menurut Winoto, dkk. [16] semakin tinggi
6,0 konsentrasi aktivator menghasilkan karbon
5,0 aktif dengan kadar air yang lebih rendah.
Kadar Air (%)

H2SO4 0,5 N
4,0 Pada aktivasi kimia, zat-zat pengotor yang
3,0 H2SO4 1 N berupa oksida logam seperti FeO, MgO, dan
2,0 ZnO dan kandungan air di dalam karbon
1,0 aktif akan diikat oleh zat aktivator, sehingga
0,0 pori karbon aktif akan terbuka dan kadar air
1 3 5 yang terkandung di dalam karbon aktif dapat
Waktu Aktivasi (Jam) berkurang. Konsentrasi aktivator juga
(b) memberikan pengaruh pada proses aktivasi,
Gambar 1. Pengaruh kadar air terhadap yaitu semakin tinggi konsentrasi aktivator,
waktu aktivasi kimia dengan berbagai semakin besar pengaruh karbon aktif dalam
konsentrasi aktivator (a) basa dan (b) asam mengikat senyawa-senyawa tar yang keluar
melewati rongga atau pori-pori karbon aktif
Gambar 1 (a) dan (b) menunjukkan bahwa sehingga luas permukaan pori semakin
kadar air pada karbon aktif yang dihasilkan besar. Bertambahnya luas permukaan
pada penelitian ini sesuai dengan standar tersebut mengakibatkan kemampuan
mutu dari SII No. 0258-88 yaitu di bawah adsorpsi dari karbon aktif semakin
10%. Kadar air tertinggi adalah 7,4% terjadi meningkat. Hal ini menunjukkan kualitas
pada karbon aktif dengan aktivator NaOH karbon aktif semakin baik [17].

13
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

3.2. HASIL UJI KADAR ABU 5,0 - 6,5%. Menurut Sa’diyah, dkk. [12],
Kualitas karbon aktif juga dapat dilihat dari karbon aktif yang telah diaktivasi basa
nilai kadar abu yang terdapat pada karbon (NaOH) pada konsentrasi 2 N selama 5 jam
aktif tersebut. Abu yang dihasilkan dapat memiliki nilai kadar abu yang lebih tinggi
mengurangi daya adsorpsi dari karbon aktif. dibandingkan karbon aktif yang diaktivasi
Hal ini dikarenakan pori-pori dari karbon dengan aktivator asam (asam sulfat).
aktif terisi oleh mineral logam seperti Kadar abu terendah (5,0%) dihasilkan pada
magnesium, kalsium, dan kalium [18]. aktivator larutan H2SO4 dengan konsentrasi
Keberadaan abu yang berlebihan dapat 0,5 N selama waktu aktivasi 1 jam,
menyebabkan terjadinya penyumbatan pada sedangkan kadar abu tertinggi (21%)
pori-pori karbon aktif, sehingga luas dihasilkan pada aktivator larutan NaOH
permukaan karbon aktif menjadi berkurang dengan konsentrasi 1 N selama waktu
[15]. Hasil uji kadar abu pada karbon aktif aktivasi 5 jam. Kadar abu yang tinggi dapat
dalam penelitian ini dapat dilihat pada terjadi karena terbentuknya garam mineral
Gambar 2(a) dan 2(b). pada saat proses karbonisasi yang
25,0 disebabkan karena adanya kandungan bahan
mineral yang terdapat pada bahan awal dari
Kadar Abu (%)

20,0
NaOH 0,5 N pembuatan karbon aktif [19]. Faktor lain
15,0 NaOH 1 N yang menyebabkan tingginya kadar abu
10,0 dalam karbon aktif adalah lamanya waktu
5,0
aktivasi. Semakin lama waktu aktivasi
menyebabkan kadar abu yang menutupi
0,0 pori-pori semakin terbuka sehingga luas
1 3 5
Waktu Aktivasi (Jam) permukaan dari karbon aktif semakin besar
(a) [20].
7,0
3.3. HASIL UJI KADAR VOLATILE
6,0
MATTER
Kadar Abu (%)

