Oleh:
17 501 005
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara beriklim tropis. Oleh karena itu
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS, 2014), luas perkebunan kelapa di Indonesia pada tahun
2013 mencapai 3,787 juta hektar. Dimana produksi buah kelapa Indonesia rata-rata
15,5 milyar butir/tahun atau setara dengan 3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 0,75
juta ton tempurung kelapa, 1,8 juta ton serat cokelat hanya mengandung karbon sekitar
12-20%. Arang tempurung kelapa memiliki kandungan yang lebih tinggi sehingga
namun renewable dan murah. Padahal arang tempurung kelapa ini masi dapat diolah
lagi menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis yaitu sebagai karbon aktif
Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serapnya ditentukan oleh seberapa luas permukaan partikelnya dan
kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika arang tersebut diaktivasi dengan bahan-
bahan kimia seperti HCl, HNO3 dan lain-lain ataupun dengan cara pemanasan pada
suhu 500oC- 900oC. Arang yang diaktifkan akan mengalami perubahan fisika dan
Karbon aktif dapat dibuat melalui dua tahap, yaitu karbonisasi (pengarangan)
dan aktivasi. Karbonasi merupakan proses pengarangan dalam ruangan tanpa adanya
oksigen dan bahan kimia lainnya. Proses karbonisasi berlangsung pada temperatur
pori yaitu dengan cara penghilangan hidrokarbon, gas-gas, air dan memecahkan ikatan
perubahan sifat, baik fisika atau kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan
berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Proses aktivasi arang aktif dapat dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu aktivasi termal dan aktivasi kimiawi. Aktivasi termal dilakukan
dengan mengontakkan arang hasil karbonisasi dengan udara beroksigen tinggi atau
dipanaskan pada temperatur tinggi antara 700-1100°C sehingga volume pori dan luas
dalam bahan-bahan kimia seperti: hidroksida logam alkali, asam klorida, asam sulfat,
garam fosfat dan khususnya ZnCl2 untuk melarutkan pengotor-pengotor dalam pori-
pori arang aktif sehingga luas permukaan, ukuran pori lebih besar dan gugus fungsi
pengotor dan produk samping suatu bahan (Sitti Arung, dkk, 2014). Pada penelitian ini
memperluas porositas karbon aktif dan menyebabkan masuknya sebagian besar nitrat
terhadap Kadar Logam (Na, Ca) dalam Arang Tempurung Kelapa Hasil Pirolisis .
3. Daya adsorpsi karbon aktif masih rendah karena masih tertutup pengotor.
1. Bagaimana cara mengubah limbah tempurung kelapa menjadi karbon aktif yang
hasil pirolisis ?
1. Mengubah limbah tempurung kelapa menjadi luas permukaan dan daya adorpsi
tinggi.
1. Mengurangi limbah tempurung kelapa dengan dengan cara diolah menjadi arang
aktif.
Asia Pasifik mampu menghasilkan 82% produk kelapa dunia, sedangkan sisanya
diproduksi atau dihasilkan oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan. Terdapat 12
negara yang tercatat sebagai penghasil kelapa terbesar, yaitu India (13,01%),
(36,25%).
Di Indonesia, bahan baku untuk membuat karbon aktif sebagian besar telah
menggunakan limbah tempurung kelapa. Dilain pihak bahan baku yang dapat dibuat
menjadi karbon aktif adalah semua bahan yang mengandung karbon, baik yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun barang tambang seperti batu bara.
Bahan-bahan tersebut adalah berbagai jenis kayu, sekam padi, tulang binatang, batu
bara, tempurung kelapa, kulit biji kopi, bagase, dan lain-lain (Hoyashi et al., 1984
Tanaman kelapa disebut juga sebagai tanaman serbaguna karena dari akar
sampai pada daun kelapa bermanfaat. Buah adalah bagian utama dari tanaman kelapa
yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari beberapa
komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah, dan air kelapa. Sabut
bagian terluar dari buah kelapa. Tempurung kelapa terletak di sebelah dalam sabut,
ketebalannya sekita 3,5 mm. Ukuran buah kelapa dipengaruhi oleh ukuran tempurung
kelapa yang sangat dipengaruhi oleh usia dan perkembangan tumbuhan kelapa.
untuk membuat karbon aktif dengan kualitas terbaik dari bahan baku tempurung
kelapa yaitu pada suhu 850 oC. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Faradina dan
Setiawati (2010), arang diaktifkan dengan menggunakan senyawa kimia yaitu ZnCl 2
sebagai aktivator sehingga pori-pori permukaan arang menjadi lebih luas. Hal ini akan
dasar karbon aktif antara lain karena kandungan karbonnya yang sangat banyak serta
disebutkan bahwa tempurung kelapa merupakan bahan dasar yang paling cocok untuk
karbon aktif. Tempurung kelapa yang digunakan sebagai bahan dasar, bisa
pembentukan menjadi pellet sehingga lebih ekonomis dan efisien. (Farris et al., 1992).
Tempurung kelapa yang baik untuk digunakan sebagai karbon aktif haruslah
yang sudah tua, kayunya keras, kadar air rendah, sehingga dalam proses pengarangan,
pematangannya akan berlangsung baik dan merata. Jika kadar airnya tinggi berarti
kelapa belum cukup tua sehingga proses pengarangan akan berlangsung lebih lama.
(www.warintek.net/arang_aktif, 2003).
arang yang diproses sedemikian rupa sehingga memiliki daya serap/adsorpsi yang
tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap. Karbon aktif dapat dibuat dari
bahan yang mengandung karbon baik organik atau anorganik. Pada umumnya, kabon
aktif digunakan sebagai bahan penyerap atau penjernih. Dalam jumlah yang kecil, juga
yang dengan perlakuan khusus dapat memiliki luas permukaan dalam yang sangat
besar antara 300-2000 m2/gram. Sifat adsorpsinya yang selektif, tergantung pada besar
atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu
Arang adalah suatu bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran
bahan yang mengandung unsur karbon (Djatmiko, 1985 dalam Meisrilestari, 2013).
Sedangkan karbon aktif adalah arang yang diaktifkan dengan cara perendaman
dalam bahan kimia atau dengan cara mengalirkan uap panas ke dalam bahan, sehingga
pori bahan menjadi lebih terbuka dengan luas permukaan sekitar 300 sampai 2000
m2/g. Permukaan arang aktif yang semakin luas berdampak pada semakin tingginya
daya serap terhadap bahan gas atau cairan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu
25-1000% terhadap berat karbon aktif (Arifin 2008 dalam Meisrilestari 2013).
Karbon aktif dapat dibuat melalui dua tahap, yaitu tahap karbonasi dan aktivasi
(Kvech dan Tull, 1988 dalam Budiono, 2010). Karbonasi merupakan suatu proses
pengarangan dalam ruangan tanpa adanya oksigen dan bahan kimia lainnya.
molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat baik fisika atau
kimia(Triyana dan Tuti, 2003 dalam Budiono, 2010). Kualitas karbon aktif dinilai
Uraian Persyaratan
Bagian yang hilang pada pemanasan
Maks 15%
950 oC
Air Maks 10%
Abu Maks 2,5%
Bagian yang tidak di rangkaikan Tidak nyata
Daya serap terhadap larutan I2 Min2 0%
Sumber : (SII. No. 0258-79)
Tabel 2.2. Persyaratan Karbon Aktif Standar Nasional Indonesia (SNI)
(Iskandar, 2012)
Karbon aktif atau Arang aktif adalah sejenis adsorben (penjerap). Berwarna
hitam, berbentuk granula, bulet, pelet, atau bubuk. Karbon aktif dipakai dalam proses
pemurnian udara, gas, larutan atau cairan, dalam proses recovery suatu logam dari biji
Karbon aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan sebagai
penyerap uap. Karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk owder yang sangat
halus, diameter pori mencapai 1000 Å, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk
memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak
diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu
pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas
pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan
mempunyai struktur yang lemah seperti sabut dari kelapa sawit. Karbon aktif sebagai
penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat keras diameter pori
berkisar antara 10-200 Å, tipe pori lebih halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi
untuk memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh
dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai bahan
baku yang mempunyai struktur keras. Sehubungan dengan bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan karbon aktif untuk masing- masing tipe, pernyataan
diatas bukan merupakan suatu keharusan. Karena ada arang aktif sebagai pemucat
diperoleh dari bahan yang mempunyai densitas besar, seperti tulang. Arang tulang
tersebut, dibuat dalam bentuk granular dan digunakan sebagai pemucat larutan gula.