5,0 H2SO4 0,5 N


4,0
Perhitungan kadar volatile matter
H2SO4 1 N merupakan salah satu faktor yang perlu
3,0
2,0 diperhatikan dalam menghasilkan karbon
1,0 aktif sesuai standar mutu yang diijinkan.
0,0 Hasil dari uji kadar volatile matter pada
1 3 5 karbon aktif pada penelitian ini dapat dilihat
Waktu Aktivasi (Jam) pada Gambar 3(a) dan 3(b).
(b) Gambar 3 (a) dan (b) menunjukkan bahwa
Gambar 2. Pengaruh kadar abu terhadap kadar volatile matter pada karbon aktif yang
waktu aktivasi kimia dengan berbagai sesuai dengan SII No. 0258-88 (di bawah
konsentrasi aktivator (a) basa dan (b) asam 25%) adalah karbon aktif dengan aktivator
larutan NaOH pada konsentrasi 0,5 N
Nilai kadar abu pada karbon aktif dalam selama waktu aktivasi 1 dan 3 jam serta
penelitian ini yang sesuai dengan standar karbon aktif dengan aktivator larutan H2SO4
mutu SII No. 0258-88 adalah karbon aktif pada konsentrasi 1 N selama waktu aktivasi
yang diaktivasi dengan larutan H2SO4 1 jam. Menurut Surest, dkk. [21], tingginya
(<10%). Berdasarkan Gambar 2 (a) dan (b) kadar volatile matter pada karbon aktif
dapat diketahui bahwa kadar abu dari karbon disebabkan karena penguraian tidak
aktif dengan aktivator larutan NaOH adalah sempurna dari senyawa non-karbon seperti,
10 – 21% sedangkan kadar abu dari karbon CO2, CO dan H2. Pada proses pirolisis
aktif dengan aktivator larutan H2SO4 adalah biomassa menghasilkan 35% gas yang

14
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

tersusun dari lebih 200 produk. Gas tersebut selama 1, 3, dan 5 jam dapat dilihat pada
sebagian bisa terkondensasi (uap) dan tidak Gambar 4(a) dan 4(b).
terkondensasi (gas primer). Komponen 70,0

Kadar Fixed Carbon


utama biomassa yang akan terurai menjadi 60,0
volatile matter diantaranya gas CO2, CO, 50,0 NaOH 0,5 N
40,0

(%)
H2O, H2, dan gas hidrokarbon. Semakin NaOH 1 N
30,0
banyak senyawa non-karbon yang menutupi
20,0
pori-pori karbon aktif maka daya serap 10,0
karbon aktif semakin kecil sehingga luas 0,0
permukaan karbon aktif juga semakin kecil 1 3 5
[22]. Lamanya waktu aktivasi dapat Waktu Aktivasi (Jam)
menyebabkan karbon terkikis dan terbuang (a)
saat pencucian. Kadar volatile matter akan 80,0

Kadar Fixed Carbon


semakin meningkat seiring dengan 70,0
60,0
meningkatnya waktu aktivasi [23]. 50,0
H2SO4 0,5 N

(%)
35,0 40,0
Kadar Volatile Matter

H2SO4 1 N
30,0 30,0
NaOH 0,5 N 20,0
25,0
NaOH 1 N 10,0
(%)

20,0
0,0
15,0 1 3 5
10,0
Waktu Aktivasi (Jam)
5,0
0,0
(b)
1 3 5
Waktu Aktivasi (Jam) Gambar 4. Pengaruh kadar fixed carbon
(a) terhadap waktu aktivasi dengan berbagai
35,0 konsentrasi aktivator (a) basa dan (b) asam
Kadar Volatile Matter

30,0
H2SO4 0,5 N Gambar 4 (a) dan (b) menunjukkan bahwa
25,0
20,0 H2SO4 1 N kadar fixed carbon pada karbon aktif dengan
(%)

15,0 larutan aktivator NaOH dan H2SO4 berada


10,0 pada nilai yang sesuai dengan standar mutu
5,0 karbon aktif yaitu 65%. Kandungan fixed
0,0 carbon pada karbon aktif dipengaruhi oleh
1 3 5 kandungan selulosa dan lignin yang berubah
Waktu Aktivasi (Jam) menjadi karbon [24]. Nilai dari kadar fixed
(b) carbon semakin meningkat seiring dengan
Gambar 3. Pengaruh kadar volatile matter semakin besarnya konsentrasi dari aktivator
terhadap waktu aktivasi dengan berbagai yang digunakan. Sebaliknya, semakin lama
konsentrasi aktivator (a) basa dan (b) asam waktu aktivasi maka kadar fixed carbon
menurun. Kandungan fixed carbon yang
kecil dapat memengaruhi daya serap dari
3.4. HASIL UJI KADAR FIXED karbon aktif karena senyawa organik
CARBON menutupi permukaan karbon untuk proses
Hasil uji kadar fixed carbon pada karbon adsorpsi [16].
aktif dari kulit Pisang Kepok yang telah
diaktivasi menggunakan larutan NaOH dan
H2SO4 dengan konsentrasi 0,5 N dan 1 N

15
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

3.5. HASIL UJI DAYA SERAP aktivator dalam mengikat senyawa tar (sisa
KARBON AKTIF TERHADAP karbonisasi) untuk keluar melewati pori-pori
IODIN dari kulit pisang. Pori-pori karbon yang
Uji daya serap karbon aktif terhadap Iodin terbuka secara maksimal menyebabkan luas
menunjukkan kemampuan karbon aktif permukaan karbon aktif semakin meningkat
untuk menyerap komponen yang memiliki sehingga kemampuan karbon aktif untuk
berat molekul rendah. Hasil dari uji daya menyerap Iodin menjadi lebih tinggi [20].
serap karbon aktif terhadap Iodin dalam
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5(a) 3.6. HASIL UJI DAYA SERAP
dan 5(b). TERHADAP NIKEL
56,0 Karbon aktif dari kulit Pisang Kepok yang
Daya serap terhadap Iodin

54,0
dihasilkan pada penelitian ini diaplikasikan
untuk mengolah limbah buatan yang
52,0 NaOH 0,5 N
mengandung logam Nikel. Daya serap
(%)

50,0 NaOH 1 N
Nikel pada limbah buatan ditunjukkan pada
48,0 Gambar 6(a) dan 6(b).
46,0
44,0 Penurunan Kadar Nikel (%) 100,0
1 3 5 90,0
80,0
Waktu Aktivasi (Jam) 70,0
(a) 60,0 NaOH 0,5 N
50,0 NaOH 1 N
58,0
Daya serap terhadap Iodin

40,0
57,0
30,0
56,0
55,0 20,0
H2SO4 0,5 N 10,0
54,0
(%)

53,0 H2SO4 1 N 0,0


52,0 1 3 5
51,0 Waktu aktivasi (Jam)
50,0
49,0 (a)
48,0 100,0
Penurunan Kadar Nikel (%)

1 3 5 90,0
Waktu Aktivasi (Jam) 80,0
70,0
(b) 60,0 H2SO4 0,5 N
50,0 H2SO4 1 N
Gambar 5. Pengaruh daya serap karbon 40,0
30,0
aktif terhadap Iodin dengan variasi waktu 20,0
aktivasi pada berbagai konsentrasi aktivator 10,0
(a) basa dan (b) asam 0,0
1 3 5
Gambar 5 (a) dan (b) menunjukkan bahwa Waktu aktivasi (Jam)
daya serap karbon aktif terhadap Iodin yang (b)
diaktivasi larutan NaOH dan H2SO4 berada Gambar 6. Penurunan kadar Nikel pada
pada nilai yang sesuai SII No. 0258-88 limbah buatan dengan variasi waktu aktivasi
(<75%). Semakin lama waktu aktivasi karbon aktif pada berbagai konsentrasi
menunjukkan daya serap karbon aktif aktivator (a) basa dan (b) asam
terhadap Iodin juga meningkat. Hal ini
dikarenakan semakin lama waktu aktivasi Berdasarkan Gambar 6 (a) dan (b) dapat
maka semakin kuat pengaruh larutan diketahui bahwa penurunan kadar Nikel