Demikian juga dengan karbon aktif yang digunakan sebagai penyerap uap dapat
diperoleh dari bahan yang mempunyai densitas kecil, seperti serbuk gergaji
Karbon aktif mempunyai bentuk yang amorf yang terdiri dari pelat-pelat datar
di mana atom-atom karbonnya tersusun dan terikat secara kovalen dalam kisi
yang menunjukkan adanya bentuk-bentuk kristalin yang sangat kecil dengan struktur
grafit.
Gambar 2.1. Struktur Fisik Karbon Aktif (Sontheimer,1985)
Daerah kristalin memiliki ketebalan 0,7-1,1 nm, jauh lebih kecil dari grafit. Hal
ini menunjukkan adanya 3 atau 4 lapisan atom karbon dengan kurang lebih terisi 20-
30 heksagon di tiap lapisannya. Rongga antara kristal-kristal karbon diisi oleh karbon-
karbon amorf yang berikatan secara tiga dimensi dengan atom-atom lainnya terutama
oksigen. Susunan karbon yang tidak teratur ini diselingi oleh retakan-retakan dan
hidrogen dan oksigen yang secara kimiawi terikat dalam berbagai gugus fungsi seperti
permukaan tersebut seringkali berasal dari bahan bakunya, atau dapat pula terbentuk
akibat reaksi dengan udara maupun uap air. Oksida-oksida tersebut biasanya bersifat
asam sehingga menurun ke karbon aktifnya. Gugus fungsional dibentuk selama proses
aktivasi oleh interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan atom-atom
seperti oksigen dan nitrogen.Gugus fungsional ini membuat permukaan karbon aktif
Secara umum, proses pembuatan karbon aktif terdiri dari proses karbonisasi
pirolitik bahan dasar serta proses aktivasi. Selama proses karbonisasi, komponen yang
mudah menguap akan terlepas dan karbon mulai membentuk struktur pori-pori dimana
proses pembentukan pori-pori ini akan ditingkatkan pada proses aktivasi. Pada proses
aktivasi, terjadi pembukaan pori-pori yang masih tertutup dan peningkatan ukuran dan
dan tidak langsung. Pada metode langsung, bahan dasar dibentuk sesuai ukuran yang
diinginkan kemudian akan melalui proses karbonisasi serta aktivasi, lalu produk yang
didapatkan kemudian disaring. Metode langsung ini biasa dipakai untuk karbon aktif
yang berbahan dasar tempurung kelapa, batu bara yang relatif padat, dan bahan dasar
lainnya yang digunakan untuk membuat karbon aktif yang berbentuk serbuk atau
Powdered Activated Carbon (PAC). Metode tidak langsung digunakan untuk karbon
aktif yang berbahan dasar batu bara muda, peat, serta petrol coke. Untuk karbon aktif
dengan bahan dasar seperti ini diperlukan proses reconstitution dan pretreatment selain
proses-proses pada metode langsung di atas. Pada karbon aktif yang berbahan dasar
batu bara muda, diperlukan proses pretreatment untuk mengontrol kehilangan pori-
pori kecil selama proses karbonisasi yang disebabkan karena adanya sweeling dan
softening dari batu bara tersebut. Skema proses produksi karbon aktif dapat dilihat
Pada proses produksi karbon aktif, proses aktivasi merupakan proses yang
terpenting karena proses ini sangat menentukan sekali terhadap kualitas karbon aktif
yang dihasilkan baik luas area permukaan maupun daya adsorpsinya. Pada prakteknya,
karbon aktif diproduksi baik dengan aktivasi kimiawi maupun aktivasi fisis.