16
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

pada limbah buatan tertinggi sebesar 100% 4. KESIMPULAN


yang terjadi pada penggunaan karbon aktif Hasil penelitian tentang karbon aktif dari
setelah diaktivasi dengan larutan NaOH 0,5 kulit Pisang Kepok ini adalah aktivator basa
dan 1 N selama waktu aktivasi 1 dan 3 jam. berupa larutan NaOH dengan konsentrasi
Penurunan ini lebih besar dibanding aktivator 0,5 N lebih baik daripada aktivator
penelitian Maharani dan Sa’diyah [5], asam berupa larutan H2SO4 dengan
bahwa penurunan kadar Nikel menggunakan konsentrasi 1 N. Waktu aktivasi optimum
karbon aktif dari serbuk gergaji kayu adalah selama 1 jam mampu menghasilkan karbon
96.98%. Salah satu faktor nilai penurunan aktif yang sesuai dengan SII No. 0258-88.
kadar Nikel tinggi adalah semakin tinggi Karbon aktif yang dihasilkan pada kondisi
konsentrasi aktivator menyebabkan pori-pori tersebut dapat menurunkan kandungan
karbon aktif terbuka sehingga penyerapan logam Nikel pada limbah hingga 100%.
terhadap logam Nikel semakin besar. Daya
serap terhadap logam Nikel dipengaruhi DAFTAR PUSTAKA
oleh luas permukaan yang besar dari karbon
aktif. Semakin luas permukaan karbon aktif [1] Kementrian Pertanian Republik
maka semakin tinggi penyerapan terhadap Indonesia, Produksi Pisang Menurut
logam Nikel. Menurut Widayanti dkk. [25], Provinsi , Tahun 2015-2019, Badan
karbon yang sudah diaktivasi mempunyai Pus. Stat. dan Direktorat Jenderal
daya adsorpsi yang tinggi karena proses Hortik., 2015.
aktivasi menyebabkan jumlah pori-pori yang
semakin besar sehingga daya adsorpsi [2] A. Takwanto, A. Mustain, H. P.
terhadap cairan atau gas juga semakin Sudarminto, Penurunan Kandungan
tinggi. Polutan pada Lindi dengan Metode
Penggunaan aktivator NaOH menghasilkan Elektrokoagulasi-Adsorbsi Karbon
karbon aktif yang lebih baik daripada Aktif untuk Memenuhi Standar Baku
aktivator H2SO4 dalam menurunkan kadar Mutu Lingkungan, J. Tek. Kim. dan
Nikel. Karbon aktif dengan aktivator NaOH Lingkung., vol. 2, no. 1, hal. 11, 2018.
mampu menurunkan kadar logam Nikel
pada limbah sampai 100%. Penggunaan [3] Prayitno, N. Hendrawati, I.
aktivator dengan konsentrasi tinggi dapat Siradjuddin, Penyisihan Pencemar
menghasilkan karbon aktif yang memiliki Air Limbah Industri Rumput Laut
luas permukaan yang besar. Hal ini Menggunakan Nano Karbon Aktif, J.
disebabkan kadar tar atau pengotor semakin Tek. Kim. dan Lingkung., vol. 5, no.
bekurang pada aktivator dengan konsentrasi September, hal. 175–180, 2021.
yang lebih tinggi. Selain itu, waktu aktivasi
juga berpengaruh terhadap karbon aktif yang [4] C. Abdi, R. M. Khair, M. W. Saputra,
dihasilkan. Semakin lama waktu aktivasi, Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang
daya serap dari karbon aktif yang dihasilkan Kepok (Musa Acuminate L.) Sebagai
juga semakin besar. Waktu aktivasi yang Karbon Aktif Untuk Pengolahan Air
lama dan konsentrasi aktivator yang tinggi Sumur Kota Banjarbaru:Fe dan Mn,
pada dasarnya dilakukan untuk mengurangi Al-Sihah Public Heal. Sci. J., vol. 7,
kadar tar, sehingga semakin pekat aktivator no. 2, hal. 166–174, 2015.
yang digunakan maka akan menyebabkan
kadar tar pada karbon aktif akan semakin [5] D. F. Maharani, K. Sa’diyah,
berkurang. Akibatnya, pori-pori yang Adsorpsi Logam Nikel Menggunakan
terdapat pada karbon aktif akan semakin Adsorben Serbuk Gergaji Kayu,
besar karena luas permukaan karbon aktif Distilat J. Teknol. Separasi, vol. 7,
semakin bertambah [26]. no. 2, hal. 170–178, 2021.

17
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

[6] X. Shen, R. Ou, Y. Li, A. Yuan, J. Aktivasi Kimia Terhadap


Liu, J. Gu, X. Hu, Z. Yang, F. Yang, Karakteristik Adsorben dari Kulit
Record-high capture of volatile Pisang Kepok ( Musa acuminate L . ),
benzene and toluene enabled by J. Chemurg., vol. 04, no. 1, hal. 18–
activator implant-optimized banana 22, 2020.
peel-derived engineering
carbonaceous adsorbents, Environ. [13] S. Suziyana, S. Daud, H. S. Edward,
Int., vol. 143, no. April, hal. 105774, Pengaruh Massa Adsorben Batang
2020. Pisang dan Waktu Kontak Adsorpsi
Terhadap Efisiensi Penyisihan Fe dan
[7] S. Wardani, E. Elvitriana, V. Viena, Kapasitas Adsorpsi Pada Pengolahan
Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Air Gambut, Jom FTEKNIK, vol. 4,
Kepok (Musa acuminate L) sebagai no. 1, hal. 1–9, 2017.
Karbon Aktif yang Teraktivasi
H2SO4, Semdi Unaya, no. November, [14] H. G. Pohan, Prospek Penggunaan
hal. 271–280, 2017. Karbon Aktif dalam Industri, J.of
Agro-Based Industry, vol. 10. hal.
[8] G. A. Wardani, W. T. Wulandari, 31–34, 1993.
Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang
Kepok (Musa acuminate) sebagai [15] L. E. Laos, A. Selan, Pemanfaatan
Biosorben Ion Timbal(II), J. Kim. Kulit Singkong sebagai Bahan Baku
Val., vol. 4, no. 2, hal. 143–148, Karbon Aktif, J. Ilmu Pendidik. Fis.,
2018. vol. 1, no. 1, hal. 32–36, 2016.