1. Aktivasi Kimiawi
antara tahap karbonisasi dan tahap aktivasi. Zat kimia yang dapat mengoksidasi
(activating agent) seperti phosporic acid (H3PO4) atau KOH ditambahkan ke bahan
dasar pada temperatur yang telah dinaikkan. Produk ini kemudian dipanaskan secara
didinginkan dan activating reagent kemudian diekstrak. Karbon aktif yang diproduksi
dengan cara ini adalah karbon aktif serbuk dengan densitas rendah, tanpa proses
treatment yang khusus, mempunyai proporsi pori-pori kecil yang rendah, sehingga
membuat kurang cocok digunakan pada proses penghilangan micropollutants dan zat-
zat yang menyebabkan bau tidak sedap. Masalah yang timbul jika menggunakan
H3PO4 sebagai zat kimia yang dapat mendehidrasi adalah diperlukannya proses
tambahan yaitu leaching ion phospat dari karbon. Aktivasi kimiawi ini bertujuan
mengurangi pembentukan pengotor dan produk samping dengan cara merendam bahan
2. Aktivasi Fisis
Digunakan untuk memproduksi karbon aktif yang akan digunakan untuk water
treatment dan prosesnya adalah endotermis. Proses endotermis ini melibatkan kontak
antara activating agent berfasa gas, biasanya steam, walaupun CO2 dan air juga
terkadang digunakan, dengan arang pada temperatur 850-1000 oC. Pada proses ini
seringkali terjadi reduksi dari ukuran adsorben yang disebabkan karena kelebihan
oksidasi eksternal selama gas pengoksidasi berdifusi ke dalam karbon yang tidak
teraktivasi. Pada penelitian ini akan dipakai aktivasi terkontrol dimana pada proses ini
dialirkan gas inert N2 pada laju alir tertentu yang dikontrol serta ditambahkan
activating reagent KOH dengan massa tertentu untuk mengkondisikan proses bebas
dari gas oksigen yang dapat membakar karbon secara tidak terkontrol. Dengan proses
aktivasi seperti ini akan didapat luas area permukaan karbon aktif yang lebih besar
metode aktivasi ini dengan bahan dasar dari arang limbah pinus dan hasilnya berupa
luas area permukaan karbon aktif sebesar 1908 m2/gram. Dengan luas permukaan
yang besar, maka daya adsorpsinya juga akan besar (Sontheimer, 1985).
dan senyawa kimia yang ditambahkan saat dilakukan aktivasi. Unsur-unsur mineral
dan senyawa kimia ini akan meresap dan membuka permukaan yang tadinya tertutup
luas area permukaan makin besar dan karbon aktif bertindak sebagai adsorben yang
baik.
Ketika struktur pori-pori elementer ditentukan oleh bahan dasar atau terkadang
pretreatment, jenis activating agent serta lama dan temperatur proses aktivasi dapat
2.1.4 Logam
1. Natrium (Na)
teroksida dengan cepat dalam udara lembab, maka hrus disimpan dan direndam
Penentuan unsur natrium dapat menggunakan SSA, juga bisa menggunakan metode
fotometri nyala pada hebra Centella asiatica (Rasyid, R, dkk. 2011) dan menganalisis
2. Kalsium (Ca)
Kalsium berwarna agak putih dan mengkilap seperti perak. Secara umum
golongan IA dalam hal sifat- sifat kimia, yaitu kemampuan bereaksi dengan air dan
asa membentuk senyawa ionic. Hal ini disebabkan oleh karena potensial ionisasinya
Kalsium (Ca), (Ar: 40,08) adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia
melebur pada 845oC. ia terseang oleh oksigen atmosfer dan ukuran lembab ; pada
reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air
kalsium (II). Ca2+ dalam larutan-larutan air. Garam-garamnya biasanya berupa bubuk
putih dan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya
berwarna.Kalsium klorida padat bersifat hidroskopis dan sering digunakan sebagai zat
pengering. Kalsium klorida dan kalsium nitratlarut dengan mudahdalam ethanol atau
dalam campuran 1+1 dari etanol bebas-air dan dietil eter ( Vogel, 1979).
2.1.5 Pirolisis
tumbuhan, hewan dan bahan tambang yang dapat berlangsung padasuhu diatas 300 oC
dalam waktu 4-7 jam pada kondisi udara/oksigen terbatas menghasilkan produk
padatan, cairan dan gas (Gani 2007; Derimbas, 2005 dan Di Blasi,2008). Pada proses
dekomposisi pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi. Bahan utama dari
pirolisis yang dapat dihasilkan adalah arang (char), minyak, dan gas. Hasil dari arang
dapat digunakan untuk bahan bakar ataupun digunakan sebagai karbon aktif. Jadi
minyak yang telah di dapatkan cocok digunakan sebagai zat additif atau campuran
dalam bahan bakar. Hasil gas yang telah terbentuk dapat digunakan atau dibakar
Dari hasil produk pirolisis adalah gas dan padatan. Dimana Gas yang nantinya
akan dikondensasi dan didapatkan asap cair yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar cair. Sementara karbon yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar
CO2 sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2 dan
Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah methanol dan asam asetat.
Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format,
3. Residu (Karbon)
dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu
SSA adalah suatu metode pengukuran kuantitatif suatu unsur yang terdapat
dalam sutu cupikan berdasarkan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu
Metode SSA pertama kali dikembangkan oleh Walsh, A., (1955) yang bertujuan untuk
menganalisis logam renik dalam sampel yang dianalisis. Sampai saat ini metode SSA
telah berkembang dengan pesat dan hamper mencapai 70 unsur yang dapat ditentukan
dengan metode ini. SSA kegunaanya untuk analisis kuantitatif logam-logam alkali dan
alkali tanah. Untuk maksud ini ada beberapa yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Larutan sample diusahakan seencer mungkin kadar unsur yang di analisis tidak
lebih dari 5% dalam pelarut yang sesuai. Larutan yang dianalisis lebih disukai
diasamkan atau dilebur dengan alkali tanah terakhir harus diasamkan lagi.
2. Hindari pemakaian pelarut aromatic atau halogenida. Hendakla dipaka pelart untuk
analisis (p.a)
(Mulja, M. 1995).
1. Pada perendaman arang dengan aktivator HNO3 selama 24 jam, dapat menyebabkan
pori-pori karbon aktif menjadi terbuka lebih besar dari sebelumnya ini
2.3 Hipotesis
Bahwa HNO3 Sebagai aktivator dapat menurunkan kadar logam pada pori-pori karbon
aktif.
BAB III
METODE PENELITIAN
Cawan porselin, timbangan digital, labu ukur, gelas kimia, tabung reaksi, pipet
ultrasonic mixing, desikator,tanur, oven, dan magnetic strier, Satu set alat titrasi, Alat
SSA.
Sampel limbah tempurung kelapa desa gangga satu, larutan HNO3, akuades, kertas pH,
alcohol 96%, larutan H2SO4, larutan standar Na, larutan standar Ca,
3.3.1. Pirolisis
dkk, 2015) :
b. Dikarbonisasi dalam alat pirolisis pada suhu 250-400oC sampai jadi arang.
3.3.2 Analisis
45 menit.
- Setelah itu sampel diabukan didalam tanur selama 5-8 jam pada suhu
450oC
menggunakan SSA.
menggunakan SSA.
c. Larutan HNO3
sebagai berikut ;
V1 = (M2 X V2)/M1
- Larutkan 3,5 ml HNO3 pekat ke dalam 1000 ml akuades dalam labu ukur
g NaCl, yang dimasukan kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambah
Pembuatan larutan standart K 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm dilakukan dengan
memipet 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 ml larutan standard Na 100 ppm ke dalam
labu ukur 50 ml. Kemudian encerkan dengan aquades sampai garis tanda
batas.
standar 100 ppm Ca, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas.
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C hingga bobot konstan.
a−b
% kadar air= x 100 %
a
Untuk uji kadar abu, sebanyak 2 gram arang aktif dimasukkan dalam cawan
a−b
% kadar abu= x 100 %
a
natrium tiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning pada larutan mulai samar,
biru tua hingga menjadi warna bening. Rumus perhitungan daya serap
Dengan ;
A = Volume larutan iod (ml)
B = Volume Na2S2O yang dipakai (ml)
fp = Faktor pengenceran
α = Bobot karbon aktif (g)
N(Na2S2O3) = Konsentrasi N(Na2S2O3) (N)
N (Iodin) = Konsentrasi iodin (N)
126,9 = Jumlah iodium sesuai 1 mL larutan Na2S2O3
9 ml larutan HNO3
absorbansi.
2. Penetapan Natrium
ml larutan HNO3
- Selanjutnya, diukur dengan alat Spektrofotometri Serapan Atom
absorbansi.
2. Penetapan Kalsium
DAFTAR PUSTAKA
Afrinda. W, 2016., Perbandingan Arang Aktif Tempurung Kelapa Sawit dan Serbuk
Gergaji Kayu Sebagai Adssorben Zat Warna Naphtol-As dan Naphtol-As.g,
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Ardhana, A., 2007, Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa
Dengan Perlakuan Aktivasi Terkontrol Serta Uji Kinerjanya, Skripsi., FATEK,
Universitas Indonesia
.