[9] P. Alifaturrahma, O. Hendriyanto, [16] E. Winoto, S. Hatina, S. Sobirin,


Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok Pemanfaatan Karbon Aktif dari
Sebagai Adsorben Untuk Serbuk Kayu Merbau dan Tongkol
Menyisihkan Logam Cu, J. Ilm. Tek. Jagung sebagai Adsorben untuk
Lingkung., vol. 8, no. 2, hal. 105–111, Pengolahan Limbah Cair AAS. J.
2016. Redoks, vol. 5, no. 1, hal. 32-46,
2020.
[10] Y. Kurniati, O. P. Prastuti, E. L.
Septiani, Studi Kinetika Adsorpsi [17] L. O. Agusriyadin, H. R. Ahmad,
Metil Biru Menggunakan Karbon Adsorpsi Rhodamin B Menggunakan
Aktif Limbah Kulit Pisang, J. Tek. Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit
Kim. dan Lingkung., vol. 3, no. 1, hal. Yang Diaktivasi Secara Fisika dan
34, 2019. Kimia, Paradig. Maj. Ilm. Sains dan
Mat., vol. 16, no. 1, hal. 67–81, 2012.
[11] N. Nasir, M. Nurhaeni, Pemanfaatan
Arang Aktif Kulit Pisang Kepok [18] M. Smisek, S. Cerny, Active carbon:
Sebagai Adsorben Untuk Manufacture, properties, and
Menurunkan Angka Peroksida Dan applications, Anal. Chem., vol. 42,
Asam Lemak Bebas Minyak Goreng no. 14, hal. 1-81A, 2008.
Bekas, J. Sci. Technol., vol. 3, no. 1,
hal. 18–30, 2014. [19] M. Meilianti, Karakteristik Karbon
Aktif Dari Cangkang Buah Karet
[12] K. Sa’diyah, C. E. Lusiani, R. D. Menggunakan Aktivator H3Po4, J.
Chrisnandari, W. S. Witasari, D. L. Distilasi, vol. 2, no. 2, hal. 1-9, 2018.
Aula, S. Triastutik, Pengaruh Proses

18
Sa’diyah dan Lusiani/ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 6, No. 1, April 2022

[20] D. A. Suryani, F. Hamzah, V. S.


Johan, Variasi Waktu Aktivasi
terhadap Kualitas Karbon Aktif
Tempurung Kelapa, Jom Faperta Ur,
vol. 5, no. 1, hal. 1–10, 2018.

[21] A. H. Surest, I. Permana, R. G.


Wibisono, Pembuatan Karbon Aktif
dari Cangkang Biji Ketapang, Jur.
Tek. Kim., hal. 1–11, 2009.

[22] M. Adinata, Restu, Pemanfaatan


Limbah Kulit Pisang Sebagai Karbon
Aktif, Skripsi, vol. UPN "Veter, 2013.

[23] Y. Hendrawan, S. M. Sutan, R. Y. R.


Kreative, Pengaruh Variasi Suhu
Karbonisasi dan Konsentrasi
Aktivator terhadap Karakteristik
Karbon Aktif dari Ampas Tebu
(Bagasse) Menggunakan Activating
Agent NaCl, J. Keteknikan Pertan.
Trop. dan Biosist., vol. 5, no. 3, hal.
200–207, 2017.

[24] S. Maulina, M. Iriansyah,


Characteristics of activated carbon
resulted from pyrolysis of the oil
palm fronds powder, IOP Conf. Ser.
Mater. Sci. Eng., vol. 309, no. 1, hal.
1–6, 2018.

[25] W. Widayanti, I. Isa, L. O. Aman,


Studi Daya Aktivasi Arang Sekam
Padi pada Proses Adsorpsi Logam
Cd, J. Sainstek, vol. 6, no. 5, 2012.

[26] N. Rahmadani, P. Kurniawati,


Sintesis dan Karakterisasi Karbon
Teraktivasi Asam dan Basa Berbasis
Mahkota Nanas, Pros. Semin.
Nasoinal Kim. dan Pembelajarannya
2017, hal. 154–161, 2017.

19

Anda mungkin juga menyukai