Arifin, Zainal, dan Sukoco, 2009, Pengendalian Polusi Kendaraan, Bandung:
ALFABETA
Budiono, A., Suhartana, dan Gunawan, 2010, Pengaru Aktivasi Arang Tempurung
Kelapa dengan Asam Sulfat dan Asam Fosfat untuk Adsorpsi Fenol, Skripsi-
S2, Universitas Diponegoro.
Erlina, Umiatin dan Esmar Budi., 2015., Pengaruh Konsentrasi KOH pada Karbon
Aktif Tempurung kelapa Untuk Adsorpsi Logam Cu, FMIPA, Universita
Negeri Jakarta.
Esmar Budi, Hadi Nasbey, Erfan Handoko, dkk. Kajian Pembentukan Karbon Aktif
Berbahan Arang Tempurung Kelapa. Seminar Nasional Fisika(2012), hal 62-
66.
Esmar. B., 2011. Tinjauan Proses Pembentukan dan Penggunaan Arang Tempurung
Kelapa Sebagai Bahan Bakar, Skripsi.Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas
Negeri Jakarta, Indonesia.
Farris, T.S., Co, C.G., Armor, J.N., dan Sehork, J.M. (1992). High Capacity Coconut
Shell Char for Carbon Molecular Sieves, available from URL:
www.freepatentsonline.com, diakses: 30 Maret 2016.
Gani, A., 2007. Konversi Sampah OrganikPasar Menjadi Komarasca (Kompos-Arang
Aktif- Asap Cair) dan Aplikasinya Pada Tanaman Daun Dewa. Thesis.
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertnian Bogor. Bogor.
Gracia-Gracia, A., Gregorio, A., Boavida, D., dan Gulyurtlu, I. Production And
Characterization of Activated Carbon from Pine Wastes Gasified in A pilot
Reactor, National Institute of Engineering and industrial Technology, Estrada
do Paco do Lumiar, 22, Edif. J, 1649-038, Lisbon, Portugal.
Helena Jankowska, Andrzej Świątkowski, Jerzy Choma, Active carbon, Ellins
Horwood, 1991.
Hendra, Dj., Pari,G. 2009, Pembuatan Arang Aktif dri Tandan Kosong Kelapa Sawit,
Buletin Penelitian Hasil Hutan, Jakarta.
Herlin Alfiany, Syaiful Bahri, Nurakhirawati. 2013 . Kajian Penggunaan Arang Aktif
Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Logam Pb dengan Beberapa Aktivator
Asam. Universitas Tadulako
Muhammad Arif Pratama, Penurunan Kadar Deterjen Pada Limbah Cair Laundry
dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter Yang Diikuti Reaktor Activated
Carbon, in: Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, 2003.
Muthaminnah. 2012. Pembuatan arang aktif tongkol jagung dan aplikasinya pada
pengolhan minyak jelantah.Universitas Palu
Puzy , A.M., Poddubnaya, O.I., Socha, R.P., Gurgul, J., Wisniewski, M., 2008. XPS
and NMR studies of phosphoric acid activated carbons. Carbon 46, 2113-2123.
Santoso, J. (2010). Uji Sifat Minyak Pirolisis Dan Uji Performasi Kompor Berbahan
Bakar Minyak Pirolisis Dari Sampah Plastik. Teknik, Universitas sebelas
maret.
Sembiring, Meilita, dan Surya, T., 2009, Arang Aktif, Digitized USU Digital Lybrary,
Sumatra Utara.
Tahir, I., 1992, Pengambilan Asap Cair secara Destilasi Kering Pada Proses
Pembuatan Carbon Aktif dari tempurung Kelapa, Skripsi, FMIPA UGM,
Yogyakarta.
Vista, A.R., 2018, Pengaruh Konsentrasi NaOH pada Aktivasi Arang Tempurung
Kelapa Untuk Adsorpsi Hipoklorit., Skripsi. FMIPA. Universitas Brawijaya.
Malang.
Vogel. 1979. Buku Teks Analisi Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi
Kelima. Longman Group Limited
Wa O.V.V., 2014, Potensi Arang Aktif Tempurung Kelapa Sebagai Adsorben Emisi
Gas CO, NO, pada Kendaraan Berrmotor,Skripsi. Makasar.
Zulkifli, Erman Taer, Sugianto., 2015 Pembuatan Karbon Aktif Monolit dari Kayu
Karet Menggunakan Aktivator KOH dan HNO3 untuk Aplikasi Super
Kapasitor. Universitas Riau.